ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Biologi. Oleh NURAINI NIM.

Transkripsi

1 PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TERBUKA (OPEN-ENDED LEARNING) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) PADA SISWA KELAS VII SMPN 17 MATARAM TAHUN AJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Biologi Oleh NURAINI NIM. E1A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2016

2 1

3 PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TERBUKA (OPEN-ENDED LEARNING) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) PADA SISWA KELAS VII SMPN 17 MATARAM TAHUN AJARAN 2015/2016. Nuraini 1), Dwi Soelistya Dyah Jekti 2), Ahmad Raksun 2) 1) Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram 2) Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mataram Universitas Mataram, Jalan Majapahit No.62, Mataram ABSTRAK Penelitian ini telah dilaksanakan di SMPN 17 Mataram dari bulan Mei sampai Juni Jenis penelitian adalah kausal komparasi dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran terbuka (open-ended learning) dan TPS (think pair share). Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-postest non-control group design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 17 Mataram tahun ajaran 2015/2016. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling dan diperoleh kelas VII A sebagai kelas eksperimen I dan kelas VII B sebagai kelas eksperimen II. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis adalah soal dalam bentuk uraian dan untuk mengukur hasil belajar adalah test obyektif (pilihan ganda). Uji hipotesis data hasil penelitian menggunakan rumus independent sample t-test dengan taraf signifikansi 5% dengan bantuan program SPSS 17 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis yang signifikan antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran open ended dan think pair share (p<0,05), (2) tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran open ended dan think pair share (p>0,05). Kata-kata kunci: Model Pembelajaran Terbuka (Open-Ended Learning), Model Pembelajaran TPS (Think Pair Share), Berpikir Kritis, dan Hasil Belajar. ABSTRACT This research has been conducted in SMPN 17 Mataram from May to June The type of this research is causal comparative that aim to determine the differences of critical thinking skills and learning achievement of biology that taught by open-ended learning model and TPS (think pair share) learning model. Research design was used pretest-postest non-control group design. Populations of this study were all students at grade VII SMPN 17 Mataram of academic year 2015/2016. The sampling was done by cluster random sampling technique and obtained class VII A as the experimental I and VII B as the experimental II. The instrument to measure the ability of critical thinking skills is an essay and to measure learning achievement is an objective test (multiple choice). Hypothesis testing of data was used an independent sample t-test formulation with significance 5% which is calculated by SPSS 17 for Windows. The results of research shown that (1) there is significance difference of critical thinking skills between student that taught by open-ended learning model and think pair share 2

4 learning model (p<0,05), (2) there is not significance difference of learning achievement between student that taught by open-ended learning model and think pair share learning model (p>0,05). Key Words: Model of Learning Open-Ended, Model of Learning TPS (Think Pair Share), Critical Thinking Skills, and Learning Outcomes. PENDAHULUAN Pembelajaran biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari produk dan proses. Produk biologi terdiri atas teori dan prinsip dari kehidupan makhluk hidup beserta interaksinya dengan lingkungan. Kenyataan yang terjadi di lapangan, dalam proses pembelajaran, produk lebih diutamakan dari pada proses. Siswa kurang berperan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dalam setiap proses pembelajaran dituntut keterlibatan siswa secara langsung. Siswa harus ditempatkan sebagai subjek bukan sebagai objek dalam proses pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, namun pada kenyataannya proses belajar mengajar masih berpusat pada guru. Hal ini menyebabkan siswa kesulitan dalam mempelajari Biologi terlihat dari rendahnya hasil belajar. Berdasarkan hasil observasi selama PPL yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 17 Mataram pada bulan Agustus- Desember tahun 2015 terkait proses pembelajaran di kelas VII serta berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru mata pelajaran IPA diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa masalah yaitu proses pembelajaran yang kurang menekankan pada aspek berpikir sehingga siswa cenderung mengoptimalkan dirinya dengan menerima saja apa yang dijelaskan oleh guru. Guru sering menggunakan model pembelajaran konvensional seperti ceramah, tanya jawab dan penugasan tanpa variasi dengan menambahkan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dalam kelas. Hal ini menyebabkan kemampuan berpikir kritis dalam belajar tidak terbentuk pada diri siswa sehingga mengakibatkan hasil belajar biologi siswa SMP Negeri 17 Mataram berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai KKM (kriteria ketuntasan minimal) adalah 75 yang ditentukan oleh guru mata pelajaran IPA SMP Negeri 17 Mataram. Model pembelajaran open-ended adalah pembelajaran yang menyajikan suatu masalah yang memiliki metode atau penyelesaian lebih dari satu (Shimada 3

5 dalam Ruslan dan Santoso, 2013). Dalam pembelajaran terbuka (open-ended) siswa dituntut untuk menyelesaikan permasalahan yang memiliki variasi langkah dalam penyelesaian bahkan memiliki variasi jawaban yang benar. Hal ini akan membuat siswa terbiasa berpikir kritis terhadap permasalahan yang diberikan serta akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Suprijono dalam Widodo dan Widayanti (2013) mengemukakan bahwa hasil belajar yang menjadi objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan kognitif yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses belajar-mengajar tentang mata pelajaran tertentu dengan menggunakan model pembelajaran. Pembelajaran Open- Ended sebelumnya telah digunakan oleh peneliti lain yaitu Nadhifatul (2012) dalam penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian tersebut menunjukan adanya peningkatan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis. Menurut Lestari (2014) bila berpikir kritis dikembangkan, seseorang akan cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir divergen (terbuka dan toleran terhadap ide-ide baru), dapat menganalisis masalah dengan baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam berpikir, dan dapat berpikir secara mandiri. Siswa yang berpikir kritis akan menjadikan penalaran sebagai landasan berpikir, berani mengambil keputusan dan konsisten dengan keputusan tersebut. Menurut Huda (2013) sintak open-ended learning (OEL) adalah: 1) menyajikan masalah; 2) mendesain pembelajaran; 3) memperhatikan respon siswa dalam pemecahan masalah; dan 4) membuat kesimpulan. Selain model pembelajaran terbuka (open-ended learning), model pembelajaran lain yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta hasil belajar adalah model TPS (Think Pair Share), model TPS ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mengorganisasikan siswa untuk bekerja dalam kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu (Jufri, 2013). Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas siswa, meningkatkan interaksi, meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran, dan akan meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam proses pembelajaran. Model think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, merespon dan saling membantu (Trianto dalam Surayya, dkk, 2014). Model pembelajaran ini berpusat pada siswa dengan melibatkan dan memaksimalkan kemampuannya melalui 4

6 bimbingan guru untuk berpikir secara individual (think), berpasangan dengan teman sebangku (pair) dan berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas (share). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Perbedaan kemampuan berpikir kritis yang diajarkan dengan model pembelajaran terbuka (open-ended learning) dan TPS (think pair share) pada siswa kelas VII SMPN 17 Mataram tahun ajaran 2015/ ) Perbedaan hasil belajar biologi yang diajarkan dengan model pembelajaran terbuka (open-ended learning) dan TPS (think pair share) pada siswa kelas VII SMPN 17 Mataram tahun ajaran 2015/2016. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kausal komparasi. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-postest noncontrol group design. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 17 Mataram terhadap siswa kelas VII semester genap tahun ajaran 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang terbagi dalam lima kelas, sampel ditentukan dengan teknik cluster random sampling dan diperoleh kelas VII A sebagai kelas eksperimen I yang diajarkan dengan model pembelajaran open-ended dan kelas VII B sebagai kelas eksperimen II yang diajarkan dengan model pembelajaran think pair share. Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah organisasi kehidupan yaitu Standar Kompetensi 6 (Memahami keanekaragaman makhluk hidup). Kompetensi Dasar 6.3 (Mendeskripsikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran open-ended dan model pembelajaran think pair share, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar Biologi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis berupa tes uraian yang telah valid dan reliabel sebanyak 8 soal dan untuk mengukur hasil belajar berupa tes pilihan ganda yang telah valid dan reliabel sebanyak 26 soal. Analisis uji hipotesis menggunakan uji-t dengan bantuan program SPSS 17 for Windows. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kemampuan Berpikir Kritis Hasil post-test merupakan nilai rata-rata dari materi yang diajarkan. Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen I sebesar 79,03 dengan nilai standar deviasi sebesar ± 15,75 dan di kelas eksperimen II sebesar 70,33 dengan nilai standar deviasi sebesar ± 17,20. Perbandingan rata-rata di kedua 5

7 kelas sampel tersebut dapat dilihat pada gambar 1. rata-rata eksperimen I (open ended learning) eksperimen II (think pair share learning) Gambar 1. Diagram nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Batang galat menunjukkan standar deviasi Uji perbedaan post-test dianalisis menggunakan rumus t-test: Independent- Sample T Test pada program SPSS 17 for Windows. Berdasarkan analisis data diperoleh nilai t tabel sebesar 1,999 dengan nilai t hitung sebesar 2,108 dan p-value sebesar 0,039, sehingga H o ditolak dan H a diterima, dengan demikian ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran terbuka (open-ended learning) dan TPS (think pair share) di SMPN 17 Mataram tahun ajaran 2015/2016 (p<0,05). Hal ini berarti model pembelajaran open-ended berpengaruh lebih baik dari pada pembelajaran think pair share terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widana (2013) bahwa pembelajaran dengan berorientasi pemecahan masalah openended berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut diantaranya adalah langkah-langkah dari model pembelajaran open-ended. Pada saat melakukan orientasi masalah, siswa dirangsang untuk berpikir tentang mengidentifikasi masalah apa yang akan diselesaikan dan bagaimana upaya dalam menyelesaikannya. Masing-masing siswa bisa mempunyai cara-cara yang berbeda dalam meyelesaikan masalah tersebut. Model open-ended memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan penalaran dan komunikasi serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan dan menjelaskan keputusan mereka sendiri. Menurut Silver melalui pendekatan open ended, siswa menganalisa masalah dan metode pemecahan masalah melalui proses pemecahan masalah dalam satu arah dan kemudian membahas dan mengevaluasi berbagai metode solusi yang telah dikembangkan dan disajikan oleh teman sekelas (Fahrurrozi, 2015). 6

8 Kegiatan mendesain pembelajaran, siswa dituntut untuk menentukan sudut pandang yang akan digunakan dalam menyelesaikan permasalahan di LKS, siswa mengorganisasikan tugas belajar yang berkaitan dengan masalah tersebut, pada tahap ini siswa dibimbing oleh guru. Selanjutnya siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah. Siswa dituntut untuk menyelesaikan permasalahan yang memiliki variasi langkah dalam menyelesaikannya bahkan juga memiliki variasi jawaban yang benar. Dalam penyelesaian masalah siswa tidak bisa melakukannya secara individu melainkan dilakukan secara berkelompok. Apabila siswa terus dilatih untuk memecahkan masalah, hal ini menjadikan siswa selalu memberdayakan kemampuan berpikirnya dan menjadikan siswa mempunyai kemampuan berpikir kritis sehingga mampu memecahkan masalah dan menghubungkan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Parantina dan Hidayati (2014) bahwa tujuan model pembelajaran dengan pendekatan open ended adalah membantu siswa dalam mengembangkan kreativitas dan pola pikir secara berkesinambungan. Kreativitas dan pola pikir ini harus dikembangkan dengan memperhatikan kemampuan berpikir setiap siswa. Aktivitas pembelajaran yang memberikan peluang bagi siswa untuk mengemukakan ide-ide atau gagasannya secara bebas akan memacu peningkatan kemampuan berpikir yang lebih tinggi (high order thinking). Kegiatan pembelajaran yang terakhir dari model pembelajaran open ended adalah membuat kesimpulan serta mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Pada proses ini siswa dengan bantuan guru akan meyimpulkan proses pemecahan masalah yang telah dilakukan dan membandingkan hasil diskusinya dengan kelompok lain. Dengan demikian, siswa akan terlatih untuk mengevaluasi keputusan yang telah diambil bersama kelompok dan siswa terlatih untuk menganalisis penyelesaian masalah. Perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II disebabkan oleh kelemahan dari model pembelajaran think pair share yang terlihat pada saat proses pembelajaran. Model pembelajaran think pair share terdapat banyak kelompok dalam kelas hal ini menjadi kendala karena tidak semua kelompok dapat mempresentasikan hasil kerjanya sehingga dapat menurunkan motivasi siswa hal ini menyebabkan siswa kurang maksimal melatih dirinya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Sedangkan menurut Zeidler salah satu karakteristik orang yang mampu berpikir kritis ialah 7

9 memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasannya dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah (Jufri, 2013). Perbedaan kemampuan berpikir kritis melalui kedua model pembelajaran tersebut, dapat terlihat juga pada rata-rata kemampuan berpikir kritis eksperimen I (79,03) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen II (70,33). Dari data rata-rata ini, model pembelajaran open-ended lebih berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan model pembelajaran TPS. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahrurrozi (2015) bahwa pembelajaran dengan pendekatan open ended berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis, hal ini berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa rata-rata pretest yaitu 26,3 sedangkan rata-rata posttest yaitu 85,3, sehingga terdapat peningkatan skor kemampuan berpikir kritis sebelum perlakuan dengan setelah perlakuan yaitu sebesar 59. Faktor lain yang menyebabkan perbedaan kemampuan berpikir kritis adalah jenis soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis yaitu soal uraian dengan rentang penyekoran dari 0-3, hal ini memungkinkan jawaban dari soal tersebut bervariasi serta skor rata-rata yang diberikan terhadap jawaban tersebut juga bervariasi. 2. Hasil Belajar Hasil uji perbedaan pada posttest menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar antara siswa di kelas eksperimen I dengan siswa di kelas eksperimen II. Nilai rata-rata post-test hasil belajar siswa pada kelas Eksperimen I sebesar 74,94 dengan nilai standar deviasi sebesar ± 14,00. Di kelas Eksperimen II diperoleh nilai rata-rata sebesar 69,35 dengan nilai standar deviasi sebesar ± 18,53. Perbandingan nilai ratarata posttest diperlihatkan pada gambar eksperimen I (open ended learning) eksperimen II (think pair share learning) Gambar 2. Diagram nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Batang galat menunjukkan standar deviasi Uji perbedaan posttest dianalisis menggunakan rumus t-test: Independent- Sample T Test dengan Equal Variances 8

10 assumed dengan bantuan program SPSS 17 for Windows. Berdasarkan analisis diperoleh nilai t tabel sebesar 1,999 dengan nilai t hitung sebesar 1,354 dan p-value sebesar 0,181, maka H o terima dan H a ditolak. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran terbuka (open-ended learning) dan TPS (think pair share) di SMPN 17 Mataram tahun ajaran 2015/2016 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran open ended memberikan pengaruh yang sama baiknya dengan model pembelajaran think pair share terhadap hasil belajar biologi siswa. Faktor yang mungkin menyebabkan model pembelajaran open ended dan think pair share memberikan pengaruh yang sama terhadap hasil belajar siswa salah satunya adalah karena model pembelajaran open ended dan think pair share memiliki karakteristik yang sama di dalam proses pembelajaran yang mengorganisasikan siswa untuk bekerja dan belajar dalam kelompok (kooperatif), hal ini menstimulus perkembangan siswa untuk bisa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Surayya, dkk (2014) interaksi tatap muka dalam pembelajaran kooperatif akan memberikan kesempatan bagi setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Hal ini akan menyebabkan siswa saling mengisi untuk bertukar informasi. Adanya interaksi sosial akan menyebabkan adanya dukungan sosial dan meningkatkan kemampuan kognitif, memberikan efek yang sangat ampuh dalam waktu singkat, baik dalam aspek pembelajaran akademik maupun aspek skill. Penerapan model pembelajaran open ended pada kelas eksperimen I terlihat jelas setiap siswa bekerja sama dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya hal ini menyebabkan siswa yang telah mengerti akan dengan sendirinya membantu temannya yang belum mengerti sehingga mencapai tujuan pembelajaran bersama. Dengan demikian, dalam tiap kelompok, siswa akan memiliki pemahaman yang sama tentang konsep yang diajarkan guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Jaya, dkk (2014) yaitu dalam model pembelajaran open ended siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil dan masing-masing anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menjawab pertanyaan dengan berbagai cara, dan keberhasilan kelompoknya dalam memahami materi dan menjawab soal. Dari kesamaan prinsip yang mengoptimalkan peran siswa dalam proses belajar mengajar, kedua model tersebut dapat memberikan hasil belajar 9

11 yang sama baiknya sesuai dengan hasil penelitian. Pada kelas yang menggunakan model pembelajaran think pair share terlihat siswa pada kelas eksperimen II, siswa terlihat sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa lebih aktif baik dalam kegiatan diskusi maupun presentasi didepan kelas. Proses pembelajaran tersebut pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa yang optimal. Menurut Putra, dkk (2015) prinsip dasar dari model pembelajaran think pair share yang menitik beratkan pada proses untuk berpikir (Think) dan berbagi (Share) bisa menumbuhkan kepercayaan siswa untuk dapat lebih mengoptimalkan peran setiap individu dengan berbagi peran bersama teman yang diajak berpasangan dalam menyelesaikan persoalan terkait dengan materi pelajaran yang akan dipelajari. Penyebab tidak adanya perbedaan hasil belajar pada kedua kelas baik kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II karena sama-sama menggunakan LKS sebagai sumber belajar yang dikembangkan oleh peneliti, yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dikerjakan secara berkelompok, siswa mencari jawaban dari LKS di beberapa sumber seperti buku paket. Pemberian LKS menjadikan siswa pada kedua kelas tersebut antusias dalam proses pembelajaran, hal ini sangat terlihat dari cara mereka berdiskusi dan bekerjasama menemukan jawaban dari pertanyaanpertanyaan yang terdapat di dalam LKS. Diharapkan dengan menjawab pertanyaan di dalam LKS, siswa dapat menemukan dan membangun sendiri pemahaman tentang konsep-konsep tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan: (1) Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis yang diajarkan dengan model pembelajaran terbuka (open-ended learning) dan TPS (think pair share) pada siswa kelas VII SMPN 17 Mataram tahun ajaran 2015/2016 (p<0,05) ; (2) Tidak ada perbedaan hasil belajar biologi yang diajarkan dengan model pembelajaran terbuka (open-ended learning) dan TPS (think pair share) pada siswa kelas VII SMPN 17 Mataram tahun ajaran 2015/2016 (p>0,05). DAFTAR PUSTAKA Fahrurrozi Pengaruh Pembelajaran Open Ended Berbasis Kecerdasan Emosional Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kecerdasan Emosional Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 8 nomor 1, hal:

12 Huda, M Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jaya, I. M. S., Wiarta, I. W. dan Wiyasa, N. K. I Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Open-Ended Berbantuan Media Gambar Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN 9 Pedungan Denpasar. E-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 2 nomor 1. Jufri, A. W Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta. Lestari, E. K Implementasi Brain- Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Kemampuan Berpikir Kritis Serta Motivasi Belajar Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Uniska. Volume 2 Nomor 1, Nadhifatul, U Implementasi Model Pembelajaran Open-Ended Problem untuk Meningkatkan Prestasi dan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik XI IPA MAN Kunir Kabupaten Blitar. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Malang. Parantina, A. S. dan Hidayati, S.W Penerapan Pembelajaran Dengan Pendekatan Open Ended Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN Diwek I. Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika. Volume 1 Nomor 1, hal: 1-9. Putra, H. R., Budiyono dan Slamet, I Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS), Group Investigation (GI), Dan Problem Based Learning (PBL) Pada Materi Pokok Bangun Ruang Ditinjau Dari Kemampuan Spasial Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Elektronika Pembelajaran Matematika. Volume 3 nomor 6, hal: Ruslan, A. S. dan Santoso Pengaruh Pemberian Soal Open-Ended Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa. Jurnal Kreano Jurusan Matematika FMIPA UNNES Vol.4 (2), hal: Surayya, L., Subagia I. W dan Tika, I.N Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau Dari Keterampilan 11

13 Berpikir Kritis. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 4, hal Widana, M Pengaruh Model Pembelajaran Berorientasi Pemecahan Masalah Open-Ended Problem Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Kintamani. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Vol.4. Widodo dan Widayanti, L Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VIIA MTs Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal fisika Indonesia. Volume XVII nomor 49,