BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN"

Transkripsi

1 BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN A. Kerjasama Antar Daerah 1) Kebijakan dan Kegiatan Kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sleman dengan daerah lain dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan untuk memecahkan berbagai permasalahan lintas wilayah administratif demi kepentingan bersama. Selain itu kerjasama antar daerah bertujuan mensinergikan kekuatan masing-masing daerah untuk menghadapi ancaman dan tantangan yang ada sehingga tercapai solusi yang lebih efektif dan optimal. Kerjasama antar daerah dilaksanakan tidak hanya untuk mengatasi permasalahan di daerah perbatasan tetapi juga untuk mengoptimalkan potensi berbagai sumber daya dan mensinkronkan program pembangunan. 2) Realisasi pelaksanaan kegiatan Selama tahun 2012 telah dilakukan kerjasama antar daerah dalam bentuk bilateral dengan pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota, serta kerjasama dengan beberapa daerah (multilateral) yaitu Kerjasama Pariwisata Java Promo dan Kerjasama Sarana Prasarana Perkotaan Yogyakarta, Sleman, Bantul. a. Kerjasama bilateral dengan daerah lain, meliputi: 1) Terlaksananya penjaminan kesehatan masyarakat melalui premi jaminan kesehatan berdasarkan Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Pemerintah Kabupaten Sleman Nomor 3/PERJ/GUB/II/A/2012, Nomor: 5/PK.KDH/A/2012 tanggal 29 Januari 2012 tentang Coordination of Benefit (COB) Jaminan Kesehatan Semesta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ) Upaya bersama melalui program kegiatan peningkatan produksi pertanian di DIY berdasarkan Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemerintah 392

2 Kabupaten Sleman Nomor 2/KSP/11/2012, Nomor 6/PK.KDH/A/2012 tanggal 29 Januari 2012 tentang Kerja Sama Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Provinsi DIY. 3) Pembangunan puskesmas rawat inap Ngemplak I di wilayah bencana erupsi merapi, dengan dasar Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Kabupaten Sleman dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 15/PK.KDH/A/2012 tanggal 28 Mei 2012 tentang Perubahan Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dengan Pemerintah Kabupaten Sleman Nomor 45/PK.KDH/A/2011 tentang Kerja Sama Pembangunan Prasarana dan Sarana Umum Dalam Rangka Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana Gunung api Merapi di Kabupaten Sleman Provinsi DIY. 4) Pembekalan dan penyerahan bantuan peralatan kerja bagi transmigran ke Kabupaten Tana Tidung sebanyak 10 KK berdasarkan Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Kabupaten Sleman Dengan Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Provinsi Kalimantan Timur Nomor 20/PK.KDH/A/2012 tanggal 14 Juni 2012 tentang Perubahan Kedua Perjanjian Kerja Sama Antara Pemerintah Kabupaten Sleman dengan Pemerintah Kabupaten Tana Tidung Nomor Nomor 22/PK.KDH/A/2011 tentang Penyelenggaraan Program Transmigrasi di Lokasi Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Linuang Kayam Desa Menjelutung Kecamatan Sesayap Hilir Kabupaten Tana Tidung Provinsi Kalimantan Timur. 5) Rencana pengiriman penempatan calon transmigran dari Sleman dengan dasar Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan dengan Pemerintah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 27/PK.KDH/A/2012 tanggal 20 Juli 2012 tentang Perubahan Kedua Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan dengan Pemerintah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 393

3 38/PK.KDH/A/2011 tanggal 8 Juni 2011 tentang Penyelenggaraan Program Transmigrasi di Lokasi Simpang Tiga SP 3 Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan (Penempatan Tahun 2012) 6) Monitoring dan evaluasi transmigran 5 KK penempatan tahun 2009 dengan Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah dengan Pemerintah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 18/PK.KDH/A/2009 tanggal 12 Juni 2009 tentang Penyelenggaraan Program Transmigrasi di Desa Koko buka Kecamatan Tiloan Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sulawesi Tengah 7) Monitoring dan evaluasi transmigran 4 KK penempatan tahun 2009 dengan dasar Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo dengan Pemerintah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 19/PK.KDH/A/2009 tanggal 12 Juni 2009 tentang Penyelenggaraan Program Transmigrasi di Desa Puncak Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. b. Kerjasama Pariwisata Java Promo Dalam upaya meningkatkan kegiatan bidang pariwisata, Pemerintah Kabupaten Sleman melakukan kerjasama dengan 16 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Semarang, Kabupaten Banjarnegara, Kota Yogyakarta dan Kota Magelang yang tergabung dalam Forum Java Promo. Realisasi pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan Sekber Java Promo pada tahun 2012 adalah: 1) Penyelenggaraan event Lomba Foto Wisata dan Budaya Java Promo 2012 pada tanggal 20 Februari - 31 Maret

4 2) Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Java Promo bekerjasama dengan PUSPAR UGM 3) Terlaksananya pertemuan koordinasi 3 bulanan Java Promo tingkat Kepala Bappeda dan Kepala Dinas Pariwisata yang dilaksanakan di Kabupaten Temanggung pada tanggal 23 Mei 2012 dan Kabupaten Banjarnegara pada tanggal 27 September ) Capacity building dan pengembangan SDM pariwisata melalui pengembangan wisata tirta di Karimun Jawa Kabupaten Jepara pada tanggal 3 sampai dengan tanggal 6 September ) Penyelenggaraan Festival Desa / Kampung Wisata Java Promo / Kampung Wisata Java Promo 2012 pada tanggal September ) Studi orientasi promosi dan pengembangan investasi pariwisata dan studi komparasi infrastruktur dan manajemen pariwisata ke Thailand dan Malaysia pada tanggal 5-9 November ) Capacity building dan pengembangan SDM pariwisata melalui pengembangan kemampuan Bahasa Inggris di Kampung Inggris, Pare, Kabupaten Kediri pada tanggal November ) Pengadaan alat pamer foto wisata dan budaya Java Promo ) Pengelolaan admin web site c. Kerjasama Sarana Prasarana Perkotaan Yogyakarta, Sleman, Bantul Realisasi pelaksanaan kegiatan Kerjasama Kerjasama Sarana Prasarana Perkotaan Yogyakarta, Sleman, Bantul, meliputi: 1. Sektor Persampahan a) Rapat koordinasi penanganan sampah illegal di wilayah perbatasan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman b) Survey lokasi penempatan container sampah c) Rapat koordinasi penanganan sampah illegal di Potorono Bantul yang berbatasan dengan Kabupaten Sleman d) Pembahasanan office management (OM) TPST Piyungan e) Rapat koordinasi hasil penilaian manajemen pengelolaan sampah di Kartamantul 395

5 f) Rapat koordinasi peningkatan pengelolaan lindi di TPA Piyungan g) Rapat koordinasi evaluasi pengelolaan TPA Piyungan terkait Bangun Praja KLH h) Rapat koordinasi lanjutan kerjasama proyek penangkapan gas metan/lfg antara Shimizu corporation dengan Kartamantul i) Technical meeting dengan DFID (Kedutaan Inggris) dan AFD (Keduataan Perancis) dalam rangka teknologi pengelolaan sampah zero waste dengan teknologi RDF (Refused Derived Fuel) j) Rapat koordinasi pembahasan Jogjakarta Solid Waste Improvement Project k) Rapat koordinasi pembahasan parameter seleksi Investor Jogjakarta Solid Waste Improvement l) Penerimaan audiensi dan presentasi PT Germindo Solusi Persada dalam rangka pengelolaan sampah di TPA Piyungan 2. Sektor Air Limbah a) Rapat koordinasi pembahasan materi dan naskah Perjanjian Kerja Sama Pengelolaan Air Limbah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY) b) Workshop pengembangan institusi pengelolaan air limbah APY 3. Sektor Jalan a. Koordinasi penanganan kemacetan jalan di ruas Jalan Terban dan Jalan Godean b. Koordinasi penanganan Jalan Jambon di wilayah perbatasan antara Kabupaten Sleman dengan Kota Yogyakarta 4. Sektor Drainase a. Koordinasi sinkronisasi drainase perkotaan b. Koordinasi rencana pembangunan Embung Langensari c. Koordinasi pembahasan usulan warga tentang penutupan selokan di wilayah Krapyak Kulon Panggungharjo Sewon Bantul di wilayah perbatasan antara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul 396

6 d. Koordinasi penanganan drainase dan genangan air di wilayah perbatasan Kartamantul (Dongkelan, Giwangan-Ringroad, Kotagede, Jambon, dan Kalibelik) 5. Sektor Transportasi a. Koordinasi konsep perbaikan transportasi perkotaan 6. Sektor Lain-lain b. Koordinasi pengalokasian dana sharing Kerja Sama Antar Daerah c. Diskusi indikator monitoring dan evaluasi untuk draft Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Kerja Sama Antar Daerah dengan Badan Swasta Asing d. Penerimaan kunjungan kerja dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota, Pemerintah Kabupaten Tulungagung, dan Tim Pusat Administrasi Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Dalam Negeri e. Pembahasan operasional Sekber Kartamantul (1) Evaluasi Office Management Sekber (2) Pengambilan kebijakan Tim Pengarah Sekber Kartamantul terkait beberapa isu pengelolaan sarana prasarana perkotaan (3) Diskusi fokus ketenagakerjaan karyawan Sekber Kartamantul (4) Penyusunan RAB Sekber Kartamantul Tahun (5) Koordinasi pembahasan dokumen legalitas pengurus Sekber Kartamantul periode Tahun (6) Koordinasi anggaran perubahan Sekber Kartamantul (7) Serah terima pengurus Sekber Kartamantul periode Tahun ) Permasalahan dan Solusi a. Belum optimalnya pelaksanaan kerjasama, baik perumusan kerjasama baru maupun implementasi kerjasama yang telah ada, karena adanya perbedaan kebijakan yang diterapkan para pelaku kerjasama baik di tingkat perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan. Solusi yang 397

7 dilakukan dengan melakukan peningkatan koordinasi secara aktif dan komunikasi dengan kabupaten lain pelaku kerjasama. b. Adanya kendala upaya mewujudkan kesepakatan pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan prasarana perkotaan karena terbatasnya kemampuan anggaran pemerintah kabupaten/kota. Solusinya adalah melaksanakan koordinasi dengan Pemerintah maupun Pemerintah Daerah DIY. B. Kerjasama Daerah dengan Pihak Ketiga 1) Kebijakan dan Kegiatan Kerjasama dengan pihak ketiga dilakukan dengan dasar acuan pasal 195 ayat (3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah. Bahwa dalam rangka pelayanan publik, daerah dapat bekerjasama dengan pihak ketiga. Kebijakan yang diambil Pemerintah Kabupaten Sleman dalam pelaksanaan kerjasama dengan pihak ketiga adalah: a. Meningkatkan dukungan pihak ketiga guna mengoptimalkan kapasitas pemerintah daerah, b. Meningkatkan pelayanan publik, c. Meningkatkan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan 2) Realisasi Pelaksanaan Kegiatan a. Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) melalui pemberian Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) bagi masyarakat miskin di pedesaan untuk peningkatan usaha produktif, pembangunan sarana/prasarana dasar, pendidikan dan kesehatan di Kecamatan Prambanan dan Cangkringan b. Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) melalui pemberian Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada 75 Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di 75 Desa se Kabupaten Sleman dalam rangka penataan bangunan dan lingkungan 398

8 c. Peningkatan mutu dan pengembangan pelayanan kesehatan melalui program kegiatan pengiriman praktek kerja lapangan mahasiswa lembaga pendidikan bidang kesehatan ke 25 Puskesmas dan 2 (dua) unit RSUD d. Pelaksanaan ekstra kurikuler Perusahaan Siswa (Student Company) di SMAN 1 Sleman, SMKN 2 Depok, SMKN 1 Godean, dan SMKN 1 Seyegan e. Koordinasi akses sistem pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh Universitas Terbuka bagi pegawai dan masyarakat Kabupaten Sleman. f. Pembangunan gedung SDN Srunen di Padukuhan Gading, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. g. Pengembangan dan pengeloaan sistem informasi untuk akses data dalam rangka pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan di Pemerintah Kabupaten Sleman. h. Pengembangan sanitasi permukiman di wilayah kumuh perkotaan di wilayah Kabupaten Sleman melalui pemberian BLM kepada 23 BKM di 23 Desa se Kabupaten Sleman dalam rangka pengembangan sanitasi dan persampahan. i. Pembangunan perumahan swadaya bagi masyarakat miskin di Kabupaten Sleman. j. Pemungutan retribusi masuk objek wisata Kaliurang pada malam hari. k. Pelayanan pembayaran PBB P2 di Kabupaten Sleman. 3) Permasalahan dan Solusi - C. Koordinasi dengan Instansi Vertikal 1) Kebijakan dan Kegiatan Koordinasi dilaksanakan dalam rangka sinkronisasi kebijakan dan penanganan berbagai kebijakan pemerintah daerah yang bersifat strategis, di antaranya permasalahan politik, hukum, ketertiban, keamanan dan sosial kemasyarakatan. Kegiatan koordinasi dengan instansi vertikal dilakukan pada tingkat kabupaten maupun kecamatan. Intansi vertikal yang terlibat Pengadilan Negeri, Kejaksaan Negeri; Kepolisian Resort 399

9 (Polres) beserta jajarannya, Komando Distrik Militer (Kodim) beserta jajarannya, Pengadilan Agama dan DPRD. Koordinasi Pemerintah Kabupaten Sleman dengan instansi vertikal dilaksanakan melalui: a. Forum Komunikasi Kebijakan Pimpinan Daerah (FORKOMPINDA). Forkompinda dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Sleman Nomor 268/Kep.KDH/A/2010 tentang Perubahan atas Keputusan Bupati Sleman Nomor 44/Kep.KDH/A/2010 tentang Forum Komunikasi KEbijakan Pimpinan Daerah. Forkompinda terdiri dari unsur Pemerintah Kabupaten Sleman, DPRD Kabupaten Sleman, Kejaksaan Negeri Sleman, Kepolisian Resort (Polres) Sleman, Komando Distrik Militer (Kodim) 0732, dan Pengadilan Negeri Sleman. b. Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Sleman BNK Sleman dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Sleman Nomor 110/Kep.KDH/A/2007 tentang Badan Narkotika Kabupaten Sleman, yang bertugas melaksanakan koordinasi dalam rangka pembinaan, pengawasan, pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya. BNK Sleman terdiri dari unsur Pemerintah Kabupaten Sleman, DPRD Sleman, Kepolisian Resor (Polres) Sleman, Komando Distrik Militer (Kodim) 0732, dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sleman. c. Komunitas Intelijen Daerah (KOMINDA) Kominda dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Sleman Nomor 9/Kep.KDH/A/2012 tanggal 2 Januari 2012 tentang Komunitas Intelijen Daerah, yang bertugas merencanakan, mencari, mengumpulkan, mengoordinasikan, dan mengkomunikasikan informasi atau bahan keterangan dan intelijen dari berbagai sumber mengenai potensi, gejala, atau peristiwa yang menjadi ancaman stabilitas nasional di daerah, serta memberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan bagi unsur pimpinan di daerah mengenai kebijakan yang berkaitan dengan deteksi dini dan peringatan dini terhadap ancaman stabilitas nasional di daerah. Kominda terdiri dari unsur Pemerintah Kabupaten Sleman, Kejaksaan Negeri Sleman, Kepolisian Resort (Polres) Sleman, 400

10 Komando Distrik Militer (Kodim) 0732, Kantor Imigrasi DI. Yogyakarta, Kantor Bea dan Cukai DI. Yogyakarta, Badan Intelijen Nasional, Intelijen PAM Lanud Adi Sucipto, dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sleman. 2) Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Hasil dan manfaaat pelaksanaan koordinasi dengan instansi vertikal, adalah: a. Mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan kebijakan daerah, serta memberikan bahan pertimbangan dalam penyelesaian permasalahan di tingkat kabupaten. b. Melaksanakan koordinasi dalam rangka pembinaan, pengawasan, pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif lainnya. c. Merencanakan, mencari, mengumpulkan, mengoordinasikan, dan mengkomunikasikan informasi atau bahan keterangan dan intelijen dari berbagai sumber mengenai potensi, gejala, atau peristiwa yang menjadi ancaman stabilitas nasional di daerah, serta memberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan bagi unsur pimpinan di daerah mengenai kebijakan yang berkaitan dengan deteksi dini dan peringatan dini terhadap ancaman stabilitas nasional di daerah. Koordinasi dengan instansi vertikal juga dilaksanakan dengan Kantor Pertanahan, Badan Pusat Statistik, Komisi Pemilihan Umum dan Kantor Kementerian Agama. Hal ini dilakukan untuk memperlancar penyelenggaraan pemerintahan di daerah. 3) Permasalahan dan Solusi - D. Pembinaan Batas Wilayah 1) Kebijakan dan Kegiatan Kebijakan umum pembinaan batas wilayah mendasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah. Dalam kerangka pembinaan batas wilayah, Pemerintah 401

11 Kabupaten Sleman sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mempercepat penegasan batas daerah dan penyelesaian permasalahan perbatasan. Pemerintah Kabupaten Sleman melaksanakan program pengembangan wilayah perbatasan dengan kegiatan koordinasi penyelesaian masalah perbatasan antar daerah, dan program Peningkatan Administrasi Pemerintahan dengan kegiatan penegasan batas wilayah kecamatan se Kabupaten Sleman 2) Realisasi pelaksnaan kegiatan Dalam rangka pembinaan batas wilayah, Pemerintah Kabupaten Sleman pada tahun 2012 melaksanakan program dan kegiatan: a. Pengembangan wilayah perbatasan dengan kegiatan koordinasi penyelesaian masalah perbatasan antar daerah terealisasi: 1) Koordinasi penyelesaian permasalahan perbatasan tingkat kabupaten 2 kali dalam rangka pembahasan penyelesaian permasalahan batas wilayah antara Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul Provinsi DI Yogyakarta, dan permasalahan perbatasan antara Kecamatan Ngaglik dan Kecamatan Ngemplak di Kabupaten Sleman, serta koordinasi tingkat provinsi 4 kali dalam rangka penyelesaian permasalahan perbatasan antar daerah di bidang kependudukan, pertanahan, infrastruktur, dan kesehatan. 2) Dokumen inventarisasi permasalahan di wilayah perbatasan baik perbatasan antar daerah dalam satu Provinsi DI. Yogyakarta maupun antar daerah di Provinsi Jawa Tengah, serta permasalahan antar kecamatan dan desa dalam satu kabupaten yang meliputi bidang: otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian; perencanaan pembangunan; lingkungan hidup; kependudukan dan pencatatan sipil; pekerjaan umum; social; kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; penataan ruang; dan pertanahan. 402

12 b. Program peningkatan administrasi pemerintahan dengan kegiatan penegasan batas wilayah Kecamatan se Kabupaten Sleman, terealisasi: 1) Penegasan batas wilayah Kecamatan Pakem yang berbatasan dengan Kecamatan Ngaglik dan Ngemplak. 2) Pemasangan pilar batas kecamatan 35 buah. 3) Dokumen penegasan batas Kecamatan Pakem 3 buku. 3) Permasalahan dan Solusi Beberapa permasalahan yang masih dihadapi dalam pembinaan batas wilayah: a. Belum diterbitkannya Permendagri tentang batas daerah antara Kabupaten Sleman dengan Kabupaten Bantul, sehingga belum ada kepastian hukum penyelesaian batas antara Kabupaten Bantul dan Sleman. b. Kurang rapatnya pilar batas di wilayah perbatasan antar kabupaten sehingga batas di lapangan kurang jelas. c. Batas antara desa di beberapa kecamatan masih belum jelas, sehingga menimbulkan permasalahan dalam penetapan, penagihan dan pembayaran PBB. Solusi yang telah dilakukan antara lain: a. Melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Pemerintah, Pemerintah Daerah D.I. Yogyakarta, dan Pemerintah Kabupaten Bantul dalam upaya percepatan penyusunan Permendagri Batas Daerah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. b. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah kabupaten/kota dan Pemerintah Daerah D.I. Yogyakarta untuk mencermati kembali pilar batas yang sudah terpasang dan perencanaan bersama dalam rangka perapatan pilar batas. c. Melakukan penegasan batas wilayah desa dan kecamatan sehingga batas wilayah desa antar kecamatan menjadi jelas. 403

13 E. Pencegahan dan Penanggulangan Bencana Alam 1. Bencana yang terjadi dan penanganannya Pada tahun 2012, bencana alam dan non alam banyak terjadi di Kabupaten Sleman. Bencana alam banyak disebabkan oleh iklim dan cuaca (bencana hidrometeorologis), yaitu angin kencang/puting beliung, kekeringan, banjir, dan tanah longsor, sedangkan bencana non alam, banyak disebabkan oleh kebakaran. Bencana yang terjadi sebagai berikut: a. Bencana angin kencang/puting beliung Bencana angin kencang/puting beliung sering kali terjadi pada musim pancaroba, dan secara statistik terjadi pada siang sampai dengan petang hari. Pada tahun 2012 terjadi 17 kali bencana angin kencang, dan tercatat 2 (dua) kejadian angin kencang yang cukup besar, sehingga Bupati Sleman menetapkan situasi darurat bencana angin putting beliung, yaitu : 1) Status keadaan darurat di bulan November 2012 berdasarkan Keputusan Bupati Sleman Nomor 379/Kep.KDH/A/2012 tentang Status Keadaan Darurat Bencana Angin Puting ditetapkan tanggal 13 November Keadaan darurat berlaku selama 3 hari dari tanggal 1-3 November 2012, yang meliputi 2 kecamatan, 3 desa, dan 17 Padukuhan. Korban bencana sebanyak 436 KK difasilitasi dengan Dana Tak Terduga sebanyak Rp ) Status keadaan darurat di bulan Desember 2012 berdasarkan Keputusan Bupati Sleman Nomor 403/Kep.KDH/A/2012 tentang Status Keadaan Darurat Bencana Angin Puting ditetapkan tanggal 8 Desember 2012 dan Keputusan Bupati Sleman Nomor 410/Kep.KDH/A/2012 tentang Perpanjangan Status Keadaan Darurat yang ditetapkan pada tanggal 12 Desember 2012, yang meliputi 3 kecamatan, 3 desa, dan 9 padukuhan. Korban Bencana sejumlah 1246 kk difasilitasi Dana Tak Terduga Rp b. Bencana Kekeringan Bencana kekeringan di Kabupaten Sleman terjadi di 2 (dua) wilayah, yaitu: 404

14 1) Kecamatan Prambanan Kekeringan di wilayah Kecamatan Prambanan terjadi di 4 desa yaitu Wukirharjo (Padukuhan Klumprit I, Klumprit 2), Gayamharjo (Padukuhan Lemahbang, Nawung, Kalinongko Kidul, Jali dan Gayam), Sumberharjo (Padukuhan Umbulsari A dan B), dan Sambirejo (Padukuhan Sumberwatu, Dawangsari, Gedang Atas dan Mlakan). 2) Kecamatan Gamping Kekeringan di wilayah Kecamatan Gamping terjadi di Padukuhan Sembung, Balecatur. c. Bencana Tanah Longsor Potensi bencana tanah longsor terjadi 6 kali di wilayah Kecamatan Prambanan mengakibatkan beberapa rumah dan fasilitas umum rusak. d. Bencana Banjir Pada tahun 2012 terjadi bencana banjir 2 kali yang melanda 5 kecamatan dan mengakibatkan 36 rumah terendam. e. Bencana Kebakaran Pada tahun 2012 terjadi bencana kebakaran sejumlah 81 kejadian kebakaran, dengan perincian 58 kejadian terjadi di Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) dan 23 kejadian terjadi di luar WMK. Bencana kebakaran hutan tanaman jati di Kecamatan Prambanan terjadi 2 kali. Kebakaran tersebut dipicu oleh musim kemarau yang cukup panjang, dan kesalahan manusia yang meninggalkan titik api di areal hutan jati. Pemadaman kebakaran di areal tanaman jati yang berada di perbukitan, medan cukup sulit dijaangkau alat sehingga membutuhkan waktu beberapa hari. 2. Status Bencana Status bencana yang terjadi meliputi tahun 2012 meliputi bencana angin kencang, banjir, bencana kekeringan, bencana tanah longsor dan kebakaran dapat dimasukan dalam skala bencana lokal/daerah. 405

15 3. Sumber dan Jumlah Anggaran Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan bencana adalah Rp ,00 dalam pelaksanaannya anggaran tersebut terealisasi sebesar Rp ,00 atau sebesar 92,39% dan dana tak terduga. 4. Antisipasi Daerah dalam Menghadapi Kemungkinan Bencana Untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana alam diperlukan manajemen penanggulangan bencana alam. Hal ini merupakan kegiatan yang berkesinambungan dan tersistem secara baik pada masa pra bencana, pada saat bencana terjadi maupun pada masa pasca bencana. Antisipasi terhadap terjadinya bencana yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sleman dilakukan melalui program dan kegiatan sebagai berikut: a. Program Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Mitigasi Bencana dengan kegiatan: 1) Operasional penanggulangan bencana alam; 2) Pemantauan dan penyebaran infromasi potensi bencana berupa sosialisasi kawasan rawan bencana; 3) Operasional dan pelatihan SAR; 4) Wajib latih penanggulangan bencana; 5) Sekolah Siaga Bencana; 6) Penyusunan SOP barak dan logistik; 7) Penyusunan dokumen sarana dan prasarana evaluasi KRB Merapi; dan 8) Gladi lapang dan simulasi penanggulangan bencana alam. b. Program Peningkatan Kualitas Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bencana dengan kegiatan: 1) Operasional dan pemeliharaan rulinda, sistem curah hujan, dan sistem sirine untuk peringatan dini; 2) Operasional Pusdatin/Pusat data dan Informasi BPBD; 3) Operasional Sleman Disater Information Network (SDIN); 406

16 4) Peningkatan sarana prasarana penanggulangan bencana berupa pengisian gudang logistik yang berisi peralatan kerja bakti dan peralatan untuk penanganan bencana; 5) Pembinaan pengelolaan air baku kawasan kekeringan di Kecamatan Gamping dan Kecamatan Gamping; 6) Penanganan darurat pasca bencana dan verifikasi korban; 7) Fasilitasi komunitas peduli bencana berupa alat komunikasi, baju lapangan, bantuan lampu penerangan kepada komunitas, yang melakukan upaya pemantauan di sungai-sungai yang berhulu di Merapi. c. Program Peningkatan Kesiapsiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran dengan kegiatan: 1) Pendidikan dan Pelatihan Pertolongan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran. 2) Penyuluhan Pencegahan Bahaya Kebakaran. 3) Pencegahan dan Pengendalian bahaya kebakaran 4) Peningkatan pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran 5) Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Bahaya Kebakaran 6) Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Bahaya Kebakaran 5. Potensi bencana yang diperkirakan terjadi a. Erupsi Gunung api Merapi Gunung api Merapi di Kabupaten Sleman merupakan salah satu gunung teraktif di dunia dengan tinggi puncak hampir meter di atas permukaan laut. Gunung api Merapi merupakan gunung api dengan karakteristik stratovolkano yaitu tubuh gunung api tinggi berbentuk kerucut yang terbentuk dari endapan awan panas dan lava berselangseling. Merapi memiliki periode erupsi yang singkat (terpendek hanya 2 tahun) sehingga menjadi ancaman bahaya bagi kehidupan disekitarnya. Merapi memiliki tipe erupsi spesifik yaitu munculnya piroclastic flow/awan panas (wedhus gembel). Awan panas inilah sebenarnya merupakan letusan Merapi yaitu keluarnya sejumlah material magmatik 407

17 (batu, pasir dan abu) dan konsentrasi gas sangat tinggi bersuhu ratusan derajat celcius. Awan panas Gunung api Merapi yang merupakan bahaya utama dapat meluncur dengan kecepatan sampai 100 km/jam sejauh belasan kilometer. Abu yang dikeluarkan akan menyebar menurut arah dan besar angin, berpotensi merusak tanaman pertanian, mencemarkan air serta mengganggu pernafasan. Awan panas mempunyai daya rusak luar biasa dengan temperatur yang sangat tinggi sehingga dapat menghancurkan bangunan. Kawasan rawan bencana awan panas akibat erupsi 2010 menjadi lebih luas daripada esrupsi yang pernah terjadi sebelumnya. Kondisi tersebut lebih mengancam mengingat bukaan kawah berada di tenggara atau tepat menghadap ke Kecamatan Cangkringan, dengan eksisting lereng sungai yang penuh terisi material endapan vulkanik. Keadaan tersebut mengakibatkan material awan panas yang relatif sedikit akan mempunyai jarak luncur yang lebih panjang daripada jangkauan normalnya. b. Banjir Lahar Hujan Kabupaten Sleman dilalui 5 sungai (Kali Gendol, Kali Opak, Kali Kuning, Kali Boyong dan Kali Krasak) yang berhulu di Kaki Gunung api Merapi. Aliran sungai tersebut melalui 7 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Tempel, Turi, Pakem, Cangkringan, Ngemplak, Ngaglik dan Kalasan. Masyarakat banyak menambang bahan galian Golongan C di sepanjang sungai tersebut. Selain itu pada kanan kiri sungai terdapat pemukiman penduduk, pusat kegiatan ekonomi masyarakat dan jembatan. Material vulkanik dengan volume besar dalam bentuk banjir lahar hujan yang bergerak melalui sungai-sungai tersebut dapat merusak daerah yang dilaluinya. Mitigasi bencana secara struktural ditempuh dengan cara membangun bangunan pengendali sedimen atau bangunan sabo dam di sepanjang aliran sungai. Sabo dam dibangun dengan tujuan mengurangi besarnya daya rusak aliran banjir lahar hujan dengan cara menahan laju aliran. Selain itu untuk menghindari terjadinya korban ketika terjadi banjir lahar 408

18 hujan, maka telah diupayakan peningkatan kewaspadaan aparat dan masyarakat di sekitar lembah dan sungai yang berpotensi dilewati lahar hujan. c. Bahaya Tanah Longsor Terjadinya bahaya longsor di wilayah Kabupaten Sleman disebabkan oleh jenis tanah, batuan dan kemiringannya. Daerah dengan tanah berjenis tanah pasir dengan kemiringan 45 º juga memilki resiko bahaya longsor yang tinggi seperti di wilayah Sengir Kecamatan Prambanan. Wilayah yang memiliki resiko bahaya tanah longsor di Kabupaten Sleman diantaranya di Kecamatan Prambanan, Moyudan, Ngemplak, Pakem, dan Cangkringan serta sebagian wilayah Kecamatan Minggir dan Seyegan. d. Bahaya Angin Kencang dan Kekeringan Terdapat 10 kecamatan yang rawan bencana angin kencang di Kabupaten Sleman yakni Kecamatan Prambanan, Kalasan, Depok, Berbah, Mlati, Turi, Tempel, Seyegan, Moyudan dan Godean. Resiko kekeringan di wilayah Kabupaten Sleman juga dihadapi oleh masyarakat yang bermukim di wilayah dengan ketersediaan air sangat rendah dan muka air tanah yang sangat dalam. Wilayah yang memiliki resiko bahaya kekeringan adalah Desa Gayamharjo, Prambanan dan sebagian wilayah Kecamatan Gamping. e. Gempa Bumi Berdasarkan peta mikrozonasi gempa yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Sleman, daerah yang memiliki amplifikasi tanah tinggi berada di wilayah Desa Purwomartani, Tirtomartani dan Tamanmartani Kecamatan Kalasan, Desa Kalitirto, Tegaltirto dan Sendangtirto Kecamatan Berbah dan Desa Bokoharjo, Desa Sumberharjo dan Wukirharjo Kecamatan. Hal ini terjadi karena kawasan tersebut berada di jalur patahan aktif Cesar Opak. Kawasan dengan amplifikasi tinggi dan sangat tinggi terdapat di. Jenis batuan yang ada di wilayah Kabupaten Sleman yang terdiri dari lapisan batuan sedimen hasil erupsi Gunung api Merapi menyebabkan bertambahnya efek getaran gempa sehingga dapat dirasakan di seluruh wilayah Kabupaten Sleman. 409

19 F. Penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum 1. Gangguan yang Terjadi Secara umum terjadi beberapa kasus gangguan ketentraman dan ketertiban umum, tercatat terjadi 10 kali unjuk rasa, 11 kali operasi pekat, dan 590 kasus pelanggaran perda. Dari 590 kasus pelanggaran Perda dapat diselesaikan 486 kasus. Pada tahun 2012 terjadi konflik berbau SARA (di Kecamatan Sleman dan Kecamatan Depok), dapat diselesaikan. Hal demikian menunjukkan bahwa secara umum penyelenggaraan keamanan ketertiban di wilayah Kabupaten Sleman pada tahun 2012 berjalan dengan baik. 2. SKPD yang Menangani Ketentraman dan Ketertiban Umum SKPD yang menangani penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum adalah Satuan Polisi Pamong Praja dan Kantor Kesatuan Bangsa. SKPD tersebut dibentuk dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman. Tugas kedua SKPD tersebut tertuang dalam Peraturan Bupati Sleman Nomor 55 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Satpol PP, dan Peraturan Bupati Sleman Nomor 56 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kantor Kesatuan Bangsa. 3. Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat dan Golongan Sumberdaya penyelenggara Ketentraman dan ketertiban Umum adalah SDM pada Satpol PP dan Kantor Kesatuan Bangsa sejumlah 102 orang. Tabel 6.1. SDM Penyelenggara Ketentraman dan Ketertiban Umum Jumlah SDM (orang) No. Jenis Pendidikan Jumlah No Golongan Jumlah 1 SD 0 1. I 2 2 SMP 2 2. II 45 3 SMA III 47 4 Sarjana Muda/D IV 6 5 Strata 1/D Strata 2 8 Jumlah 100 Jumlah 100 Sumber: Kantor Kesbang dan Satpol PP 410

20 4. Sumber dan Jumlah Anggaran Alokasi anggaran yang disediakan APBD untuk penyelenggaraan Ketentraman dan Ketertiban Umum sebesar Rp ,00 dan terealisasi sebesar Rp ,00 atau sebesar 92,59%. 5. Penanggulangan dan Kendalanya Dalam rangka menanggulangi gangguan ketentraman dan ketertiban, maka disusun program kegiatan sebagai berikut: a. Program Pemeliharaan Kantramtibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal dengan kegiatan: 1) Peningkatan Kapasitas Aparat dalam rangka pelaksanaan Siskamswakarsa 2) Operasional Linmas dan Kesiapsiagaan Linmas b. Program pengembangan wawasan kebangsaan dengan kegiatan peningkatan toleransi dan kerukunan dalam kehidupan beragama yang diwujudkan dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). c. Program Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan dengan kegiatan: 1) Pembinaan Wasbang dan Pemantapan Ideologi Negara 2) Peningkatan Pemahaman Wawasan Kebangsaan 3) Pemantauan dan pendataan WNA/WNI keturunan, NGO (LSM) dan Lembaga Asing d. Program Pendidikan Politik Masyarakat dengan kegiatan: 1) Penyuluhan kepada masyarakat dengan kegiatan koordinasi forumforum diskusi Politik 2) Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) 3) Tim koordinasi Kelancaran pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah 4) Forum Komunikasi Antar Partai (FKAP) e. Program Pembinaan dan Fasilitasi Ketertiban Masyarakat dengan kegiatan: 1) Pembinaan dan fasilitasi ketertiban masyarakat 2) Pengawasan dan pengendalian keamanan 411

21 f. Program Penegakan Hukum dengan kegiatan: 1) Operasional PPNS terhadap pelanggaran perda 2) Operasi penertiban 6. Keikutsertaan aparat keamanan dalam penanganan Dalam upaya meningkatkan ketentraman dan ketertiban, komunikasi dan koordinasi dengan instansi terkait selalu diilakukan, sehingga penanganan permasalahan ketentraman dan ketertiban dapat dilaksanakan secara optimal. Instansi terkait meliputi Kepolisian, TNI, PPNS, dan Polisi Pamong Praja. 412

BAB IV DATA DAN INFORMASI PEMBANGUNAN. Buku Profil BPBD Kabupaten Sleman Tahun

BAB IV DATA DAN INFORMASI PEMBANGUNAN. Buku Profil BPBD Kabupaten Sleman Tahun BAB IV DATA DAN INFORMASI PEMBANGUNAN Buku Profil BPBD Kabupaten Sleman 45 4.1. Data dan Informasi Hasil Pembangunan Kabupaten Sleman termasuk daerah yang rawan bencana karena terdapat Gunung Merapi dan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Kabupaten Sleman 1. Kondisi Geografis Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak diantara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN DENGAN

Lebih terperinci

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya penyelamatan masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Rencana Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman pada tahun 7 yang diusulkan melalui Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara yang kaya akan gunung api dan merupakan salah satu negara yang terpenting dalam menghadapi masalah gunung api. Tidak kurang dari 30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

Tabel 3.1. Anggaran, Realisasi, dan Pelaksanaan Urusan Wajib

Tabel 3.1. Anggaran, Realisasi, dan Pelaksanaan Urusan Wajib Tabel 3.1. Anggaran, Realisasi, dan Pelaksanaan Urusan Wajib TIDAK 1. Pendidikan 487.900.617.227,68 5.582.117.600 64.084.231.215 58.415.294.850 615.982.260.893 572.880.929.360,81 93,00 Dinas Dikpora,,

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN

BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN BAB II PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN A. Profil Daerah Kabupaten Sleman 1. Letak dan Luas Wilayah a. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS Rencana Belanja Daerah, Pemerintah Kabupaten Sleman pada tahun 2016 yang diusulkan melalui Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten diperkirakan

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN BAB III TINJAUAN KAWASAN III.1 Latar Belakang Pemilihan Kawasan Day care dan Pre-school merupakan sebuah lembaga pendidikan bagi anak usia dini yang membutuhkan bimbingan dalam perkembangannya karena orang

Lebih terperinci

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi. III.1.3. Kondisi Ekonomi Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, perhitungan PDRB atas harga

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA Menimbang

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMK Aceh Tamiang Tahun 2013-2017, baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan lebih dari 13.466 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Wilayah Indonesia terbentang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN KESATUAN BANGSA, PERLINDUNGAN MASYARAKAT DAN PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB III TINJAUAN KAWASAN BAB III TINJAUAN KAWASAN 3.1. Tinjauan Wilayah D.I. Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 110º.00-110º.50 Bujur Timur dan antara 7º.33-8 º.12 Lintang Selatan. Secara

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH Rencana Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Sleman tahun 2015 yang diusulkan melalui APBD Kabupaten diperkirakan sebesar Rp2.248.159.945.290,55. Rencana

Lebih terperinci

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 Tiny Mananoma tmananoma@yahoo.com Mahasiswa S3 - Program Studi Teknik Sipil - Sekolah Pascasarjana - Fakultas

Lebih terperinci

Tugas Umum Pemerintahan

Tugas Umum Pemerintahan Tugas Umum Pemerintahan 5.1. Koordinasi Dengan Instansi Vertikal di Daerah 5.1.1. Forum koordinasi Dalam rangka tertib penyelenggaraan pemerintahan didaerah dan terwujudnya keserasian serta keberhasilan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat tinggi, akan tetapi banyak potensi pajak yang hilang atau tidak diperhatikan

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki karakteristik bencana yang kompleks, karena terletak pada tiga lempengan aktif yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara, Indo-Australia di bagian

Lebih terperinci

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan... Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2 Pokok Permasalahan... 2 1.3 Lingkup Pembahasan... 3 1.4 Maksud Dan Tujuan... 3 1.5 Lokasi... 4 1.6 Sistematika Penulisan... 4 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KANTOR KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT AKHIR TAHUN ANGGARAN 2013 KEPADA BUPATI KUDUS PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 80 LU dan 110 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN STATUS POTENSI BENCANA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN STATUS POTENSI BENCANA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN POTENSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

Tabel 3.1. Anggaran, Realisasi, dan Pelaksanaan Urusan Wajib

Tabel 3.1. Anggaran, Realisasi, dan Pelaksanaan Urusan Wajib Tabel 3.1. Anggaran, Realisasi, dan Pelaksanaan Urusan Wajib BELANJA LANGSUNG REALISASI PERSEN URUSAN BELANJA TIDAK TOTAL BELANJA NAMA-NAMA SKPD NO BELANJA BELANJA BELANJA TASE WAJIB LANGSUNG BELANJA MODAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA LAMPIRAN I PERATURAN STRUKTUR ORGANISASI DAERAH STAF AHLI 1. STAF AHLI HUKUM, POLITIK DAN PEMERINTAHAN 2. STAF AHLI EKONOMI, DAN PEMBANGUNAN 3. STAF AHLI KEMASYARAKATAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA SEKRETARIS

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan kepulauan Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng bumi dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan curah hujan yang relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember 2010 tercatat sebagai bencana terbesar selama periode 100 tahun terakhir siklus gunung berapi teraktif

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, Bendung Krapyak berada di Dusun Krapyak, Desa Seloboro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 7 36 33 Lintang Selatan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang :a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum 1.3. Gambaran Umum 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah 1.3.2. Gambaran Umum Demografis 1.3.3.

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 mempunyai tugas pokok sebagai penegak kedaulatan negara dengan mempertahankan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.130,2016 Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAH DAERAH. ORGANISASI. TATA LAKSANA. Kedudukan. Susunan Organisasi. Tugas. Fungsi. Tata

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 03 Tahun : 2008 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 03 Tahun : 2008 Seri : D c. bahwa atas dasar pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, dan Tugas Lembaga Teknis Daerah; LEMBARAN DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DINAS KETENTRAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN MAHAKAM ULU

DINAS KETENTRAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN MAHAKAM ULU DINAS KETENTRAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN MAHAKAM ULU DIBENTUK BERDASARKAN PERATURAN BUPATI KAB. MAHAKAM ULU NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BAPPEDA DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SIAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BAPPEDA DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BAPPEDA DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 8 0 LU dan 11 0 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan berhadapan langsung dengan

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 15 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 15 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 15 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 112 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 112 TAHUN 2016 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 112 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :60 2014 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SERTA RINCIAN TUGAS JABATAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Hal ini karena beberapa jenis sampah memiliki kandungan material

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Hal ini karena beberapa jenis sampah memiliki kandungan material BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan tentang sampah saat ini telah menjadi isu serius yang berkembang menjadi permasalahan publik. Penumpukan sampah dapat mengakibatkan aroma tidak sedap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hadirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN No SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 1 Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan 1. Jumlah rumah ibadah yang difasilitasi 400 jumlah kegiatan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Usaha mengurangi resiko bencana, baik pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2018 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi kepada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Agus Bastian,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV.49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424 021-5228371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan jenis gunungapi tipe strato dengan ketinggian 2.980 mdpal. Gunungapi ini merupakan salah satu gunungapi yang masih aktif di Indonesia. Aktivitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 9 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Lebih terperinci

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

I. KARAKTERISTIK WILAYAH I. KARAKTERISTIK WILAYAH Sumber : http//petalengkap.blogspot.com. Akses 31 Mei 2016 A B Gambar 1. A. Peta Jl Magelang, B. Peta Jl Solo Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Bencana Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sleman Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN merupakan salah satu dari 5 daerah di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang berada disisi utara. Wilayah membentang dari Sungai Opak pada sisi timur sampai Sungai Progo pada sisi barat

Lebih terperinci