VARIABILITAS KANDUNGAN ANTOSIANIN PADA BEBERAPA KULTIVAR LOKAL PADI MERAH ASAL SUMATERA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VARIABILITAS KANDUNGAN ANTOSIANIN PADA BEBERAPA KULTIVAR LOKAL PADI MERAH ASAL SUMATERA BARAT"

Transkripsi

1 VARIABILITAS KANDUNGAN ANTOSIANIN PADA BEBERAPA KULTIVAR LOKAL PADI MERAH ASAL SUMATERA BARAT Variability of Anthocyanin Content in Selected Red Rice Cultivar from West Sumatra Etti Swasti 1 dan Morry Reza 2 1) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang 2) Alumni Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang ettiswasti@yahoo.com ABSTRACT Red rice cultivar which rich in anthocyanin is very necessary for health as a source of anti-oxidants. Encourage the production and consumption of red rice will increase the intake of anti-oxidants as well as a source of carbohydrate. The study aims to determine the content and the level of diversity of anthocyanin content in 10 landraces of red rice from West Sumatra using a completely randomized design with three replications. Analysis of anthocyanin content using the ph-differential method is carried out from August to September The experimental results show there is a wide degree of variability in the anthocyanin content of the tested cultivars that ranged from 3:03 CYE mg / g in the Silopuk cultivar to CYE / g on black rice cultivar with an average of ye / g. This gives an opportunity for breeders to make the selection of cultivars were tested for red rice breeding program. Keywords : landrace, cultivar, red rice, variability, anthocyanin ABSTRAK Kultivar padi beras merah kaya antosianin sangat diperlukan untuk kesehatan sebagai sumber anti oksidan. Mendorong produksi dan konsumsi beras merah akan meningkatkan asupan zat anti oksidan disamping sebagai sumber karbohidrat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kandungan dan tingkat keragaman kandungan antosianin pada 10 kultivar lokal padi beras merah asal Sumatera Barat menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Analisis kandungan antosianin menggunakan metoda phdifferensial yang dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan bulan September Hasil percobaan menunjukkan terdapat tingkat keragaman yang luas pada kandungan antosianin dari kultivar-kultivar yang diuji yaitu 14615,79 yang berkisar dari 3,03 mg CyE/g pada kultivar Silopuk sampai CyE/g pada kultivar padi beras hitam dengan rata-rata ye/g. Hal ini memberi peluang bagi pemulia untuk melakukan seleksi terhadap kultivar yang diuji untuk program pemuliaan padi beras merah. Kata kunci : red rice, variabilitas, antosianin 763

2 Etti Swasti dan Morry Reza PENDAHULUAN Padi memiliki bentuk dan warna yang beragam begitu juga dengan warna berasnya. Di Indonesia, padi yang berasnya berwarna merah (beras merah) kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan padi yang berasnya berwarna putih, padahal beras merah mengandung gizi tinggi. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan khususnya masyarakat di perkotaan sudah banyak yang mengkonsumsi padi beras merah karena mengandung gizi yang tinggi. Tetapi seiring dengan kebutuhan beras merah yang meningkat kendala yang dihadapi juga semakin banyak. Salah satunya adalah terbatasnya varietas padi beras merah yang terdapat pada petani. Meningkatnya kesadaran masyakat akan kesehatan dan kebutuhan gizi yang tinggi serta terbatasnya varietas padi beras merah yang terdapat pada petani, menjadi tantangan bagi pemulia tanaman padi beras merah untuk mengembangkan berbagai teknik pemuliaan tanaman padi beras merah, sehingga beras merah tidak hanya merupakan sumber energi dan protein saja tapi juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Warna merah pada beras terbentuk dari pigmen antosianin yang tidak hanya terdapat pada perikarp dan tegmen (lapisan kulit), tetapi juga bisa di setiap bagian gabah, bahkan pada kelopak daun. Nutrisi beras merah sebagian terletak di lapisan kulit luar (aleuron) yang mudah terkelupas pada saat penggilingan. Jika butiran dipenuhi oleh pigmen antosianin maka warna merah pada beras tidak akan hilang (Suardi, 2005). Selain kandungan antosianin, beras merah juga mengandung protein sebesar 8,20 persen, lebih besar dibandingkan beras putih yang hanya 7 persen, besi 4,20 persen, dan vitamin B1 0,34 persen. Ekstrak larutan beras merah dapat menunjang kemampuan tubuh dalam mengatur kadar kolesterol darah. Larutan beras merah mengandung protein dan berbagai asam amino, asam lemak tidak jenuh (12%) dan sterol yang dapat mengurangi sintesis kolesterol dalam hati. Beras merah mengandung karbohidrat yang jika dibandingkan dengan beras putih, kandungan karbohidrat beras merah lebih rendah (78,9 gr : 75,7 gr), tetapi nilai energi yang dihasilkan beras merah justru di atas beras putih (349 kal : 353 kal). Beras merah pada umumnya kulit arinya tidak hilang sehingga beras merah kaya akan serat dan minyak alami yang sangat diperlukan tubuh, selain itu serat juga membantu mencegah berbagai penyakit saluran pencernaan serta meningkatkan perkembangan otak dan menurunkan kolesterol darah. Dari setiap 70 gr beras merah berkulit ari utuh mengandung 3,5 gr serat, dan beras merah yang sudah disosoh mengandung 1,5 gr serat (Suardi, 2005). Berkaitan dengan hal diatas, maka pemulia diharapkan dapat menghasilkan varietas padi beras merah dengan potensi hasil yang lebih baik dari pada varietas unggul sebelumnya, baik yang dikembangkan langsung dari kultivar yang berkembang di masyarakat atau petani melalui pemutihan varietas ataupun dari hasil perakitan dalam program pemuliaan tanaman. Program pemuliaan tanaman padi dalam menghasilkan varietas unggul baru dengan produktivitas dan stabilitas hasil tinggi membutuhkan sumber-sumber gen dari sifat-sifat tanaman yang 764

3 mendukung tujuan tersebut. Untuk itu, pemulia tanaman sangat tergantung pada adanya keragaman genetik. Tanpa keragaman genetik, maka efisiensi dan efektifitas program pemuliaan sangat rendah. Keragaman genetik dapat diperoleh dari varietas lokal, varietas unggul nasional, galur-galur introduksi, galur-galur pemuliaan dan juga dari kerabat liar tanaman yang dihimpun dalam koleksi plasma nutfah (Makmur, 1992). Syarat untuk merakit dan memperoleh varietas dengan kandungan gizi yang lebih baik adalah tersedianya keragaman genetik yang bisa dijadikan sebagai sumber tetua dalam pembetukan varietas unggul dengan kandungan gizi yang tinggi. Kegiatan eksplorasi dalam rangka mengumpulkan sumber daya genetik padi di Sumatera Barat telah berhasil mengoleksi 10 genotipe padi beras merah lokal (Swasti et al., 2007). Salah satu kegiatan pokok pemuliaan tanaman disamping eksplorasi dan seleksi adalah evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan yang ditujukan untuk mengevaluasi reaksi suatu varietas hasil eksplorasi ataupun koleksi plasma nutfah diantaranya terhadap nilai nutrisinya yang diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber gen dalam perakitan varietas unggul, sebagai sumber makanan pokok ataupun untuk bahan baku industri. Serangkaian penelitian tentang padi merah hasil eksplorasi di Sumatera Barat telah dilakukan dan dilaporkan seperti penelitian Helmi (2007), Marniwati (2008) dan Swasti et al. (2010) telah mengkarakteristikan sifat morfologi dan agronomis kesepuluh genotipe padi beras merah tersebut. Sedangkan Foresty (2010) telah menguji daya hasil dan mutu fisik dari beras merah tersebut, sedangkan Dalimunte dan Swasti (2010) telah menguji kandungan proteinnya yang berkisar dari 7,1 persen - 18,2 persen,. Selanjutnya Swasti dan Putri (2011) melaporkan bahwa terdapat interaksi genotip X lingkungan pada produksi padi merah dimana produksi lebih baik pada dataran rendah dari pada dataran sedang maupun dataran tinggi, rata-rata produksi berkisar dari 2,20 t/ha 9,24 t/ha pada dataran rendah sedangkan pada dataran tinggi dari 2,13 t/ha 3,11 t/ha. Sedangkan mutu fisik baik pada dataran rendah maupun dataran medium tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Rida Putih dan Swasti, 2012). Untuk melengkapi data karakteristiknya perlu juga diuji kandungan nutrisi lainnya seperti amilosa, antosianin dan serat bahkan vitamin-vitamin serta mineral yang sangat bermanfaat untuk kesehatan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kandungan antosianin beberapa kultivar padi beras merah lokal Sumatera Barat dan juga untuk mengetahui tingkat keragaman dari karakter tersebut. Manfaat penelitian ini adalah didapatkan kultivar dengan kandungan antosianin terbaik untuk dijadikan sebagai calon sumber tetua dalam perakitan varietas unggul baru. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian untuk mengetahui kandungan dan tingkat keragaman antosianin beberapa kultivar lokal padi merah ini dilakukan dari bulan Agustus 2011 sampai 765

4 Etti Swasti dan Morry Reza dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Kimia SMAKPA Padang. Meterial genetik yang digunakan adalah beras dari padi merah hasil dari Dalimunte (2010). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan 10 kultivar padi merah lokal dengan 3 ulangan sehingga menjadi 30 satuan percobaan. Nama-nama kultivar yang digunakan ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Sepuluh Kultivar Padi Beras Merah yang Digunakan sebagai Perlakuan adalah: Kode Nama Kultivar Kabupaten PBM UA 1 Kerajut Pasaman Barat PBM UA 2 Nabara Merah Pasaman Barat PBM UA 3 Siopuk Pasaman Barat PBM UA 4 Kopal Cino Pasaman Barat PBM UA 5 Silopuk Pasaman Barat PBM UA 6 Padi Talua Pasaman PBM UA 7 Ladang Merah Solok PBM UA 8 Padi Merah SA Solok PBM UA 9 Padi Merah SL Solok PBM UA 10 Padi Hitam Agam Pengujian kandungan antosianin dilakukan dengan menggunakan metode ph-differensial. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan uji F, jika nilai F hitung perlakuan lebih besar dari nilai F tabel 5 persen, maka dilanjutkan dengan DNMRT pada taraf nyata 5 persen. Sedangkan nilai keragaman menggunakan formula Steel and Torri (1975) sebagai berikut: s 2 = (x i x i )2 n 1 s 2 : keragaman n : ukuran keragaman x i : pengamatan ke i x i : rata-rata pengamatan ke i Pengujian kandungan antosianin dilakukan dengan menggunakan metode ph-differensial dengan tahapan pertama ekstraksi meserasi pada beras merah, sehingga didapatkan ektraks pekat. Hasil ekstrak pekat akan dilarutkan kedalam dua larutan buffer, buffer potasium klorida (0.025 M) ph 1 dan buffer sodium asetat (0.4 M) ph 4.5. Hitung absorban dari kedua larutan tersebut pada panjang gelombang 516 nm dan 700 nm. 766

5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi antosianin dari sepuluh kultivar padi merah yang diuji berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa kandungan antosianin ditentukan oleh kultivar yang berbeda nyata pada taraf 5 persen. Data ditampilkan pada tabel 2. Tabel 2. Kandungan Antosianin 10 kultivar Padi Merah Lokal Kultivar Antosianin Beras Merah (mg CyE/g sampel) Padi Hitam 410,39 a Lading Merah SA 62,67 b Lading Merah SL 24,26 b C Kapol Cino 19,71 b C Ladang Merah 17,18 b C Nabara Merah 14,66 b C Siopuk 14,66 b C Kerajut 10,61 b C Padi Talua 4,55 C Silopuk 3,03 C Rata-rata 58,17 Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama, berbeda tidak nyata menurut DNMRT pada taraf nyata 5 persen Data pada tabel 2 menunjukan kandungan antosianin tertinggi terdapat pada kultivar padi hitam sebesar 410,39 mg CyE/g sampel yang berbeda nyata dengan kandungan antosianin kultivar lainnya, dan yang terendah adalah silopuk dengan kandungan antosianin 3,03 mg CyE/g sampel berbeda nyata dengan kandungan antosianin kultivar lainnya kecuali dengan padi talua. Data juga menunjukkan bahwa kultivar-kultivar yang berasal dari kabupaten Solok memiliki kandungan antosianin yang lebih tinggi dari kultivar yang berasal dari Pasaman dan Pasaman Barat, hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan dimana Pasaman dan Pasaman Barat merupakan dataran rendah sedangkan Kabupaten Solok tempat diperolehnya padi merah tersebut merupakan dataran sedang sampai tinggi. Pada genotipe padi hitam didapatkan hasil ekstrak pekat yang memiliki kepekatan warna yang lebih mencolok dibandingkan genotipe lainnya, warna ekstrak yang dihasilkan ungu pekat. Sehingga didapatkan konsentrasi antosianin yang sangat tinggi. Sementara itu, pada genotipe lainnya warna ekstrak pekat berwarna merah pekat hingga merah. Dan pada dua genotipe dengan konsentrasi antosianin terendah didapatkan warna ekstrak pekat merah kekuningan. 767

6 Etti Swasti dan Morry Reza a b c d Gambar 1. a. ekstrak cair kultivar padi hitam, b. ekstrak pekat kultivar padi hitam, c. ekstrak cair kultivar silopuk, d. ekstrak pekat kultivar silopuk. Warna beras dan ekstrak pekat dari kultivar yang diuji dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Warna Ekstrak Pekat 10 Kultivar Padi Merah Kultivar Warna Beras Warna Ekstrak Pekat Kerajut Merah Merah Nabara Merah Merah Merah Siopuk Merah Merah Kopal Cino Merah Merah Pekat Silopuk Kemerahan Merah Kekuningan Padi Talua Kemerahan Merah Kekuningan Ladang Merah Merah Merah Padi Merah SA Merah Pekat Merah Keunguan Padi Merah SL Merah Merah Pekat Padi Hitam Merah Keunguan Ungu 768

7 Antosianin menghasilkan kisaran warna dari berwarna merah sampai biru yang banyak terdapat pada bunga dan buah, meskipun ada juga terdapat pada daun serta bagian lain tanaman. Antosianin merupakan pigmen berwarna merah, ungu dan biru yang biasa terdapat pada tanaman tingkat tinggi. Antosianin merupakan molekul yang tidak stabil. Warna merah, ungu atau biru yang dimilikinya dapat berubah karena faktor suhu, ph, oksigen, cahaya, dan penambahan asam, gula dan adanya ion logam (Natalia, 1982). Pigmen antosianin pada beras berwarna tidak hanya terdapat pada perikarp dan tegmen (lapisan kulit) beras, tetapi juga pada setiap bagian gabah bahkan pada bagian tanaman lainnya seperti kelopak daun. Pigmen antosianin pada beras merah tidak hanya terdapat pada kulit beras, tetapi dapat meliputi seluruh bagian beras seperti pada padi O. glaberrima. Di IRRI, beras dengan warna lapisan perikarp ungu sampai merah mempunyai kandungan riboflavin dan protein kasar lebih tinggi dari varietas-varietas IRRI. Pigmen antosianin ini berperan sebagai senyawa antioksidan dalam pencegahan beberapa penyakit seperti kanker, diabetes, kolesterol, dan jantung koroner (Suardi, 2005). Dalimunte 2010, yang melakukan pengujian kadar protein terhadap lima genotipe beras merah diperoleh kandungan protein yang tinggi. Rata-rata kandungan protein dari lima kultivar yang diuji berkisar antara 7,1 persen - 18,4 persen. Kadar protein yang diperoleh dari lima kultivar lebih tinggi dari pada kadar protein yang sudah ada. Pada kultivar Siopuk dimana pigmen antosianin yang terdapat pada lapisan kulit luar (aleuron) lebih dominan dan pada hasil destruksi analisis protein bahwa kultivar Siopuk memperlihatkan warna hijau yang lebih pekat dari kultivar lainnya dan warna beras Siopuk juga yang lebih merah dari lainnya. Kalau diperhatikan dari segi warna beras, kultivar Siopuk juga memperlihatkan warna yang lebih merah dari lainnya. Penampilan akhir dari tanaman ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan. Keragaman yang diwariskan kepada keturunan adalah keragaman genetik, keragaman genetik ada karena percampuran material pemuliaan, rekombinasi genetik sebagai adanya persilangan-persilangan dan adanya mutasi ataupun poliploidisasi ( Mangoendidjojo, 2003). Pada penelitian ini kandungan antosianin yang diperoleh dari sepuluh kultivar tersebut memiliki tingkat keragaman yang luas. Nilai ragam yang diperoleh adalah sebesar 14615,79 dengan standar deviasi sebesar 241,78. Keragaman yang luas ini memberi peluang kepada pemulia untuk melakukan seleksi terhadap kultivar yang memiliki karakter yang diinginkan sesuai tujuan pemuliaan tanaman sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber tetua untuk menghasilkan varietas unggul baru dengan kandungan antosianin yang baik. KESIMPULAN Kandungan antosianin pada 10 kultivar yang di uji sangat beragam, rata-rata kandungan antosianinnya adalah 58,2 mg CyE/g. kandungan antosianin tertinggi mencapai 410,4 mg CyE/g pada kultivar Padi Hitam yang memiliki warna beras paling pekat (merah keunguan), sedangkan kandungan antosianin terendah 769

8 Etti Swasti dan Morry Reza terdapat pada kultivar Silopuk sebesar 3,03 mg CyE/g. Secara keseluruhan kultivar-kultivar padi merah yang diuji memiliki warna kemerahan hingga merah keunguan sehingga menyebabkan kandungan antosianin yang sangat beragam. Tingkat keragaman yang diperoleh termasuk luas keragaman yang luas memberi peluang kepada pemulia untuk melakukan seleksi terhadap kultivar yang memiliki karakter yang diinginkan sesuai tujuan pemulia tanaman sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber tetua untuk menghasilkan varietas unggul baru. DAFTAR PUSTAKA Dalimunte, H.H Uji Daya Hasil Dan Mutu 5 Kultivar Padi Beras Merah Lokal (Oryza Sativa L.) Di Dataran Rendah (Skripsi). Padang, Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Dalimunte, H.H. dan E. Swasti Uji Mutu Fisik dan Protein 5 Kultivar Padi Beras Merah Lokal (Oryza Sativa L.). Dipresentasikan pada Seminar Peripi Regional Sumatera. Padang Sidempuan, 30 Juli Padang Sidempuan Foresty, R.G Uji Daya Hasil Dan Mutu 5 Genotipe Padi Beras Merah (Oryza Sativa L.) Di Dataran Sedang (Skripsi). Padang, Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Helmi, Y Identifikasi Karakter Morfologi Plasma Nutfah Padi (Oryza sativa L) Asal Kecamatan Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat. (Skripsi). Padang, Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Makmur, A Pengantar Pemuliaan Tanaman. Penerbit Bineka Cipta. Jakarta. Mangoendidjojo, W Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. Marniwati, D Keragaman Plasma Nutfah Padi (Oryza sativa L) Hasil Eksplorasi di Kabupaten Pasaman Barat Berdasarkan Karakter Morfologis dan Agronomisnya. (Skripsi). Padang, Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Natalia, D Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Pelarut Organik Terhadap Total Antosianin dari Ekstrak Pigmen Alami Buah Arben (Rubus idaeus (Linn.)). Skripsi. Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Rida Putih dan E. Swasti Uji Mutu Fisik Beberapa Kultivar Padi Merah pada Elevasi Dataran Rendah dan Dataran Medium di Sumatera Barat. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI DAN HIGI. Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Bogor. Suardi, D Padi Beras Merah : Pangan Bergizi yang Terabaikan?. http// [15 Mei 2008]. Suardi, D Potensi Beras Merah Untuk Peningkatan Mutu Pangan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 24, No. 3, http// [15 Mei 2008]. Swasti, E dan N.E. Putri Perakitan Varietas Unggul Padi Beras Merah Lokal Asal Sumatera Barat Berumur Genjah dan Mutu Produksi tinggi Melalui Persilangan Diallel. Laporan Penelitian Hibah Strategis Nasional Tahun I. Lembaga Penelitian. UNAND. 770

9 Swasti, E dan N.E. Putri Pengembangan Padi Merah Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Petani (Development of Red Rice in order to increase farmers income). Jurnal Embrio Vol 4. No.2: Swasti, E. A., Syarif, I. Suliansyah dan N. E. Putri Eksplorasi Identifikasi dan Pemanfaatan Koleksi Plasma Nutfah Padi Asal Sumatera Barat. Laporan Penelitian Program Intensif Riset Dasar Tahun Lembaga Penelitian. UNAND. 771

EVALUASI KANDUNGAN BESI (FE) DAN ZINK (ZN) PADA BEBERAPA KULTIVAR PADI BERAS MERAH ASAL SUMATERA BARAT

EVALUASI KANDUNGAN BESI (FE) DAN ZINK (ZN) PADA BEBERAPA KULTIVAR PADI BERAS MERAH ASAL SUMATERA BARAT Muharama Yora, Sri Wahyuni, dan Annisa Afifatul Akhiar EVALUASI KANDUNGAN BESI (FE) DAN ZINK (ZN) PADA BEBERAPA KULTIVAR PADI BERAS MERAH ASAL SUMATERA BARAT Evaluation of Fe and Zn Contents in Some Red

Lebih terperinci

Etti Swasti et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 49-56

Etti Swasti et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 49-56 KANDUNGAN PROTEIN DAN ANTOSIANIN GENERASI F4 TURUNAN PERSILANGAN PADI MERAH LOKAL SUMATERA BARAT DENGAN VARIETAS UNGGUL FATMAWATI Protein Content And Antosianin Of F4 Generations Derived From Local Rice

Lebih terperinci

Explorasi dan Mutu Beras Genotip Padi Merah di Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat

Explorasi dan Mutu Beras Genotip Padi Merah di Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Explorasi dan Mutu Beras Genotip Padi Merah di Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat Azwir Anhar Jurusan Biologi FMIPA UNP anharazwir@yahoo.com Abstrak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia. Negara-negara di Asia termasuk Indonesia, China, India, Bangladesh, Vietnam, Jepang, Thailand,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Beras diperoleh dari butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam), merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar butir beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satu peranan sektor pertanian adalah sebagai penyedia pangan. Pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya genetik pertanian yang dimiliki Provinsi D.I. Yogyakarta. Beras hitam

BAB I PENDAHULUAN. daya genetik pertanian yang dimiliki Provinsi D.I. Yogyakarta. Beras hitam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi hitam Yogyakarta ( Cempo Ireng ) merupakan salah satu sumber daya genetik pertanian yang dimiliki Provinsi D.I. Yogyakarta. Beras hitam dengan olahan dari padi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, terdapat beberapa jenis beras yang dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, terdapat beberapa jenis beras yang dikembangkan oleh 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Di Indonesia, terdapat beberapa jenis beras yang dikembangkan oleh petani, diantaranya; beras putih, beras merah, dan beras hitam. Akan tetapi, beras hitam

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang. Beras merupakan makanan yang penting bagi masyarakat negara Asia.

BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang. Beras merupakan makanan yang penting bagi masyarakat negara Asia. BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Beras merupakan makanan yang penting bagi masyarakat negara Asia. Beras memiliki manfaat bagi kesehatan karena terkandung serat, protein, dan mikronutrien yang penting

Lebih terperinci

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami? Bicara tentang diabetes pasti juga perlu membicarakan mengenai diet makanan bagi penderita diabetes. Diet makanan bagi penderita diabetes dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekuator, memiliki iklim tropis dan curah hujan yang tinggi mendukung berbagai

BAB I PENDAHULUAN. ekuator, memiliki iklim tropis dan curah hujan yang tinggi mendukung berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang sangat kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non

Lebih terperinci

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian Ade Santika dan Rozakurniati: Evaluasi mutu beras ketan dan beras merah pada beberapa galur padi gogo 1 Buletin Teknik Pertanian Vol. 15, No. 1, 2010: 1-5 TEKNIK EVALUASI MUTU BERAS KETAN DAN BERAS MERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan sumber karbohidrat di Indonesia. Berdasarkan data statistik, produktivitas ubi jalar pada tahun 2015 mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan serealia utama penghasil beras yang dikonsumsi sebagai makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan serealia utama penghasil beras yang dikonsumsi sebagai makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan serealia utama penghasil beras yang dikonsumsi sebagai makanan pokok oleh sebagian besar penduduk. Sekitar 95% padi diproduksi di Asia (Battacharjee et al.,

Lebih terperinci

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT KARYA ILMIAH BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Asmorojati Kridatmaja NIM : 10.11.3641 Kelas : SI-TI 2B SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT Nur Indrawaty Liputo Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Disampaikan pada Seminar Apresiasi Menu Beragam Bergizi Berimbang Badan Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. anorganik dan limbah organik. Limbah anorganik adalah limbah yang berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Limbah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah terpakai, baik dalam skala rumah tangga, industri, pertambangan dan lainlain. Limbah berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia akibat gannguan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (ADA,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai keanekaragaman genetik yang luas (Deanon dan Soriana 1967). Kacang panjang memiliki banyak kegunaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini gaya hidup serta pola konsumsi makanan pada masyarakat, terutama masyarakat perkotaan, terhadap selera produk pangan yang cenderung lebih menyukai sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan hormon insulin yang cukup atau ketika

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 71 PENDAHULUAN Latar Belakang Sorgum manis [Sorghum bicolor (L.) Moench] merupakan salah satu tanaman pangan utama dunia. Hal ini ditunjukkan oleh data mengenai luas areal tanam, produksi dan kegunaan

Lebih terperinci

RESPON PADI BERAS HITAM TERHADAP FREKUENSI PEMBERIAN NUTRISI ORGANIK

RESPON PADI BERAS HITAM TERHADAP FREKUENSI PEMBERIAN NUTRISI ORGANIK RESPON PADI BERAS HITAM TERHADAP FREKUENSI PEMBERIAN NUTRISI ORGANIK Edi Purwanto 1), Suharto 1), Isnaini Hermina 2) 1) Staf Dosen Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan hal yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Bahkan menurut data WHO tahun 2011, jumlah perokok Indonesia mencapai 33% dari total jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merah (Oriza sativa) merupakan beras yang hanya dihilangkan kulit bagian luar atau sekamnya, sehingga masih mengandung kulit ari (aleuron) dan inti biji beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, zat pewarna sintetik lebih banyak beredar dan dipakai oleh industri pangan karena mempunyai banyak kelebihan, diantaranya adalah proses produksinya lebih

Lebih terperinci

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif). PEMBAHASAN UMUM Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kekeringan sehingga berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering masam di Indonesia. Tantangan

Lebih terperinci

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TAK JENUH MINYAK BEKATUL Oleh: Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia Email:

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA KUALITAS NATA DARI BAHAN BEKATUL (NATA DE KATUL) DENGAN STARTER BAKTERI Acetobacter xylinum SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidian Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A PEMANFAATAN LIMBAH AIR LERI BERAS IR 64 SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SIRUP HASIL FERMENTASI RAGI TEMPE DENGAN PENAMBAHAN KELOPAK BUNGA ROSELLA SEBAGAI PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : PUJI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pangan kedua setelah padi di Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan sebagai pakan ternak.

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang memiliki padi liar dengan keragaman jenis yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang memiliki padi liar dengan keragaman jenis yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam keluarga Poaceae dan merupakan tanaman semusim (annual). Indonesia merupakan negara yang memiliki padi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul tidak banyak dikenal di masyarakat perkotaan, khususnya anak muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang memiliki potensi bagus untuk dikembangkan setelah kedelai dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bayam merupakan sayuran daun yang sudah lama dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bayam merupakan sayuran daun yang sudah lama dikenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tanaman bayam merupakan sayuran daun yang sudah lama dikenal dan diakrabi masyarakat luas. Tanaman Amaranthanceae atau bayam merupakan sayuran yang memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diversifikasi pangan merupakan program prioritas Kementerian Pertanian sesuai dengan PP Nomor 22 tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protein, dan mikronutrien yang penting bagi tubuh. Terdapat beberapa

BAB I PENDAHULUAN. protein, dan mikronutrien yang penting bagi tubuh. Terdapat beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras memiliki manfaat bagi kesehatan karena terkandung serat, protein, dan mikronutrien yang penting bagi tubuh. Terdapat beberapa jenis beras yaitu beras putih dan

Lebih terperinci

;:: :~~~~~~~- /". . /- -:;...~ "' 1: :~~~;~. --~ -._ - ;:~~\~i~ -.::--;:;;-

;:: :~~~~~~~- /. . /- -:;...~ ' 1: :~~~;~. --~ -._ - ;:~~\~i~ -.::--;:;;- ;:: :~~~~~~~- /".. /- -:;...~.. --~ -._ - "' 1: :~~~;~. ;:~~\~i~ -.::--;:;;- 'i BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Senyawa antioksidan adalah senyawa yang dapat mencegah reaksi pembentukan radikal bebas,

Lebih terperinci

PENYARINGAN KETAHANAN LIMA KULTIVAR PADI BERAS MERAH LOKAL (ORYZA SATIVA L.) ASAL SUMATERA BARAT TERHADAP WERENG HIJAU (NEPHOTETTIX VIRESCENS)

PENYARINGAN KETAHANAN LIMA KULTIVAR PADI BERAS MERAH LOKAL (ORYZA SATIVA L.) ASAL SUMATERA BARAT TERHADAP WERENG HIJAU (NEPHOTETTIX VIRESCENS) PENYARINGAN KETAHANAN LIMA KULTIVAR PADI BERAS MERAH LOKAL (ORYZA SATIVA L.) ASAL SUMATERA BARAT TERHADAP WERENG HIJAU (NEPHOTETTIX VIRESCENS) Screening the Resistance of Five Cultivars of Red Rice (Oryza

Lebih terperinci

VARIETAS-VARIETAS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) YANG TELAH DILEPAS OLEH BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN

VARIETAS-VARIETAS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) YANG TELAH DILEPAS OLEH BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN No. 002, Agustus 2013 (Tanggal diunggah 22 Agustus 2013) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya dan Fauzi Haidar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar dan banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanaman ini dapat dikonsumsi segar sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, perubahan gaya hidup dan pola makan yang tak sehat akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, perubahan gaya hidup dan pola makan yang tak sehat akan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan dan sosial mulai timbul ketika usia harapan hidup bertambah. Hal ini menyebabkan adanya perubahan pola hidup pada diri manusia. Akan tetapi, perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010).

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah salah satu jenis sereal yang dikonsumsi hampir satu setengah populasi manusia dan kira-kira 95% diproduksi di Asia (Bhattacharjee, dkk., 2002). Terdapat beberapa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

Keywords : color of black rice, local variety, Sleman, Bantul, Magelang

Keywords : color of black rice, local variety, Sleman, Bantul, Magelang Vegetalika Vol.2 No.3, 2013 : 13-20 KERAGAMAN WARNA GABAH DAN WARNA BERAS VARIETAS LOKAL PADI BERAS HITAM (Oryza sativa L.) YANG DIBUDIDAYAKAN OLEH PETANI KABUPATEN SLEMAN, BANTUL, DAN MAGELANG DIVERSITY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yoghurt merupakan produk olahan susu yang dipasteurisasi kemudian difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus.

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

BAB I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi bahan pangan pokok masyarakat Indonesia. Padi di Indonesia memiliki bentuk dan warna beras yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh menjalar di dalam tanah dan menghasilkan umbi. Ubi jalar dapat di tanam pada lahan yang kurang subur, dengan catatan tanah tersebut

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. ditanam dan diolah menurut standar yang telah ditetapkan (IRRI, 2007).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. ditanam dan diolah menurut standar yang telah ditetapkan (IRRI, 2007). BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L yang meliputi kurang lebih 25 spesies tersebar di daerah tropis dan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak dari masyarakat Indonesia yang terlalu bergantung pada beras, mereka meyakini bahwa belum makan jika belum mengonsumsi nasi. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen tinggi terhadap pembangunan ketahanan pangan sebagai komponen strategis dalam pembangunan nasional. Undang-undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman herbal merupakan salah satu minuman berbahan dasar tumbuhan alami yang berkhasiat bagi tubuh. Minuman herbal dibuat dengan dasar rempahrempah, akar, batang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras kencur dikenal sebagai minuman tradisional khas Indonesia yang terbuat dari bahan-bahan herbal segar. Komposisi utamanya ialah beras dan rimpang kencur yang memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah dengan mengembangkan alternatif pangan. Program diversifikasi pangan belum dapat berhasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian PENDAHULUAN Latar Belakang Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan. Pengolahan buahbuahan bertujuan selain untuk memperpanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi menyebabkan terjadinya perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah aspek informasi. Kemudahan dalam mengakses informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman semusim yang bersifat

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman semusim yang bersifat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin atau spiral.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan kue tradisional, salah satu jenis kue tradisional di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan kue tradisional, salah satu jenis kue tradisional di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kaya akan kue tradisional, salah satu jenis kue tradisional di Indonesia adalah kue talam. Kue ini merupakan kue yang berbahan dasar tepung beras dan tepung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul adalah hasil samping dari penggilingan padi menjadi beras. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak 60-65%. Sementara bekatul

Lebih terperinci

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pangan telah menjadi aspek yang penting karena berkaitan erat dengan kebutuhan pokok masyarakat. Pada umumnya, masalah yang berkaitan dengan pangan dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan oleh beberapa industry pengolahan pangan dalam menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi hitam (Oryza sativa L ) merupakan varietas lokal Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Padi hitam (Oryza sativa L ) merupakan varietas lokal Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi hitam (Oryza sativa L ) merupakan varietas lokal Indonesia yang tumbuh tersebar di beberapa daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Nusa Tenggara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia yang digunakan sebagai sayuran maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia, sedangkan sisanya masih menkonsumsi jagung dan sagu. Usahatani

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia, sedangkan sisanya masih menkonsumsi jagung dan sagu. Usahatani PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk Indonesia, sedangkan sisanya masih menkonsumsi jagung dan sagu. Usahatani padi banyak menyediakan lapangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terung (Solanum melongena L.) merupakan salah satu produk tanaman

I. PENDAHULUAN. Terung (Solanum melongena L.) merupakan salah satu produk tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Terung (Solanum melongena L.) merupakan salah satu produk tanaman hortikultura yang sudah banyak tersebar di Indonesia. Tanaman terung berasal dari Sri Lanka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama penduduk Indonesia. Kebutuhan beras terus meningkat setiap tahun seiring dengan peningkatan penduduk (Sinar Tani 2011). Beras merupakan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan akan komoditas pangan. Namun, hal ini tidak diikuti dengan peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan banyaknya iklan produk-produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satunya jenis komoditas pangan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada penelitian F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570 ini ditanam 15 genotipe terpilih dari generasi sebelumnya, tetua Wilis, dan tetua B 3570. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang tersebar dari ujung Barat sampai ujung Timur. Selain itu Indonesia mempunyai beragam suku dan budaya

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN Bambang Sigit A 1), Windi Atmaka 1), Tina Apriliyanti 2) 1) Program Studi Ilmu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa lansia atau lanjut usia di Indonesia adalah sebuah periode

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa lansia atau lanjut usia di Indonesia adalah sebuah periode BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Undang-Undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menetapkan bahwa lansia atau lanjut usia di Indonesia adalah sebuah periode di mana seseorang telah mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai obat. Sekarang ini banyak sekali berbagai jenis obat yang dikemas

BAB I PENDAHULUAN. sebagai obat. Sekarang ini banyak sekali berbagai jenis obat yang dikemas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali dijumpai berbagai jenis sirup, dari asam sampai yang paling manis. Sirup itu sendiri merupakan sediaan minuman cair berupa larutan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

7 Manfaat Daun Singkong

7 Manfaat Daun Singkong 7 Manfaat Daun Singkong Manfaat Daun Singkong Penduduk asli negara Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan pohon singkong. Pohon singkong merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak ditanam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak

BAB I PENDAHULUAN. komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia pada umumnya proses penggilingan padi secara komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak atau bekatul, yang selama ini sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan golongan antioksidan. Pigmen betalain sangat jarang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan golongan antioksidan. Pigmen betalain sangat jarang digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bit merupakan salah satu bahan pangan yang sangat bermanfaat. Salah satu manfaatnya adalah memberikan warna alami dalam pembuatan produk pangan. Pigmen yang terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk Indonesia. petani padi menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan bagi jutaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua itu sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sayur-sayuran berupa bagian dari tanaman

BAB I PENDAHULUAN. semua itu sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sayur-sayuran berupa bagian dari tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayur-mayur merupakan makanan yang sangat menyehatkan bagi tubuh karena memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan gizinya meliputi mineral, lemak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

Lebih terperinci