BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa Remaja adalah masa transisi yaitu antara masa anak anak ke masa dewasa..

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa Remaja adalah masa transisi yaitu antara masa anak anak ke masa dewasa.."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kenakalan Remaja Masa Remaja adalah masa transisi yaitu antara masa anak anak ke masa dewasa.. Menurut J.Piager, Remaja adalah peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yaitu antara tahun. Pada masa ini dia beralih dari masa yang penuh dengan ketergantungan kepada orang lain, dimana dia harus melepaskan diri dari ketergantungan itu dan ikut memikul tanggung jawab sendiri yaitu masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Remaja memiliki perasaan takut kehilangan masa anak-anak, hal ini disebabkan karena remaja nantinya akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Oleh sebab itu, masa remaja adalah masa yang paling sulit dalam tahap perkembangannya (J.Piager dalam Gunarsa 2003: 195). Menurut Sri Rumini & Siti Sundari masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa ( Diakses pada tanggal 24 Oktober 2012). Lebih lanjut Dr. Kartini Kartono mengatakan bahwa Remaja adalah suatu tingkatan umur, dimana seorang anak tidak lagi bersikap seperti anak-anak, tetapi belum dapat juga dipandang sebagai orang yang dewasa. ( repository.usu. ac.id/bitstream / /27551/4/Chapter%20I.pdf,Hal8, diakses pada tanggal 24 Oktober 2012). Jadi seorang anak atau remaja adalah batasan umur yang menjembatani antara umur anak-anak dengan dewasa. Masa remaja merupakan masa yang sangat rentan terhadap perilaku perilaku negatif, karena pada masa ini merupakan tahapan bagi seorang remaja menuju kedewasaan yang seringkali menuntut seorang remaja untuk menemukan karakter dan jati dirinya dan sayangnya seringkali seorang remaja dalam mencari jati dirinya sering terjerumus dalam pola hidup dan perilaku yang salah karena pengaruh negatif lingkungan

2 sosial dan kurang pengawasan dari beberapa pihak seperti orangtua dan sekolah, hal hal seperti inilah yang akhirnya menyebabkan remaja tersebut terjerumus pada kenakalan remaja dan bahkan kejahatan. Kenakalan Remaja merupakan tindakan melanggar peraturan atau hukum yang dilakukan oleh anak yang berada pada masa remaja. Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam yang ditetapkan orangtua, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya. Dalam batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku The Adolescence, terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu: 1. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah pencurian, penyerangan, perkosaan, dan pembunuhan. 2. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari rumah, membolos sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku seksual, dan perilaku yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua. Tindakan kenakalan remaja yang tidak terkontrol akan menjerumuskan seorang remaja pada perilaku kejahatan remaja (Juvenile Deliquency) yang merupakan salah satu penyakit sosial. Penyakit Sosial atau Penyakit Masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma norma umum, adat istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah laku umum. Disebut juga sebagai penyakit masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi di tengah masyarakat itu meletus menjadi penyakit (Kartono, 2010:4).

3 Kejahatan/Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquency) ialah perilaku jahat (Dursila), atau kejahatan/kenakalan anak anak muda yang merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Anak anak muda yang deliquen atau jahat itu disebut pula sebagai anak cacat secara sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat (Kartono, 2010:6). Juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis yang berarti anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, sifat sifat khas pada periode remaja. Deliquent berasal dari bahasa Latin delinquere yang berarti terabaikan, mengabaikan; yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat rebut, pengacau, peneror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana, dursila, dan lain lain (Kartono, 2010:6). Pengertian secara etimologis telah beberapa kali mengalami pergeseran, akan tetapi hanya menyangkut aktifitasnya, yakni istilah kejahatan menjadi kenakalan. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian subjek atau pelaku pun mengalami pergeseran. Psikolog Bimo Waljito merumuskan arti selengkapnya dari juvenile deliquency, yaitu tiap perbuatan jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh anak, khususnya remaja. Sedangkan Fuad Hasan merumuskan juvenile deliquency adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja bilamana dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan (Sudarsono, 1991:11).

4 Purnianti mendefinisikan kenakalan remaja berdasarkan perspektif sosiologis, dalam tiga kategori, yaitu: a. Definisi hukum, menekankan pada tindakan/perlakuan yang bertentangan dengan norma yang diklasifikasikan secara hukum, b. Definisi peranan, dalam hal ini penekanannya pada pelaku, remaja yang peranannya diidentifikasikan sebagai kenakalan, c. Definisi masyarakat, perilaku ini ditentukan oleh masyarakat (Marlina, 2009:40). Pada intinya kenakalan remaja ini dipicu oleh beberapa sebab yang secara luas dihasilkan oleh lingkungan sosial yang salah dan menyebabkan seorang remaja tidak dapat mengendalikan kontrol dirinya sehingga sering berperilaku sesuai dengan keinginannya yang seringkali mengesampingkan dan meremehkan orang lain, lalu bertindak dengan motif motif serta landasan landasan yang bersifat subjektif. Pada umumnya, remaja sering bertindak hanya mengedepankan egonya dan sering menyalahgunakan serta melebih-lebihkan harga dirinya Klasifikasi dan Tipe Kenakalan Remaja Mengenai klasifikasi dan tipe kenakalan remaja, pada umumnya digolongkan secara historis, instinktual, dan mental. Semuanya dapat terjalin secara kolaboratif dan kombinatif. Secara historis, kenakalan remaja dapat terjadi secara kebetulan, kadang kadang, dan habitual. Lalu secara mental, remaja memiliki kepribadian yang dibagi antara lain: Pribadi normal, Pribadi abnormal, Pribadi psikopatik, Psikoneurosa, Psikosis. Kemudian secara insinktual, kenakalan remaja didorong oleh keserakahan, dorongan seksual, agresifitas, parental, dan dorongan berkumpul. Secara umum, munculnya kenakalan remaja bersumber pada 3 hal tersebut sehingga membuat mereka pribadi yang deliquen, Dimana tipe deliquen menurut struktur kepribadian ini dibagi atas:

5 1. Delikuensi Terisolir Kelompok ini merupakan jumlah terbesar perilaku delikuen di kalangan remaja. Pada umumnya mereka tidak mengalami kerusakan psikologis. Perbuatan kejahatan mereka disebabkan atau didorong oleh faktor berikut: a. Kejahatan mereka tidak didorong oleh motivasi kecemasan dan konflik batin yang tidak dapat diselesaikan, dan motif yang mendalam, akan tetapi lebih banyak dirangsang oleh keinginan meniru, ingin konform dengan norma gengnya. Biasanya semua kegiatan mereka lakukan secara bersama sama dalam bentuk kegiatan kelompok. b. Mereka kebanyakan berasal dari daerah daerah kota yang transisional sifatnya yang memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil anak melihat adanya geng geng kriminal, sampai pada suatu saat dia ikut menjadi anggota salah satu geng tersebut. Didalam geng ini anak merasa diterima, mendapatkan kedudukan terhormat, pengakuan, status sosial, dan prestise tertentu. Semua nilai, norma dan kebiasaan kelompoknya dengan subkultur kriminal itu, diopernya dengan serta-merta. Jadi ada proses pengondisian dan proses differential association. c. Pada umumnya mereka berasal dari keluarga yang berantakan, tidak harmonis, tidak konsekuen, dan mengalami banyak frustasi. Kondisi keluarga dipenuhi oleh konflik sehingga anak merasa ditolak oleh keluarga khususnya orang tua, disia-siakan, harga dirinya diinjak, dan anak tidak merasakan iklim kehangatan emosional. Sehingga anak mencari jalan keluarnya di lingkungan sosial lain seperti lingkungan anak anak kriminal, dan anak merasakan adanya alternatif hidup yang menyenangkan, dan di gengnya ini dia merasa mendapatkan kedudukan, menonjol, dan berarti.

6 d. Secara typis mereka dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan supervisi dan latihan disiplin yang teratur. Sebagai akibatnya, anak tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Bahkan ada diantara mereka yang menjadi kebal terhadap nilai kesusilaan, sebaliknya menjadi lebih peka terhadap pengaruh jahat (Kartono, 2010:49-51). Ringkasnya delikuensi terisolir itu mereaksi terhadap tekanan dari lingkungan social. Mereka mencari panutan dan sekuritas dari kelompok gengnya (Kartono, 2010:51).. Kebanyakan dari mereka yang tergolong pada tipe ini pada akhirnya akan meninggalkan tingkah laku kriminalnya. Paling sedikit 60% dari mereka menghentikan perbuatannya pada usia tahun (Mc Cord dkk.1959:76). Kelihatannya perilaku mereka merupakan cara untuk melangkah menuju kedewasaan diri, dimana melalui perilaku perilaku delikuen tersebut mereka akhirnya memasuki fase hidup baru dan memiliki peranan sosial baru yaitu proses menjadi lebih dewasa. Pada usia menjelang dewasa tersebut, pada akhirnya mereka akan menyadari bahwa mereka harus meninggalkan orangtuanya dan lingkungannya sendiri, mereka menyadari adanya sebuah tanggung jawab yang akan mereka hadapi, dan menyadari bahwa mereka harus memainkan peranan sosial baru yang lebih terhormat. Jadi pada intinya, pada waktunya nanti mereka akan menjembatani diri mereka dari manusia jahat menuju manusia baik setelah menyadari bahwa perilaku juvenile delinquency sangat tidak cocok diterapkan ketika mereka harus memainkan peranan sosial mereka ketika mereka memasuki kedewasaan.

7 2. Delikuensi Neurotik Pada umumnya anak anak delikuen tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa: kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa terancam, tersudut dan terpojok, merasa bersalah atau berdosa, dan lain- lain. Ciri ciri tingkah laku mereka itu antara lain adalah: a. Tingkah laku delikuennya bersumber pada sebab-sebab psikologis yang sangat dalam dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gangnya, dan juga bukan berupa usaha untuk mendapatkan prestise sosial simpati dari luar. b. Tingkah laku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan. Karena itu tindak kejahatan mereka merupakan alat pelepas bagi rasa ketakutan, kecemasan, dan kebingungan batinnya yang jelas tidak terpikulkan oleh egonya. c. Biasanya anak remaja deliquen tipe ini melakukan kejahatan seorang diri dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu. d. Anak delikuen neurotik ini banyak yang berasal dari kelas menengah, yaitu dari lingkungan konvensional yang cukup baik kondisi sosial ekonominya. Namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan emosional yang parah, dan orangtuanya biasanya juga neurotik dan psikotik. e. Anak delikuen neurotik ini memiliki ego yang lemah, danada kecenderungan untuk mengisolir diri dari lingkungan orang dewasa atau anak anak remaja lainnya. f. Motivasi kejahatan mereka berbeda beda. Misalnya, para penyundut api (pyromania, suka membakar) didorong oleh nafsu ekshibisionistis, anak

8 anak yang suka membongkar melakukan pembongkaran didorong oleh keinginan melepaskan nafsu seks, dan lain lain. g. Perilakunya memperlihatkan kualitas kompulsif (paksaan). Kualitas sedemikian ini tidak terdapat pada tipe delikuen terisolir, anak anak dan orang muda tukang bakar, para peledak dinamit dan bom waktu, penjahat seks, dan pecandu narkotik dimasukkan dalam kelompok tipe neurotik ini (Kartono, 2010:52-53). Oleh karena perubahan tingkah laku anak anak deliquen neurotic ini berlangsung atas dasar konflik jiwani yang serius atau mendalam sekali, maka mereka akan terus melanjutkan tingkah laku kejahatannya sampai usia dewasa dan umur tua (Kartono, 2010:53). 3. Delikuensi Psikopatik Delikuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka ialah: a. Hampir seluruh anak delikuen psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, berdisiplin keras namun tidak konsisten, dan selalu menyiakan anak anaknya. Tak sedikit dari mereka berasal dari rumah yatim piatu. Dalam lingkungan demikian mereka tidak pernah merasakan kehangatan, kasih sayang, dan relasi personal yang akrab dengan orang lain. Sehingga akibatnya mereka tidak mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan afeksi, sedang kehidupan perasaannya pada umumnya menjadi tumpul atau mati. Akibatnya mereka tidak mampu menjalin relasi emosional yang akrab dengan orang lain.

9 b. Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran, karena itu sering meledak tidak terkendali. c. Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau tidak dapat diduga-duga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan impulsif. Biasanya mereka residivis yang berulang kali keluar masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki. d. Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma sosial yang umum berlaku, juga tidak perduli terhadap norma subkultur gengnya sendiri. e. Acapkali mereka juga menderita gangguan neurologis sehingga mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri (Kartono, 2010:53-54). Psikopat itu merupakan bentuk kekalutan mental dengan ciri ciri sebagai berikut: tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri. Orangnya tidak pernah bertanggung jawab secara moral, dia selalu konflik dengan norma sosial dan hukum. Tingkah laku dan relasi sosialnya selalu a-sosial, eksentrik kegila-gilaan, dan jelas tidak memiliki kesadaran sosial serta intelegensi sosial. Mereka sangat egoistis, fanatik, dan selalu menentang apa dan siapa pun juga. Sikapnya aneh, sangat kasar, kurang ajar, ganas buas terhadap siapa pun tanpa sebab sesuatu pun juga. Kata-katanya selalu menyakiti hati orang lain, perbuatannya sering ganas sadis, suka menyakiti jasmani orang lain tanpa motif apapun juga. Karena itu remaja delikuen yang psikopatik ini digolongkan ke dalam bentuk penjahat yang paling berbahaya (Kartono, 2010:54).

10 4. Delikuensi Defek Moral Defek (defect, defectus) artinya: rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Delikuensi defek moral mempunyai ciri: selalu melakukan tindak a-sosial atau anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan dan gangguan kognitif, namun ada disfungsi pada intelegensinya. Kelemahan dan kegagalan para remaja delikuen tipe ini ialah: mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya. Selalu saja mereka ingin melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan, dan kejahatan. Relasi kemanusiaannya sangat terganggu, sikapnya sangat dingin dan beku, tanpa afeksi (perasaan), jadi ada kemiskinan afeksi dan sterilitas emosional. Terdapat kelemahan pada dorongan instinktif yang primer, sehingga pembentukan superegonya sangat lemah. Impulsnya tetap ada dalam taraf primitif, sehingga sukar dikontrol dan dikendalikan. Mereka merasa cepat puas dengan prestasinya, namun sering perbuatan mereka disertai agresivitas yang meledak. Mereka juga selalu bersikap bermusuhan terhadap siapapun juga, karena itu mereka selalu melakukan perbuatan kejahatan. Anak muda yang defek moralnya itu biasanya menjadi penjahat yang sukar diperbaiki. Mereka adalah para residivis yang melakukan kejahatan karena didorong oleh naluri rendah, impuls dan kebiasaan primitive (Kartono, 2010:55). Pengaruh lingkungan adalah relatif kecil (hanya kurang lebih 20%) dalam membentuk seseorang menjadi defek moralnya. Sebaliknya konstitusi dan disposisi psikis yang abnormal (kurang lebih 80%) menyebabkan pertumbuhan anak muda menjadi defek moralnya. Selanjutnya apabila kejahatan anak muda dan remaja yang defek moralnya itu sangat mencolok ekstrim, biasanya mereka digolongkan kedalam tipe deliquen psikopatik.

11 2.1.2 Karakteristik Remaja Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga 22 tahun (Santrock 2007:25). Menurut Santrock ciri utama remaja meliputi pertumbuhan fisik yang pesat, kesadaran diri yang tinggi, dan selalu tertarik untuk mencoba sesuatu yang baru. Remaja bukanlah masa berakhirnya terbentuk kepribadian akan tetapi merupakan salah satu tahap utama dalam pembentukkan kepribadian seseorang. Remaja banyak meluangkan waktunya bersama kawan-kawan sebaya. Disamping itu, remaja mulai banyak menerima informasi dari media massa yang sudah mulai dikenal dan dekat dengan mereka. Oleh karenanya, remaja menjadi individu yang terbuka terhadap halhal baru (Makgosa 2010:36). Banyaknya informasi yang diterima membuat remaja melakukan pemrosesan informasi secara lebih mendalam. 2.2 Narkoba Pengertian Narkoba Narkoba adalah zat kimia yang mengubah keadaan psikologis seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta prilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, dan lain sebagainya (Kurniawan 2008:56). Narkoba adalah suatu istilah yang berasal tadi terjemahan asing, seperti drug abuse dan drug depedence, dikalangan awam dikenal dengan isitlah Narkoba, yang merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Ada istilah lain, yaitu Napza, yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat aditif. Berbagai istilah yang sering di gunakan, tidak jarang menimbulkan salah pengertian, tidak saja di kalangan medis, tapi juga masyarakat awam (Hawari 2003:51).

12 Narkoba itu sendiri sulit diartikan, karena tergantung dari perspektif masing-masing individu. Berikut ini dikemukakan pengertian istilah narkoba menurut Dinas Kesehatan. Narkoba adalah istilah yang digunakan masyarakat dan aparat penegak hukum,untuk bahan atau obat yang masuk kategori berbahaya atau dilarang untuk digunakan, diproduksi, dipasok, diperjualbelikan, diedarkan, dan sebagainya, di luar ketentuan hukum (Martono 2000:87). Perspektif lain menjelaskan narkoba sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menimbulkan pengaruhpengaruh tertentu bagi individu yang menggunakannya. Menurut Hawari (2003:58), semua zat tergolong sebagai narkoba akan menimbulkan adiksi (ketagihan), yang pada waktunya akan berakibat pada ketergantungan. Hal ini disebabkan karena narkoba mempunyai sifatsifat sebagai berikut: a. Keinginan yang tidak tertahankan (an over powering desire) terhadap zat yang dimaksud, dan kalau perlu dengan jalan apapun untuk memperolehnya. b. Kecenderungan untuk menambah takaran sesuai dengan toleransi tubuh. c. Ketergantungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat di hentikan akan menimbulkan gejala-gejala kejiwaan seperti kegelisahan, kecemasan, depresi dan sejenisnya. d. Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan gejala putus zat (symtoms) Jenis-jenis Dan Efek Narkoba Setiap jenis narkoba menimbulkan efek yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan zatzat yang terkandung di dalamnya memiliki efek samping yang berbeda-beda. Tidak ada jenis narkoba yang aman bagi tubuh.

13 Jenis-jenis Narkoba Menurut Badan Narkotika Nasional (2004), narkoba dibagi dalam tiga jenis yaitu, 1. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman dan bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan tingkat kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketagihan atau ketergantungan yang sangat berat (Undang-udang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997). Jenis-jenis narkotika dibagi atas tiga golongan yaitu: a. Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya, daya aditif sangat tinggi menyebabkan ketergantungan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan apapun kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh: Ganja, morphine dan putauw. b. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang mempunyai daya aditif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan peneilitan. Contoh: petidin dan turunannya, benzetidin dan betametadol. c. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya aditif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: Codein dan turunannya. 2. Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku, digunakan untuk mengobati ganguan jiwa (Undang-udang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997).

14 Jenis-jenis psikotropika dibagi atas empat golongan yaitu a. Psikotropika golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contoh: ekstasi (methylendioxy methaphetamine dalam bentuk tablet dan kapsul), shabu-shabu (berbentuk kristal berisi zat methaphetamine). b. Psikotropika golongan II : adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: aphetamine dan methaphetamine. c. Psikotropika golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang, berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: lumubal, fleenitrazepam. d. Psikotropika golongan IV : adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan, berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: nitrazepam, diazepam (Martono 2006:89). 3. Zat Aditif Lainnya Zat aditif lainnnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah: a. Rokok. b. Kelompok alkohol dan minuman lainnya yang dapat memabukkan dan menimbulkan ketagihan. c. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair atau aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan memabukkan (Alifia 2008:15).

15 Efek Narkoba Pengunaan narkotika dengan dosis teratur dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan, sedangkan penggunaan dengan dosis yang melebihi ukuran normal apalagi dalam kasus penyalahgunaanakan menimbulkan efek negatif. Efek-efek negatif penyalahgunaan narkotika akan meningkat sesuai dengan kuantitas dan kualitasnya. Tingkatan tersebut ialah: euphoria, delirium, hailuciation, weakniss dan drowsiness. Penggunaan dosis yang tinggi dapat mencapai efek yang paling parah yakni drowsiness, dalam kondisi ini pemakai mengalami penurunan kesadaran seperti sedang setengah tidur dengan ingatan yang kacau. Apabila pemakai mengalami kelemahan pisik maupun psikhis, atau salah satu saja dari keduanya, kondisi ini sebagai akibat dari tingkat efek weakniss. Penggunaan narkoba adalah berbahaya dan merusak kesehatan, baik secara jasmani maupun mental-emosional dan sosial. Berbagai macam efek yang ditimbulkan oleh setiap narkoba sesuai dengan jenis narkoba tersebut, yakni: eforia, santai, keringanan stress dan rasa sakit, nafsu makan bertambah, perusakan pada kemampuan bergerak, kebingungan, hilangnya konsentrasi serta motivasi berkurang, keriangan dan bertenaga, ketajaman perhatian, percaya diri dan kegiatan seksual yang meningkat, tidak berpendirian tetap, merasa tidak terkalahkan, agresif dan suka bertengkar. Meningkatnya nafsu makan dan berkurangnya nafsu makan tergantung dari jenis narkoba yang dikonsumsi, bahkan memperlambat refleks motorik, menekan pernafasan, denyut jantung dan menggangu penalaran dan penilaian merupakan efek kelanjutan apabila mengkonsumsi narkoba dalam jangka waktu yang panjang hingga tak jarang berujung kepada kematian Faktor Penyebab Penggunaan Narkoba Secara umum yang dikemukakan oleh para ahli, ada tiga faktor mendasar yang menyebabkan seseorang menggunakan narkoba, antara lain:

16 1. Tersedianya Narkoba Permasalahan penyalahgunaan narkoba dan ketergantungan narkoba tidak akan terjadi bila tidak ada narkobanya itu sendiri. Dalam pengamatan ternyata banyak tersedianya narkoba dan mudah diperoleh. Menurut Gunawan (2006) faktor tersedianya adalah ketersediaan dan kemudahan memperoleh narkoba juga dapat menjadi faktor penyebab banyaknya pengguna narkoba. Para penjual narkoba berkeliaran dimana-mana, termasuk di sekolah, lorong jalan, gang-gang sempit, warung-warung kecil yang dekat dengan permukiman masyarakat. 2. Faktor Internal Terjadinya penyebab penyalahgunaan narkoba yang sebagian dilakukan oleh usia produktif khususnya remaja dikarenakan beberapa hal, antara lain: a. Keluarga Menurut Kartono dalam Wina (2006) keluarga merupakan satu organisasi paling penting di dalam kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga di dalam masyarakat yang paling utama bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan sosial dan biologis anak manusia. Penyebab penggunaan narkoba salah satunya adalah keluarga, dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) pengguna narkoba. 2. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada jalan keluar yang memuaskan semua pihak dalam keluarga. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara. 3. Keluarga dengan orang tua yang otoriter, yang menuntur anaknya harus menuruti apapun kata orang tua, dengan alasan sopan santun, adat-istiadat,

17 atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri tanpa memberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidak setujuan. 4. Keluarga tidak harmonis Menurut Hawari (2006:75), keluarga harmonis adalah persepsi terhadap situasi dan kondisi dalam keluarga dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga dan diwarnai kasih sayang dan rasa saling percaya sehingga memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang secara seimbang. Jadi keluarga tidak harmonis merupakan tidak adanya persepsi terhadap kondisi dan situasi tersebut. b. Individu Menurut Coopersmith (2006), harga diri adalah aspek yang penting kepribadian yang penting sebagai penilaian yang dibuat individu terhadap dirinya sendiri. Harga diri tinggi akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Harga diri merupakan evaluasi diri yang ditegakkan dan dipertahankan oleh individu, yang berasal dari interaksi individu dengan orang-orang terdekat lingkungannya, dan dari jumlah penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang lain yang diterima individu. 3. Faktor Eksternal Kondisi lingkungan sosial untuk bergaul dan bermasyarakat yang tidak sehat atau rawan, dapat menjadi terganggunya perkembangan jiwa kearah prilaku yang menyimpang yang pada gilirannya terlibat penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba. Lingkungan sosial yang rawan tersebut antara lain: 1. Semakin banyaknya pengangguran, anak putus sekolah dan anak jalanan. 2. Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malam bahkan hingga dini hari dimana sering digunakan sebagai

18 3. Banyaknya penerbitan, tontonan TV dan sejenisnya yang bersifat pornografi dan kekerasan. 4. Masyarakat yang tidak peduli dengan lingkungan. 5. Kebut-kebutan, coret-coretan pengrusakan tempat-tempat umum Ciri-Ciri Umum Pengguna Narkoba Biasanya orang tua mengetahui anaknya menggunakan narkoba selalu ketika keadaannya sudah parah dan terlambat. Oleh karena itu ciri awal pengguna narkoba perlu diketahui dengan baik, secara umum pengguna narkoba terdiri dari 4 tahap, antara lain : 1. Tahap Awal Biasanya seorang pada awalnya hanya coba-coba, tetapi karena terjebak oleh zat-zat yang terkandung dari narkoba serta lemahnya pertahanan diri sehingga kelanjutannya akan mencoba secara terus-menerus. Sangat sulit untuk melihat gejala awal pengguna narkoba, gejala tersebut dapat dilihat dari gejala psikologis dan fisik. Gejala psikologis memperlihatkan perubahan sikap, akan timbul rasa takut dan malu yang disebabkan oleh perasaan bersalah dan berdosa, lebih sensitif, resah dan gelisah, kemanjaan dan kemesraan akan berkurang bahkan hilang, sedangkan gejala pada fisik tidak kelihatan untuk tahap awal. 2. Tahap Pemula Setelah tahap coba-coba, lalu meningkat menjadi terbiasa dan akan terus menggunakan, sehingga muncul gejala-gejala seperti sikapnya lebih tertutup, jiwanya resah, gelisah, kurang tenang dan lebih sensitif, hubungan dengan keluarga mulai renggang dan kelihatan sedang menyembunyikan rahasia.

19 3. Tahap Berkala Setelah beberapa kali menggunakan narkoba sebagai pengguna yang merasakan kenikmatan dari narkoba, maka untuk kelanjutannya narkoba dikonsumsi dengan rutin karena apabila terlambat atau berhenti menggunakan, pengguna narkoba tersebut akan merasakan sakaw. Ciri psikologis yang sulit bergaul dengan orangorang baru, pribadi menjadi lebih tertutup, lebih sensitif dan mudah tersinggung, penampilan sangat murung, kurang percaya diri apabila tidak menggunakan narkoba. Sedangkan ciri fisik kelihatan terjadi gejala gelisah, lemah, malas apabila tidak menggunakan narkoba dan kelihatan normal apabila menggunakan narkoba. 4. Tahap Tetap Setelah mengkonsumsi narkoba secara berkala, pengguna narkoba tersebut akan dituntut oleh tubuhnya untuk semakin sering mengkonsumsi narkoba tersebut dengan dosis yang lebih tinggi, apabila tidak maka pengguna tersebut akan merasakan penderitaan(sakaw). Pada tahap ini, pengguna narkoba tidak dapat lepas sama sekali karena pengguna tersebut harus mengkonsumsi narkoba setiap hari secara rutin bahkan sampai empat atau enam kali per harinya. Ciri psikologis pada tahap ini hampir sama dengan beberapa ciri dari tahap-tahap sebelumnya, tetapi dalam tahap ini seorang pengguna narkoba sudah disebut sebagai seorang pecandu narkoba yang mempunyai ciri-ciri pandai berbohong, gemar menipu, sering mencuri, merampok, dan tidak malu menjadi pelacur baik wanita ataupun pria dan tidak merasa berat untuk berbuat jahat membunuh orang lain termasuk orang tuanya sendiri. Ciri-ciri fisik pada tahap ini terlihat kurus (loyo) tetapi ada juga yang membuat diri pecandu menjadi gemuk karena efek dari beberapa narkoba untuk menambah nafsu makan. Gigi kuning kecoklatan, mata sayup, ada bekas sayatan atau tusukan jarum di tangan, kaki, dada, lidah atau kemaluan (Partodiharjo 2008:42).

20 2.2.5 Kerangka Pemikiran Permasalahan mengenai kenakalan remaja khususnya remaja pengguna narkoba merupakan salah satu masalah sosial yang akhir akhir ini sangat meresahkan masyarakat, khususnya orang tua, sekolah, dan masyarakat umum lainnya. Banyak dampak negatif dari berkembangnya remaja pengguna narkoba ini, diantaranya timbul aksi-aksi kejahatan remaja dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan untuk mengkonsumsi narkoba tersebut. Secara sosiologis, pengguna narkoba ini juga merupakan salah satu penyakit sosial karena gejala sosialnya yang terjadi di tengah masyarakat itu meletus menjadi penyakit. Dapat pula disebut sebagai struktur sosial yang terganggu fungsinya karena disebabkan oleh faktor faktor sosial, dapat disebut juga sebagai disorganisasi social karena gejalanya berkembang menjadi akses sosial yang menganggu keutuhan dan kelancaran berfungsinya organisasi sosial dan dapat disebut juga sebagai disintegrasi sosial karena menyebabkan bagian satu struktur sosial tersebut berkembang tidak seimbang dengan bagian bagian lain sehingga prosesnya bisa mengganggu, menghambat, dan bahkan merugikan bagian bagian lain, karena tidak dapat diintegrasikan menjadi satu totalitas yang utuh (Kartono, 2010:4-5). Maka akan sangat menganggu secara sosiologis sekali apabila permasalahan remaja pengguna narkoba ini tidak diselesaikan secara cepat dan tepat. Tidak hanya penanganan secara sosiologis, penanganan secara psikologis dan hukum juga dibutuhkan dalam menangani permasalahan remaja pengguna narkoba ini, dan tentu saja harus melibatkan semua pihak yang terkait dengan persoalan remaja pengguna narkoba ini, misalnya orangtua, guru, masyarakat dan kepolisian. Menangani permasalahan ini tidak seperti halnya menangani tindakan kriminal yang sama dengan kejahatan kriminal yang dilakukan oleh orang dewasa, para pelaku Juvenile Deliquency ini merupakan anak anak remaja yang secara umur dan psikis masih labil dan secara hukum seharusnya mendapatkan perlindungan dan arahan. Yang perlu untuk ditelusuri oleh pihak pihak yang terkait dalam

21 penanganan permasalahan remaja pengguna narkoba ini adalah apa apa saja pemicu remaja tersebut mengkonsumsi narkoba dan bagaimana cara memaparkan tentang bahaya-bahaya narkoba kepada remaja-remaja yang belum mengkonsumsi narkoba ataupun yang sudah mengkonsumsi narkoba. Perhatian yang serius justru harus diawali dengan cara pencarian fakta mengenai faktor faktor penyebab penggunaan narkoba di kalangan remaja dan bagaimana cara berkembangnya pengguna narkoba di kalangan remaja khususnya remaja di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu. Berangkat dari pemikiran inilah penulis secara sistematis ingin menyusun kerangka pemikiran yang selanjutnya akan menjadi bangunan daripada penelitian ini dengan cara melakukan studi kasus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan alir pikir.

22 Bagan Alir Pikir Faktor Penyebab Remaja Menggunakan Narkoba Faktor Tesedianya Narkoba (Alam) Faktor eksternal (Lingkungan sosial) Faktor Internal (Keluarga dan Individu) Remaja Penyalahgunaan Narkoba

23 2.2.6 Defenisi Konsep Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji (Siagian, 2011:136). Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam kerangka teori maka rumusan konsep yang akan menjadi batasan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Remaja adalah perkembangan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional 2. Kenakalan Remaja merupakan tindakan atau perilaku melanggar peraturan atau hukum yang dilakukan oleh anak yang berada pada usia remaja yang pada konteksnya kali ini adalah remaja yang berdomisili di Desa Perumnas Simalingkar Kecamatan Pancur Batu. 3. Narkoba adalah zat kimia yang mengubah keadaan psikologis seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta prilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, dan lain sebagainya. 4. Pengguna Narkoba adalah orang yang mengkonsumsi narkoba dengan takaran tertentu, waktu tertentu dan masih mudah untuk diselamatkan melalui rehabilitasi karena tidak mengalami sakaw apabila tidak mengkonsumsi narkoba, dalam hal ini pengguna narkoba yang akan diteliti adalah pengguna narkoba yang dikategorikan sebagai remaja.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa latin juvenilis yang artinya anak-anak, anak muda, sifat khas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa latin juvenilis yang artinya anak-anak, anak muda, sifat khas BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kenakalan Remaja 2.1.1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis yang artinya anak-anak, anak muda,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kenakalan Remaja 2.1.1. Pengertian Kenakalan Remaja Menurut Arif Gunawan (2011) definisi kenakalan remaja adalah : Istilah juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

Lebih terperinci

a. Definisi Kenakalan Remaja

a. Definisi Kenakalan Remaja BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kenakalan Remaja a. Definisi Kenakalan Remaja Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah Juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang artinya anak-anak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa Remaja adalah masa transisi yaitu antara masa anak anak ke masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa Remaja adalah masa transisi yaitu antara masa anak anak ke masa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kenakalan Remaja Masa Remaja adalah masa transisi yaitu antara masa anak anak ke masa dewasa.menurut Calon bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA WANITA DEWASA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini peredaran dan penggunaan narkoba di kalangan masyarakat Indonesia nampaknya sudah sangat mengkhawatirkan dan meningkat tiap tahunnya. Kepala Badan Narkotika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Narkoba 1.1.1 Pengertian Narkoba Narkoba adalah senyawa kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati dan perilaku seseorang jika masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya kehidupan anak-anak remaja sekarang ini banyak mengalami perubahan. Perubahan itu meliputi cara berpikir, tata cara bertingkah laku, bergaul dan berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003). 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa dimana seorang manusia mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa peralihan ini setiap remaja meninggalkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Narkoba Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Adapun istilah lainnya yaitu Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif

Lebih terperinci

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG BAB XII PERILAKU MENYIMPANG A. Pengertian Perilaku Menyimpang Perilaku menyimpang dapat terjadi di mana-mana dan kapan saja, baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Banyak faktor atau sumber yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial. Dalam kenyataannya, kenakalan remaja merusak nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial. Dalam kenyataannya, kenakalan remaja merusak nilai-nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja merupakan salah satu problem sosial yang sangat mengganggu keharmonisan, juga keutuhan segala nilai dan kebutuhan dasar kehidupan sosial. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecenderungan Kenakalan Remaja 2.1 Defenisi Kenakalan Remaja Kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya BNN (2006). Narkoba pada awalnya digunakan untuk keperluan medis, pemakaiannya akan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO SKRIPSI Diajukan oleh : Bonnie Suryaningsih F. 100020086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JULI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini dunia pendidikan sedang berkembang, banyak sekolah-sekolah yang berdiri dengan kegiatan-kegiatan yang menarik untuk mendukung proses belajar siswa mereka, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kenakalan Remaja 2.1.1. Defenisi Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentanagan yang sangat luas antara lain :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA

DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA S K R I P S I Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : NUARI YAMANI

Lebih terperinci

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan Pada Program Ekstensi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. Pendahuluan Penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat dan permasalahan

Lebih terperinci

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN. Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :

III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN. Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor : III. PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN Penyalahguanaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan kenakalan remaja di negara kita beberapa tahun belakangan ini telah memasuki titik kritis. Selain frekuensi dan intensitasnya terus meningkat, kenakalan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan masyarakat, tak hanya masyarakat di perkotaan, masyarakat didesapun mulai merasa resah dengan perilaku

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah remaja adalah suatu masalah yang sebenarnya sangat menarik untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif yang sangat mencemaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap masalah yang muncul akan selalu memerlukan penyelesaian, baik penyelesaian dengan segera maupun tidak. Penyelesaian masalah merupakan sesuatu yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.

Lebih terperinci

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H A. PENDAHULUAN Narkoba sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia, narkoba sudah menjadi momok bagi orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi

Lebih terperinci

mengakibatkan perceraian dan berdampak kurang baik bagi perkembangan kepribadian remaja (Usu, 2007). Perceraian pasangan suami-istri seringkali berakh

mengakibatkan perceraian dan berdampak kurang baik bagi perkembangan kepribadian remaja (Usu, 2007). Perceraian pasangan suami-istri seringkali berakh JURNAL JUVENILE DELINQUENCY (KENAKALAN REMAJA) PADA REMAJA PUTRA KORBAN PERCERAIAN ORANG TUA Sutji Prihatinningsih FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAK Belakangan ini angka perceraian meningkat.

Lebih terperinci

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA Gambar 7.1, terdiri dari rokok, minuman keras dan obat-obatan yang semuanya tergolong pada zat adiktif dan psikotropika Gambar 7.1: Zat adiktif dan psikotropika 1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah pelik yang dihadapi bangsa Indonesia dari tahun ke tahun. Lalu apa sebenarnya penyebab kenakalan remaja? Harapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usia tersebut masih berada pada masa transisi. Pengaruh sosial dan budaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usia tersebut masih berada pada masa transisi. Pengaruh sosial dan budaya 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kenakalan remaja 1. Pengertian kenakalan remaja Para ahli pendidikan berpendapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun, pada usia tersebut seorang remaja sudah

Lebih terperinci

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERILAKU DELINKUEN DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSI PENYANDANG TUNALARAS DI SLB-E BHINA PUTERA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi memunculkan banyak masalah

Lebih terperinci

Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya

Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya Remaja, Orang tua, dan Keluarga Remaja dan Orang tua pada masa remaja, sering terjadi ketegangan / tekanan dalam diri remaja karena ingin

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suka berkelompok, dan sebagainya. Kehidupan berkelompok dalam masyarakat Jepang

Bab 5. Ringkasan. suka berkelompok, dan sebagainya. Kehidupan berkelompok dalam masyarakat Jepang Bab 5 Ringkasan Pada umumnya orang sering menyebutkan bahwa orang Jepang suka bekerja keras, suka berkelompok, dan sebagainya. Kehidupan berkelompok dalam masyarakat Jepang disebut juga dengan shuudan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pendahuluan

KATA PENGANTAR. Pendahuluan KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Bahaya Narkoba Bagi Remaja dan dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu

BAB I PENDAHULUAN. kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi dan industrialisasi memunculkan masyarakat modern yang serba kompleks dengan berbagai masalah sosial yang terdapat di dalamnya. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman terbukti megubah sebagian besar gaya hidup manusia. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan hiburan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara

Lebih terperinci

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D3407267 POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2008-2009 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usia remaja merupakan masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki era globalisasi ini membawa Indonesia dalam tantangan yang berat, khususnya dalam sektor tenaga kerja. Sebab pada era globalisasi ini tenaga kerja asing bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencapai tujuan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencapai tujuan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian dari generasi muda yang merupakan suatu kekuatan sosial yang sangat berperan dalam pembangunan bangsa Indonesia.Sebagai generasi penerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan berbagai kalangan dan telah menjadi ancaman nasional yang perlu mendapatkan perhatian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12-24 tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun belum dapat dikategorikan dewasa. Masa remaja merupaka masa transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. telah lama menjadi sumber keprihatinan bersama. Kenakalan remaja ini juga turut mewarnai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. telah lama menjadi sumber keprihatinan bersama. Kenakalan remaja ini juga turut mewarnai BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Kenakalan Remaja Menurut Ma mur Jamal (2011: 90) kenakalan remaja merupakan fenomena umum yang telah lama menjadi sumber keprihatinan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan sebagai mana mestinya, pada dasarnya narkoba hanya boleh di

I.PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan sebagai mana mestinya, pada dasarnya narkoba hanya boleh di 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba merupakan sebuah tindakan pemakaian narkoba yang mana tidak sesuai dengan sebagai mana mestinya, pada dasarnya narkoba hanya boleh di gunakan pada

Lebih terperinci

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA

STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA C.02 STUDI KASUS REMAJA GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT AMPHETAMINE ABUSE DI JAKARTA Rilla Sovitriana Fakultas Psikologi, UPI YAI rilla.sovitriana@gmail.com Abstraksi. Subjek (A) adalah seorang remaja putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas Negara, juga menjadi bahaya global yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani prosesproses perkembangan jiwanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati perkembangan tindak pidana yang dilakukan anak selama ini, baik dari kualitas maupun modus operandi, pelanggaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat jika masuk kedalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat,

Lebih terperinci

BAB II KAMPANYE ANTI BALAPAN MOTOR LIAR BAGI REMAJA DI KOTA BANDUNG

BAB II KAMPANYE ANTI BALAPAN MOTOR LIAR BAGI REMAJA DI KOTA BANDUNG BAB II KAMPANYE ANTI BALAPAN MOTOR LIAR BAGI REMAJA DI KOTA BANDUNG Seperti telah diuraikan dalam bab sebelumnya permasalahan yang dibahas adalah mengenai tindakan persuasif untuk pencegahan pengaruh negatif

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Indramayu disebabkan banyak

Lebih terperinci

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk Nama Fakultas Jurusan Universitas Dosen Pembimbing : Andri Sudjiyanto : Psikologi : Psikologi : Universitas Gunadarma : Dr Eko Djuniarto,MPsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan obat seperti narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya merupakan masalah yang sangat kompleks dan memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita-berita kriminalitas yang semarak di berbagai media, baik cetak maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA. NAPZA adalah narkotika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa. Masalah psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa. Masalah psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan jiwa di masyarakat sedemikian luas dan kompleks, saling berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Mengacu pada UU no. 23 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah periode perubahan, dimana terjadi perubahan tubuh, pola perilaku, dan peran yang diharapkan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu ancaman yang cepat atau lambat dapat menghancurkan generasi muda. Negara Indonesia merupakan negara yang tidak lepas dari

Lebih terperinci

Rio Jamaludin F

Rio Jamaludin F HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MINUM-MINUMAN KERAS PADA REMAJA SKRIPSI Disusun guna memenuhi syarat kelulusan S-1 Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh Rio Jamaludin F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit kronik yang berulang kali

Lebih terperinci