BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Dan Penelitian yang Relevan 1. Kajian Teori a. Sepeda Motor Honda Supra-X 125D Tahun 2007 Sepeda motor honda Supra-X 125D merupakan sepeda motor 4 langkah produk dari PT Astra Honda Motor yang mana menggunakan bahan bakar bensin. Motor 4 langkah adalah motor yang dalam satu siklus kerjanya memerlukan dua kali putaran poros engkol dan empat kali gerakan torak. Sepeda motor ini menggunakan silinder tunggal dengan kapasitas mesin atau volume langkah 124,8 cc. Daya maksimum yang dihasilkan yakni 9,3 PS/ 7500 RPM dan menggunakan karburator pada sistem bahan bakarnya (Honda Ramayana, 2014). b. Motor Bakar Motor bakar merupakan suatu pesawat yang digunakan untuk merubah energi kimia bahan bakar untuk melakukan kerja mekanik. Energi kimia tersebut diubah terlebih dahulu menjadi energi panas (thermal) sebelum digunakan untuk kerja mekanik. Motor bakar dibagi menjadi dua yakni motor pembakaran dalam dan motor pembakaran luar (Daryanto, 2013). 1) Motor pembakaran dalam Motor pembakaran dalam yaitu motor yang proses pembakaran bahan bakar terjadi di dalam motor, sehingga panas dari hasil pembakaran langsung diubah menjadi tenaga mekanik. Misalnya: turbin gas, motor bakar torak dan mesin diesel. 2) Motor pembakaran luar Motor pembakaran luar yaitu motor yang proses pembakaran bahan bakar terjadi di luar motor, sehingga untuk melaksanakan pembakaran digunakan commit mekanisme to user tersendiri. Panas dari hasil 7

2 digilib.uns.ac.id 8 pembakaran bahan bakar tidak langsung diubah menjadi tenaga gerak, tetapi melalui media penghantar, kemudian diubah menjadi tenaga mekanik. Misalnya mesin uap dan turbin uap. c. Motor Bensin 4 Langkah Motor bensin 4 langkah adalah sebuah motor yang dalam 1 kali proses kerja membutuhkan 4 kali langkah torak dan 2 kali putaran poros engkol. Adapun langkah kerjanya sebagai berikut : 1) Langkah Hisap Pada langkah hisap, torak bergerak ke bawah dimulai dari TMA sampai ke TMB. Torak yang bergerak dari TMA ke TMB mengakibatkan terjadi kehampaan (vacuum) di dalam silinder. Selama langkah torak ini katup hisap akan membuka dan katub buang menutup. Dengan demikian campuran udara dan bensin dihisap ke dalam silinder. 2) Langkah Kompresi Dalam langkah ini campuran udara dan bensin yang di dalam silinder dimampatkan oleh torak yang bergerak ke atas dari TMB ke TMA, kedua katup hisap dan katup buang akan menutup. Selama gerakan ini tekanan serta suhu campuranantar udara dan bahan bakar menjadi naik. Akibatnya campuran udara dan bahan bakar akan mudah terbakar. Sampai langkah ini poros engkol berputar satu kali. 3) Langkah Usaha Pada langkah usaha, mesin menghasilkan tenaga untuk menggerakkan kendaraan. Sesaat sebelum torak mencapai TMA pada langkah kompresi, busi memercikkan loncatan api pada campuran udara dan bahan bakar yang telah dikompresi. Dengan terjadinya pembakaran ini, dihasilkan tekanan yang dapat mendorong torak ke bawah. Usaha ini yang menjadi tenaga mesin (engine power). Selama langkah usaha ini katup hisap dan buang masih tertutup, torak telah melakukan tiga langkah dan poros berputar satu setengah commit putaran. to user

3 digilib.uns.ac.id 9 4) Langkah Buang Ketika torak berada di dekat TMB, katub buang terbuka dan katup hisap tertutup. Torak bergerak ke atas dan mendorong gas sisa pembakaran ke luar silinder melalui katup buang dan saluran pembuangan. Motor telah melakukan 4 langkah penuh yaitu hisap, kompresi, usaha dan buang. Poros engkol berputar 2 putaran penuh dan menghasilkan satu tenaga. Setelah langkah buang selesai, katup hisap dibuka dan katup buang ditutup. Torak akan bergerak lagi untuk persiapan berikutnya, yaitu langkah hisap. d. Karburator Karburator merupakan sebuah alat yang digunakan sebagai tempat bercampurnya udara dan bahan bakar dengan perbandingan tertentu. Sepeda motor saat ini masih banyak yang menggunakan karburator. Hal ini dikarenakan penggunaan sistem injeksi belum sepenuhnya diterapkan pada sepeda motor. Fungsi karburator menurut Jama, J (2008) adalah sebagai berikut : 1) Mengatur perbandingan jumlah campuran bahan bakar dan udara. 2) Mengubah campuran bahan bakar dan udara menjadi kabut. 3) Menambah dan mengurangi perbandingan jumlah bahan bakar dan udara sesuai dengan kecepatan dan beban mesin yang berubah- ubah. Prinsip kerja karburator sama dengan prinsip kerja pada semprotan serangga, yakni ketika udara ditekan, maka cairan yang berada dalam tabung akan terhisap bersama dengan udara terkaburasi (tercampur) dan keluar berupa gas (Bugis, 2009). e. Intake Manifold Intake manifold adalah satu komponen mesin yang mempunyai fungsi sebagai saluran pemasukan campuran bahan bakar dengan udara yang sudah berubah menjadi gas. Pada sepeda motor intake manifold terdiri dari sebuah pipa yang commit mempunyai to user lubang tunggal.

4 digilib.uns.ac.id 10 Gambar 2.1. Intake manifold Honda Supra-X 125D tahun 2007 (Sumber : Dokumen Pribadi, 2014) Ada dua saluran di kanan dan kiri intake manifold, yaitu : 1) Keran bensin vakum Sistem kerja keran bensin vakum berbeda dengan cara kerja keran manual. Cara kerja keran bensin vakum berdasarkan prinsip kevakuman di intake manifold. Oleh karena itu, pada keran bensin vakum ada selang yang menuju ke intake manifold. Pada keran bensin vakum terdapat dua selang berbeda. Satu selang besar menghubungkan keran dengan karburator. Sedangkan selang yang lebih kecil terhubung langsung dengan intake manifold. Selang kecil dari intake manifold inilah yang berfungsi melakukan hisapan pada keran. Karena adanya hisapan, pegas dan diafragma atau membran mulai terbuka. Akibatnya, bensin yang ada di tangki bahan bakar akan mengalir langsung ke selang bahan bakar. 2) SASS (Secondary Air Supply System) Pada semua motor baru pasti sudah dilengkapi dengan SASS (Secondary Air Supply System). Fungsinya untuk mengurangi kepekatan atau polusi gas buang.

5 digilib.uns.ac.id 11 SASS (Secondary Air Supply System) sendiri adalah sebutan pada Honda, di Yamaha saluran ini bernama AIS (Air Induction System), di Suzuki saluran ini bernama PAIR (Pulsed Secondary Air Injection System), sedangkan di Kawasaki saluran ini bernama HSAS (Highperformance Secondary Air System). Dari semua nama itu sebenarnya fungsi dan cara kerjanya sama, yaitu menginjeksikan udara ke lubang exhaust, sehingga polutan gas buang menjadi berkurang. Komponen utama SASS (Secondary Air Supply System) adalah rumah SASS yang berbentuk seperti keong. Rumah SASS ini sebenarnya hanya sebagai katup buka tutup. Di rumah SASS ini terdapat tiga selang. Dua selang besar berdiameter 10 mm dan satu selang kecil berdiameter 5 mm. Dua selang besar tadi beda tujuan, ada yang menuju filter udara dan ada yang menuju pipa di kepala silinder. Sedangkan selang yang kecil menuju ke intake manifold. Cara kerjanya yaitu ketika motor dihidupkan, akan terjadi kevakuman di intake manifold. Lalu kevakuman itu diteruskan melalui selang kecil menuju rumah SASS. Katup SASS akan terbuka dan membuat udara dari box filter terhisap akibat kevakuman dari lubang buang. Sehingga udara dari box filter akan bercampur dengan gas buang yang menyebabkan kepekatan gas buang menjadi berkurang. f. Perbandingan Udara dan Bahan Bakar (Air Fuel Ratio) Perbandingan udara dan bahan bakar penting dalam proses pembakaran. Hal ini dapat dikaitkan dengan pendapat yang menyatakan, (air fuel ratio) adalah faktor yang mempengaruhi kesempurnaan proses pembakaran di dalam ruang bakar (Bugis, 2009 : 5 ). Proses pembakaran pada mesin menghendaki campuran bahan bakar dan udara dalam perbandingan yang berbeda beda. Tergantung pada faktor yang mempengaruhi seperti temperatur, kecepatan mesin, beban dan kondisi lainnya.

6 digilib.uns.ac.id 12 Tabel 2.1. Air Fuel Ratio (AFR) Sesuai Kondisi Kerja Mesin Kondisi Kerja Mesin Perbandingan Udara dan Bahan Bakar Start 1-3 : 1 Stationer 8-10 : 1 Kecepatan rendah : 1 Pemakaian sedang : 1 ( Pemakaian beban berat : 1 Sumber : Suratman, 2003 : 31) Campuran bahan bakar dan udara yang masuk pada ruang bakar harus sesuai dengan kebutuhan mesin. Campuran udara-bahan bakar tersebut tidak boleh terlalu banyak atau disebut dengan campuran gemuk. AFR gemuk adalah campuran bahan bakar-udara dimana jumlah berat bahan bakar lebih banyak dari pada bahan bakar pada kondisi ideal. Campuran udara-bahan bakar juga tidak boleh terlalu sedikit atau campuran kurus. AFR kurus adalah campuran bahan bakar-udara dimana jumlah berat bahan bakar kurang dari jumlah berat bahan bakar pada kondisi ideal. AFR terlalu gemuk dan terlalu kurus akan berdampak kurang baik. AFR ideal akan menghasilkan pembakaran yang sempurna sehingga didapatkan konsumsi bahan bakar yang irit, tenaga mesin maksimal, suhu mesin tetap terjaga, dan emisi gas buang yang baik. Pada umumnya perbandingan udara dan bahan bakar dinyatakan berdasarkan perbandingan berat udara dan bahan bakar. Menurut Bugis (2009) berpendapat, perbandingan udara dan bahan bakar yang sempurna atau air fuel ratio (AFR) adalah 14,7 : 1, yaitu 14,7 udara berbanding 1 bensin (hlm. 6 ). Kondisi AFR yang telah dijelaskan di atas sangat berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar maupun tenaga mesin yang akan dihasilkan oleh motor. Pengaruh kondisi AFR tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2.

7 digilib.uns.ac.id 13 Gambar 2.2. Pengaruh AFR terhadap Konsumsi Bahan Bakar dan Tenaga Mesin (Sumber : As adi, 2011 : 1) g. Proses Pembakaran Pembakaran diawali dengan loncatan api busi pada akhir langkah kompresi. Temperatur pembakaran yang paling efisien berkisar antara 82 C sampai 99 C (Sugeng. Andun. Dan Djoko Sumaryanto, 2005 : 3). Semakin sempurna pembakaran, jumlah CO dan HC semakin sedikit. Pada pembakaran yang tidak sempurna sejumlah bahan bakar (unsur unsur H dan C) terbuang ke udara. Selain menibulkan polusi gas ini juga berbahaya dan tergolong sebagai racun. Proses pembakaran motor bakar dapat dibedakan menjadi : 1) Pembakaran Sempurna Proses pembakaran dapat dikatakan sempurna apabila semua unsur, C, H, S yang terkandung dalam bahan bakar bereaksi membentuk CO 2, H 2 O, SO 2. Syarat terjadinya proses pembakaran yang sempurna yaitu: a) Kuantitas udara (oksigen) yang bercampur dengan bahan bakar cukup b) Oksigen dan bahan bakar tercampur dengan sempurna

8 digilib.uns.ac.id 14 c) Campuran bahan bakar-udara terjaga di atas temperatur pengapiannya d) Volume ruang bakar yang memadai sehingga memberikan waktu yang cukup bagi bahan bakar udara untuk terbakar sempurna 2) Pembakaran Tidak Sempurna Pembakaran tidak sempurna terjadi karena ada sebagian komponen pembakaran yang tidak dapat bereaksi dengan sepurna atau terbakar habis. Ada 2 macam pembakaran tidak sempurna, yaitu : a) Pembakaran Awal (Pre Ignition) Sesuai dengan namanya pembakaran awal adalah pembakaran yang terjadi sebelum waktunya, yaitu pembakaran dimana bahan bakar terbakar dengan sendirinya sebagai akibat tekanan dan suhu yang cukup tinggi sebelum terjadinya percikan api dari busi. b) Knocking Knocking adalah peristiwa pada pembakaran normal dimana api menyebar ke seluruh bagian ruang bakar dengan kecepatan konstan dan busi sebagai pusat penyebaran. Dalam hal ini gas baru yang belum terbakar akan terdesak oleh gas yang telah terbakar, sehingga tekanan dan suhunya naik. Jika pada saat ini gas tersebut terbakar, maka dengan sendirinya akan timbul ledakan (detonasi) yang menghasilkan gelombang kejutan berupa suara ketukan (knocking). h. Bahan Bakar Bensin didapatkan dari hasil penyulingan minyak tanah yang kotor dengan berat jenis 0,68 sampai 0,72 menguap seluruhnya antara 0 dan 120 C. Bensin untuk motor merupakan campuran dari hasil hasil penyulingan yang ringan dan yang paling berat jenis ± 0,73 dan titik didih terakhir dari ± 190.

9 digilib.uns.ac.id 15 Nilai oktan (octane number) atau tingkatan dari bahan bakar adalah mengukur bahan bakar bensin terhadap anti-knock characteristic. Bensin dengan nilai oktan tinggi akan tahan terhadap timbulnya engine knocking dibanding dengan nilai oktan yang rendah. Sifat yang dimiliki bensin sebagai berikut: 1) Mudah menguap pada temperatur normal 2) Tidak berwarna tembus pandang dan berbau 3) Mempunyai titik nyala rendah (-10 sampai -15 ) 4) Mempunyai berat jenis yang rendah (0,60 sampai 0,78) 5) Menghasilkan jumlah panas yang besar (9,500 sampai dengan 10,500 kcal/kg) 6) Sedikit meninggalkan karbon setelah dibakar (New Step 1, 1994: 1-41) Bensin harus memenuhi beberapa syarat untuk memberikan hasil yang optimal dan kerja mesin yang lembut. Syarat-syarat tersebut adalah : 1) Volatilitas Bahan Bakar Volatilitas didefinisikan sebagai kecenderungan cairan bahan bakar untuk menguap (Ardiansyah, 2011). Campuran bahan bakar-udara yang masuk dalam silinder sebelum proses pembakaran diusahakan sudah dalam keadaan campuran uap bahan bakar-udara, sehingga memudahkan proses pembakaran. 2) Angka Oktan Angka oktan adalah suatu ukuran untuk mengidentifikasi karakteristik bensin dan mewakili karakteristik bahan bakar antingelitik (anti-knocking). Bensin dengan nilai oktan tinggi akan tahan terhadap timbulnya engine knocking dibanding dengan nilai oktan yang rendah. Dengan berkurangnya intensitas untuk berdenotasi, maka campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan oleh torak menjadi lebih baik dan pemakaian bahan bakar menjadi lebih hemat.

10 digilib.uns.ac.id 16 Bensin yang cenderung kearah sifat normal heptana disebut bensin dengan nilai oktan rendah karena mudah berdenotasi. Bahan bakar yang lebih cenderung kearah sifat iso-oktana dikatakan bensin dengan nilai oktan tinggi atau lebih sukar berdenotasi. Nilai oktan yang harus dimiliki oleh bahan bakar ditampilkan dalam tabel 2.2. Tabel 2.2. Nilai Oktan Gasolin Indonesia Jenis Angka Oktan Minimum 1 Premium RON 2 Pertamax 94 RON 3 Pertamax Plus 95 RON 4 Bensol 98 RON (Sumber: Ardiansyah, 2011 : 1) Brown gas memiliki nilai oktan lebih tinggi dari pada bahan bakar pada Tabel 2.1 yaitu sekitar 130 (Sudirman, 2008: 14). Semakin tinggi nilai oktan suatu bahan bakar, daya ledak yang dihasilkan akan lebih dahsyat. Efek ledakan tersebut membuat tenaga mesin akan meningkat dan konsumsi bahan bakar menjadi lebih irit. 3) Kestabilan Kimia dan Kebersihan Bahan Bakar Kestabilan kimia bahan bakar sangat penting, karena berkaitan dengan kebersihan bahan bakar yang selanjutnya berpengaruh terhadap sistem pembakaran dan sistem saluran. Bahan bakar sering menjadi polimer yang berupa endapan-endapan gum (getah) pada suhu tinggi. Endapan getah ini berpengaruh kurang baik terhadap sistem bahan bakar, misalnya pada katup-katup dan saluran bahan bakar. i. Nilai Kalori Bahan Bakar Nilai kalori adalah suatu angka yang menyatakan jumlah panas atau kalori yang dihasilkan dari proses pembakaran sejumlah tertentu bahan bakar dengan udara / oksigen.

11 digilib.uns.ac.id 17 Nilai kalori bahan bakar minyak umumnya antara BTU / lb ~ BTU / lb. Berikut beberapa nilai kalori untuk bahan bakar : 1) Solar = kkal/liter 2) RCO = kkal 3) LPG = kkal/m 3 4) Natural gas = kkal/m 3 5) Fuel oil = kkal/m 3 6) Batu bara = kkal/kg j. Konsumsi Bahan Bakar Konsumsi bahan bakar merupakan parameter yang biasa digunakan pada sistem motor pembakaran dalam untuk menggambarkan pemakaian bahan bakar (As adi, 2011 : 5). Menurut Saputra (2013 : 13), nilai konsumsi bahan bakar adalah jumlah konsumsi bahan bakar per satuan waktu (ml/menit). Nilai konsumsi bahan bakar yang rendah berarti pemakaian bahan bakar yang lebih irit, maka dari itu nilai konsumsi bahan bakar yang rendah sangat dibutuhkan untuk mencapai efisiensi bahan bakar. Fuel Consumption (FC) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : FC= Ǵ Dimana : FC = Konsumsi bahan bakar (ml/menit) V = Volume (ml) t = Waktu (menit)

12 digilib.uns.ac.id 18 Menurut Kusumaningrum (2013) ada beberapa hal yang mempengaruhi besarnya konsumsi bahan bakar antara lain : 1) Sistem bahan bakar rusak (bensin bocor, permukaan bensin di karburator terlalu tinggi, saringan udara kotor dan penyetelan kecapatan rendah tidak baik) 2) Sistem pengapian rusak (waktu penyalaan tidak tepat, busi meletup secara salah, titik kontak pemutus arus rusak) 3) Tekanan kompresi mesin rendah 4) Sistem penggerak katup salah 5) Pipa saluran gas buang tersumbat 6) Kopling selip 7) Rem menahan 8) Penggunaan sepeda motor tidak benar, misalnya perpindahan persneling yang kurang halus Konsumsi bahan bakar adalah banyaknya bahan bakar yang dipakai selama proses pembakaran berlangsung. Secara umum, faktor yang mempengaruhi konsumsi bahan bakar adalah kecepatan. Kecepatan yang semakin meningkat maka tingkat konsumsi bahan bakar akan semakin besar. Gambar 2.3. Grafik Kecepatan dan Konsumsi Bahan Bakar (Sumber: Arends & Berenschot, 1980: 28)

13 digilib.uns.ac.id 19 Berdasarkan gambar 2.3. di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kecepatan yang tingkat konsumsi bahan bakarnya paling rendah atau irit adalah antara kecepatan 40 km/h sampai 60 km/h. Itulah yang menjadi dasar dari peneliti dalam menentukan kecepatan sepeda motor dalam melakukan pengujiannya. Ada dua cara untuk menunjukkan pemakaian bahan bakar, diantaranya adalah dengan cara memberitahukan bahwa sebuah kendaraan memakai bensin 1 liter untuk 12 km. Cara lainnya adalah dengan pemberitahuan berapa banyak penggunaan bensin dalam liter untuk jarak sejauh 100 km. Motor yang tidak terpasang pada kendaraan yang berjalan, maka pemakaian bahan bakarnya ditetapkan dalam kg tiap kilo watt jam. Inilah yang disebut dengan pemakaian bahan bakar spesifik dan juga untuk motor mobil digunakan cara pemakaian bahan bakar seperti ini untuk mengadakan perbandingan penghematan dari motor sejenis dan untuk menentukan frekuensi putar yang paling efektif. (Arends & Berenschot, 1980: 27) Pada penelitian Kusumaningrum (2013), pengukuran konsumsi bahan bakar dilakukan dengan uji jalan yang menempuh jarak 8 km dengan kecepatan 80 km/jam. Pengujian konsumsi bahan bakar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengujian pada kondisi idle dan dengan uji jalan. Untuk melakukan uji jalan harus memenuhi beberapa syarat. Diantaranya kondisi jalan dan cuaca jalan harus kering, permukaan jalan boleh mengandung sedikit kelembaban, tidak ada lapisan air di area jalan, panjang jalur uji harus minimal 2 km boleh sirkuit tertutup atau lintasan lurus (pengujian dilakukan pada kedua arah), lintasan uji harus memungkinkan untuk menjaga kecepatan konstan, permukaan jalan dalam keadaan baik, dan kemiringannya tidak melebihi 2 o antara dua titik manapun yang berjarak 2 m (SNI Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Kategori M1 dan N1, 2010).

14 digilib.uns.ac.id 20 Pada penelitian ini pengukuran konsumsi bahan bakar dilakukan dengan uji jalan yang menempuh jarak 8 km dengan kecepatan 60 km/jam. Jarak tempuh 8 km dipilih karena menurut SNI Pengukuran Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Kategori M1 dan N1 jarak minimal melakukan pengujian konsumsi bahan bakar adalah 2 km. Kecepatan 60 km/jam dipilih karena menurut Arends & Berenschot (1980), konsumsi bahan bakar minimal didapat pada kecepatan 40 km/jam 60 km/jam. k. Elektroliser Elektroliser merupakan alat yang digunakan untuk menguraikan air menjadi hidrogen dan oksigen. Dalam elektroliser, air (g o ) dipecah menjadi gas HHO atau yang lebih dikenal dengan brown gas. Elektroliser menghasilkan hidrogen dengan cara mengalirkan arus listrik pada media air yang mengandung larutan elektrolit. Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia (Sudirman 2008:7). Proses penguraian unsur unsur pembentuk air disebut sebagai elektrolisis air.

15 digilib.uns.ac.id 21 Menurut Putero, S.H, Kusnanto, Yusriyani (2008) faktor faktor yang mempengaruhi proses elektrolisis antara lain : 1) Kerapatan arus listrik Kenaikan kerapatan arus akan mempercepat ion bermuatan membentuk flok. Jumlah arus listrik yang mengalir berbanding lurus dengan bahan yang dihasilkan selama proses. 2) Waktu Menurut hukum Faraday, jumlah muatan yang mengalir selama proses elektrolisis sebanding dengan jumlah waktu kontak yang digunakan. 3) Tegangan Karena arus yang menghasilkan perubahan kimia mengalir melalui medium (logam atau elekrolit) disebabkan adanya beda potensial, karena tahanan listrik pada medium lebih besar dari logam, maka yang perlu diperhatikan adalah mediumnya dan batas antar logam dengan medium. 4) Kadar keasaman (ph) Karena pada proses ini terjadi proses elektrolisis air yang menghasilkan gas hidrogen dan ion hidroksida, dengan semakin lama waktu kontak yang digunakan, maka semakin cepat juga pembentukan gas hidrogen dan ion hidroksida, apabila ion hidroksida yang dihasilkan lebih banyak maka akan menaikkan ph dalam larutan. ph larutan juga mempengaruhi kondisi spesies pada larutan dan kelarutan dari produk yang dibentuk. ph larutan mempengaruhi keseluruhan efisiensi dan efektifitas dari elektrolisis. 5) Ketebalan plat Semakin tebal plat elektroda yang digunakan, daya tarik elektrostatiknya dalam mereduksi dan mengoksidasi ion logam dalam larutan akan semakin besar. 6) Jarak antar elektroda Besarnya jarak antar elektroda mempengaruhi besarnya hambatan elektrolit, semakin besar jaraknya semakin besar hambatannya, sehingga semakin kecil arus yang mengalir. l. Komponen Elektroliser Komponen penting yang menunjang proses elektrolisis untuk menghasilkan gas HHO adalah tabung elektroliser, elektroda, larutan elektrolit dan water trap ( Sudirman, 2008). 1) Tabung elektroliser Tabung elektroliser merupakan alat yang digunakan untuk menampung larutan elektrolit juga sebagai tempat untuk menghasilkan gas HHO. Tabung elektroliser yang digunakan

16 digilib.uns.ac.id 22 biasanya terbuat dari bahan kaca atau plastik yang tahan panas. Bahan ini digunakan dengan alasan karena proses elektrolisis yang menghasilkan gas HHO ini juga menghasilkan panas. Tabung yang digunakan dapat berupa toples bekas makanan atau minuman. Gambar 2.4. Tabung Elektroliser. (Sumber: Dokumen Pribadi, 2014) 2) Elektroda Gas HHO yang dihasilkan dalam proses elektrolisis ini akan terjadi karena adanya arus listrik yang melewati elektroda. Elektroda ini pula yang akan menguraikan unsur - unsur air. Elektroda terdiri dari kutub katoda (-) dan kutub anoda (+) dimasukkan dalam larutan elektrolit. Elektroda yang digunakan pada penelitian ini adalah kawat tembaga. Pemilihan elektroda kawat tembaga ini didasari karena daya hantar/ konduktivitas listriknya lebih tinggi setelah perak jika dibandingkan dengan logam yang lainnya. Selain itu kawat tembaga lebih mudah dijumpai atau di dapat di toko bangunan. Berikut adalah tabel 2.2 merupakan konduktivitas listrik dari masing masing logam.

17 digilib.uns.ac.id 23 Tabel 2.3. Konduktivitas Kamar Listrik Berbagai Logam pada Suhu Logam Konduktivitas listrik (ohmmeter) Perak 6,8 x 10 7 Tembaga 6, 0 x 10 7 Emas 4,3 x 10 7 Alumunium 3,8 x 10 7 Kuningan 1,6 x 10 7 Besi 1,0 x 10 7 Adapun sifat- sifat dari tembaga menurut Indrawan (2012), adalah sebagai berikut : a) Logam berwarna kemerah-merahan dan berkilauan b) Dapat ditempa, dibengkokan dan merupakan penghantar panas dan listrik yang baik kedua setelah perak c) Titik leleh : C, titik didih : C d) Berat jenis tembaga sekitar 8,92 gr/cm 3 (Jim Clark, 2007). Tembaga sebagai bahan konduktor berfungsi untuk menghantarkan arus listrik. Menurut hukum Ohm nilai tegangan dan kerapatan arus dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Tegangan dalam suatu konduktor dirumuskan : V = I. R Dimana V = tegangan (volt) I = arus (ampere) R = hambatan (ohm) Rapat arus listrik dalam suatu konduktor dirumuskan : J = Dimana J = rapat arus ( Ö ) I = arus (ampere) A = luas penampang ( m 2 ) dari rumus diatas dapat dinyatakan bahwa rapat arus dan tegangan berbanding terbalik commit dengan to luas user penampang. Mengacu pada teori

18 digilib.uns.ac.id 24 diatas maka pada penelitian ini akan menggunanakan variasi diameter kawat tembaga yakni sebesar 1,5 mm, 2,5 mm, dan 4,0 mm. Variasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap konsumsi bahan bakar sepeda motor Honda Supra-X 125D tahun 2007 kaitannya sebagai penghantar arus listrik dalam tabung elektroliser untuk menghasilkan gas HHO. 3) Elektrolit Elektrolit terdiri dari air murni dan katalisator. Elektrolit digunakan untuk menghasilkan gas HHO pada proses elektrolisis. Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Sudirman ( 2008:11), komposisi yang paling ideal antara air murni dengan katalisator adalah 1,5 sendok teh atau sekitar 12 gram berbanding dengan 0,9-1 liter air. Komposisi tersebut hasilnya cukup baik, terlihat dari produksi brown gas dan temperatur tabung elektroliser yang cukup, yaitu 50 o C sampai dengan 70 o C. 4) Katalis Menurut Rufiati (2011 : 11), katalis adalah suatu zat yang dapat meningkatkan laju reaksi dan setelah reaksi selesai, terbentuk kembali dalam kondisi tetap. Katalis ikut terlibat dalam reaksi, memberikan mekanisme baru dengan energi pengaktifan yang lebih rendah dibanding reaksi tanpa katalis. a) Kalium Hidroksida (KOH) KOH merupakan senyawa basa, jika dilarutkan kedalam air maka akan membentuk larutan KOH. KOH tersebut akan menjadi katalisator yang berfungsi untuk mempermudah pemutusan ikatan gas hidrogen dan oksigen dalam air. Semakin besar kosentrasi larutan KOH ketika dielektrolisis, diduga semakin besar pula peluang untuk menghasilkan gas hidrogen dan oksigen dalam jumlah yang banyak. Begitu pula pengaruh arus yang di berikan oleh sumber tenaga. Semakin besar arus yang diberikan commit maka semakin to user banyak gelembung-gelembung

19 digilib.uns.ac.id 25 yang muncul dari permukaan katoda. Gelembung-gelembung tersebut merupakan proses pemutusan ikatan antara H 2 dan O 2 didalam senyawa air sehingga H 2 dan O 2 semakin banyak. Gambar 2.5. KOH (Sumber : Dokumen Pribadi, 2014) Nilai ph dalam 1 liter aquades yang dicampur dengan 12 gram KOH adalah : 1 liter aquades, 12 gr KOH, Mr=56 ¾ ƯOH ±O âƽǵ À ƯOH fog H f H og H og.¾ 1.0,2 ¾ 1 âƽǵ 0,2 ¾ og logog log10 2 g 14 og Keterangan : Mb : Molaritas Basa X : Jumlah OH - dalam rumus kimia b) Natrium Sulfat (Na 2 SO 4 ) Natrium sulfat adalah hasil garam natrium dari asam sulfur. Dalam bentuk anhidratnya, senyawa ini berbentuk padatan kristal putih dengan rumus kimia Na 2 SO 4. Sedangkan bentuk dekahidratnya mempunyai rumus kimia Na 2 SO 4 10H 2 O yang dikenal dengan nama garam Glauber atau sel mirabilis.

20 digilib.uns.ac.id 26 Gambar 2.6. Na 2 SO 4 (Sumber : Dokumen Pribadi, 2014) Nilai ph dalam 1 liter aquades yang dicampur dengan 12 gram Na 2 SO 4 adalah : 1 liter aquades, 12 gr Na 2 SO 4, Mr=142 ¾ ƯOH ±O âƽǵ À ƯOH À o H 2 H o H 1 âƽǵ 0,08 ¾ Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa kuat bersifat netral sehingga nilai ph=7. Na 2 SO 4 Kation Na + Na+ berasal dari NaOH o berasal dari g o tidak terhidrolisis karena berasal dari basa kuat NaOH. Anion o tidak terhidrolisis karena berasal dari asam kuat g o. Karena kation dan anion tidak terhidrolisis, maka Na 2 SO 4 termasuk garam yang tidak terhidrolisis. Sifat larutannya adalah netral dengan ph=7. Dalam penelitian ini katalis yang digunakan adalah Kalium Hidroksida (KOH) dan Natrium Sulfat (Na 2 SO 4 )

21 digilib.uns.ac.id 27 Katalis tersebut masing- masing akan dicampurkan dengan air murni untuk mengetahui perbedaan gas HHO yang dihasilkan dan bagaimana pengaruhnya terhadap konsumsi bahan bakar sepeda motor Honda Supra X 125D tahun m. Lilitan Elektroda Pada penelitian ini menggunakan kawat tembaga sebagai elektroda yang dililitkan pada bahan akrilik. Akrilik selain berfungsi sebagai dudukan atau tempat melilitkan elektroda juga sebagai bahan isolator. Elektroda terbagi menjadi dua lilitan yakni kutub positif sebagai anoda dan kutub negatif sebagai katoda. Dalam melilit kedua kutub ini tidak boleh saling bersentuhan karena secara fungsional keduanya memiliki peran masing masing dalam proses elektrolisis. Kutub positif anoda berfungsi untuk menangkap partikel oksigen ( O) sedangkan kutub negatif katoda berfungsi untuk menangkap partikel hidrogen (H). Gambar 2.7. Lilitan Elektroda (Sumber : Dokumen Pribadi, 2014)

22 digilib.uns.ac.id 28 n. Cara Kerja Elektroliser Menurut penelitian yang dilakukan Kusumaningrum (2013) menyatakan cara kerja elektroliser sebagai berikut : Gas HHO atau brown gas yang telah dihasilkan di dalam elektroliser akan terisap oleh mesin (ketika torak langkah hisap). Gas HHO terbentuk akibat adanya aliran arus listrik yang berasal dari alternator sepeda motor. Sumber listrik tidak menggunakan accu karena kuat arus accu sepeda motor tidak mencukupi, yaitu sekitar 3,5 Ampere sedangkan kuat arus dari alternator sepeda motor dapat mencapai 5 Ampere. Arus listrik yang dibutuhkan oleh elektroliser adalah arus searah (DC), sedangkan alternator sepeda motor menghasilkan arus bolak-balik (AC), oleh karena itu diperlukan komponen penyearah arus yang dinamakan diode bridge. Cara kerja elektroliser adalah memecah air (H 2 O) menjadi gas hidrogen hidrogen oksigen (HHO) atau sering disebut sebagai brown gas. Elektroliser dapat menghasilkan gas HHO dengan cara mengalirkan arus listrik pada elektroda yang dihubungkan dengan larutan elektrolit. Tidak seperti pemanas, elektroda dalam elektroliser ini, kutup anoda dan katodanya tidak saling bersentuhan, sehingga mampu menghasilkan medan magnet buatan. Medan magnet yang terdapat diantara anoda dan katoda dapat mengubah struktur atom hidrogen (H 2 ) dan oksigen (O) pada air dari bentuk diatomik menjadi bentuk monoatomik. Selain itu, ikatan neutron yang mengikat partikel H dan O akan terlepas, sehingga partikel O akan tertarik ke kutub positif (anoda) dan partikel H akan tertark ke kutub negatif (katoda). Proses pecahnya bentuk diatomik menjadi monoatomik dan tertariknya partikel O ke kutub positif dan partikel H ke kutub negatif ini yang disebut sebagai proses disosiasi. Sejalan dengan proses tersebut, gelembung gas H dan O yang melekat pada elektroda akan semakin bertambah, kemudian terlepas dan mengambang, kemudian gelembung bergerak naik. Saat gelembung gas hidrogen dan oksigen monoatomik terlepas dari permukaan air, partikel gas H dan O akan berikatan kembali di udara sebagai brown gas atau gas HHO. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa elektroliser akan menghasilkan gas HHO dengan cara mengalirkan arus listrik melewati elektroda yang dihubungkan dengan larutan elektrolit. Katoda dan anoda pada elektroda ini tidak bersentuhan, maka akan menghasilkan medan magnet yang memecah struktur atom hidrogen dan oksigen menjadi monoatomik. Gas HHO inilah yang akan disalurkan melalui selang ke dalam intake manifold dan commit dicampurkan to user dengan campuran bahan bakar

23 digilib.uns.ac.id 29 dan udara untuk dimanfaatkan dalam proses pembakaran di dalam silinder. o. Saluran Gas Brown. Saluran brown gas adalah saluran yang berfungsi sebagai jalan hasil elektrolisis (brown gas) dari elektroliser menuju ke ruang bakar. Menurut penelitian Waluyo (2009) yang berjudul Kaji Eksperimen Pengaruh Penambahan Elektroliser pada Sistem Bahan Bakar Sepeda Motor Satu Silinder C100, pada sepeda motor saluran brown gas dapat diletakkan di sistem pemasukan udara dan bahan bakar, yaitu sebelum karburator atau sesudah karburator. Gambar 2.8. Saluran Brown Gas BTV (Before Thtrottle Valve) (Sumber: Waluyo, 2009: 32) Gambar 2.9. Saluran Brown Gas ATV (After Thtrottle Valve) (Sumber: Waluyo, 2009: 32)

24 digilib.uns.ac.id 30 Gambar 2.8. menjelaskan bahwa saluran brown gas yang pemasangannya sebelum karburator diletakkan pada saringan udara. Hal ini berarti brown gas yang dihasilkan elektrolisis akan bercampur dengan udara terlebih dahulu (volume udara belum diatur oleh karburator) kemudian baru akan bercampur dengan bahan bakar di karburator. Pemasangan seperti ini juga memberikan jarak tempuh yang cukup jauh untuk brown gas mencapai ke ruang bakar. Gambar 2.9. menjelaskan bahwa saluran brown gas yang pemasangannya sesudah karburator diletakkan pada intake manifold. Hal ini berarti brown gas yang dihasilkan elektrolisis akan bercampur dengan campuran udara-bahan bakar yang telah diatur oleh karburator. Pemasangan seperti ini juga memberikan jarak tempuh yang lebih dekat untuk brown gas mencapai ke ruang bakar dibandingkan dengan pemasangan sebelum karburator. Cara pemasangan saluran brown gas tersebut menghasilkan nilai konsumsi bahan bakar yang berbeda. Pemasangan sesudah karburator mempunyai nilai konsumsi bahan bakar kurang dari pemasangan sebelum karburator. Hal ini dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh As adi (2011) yang berjudul Uji Pemasangan Brown Gas Terhadap Performa Motor Bensin Empat Langkah. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemasangan Brown Gas Before Carburetor (BGBC) mampu menghemat bahan bakar sebesar 13,46%, sedangkan pemasangan Brown Gas After Carburetor (BGAC) mampu menghemat bahan bakar sebesar 16,46%. p. Instalasi Elektroliser pada Sepeda Motor Langkah-langkah instalasi pada sepeda motor menurut Sudirman (2008 : 42) sebagai berikut : 1) Menyiapkan tabung elektroliser yang telah diisi dengan air murni (aquades) sebanyak 1 liter dan menambahkan 12 gram katalis, lalu diaduk hingga rata dan menutup tabung dengan rapat.

25 digilib.uns.ac.id 31 2) Langkah selanjutnya adalah memasang kabel kutub positif pada spull jalan, setelah itu disolder dan diisolasi. 3) Memasang skun pada kabel kemudian mengisolasi, dan menghubungkan kabel ke diode bridge. 4) Memasang kabel ground, selanjutnya memasang tabung elektroliser pada tempat yang aman serta mengikat dengan kabeltis. 5) Menghubungkan saluran intake manifold. Memasang elbow dan selang penyalur gas Hidrogen Hidrogen Oksigen (HHO). Kemudian merapikan kabel-kabel. 6) Menghidupkan motor. Keuntungan yang diperoleh dari pemasangan tabung elektroliser pada sepeda motor menurut Sudirman (2008 : 43) sebagai berikut 1) Menghemat bahan bakar hingga 30% atau bahkan bisa lebih 2) Suara mesin lebih halus 3) Tarikan tenaga mesin meningkat 4) Emisi gas buang turun, sehingga lebih ramah lingkungan Dari pernyataan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa pemasangan elektroliser pada sepeda motor dapat meningkatkan unjuk kerja mesin, selain itu lebih hemat bahan bakar dan tentunya lebih efesien. q. Dioda Bridge Dioda bridge adalah komponen elektronika semikonduktor yang berfungsi sebagai penyearah arus bolak-balik (AC). Disebut dioda bridge karena didalam komponen ini terdapat empat buah dioda yang dihubungkan saling bertemu satu sama lain (bridge rectifier/penyearah jembatan). Dioda brige dipilih sebagai penyearah arus dalam penelitian ini karena dioda brige memiliki empat kaki sesuai dengan yang dibutuhkan untuk pemakaian/ perangkaian elektroliser pada sepeda motor, sedangkan dioda biasa hanya memiliki dua kaki sehingga tidak dapat digunakan pada penelitian ini.

26 digilib.uns.ac.id 32 Gambar Dioda Bridge (Sumber: Saputra, 2013:23) 2. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian tentang penggunaan bahan bakar air telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya dengan beragam hasil. Diantaranya yaitu : Kusumaningrum, P.P. (2013) yang berjudul Pengaruh Variasi Jumlah Plat Stainless Steel dan Variasi Pemasangan Saluran Brown Gas pada Elektroliser terhadap Konsumsi Bahan Bakar Sepeda Motor Supra-X 125R CW Tahun Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa (1) Ada pengaruh yang signifikan dari variasi jumlah plat stainless steel pada elektroliser terhadap konsumsi bahan bakar sepeda motor Supra-X 125R CW 125 Tahun (2) Ada pengaruh yang signifikan dari variasi pemasangan saluran brown gas pada elektroliser terhadap konsumsi bahan bakar sepeda motor Supra-X 125R CW 125 Tahun (3) Ada interaksi yang signifikan dari dari variasi jumlah plat stainless steel dan variasi pemasangan saluran brown gas pada elektroliser terhadap konsumsi bahan bakar sepeda motor Supra-X 125R CW 125 Tahun (4) Penggunaan elektroliser dengan konstruksi elektroda stainless steel yang berjumlah 8 plat merupakan konstruksi yang paling ideal untuk digunakan pada sepeda motor Honda Supra-X 125R CW karena konstruksi ini mempunyai konsumsi bahan bakar yang paling hemat yaitu sebesar 32 ml/8 km atau commit 22,80% to dari user konsumsi bahan bakar standar.

27 digilib.uns.ac.id 33 As adi (2011) yang berjudul Uji Pemasangan Brown Gas terhadap Performa Motor Bensin Empat Langkah Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemasangan Brown Gas Before Carburetor (BGBC) mampu menghemat bahan bakar sebesar 13,46%, sedangkan pemasangan Brown Gas After Carburator (BGAC) mampu menghemat bahan bakar sebesar 16,46%. Saputra, H.A. (2013) yang berjudul Penggunaan Elektroliser Kawat Tembaga dan Variasi Larutan terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Sepeda Motor Yamaha Mio tahun Hasil penelitiannya menunjukkan terjadi penurunan tingkat konsumsi bahan bakar premium pada sepeda motor Yamaha Mio tahun 2010 yang menggunakan elektroliser dengan variasi larutan NaHCO 3 sebesar 0,47 ml/menit, KOH sebesar 0,6 ml/menit dan NaOH sebesar 1,27 ml/menit dibandingkan pengujian konsumsi bahan bakar premium tanpa menggunakan elektroliser. Sutomo, Murni, Senen, Rahmat (2010) yang berjudul Pengaruh Elektroliser terhadap Kepekaan Bahan Bakar pada Mesin Diesel 1 Silinder 20 hp. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan elektroliser yang menghasilkan gas HHO dapat menaikan kandungan cetana dalam bahan bakar solar sehingga pembakarannya dapat lebih sempurna selanjutnya bahan bakar dapat dihemat. N.Nagai, M.Takeuchi, T.Kimura, T.Oka (2002) yang berjudul Existence of optimum space between electrodes on hydrogen production by water electrolysis. Dalam peneletian tersebut menyebutkan tegangan yang diperlukan untuk dapat memproduksi gas HHO sebesar 1,23 Volt pada 1 atm dan suhu 25 0 C. Penelitian tersebut menggunakan plat sebagai elektrodaya dengan variasi jarak antar elektroda, semakin dekat jarak elektroda maka hasil produksi brown gas semakin baik. Kesimpulan mengenai jarak elektroda tersebut mendasari konstruksi elektroda yang berjarak 5 mm pada elektroliser di penelitian ini. Hasil dari kelima penelitian yang relevan tersebut menjadi dasar penelitian ini yaitu dengan menggunakan elektroliser yang divariasikan

28 digilib.uns.ac.id 34 diameter kawat tembaga sebagai elektrodanya dan variasi larutan untuk diujikan pada sepeda motor Honda Supra-X 125D tahun B. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori dan penelitian yang relevan, maka kerangka pemikiran dirumuskan seperti berikut: 1. Pengaruh Diameter Kawat Tembaga pada Elektroliser terhadap Konsumsi Bahan Bakar Elektroliser adalah alat untuk proses elektrolisis. Elektrolisis membutuhkan elektroda dan arus listrik. Dalam penelitian ini menggunakan elektroda kawat tembaga. Diameter elektroda divariasi menjadi 1,5 mm, 2,5 mm, dan 4,0 mm. Arus listrik berasal dari spul penerangan sepeda motor yang besar arusnya kurang lebih 5 Ampere. Dengan arus yang dihasilkan tersebut, pada diameter elektroda 2,5 mm dan 4,0 mm nilai kerapatan arus dan tegangannya akan lebih kecil. Hal ini mengakibatkan produksi brown gas kurang optimal dan proses pembakaran menjadi kurang sempurna, sehingga penghematan konsumsi bahan bakar kurang optimal. Untuk diameter 1,5 mm nilai kerapatan arus dan tegangannya akan lebih besar, sehingga produksi brown gas menjadi optimal dan proses pembakaran menjadi lebih sempurna. Sehingga konsumsi bahan bakar menjadi lebih hemat jika dibandingkan dengan konsumsi bahan bakar dengan penggunaan diameter 2,5 mm dan 4,0 mm. 2. Pengaruh Larutan pada Elektroliser terhadap Konsumsi Bahan Bakar Larutan katalis pada elektroliser berfungsi untuk meningkatkan laju reaksi. Dalam penelitian ini menggunakan larutan Na 2 SO 4 dan KOH. Karena Na 2 SO 4 merupakan garam netral maka kecepatan dalam memicu terjadinya reaksi akan lebih lambat, sehingga mengakibat produksi brown gas kurang optimal. Sedangkan KOH merupakan basa kuat maka akan lebih cepat dalam memicu terjadinya reaksi, sehingga produksi brown gas akan lebih optimal. Sehingga konsumsi bahan bakar menjadi lebih hemat jika dibandingkan dengan konsumsi bahan bakar commit dengan to penggunaan user larutan Na 2 SO 4.

29 digilib.uns.ac.id Interaksi Antara Diameter Kawat Tembaga dan Larutan pada Elektroliser terhadap Konsumsi Bahan Bakar Penggunaan elektroliser dengan variasi diameter kawat tembaga (1,5 mm, 2,5 mm, dan 4,0 mm) yang dialiri arus listrik dari spul penerangan yang besar arusnya kurang lebih 5 Ampere diinteraksikan dengan larutan (Na 2 SO 4 dan KOH) yang digunakan. Interaksi dari elektroliser dengan diameter kawat tembaga 1,5 mm dan penggunaan larutan KOH akan mempunyai pengaruh lebih baik terhadap konsumsi bahan bakar. Hal ini dikarenakan elektroliser dengan diameter kawat tembaga 1,5 mm dan menggunakan larutan KOH dapat memproduksi brown gas dengan optimal kemudian brown gas disalurkan melalui intake manifold yang akan bercampur dengan campuran udara-bahan bakar. Sehingga konsumsi bahan bakar akan lebih hemat dibandingkan dengan variasi diameter kawat tembaga dan variasi larutan yang lain. C. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut : 1. Ada pengaruh penggunaan elektroliser dengan variasi diameter kawat tembaga terhadap konsumsi bahan bakar sepeda motor Honda Supra-X 125D Tahun Ada pengaruh jenis larutan terhadap konsumsi bahan bakar sepeda motor Honda Supra-X 125D Tahun Ada interaksi dari penggunaan elektroliser dengan variasi diameter kawat tembaga dan variasi larutan terhadap konsumsi bahan bakar sepeda motor Supra-X 125D Tahun 2007, interaksi dari penggunaan diameter kawat tembaga 1,5 mm dan larutan KOH mempunyai pengaruh paling baik.

Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK) Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK) Jurnal Homepage: https://jurnal.uns.ac.id/jptk PENGARUH PENGGUNAAN HYDROGEN ECO BOOSTER TIPE DRY CELL DENGAN VARIASI LARUTAN ELEKTROLIT TERHADAP TORSI

Lebih terperinci

PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE

PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE Oleh: Dyah Yonasari Halim 3305 100 037 PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini transportasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan pengangkutan barang oleh berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Spark Iginition Engine a. Prinsip Kerja Motor Bensin Empat Langkah Sepeda motor di Indonesia saat ini umumnya menggunakan motor

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan pengujian, penulis memperoleh data-data hasil pengujian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan pengujian, penulis memperoleh data-data hasil pengujian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN Setelah melakukan pengujian, penulis memperoleh data-data hasil pengujian (Tabel 6) yang digunakan untuk menghitung besarnya daya engkol ( bp) dan konsumsi bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA/ LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA/ LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA/ LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Bahan bakar menggunakan teknologi elektrolisis air sebetulnya bukan merupakan sesuatu yang baru. Seorang berkebangsaan Swiss, Isaac De Rivaz

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER *Bambang Yunianto, Dwi Septiani Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4- III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi Sepeda Motor 4-langkah Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4- langkah. Adapun spesifikasi dari mesin uji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Motor Bakar Motor bakar adalah mesin atau peswat tenaga yang merupakan mesin kalor dengan menggunakan energi thermal dan potensial untuk melakukan kerja mekanik dengan

Lebih terperinci

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN Pengaruh penggantian koil pengapian sepeda motor dengan koil mobil dan variasi putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Honda Supra x tahun 2002 Oleh: Nuryanto K. 2599038 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Pengaruh Tabung Evaporasi Pada Instalasi Generator Hidrogen. Terhadap Kandungan Polutan Gas Sisa Pembakaran Pada Motor Statis Honda Supra

Pengaruh Tabung Evaporasi Pada Instalasi Generator Hidrogen. Terhadap Kandungan Polutan Gas Sisa Pembakaran Pada Motor Statis Honda Supra Pengaruh Tabung Evaporasi Pada Instalasi Generator Hidrogen Terhadap Kandungan Polutan Gas Sisa Pembakaran Pada Motor Statis Honda Supra Dengan Bahan Bakar Bensin Super Ekstra 95 Produksi Shell Christofel

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR A. Yudi Eka Risano Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, UNILA Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 Telp. (0721)

Lebih terperinci

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX THE INFLUENCE OF INDUCT PORTING INTAKE AND EXHAUST FOR THE 4 STROKES 200 cc PERFORMANCE

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K Adi Purwanto 1, Mustaqim 2, Siswiyanti 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc Fahmi Wirawan NRP 2108100012 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc Latar Belakang Menipisnya bahan bakar Kebutuhan bahan bakar yang banyak Salah satu solusi meningkatkan effisiensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. premium dan solar. Kelangkaan terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota di

I. PENDAHULUAN. premium dan solar. Kelangkaan terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Warga Lampung kini amat disulitkan akibat langkanya bahan bakar minyak jenis premium dan solar. Kelangkaan terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota di provinsi Lampung.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC TUGAS AKHIR RM 1541 (KE) PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC RIZKY AKBAR PRATAMA 2106 100 119 Dosen Pembimbing : Prof. Dr.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENGHASIL GAS HIDROGEN UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR

RANCANG BANGUN ALAT PENGHASIL GAS HIDROGEN UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR RANCANG BANGUN ALAT PENGHASIL GAS HIDROGEN UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR Maria Riswanti Tadubun, Rika Winarni, Fransiskus Tayi dan Richard Samuel Waremra S.T., M.Si, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Apabila meninjau mesin apa saja, pada umumnya adalah suatu pesawat yang dapat mengubah bentuk energi tertentu menjadi kerja mekanik. Misalnya mesin listrik,

Lebih terperinci

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Sepeda motor merupakan produk otomotif yang banyak diminati saat ini. Salah satu komponennya adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Motor Bakar Motor bakar adalah motor penggerak mula yang pada prinsipnya adalah sebuah alat yang mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diubah ke energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Nurdianto dan Ansori, (2015), meneliti pengaruh variasi tingkat panas busi terhadap performa mesin dan emisi gas buang sepeda motor 4 tak.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian dilakukan di Bengkel Otomotif Balai Besar Latihan Kerja Serang (BBLKI-Serang), dan sepeda motor yang akan digunaan pada penelitian adalah

Lebih terperinci

Latar belakang Meningkatnya harga minyak mentah dunia secara langsung mempengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Masyarakat selalu r

Latar belakang Meningkatnya harga minyak mentah dunia secara langsung mempengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Masyarakat selalu r PENGARUH VAPORASI BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP PENGHEMATAN KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUNG PADA MOTOR 4 LANGKAH Ridwan.,ST.,MT *), sandi kurniawan **), Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara yang diakibatkan oleh gas buang kendaraan bermotor pada akhir-akhir ini sudah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan dan memberikan andil yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidrogen Hidrogen adalah unsur kimia terkecil karena hanya terdiri dari satu proton dalam intinya. Simbol hidrogen adalah H, dan nomor atom hidrogen adalah 1. Memiliki berat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT 25 BAB IV PENGUJIAN ALAT Pembuatan alat pengukur sudut derajat saat pengapian pada mobil bensin ini diharapkan nantinya bisa digunakan bagi para mekanik untuk mempermudah dalam pengecekan saat pengapian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Marlindo (2012) melakukan penelitian bahwa CDI Racing dan koil racing menghasilkan torsi dan daya lebih besar dari CDI dan Koil standar pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Heru Setiyanto (2007), meneliti tentang pengaruh modifikasi katup buluh dan variasi bahan bakar terhadap unjuk kerja mesin pada motor bensin dua langkah 110

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang terjadi saat ini banyak sekali inovasi baru yang tercipta khususnya di dalam dunia otomotif. Dalam perkembanganya banyak orang yang

Lebih terperinci

ANALISIS APLIKASI TURBO CYCLONE, HIDROGEN BOOSTER, DAN WATER INJEKSI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG MOTOR BENSIN 110 CC

ANALISIS APLIKASI TURBO CYCLONE, HIDROGEN BOOSTER, DAN WATER INJEKSI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG MOTOR BENSIN 110 CC ANALISIS APLIKASI TURBO CYCLONE, HIDROGEN BOOSTER, DAN WATER INJEKSI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG MOTOR BENSIN 110 CC M. Firdaus Jauhari (1), Ricky Harnoko (1) dan Untung (1) (1) Staf

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL Didi Eryadi 1), Toni Dwi Putra 2), Indah Dwi Endayani 3) ABSTRAK Seiring dengan pertumbuhan dunia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

a. Harga minyak dunia naik BBM dalam negeri naik

a. Harga minyak dunia naik BBM dalam negeri naik LATAR BELAKANG Soegiono dan Ketut Budi Ardana (2006): a. Harga minyak dunia naik BBM dalam negeri naik Perekonomian nasional turun Harga kebutuhan pokok naik b. Cadangan minyak bumi 1,03 triliun barel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PEMANAS BAHAN BAKAR TERHADAP PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG MOTOR DIESEL MITSUBISHI MODEL 4D34-2A17 Indartono 1 dan Murni 2 ABSTRAK Efisiensi motor diesel dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi melaju sangat pesat, hampir semua sektor kehidupan telah menerapkan berbagai macam teknologi. Salah satu sektor yang selalu melakukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. SEJARAH MOTOR DIESEL Pada tahun 1893 Dr. Rudolf Diesel memulai karier mengadakan eksperimen sebuah motor percobaan. Setelah banyak mengalami kegagalan dan kesukaran, mak akhirnya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin bensin 4-langkah, alat ukur yang digunakan, bahan utama dan bahan tambahan..

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelangkaan bahan bakar merupakan masalah yang sering terjadi dan umum di Indonesia. Masalah ini adalah salah satu masalah yang berdampak pada masyarakat, karena permintaan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI ELEKTROLIT KALIUM HIDROKSIDA (KOH) PADA GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA & EMISI GAS BUANG MESIN SUPRA X PGMFi 125 cc

PENGARUH VARIASI ELEKTROLIT KALIUM HIDROKSIDA (KOH) PADA GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA & EMISI GAS BUANG MESIN SUPRA X PGMFi 125 cc TUGAS AKHIR - TM 091486 (KE) PENGARUH VARIASI ELEKTROLIT KALIUM HIDROKSIDA (KOH) PADA GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA & EMISI GAS BUANG MESIN SUPRA X PGMFi 125 cc ANDRIAN DWI PURNAMA 2105 100 003 Dosen

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Umum Motor Bensin Motor adalah gabungan dari alat-alat yang bergerak (dinamis) yang bila bekerja dapat menimbulkan tenaga/energi. Sedangkan pengertian motor bakar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 3.2 Hukum Utama Termodinamika Penjelasan Umum

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 3.2 Hukum Utama Termodinamika Penjelasan Umum 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar adalah sebuah mekanisme yang menstransformasikan energi panas menjadi energi mekanik melalui sebuah konstruksi mesin. Perubahan, energi panas menjadi energi

Lebih terperinci

PERFORMA GENERATOR HHO DALAM SISTEM BI-FUEL PADA SEPEDA MOTOR SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF ABSTRACT

PERFORMA GENERATOR HHO DALAM SISTEM BI-FUEL PADA SEPEDA MOTOR SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF ABSTRACT Nugraheni, I. K.,Jurnal ROTOR, Volume 1 Nomor 1, April 217 PERFORMA GENERATOR HHO DALAM SISTEM BI-FUEL PADA SEPEDA MOTOR SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Ika Kusuma Nugraheni 1,Anggun Angkasa 1, Abdul Rahman

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN BAB III DATA DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengujian yang dilakukan, dengan adanya proses penambahan gas hydrogen maka didapat hasil yaitu berupa penurunan emisi gas buang yang sangat signifikan. 3.1 Hasil

Lebih terperinci

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN Wachid Yahya, S.Pd, M.Pd Mesin Otomotif, Politeknik Indonusa Surakarta email : yahya.polinus@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja mesin serta mencari refrensi yang memiliki relevansi terhadap judul

Lebih terperinci

2.2.3 Persentil Konsep Perancangan dan Pengukuran Concept Scoring Hidrogen Karbon Monoksida 2-25

2.2.3 Persentil Konsep Perancangan dan Pengukuran Concept Scoring Hidrogen Karbon Monoksida 2-25 ABSTRAK Sepeda motor menjadi kendaraan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Selain mudah dan praktis dalam penggunaannya, konsumsi bahan bakar yang lebih rendah daripada mobil membuat

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR MAKALAH PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Bakar Bahan bakar yang dipergunakan motor bakar dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yakni : berwujud gas, cair dan padat (Surbhakty 1978 : 33) Bahan bakar (fuel)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motor Bensin Motor bensin adalah suatu motor yang menggunakan bahan bakar bensin. Sebelum bahan bakar ini masuk ke dalam ruang silinder terlebih dahulu terjadi percampuran bahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bensin Motor bensin adalah suatu motor yang mengunakan bahan bakar bensin. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas yang kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat transportasi sebagai moda penggerak berbagai bidang dimana terjadi perpindahan orang maupun barang dari suatu tempat ke tempat lain. Kebutuhan akan alat transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kebutuhan energy di Indonesia merupakan masalah yang serius dalam kehidupan manusia.energy merupakan komponen penting bagi kelangsungan hidup manusia karena

Lebih terperinci

ELEKTROLISIS UNTUK EFISIENSI BAHAN BAKAR BENSIN DAN PENINGKATAN KUALITAS GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR

ELEKTROLISIS UNTUK EFISIENSI BAHAN BAKAR BENSIN DAN PENINGKATAN KUALITAS GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR PEMANFAATAN AIR DAN NaHCO 3 DENGAN MENGGUNAKAN METODA ELEKTROLISIS UNTUK EFISIENSI BAHAN BAKAR BENSIN DAN PENINGKATAN KUALITAS GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR THE USE OF WATER AND NaHCO 3 WITH ELECTROLYSIS

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF KAPASITAS BESAR. Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS

PENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF KAPASITAS BESAR. Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS PENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF Dosen pembimbing : Prof.Dr.Ir.H.D.SUNGKONO, M.Eng.Sc. KAPASITAS BESAR Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS Theo

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Gas HHO Terhadap Unjuk Kerja Mesin Diesel Putaran Konstan Dengan Variasi Massa Katalis KOH pada Generator Gas HHO

Pengaruh Penambahan Gas HHO Terhadap Unjuk Kerja Mesin Diesel Putaran Konstan Dengan Variasi Massa Katalis KOH pada Generator Gas HHO JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Pengaruh Penambahan Gas HHO Terhadap Unjuk Kerja Mesin Diesel Putaran Konstan Dengan Variasi Massa Katalis KOH pada Generator Gas HHO Fahmi Wirawan, Djoko

Lebih terperinci

Surya Didelhi, Toni Dwi Putra, Muhammad Agus Sahbana, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 23-28

Surya Didelhi, Toni Dwi Putra, Muhammad Agus Sahbana, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 23-28 STUDI PENGARUH ACTIVE TURBO CYCLONE TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN 4 TAK 1 SILINDER Surya Didelhi 1), Toni Dwi Putra 2), Muhammad Agus Sahbana 3) ABSTRAK Semakin banyaknya jumlah kendaraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan mesin pada awalnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB II MOTOR BENSIN DAN MOTOR DIESEL

BAB II MOTOR BENSIN DAN MOTOR DIESEL BAB II MOTOR BENSIN DAN MOTOR DIESEL I. Motor Bensin dan Motor Diesel a. Persamaan motor bensin dan motor diesel Motor bensin dan motor diesel sama sama mempergunakan jenis bahan bakar cair untuk pembakaran.

Lebih terperinci

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH. Toni Dwi Putra 1) & Budyi Suswanto 2)

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH. Toni Dwi Putra 1) & Budyi Suswanto 2) PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH Toni Dwi Putra 1) & Budyi Suswanto 2) ABSTRAK Tingkat pemakaian kendaraan bermotor semakin

Lebih terperinci

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke)

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke) MOTOR BAKAR TORAK Motor bakar torak (piston) terdiri dari silinder yang dilengkapi dengan piston. Piston bergerak secara translasi (bolak-balik) kemudian oleh poros engkol dirubah menjadi gerakan berputar.

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra 6.2 SEL BAHAN BAKAR Pada dasarnya sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah baterai ukuran besar. Prinsip kerja sel ini berlandaskan reaksi kimia, bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Yudha (2014) meneliti tentang pengaruh bore up, stroke up dan penggunaan pengapian racing (busi TDR dan CDI BRT) terhadap kinerja motor Vega

Lebih terperinci

2.1.2 Siklus Motor Bakar Torak Bensin 4 Langkah

2.1.2 Siklus Motor Bakar Torak Bensin 4 Langkah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin 2.1.1 Pengertian Motor Bakar Torak Bensin Motor bakar torak bensin merupakan salah satu jenis motor bakar yang menggunakan bensin sebagai bahan bakarnya. Bensin

Lebih terperinci

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 STUDI KOMPARASI DARI ZAT ADITIF SINTETIK DENGAN ZAT ADITIF ALAMI TERHADAP PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN GENSET MOTOR BENSIN 4-LANGKAH

Lebih terperinci

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk dan Sampel Penelitian Bentuk penelitian ini adalah eksperimen untuk mengetahui produktifitas gas hidrogen dan gas oksigen selama proses elektrolisis. Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG Bambang Yunianto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO FINONDANG JANUARIZKA L 125060700111051 SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus thermodinamika yang paling banyak digunakan dalam kehidupan manusia. Mobil dan sepeda motor berbahan bakar bensin (Petrol Fuel)

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal II. TEORI DASAR A. Motor Bakar Motor bakar adalah suatu pesawat kalor yang mengubah energi panas menjadi energi mekanis untuk melakukan kerja. Mesin kalor secara garis besar di kelompokaan menjadi dua

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMEN: PENAMBAHAN ELEKTROLISER PADA SEPEDA MOTOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR SPESIFIK DAN PERUBAHAN KADAR EMISI GAS BUANG

KAJI EKSPERIMEN: PENAMBAHAN ELEKTROLISER PADA SEPEDA MOTOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR SPESIFIK DAN PERUBAHAN KADAR EMISI GAS BUANG KAJI EKSPERIMEN: PENAMBAHAN ELEKTROLISER PADA SEPEDA MOTOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR SPESIFIK DAN PERUBAHAN KADAR EMISI GAS BUANG Budi Waluyo, ST / Muji Setiyo, ST Jurusan Mesin Otomotif, Fakultas

Lebih terperinci

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq) 3. ELEKTROKIMIA 1. Elektrolisis Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan

Lebih terperinci

Spark Ignition Engine

Spark Ignition Engine Spark Ignition Engine Fiqi Adhyaksa 0400020245 Gatot E. Pramono 0400020261 Gerry Ardian 040002027X Handoko Arimurti 0400020288 S. Ghani R. 0400020539 Transformasi Energi Pembakaran Siklus Termodinamik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar adalah suatu tenaga atau bagian kendaran yang mengubah energi termal menjadi energi mekanis. Energi itu sendiri diperoleh dari proses pembakaran. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia yang semakin lama semakin beraneka ragam dan kemampuan yang semakin tinggi membuat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin modern

Lebih terperinci

PENGARUH INJEKSI GAS HIDROGEN TERHADAP KINERJA MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH 1 SILINDER

PENGARUH INJEKSI GAS HIDROGEN TERHADAP KINERJA MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH 1 SILINDER PENGARUH INJEKSI GAS HIDROGEN TERHADAP KINERJA MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH 1 SILINDER Oleh: HASIS AGUNG NUGROHO 050306012 Dosen Pembimbing: Ir. Joko Sarsetyanto, MT D III TEKNIK MESIN FTI-ITS Pendahuluan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PEMRODUKSI GAS BROWN SEBAGAI BAHAN BAKAR DENGAN METODE ELEKTROLISIS

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PEMRODUKSI GAS BROWN SEBAGAI BAHAN BAKAR DENGAN METODE ELEKTROLISIS PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PEMRODUKSI GAS BROWN SEBAGAI BAHAN BAKAR DENGAN METODE ELEKTROLISIS P E S E R T A T A : M. F A R I D R. R. ( 2 4 0 8 1 0 0 0 3 6 ) D OSEN P E M BIM B IN G I : D R. I R T

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN Agus Suyatno 1) ABSTRAK Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh: temperatur, kerapatan

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI PENAMBAHAN UKURAN DIAMETER SILINDER PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH TERHADAP DAYA YANG DIHASILKAN ABSTRAK Sejalan dengan pesatnya persaingan dibidang otomotif banyak orang berpikir untuk

Lebih terperinci

Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara

Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara Joko Suwignyo Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, IKIP Veteran Semarang Email: jokosuwignyu@gmail.com

Lebih terperinci

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI Robertus Simanungkalit 1,Tulus B. Sitorus 2 1,2, Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC Riza Bayu K. 2106.100.036 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H.D. Sungkono K,M.Eng.Sc

Lebih terperinci

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel A. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah 1. Prinsip Kerja Motor 2 Langkah dan 4 Langkah a. Prinsip Kerja Motor

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Fenomena Cyclone Pada proses pembakaran yang terjadi di dalam mesin bensin bergantung pada campuran antara bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam ruang bakar.

Lebih terperinci

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH

PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH Widya Teknika Vol.21 No.1; Maret 2013 ISSN 1411 0660 : 37-41 PEMANASAN BAHAN BAKAR BENSIN DENGAN KOMPONEN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN 4 LANGKAH Toni Dwi Putra 1), Budyi Suswanto

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. oksigen (O2) dan hydrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang

BAB II LANDASAN TEORI. oksigen (O2) dan hydrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Elektrolisasi Air Elektroisasi air merupakan peristiwa penguraian air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hydrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut.

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR INJEKSI ABSTRAK

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR INJEKSI ABSTRAK PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR INJEKSI Rusmono 1, Akhmad Farid 2,Agus Suyatno 3 ABSTRAK Saat ini sudah berkembang jenis sepeda motor yang menggunakan sistem injeksi bahan bakar

Lebih terperinci

Faizur Al Muhajir, Toni Dwi Putra, Naif Fuhaid, (2014), PROTON, Vol. 6 No 1 / Hal 24-29

Faizur Al Muhajir, Toni Dwi Putra, Naif Fuhaid, (2014), PROTON, Vol. 6 No 1 / Hal 24-29 PENGARUH PENAMBAHAN ETHANOL PADA BAHAN BAKAR PREMIUM TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR MATIC Faizur Al Muhajir (1), Toni Dwi Putra (2), Naif Fuhaid (2) ABSTRAK Pada motor bakar internal combustion, kadar

Lebih terperinci

SOLUSI PENGHEMATAN BENSIN DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI SEDERHANA GEN TANDON SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL Oleh: Benny Chandra

SOLUSI PENGHEMATAN BENSIN DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI SEDERHANA GEN TANDON SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL Oleh: Benny Chandra SOLUSI PENGHEMATAN BENSIN DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI SEDERHANA GEN TANDON SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL Oleh: Benny Chandra Monacho LATAR BELAKANG Di zaman modern, dengan mobilitas

Lebih terperinci