HERITABILIITAS KANDUNGAN PROTEIN PADA PADI GOGO DAN KORELASINYA DENGAN HASIL DAN KOMPONEN HASIL

Transkripsi

1 HERITABILIITAS KANDUNGAN PROTEIN PADA PADI GOGO DAN KORELASINYA DENGAN HASIL DAN KOMPONEN HASIL Oleh: Agus Riyanto, Dyah Susanti dan Totok Agung DH Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto ABSTRAK Pendugaan heritabilitas dna korelasi antar sifat menentukan keberhasilan seleksi. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui nilai heritabilitas arti luas sifat kandungan protein padi gogo pada lima lokasi tanam yang berbeda, dan 2) mengetahui korelasi antara sifat kandungan protein padi gogo dengan hasil dan komponen hasil. Percobaan dilakukan di lima lokasi tanam yaitu Bali, Cilacap Kulon progo, Lombok dan Sumbawa pada musim hujan tahun 2008/2009. Genotip yang digunakan berjumlah dua belas ( UNRAM 1E, UNRAM 4E, UNRAM 17E, UNRAM 9E,, UNSOED G10, UNSOED G19, UNSOED G39, UNSOED G136, B12644F-MR-2, B12498C-MR-1, Situ Patenggang, and Way Rarem). Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui nilai heritabilitas arti luas sifat kandungan protein dan korelasinya dengan komponen hasil dan hasil. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Nilai heritabilitas arti luas sifat kandungan protein dengan kiteria tinggi diperoleh di lokasi tanam Bali, Cilacap, Lombok dan Sumbawa; 2) Nilai heritabilitas arti luas sifat kandungan protein dengan kriteria rendah diperoleh di lokasi tanam Kulon Progo; 3) Sifat kandungan protein memiliki korelasi negatif dengan tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen dan jumlah gabah per malai; 4) Sifat kandungan protein berkorelasi positif dengan persentase gabah isi; dan 5) Sifat kandungan protein tidak berkorelasi dengan jumlah anakan produktif, bobot 1000 biji dan bobot gabah kering giling. Kata kunci: padi gogo, protein, heritabilitas, korelasi ABSTRACT Estimation of heritability and correlation between characters determine the success of selection. The research aimed 1) to find out heritability of upland rice protein content in fice locations, and 2) to determine correlation upland rice protein content with yielding component and yield. The experiment was carried out at five different locations i.e. Bali, Cilacap Kulon Progo, Lombok and Sumbawa, in rainy season of 2008/2009. Twelve genotypes (UNRAM 1E, UNRAM 4E, UNRAM 17E, UNRAM 9E,, UNSOED G10, UNSOED G19, UNSOED G39, UNSOED G136, B12644F-MR-2, B12498C-MR-1, Situ Patenggang, and Way Rarem) used in this research. The data obtained were analyzed by broad sense heritability and correlation coefficient. The results showed there 1) high broad sense heritability value of upland rice protein content was obtained in Bali, Cilacap, Lombok and Sumbawa; 2) low broad sense heritability value of upland rice protein content obtained in Kulon Progo; 3) plat height, flowering date, harvesting date and number of grains per panicle had negative correlation with upland rice protein content and; 4) positive correlation was obtained between upland rice protein content and percentage of filled grains per panicle; and 5) the number of productive tillers, onethousand-grain weight and grain yield had nothing correlation with upland rice protein content. Key words: upland rice, protein, heritability, correlation PENDAHULUAN Padi merupakan komoditas tanaman pangan penting di Indonesia. Peningkatan produksi padi selalu dikaitkan dengan ketahanan pangan nasional. Produksi padi tahun 2009 mencapai 64,40 juta ton, dengan produktivitas 4,9 ton/ha dan luas panen12,88 juta ha (Deptan, 2010). Sampai saat ini, padi sawah memberikan sumbangan terbesar pada produksi padi nasional. Padi sawah menyumbang 60,12 juta ton atau 93,35 persen dari produksi padi nasional. Di sisi lain, padi sawah mengalami banyak kendala. Peningkatan produksi padi lahan sawah terhambat oleh penyempitan lahan 1

2 akibat konversi ke penggunaan lain. Konversi lahan sawah menjadi non-sawah di Jawa dalam dua dekade tahun terakhir telah terjadi dengan cepat mencapai ratarata ha/tahun (Soedjana, 2005). Di sisi lain, pencucian lahan sawah produktif meningkat setiap tahunnya. Kesuburan tanah yang menurun, inefisiensi pemupukan terutama urea, ketidakpastian musim yang menyebabkan puso, kekeringan pada musim kemarau dan kebanjiran pada musim hujan, dan kehadiran organisme pengganggu tanaman juga menjadi masalah yang dihadapi padi sawah (Totok, 2008). Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan produksi padi pada sumber daya lahan lainnya. Sumber daya lahan lain yang dapat digunakan untuk peningkatan produksi padi adalah lahan kering. Indonesia memiliki lahan kering mencapai 55,6 juta ha (Soedjana, 2005) yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya padi gogo. Akan tetapi, potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini tercermin dari luas panen padi gogo yang masih rendah dibandingkan lahan sawah. Pada tahun 2009 luas lahan kering yang dimanfaatkan untuk padi gogo baru 1,10 juta ha dengan produksi 3,22 juta ton dan produktivitas 2,96 t/ha (Deptan, 2010). Kondisi ini menyebabkan sumbangan padi gogo terhadap produksi padi nasional hanya 5 persen, jauh di bawah sumbangan padi sawah. Luas padi gogo yang rendah disebabkan oleh produktivitas dan kualitas hasil yang rendah sehingga padi gogo kurang disukai petani. Salah satu upaya mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan melalui program pemuliaan tanaman untuk merakit kultivar unggul padi gogo. Pengembangan kultivar baru padi gogo meliputi peningkatan produktivitas padi, peningkatan kualitas padi dan peningkatan ketahanan penyakit pada padi (Bernier et al., 2008). Salah satu kualitas hasil yang perlu diperbaiki adalah kandungan protein padi gogo. Protein dari bahan pangan diperlukan oleh tubuh untuk penggantian senyawa yang hilang dari tubuh serta pembentukan dan pertumbuhan jaringan baru selama masa pertumbuhan (bayi, anak-anak dan remaja), selama masa hamil dan menyusui dan setelah sembuh dari sakit. Oleh karenanya kebutuhan protein harus terpenuhi. Kebutuhan protein dapat dipenuhi dengan protein hewani atau nabati. Protein hewani memiliki harga relatif dan sebagian besar petani padi adalah masyarakat pedesaan. Secara ekonomi mayoritas dari mereka memiliki daya beli yang lemah sehingga tidak mampu membeli protein hewani. Oleh karenanya peningkatan kandungan protein beras merupakan hal 2

3 penting yang harus dilakukan (Roxaz, et al., 1979; Shi, et al., 1999; Futakhuci, et al., 2008). Selain itu, beras merupakan sumber protein utama bagi masyarakat di Asia (Virmani, 1994). Sifat protein padi yang non-alergenik dan mudah dicerna dapat menggantikan protein yang berasal dari hewani. Padi mengandung lysine yang lebih tinggi dari kedelai, jagung atau sorgum (Janick, 2002). Disisi lain, padi berprotein tinggi akan mudah diproduksi dan harganya terjangkau oleh masyarakat. Namun demikian, rata-rata kandungan protein beras pada varietas yang sudah ada hanya pada kisaran 7% (Astawan, 2007). Penelitian tentang protein padi telah dilakukan seperti di Afrika (Futakuchi et al., 2008) India, di Amerika, serta di IRRI. Penelitian Roxas et al., (1979) menyatakan padi IR memiliki kandungan protein tinggi (11% ) dan IR32 memiliki kandungan protein rendah (7,1%). Fenomena heterosis dan heterobeltiosis sifat kandungan protein diperoleh pada persilangan padi indica (Virmani, 1994). Penelitian Shi et al., (2000) memperoleh hasil bahwa kandungan protein dikendalikan secara genetik, terdapat pengaruh maternal dan pengaruh sitoplasmik. Penelitian Mahmoud et al., (2008) menyebutkan adanya peningkatan kandungan protein padi hasil persilangan antara IR 64 dengan O. Nivara dan sifat kandungan protein tinggi dikendalikan oleh banyak gen (poligenik). Oleh karena itu, diperlukan perakitan padi gogo berprotein tinggi melalui program pemuliaan tanaman. Keberhasilan program pemuliaan tanaman sangat ditunjang oleh kemampuan pemulia dalam tahapan seleksi. Keberhasilan seleksi memerlukan informasi awal sebelum seleksi antara lain heritabilitas dan korelasi antar sifat. Heritabilitas merupakan penentu perbedaan suatu karakter disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan (Hanson, 1963). Heritabilitas dibedakan menjadi heritabilitas arti luas dan heritabilitas arti sempit Nasir, 1999). Heritabilitas suatu sifat dipengaruhi oleh populasi dan faktor lingkungan (Poespodarsono, 1988). Lingkungan yang beragam dapat mempengaruhi nilai heritabilitas. Penelitian tentang nilai heritabilitas kandungan protein pada padi telah dilaporkan oleh Shi et al., (1999) yang menyatakan bahwa nilai heritabilitas arti sempit sifat kandungan protein padi tergolong tinggi (85%).Penelitian ini dilakukan untuk menduga nilai heritabilitas sifat kandungan protein pada lima lokasi tanam yang berbeda. Korelasi berguna untuk mengetahui keeratan hubungan antar sifat pada suatu tanaman. Seleksi yang efektif memerlukan informasi korelasi antar sifat sehingga 3

4 seleksi suatu sifat atau lebih dapat dilakukan secara bersama-sama ( Welsh, 1933., Zen, 1995). Korelasi antara kandungan protein dan hasil telah dilaporkan oleh Watanabe, et al. (2006) yang menyatakan tidak ada korelasi antara kandungan protein dan hasil pada persilangan interspesifik padi. Namun demikian, Kataoka (1978) menyebutkan bahwa daya hasil yang rendah berasosiasi dengan kandungan protein yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan kajian Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui nilai heritabilitas arti luas sifat kandungan protein padi gogo pada lima lokasi tanam yang berbeda, dan 2) mengetahui korelasi antara sifat kandungan protein padi gogo dengan hasil dan komponen hasil. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Bali, Cilacap, Kulon Progo, Lombok dan Sumbawa. Kabupaten Banjarnegara. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Oktober 2008 sampai dengan Februari Bahan yang digunakan adalah sepuluh galur dengan latar belakang genetik yang beragam hasil program pemuliaan tanaman yang dilakukan oleh institusi yang berbeda-beda (Tabel 1). Situ Patenggang dan Way Rarem digunakan sebagai kultivar pembanding. Kedua kultivar ini telah dilepas sejak tahun 2002 oleh Kementerian Pertanian Indonesia. Rancangan percobaan yang digunakan pada setiap lokasi adalah rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan dan faktor tunggal. Faktor yang dicoba genotip, yaitu sepuluh genotip dan dua kultivar pembanding (Tabel 1). Tabel 1. Genotip padi gogo yang digunakan pada studi interaksi genotip x tahun di Kabupaten Banjarnegara. Genotip Asal UNRAM 1E Galur padi gogo berdaya hasil tinggi dan toleran kekeringan hasil pemuliaan dari Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Universitas Mataram, Mataram, Provinsi Nusa Tengggra Barat, Indonesia. UNRAM 4E UNRAM 17E UNRAM 9E UNSOED G10 UNSOED G19 UNSOED G39 UNSOED G136 B12498C-MR-1 B12644F-MR-2 Situ Patenggang Way Rarem Galur padi gogo berdaya hasil tinggi dan aromatik hasil pemuliaan dari Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Galur padi gogo berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit blast hasil pemuliaan dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kultivar pembanding untuk daya hasil tinggi dan aromatik, dilepas tahun Kultivar pembanding untuk daya hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit blast, dilepas tahun

5 Tabel 2. Analisis ragam dan pendugaan komponen ragam ISSN: Sumber variasi Derajat bebas Kuadrat tengah Komponen ragam Blok r-1 KTb 2 e +g 2 r Genotip g-1 KTg 2 e + r 2 g Galat (r-1)(g-1) KTe 2 e Variabel yang diamati adalah kandungan protein, tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur berbunga, umur panen, jumlah gabah total per malai, persentase gabah isi, bobot 1000 butir, dan bobot gabah kering giling. Pendugaan nilai heritabilitas arti luas kandungan protein padi gogo dilakukan menggunakan metode analisis komponen ragam ( Singh and Chaudary, 1979). Komponen ragam diperoleh berdasarkan analisis ragam (Tabel 1). Hasil pendugaan heritabilitas arti luas dikelompokkan sesuai dengan kriteria nilai heritabilitas arti luas menurut Haeruman, et al. (1990), s eperti tersaji pada Tabel 2. Nilai ragam genetik dan heritabilitas arti luas dihitung menggunakan rumus sebagai berikut. = = = + dimana: = ragam galat = ragam genetik = Heritabilitas arti luas Data kandungan protein, komponen hasil dan hasil dari lima lokasi tanaman digunakan dalam analisis korelasi antar sifat. Korelasi antar sifat dianalisis menggunankan program Minitab 14. Tabel 2. Kriteria nilai heritabilitas arti luas Nilai heritabilitas Kriteria H 0,3 Rendah 0,3 H 0,5 Agak rendah 0,5 H 0,7 Agak tinggi 0,7 H Tinggi HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai heritabilitas mencerminkan seberapa besar sumbangan faktor genetik terhadap penampilan suatu tanaman. Nilai duga heritabilitas kandungan protein menunjukkan kriteria tinggi di hampir semua lokasi tanam, kecuali di lokasi tanamn Kulon Progo (T abel 3). Kriteria heritabilitas yang tinggi di lokasi tanam Bali, Cilacap, Lombok dan Sumbawa menunjukkan bahwa peranan faktor genetik terhadap sifat kandungan protein sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa sifat kandungan protein dikendalikan secara kuat oleh faktor genetik sehingga akan diwariskan secara kuat kepada keturunannnya. Sifat yang memiliki nilai heritabilitas tinggi akan diwariskan kepada keturunannya secara kuat dan memberikan peluang besar terhadap usaha-usaha perbaikan genetiknya melalui seleksi 5

6 massa atau perakitan genotip-genotip baru (Sahaendi, 1991). Tabel 3. Nilai duga heritabilitas arti luas sifat kandungan protein padi gogo pada 5 lokasi tanam. Lokasi Nilai Duga Kriteria Tanam Heritabilitas Bali 0,762 Tinggi Cilacap 0,950 Tinggi Kulon Progo 0,017 Rendah Lombok 0,967 Tinggi Sumbawa 0,940 Tinggi Nilai heritabilitas yang tinggi di lokasi tanam Bali, Cilacap, Lombok, dan Sumbawa dapat diduga karena latar belakang genetik populasi yang beragam dan lokasi percobaan pada tiap-tiap lokasi yang relatif seragam dan. Genotip yang dicoba merupakan hasil program pemuliaan dari tiga instansi yang berbebeda sehingga memiliki latar belakang genetik tetua yang luas sehingga dapat menyumbang nilai heritabilitas yang tinggi. Latar belakang genetik tetua yang luas dapat berpengaruh terhadap besarnya ragam genetik dalam populasi tersebut (Fehr, 1987). Nilai heritabilitas di lokasi tanam Bali, Cilacap, Lombok, dan Sumbawa yang tinggi menunjukkan bahwa lingkungan mampu mendukung ekspresi sifat tersebut pada setiiap individu.. Seleksi suatu sifat akan berhasil jika dilakukan pada lingkungan yang mampu memberikan peluang yang sama bagi setiap individu tanaman untuk menunjukkan ekspresinya sehingga timbul suatu keragaman ( Zen, 1995). Oleh karenanya, seleksi sifat kandungan protein pada padi gogo dapat dilakukan pada lokasi tanaman Bali, Cilacap, Sumbawa dan Lombok. Nilai heritabilitas sifat kandungan protein yang rendah diperoleh pada pengujian di lokasi tanam Kulon Progo. Heritabilitas yang rendah menunjukkan faktor lingkungan lebih berperan dalam ekspresi sifat tersebut. Seleksi pada sifat dengan nilai heritabilitas rendah akan sulit dilakukan karena kemajuan seleksi yang diperoleh akan kecil (Jagau, et al., 1999) sehingga seleksi tidak efektif. Nilai heritabilitas sifat kandungan protein yang rendah di Kulon Progo menunjukkan bahwa lingkungan tumbuh tidak mendukung ekpresi sifat kandungan protein tipa individu, sehingga tidak memunculkan keragaman genetic populasi yang dicoba. Oleh karena itu, seleksi sifat kandungan protein padi gogo tidak dapat dilakukan di lokasi tanam Kulon Progo. Korelasi sederhana antara sifat kandungan protein padi gogo dengan komponen hasil dan hasil disajikan pada Tabel 4. Sifat kandungan protein memiliki korelasi negatif dan nyata dengan tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen dan jumlah gabah per malai. Hal ini menunjukkan bahwa seleksi pada sifat kandungan protein tinggi akan berpengaruh terhadap penurunan tinggi 6

7 tanaman, memperpendek umur berbunga, memperpendek umur panen dan menurunkan jumlah gabah per malai. Penurunan tinggi tanaman dan jumlah gabah per malai dapat merugikan ketika melakukan seleksi. Namun demikian, nilai korelasi yang rendah menunjukkan keeratan hubungan yang rendah sehingga diharapkan seleksi terhadap sifat kandungan protein tidak mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah gabah per malai. Seleksi terhadap sifat kandungan protein menyebabkan tanaman berumur genjah sehingga seleksi sifat kandungan protein, umur berbunga dan umur panen dapat dilakukan serentak. Tabel 4. Nilai korelasi sifat kandungan protein padi gogo dengan komponen hasil dan hasil. Peubah Nilai Korelasi Tinggi tanaman (cm) -0,273 ** Jumlah anakan produktif 0,140 tn Umur berbunga (HST) -0,223 ** Umur panen (HST) -0,244 ** Jumlah gabah per malai -0,160 * Persentase gabah isi (%) 0,308 ** Bobot 1000 biji (g) 0,125 tn Bobot gabah kering 0,001 tn giling (t/ha) Keterangan: tn = tidak berbeda nyata, * = berbeda nyata pada taraf 5%, ** = berbeda nyata pada taraf 1%, HST = hari setelah tanam. Korelasi positif dan nyata diperoleh pada sifat kandungan protein dan persentase gabah isi. Hal ini menunjukkan bahwa seleksi pada sifat kandungan protein diikuti dengan peningkatan persentase gabah isi. Oleh karena itu, seleksi terhadap kedua sifat ini dapat dilakukan secara bersama-sama. Sifat kandungan protein berkorelasi positif dan tidak nyata dengan jumlah anakan produktif, bobot 1000 biji dan bobot gabah kering giling. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Futakuchi, et al. (2008), yang menyatakan bahwa pada persilangan antara Oryza sativa dan Oryza glaberrima Steud. Sifat kandungan protein berkorelasi negatif dan nyata dengan bobot 1000 biji. Perbedaan ini diduga karena perbedaan populasi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan genotip hasil persilangan antara Oryza sativa dan Oryza sativa. Sifat kandungan protein dan bobot gabah kering giling. berkorelasi positif dan tidak nyata. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Watanabe, et al. (2006) yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara sifat kandungan protein dan daya hasil. Seleksi terhadap sifat yang tidak memiliki keeratan hubungan dapat dilakukan secara bersama-sama atau terpisah. Sifat kandungan protein yang berkorelasi positif dan tidak nyata dengan jumlah anakan produktif, bobot 1000 biji dan bobot gabah kering giling menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sifat kandungan protein dan ketiga komponen hasil dan hasil tersebut. Kondisi 7

8 ini menyebabkan seleksi terhadap sifat kandungan protein tidak akan berpengaruh terhadap jumlah anakan produktif, bobot 1000 biji dan bobot gabah kering giling. Oleh karennya, seleksi terhadap sifat kandungan protein dapat dilakukan bersama-sama atau secara terpisah dengan seleksi terhadap jumlah anakan produktif, bobot 1000 biji dan bobot gabah kering giling. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang dapat diambil sebagai berikut. 1. Nilai heritabilitas arti luas sifat kandungan protein dengan kiteria tinggi diperoleh di lokasi tanam Bali, Cilacap, Lombok dan Sumbawa. 2. Nilai heritabilitas arti luas sifat kandungan protein dengan kriteria rendah diperoleh di lokasi tanam Kulon Progo. 3. Sifat kandungan protein memiliki korelasi negatif dengan tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen dan jumlah gabah per malai. 4. Sifat kandungan protein berkorelasi positif dengan persentase gabah isi. 5. Sifat kandungan protein tidak berkorelasi dengan jumlah anakan produktif, bobot 1000 biji dan bobot gabah kering giling. Saran dapat dberikan berdasar penelitian ini sebagai berikut. 1. Seleksi sifat kandungan protein dapat dilaksanakan di lokasi tanam Bali, Cilacap, Lombok dan Sumbawa. 2. Seleksi terhadap sifat kandungan protein dapat dilakukan secara bersama-sama dengan, umur berbunga, umur panen, persentase gabah isi, jumlah anakan produktif, bobot 1000 biji dan bobot gabah kering giling. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Konsorsium Padi Nasional, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Kementerian Pertanian Indoensia, dan Direktorat Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional yang telah membiayai penelitian. DAFTAR PUSTAKA Astawan, M Beras Makanan Pokok Sumber Protein. (Online). Diakses tanggal 27 Januari Bernier, J., G. N. Atlin, R. Serraj, A. Kumar, and D. Spaner Review :Breeding Upland Rice for Drought Ressistance (Online). f6/review_breeding_upland_rice_fo r_drought_resistance.pdf Diakses 12 Oktober

9 Deptan, 2010 Basis Data Pertanian. Departemen Pertanian. (Online). il_kom.asp. diakses tanggal 7 Juli Fehr, W.R Principles of Cultivar Development Theory and Technique. McMillan Publ.Co. New York. Futakhuci, K., H. Watanabe, and M.P. Jones Relationship of Grain Protein Content to Other Grain Quality Traits in Interspecific Oryza sativa L., X Oryza glaberrima Steud. Progenies. Agricultura Journal 3(1): Haeruman, M., A. Baihaki., G. Satarri., T. Danakusuma., dan A.H. Permadi Variasi Genetik Sifat-sifat Tanaman Bawang Putih di Indonesia. Zuriat 1(1): Hanson, W.D Heritability. In Statistical Genetic and Plant Breeding. NAS-NRC Publ. 982: Jagau, Y., H. Aswidinnoor., S.H. Sutjahjo dan A. Makmur Aksi Gen dan Heritabilitas Efisiensi Nitrogen dalam Keadaan Cekaman Aluminium pada Dua Persilangan Padi Gogo. Zuriat 10(1): Kataoka, K Inheritance of Grain- Protein in Rice. Japan J. Breed., 28: Mahmoud A. S. Sukumar and H. B. Krishnan Interspecific Rice Hybrid of Oryza sativa Oryza nivara Reveals a Significant Increase in Seed Protein Content, J. Agric. Food Chem., 2008, 56 (2), Nasir, M Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Poespodarsono, S Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Roxas, B. V., Carmen L. I., dan B. O. Julaiano, Protein Quality of High-Protein and Low-Protein Milled Rice in Preschool Children. J. Nutr. 109: Sahaendi, H Keragaman Genetik dan Heritabilitas Beberapa Sifat Morfologi Eucalyptus urophylla S.T. Blake. Zuriat, 7(1): 1-9. Shi, C., Jun Z., Xiaoe Y., Yunggui Y. dan Jianguo W, Genetic analysis for protein content in indica rice. Euphytica 107: Shi, C. H., J. Zhu and Y. G. Yu Genotype x Environment Interaction Effect and Genotipic Correlation for Nutrient Quality Traits of Indica Rice ( Oryza sativa). Indian Journal of Agricultural Sciences 70(2): Singh RK, Chaudary BD Biometrical method in quantitative genetic analysis. New Delhi: Kalyani Pub. Soedjana, T.D Hasil Perumusan. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumber Daya Tanah Dan Iklim, Bogor September Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Totok, A.D.H Mutiara Yang Terlupakan (Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Padi Gogo Aromatik). Orasi Ilmiah. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Virmani, S. S., Monograph 22: Heterosis and Hybrid Rice Breeding. International Rice Research Institute, Manila. 206 hal. Watanabe, H., K. Futakuci, M.P. Jones and B.A. Sobambo Grain Protein Content of Interspecific Progenies Derived from The Cross of African Rice ( Oryza glaberrima Steud.) and Asian Rice ( Oryza sativa L.). Plant Prod. Sci. 9:

10 Welsh, J.R Fundamental of Plant Genetics and Breeding. John Wiley & Sons, Inc. Canada. Zen, S Heritabilitas, Korelasi Genotipik dan Fenotipik Karakter Padi Gogo. Zuriat, 6(1):