Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK"

Transkripsi

1 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK 5.1. Perkembangan BPR BKK Pada tahun 1969 pasca gerakan G 30'S PKI, kemiskinan masyarakat semakin meningkat, kemudian muncul pemikiran untuk mendirikan lembaga penyedia modal masyarakat di pedesaan. Pada mulanya BPR BKK adalah BKK yang didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II se Jawa Tengah dan Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah dengan modal awal sebesar Rp ,- (satu juta rupiah). Dengan modal awal tersebut, BKK akhirnya berkembang menjadi seperti saat ini. Perkembangan BKK dipengaruhi oleh potensi daerah, organisasi, manajemen, dan sumber daya manusia. Hal yang sangat menarik untuk diamati yaitu, adanya tanggapan serta dukungan materiil maupun non materiil dari masyarakat terhadap keberadaan BKK. Dukungan materiil berupa penempatan dana dari masyarakat di BKK, sedangkan dukungan non materiil yaitu membantu menjaga nama baik BKK. Gambaran tersebut di atas, merupakan titik awal dimulainya dinamika perkembangan BPR BKK. Pada tahun merupakan masa mempertahankan kelembagaan, tahun masa rehabilitasi, tahun tumbuh dan proses menjadi Perusahaan Daerah, tahun pemantapan kelembagaan, dan pada tahun pilihan menjadi lembaga keuangan atau bank, dan yang terakhir dilakukan merger di setiap Kabupaten/kota. Dinamika perkembangan BPR BKK melalui tujuh tahap perkembangan yang ditampilkan dalam tabel 5-1. Sejalan dengan perkembangan perekonomian di Jawa Tengah dan perkembangan dunia usaha, kehadiran BPR BKK di tengah-tengah masyarakat ekonomi lemah sangatlah strategis. Berangkat dari pemikiran inilah Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Tengah bersama dengan DPRD memantapkan status kelembagaan BKK menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang kuat dan terpercaya. 87

2 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Tabel 5-1 Tahap Perkembangan Kelembagaan BPR BKK Tahap Periode Keterangan Pembukaan Unit BKK Masa Mempertahankan Kelembagaan BKK (Survival of The Fitest) Rehabilitasi Bertumbuh dan Pelembagaan (Perusahaan Daerah) Konsolidasi dan Diversifikasi Pilihan Menjadi BPR/Alternatif Kelembagaan (Badan Hukum) Gelombang Merger/Mega Merger BPR BKK Keterangan: Tahap 1 s/d 4 lihat Patten R.H & Rosengard,J.K : 1991, hal Tahap 5 & 6 lihat Sunarto H : 2007, hal 93 Untuk memperkuat kelembagaan tersebut perlu dilakukan penggabungan (merger), meskipun sebelumnya BPR BKK telah mempunyai payung hukum yaitu Perda No. 11 Tahun Perda tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Mendagri dengan SK No /884, tanggal 17 Desember 1981, diundangkan dalam lembaran daerah Jawa Tengah No. 107 tanggal 24 Desember 1981 seri D No Dengan terbitnya perda tersebut kelembagaan BKK berubah status dari proyek menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Sebagai BUMD maka lembaga tersebut menjadi lembaga penyetor laba ke kas daerah. Setelah BPR BKK menjadi BUMD maka mempunyai 2 peran; peran pertama sebagai agen penggerak perekonomian, peran kedua sebagai lembaga penghasil Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan semakin berkembangnya perekonomian dan tumbuhnya bank perkreditan rakyat serta lembaga keuangan mikro lainnya maka BPR BKK menyesuaikan diri menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR BKK). Dalam perkembangannya muncul beberapa permasalahan mengenai permodalan dan semakin ketatnya persaingan, maka dengan berbagai pertimbangan dari pemerintah Provinsi, pemerintah kabupaten melakukan beberapa penelitian dan studi banding untuk persiapan merger. 88

3 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK Bentuk Badan Hukum BPR BKK Untuk mengetahui bentuk perusahaan atau bentuk yuridis (bentuk hukum perusahaan) khususnya tentang badan usaha milik pemerintah daerah, dapat dikemukakan ketentuan pasal 4 ayat (1) UU No. 5 tahun 1962 yang menyebutkan perusahaan daerah didirikan dengan peraturan daerah atas kuasa Undang-undang ini, sedangkan modal untuk keseluruhan atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan (pasal 2) sehingga pertanyaannya adalah bagaimanakah status kelembagaan BPR BKK sebagai lembaga keuangan di pedesaan Jawa Tengah. Selain status kelembagaan BPR BKK selalu dinamis, peran dan fungsinya selalu berubah-ubah, tergantung dari perda yang berlaku saat itu. Sejarah awal berdirinya BKK adalah untuk memberantas pengijon dan rentenir yang ada di pedesaan. Oleh sebab itu di setiap ibu kota kecamatan dibentuk lembaga kredit non bank bernama Badan Kredit Kecamatan (BKK). Pasca gerakan 30 September 1965 Indonesia dilanda kemiskinan, dimana suhu politik memanas, para pemegang kekuasaan saling mencurigai. Dalam kondisi yang serba sulit, Gubernur Jawa Tengah (Munadi) mencoba menggugah masyarakat Jawa Tengah untuk bangkit membangun perekonomian yang sedang terpuruk melalui gerakan Modernisasi Desa (Modes) dengan mendirikan BKK di setiap ibukota kecamatan. Sebanyak 510 BKK didirikan di Jawa Tengah, yang pada saat itu BKK tidak mempunyai status kelembagaan. Baru pada tahun 1981, BKK menjadi lembaga yang berstatus hukum berdasarkan Perda 11 tahun 1981 dengan status sebagai Perusahaan Daerah (PD). Dengan lahirnya Undang-Undang perbankan Nomor 7 tahun 1992, sebanyak 350 dari 510 BKK dinaikkan statusnya dari lembaga non bank, menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Hal tersebut dilakukan dalam rangka melindungi lembaga dengan payung hukum sekaligus untuk efisiensi dan pemenuhan modal BPR BKK yang berasal dari APBD terhadap lembaga sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun

4 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Dinamika Kelembagaan BKK Pencanangan merger BPR BKK di Jawa Tengah dimulai, dari 350 BPR BKK mandiri dimerger menjadi 35 BPR BKK Kabupaten/Kota. Pelaksanaannya secara bertahap per kabupaten/kota dalam rangka meminimalisasi gejolak atau dinamika yang timbul. Adapun alur sejarah perkembangan BPR BKK yang dimulai dari BKK disajikan pada diagram 5-1 berikut, Diagram 5-1 Dinamika Perkembangan BPR BKK ( ) Dalam Peraturan Daerah (Perda) nomor 20 tahun 2002, mendorong lembaga untuk lebih mandiri dan profesional, sehingga membuka kreativitas bagi direksi dan karyawan. Campur tangan pemerintah daerah sebagai pemegang saham sudah mulai berkurang, profesionalisme pengurus dan karyawan lebih diutamakan. Pada tabel 5-1 mengenai tahap perkembangan kelembagaan PD BPR BKK dan diagram 5-1 tentang dinamika perkembangan BPR BKK di Jawa Tengah memberikan gambaran singkat mengenai dinamika kelembagaan Perusahaan Daerah BPR BKK yang akan dibahas mulai sub bab berikut, serta dalam penulisannya ditulis BPR BKK. Pendirian BKK berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah, tidak memenuhi persyaratan dalam Undangundang Nomor 5 tahun 1962 maupun Undang-undang No. 10 tahun 1998 yang antara lain memberi peluang kepada pemerintah daerah untuk mendirikan perusahaan daerah (pasal 59 ayat 1), sedangkan yang dimaksud dengan perusahaan daerah adalah perusahaan yang didirikan berdasarkan UU No. 5 tahun

5 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK Karena adanya larangan pendirian bank baru masih berlaku yang tidak memberikan ijin pendirian bank, maka status BKK bukan badan hukum dan merupakan lembaga keuangan bukan bank (other financial intermediares) yaitu sebagai lembaga keuangan yang hanya memberikan kredit dan tidak diperbolehkan menghimpun dana dari masyarakat. Akan tetapi, dalam prakteknya BKK yang belum berstatus sebagai bank dalam operasionalnya melakukan hal yang sama persis dengan BPR BKK yang sudah berstatus bank, hal ini karena alasan historis, sudah terlanjur sejak awal berdiri. Gambar 5-1. Peresmian Kantor BKK Ungaran tahun 1978 Untuk lebih meningkatkan peran BKK, maka status BKK ditetapkan dengan Peraturan Daerah No 11 tahun 1981, sehingga BKK merupakan Badan Usaha Milik Daerah (pasal 3) maka terdapat perbedaan dalam menggunakan istilah yaitu: Perusahaan Daerah, digunakan dalam UU No. 5 tahun 1962 dan UU No. 5 tahun 1974 Badan Usaha Milik Daerah, digunakan dalam Perda No. 11 tahun Gambar 5-2. Kondisi pelayanan di loket kantor BKK pada tahun 1981 Walaupun terjadi perbedaan, BKK secara jelas sudah berbentuk badan hukum karena telah memenuhi ketentuan perundang-undangan. 91

6 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Kondisi pelayanan BKK pada tahun 1981 masih sangat sederhana sekali, hal tersebut disebabkan kurangnya perhatian pemerintah daerah selaku pemegang saham. Hal itu terjadi karena saat itu belum ada pembagian persentase saham untuk Pemerintah Provinsi dan Kabupaten. Sehingga terkesan saling menyerahkan tanggung jawabnya, dan terkesan tidak profesional. Tetapi setelah ada pembagian persentase modal, maka pemerintah provinsi dan kabupaten saling berlomba untuk setor modal. Ketentuan mengenai BKK dapat dirubah statusnya menjadi BPR jika memenuhi persyaratan (pasal 58) UU No 10 tahun Sedangkan jangka waktunya adalah 5 (lima) tahun. Dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 memberikan alternatif bentuk hukum bagi BPR BKK antara lain berupa: 1. Perusahaan Daerah (PD) 2. Koperasi 3. Perseroan Terbatas dan lembaga lain yang sah Bagi BKK yang telah ditetapkan bentuk hukumnya adalah Perusahaan Daerah yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Pendiriannya berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1962 dan Undang-undang No. 5 tahun Bagi BPR swasta banyak memilih berbentuk hukum Perseroan Terbatas berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun Khusus untuk BPR yang berbadan hukum Koperasi jumlahnya relatif lebih sedikit, namun apapun bentuk hukum dari BPR telah memberikan arti dalam perkembangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi, di satu sisi BPR sebagai lembaga keuangan yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana, di sisi lain terdapat hubungan hukum antara bank dengan nasabah yang meliputi hubungan kepercayaan, hubungan kerahasiaan, dan hubungan kehati-hatian BPR BKK Kabupaten Semarang Pra Merger Kondisi kesehatan BPR BKK sebelum merger masih variatif. Hal tersebut terjadi karena kwalitas SDM yang mengelola tidak sama. Potensi daerah ikut mempengaruhi perkembangan bank dan tingkat kesehatan BPR BKK pra merger. Lemahnya pengawasan menjadi pelengkap tidak meratanya perkembangan BPR BKK pra merger. 92

7 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK Tingkat Kesehatan Pra Merger BPR BKK se Kabupaten Semarang Kondisi umum tingkat kesehatan PD BPR BKK Jawa Tengah dari 224 unit, 24 persen tidak sehat dan kurang sehat; sementara BPR Non BKK dengan jumlah 366 unit, 20 persen adalah tidak sehat dan kurang sehat. Terdapat 48 persen PD BPR BKK yang sehat (lihat Tabel 1-2). Sebelum merger 9 BPR BKK Kabupaten Semarang yang akan melakukan merger dilakukan audit dan evaluasi oleh akuntan publik dengan hasil sebagai berikut: Tabel 5-2. Tingkat Kesehatan BPR BKK Kabupaten Semarang Pra Merger No Nama Nomor Ijin Bank Indonesia/ Tingkat No. Kep. Menkeu RI Kesehatan 1 PD BPR BKK UNGARAN Kep-325/KM.13/1991 (8/10/91) Sehat 2 PD BPR BKK KLEPU Kep-327/KM.17/1993 (14/5/91) Sehat 3 PD BPR BKK BANYUBIRU Kep-326/KM.13/1991 (8/10/91) Cukup Sehat 4 PD BPR BKK BAWEN Kep-325/KM.13/1991 (8/10/91) Cukup Sehat 5 PD BPR BKK BRINGIN Kep-330/KM.13/1991 (8/10/91) Cukup Sehat 6 PD BPR BKK SUMOWONO Kep-329/KM.13/1991 (8/10/91) Cukup Sehat 7 PD BPR BKK AMBARAWA Kep-32/172/KEP/DIR (14/10/99) Cukup Sehat 8 PD BPR BKK JAMBU Kep-328/KM.13/1991 (8/10/91) Cukup Sehat 9 PD BPR BKK TUNTANG Kep-32/179/KEP/DIR (14/5/99) Cukup Sehat Berdasarkan tabel 5-2, bahwa sebelum dilakukan merger dari 9 BPR BKK di Kabupaten Semarang tidak semuanya sehat, dua BPR BKK dinyatakan sehat, 6 BPR BKK dinyatakan cukup sehat dan 1 BPR BKK tidak sehat. Fakta tersebut menunjukan bahwa BPR BKK yang sehat sebelum merger hanya dua dari Sembilan (22%). Berdasarkan simulasi, merger akan menyelamatkan PD BPR BKK Ambarawa (tidak sehat) dengan pengorbanan bagi PD BPR BKK yang sehat, sehingga pasca merger berpeluang tingkat kesehatan cenderung ke modalnya yaitu cukup sehat Dasar Hukum Merger BPR BKK Berangkat dari pemikiran awal dan pembicaraan yang dilakukan Bupati Semarang dengan Kabag. Perekonomian dan Direktur BPR BKK Ungaran sebelum merger, mengenai masalah penyimpangan yang terjadi di BPR BKK Ambarawa. Muncul pemikiran untuk menggabungkan 9 BPR BKK 93

8 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger di Kabupaten Semarang menjadi satu dan berkantor pusat di Ungaran. Yang menjadi pertanyaan saat itu apakah dasar hukum untuk melakukan penggabungan (merger) tersebut. Untuk mewujudkan rencana Bupati Semarang untuk melakukan merger terhadap 9 BPR BKK se Kabupaten Semarang ke BPR BKK Ungaran perlu ada landasan hukum yang mangaturnya. Koordinasi Kabag. perekonomian dengan bagian hukum Kabupaten Semarang menemukan beberapa dasar hukum yang bisa digunakan sebagai dasar untuk melakukan merger 9 BPR BKK se Kabupaten Semarang. Adapun dasar hukum dimaksud (diurutkan menurut urutan tahun bukan urutan perundangan): 1. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 278/KMK/01/1989 tentang peleburan usaha bank, yang diperbarui tanggal 26 Februari 1993, tentang tata cara merger, konsolidasi dan akuisisi. 2. Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) (Bab VII, pasal ). 3. Peraturan Pemerintah RI nomor 27 tahun 1998, (pasal 4-pasal 6) tentang tatacara merger, konsolidasi, dan akuisisi perusahaan. 4. Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 (pasal 28 ayat 1 dan ayat 2, yaitu merger, konsolidasi, dan akuisisi harus mendapatkan ijin dari Pimpinan Bank Indonesia, adapun tatacaranya diatur dengan peraturan pemerintah. 5. Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 1999 tentang merger, konsolidasi dan akuisisi bank. 6. Surat Keputusan Bank Indonesia Nomor 32/52/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang persyaratan dan tatacara merger, konsolidasi, dan akuisisi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Berdasarkan 6 dasar hukum tersebut maka keinginan Bupati Semarang untuk melakukan merger 9 BPR BKK di Kabupaten Semarang ada dasar hukumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rencana merger 9 BPR BKK se Kabupaten Semarang bisa dilanjutkan Inisiatif Merger Tahun 2003 Menindak lanjuti keinginan Bupati Semarang untuk melakukan merger terhadap 9 BPR BKK guna mengatasi penyimpangan yang terjadi pada bulan Mei 2003 yang dilakukan oleh salah satu direktur 94

9 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK BPR BKK Ambarawa, Bupati Semarang bersama dengan Kabag Perekonomian bertekad untuk melakukan merger terhadap 9 BPR BKK. Karena kalau tidak dilakukan merger, BPR BKK Ambarawa diancam akan ditutup oleh Bank Indonesia. Kepala Bagian Perekonomian melakukan dialog dengan para direktur untuk mencari jalan keluar, inisiatif merger ini memancing gejolak dalam tubuh lembaga. Tabel 5-3 Inisiatif dan Dinamika Pra Merger BPR BKK Ungaran Tahun 2003 No Nama BPR BKK Jumlah Direktur Dinamika yang Terjadi 1 PD BPR BKK UNGARAN 2. Berinisiati dan sepakat untuk di merger 2 PD BPR BKK KLEPU 1. Menolak, mohon merger diundur menunggu kabupaten lain. 3 PD BPR BKK BAWEN 1. Berinisiati dan sepakat untuk dimerger. 4 PD BPR BKK TUNTANG 1. Menolak merger, akhirnya diwajibkan 5 PD BPR BKK BRINGIN 1. Jadwal merger minta diundur 6 PD.BPRBKK SUMOWONO 1. Sepakat dimerger karena banyak kasus 7 PD.BPRBKK AMBARAWA 1. Sepakat dimerger karena banyak kasus 8 PD BPR BKK BANYUBIRU 1. Tidak menjawab/tidak memilih 9 PD. BPR BKK JAMBU 1. Sepakat merger kapan saja Sumber: Data diolah dari BPR BKK Ungaran Dari tabel 5-3 dapat disajikan grafik mengenai kesepakatan merger 9 Direksi BPR BKK Kabupaten Semarang sebagai berikut: 95

10 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Grafik 5-1. Kesepakatan Merger 9 Direksi BPR BKK Kabupaten Semarang 2 Dir/20% menolak Merger 1 Dir/10%Tidak menjawab 7 Dir/70% Sepakat Merger Sumber : Bagian Perekonomian, Kab.Semarang Dari tabel 5-3 dan grafik 5-1 dapat dilakukan analisa bahwa dalam pencetusan atau inisiatif merger tidak berjalan mulus, dari 10 direktur, 7 direktur atau 70 persen berinisiatif dan sepakat untuk merger, 2 Direktur atau 20 persen menolak, 1 tidak berinisiatif. Dari analisis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pra merger inisiatif merger BPR BKK Ungaran tidak semulus yang dibayangkan, timbul beberapa dinamika dan beda pendapat dari sebagian stakeholder. Selain alasan banyaknya penyimpangan, inisiatif merger juga berdasarkan pada tidak cukupnya jumlah karyawan yang ada untuk mengisi struktur organisasi yang sudah dibakukan, karena rata-rata personilnya BPR BKK dibawah 10 orang. Supaya lebih jelas disajikan struktur organisasi BPR BKK sebelum merger. 96

11 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK Grafik 5-2. Struktur Organisasi BPR BKK Sebelum Merger Dewan Pengawas (Ka Perekonomian & Camat) Direktur BPR BKK Kabag Pemasaran Kabag Pelayanan SPI Seksi Dana Seksi Pembukuan Seksi Kredit Seksi Umum/ Personalia Seksi Kas Seksi Humas Motivasi Merger 9 BPR BKK se Kabupaten Semarang Strategi merger bank di Indonesia mulai populer sejak tahun 1997, saat itu krisis melanda Bank Umum di Indonesia, pasca krisis banyak bank umum yang masuk ke pasar Bank Perkreditan Rakyat (BPR), situasi tersebut membuat ketidaknyamanan operasional BPR termasuk BPR BKK di Kabupaten Semarang, sehingga timbul persaingan yang tidak sehat dan banyak penyelewengan. Oleh karena itu Bupati Semarang bersama dengan Kabag. Perekonomian tetap bertekad melakukan merger terhadap 9 BPR BKK yang ada di Kabupaten Semarang. Motivasi dilakukannya merger BPR BKK se Kabupaten Semarang adalah lemahnya kualitas SDM, lemahnya permodalan, in efisiensi pembiayaan dan tidak efektifnya pengawasan. 97

12 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger 1. Lemahnya Kualitas Sumber Daya Manusia Kemampuan dan kompetensi sumber daya manusia sangat membantu perkembangan bank. Sumber daya manusia yang kompeten harus didukung pula dengan integritas yang bisa dipertanggungjawabkan, karena kedua hal tersebut saling berkaitan. Tabel 5-4 Latar Belakang Pendidikan Pegawai 9 BPR BKK se Kabupaten Semarang Tahun 2004 No Pendidikan pegawai 30 April 2004 Persentase (%) 1 Berpendidikan S2 3 2,48 2 Berpendidikan S ,58 3 Berpendidikan D3 10 8,27 4 Berpendidikan SLTA 61 50,40 5 Berpendidikan SLTP 7 5,79 6 Berpendidikan SD 3 2,48 Jumlah Sumber : data diolah dari BPR BKK Ungaran Berdasarkan data pada tabel 5-4, terlihat bahwa SDM BPR BKK se Kabupaten Semarang masih lemah, karena sebagian besar berpendidikan SLTA (50,40%). Untuk meningkatkan kemampuan SDM dengan mengirim staf ikut pelatihan. Kalau tidak melakukan merger, bank belum bisa memanfaatkan anggaran 5 persen dari total BTK untuk pendidikan, karena 5 persen dari biaya tenaga tersebut tidak mencukupi untuk mengirim SDM ke tempat-tempat pelaksana pelatihan. Biaya pelatihan mahal, sehingga anggaran 5 persen biaya tenaga tidak cukup, padahal tidak bisa diakumulasi dengan anggaran tahun berikutnya. Dengan demikian, proses peningkatan kualitas SDM terhambat karena biaya tidak mencukupi. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi merger untuk meningkatkan kualitas SDM BPR BKK. Program peningkatan kualitas SDM tidak bisa berjalan karena anggaran biaya pendidikan tidak mencukupi karena masih unit mandiri. 98

13 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK 2. Lemahnya Permodalan Untuk bisa bersaing, bank harus memiliki modal yang kuat. Hal tersebut selain untuk mengatasi persaingan pasar, untuk meningkatkan jangkauan pelayanan, juga untuk mengantisipasi peraturan dari Bank Indonesia mengenai Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) bank dan pemenuhan (Capital Adequacy Rasio) CAR Bank. Untuk mendukung pernyataan tersebut disajikan posisi modal BPR BKK se Kabupaten Semarang sebelum merger dilakukan, yaitu sebesar Rp ,- yang terinci sebagai berikut: Tabel 5-5. Modal 9 BPR BKK se Kabupaten Semarang Tahun 2004 No BPR BKK Sumber : BPR BKK Ungaran Modal (Rp.000) Ratio CAR (%) 1 BPR BKK Ungaran ,58 2 BPR BKK Klepu ,90 3 BPR BKK Bawen ,97 4 BPR BKK Tuntang ,29 5 BPR BKK Bringin ,73 6 BPR BKK Sumowono ,30 7 BPR BKK Ambarawa ( ) (11,40) 8 BPR BKK Banyubiru ,45 9 BPR BKK Jambu ,96 Jumlah Dari tabel 5-5 tersebut dapat dianalisa, dari 9 BPR BKK di Kabupaten Semarang yang ratio CAR nya lebih dari 8 persen hanya 2 BPR BKK yaitu BPR BKK Ungaran dan BPR BKK Klepu. Enam BPR BKK modalnya kurang dari 8, 1 BPR BKK yaitu BPR BKK Ambarawa modalnya minus. Salah satu penyebab minusnya modal BPR BKK Ambarawa adalah terjadinya penggelapan dana Antar Bank Aktiva (ABA) sebesar Rp ,-. Setelah diadakan pengusutan dan penyitaan sisa harta hasil penggelapan harta milik bank oleh direktur sebagian modal bisa kembali. Selain itu ada kebijakan dari Bank Indonesia untuk menggunakan cadangan tujuan untuk menutup kekurangan modal. Modal masih tetap minus Rp 221 juta rupiah. Dari analisis 99

14 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar BPR BKK di Kabupaten Semarang modalnya lemah, sebagian BPR BKK ratio CARnya kurang sehat. 3. In Efisiensi Pembiayaan Salah satu motivasi yang mendorong dilakukan merger BPR BKK se Kabupaten Semarang yaitu terjadinya in efisiensi pembiayaan, diantaranya gaji Direksi dan Badan Pengawas. Pemborosan itu terjadi karena jumlahnya yang tidak seimbang dengan asset bank. Asset bank Rp.63 milyar dikelola oleh 10 Direktur dan 18 Badan Pengawas. Untuk unit mandiri Ungaran dikelola 2 Direktur dengan asset Rp.23,5 milyar. Sedangkan untuk 8 unit mandiri yang lainnya dikelola 1 direktur karena assetnya kurang dari Rp.15 milyar. Untuk lebih rincinya disajikan tabel sebagai berikut: Tabel 5-6. Asset, Direksi dan Badan pengawas BPR BKK se Kabupaten Semarang sebelum merger N0 BPR BKK Asset Direksi Banwas (000) (orang) (orang) 1 BPR BKK Ungaran BPR BKK Klepu BPR BKK Bawen BPR BKK Tuntang BPR BKK Bringin BPR BKK Sumowono BPR BKK Ambarawa BPR BKK Banyubiru BPR BKK Jambu Jumlah Sumber : BPR BKK Ungaran Dari tabel 5-6, dapat dilakukan analisa sebagai berikut BPR BKK yang berasset di atas 23,5 milyard diurus oleh 2 orang Direktur dan 2 orang Banwas masih wajar dan masih efesien, tetapi kalau BPR BKK yang berasset dibawah 5 milyar diurus oleh tiga orang pengurus tidak efesien, maka yang terjadi adalah pemborosan biaya gaji Direktur dan Badan Pengawas. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa motivasi merger 100

15 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK BPR BKK yaitu untuk mengurangi terjadinya in efesiensi yang diakibatkan pembayaran gaji Direktur dan Badan Pengawas. 4. Tidakefektifnya Pengawasan Praktek operasional bank yang terjadi di BPR BKK sebelum merger yaitu adanya raja-raja kecil yang muncul dari kekuasaan mutlak yang dilakukan oleh para direktur dan pejabat lainnya. Intervensi dari penguasa daerah semakin menambah tidak efektifnya pengawasan, diantaranya adanya tekanan untuk para birokrat untuk menjadi Badan Pembina. Intervensi kekuasaan politik terhadap bank, akan berdampak pada penyimpangan-penyimpangan yang bisa mengakibatkan turunnya tingkat kesehatan bank. Lemahnya pengawasan menyebabkan terjadinya penyimpangan ABA sebesar Rp ,- yang dilakukan oleh Direktur BPR BKK Ambarawa, sehingga BPR BKK Ambarawa terancam akan ditutup oleh Bank Indonesia. Hal tersebut terjadi karena tidak efektifnya pengawasan. Untuk memperjelas tidak efektifnya pengawasan tersebut disajikan tabel Badan Pembina dan Pembina Teknis yang tidak efektif sebagai berikut: Tabel 5-7. Asset, Investasi Modal, Badan Pembina, Pembina Teknis BPR BKK se Kabupaten Semarang No Keterangan Pofil Pengawasan 1 Asset (Rp.000) Investasi Modal (Rp.000) Badan Pembina (orang) Pembina Tehnis (orang) Sumber: BPR BKK Ungaran 5 orang 2 orang Tidak efektif Tidak efektif Dari tabel 5-7 tersebut di atas dapat dilakukan analisa sebagai berikut, dengan asset bank sebesar Rp.68,49 milyar dan investasi modal sebesar Rp.2,74 milyar melibatkan 5 personil Badan Pembina dan 2 Pembina Tehnis dari BPD. Tambahan personil tersebut tidak efektif, karena secara yuridis tidak diakui keberadaannya oleh Bank Indonesia. Badan Pembina dan Pembina Tenis tidak bisa efektif melakukan pembinaan karena personilnya berasal dari para birokrat dan pegawai BPD yang setiap harinya telah sibuk dengan kegiatan pokoknya, sehingga hasil pembinaanya tidak efektif terbukti penyimpangan relatif tidak diketahui. 101

16 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Berdasarkan analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi melakukan merger yaitu untuk mendapatkan SDM yang berkualitas, memperkuat modal bank, melakukan efisiensi dan mengefektifkan pengawasan. Dalam penelitian ini yang telah mengkaji, menganalisis dan menyimpulkan motivasi merger BPR BKK Ungaran kualitas rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), lemahnya modal, efesiensi honor pengurus dan mengefektifkan pengawasan. Temuan ini apabila dipadukan temuan dari Zakir Mahmud (dalam Lay, Marbun et al. 2010: 93) yang menyatakan bahwa merger merupakan satu bentuk strategi perusahaan (coorporate strategy) dalam mencapai tujuan jangka panjang dengan cara mentranformasikan batas perusahaan perbankan (boundaries of firm). Secara rasional motivasi merger memaksimalkan laba dan meminimalkan biaya (to maximize profit and minimize cost) efisiensi dan meminimalkan penyelewengan/ mengefektifkan pengawasan. Berdasarkan fakta hasil penelitian ini dan teorinya Zahir Mahmud maka temuan ini mendukung teorinya Zahir Mahmud Polemik Bank Indonesia dan Gubernur wujud Dinamika Pra Merger Inisiasi merger BPR BKK Ungaran oleh Bupati Semarang kemudian diusulkan kepada Gubernur Provinsi Jawa Tengah dan Pimpinan Bank Indonesia Semarang menimbulkan beberapa polemik di media massa. Karena Gubernur Jawa Tengah tidak setuju kalau BPR BKK Kabupaten Semarang dimerger. Sebelum proses merger disepakati sering terjadi perbedaan pendapat antara Gubernur Jawa Tengah (Mardiyanto) dengan Pimpinan Bank Indonesia Semarang (Muryono) serta DPRD Kabupaten Semarang (Hog Young) di media massa. Gubernur Jawa Tengah tetap menolak BPR BKK Kabupaten Semarang dimerger, tetapi Bank Indonesia minta BPR BKK Kabupaten Semarang harus dimerger, kalau tidak BPR BKK Ambarawa akan ditutup karena modalnya habis Studi Banding ke BI Surabaya Perbedaan pendapat antara Bank Indonesia dengan pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Ketua Badan Pembina Provinsi) merupakan sebuah dinamika yang wajar terjadi. Salah satu solusinya adalah melakukan studi banding ke wilayah pengawasan Bank Indonesia yang telah melakukan merger. Akhirnya disepakati dibentuk tim studi banding. Tim tersebut terdiri dari Direksi BPR BKK Ungaran, Wakil 102

17 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang, wakil Pemerintah Provinsi Jateng, wakil dari BPD Jateng dan Bank Indonesia. Studi banding dipilih Bank Indonesia Surabaya yang telah melakukan merger BPR Jawa Timur, hasilnya akan dimanfaatkan sebagai salah satu referensi untuk melakukan merger. Sebagai kesimpulan, setelah melalui beberapa diskusi dan adu argumentasi akhirnya disepakati untuk melakukan merger BPR BKK Kabupaten Semarang ke BPR BKK Ungaran Proses Merger Setelah ada kata sepakat untuk melakukan merger BPR BKK Kabupaten Semarang ke BPR BKK Ungaran maka tahapan pertama dalam proses merger yaitu mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam RUPS tersebut diputuskan tentang siapakah yang akan melakukan tahapan-tahapan proses merger BPR BKK Kabupaten Semarang. Pada akhirnya dibentuklah panitia merger yang ditambah konsultan dari Akuntan Publik. Selain pembentukan panitia merger diputuskan pula struktur organisasi yang akan digunakan BPR BKK hasil merger, sebagai berikut: Grafik 5-3. Skema Struktur Organisasi BPR BKK Hasil Merger RUPS BADAN PENGAWAS DIREKSI KABID PEMASARAN KABID PELAYANAN KABID UMUM & PERS KASI DANA AKUNTANSI KASI UMUM & HUMAS KASI KREDIT PELAPORAN KASI PERSONALIS PINCAB PINCAB PINCAB PINCAB KASI DANA KASI KREDIT KASI DANA KASI KREDIT KASI DANA KASI KREDIT KASI DANA KASI KREDIT Sumber : BPR BKK Ungaran 103

18 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Panitia Merger 9 BPR BKK Kabupaten Semarang Panitia hasil keputusan RUPS yang akan melaksanakan tahapan-tahapan yang harus di tempuh. Fenomena tersebut terus berkembang, Pemerintah Kabupaten Semarang yang mendapat tugas sebagai pengawasan dalam pelaksanaan tahapan yang dilakukan oleh tim panitia dan konsultan yang berasal dari akuntan publik. Tahapan pertama yang dilakukan oleh panitia yaitu inventarisasi permasalahan dan memahami dinamika yang terjadi di lingkungan BPR BKK yang akan melakukan merger. Adapun permasalahan dan dinamika yang perlu diperhatikan yaitu, 1. Adanya beberapa BPR BKK yang sehat yang dapat menjadi bider dan sepakat untuk di merger 2. Yang kedua adanya BPR BKK yang kurang sehat dan tidak sehat sebagai target untuk dimerger. Undang-undang No. l0 tahun 1998 dan Keputusan Direksi Bank Indonesia 32/52/KEP/DIR, tanggal 14 Mei 1999 yang mengatur persyaratan dan tata cara merger, konsolidasi dan akuisisi BPR. Selain itu pemerintah daerah masih bisa melakukan penambahan langkah-langkah penggabungan tersebut. Adapun susunan kepanitiaan merger BPR BKK Ungaran sebagai berikut: Tabel 5-8. Panitia Merger BPR BKK se Kab. Semarang No Nama Jabatan Kepanitiaan Komposisi Panitia Jabatan Kedinasan 1. Drs. Sugeng,M.Si Ketua Kabag BUMD 2. Drs.Husen Wakil Ketua Pengawas 3. Joko Priyanto Sekertaris Pengawas BPD 4. H. Zarul,SH,M.Si Anggota Dirut 5. Slamet Widodo,A.Md Anggota Dirum Sumber : Bag. Perekonomian Kab.Semarang (2004) 104

19 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK Sosialisasi Rencana Merger Untuk mengurangi gejolak di lingkungan karyawan maka sebelum merger dilakukan, panitia merger melakukan sosialisasi di lingkungan karyawan, melalui forum pembinaan yang disampaikan oleh Bupati Semarang. Dalam forum tersebut diberi kesempatan kepada karyawan untuk menyampaikan pendapat dan usulannya. Setelah beberapa karyawan dan direktur menyampaikan pendapatnya, disimpulkan pada intinya karyawan setuju untuk dilakukan merger, akan tetapi tidak ada pemutusan hubungan kerja dan tidak ada penurunan gaji Kesepakatan Direksi Melakukan Merger Setelah sosialisasi dilakukan oleh Bupati Semarang yang dikemas dalam kegiatan pembinaan karyawan BPR BKK se Kabupaten Semarang, maka diikuti gerakan kesepakatan merger para direksi, meskipun persetujuan merger sifatnya terpaksa. Pada pasca kesepakatan merger disepakati ada beberapa hal yang masih mengganjal dan meminta supaya proses merger diundur waktunya. Sebenarnya ada beberapa direktur yang tidak secara tulus menyetujui rencana merger, khawatir kalau tidak terpilih kembali menjadi direktur, meskipun saat direktur tersebut menjabat manajemen yang diterapkan tidak sehat. Selain itu direktur BPR BKK saat menjadi unit mandiri direksi sangat berkuasa dan tidak ada yang mengontrol, karena peran Badan Pengawas belum maksimal. Oleh sebab itu, kesepakatan merger merupakan solusi terbaik untuk menata manajemen supaya bank menjadi sehat dan bisa terwujudnya kelembagaan BPR BKK yang semakin solid. Kesepakatan tersebut diambil dari suara terbanyak, karena 7 Direksi sepakat merger maka diputuskan proses merger berjalan terus Kesepakatan Pemegang Saham Menambah Modal Sebelum dilakukan merger hampir 66,67 persen BPR BKK di Kabupaten Semarang modalnya kurang dari 8 persen, bahkan BPR BKK Ambarawa modalnya minus sehingga dilakukan pengawasan khusus oleh Bank Indonesia. Adanya penyimpangan di BPR BKK Ambarawa, terjadi gejolak dan turunnya kepercayaan masyarakat. Direktur BPR BKK Ambarawa diproses secara hukum, karena adanya penyimpangan yang mengakibatkan modal menjadi minus. 105

20 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Berdasarkan penelitian yang lakukan, sebagian besar BPR BKK di Kabupaten Semarang sebelum dilakukan merger mengalami kekurangan modal. Merger antar BPR BKK di Kabupaten Semarang merupakan salah satu pilihan, yang menjadi permasalahan apabila tidak dilakukan merger, maka BPR BKK Ambarawa akan ditutup oleh Bank Indonesia. Pada BPR BKK Ambarawa CAR nya minus, secara operasional statusnya dibekukan. Untuk menghindari supaya tidak ditutup oleh Bank Indonesia, maka para pemegang saham harus menyetorkan modal, supaya CAR nya lebih dari 8 persen. Salah satu solusi yang harus dilakukan adalah penambahan modal dari para pemegang saham. Kondisi CAR dari 9 BPR BKK Kabupaten Semarang yang akan melakukan merger dapat disajikan sebagai berikut: Tabel 5-9. Posisi Rasio CAR BPR BKK se Kabupaten Semarang Dalam Proses Meger tahun 2004 Jumlah No Posisi CAR Frekuensi Presentase (%) 1. Minus 1 11,11 2. Kurang dari 8 % 6 66,67 3. Lebih dari 8% 2 22,22 Jumlah 9 100,00 Sumber : Bag. Perekonomian Kab, Semarang Dari tabel 5-9 dapat dilakukan analisa, dari 9 BPR BKK di Kabupaten Semarang yang akan melakukan merger: 1 BPR BKK modalnya minus (BPR BKK Ambarawa), 6 BPR BKK (BPR BKK Bawen, BPR BKK Bringin, BPR BKK Tuntang, BPR BKK Banyubiru, BPR BKK Jambu, dan BPR BKK Sumowono) modalnya kurang dari 8 persen, sehingga perlu penambahan modal. Sedangkan BPR BKK Klepu dan BPR BKK Ungaran modalnya di atas 8 persen. Alternatif yang bisa digunakan untuk induk merger yaitu, BPR BKK Klepu atau BPR BKK Ungaran dengan CAR lebih dari 8 persen. Dapat disimpulkan bahwa pada saat akan merger BPR BKK Kabupaten Semarang masih perlu penambahan modal karena sebagian besar BPR BKK di Kabupaten Semarang modalnya kurang dari 8 persen. 106

21 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK Penetapan Calon Pengurus Bank Hasil Merger Dalam RUPS penetapan Direksi dan Badan pengawas ada satu permasalahan yang dilematis, di mana semua direktur merasa mempunyai hak untuk memimpin bank hasil merger. Untuk menyelesaikan masalah tersebut panitia merger mengajukan semua direktur untuk dilakukan uji kompetensi di Bank Indonesia (fit and proper test). Dari seluruh calon Direksi dan Badan Pengawas yang diajukan hanya lulus 2 orang calon Direksi dan 2 calon Badan Pengawas. Peran Bank Indonesia menjadi sangat penting dalam memberikan rekomendasi pengurus bank hasil merger. Bank Indonesia menuntut bank harus sehat. Bank yang sehat merupakan indikator utama keberlanjutan dari bank. Dua orang calon Direktur dan dua orang calon Badan Pengawas yang lulus fit and proper test kemudian ditetapkan sebagai pengurus bank hasil merger Rancangan Pengajuan Ijin Merger Setelah memilih pengurus, tahapan selanjutnya adalah membuat rancangan ijin merger. Proses perijinan merger dimulai dari penyusunan rancangan pengajuan ijin merger yang kemudian dikirim ke Bank Indonesia dengan dilampiri rancangan perubahan akte pendirian dan rancangan rencana kerja. Penyusunan rancangan merger membutuhkan waktu sekitar 3 bulan. Setiap langkah dikonsultasikan ke Bank Indonesia, agar rancangan yang diajukan ke BI pusat tidak ditolak. Rancangan merger yang diajukan ke Bank Indonesia memuat namanama BPR BKK yang akan dimerger. Rancangan perubahan status kantor PD. BPR BKK se Kabupaten Semarang menjadi BPR BKK Ungaran hasil merger ditampilkan pada tabel Sembilan unit BPR BKK mandiri dimerger menjadi BPR BKK Ungaran. BPR BKK UNGARAN berubah statusnya dari kantor mandiri menjadi kantor pusat. Beberapa dasar yang digunakan sebagai alasan BPR BKK Ungaran untuk kantor pusat merger adalah sebagai berikut: 1. Melihat perkembangan selama 5 (lima) tahun terakhir BPR BKK Ungaran telah berkembang sehat dan wajar. 2. Potensi daerahnya memungkinkan untuk dikembangkan. 3. Letaknya berada di ibukota Kabupaten Semarang. 107

22 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Tabel Rancangan Merger BPR BKK se Kabupaten Semarang No Nama Lama Status Rencana Nama Baru 1 PD BPR BKK UNGARAN Berubah BPR BKK UNGARAN KANPUS 2 PD BPR BKK KLEPU Berubah BPR BKK UNGARAN CAB KLEPU 3 PD BPR BKK BAWEN Berubah BPR BKK UNGARAN CAB BAWEN 4 PD BPR BKK TUNTANG Berubah BPR BKK UNGARAN CAB TUNTANG 5 PD BPR BKK BRINGIN Berubah BPR BKK UNGARAN CAB BRINGIN 6 PD.BPRBKK SUMOWONO Berubah BPR BKK UNGARAN CAB SUMOWONO 7 PD.BPRBKK AMBARAWA Berubah BPR BKK UNGARAN CAB AMBARAWA 8 PD BPR BKK BANYUBIRU Berubah BPR BKK UNGARAN CAB BANYUBIRU 9 PD. BPR BKK JAMBU Berubah BPR BKK UNGARAN CAB JAMBU Sumber: Data diolah dari BPR BKK Ungaran Rancangan Perubahan Akte Pendirian BPR BKK Ungaran Status dan tempat kedudukan BPR BKK yang dimerger masih tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 20 Tahun Pasal 45 Peraturan Daerah No. 20 Tahun 2002 sudah menyesuaikan terhadap Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 1999 tentang merger, konsolidasi, dan akuisisi Bank serta Surat Keputusan Bank Indonesia No. 32/52/ KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank Perkreditan Rakyat. Dengan berubahnya status dan tempat kedudukan PD. BPR BKK Ungaran menjadi pusat bank hasil merger harus dilakukan perubahan akte pendiriannya. Adapun pokok-pokok perubahan akte pendirian BPR BKK Ungaran hasil merger adalah: 1. Sembilan Kantor BPR BKK di wilayah Kabupaten Semarang di merger menjadi satu dengan tetap mempertahankan BPR BKK UNGARAN sebagai kantor pusat dan 8 (delapan) BPR BKK lainnya menjadi kantor cabang. 2. Tempat Kedudukan BPR BKK UNGARAN hasil merger berada di Jl. Moh. Yamin No.1 Ungaran, Kecamatan Ungaran, Kabupaten 108

23 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK Semarang sebagai kantor pusat dan memiliki kantor cabang serta kantor pelayanan kas/kantor kas di wilayah kecamatan Kabupaten Semarang. 3. BPR BKK Ungaran hasil merger membuka kantor cabang baru di wilayah kecamatan-kecamatan di Kabupaten Semarang yang belum ada kantor cabangnya. 4. Modal dasar BPR BKK Ungaran hasil merger ditetapkan sebesar Rp ,- (tujuh milyar lima ratus juta rupiah) Rancangan Rencana Kerja BPR BKK Hasil Merger Dalam penyusunan rancangan merger harus disertakan rancangan Rencana kerja BPR BKK Ungaran hasil merger yang diarahkan untuk mencapai sasaran sebagai berikut: a. Memperkuat struktur permodalan yang disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. b. Melakukan cost reduction sehingga mampu meningkatkan efisiensi biaya, pada akhir tahun buku berikutnya. c. Meningkatkan total aset akhir tahun merger mencapai target yang ditentukan yang dilakukan melalui peningkatan penghimpunan dana simpanan masyarakat pedesaan yang masih belum digarap secara baik, serta lingkage program dengan Bank umum yang akan disalurkan kepada pengusaha kecil yang produktif. d. Mempertahankan dan memperbaiki kualitas aktiva produktif, sehingga rasionya tidak melebihi 5 persen. e. Membentuk pencadangan aktiva produktif sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. f. Penataan susunan organisasi dan uraian tata kerja BPR BKK Ungaran. g. Pengisian/penempatan sumber daya manusia yang ada pada organisasi BPR BKK Ungaran sesuai kecakapan dan keahliannya. h. Pengadaan sarana kerja untuk menunjang pelayanan kepada masyarakat, termasuk sarana operasional kantor Penggabungan Modal Sebelum pengumuman mengenai merger di media massa, harus dilakukan penggabungan modal dari 9 BPR BKK se Kabupaten Semarang kepada BPR BKK Ungaran yang akan menjadi induk hasil merger. Penggabungan modal diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), modal hasil penggabungan 9 BPR BKK se Kabupaten Semarang sebesar Rp ,- dengan komposisi 109

24 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger adalah sebagai berikut: a. Pem. Prop. Jateng : Rp ,- (54,23%) b. Pem Kab. Semarang : Rp ,- (43,61%) c. BPD Jateng : Rp ,- ( 2,16%) Jumlah tersebut disepakati untuk diumumkan dalam pengumuman merger di Suara Merdeka dan media lokal lainnya Pengumuman Media Massa Pengumuman di media massa dan pengumuman dipasang di tempat umum merupakan suatu kewajiban bank yang akan melakukan merger. Pengumuman merger sudah dimuat di media massa lokal dan nasional sejak 15 Nopember Dinamika yang Terjadi Pasca Pengumuman Merger Dinamika yang terjadi pasca pengumuman merger datang dari berbagai pihak. Diantaranya dari DPRD, karyawan, nasabah, dan masyarakat. Dari pihak DPRD sebenarnya tidak mempermasalahkan, karena fungsinya sebagai wakil rakyat di mana banyak yang mengadu dan menyampaikan aspirasinya kepada anggota dewan. Setelah mendapatkan penjelasan mengenai permasalahannya, akhirnya dewan tidak mempermasalahkan mengenai merger BPR BKK. Sedangkan yang terjadi di lingkungan karyawan karena ada kelompokkelompok yang agak merecoki proses merger dengan cara mengadu ke Dewan, membuat surat kaleng, membuat SMS gelap, bahkan membuat berita di media massa. Tetapi semua itu oleh pemegang saham, pengurus dan Bank Indonesia dipahami sebagai suatu dinamika yang harus diselesaikan. Di lingkungan nasabah juga terjadi sedikit ketidak nyamanan dengan adanya pengumuman merger. Banyak deposan yang datang ke kantor minta penjelasan tentang pengumuman merger tersebut, dan ada sebagian kecil yang terpengaruh oleh pengumuman merger tersebut dengan menarik sebagian dananya karena ada rasa kekawatiran terjadi apa-apa kalau sampai bank di merger. Namun, setelah mendapat penjelasan mengenai merger mereka akhirnya menempatkan dananya kembali di BPR BKK. 110

25 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK Ada sebagian kecil dari masyarakat yang bukan nasabah tetapi peduli dengan perkembangan BPR BKK, sempat melakukan klarifikasi adanya pengumuman merger tersebut, bahkan ada yang menafsirkan dibubarkan. Guntingan pengumuman di media massa dikirim ke Bank Indonesia Pusat di Jakarta. Berdasarkan fakta di atas dapat disimpulkan bahwa pemasangan pengumuman merger BPR BKK Ungaran memancing perhatian dari berbagai pihak diantaranya deposan, nasabah kredit, karyawan, dan pihak-pihak lain yang merespon terhadap merger BPR BKK. 111

26 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger 5.4. Realisasi Merger BPR BKK Ungaran Setelah melalui proses yang panjang (pra merger dan proses merger ) maka turunlah ijin merger BPR BKK Kabupaten Semarang menjadi BPR BKK Ungaran. Pemegang saham BPR BKK Ungaran yaitu: Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan BPD Jawa Tengah. Sampai dengan posisi merger komposisi pemegang saham masih dipegang oleh 3 pemegang saham yaitu: a. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebesar 54,23 persen b. Pemerintah Daearah Kab. Semarang 43,61 persen c. BPD Jawa Tengah 2,16 pesen. Untuk merealisasikan merger BPR BKK perlu tahapan yang cukup panjang, penuh dinamika yang terjadi dan perbedaan pendapat, kesimpulan akhir, bahwa semua permasalahan yang timbul dapat diselesaikan dan pada akhirnya Gubernur Jawa Tengah menerbitkan surat persetujuan untuk proses merger bisa berjalan serta menunjuk personil dari Provinsi Jawa Tengah untuk mengurus sampai dengan realisasi merger BPR BKK Ungaran selesai. Pada diagram 5-2, menggambarkan dinamika inisiatif merger sampai memperoleh persetujuan dari Gubernur Jateng. Diagram 5-2 juga menggambarkan secara kronologis proses mulai rencana merger sampai ada titik temu dan pemahaman yang sama antara Bank Indonesia dan Gubernur Jawa Tengah. Terbitnya surat Gubernur Jawa Tengah yang menyetujui proses merger dimulai dengan penunjukkan personil dari Provinsi untuk mengawal sampai merger BPR BKK Ungaran selesai BPR BKK Ungaran Merger Pertama Sahnya suatu bank yang dimerger apabila sudah memperoleh ijin prinsip dan ijin operasional dari Bank Indonesia. Turunnya surat keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia Nomor 7/4/Kep DGS/2005, maka merger BPR BKK Ungaran sudah bisa dimulai secara operasional. Merger BPR BKK Ungaran Kabupaten Semarang merupakan merger yang pertama di Provinsi Jawa Tengah, yaitu sebagai merger percontohan. Kalau merger di BPR BKK ini berhasil dengan tanpa gejolak, maka akan segera dilanjutkan pada BPR BKK Kabupaten lain. Setelah merger BPR BKK berjalan, Gubernur Jawa Tengah menerbitkan Surat Edaran Wajib 112

27 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK BPR BKK Ungaran Tanggapan dari Bank Indonesia (Tahun 2003) Bank Indonesia dan Pemegang Saham Provinsi : Kontroversi (oktober 2003) Studi Banding ke Jawa Timur Tercapai Titik Temu antara Bank Indonesia dan Pemegang Saham Provinsi SK Gubernur Jawa Tengah Diagram 5-2. Dinamika Pra Merger - Merger BPR BKK Kab.Semarang Merger. Usulan pertama untuk merger dari pengurus BPR BKK Ungaran dan menjadi acuan merger BPR BKK yang lain. Dengan diserahkannya surat Deputi Gubernur Bank Indonesia maka 9 unit mandiri yang dimerger telah sah secara hukum menjadi BPR BKK Ungaran. 113

28 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Gambar 5-3. Foto Penyerahan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia tentang Merger BPR BKK Ungaran Keterangan : Merger BPR BKK Ungaran merupakan Merger Pertama Setelah merger BPR BKK Ungaran berjalan dengan baik maka Gubernur Jawa Tengah mewajibkan semua BPR BKK di Jawa Tengah wajib merger, realisasi merger BPR BKK se Jawa Tengah disajikan pada tabel Konversi Modal Konversi modal milik BPD Jateng menjadi modal milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Semarang harus dilakukan. Hal dilakukan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Permendagri Nomor 22 tahun Dalam pasal 7 mengatur bahwa BPR milik daerah harus dimiliki oleh pemerintah Daerah. Akhirnya dilaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk memutuskan melepaskan modal milik BPD dikonversi menjadi milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Semarang. 114

29 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK Tabel Rekapitulasi PD BPR BKK Hasil Merger Periode

30 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Lanjutan Tabel

31 Bab 5 Dinamika Merger BPR BKK RUPSLB memutuskan modal saham BPD sebesar 51persen dibeli oleh Pemerintah Provinsi (51% x Rp ,318 = Rp ). Untuk Kabupaten Semarang 49 persen (49% x Rp = Rp ). Sehingga komposisi modal pasca RUPSLB sebagai berikut: Tabel Komposisi Modal Pasca Konversi Modal BPD MODAL (Rp.) No Pemegang Saham Sebelum RUPSLB Setelah RUPSLB % 1. Pem Prov Jateng ,7 2 Pemkab Semarang ,3 3. BPD Jateng Jumlah Sumber : BPR BKK Jateng Konsekuensi dari keputusan tersebut maka Pemerintah Kabupaten Semarang dan Provinsi Jateng melalui persetujuan DPRD harus membeli saham BPD Jateng melalui APBD Kabupaten dan Provinsi. APBD Kabupaten Semarang merealisasikan setoran modal Rp ,-- termasuk untuk membeli saham yang dimiliki oleh BPD Jateng sebesar Rp ,--. Sisanya sebesar Rp ,- - menjadi modal titipan yang belum di setujui RUPS, menunggu keputusan RUPS untuk penambahan modal Dinamika Tahun Pertama Merger BPR BKK Penyelewengan Dana Bank Setelah berjalan beberapa bulan merger BPR BKK Ungaran, tim pemeriksa menemukan beberapa temuan yang cukup signifikan dengan adanya sikap yang kurang mendukung, serta adanya penyimpangan dana dan kredit sebesar Rp ,-- Berdasarkan temuan tersebut pihak manajemen mengambil keputusan memberhentikan karyawan yang telah melakukan penyimpangan dan menarik kembali dana yang sudah digunakan. Pemberhentian Pegawai Dengan berbagai pertimbangan dan alasan maka manajemen mengambil langkah pemberhentian karyawan yang melakukan penyelewengan. Satu mantan direktur yang terkena kasus penyelewengan dana diserahkan ke penegak hukum dan keputusan dari pengadilan yang besangkutan divonis 7 tahun penjara. 117

32 Pengembangan Bank Lokal dengan Merger Tabel Mantan Direktur dan Karyawan yang Diberhentikan No Nama Jabatan Jumlah yang diberhentikan (orang) 1. Mantan Direktur 5 Alasan diberhentikan Penyelewengan/ Larangan BI Penyelewengan dan larangan BI 2 Mantan SKAI 1 Penyelewengan 3. Mantan Kasi Dana 3 Penyelewengan 4. Mantan Kasi Kredit 4 Penyelewengan 5. Mantan Kasi Akuntansi 1 Penyelewengan 6. Staf, Kasir, sopir 17 Penyelewengan Jumlah 31 Sumber : BPR BKK Ungaran Berdasarkan tabel 5-13 tersebut, ada 31 karyawan yang terdiri dari mantan direktur dan karyawan yang diberhentikan. Pemberhentian itu dilakukan bukan karena merger tetapi karena melakukan penyelewengan keuangan. Meskipun demikian tetap menjadi beban psikologis manajemen bank hasil merger. Berdasarkan fakta tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam merger BPR BKK Ungaran terjadi beberapa dinamika yang terjadi diantaranya penolakan merger, polemik di media, studi banding, seleksi calon pengurus, perubahan anggaran dasar, perubahan rencana kerja, pemberhentian karyawan yang melakukan penyelewengan, dan mutasi jabatan. Menurut Jansen (1984) Merger menjadi perdebatan sejak lama oleh sebagian masyarakat, karena banyak gejolak yang terjadi dan dinamika yang dianggap sebagai tindakan yang tidak bermanfaat. Tetapi Jansen mematahkan opini tersebut dan memberikan argumentasi tentang gejolak dan dinamika merger yang posistif diantaranya merger mendorong pemegang saham meningkatkan kesejahteraannya. Merger tidak memperhentikan pegawai tetapi memanfaatkan pegawai dengan lebih baik. Merger melakukan pergantian pengurus yang lebih profesional serta tata kelola yang baik. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dinamika yang terjadi hampir sama dengan pendapatnya Jansen. Dapat dikatakan bahwa temuan dalam penelitian ini mendukung teori dari Jansen Perwujudan Motivasi Merger Berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini maka pada sub judul ini kami sajikan hasil penelitian tentang motivasi merger. Untuk peran stakeholder kami bahas di sub judul selanjutnya. 118

33 Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan perangkat yang paling penting dalam kemajuan perusahaan. Dengan SDM yang kompeten dan produktif, maka perusahaan akan memiliki modal yang lebih baik untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain. SDM yang kompeten ditunjukkan dengan adanya keahlian yang dimiliki oleh SDM yang bersangkutan. i. Peningkatan Kualitas SDM Bank Hasil Merger Untuk meningkatkan keahlian dan kemampuan SDM salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan terhadap SDM perusahaan. Untuk meredam gejolak di tubuh internal lembaga mengenai rencana merger, maka manajemen melakukan sosialisasi, pendidikan, dan pembekalan kepada para karyawan. Merger yang dilakukan terhadap BPR BKK di Kabupaten Semarang diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM yang dimiliki. Peningkatan ini terjadi karena jika BPR BKK memiliki seorang pegawai yang ahli dalam bidang tertentu, hal ini dapat ditransfer kepada pegawai lain. Hal ini dimungkinkan karena operasional BPR BKK sekarang sudah tergabung menjadi satu wilayah kabupaten, sehingga knowledge sharing akan lebih luas. Dengan ini peneliti sajikan hasil wawancara dengan HRD BPR BKK Ungaran sebagai berikut: Box 5-1. Wawancara dengan HRD Kanpus BPR BKK Ungaran (Fajar Ari) Tentang Kualitas SDM Hasil Merger Kualitas SDM bank hasil merger ini meningkat, kompetensi karyawan meningkat, karena kebijakan direksi hasil merger setiap karyawan harus ikut pendidikan jenjang karier yang dilaksanakan oleh Perbamida bekerja sama dengan pemerintah provinsi, selain itu di kantor pusat dilaksanakan pendidikan di bidang teknologi informasi, yang dikerjasamakan dengan LPK Yasa Luhur Salatiga. Kualitas SDM diikuti dengan peningkatan kesejahteraan karyawan, selain kenaikan gaji ada sistem reward yang diberikan kepada karyawan yang berprestasi, dan tunjangan pendidikan untuk anak-anak. Berdasarkan hasil wawancara dapat dilakukan analisis bahwa kualitas SDM setelah merger menjadi lebih baik, karena karyawan diikutkan dalam pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dan untuk penjenjangan karier. 119

Bab 6 Kesimpulan dan Implikasi

Bab 6 Kesimpulan dan Implikasi Bab 6 Kesimpulan dan Implikasi Pada bab 6, merupakan intisari dan rangkuman dari pembahasan hasil penelitian dan analisis yang telah diuraikan dalam Bab 4 dan Bab 5, yang disajikan dalam bentuk kesimpulan,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 288 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 17 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) KABUPATEN GARUT HASIL KONSOLIDASI

Lebih terperinci

Perda No. 6 / 2002 tentang Izin Pemakaian Tanah Pengairan atau Tanah Jalan Kabupaten Magelang.

Perda No. 6 / 2002 tentang Izin Pemakaian Tanah Pengairan atau Tanah Jalan Kabupaten Magelang. Perda No. 6 / 2002 tentang Izin Pemakaian Tanah Pengairan atau Tanah Jalan Kabupaten Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2000 TENTANG PENGGABUNGAN DAN PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KREDIT USAHA RAKYAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 05 Tahun 2006 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN KECAMATAN DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN, PT. SERANG BERKAH MANDIRI, PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR BERMARTABAT KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT 1 BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KEPADA PERUSAHAAN DAERAH PERKREDITAN KECAMATAN SUKABUMI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2. Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam

2. Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam 2. Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) PERMODALAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : Tahun Seri no.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : Tahun Seri no. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA Nomor : Tahun Seri no. PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 1996 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung perkembangan usaha

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEGAL, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT ARTHA SUKMA SEJAHTERA KABUPATEN SUKAMARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT ARTHA SUKMA SEJAHTERA KABUPATEN SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT ARTHA SUKMA SEJAHTERA KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENAMBAHAN SETORAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN BARAT TAHUN 2013-2016 DENGAN

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA No.305, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

daerah, maka Pemerintah Daerah mengadakan penyertaan modal pada

daerah, maka Pemerintah Daerah mengadakan penyertaan modal pada LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 11 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH KOTA SALATIGA, PERUSAHAAN DAERAH BADAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

B U P A T I W O N O S O B O PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 10 TAHUN 2011

B U P A T I W O N O S O B O PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 10 TAHUN 2011 SALINAN B U P A T I W O N O S O B O PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOSOBO PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 10 2007 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA SUKABUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERUSAHAAN DAERAH (PD) BANGKA TENGAH PRIMA MENJADI BUMD

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA 1 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LINGGA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha

Lebih terperinci

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PIHAK KETIGA

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH JALAN TOL KABUPATEN PASURUAN MENJADI PERSEROAN TERBATAS JALAN TOL KABUPATEN PASURUAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 93 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR)

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (PT.

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (PT. QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (PT. BPRS) KOTA JUANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) BANK PEMBIAYAAN RAKYAT (BPR) SYARIAH KABUPATEN PONOROGO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH [[[ - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang:

Lebih terperinci

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK Copyright (C) 2000 BPHN PP 28/1999, MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK *36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 14 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 14 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 14 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL Tahun : 2014 Nomor : 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL KEPADA PERUSAHAAN DAERAH BADAN KREDIT KECAMATAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya Bank Sarimadu PD. BPR Bangkinang Bank Sarimadu PD. BPR Bangkinang yang berada di Jalan DI. Panjaitan No. 96 Bangkinang tidak lahir dengan sendirinya.

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN BLORA PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN BLORA PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH BUPATI BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KABUPATEN BLORA PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN NAMA DAN BENTUK

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD BPR) BANK WONOSOBO

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2013 NOMOR 5

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2013 NOMOR 5 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2013 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PADA PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA BADAN USAHA MILIK DAERAH, BADAN USAHA MILIK NEGARA DAN PIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

No. 12/ 33 /DKBU Jakarta, 1 Desember 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

No. 12/ 33 /DKBU Jakarta, 1 Desember 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA No. 12/ 33 /DKBU Jakarta, 1 Desember 2010 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/31/DPBPR Tanggal 12 Desember

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) PERMODALAN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mendorong terciptanya sistem perbankan

Lebih terperinci

2 Lingkup pengaturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini adalah BPR yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Perusahaan Daerah. Sementar

2 Lingkup pengaturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini adalah BPR yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Perusahaan Daerah. Sementar TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. OJK. Bank Perkreditan Rakyat. Modal. Kepemilikan. Pengurus. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 351) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /POJK.03/2016 TENTANG PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PADA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH BANGKA BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG RANCANGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG RANCANGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BANDUNG RANCANGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN NAMA DAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN BANDUNG MENJADI PERSEROAN

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN, Tbk

PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN, Tbk PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 10 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN, Tbk DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu Pada pertengahan tahun 1997, industri perbankan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. waktu Pada pertengahan tahun 1997, industri perbankan akhirnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Dimulai pada tahun 1983 ketika berbagai macam deregulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BUKIT SERELO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa untuk pemantapan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI SALINAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH (INVESTASI) KE DALAM PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TENGAH, PADA PERUBAHAN ANGGARAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KABUPATEN CIREBON DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2006 SERI D =================================================================

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2006 SERI D ================================================================= LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2006 SERI D ================================================================= PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 188 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 188 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 188 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KE DALAM MODAL PT. BANK JABAR BANTEN SYARIAH DAN PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL DAERAH KE DALAM MODAL PT. BANTEN GLOBAL

Lebih terperinci

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAERAH

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAERAH BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA MAKASSAR MENJADI PERUSAHAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH KE DALAM MODAL SAHAM PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG ORGAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SURYA GALUH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2002 TAHUN : 2002 NOMOR : 28 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 20168 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA KEPADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH - 1 - GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PEMBINA PERUSAHAAN DAERAH BADAN KREDIT KECAMATAN (PD BKK) DAN PERUSAHAAN DAERAH BANK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA PT. BANK JABAR BANTEN, 1 (SATU) PERUSAHAAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 13 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR SELAPARANG KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang cepat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL - 2 - LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL Tahun : 2013 Nomor : 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL KEPADA PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PD BPR ASTANAJAPURA TAHUN 2017 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga intermediasi keuangan yang berfungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana dari dan untuk masyarakat,

Lebih terperinci

Penguatan Kelembagaan Jasa Keuangan Badan Kredit Kecamatan (BKK) Jawa Tengah

Penguatan Kelembagaan Jasa Keuangan Badan Kredit Kecamatan (BKK) Jawa Tengah Penguatan Kelembagaan Jasa Keuangan Badan Kredit Kecamatan (BKK) Jawa Tengah Nama Inovasi Penguatan Kelembagaan Jasa Keuangan Badan Kredit Kecamatan (BKK) Jawa Tengah Produk Inovasi Kebijakan Pengembangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) SARANA PENGEMBANGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR : 3 TAHUN 1992 SERI D NO. 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR : 3 TAHUN 1992 SERI D NO. 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR : 3 TAHUN 1992 SERI D NO. 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 1991 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 2 /PBI/2011 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 2 /PBI/2011 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 2 /PBI/2011 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kompleksitas kegiatan usaha

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) KAWASAN INDUSTRI TANJUNG BUTON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KABUPATEN TEMANGGUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KABUPATEN TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREO PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREO PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREO PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang : a. Bahwa dengan diberlakukannya,

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK JEPARA ARTHA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK JEPARA ARTHA SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK JEPARA ARTHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PERSEROAN TERBATAS (PT) KAWASAN INDUSTRI TANJUNG BUTON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, B U P A

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 668 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS (PT) SERANG BERKAH MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL DAERAH KE DALAM MODAL SAHAM PERSEROAN TERBATAS BANTEN GLOBAL DEVELOPMENT UNTUK PEMBENTUKAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a bahwa sesuai

Lebih terperinci