TINJAUAN PUSTAKA. Lutung merah (Presbytis rubicunda)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Lutung merah (Presbytis rubicunda)"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Satwa Primata Satwa primata merupakan satu ordo tersendiri yang disebut dengan nama ordo primata yang termasuk manusia di dalamnya. Ordo primata terdiri dari dua subordo, yaitu Prosimii dan Anthropoidea. Subordo Anthropoidea terbagi menjadi New World Monkey, Old World Monkey, Apes dan manusia. Lutung termasuk ke dalam grup Old World Monkey. Ciri-ciri Old World Monkey adalah sebagai berikut : 1) mempunyai ischial pads, 2) mempunyai colon yang terbagi atas bagian ascending, transverse dan descending (adanya sigmoid flexure), dan 3) tidak mempunyai appendix (Sajuthi, 1984). Sajuthi (1984) juga menyatakan bahwa pemeliharaan satwa primata meliputi cara pemberian pakan, jenis pakan yang diberikan, minuman, pembersihan kandang, dan pemeriksaan kesehatan atau kesejahteraan satwa. Golongan Old World Monkey yang sudah dewasa memerlukan pakan yang mengandung 15% protein untuk betina bunting, dan menyusui sebesar 25% protein. Lutung merah (Presbytis rubicunda) Klasifikasi Taksonomi dari lutung merah (Presbytis rubicunda), adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Primata Familia : Cercopithecidae Genus : Presbytis Spesies : Presbytis rubicunda (Muller 1838)

2 Lutung merah (Presbytis rubicunda) dibagi menjadi beberapa subspesies, yaitu P. r. rubicunda, P. r. rubida, P. r. ignita, P. r. carimatae dan P. r. chrysea (Napier dan Napier, 1967). Morfologi Lutung merah memiliki bulu berwarna merah sampai jingga kemerahmerahan dengan warna pada daerah perut lebih terang daripada warna pada daerah tangan dan ujung ekor. Bobot badan jantan dewasa lutung merah berkisar antara 6,29 kg dan untuk betina dewasa berkisar antara 6,17 kg (Fleagle, 1999). Gambar 1. Lutung Merah (Presbytis rubicunda) (Sumber : Farida, 2009) Lutung merah memiliki kelenjar ludah yang besar dibandingkan dengan jenis lutung lainnya dan rahang yang dalam dengan formulasi gigi 2:1:2:3 pada kedua rahang, rahang atas dan rahang bawah. Gigi seri lutung merah kecil, akan tetapi gigi gerahamnya tajam. Spesies ini memiliki perut kelenjar yang berfungsi dalam pencernaan selulosa. Selain itu, pada perut lutung merah juga mengandung mikroba yang membantu dalam pencernaan selulosa menjadi asam lemak melalui proses fermentasi secara anaerob (Davies et al., 1988). 4

3 Habitat Habitat lutung untuk hidup terutama adalah di kawasan hutan hujan, namun lutung juga terkadang sering juga dijumpai di daerah perkebunan karet, hutan primer pegunungan, atau hutan sekunder daerah perbukitan hingga 600 m dari permukaan laut. Lutung termasuk hewan siang hari (diurnal) dan sangat aktif pada pagi dan sore hari (Supriatna et al., 1986). Satwa ini hidup di pepohonan secara bergerombol antara 9-30 ekor terdiri dari satu lutung jantan dewasa dan lutung-lutung betina yang secara komunal membesarkan anak lutung. Lutung jantan dewasa pada kelompok tersebut akan melindungi kelompok dan wilayahnya dari lutung-lutung yang lain (Nurwulan, 2002). Spesies lutung merah (Presbytis rubicunda) hidup di hutan dengan ketinggian kurang dari m di atas permukaan laut. Selain itu, lutung merah juga dapat hidup di hutan rawa (Chivers dan Burton, 1988). Lutung merah banyak ditemukan di pulau Kalimantan, propinsi Kalimantan Barat, negara Indonesia. Subspesies P. r. carimatae lebih memilih hidup di hutan rawa dan terkadang mengunjungi kebun penduduk setempat untuk mencari makan (Yanuar et al., 1993). Penyebaran Penyebaran lutung merah (Presbytis rubicunda) terdapat di Pulau Kalimantan, negara Indonesia (Kalimantan dan Pulau Karimata) dan Malaysia (Sabah dan Sarawak), dan kemungkinan juga terdapat di Brunei. Subspesies P. r. rubicunda dapat ditemukan di bagian Timur Sungai Barito dan bagian Selatan Sungai Mahakam, sebelah Tenggara Kalimantan. Subspesies P. r. rubida, banyak ditemukan di bagian Selatan Sungai Kapuas dan bagian Barat Sungai Barito. Sepanjang Sungai Kapuas bagian Utara sampai Sarawak, Malaysia, subspesies P. r. ignita banyak ditemukan. Subspesies ini kemungkinan juga dapat ditemukan di Sungai Baram, perbatasan Brunei. Subspesies P. r. chrysea tersebar dalam jumlah kecil di bagian Timur Sabah, Malaysia dekat Kinabatangan. Subspesies P. r. carimatae hanya terdapat di Pulau Karimata (Groves, 2001). Selain itu, lutung merah juga dapat ditemui di Cagar Alam Tanjung Puting dan Cagar Alam Pleihari Martapura, Kalimantan Tengah (Chivers dan Burton, 1988). 5

4 Status Konservasi Lutung merah adalah salah satu satwa liar yang dilindungi, hal ini sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 421/Kpts/Um/8/1970, SK Menteri Kehutanan tanggal 10 Juni 1991 No. 301/Kpts-II/1991. Status konservasi lutung merah ini terdaftar dalam Appendix II CITES (Nijman dan Meijaard, 2008). IUCN menyatakan status konservasi lutung merah adalah least concern, artinya rentan terhadap gangguan dan dikuatirkan akan punah apabila tidak dilakukan perlindungan dan pelestarian habitatnya (Supriatna dan Wahyono, 2000). Perlindungan terhadap lutung merah makin dikuatkan dengan adanya UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Satwa langka tersebut tidak boleh diperjualbelikan. Menurut Antara News (2007), bagi pelaku perdagangan satwa dilindungi dapat dikenakan hukuman penjara maksimum lima tahun dan denda Rp ,00 (seratus juta rupiah). Tingkah Laku Tingkah laku satwa adalah respon atau ekspresi satwa oleh adanya rangsangan atau stimulus atau agen yang mempengaruhinya. Terdapat dua macam rangsangan yaitu rangsangan dalam dan rangsangan luar. Rangsangan dalam antara lain adalah faktor fisiologis, sekresi hormon, faktor motivasi dan dorongan alat insentif sebagai akibat aktivitas. Rangsangan luar dapat berbentuk suara, pandangan, tenaga mekanis dan rangsangan kimia (Mukhtar, 1986). Sebagian besar satwa liar mempunyai berbagai aktivitas tingkah laku yang dapat dicobakan untuk suatu situasi, dengan demikian satwa belajar menerapkan salah satu aktivitas yang menghasilkan penyesuaian terbaik (Alikodra, 1990). Tingkah laku merupakan suatu aktivitas yang perlu melibatkan fungsi fisiologis. Setiap macam tingkah laku melibatkan penerimaan rangsangan melalui panca indera, perubahan rangsangan-rangsangan ini menjadi aktivitas neural, aksi integrasi susunan syaraf dan akhirnya aktivitas berbagai organ motorik, baik internal maupun eksternal. Tingkah laku yang diarahkan untuk suatu tujuan (seperti makan, minum, tidur dan seksual) terdiri dari tiga tahap yang jelas dan terjadi secara siklis. Tiga tahap tersebut yaitu tingkah laku apetitif, konsumatoris 6

5 dan refraktoris. Tahap apetitif dapat sederhana atau kompleks, sering mencakup mencari dari tingkah laku yang diubah dan yang banyak dipelajari. Tahap konsumatoris relatif cenderung untuk konsisten, memperlihatkan sedikit perbedaan dari individu yang satu terhadap individu lain dan sebagian besar dapat instingtif. Tahap refraktoris mencakup hilangnya perhatian dan berhentinya aktivitas konsumatoris, meskipun kesempatan untuk memberi respon selalu ada (Tanudimadja dan Kusumamihardja, 1985). Satwa liar mempunyai berbagai tingkah laku dan proses fisiologis untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. Menurut Mukhtar (1986), aktivitas tingkah laku dapat dikelompokkan ke dalam sembilan sistem tingkah laku, yaitu : (1) tingkah laku ingestive atau tingkah laku makan dan minum; (2) tingkah laku shelter seeking atau mencari perlindungan adalah kecenderungan mencari kondisi lingkungan yang optimum dan menghindari bahaya; (3) tingkah laku agonistik atau tingkah laku persaingan antara dua satwa yang sejenis, umumnya terjadi pada saat musim kawin; (4) tingkah laku seksual yang merupakan tingkah laku peminangan (courtship), kopulasi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan hubungan satwa jantan dan betina satu jenis; (5) care giving atau epimelitic adalah pemeliharaan terhadap anak (maternal behaviour); (6) care soliciting atau et-epimelitic atau tingkah laku meminta dipelihara yang merupakan tingkah laku individu muda untuk dipelihara oleh yang dewasa; (7) tingkah laku eliminative atau tingkah laku membuang kotoran; (8) tingkah laku allelomimetik adalah tingkah laku meniru salah satu anggota kelompok untuk melakukan pekerjaan yang sama dengan beberapa tahap rangsangan dan koordinasi yang berbalas-balasan; dan (9) tingkah laku investigative atau tingkah laku memeriksa lingkungannya. Tingkah laku kehidupan primata di alam adalah hidup secara berkelompok. Menurut Jolly (1972) dalam Nurwulan (2002), ada dua alasan primata hidup berkelompok, yaitu didorong oleh adanya faktor pemangsa atau predator dan faktor pakan. Primata yang hidup berkelompok, individu anggota kelompoknya terdiri dari beberapa tingkatan umur dan jenis kelamin. 7

6 Tingkah Laku Makan Secara umum hewan mempunyai tiga cara dalam memperoleh pakan, yaitu : (1) tetap berada di tempat dan pakan datang sendiri, (2) berjalan untuk mencari makan, dan (3) menjadi parasit bagi organisme lain. Tingkah laku makan dipengaruhi oleh faktor genetik, suhu lingkungan, jenis pakan yang tersedia dan habitat (Warsono, 2002). Tingkah laku makan disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar (pakan) dan rangsangan dari dalam (adanya kebutuhan atau rasa lapar). Tingkah laku ini berkembang sesuai dengan perkembangan dari proses belajar (Alikodra, 1990). Menurut Tomaszewska et al. (1991), tingkah laku makan, minum dan kegiatan lain yang berhubungan dengan hal tersebut digolongkan ke dalam tingkah laku ingestif. Lutung merupakan satwa primata yang bersifat folivorus (pemakan dedaunan) dan gramnivorus (pemakan biji-bijian), maka umumnya pakannya adalah dedaunan dan biji-bijian, namun pencernaannya yang sangat panjang memungkinkannya untuk memakan buah-buahan, kuncup-kuncup daun muda dan pada kondisi tertentu memakan telur-telur burung. Tajuk hutan secara vertikal di daerah hutan hujan tropika sangat penting untuk penyediaan makanan primata (Rijksen, 1978). Dedaunan dan pucuk-pucuk daun ini terletak di ujungujung ranting pohon, posisi tubuh lutung akan berada di atas cabang yang besar dan meraih ranting tersebut atau lutung duduk di atas ranting lain yang masih mampu menopang tubuhnya, kemudian baru mengambil daun yang berada di cabang ranting lain (Fleagle, 1978). Daun yang dikonsumsi umumnya daun muda yaitu tiga lembar pucuk di bagian ranting, selanjutnya bunga dan buah. Daun, bunga, atau buah tersebut dapat diambil secara langsung dengan menggunakan mulut atau dengan cara memetiknya terlebih dahulu lalu dimasukkan ke dalam mulut. Daun dimakan satu persatu atau dengan cara menggabungkan dua atau lebih daun sekaligus untuk digigit, setiap gigitan dikunyah antara kali (Prayogo, 2006). Tingkah Laku Grooming Tingkah laku grooming adalah kegiatan menyisik badan dan mencari kutu yang merupakan tingkah laku sosial yang umum dilakukan oleh primata. Pada 8

7 lutung, kegiatan ini terjadi antara induk dan anak, satu induk dengan induk lain, atau antara tiga individu, yaitu antara anak, induk dan individu dewasa lainnya (Eimerl dan de Vore, 1974). Kondisi ekologi juga mempengaruhi frekuensi interaksi sosial. Pada daerah yang subur, interaksi sosial akan lebih tinggi daripada di daerah yang kurang subur. Tingkah laku sosial pada primata umumnya berimbang antara persaingan dan kerjasama. Umumnya kegiatan memelihara, berkumpul dan tingkah laku kerjasama lainnya, pada semua jenis primata, dimulai pada saat masa anak-anak (Smuth et al., 1987). Tingkah Laku Lokomosi Menurut Fleagle (1978), pergerakan lutung dapat dibedakan menjadi empat berdasarkan penggunaan tungkainya, yaitu (1) quadrupedal : berjalan dan berlari, yaitu bergerak secara kontinyu, biasanya bergerak horizontal menggunakan keempat tungkainya; (2) leaping : melompat secara terputus-putus dan berlangsung sangat cepat, gerakan ini menggunakan dua tungkai belakang dan saat mendarat menggunakan tungkai depan atau tungkai belakang, gerakan ini bila dilakukan secara terus-menerus disebut hopping; (3) climbing : gerakan secara kontinyu, biasanya berupa gerakan vertikal menggunakan variasi antara keempat tungkainya, kedua tangannya digunakan untuk menarik tubuhnya ke atas sedangkan kedua kakinya digunakan untuk mendorong; dan (4) arm-swinging : gerak menggantung dan mengayun dari satu pohon ke pohon lainnya. Lutung merah (Presbytis rubicunda) bergerak secara quadrupedal. Tingkah Laku Istirahat Tingkah laku istirahat berlangsung apabila satwa primata relatif tidak bergerak, misalnya duduk, berdiri, tidur, atau berbaring pada tenggeran. Kegiatan istirahat pada primata termasuk lutung umumnya dipengaruhi oleh tingkat suhu dan kelembaban (Prayogo, 2006). Aktivitas istirahat terbagi ke dalam dua tipe, yaitu istirahat total dan istirahat sementara. Istirahat total artinya lutung melakukan posisi badan seperti duduk, diam tak bergerak dan tidur, sedangkan istirahat sementara adalah keadaan atau posisi badan yang tidak bergerak yang dilakukan diantara aktivitas hariannya. Waktu istirahat penting dilakukan oleh 9

8 lutung dan primata lainnya untuk mencerna dedaunan yang telah dikonsumsinya (Alikodra, 1990). Tingkah Laku Reproduksi Tingkah laku reproduksi lutung akan dimulai dengan lutung betina yang melakukan pergerakan secara berirama dari satu sisi ke sisi yang lain dan kemudian maju lalu menggerakkan kepalanya ke arah lutung jantan. Seekor lutung jantan tidak selalu mengawini seekor lutung betina yang menunjukkan tingkah laku ingin dikawini (birahi), namun ketika seekor lutung jantan mengawini lutung betina maka frekuensi perkawinan akan berlipat ganda. Jika dua lutung betina memohon untuk dikawini oleh seekor lutung jantan secara serempak, maka kedua betina tersebut akan dikawininya dan apabila seekor lutung jantan berpaling dari lutung betina yang ingin dikawini, maka lutung betina tersebut akan maju untuk melakukan pendekatan dengan lutung jantan (Bernstein, 1968). Tingkah Laku Vokalisasi Lutung merah merupakan spesies arboreal, satwa yang hidup di atas pepohonan, sehingga lutung jarang meninggalkan pohon-pohon besar tempatnya tinggal secara alami. Spesies ini hidup berkelompok antara 2-13 individu di dalamnya. Kelompok ini akan terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang bertugas untuk mencari pakan pada pagi hari. Setelah mencari pakan, kelompokkelompok kecil ini beristirahat saat siang hari dan kembali berkumpul pada waktu sore hari. Tingkah laku vokalisasi yang dilakukan oleh lutung merah diantaranya adalah : (1) panggilan keras dan panjang, yang dilakukan oleh lutung merah jantan dewasa berfungsi untuk menunjukkan batas wilayah kekuasaan mereka dan (2) panggilan peringatan, yang dilakukan oleh lutung merah jantan dewasa apabila mereka melihat adanya penyusup atau gangguan (Supriatna et al., 1986). 10

9 Pakan Lutung Pakan lutung umumnya adalah dedaunan, namun pencernaannya yang sangat panjang memungkinkannya untuk memakan buah-buahan, kuncup-kuncup daun muda, biji-bijian dan pada kondisi tertentu memakan telur-telur burung. Variasi pakan inilah yang mengakibatkan lutung disebut herbivora. Tajuk hutan secara vertikal di daerah hutan hujan tropika sangat penting untuk penyediaan pakan primata (Rijksen, 1978). Lutung memiliki gigi molar yang lebar dan besar, hal ini menunjukan adanya adaptasi anatomi terhadap berbagai jenis pakan (Suwelo, 1982). Lutung sebagai pemakan dedaunan memiliki saluran pencernaan yang rumit, namun keuntungannya ialah saluran tersebut dapat mencerna dedaunan yang tua. Hal ini terjadi karena di dalam perutnya terdapat banyak bakteri yang dapat mengubah selulosa dan melepaskan energi (MacDonald, 1984). Menurut Smuth et al. (1987), semua primata memiliki kebutuhan yang sama dalam mendapatkan energi, asam amino, mineral, vitamin, air dan asam lemak tertentu. Namun, betina yang menyusui akan membutuhkan protein dan mineral yang lebih banyak dari yang tidak menyusui. Lutung makan dengan menggunakan kedua tangannya. Biasanya setelah mengambil pakan, lutung membawa pakannya ke atas atau batang pohon yang sengaja diletakkan di dalam kandang. Posisi yang sering dilakukan lutung ketika makan adalah posisi duduk di batang pohon dan makan di atas jeruji besi dengan posisi tangan kiri memegang besi dan tangan yang lainnya digunakan untuk memasukkan pakan ke dalam mulutnya (Nurwulan, 2002). Rataan konsumsi bahan kering di penangkaran yang dilaporkan Farida (2010), sejumlah 78,09 g/ekor/hari dan kebutuhan nutrisinya sebesar 6,31% abu, 12,06% protein kasar, 3,74% serat kasar dan 64,32% bahan ekstrak tanpa nitrogen. Jenis Pakan Pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh hewan. Secara umum dapat dikatakan bahwa jenis pakan merupakan bahan-bahan pakan yang dapat dimakan atau edible. Bahan pakan mengandung zat-zat makanan, yaitu komponen-komponen yang ada dalam bahan pakan tersebut yang 11

10 dapat digunakan oleh hewan (Tillman et al., 1991). Kandungan zat makanan pada pakan lutung merah dapat dilihat pada Tabel 1. Jenis Pakan Tabel 1. Kandungan Bahan Kering dan Nutrien Pakan Lutung Merah Bahan Kering (BK) Abu Protein Kasar (PK) Lemak Kasar (LK) Serat Kasar (SK) Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) GE (kal/g).. (% BK)... Daun Bunga Kupu-kupu 1) 88,60 9,40 21,13 3,90 28,20 37, Daun Beringin 2) 25,05 13,78 14,35 8,82 39,45 23, Sawi Putih 2) 12,32 11,32 50,81 1,17 17,09 19, Kacang Panjang 3) 9,21 0,53 2,65 0,23 1,59 95, Pisang Siam 2) 35,02 3,59 2,91 0,81 3,25 89, Apel Malang 2) 26,95 0,79 0,75 1,02 9,94 87, Jambu Biji 2) 28,07 4,13 1,46 4,66 34,06 55, Ubi Jalar 2) 19,29 3,20 3,81 0,13 2,73 90, Sumber : 1) Hadiati (2003) 2) Laboratorium Pengujian Nutrisi Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong 3) Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institiut Pertanian Bogor Bahan pakan tersebut merupakan bahan pakan yang akan diberikan pada lutung merah di penangkaran. Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) Bauhinia purpurea adalah spesies tanaman berbunga dari keluarga Fabaceae yang berasal dari China Selatan (Hong Kong) dan Asia Tenggara. Tanaman ini berukuran sedang dengan daun yang besar berbentuk hati. Permukaan daunnya halus dan berbulu. Ukuran diameter daun dan tangkai daun berkisar antara 8-15 cm dan 4 cm. Tanaman ini biasanya berbunga pada bulan Oktober-Desember dengan bunga berwarna merah muda hampir putih (Rajaram dan Janardhanan, 1991). 12

11 Kegunaan dari tanaman bunga kupu-kupu adalah untuk mengobati demam, gangguan pencernaan, dan meredakan pertumbuhan kanker di perut (Janardhanan et al., 2003). Kandungan nutrisi daun bunga kupu-kupu dapat dilihat pada Tabel 1. Beringin (Ficus benjamina) Beringin banyak ditemukan di tepi jalan, pinggiran kota atau tumbuh di tepi jurang. Pohonnya besar dengan tinggi m dan memiliki sistem perakaran tunggang. Batang pohon beringin berbentuk bulat tegak, dengan permukaan kasar dan berwarna cokelat kehitaman. Percabangan batangnya simpodial, pada batang keluar akar gantung (akar udara). Daunnya tunggal berwarna hijau, bertangkai pendek, dengan letak menyilang dan saling berhadapan. Panjang daunnya 3-6 cm, lebar 2-4 cm dan sistem pertulangan daunnya menyirip. Bunga beringin tunggal, keluar dari ketiak daun, dengan kelopak berbentuk corong, mahkota berbentuk bulat dan berwarna kuning kehijauan (Hutapea, 1994). Kandungan nutrisi daun beringin dapat dilihat pada Tabel 1. Sawi Putih (Brassica rapa ssp. pekinensis) Sawi putih dikenal dengan sebutan petsai atau sawi cina, merupakan jenis sayuran olahan dalam masakan. Tanaman sawi putih hidup di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 100 m di atas permukaan air laut. Tanaman ini tumbuh pada suhu o C. Pada suhu di bawah 15 o C tanaman sawi putih cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 26 o C tidak dapat berbunga. Sawi putih tumbuh baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. Daun sawi putih berwarna hijau agak mengering. Daunnya memiliki urat daun dengan tekstur memanjang dan padat. Panjang urat daun dapat mencapai cm tergantung pada kesuburan tanahnya. Urat-urat daun bagian tengah lebar berwarna pucat atau putih kekuning-kuningan (Aak, 1992). Kandungan nutrisi sawi putih dapat dilihat pada Tabel 1. 13

12 Kacang Panjang (Vigna sinensis) Kacang panjang berasal dari India dan Afrika Tengah. Kacang panjang merupakan tanaman perdu semusim. Daunnya majemuk tersusun atas tiga helai. Batangnya liat dan sedikit berbulu. Akarnya mempunyai bintil yang dapat mengikat nitrogen bebas dari udara. Bunga kacang panjang berbentuk kupu-kupu yang tangkai bunganya keluar dari ketiak daun. Setiap tangkai bunga mempunyai 3-5 bunga dengan warna bunga putih, biru, atau ungu. Buah kacang panjang berbentuk polong bulat panjang dan ramping. Panjang polong sekitar cm. Warna polong hijau muda sampai hijau keputihan dan setelah tua warna polong putih kekuningan. Pada satu polong dapat terisi 8-20 biji kacang panjang (Haryanto et al., 2007). Komposisi nutrisi kacang panjang dapat diihat pada Tabel 1. Pisang Siam (Musa paradisiaca) Pisang siam merupakan salah satu kultivar dari tanaman pisang yang termasuk dalam kelompok ABB (triploid). Pisang siam berdasarkan cara konsumsi buahnya termasuk dalam kelompok pisang yang langsung dapat dikonsumsi dan pisang olahan (Valmayor et al., 2000). Pisang mempunyai kandungan gizi yang baik dan menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Mineral yang terdapat dalam buah pisang antara lain kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium. Buah pisang juga mengandung vitamin B kompleks, B6, C dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak (Simmond, 1986). Komposisi nutrisi pisang siam ditunjukkan pada Tabel 1. Apel Malang (Malus domestica) Apel malang adalah tanaman yang berasal dari Asia Barat. Pohonnya berukuran kecil antara 3-12 m dan daunnya berbentuk oval dengan panjang 5-12 cm. Bunganya berwarna putih dengan semburat merah muda yang terdiri dari lima petal dengan diameter 2,5-3,5 cm (Lauri et al., 2006). Tanaman ini berbuah pada musim gugur, ukuran diameter buahnya sebesar 5-12 cm dengan berat g/buah. Buahnya berbentuk bulat, tetapi ada beberapa yang jorong dan 14

13 mempunyai lima sekat tidak nyata dengan pucuk buah yang berlekuk dangkal sampai agak dalam. Kulit buah apel malang berpori agak tebal dan kasar. Bagian kulit yang terkena sinar matahari biasanya berwarna merah, sedangkan yang tidak terkena sinar matahari berwarna hijau. Aroma buahnya tidak tajam dan rasanya segar karena mengandung cukup banyak air. Daging buahnya agak kasar dengan warna kekuningan (Yulianti et al., 2007). Komposisi nutrisi apel malang ditunjukkan pada Tabel 1. Jambu Biji (Psidium guajava) Jambu biji atau sering disebut juga dengan jambu batu, jambu siki dan jambu klutuk adalah tanaman tropis yang berasal dari Brazil. Tanaman ini disebarkan ke Indonesia melalui negara Thailand. Jambu biji memiliki kulit buah yang berwarna hijau. Daging buahnya berwarna putih atau merah dan berasa asam-manis. Buah jambu biji dikenal mengandung banyak vitamin C (Astawan dan Kasih, 2008). Komposisi nutrisi jambu biji ditunjukkan pada Tabel 1. Ubi jalar (Ipomoea batatas) Ubi jalar tergolong dalam tanaman umbi-umbian dari tumbuhan semak bercabang. Tanaman ini memiliki batang yang gundul, terkadang membelit dan bergetah. Daunnya berbentuk segitiga berlekuk dan menjadi 3-5 lekukan dengan tangkai yang panjang. Bunganya berbentuk payung dan terdapat di setiap ketiak tangkai daun. Ubi jalar dikenal mengandung banyak betakaroten dan vitamin A yang tinggi. Selain itu, ubi jalar juga mengandung banyak karbohidrat (75-90%) yang terdiri dari pati (60-80% berat kering), gula (4-30% berat kering), selulosa, hemiselulosa dan pektin (Harli, 2000). Komposisi nutrisi ubi jalar ditunjukkan pada Tabel 1. Pemilihan dan Konsumsi Pakan Tingkat konsumsi (voluntary feed intake) diartikan sebagai jumlah pakan yang dikonsumsi apabila bahan pakan tersebut diberikan ad libitum (Parakkasi, 1995). Konsumsi zat pakan sangat diperlukan untuk membantu metabolisme 15

14 dalam tubuh (Sutardi, 1980). Aktivitas konsumsi meliputi proses mencari makan, mengenal dan mendekati pakan, proses bekerjanya indera hewan terhadap pakan, proses memilih pakan dan proses menghentikan pakan. Produktivitas hewan salah satunya dapat dilihat dari jumlah konsumsi. Konsumsi pakan akan bertambah jika diberikan pakan yang berdaya cerna lebih tinggi daripada pakan yang berdaya cerna rendah (Arora, 1989). Iklim yang sangat ekstrim berpengaruh terhadap konsumsi hewan, apabila iklim panas maka konsumsinya akan menurun, sebaliknya apabila iklim dingin maka jumlah konsumsi akan meningkat (Tomaszewska et al., 1991). Menurut Rowe (1996), lutung memakan daun kurang lebih 80% dari kebutuhan hidupnya, sedangkan sisanya berupa pakan buah-buahan. Bagian daun yang dimakan ujung daun, sedangkan bagian yang terbuang sebesar 10-66%. Daun yang masih muda biasanya dimakan habis, apabila daunnya sudah cukup tua maka yang dimakan hanya bagian ujung daun saja. Hal ini terjadi karena lutung dapat memilih jenis pakan yang sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan daun yang sudah tua biasanya kandungan nutrisinya sudah berkurang, selain itu bagian ujung daun yang sudah tua diduga rasanya lebih enak karena kandungan nutrisinya lebih banyak daripada bagian pangkal daun. Lutung lebih menyukai daun dengan pucuk-pucuk muda karena pada daun ini sedikit mengandung lignin dan tanin daripada daun yang sudah tua (Prayogo, 2006). 16

AKTIVITAS TINGKAH LAKU HARIAN LUTUNG MERAH JANTAN (Presbytis rubicunda) PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN SKRIPSI ADHI IRAWAN

AKTIVITAS TINGKAH LAKU HARIAN LUTUNG MERAH JANTAN (Presbytis rubicunda) PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN SKRIPSI ADHI IRAWAN AKTIVITAS TINGKAH LAKU HARIAN LUTUNG MERAH JANTAN (Presbytis rubicunda) PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN SKRIPSI ADHI IRAWAN DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kondisi Penangkaran Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Bogor terletak di Jalan Raya Bogor-Jakarta KM 46, Desa Sampora, Kecamatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi lutung Jawa Klasifikasi lutung Jawa menurut Groves (2001) dalam Febriyanti (2008) adalah sebagai berikut : Kingdom Class Ordo Sub ordo Famili Sub famili Genus : Animalia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-ekologi Ungko (Hylobates agilis) dan Siamang (Symphalangus syndactylus) 2.1.1 Klasifikasi Ungko (Hylobates agilis) dan siamang (Symphalangus syndactylus) merupakan jenis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Orangutan Orangutan termasuk kera besar dari ordo Primata dan famili Pongidae (Groves, 2001). Ada dua jenis orangutan yang masih hidup, yaitu jenis dari Sumatera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes TINJAUAN PUSTAKA Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan

TINJAUAN PUSTAKA. (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ilmiah Pengklasifikasian primata berdasarkan 3 (tiga) tingkatan taksonomi, yaitu (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan secara terang-terangan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke dalam keluarga Hylobatidae. Klasifikasi siamang pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Hylobates syndactylus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI Oleh : Nama : Rudi Novianto NIM : 10.11.3643 STRATA SATU TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 A. Abstrak Jambu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bio-ekologi 1. Taksonomi Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and Napier, 1986). Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taksonomi Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di Malaysia (Semenanjung Malaya) H. syndactylus continensis (Gittin dan Raemaerkers, 1980; Muhammad,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci merupakan salah satu ternak penghasil daging dengan protein yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci merupakan salah satu ternak penghasil daging dengan protein yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci merupakan salah satu ternak penghasil daging dengan protein yang tinggi, rendah kolestrol dan lemak. Kelinci mempunyai kemampuan tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class

Lebih terperinci

Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan

Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan Nurlina Saking dan Novia Qomariyah Disampaikan Dalam Rangka Seminar Nasional Teknologi Peternakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman umbi-umbian dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau uwi-uwian. Genus Dioscorea

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003) TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelinci Kelinci merupakan hewan yang mempunyai potensi sebagai penghasil daging yang baik. Hewan ini merupakan herbivore non ruminansia yang mempunyai sistem lambung sederhana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai. Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli subtropis dengan sistem perakaran terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk dari calon akar,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-Ekologi Owa Jawa 2.1.1 Taksonomi Klasifikasi owa jawa berdasarkan warna rambut, ukuran tubuh, suara, dan beberapa perbedaan penting lainnya menuru Napier dan Napier (1985)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Nilai Gizi Pakan Gizi pakan rusa yang telah dianalisis mengandung komposisi kimia yang berbeda-beda dalam unsur bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. produksi pisang selalu menempati posisi pertama (Badan Pusat Statistik, 200 3). Jenis pisang di

II.TINJAUAN PUSTAKA. produksi pisang selalu menempati posisi pertama (Badan Pusat Statistik, 200 3). Jenis pisang di II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Limbah Perkebunan Pisang di Riau 2.1.1 Pisang (Musa paradisiaca) Pisang merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indonesia dengan luas panen dan produksi pisang selalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L) Tanaman kacang panjang termasuk dalam famili papilionaceae yang tergolong tanaman semusim berbentuk perdu

Lebih terperinci

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian 2015 LUWAK Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian LUWAK A. Biologi Luwak Luwak merupakan nama lokal dari jenis musang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

BAB I BENGKUANG (Pachyrhizus erosus)

BAB I BENGKUANG (Pachyrhizus erosus) BAB I BENGKUANG (Pachyrhizus erosus) Gambar 1. Bengkuang Sumber: http://www.google.com/search?gs_rn=21&gs_ri=tanaman+bengkuang A. Sekilas Tanaman Bengkuang atau bengkoang (Pachyrhizus erosus) dikenal dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN 39 MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai dengan Juni 2008 di PT IndoAnilab, Bogor. Penelitian berlangsung tiga tahap, yaitu tahap pertama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya lurus atau sedikit miring ke atas.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tapir asia dapat ditemukan dalam habitat alaminya di bagian selatan Burma, Peninsula Melayu, Asia Tenggara dan Sumatra. Berdasarkan Tapir International Studbook, saat ini keberadaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan pakchoy di Indonesia Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur, dan masuk ke Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi Di seluruh dunia, terdapat 20 jenis spesies Macaca yang tersebar di Afrika bagian utara, Eropa, Rusia bagian tenggara, dan Asia (Nowak, 1999). Dari 20 spesies tersebut

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Gonda Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat menyebutnya chikenspike termasuk dalam keluarga Sphenocleaceae. Klasifikasi taksonomi dijelaskan

Lebih terperinci

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda 116 PEMBAHASAN UMUM Domestikasi adalah merupakan suatu upaya menjinakan hewan (ikan) yang biasa hidup liar menjadi jinak sehingga dapat bermanfaat bagi manusia. Domestikasi ikan perairan umum merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang merah termasuk dalam faimili Liliaceae yang termasuk tanaman herba, tanaman semusim yang tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kondisi tanah di Indonesia yang merupakan negara tropis basah. tahunnya diperlukan penambahan unsur hara yaitu untuk lahan kering sekitar

PENDAHULUAN. Kondisi tanah di Indonesia yang merupakan negara tropis basah. tahunnya diperlukan penambahan unsur hara yaitu untuk lahan kering sekitar PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi tanah di Indonesia yang merupakan negara tropis basah menyebabkan terjadinya pengikisan unsur hara yang berada pada lapisan top soil. Setiap tahunnya terjadi pengikisan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci