Gurdani Yogisutanti 1 1 Dosen PNS Kopertis IV dpk STIK Immanuel Bandung ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gurdani Yogisutanti 1 1 Dosen PNS Kopertis IV dpk STIK Immanuel Bandung ABSTRAK"

Transkripsi

1 1 PERSEPSI USAHA (PERCEIVED OF EXERTION) DAN SIKAP KERJA PERAWAT SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN PENANGANAN PASIEN (PATIENT HANDLING) DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG Gurdani Yogisutanti 1 1 Dosen PNS Kopertis IV dpk STIK Immanuel Bandung ABSTRAK Gangguan muskuloskeletal merupakan masalah penting dalam industri rumah sakit. Gangguan tersebut paling banyak diderita oleh perawat, karena perawat paling banyak melakukan kegiatan penanganan pasien (angkat, angkut dan reposisi). Dalam melakukan penanganan pasien, perawat sering melakukan dengan sikap kerja yang tidak tepat. Secara umum, perawat di rumah sakit mengalami gangguan muskuloskeletal karena sikap kerja yang tidak tepat. Hal tersebut disebabkan karena perawat belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai penanganan pasien (angkat, angkut dan reposisi) yang ergonomis. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi usaha dan sikap kerja sebelum dan sesudah pelatihan penanganan pasien (angkat, angkut dan reposisi). Metode penelitian menggunakan rancangan quasi experimental design yaitu one group pretestposttest design. Jumlah sampel sebanyak 32 orang perawat di RS Immanuel Bandung diberi intervensi berupa Pelatihan Penanganan Pasien. Instrumen yang digunakan adalah Rating of Perceived Exertion yang dikembangkan oleh BORG, dan untuk sikap kerja dilakukan dengan analisis kualitatif. Uji statistik yang digunakan adalah wilcoxon sign rank test dengan bantuan program SPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi usaha yang dirasakan perawat sebelum dan sesudah pelatihan penangan pasien. Sikap kerja perawat sebelum pelatihan tidak sesuai sikap kerja yang ergonomis, sedangkan setelah pelatihan sebagian besar dapat melakukan sesuai dengan sikap kerja yang ergonomis. Saran yang dapat direkomendasikan adalah pentingnya pelatihan penanganan pasien pada perawat, karena terbukti dengan pelatihan dapat menurunkan persepsi usaha dan merubah sikap kerja perawat yang kurang tepat menjadi sikap kerja yang ergonomis. Kata kunci: perawat; persepsi usaha; pelatihan penanganan pasien; ABSTRACT The health care industry has long recognized that musculoskeletal disorders is a major concern with respect to patient handling. Nurses handle patients more frequently than other health workers in hospital. These disorders are associated with incorrect manual patient handling, applying excessive forces during pushing or pulling and use of awkward postures during patient handling. Nurses in hospital never have a training in patient handling. Aims of this research are: to identify the difference between nurses perceived of exertion before and after patient handling training and nurses work posture. This research used quasi experiment design. The

2 2 participant is 32 nurses who attended a one time training in patient handling. Musculoskeletal symptoms were collected using Rating of Perceived Exertion by Borg. The Wilcoxon Sign Rank test was used to analyze the difference in prevalence of Perceived exertion before and after training. Qualitative analysis using pictures is used to identify nurses work postures. Result shows, Perceived of exertion before and after training are difference. Nurses work posture after training was better than before. Patient handling training could be applied to increase the knowledge and skill of nurses in the beginning of their work as an induction training and also continual training to maintain their skill in patient handling as showed that perceived of exertion after training is lower than before and also nurses work posture after training was better than before. Key words: nurses; perceived of exertion; patient handling training. PENDAHULUAN Gangguan muskuloskeletal merupakan masalah penting terutama dalam industri rumah sakit. Gangguan tersebut paling banyak diderita oleh perawat. Dengan adanya gangguan tersebut akan meningkatkan pengeluaran biaya oleh rumah sakit. Biaya yang dikeluarkan berupa biaya pengobatan perawat yang sakit maupun biaya yang hilang akibat perawat yang mangkir atau tidak masuk kerja karena menderita gangguan tersebut. 1,2 Perawat sering melakukan pekerjaan mengangkat, memindahkan atau memposisikan kembali pasien (moving, transfering and repositioning) dengan posisi lengan perawat yang tidak tepat dan sering kali membungkuk terlalu ke depan. Sikap badan tersebut dapat meningkatkan terjadinya gangguan muskuloskeletal. 3 Beberapa jenis aktivitas menangani pasien secara umum yang dilakukan perawat yaitu yang dapat menimbulkan keluhan muskuloskeletal: 1) mengangkat pasien di tempat tidur; 2) membantu pasien pindah dari dan ke tempat tidur; 3) merubah posisi tempat tidur; 4) mengangkat pasien dari tempat tidur ke brankar dan sebaliknya; 5) memindahkan peralatan medis atau perabot dengan berat lebih dari 15 kg; 6) membungkuk untuk mengangkat sesuatu dari lantai. 4 Gangguan muskuloskeletal adalah gangguan pada otot, sendi, tendon, ligamen, saraf, tulang dan sistem sirkulasi darah yang disebabkan intensitas beban kerja baik rendah maupun tinggi pada periode yang lama dan diperburuk akibat lingkungan pekerjaan. Gangguan tersebut disebabkan oleh pekerjaan berulang.

3 3 Gangguan tersebut umumnya terjadi pada punggung atas, leher, bahu, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. 5 Hasil studi pendahuluan pada perawat di Rumah Sakit Immanuel Bandung, didapatkan hasil bahwa perawat pernah mengalami gangguan muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal yang dialami oleh perawat ditandai dengan adanya nyeri. Nyeri yang terjadi karena beban kerja melebihi kapasitas bekerja maupun posisi kerja yang tidak ergonomis dalam menangani pasien terutama pada saat angkat, angkut dan pemindahan pasien selama bekerja. Hasil observasi menunjukkan bahwa sikap kerja perawat pada saat memindahkan pasien, kedua kaki perawat tidak ditekuk dan posisi tubuh terlalu membungkuk ke depan. Perawat juga belum mengetahui cara menangani pasien (angkat, angkut dan reposisi) secara ergonomis karena belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai sikap kerja yang baik dalam aktivitas menangani pasien. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti ingin melakukan suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh pelatihan kepada perawat mengenai sikap kerja yang ergonomis dalam menangani pasien untuk menurunkan keluhan muskuloskeletal pada perawat dengan alasan: 1) perawat belum pernah mendapatkan pelatihan tentang penanganan pasien yang ergonomis selama pendidikan maupun selama bekerja; 2) perawat harus mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaannya; 3) merupakan alternatif yang paling murah dibandingkan dengan alternatif yang lain, seperti merubah tinggi tempat tidur pasien untuk disesuaikan dengan kebutuhan perawat yang bervariasi. Pelatihan yang akan dilakukan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan perawat tentang gangguan muskuloskeletal yang dapat terjadi akibat kegiatan angkat, angkut pasien yang tidak benar. Selain itu perawat di rumah sakit diharapkan dapat meningkat keterampilan dalam angkat dan angkut pasien atau patient handling sehingga dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal yang terjadi. Keuntungan rumah sakit akan meningkat karena angka absensi perawat akan menurun karena keluhan muskuloskeletal pada perawat menurun sehingga produktivitasnya akan meningkat.

4 4 Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menurunkan keluhan muskuloskeletal pada perawat dengan pemberikan pelatihan penanganan pasien. Tujuan khususnya untuk mengetahui perbedaan persepsi usaha pada perawat sebelum dan sesudah pelatihan penanganan pasien dan sikap kerja perawat sebelum dan sesudah pelatihan penanganan pasien. Metode penelitian yang digunakan adalah intervensional atau eksperimental menggunakan quasi experimental design yaitu one group pretest-posttest design dengan rancangan penelitian yang hanya menggunakan satu kelompok subyek serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada subyek yang sama. Perbedaan kedua hasil pengukuran tersebut dianggap sebagai efek perlakuan. Variabel noneksperimental dan keadaan-keadaan yang mengganggu validitas dalam dan validitas luar tidak terkendali. 6 Populasi penelitian adalah seluruh perawat di RS Immanuel Bandung sejumlah 381 orang. Sampel penelitian jumlahnya telah ditentukan oleh Manajer Keperawatan RS Immanuel sebanyak 36 orang, dan selama penelitian sebanyak 4 orang responden keluar dari penelitian (drop out) karena alasan cuti sakit dan kontrak tidak diperpanjang. Variabel penelitian terdiri dari variabel terikat, variabel perlakuan dan noneksperimental. Variabel perlakuan atau variabel eksperimental adalah Pelatihan Penanganan Pasien pada perawat di RS Immanuel Bandung. Variabel terikatnya yaitu keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah pelatihan. Definisi operasional keluhan muskuloskeletal dan pelatihan penanganan pasien adalah sebagai berikut: a. Persepsi usaha adalah persepsi terhadap usaha atau tenaga yang digunakan untuk melakukan teknik penanganan pasien sebelum dan sesudah pelatihan. Pengukuran menggunakan Rating of Perceived Exertion (RPE) dari Borg (1990). Skala: Interval b. Pelatihan penanganan pasien (patient handling) adalah kegiatan belajar mengajar yang diberikan kepada perawat mengenai penanganan pasien dalam memindahkan, mengangkut maupun reposisi dengan gerakan yang disarankan yang meliputi pengetahuan tentang gangguan muskuloskeletal, faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, serta dilakukan praktik

5 5 untuk teknik angkat, angkut dan reposisi pasien. Evaluasi untuk pengetahuan sebelum dan sesudah teori dan evaluasi untuk persepsi usaha yang dilakukan sebelum dan sesudah materi praktik pelatihan penanganan pasien. Skala: Nominal Analisis dwivariat yang digunakan adalah wilcoxon sign rank test untuk menguji perbedaan persepsi usaha sebelum dan sesudah pelatihan penanganan pasien. Untuk menganalisis sikap kerja, dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan membandingkan antara siap kerja yang dilakukan perawat dengan sikap kerja ergonomis. Analisis menggunakan program SPS HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Pelatihan penanganan pasien pada perawat di Rumah Sakit Immanuel Pelatihan Penanganan Pasien pada Perawat di Rumah Sakit Immanuel Bandung dilaksanakan pada Hari Selasa, tanggal 26 Agustus 2008 mulai pukul sampai dengan pukul wib, bertempat di Ruang Agape Lantai IV Pusat Diagnostik Rumah Sakit Immanuel Bandung. Pelatihan diikuti oleh 36 orang perawat yang telah ditunjuk oleh Manajer Keperawatan RSI Bandung. Sasaran atau tujuan jangka panjang dari pelatihan penanganan pasien ini adalah untuk menurunkan keluhan muskuloskeletal pada perawat. Tujuan jangka pendek sesudah pelatihan adalah perawat dapat menerapkan ilmu dan keterampilan yang didapatkan dari pelatihan dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari sebagai perawat di RS Immanuel Bandung. Pelatih atau trainer dalam pelatihan penanganan pasien ini telah memenuhi persyaratan sebagai trainer yang baik, yaitu bahwa pelatih telah mendapatkan pelatihan khususnya berkaitan dengan penanganan pasien dan pada saat ini berprofesi sebagai pelatih penanganan pasien. Materi pengetahuan yang diberikan meliputi: 1) pengertian gangguan muskuloskeletal; 2) gejala-gejala gangguan muskuloskeletal; 3) faktor-faktor penyebab keluhan muskuloskeletal; 4) gangguan muskuloskeletal pada perawat;

6 6 5) jenis-jenis aktivitas penanganan pasien; 6) pengawasan penanganan pasien; 7) pelatihan penanganan pasien untuk perawat; serta 8) metode dan materi pelatihan penanganan pasien. Materi praktik yang diberikan dalam pelatihan penanganan pasien dirujuk dari teknik-teknik yang direkomendasikan dalam menangani pasien (Taylor et al., 1997). Dalam pelatihan ini materi yang diberikan berupa empat teknik menangani pasien yang paling sering digunakan di Rumah Sakit Immanuel Bandung, yaitu: 1) memposisikan pasien di tempat tidur pada posisi lateral; 2) memindahkan pasien ke bagian atas tempat tidur; 3) membantu pasien untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi roda; dan 4) memindahkan pasien dari tempat tidur ke brankar. Peralatan yang digunakan dalam pelatihan adalah: tempat tidur yang dapat diatur ketinggiannya, kursi roda dan brankar. Pasien untuk simulasi pelatihan diambil dari peserta. Untuk membedakan antara persepsi usaha sebelum dan sesudah pelatihan, pasien tidak berubah, artinya praktik sebelum materi pelatihan dan sesudah materi praktik adalah orang yang sama. Skor empirik persepsi usaha yang dilakukan sebelum pelatihan paling rendah 11 dan paling tinggi 17. Setelah pelatihan skor persepsi usaha menurun dengan skor terendah menjadi 9 dan skor tertinggi 13. Perbedaan persepsi usaha sebelum dan sesudah pelatihan penanganan pasien dapat dilihat dari rerata skor persepsi usaha sebelum pelatihan sebesar 13,938 dengan standar deviasi 1,243 dan skor persepsi usaha sesudah pelatihan menurun menjadi 11,656 dengan simpangan baku sebesar 1,066. Hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon Sign Ranks Test didapatkan nilai p sebesar 0,000. Nilai p lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa ada perbedaan persepsi usaha sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan penanganan pasien. Bila dilihat dari reratanya, ternyata rerata skor persepsi usaha sebelum pelatihan lebih tinggi dibandingkan sesudah pelatihan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pelatihan penanganan pasien terbukti sangat signifikan dalam menurunkan persepsi usaha yang digunakan untuk penanganan pasien. Artinya bahwa usaha yang dikeluarkan untuk mengangkat ataupun untuk menangani pasien sebelum

7 7 pelatihan lebih besar dibandingkan dengan usaha yang digunakan untuk penanganan pasien sesudah mendapatkan pelatihan. Pelatihan penanganan pasien dapat digunakan strategi untuk mengurangi sprain dan strain, persepsi usaha fisik dan mencegah gangguan muskuloskeletal pada perawat. 2. Sikap Kerja Perawat Sebelum dan Sesudah Pelatihan Hasil dokumentasi sikap kerja perawat sebelum dan sesudah mendapatkan materi pelatihan tentang penanganan pasien adalah sebagai berikut: a. Memposisikan pasien di tempat tidur (Lateral Position) Gambar 1. Posisi tubuh perawat terlalu membungkuk untuk menjangkau tubuh pasien. Posisi ini dapat menyebabkan keluhan pada punggung bawah. Gambar 2. Posisi perawat tidak terlalu membungkuk, karena kedua kaki fleksi, posisi ini dapat mencegah terjadinya keluhan pada punggung bawah. Sikap kerja perawat sebelum dan sesudah pelatihan, terlihat bahwa posisi tangan perawat sebelum pelatihan kurang tepat, dimana tangan perawat menjangkau pasien terlalu jauh dan posisi tubuh membungkuk karena jaraknya jauh. Jarak antara perawat dengan beban atau pasien semakin jauh akan semakin membutuhkan usaha yang lebih tinggi. Pengerahan tenaga yang berlebihan akan dapat menyebabkan peningkatan otot yang mengakibatkan edema atau goresan formasi jaringan. Peningkatan tekanan dapat mengakibatkan gangguan fungsi saraf dan dapat menyebabkan kelemahan otot.

8 8 b. Memindahkan pasien ke bagian atas tempat tidur Gambar 3.Perawat menggunakan satu tangan untuk memindahkan pasien, dan tidak ada kerja sama dari pasien. Hal ini dapat menyebabkan keluhan pada salah satu anggota tubuh dan usaha yang diperlukan lebih besar. Gambar 4. Perawat dan pasien bekerja sama untuk proses pemindahan, sehingga usaha yang diperlukan perawat menjadi lebih kecil. Posisi perawat pada gambar terlihat bahwa posisinya tidak sejajar dengan pasien, sehingga akan menyebabkan lebih banyak usaha yang dikeluarkan untuk memindahkan pasien. Posisi tubuh menjadi tidak seimbang, dan perawat menggunakan kekuatan tangan untuk membantu pasien mengangkat sehingga dapat menyebabkan nyeri pada tangan dan bahu. Penggunaan satu tangan kanan oleh perawat yang dapat menyebabkan keluhan pada salah satu sisi dari anggota tubuh, seperti tangan, lengan maupun bahu. Untuk sendi bahu, ketidaknyamanan tingkat tinggi dirasakan ketika lengan dielevasi berlawanan arah dari tubuh. Supinasi pada siku merupakan posisi yang paling melelahkan. Perawat dalam melakukan penanganan pasien menggunakan dua tangan. Pada saat melakukan penanganan pasien biasanya perawat berasa di sebelah kanan pasien, dan seluruh perawat tidak ada yang kidal sehingga semua kegiatan lebih utama menggunakan anggota badan sebelah kanan (right handed), sehingga keluhan pada anggota tubuh perawat lebih banyak yang sebelah kanan dibandingkan dengan anggota gerak sebelah kiri.

9 9 c. Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya Gambar 5. Perawat terlalu membungkuk untuk mengangkat pasien dari kursi roda. Gambar 6. Perawat memfleksikan kedua kakinya (bukan membungkuk) untuk mengangkat pasien dari kursi roda. Sikap kerja perawat yang paling sering terjadi pada saat melakukan penanganan pasien (angkat, angkut dan reposisi) adalah tidak memperhatikan posisi kaki dan tubuh. Posisi tubuh selalu dalam keadaan membungkuk dan kaki lurus tidak ditekuk. Kesalahan tersebut dialami hampir semua perawat sebelum mendapatkan pelatihan penanganan pasien. Gambar 7. Posisi perawat terlalu membungkuk untuk menjangkau pasien. Gambar 8. Perawat mempertahankan posisi kaki dan lutut untuk memindahkan pasien ke kursi roda. Posisi tubuh perawat sebelum pelatihan terlihat sangat membungkuk untuk mendekati pasien. Posisi ini sangat rawan menimbulkan keluhan pada punggung bawah, yang paling banyak diderita oleh perawat di rumah sakit. Punggung bawah adalah bagian tubuh yang berjarak paling jauh dari beban. Akibatnya gaya kompresi, gaya geseran dan moment membungkuk yang besar dapat terjadi, terutama pada sendi diskus antara

10 10 Lumbar 5 (L5) dan Sakral 1 (S1) yang merupakan segmen gerak tulang belakang yang paling jauh. d. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke brankar (tiga perawat) Gambar 9. Posisi pasien terlalu jauh dari perawat sehingga dapat menimbulkan strain pada perawat karena usaha yang diperlukan semakin besar pada tangan. Gambar 10. Posisi pasien dekat dengan perawat sehingga pusat gravitasi menjadi lebih dekat, sehingga dapat menurunkan strain yang mungkin terjadi. Pada saat tiga orang perawat memindahkan pasien dari tempat tidur ke brankar, posisi pasien seharusnya didekatkan ke tubuh perawat untuk mengurangi jarak beban. Bila beban terlalu jauh maka usaha yang dikeluarkan akan menjadi lebih tinggi. Selain itu posisi pasien dalam keadaan bahaya karena akan mudah jatuh bila tangan perawat tidak dapat menjangkau tubuh pasien. Pembahasan Perbedaan persepsi usaha sebelum dan sesudah pelatihan penanganan pasien dapat dilihat dari rerata skor persepsi usaha sebelum pelatihan sebesar 13,938 dengan standar deviasi 1,243 dan skor persepsi usaha sesudah pelatihan menurun menjadi 11,656 dengan simpangan baku sebesar 1,066. Hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon Sign Ranks Test didapatkan nilai p sebesar 0,000. Nilai p lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa ada perbedaan persepsi usaha sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan penanganan pasien. Bila dilihat dari reratanya, ternyata rerata skor persepsi usaha sebelum pelatihan lebih tinggi dibandingkan sesudah pelatihan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pelatihan penanganan pasien terbukti sangat signifikan dalam menurunkan persepsi usaha yang digunakan untuk penanganan pasien.

11 11 Artinya bahwa usaha yang dikeluarkan untuk mengangkat ataupun untuk menangani pasien sebelum pelatihan lebih besar dibandingkan dengan usaha yang digunakan untuk penanganan pasien sesudah mendapatkan pelatihan. Pelatihan penanganan pasien dapat digunakan strategi untuk mengurangi sprain dan strain, persepsi usaha fisik dan mencegah gangguan muskuloskeletal pada perawat. Responden yang selalu menggunakan teknik dan metode penanganan pasien yang diberikan pada saat pelatihan hanya dilakukan oleh 40,6% responden sedangkan yang menggunakan teknik tersebut kadang-kadang sebanyak 59,4% dengan alasan diantaranya karena pada saat bertugas tenaga perawat yang bertugas kurang sehingga kegiatan angkat, angkut maupun reposisi pasien yang seharusnya dilakukan bersama orang lain dilakukan sendiri. Selain itu juga karena rekan yang bertugas kadang masih sibuk dengan pekerjaan lain sehingga teknik yang seharusnya diterapkan tidak dapat dilaksanakan. Kadang-kadang dalam menangani pasien, perawat dibantu juga oleh anggota keluarga pasien yang tidak mengetahui cara mengangkat, mengangkut dan reposisi pasien dengan benar. Dari 32 orang responden yang telah mengikuti pelatihan, ternyata 28,1% tidak menangani pasien sendiri dan 71,9% kadang-kadang menangani pasien sendiri. Selain itu, responden kadang tidak menggunakan teknik yang direkomendasikan karena dalam keadaan panik atau dalam keadaan terburu-buru sehingga lupa. Responden yang selalu menerapkan teknik yang telah dilatihkan sebanyak 13 orang (40,6%) dan sisanya 19 orang (59,4%) kadang-kadang melakukan teknik yang telah dilatihkan. Agar pelaksanaan teknik penanganan pasien sesuai dengan yang direkomendasikan harus ada pengawasan dari kepala ruang perawatan ataupun adanya pembiasaan dari perawat itu untuk menerapkan penanganan pasien yang benar, sehingga dalam keadaan yang mendesak atau gawat pun dapat menerapkan teknik tersebut dengan baik. Terjadinya keluhan muskuloskeletal pada perawat di Rumah Sakit Immanuel karena sikap tubuh perawat yang tidak sesuai dengan sikap tubuh yang direkomendasikan. Keluhan pada punggung bawah dapat terjadi karena

12 12 perawat pada saat memindahkan pasien posisi kedua kaki lurus dan tidak ditekuk sehingga beban tertumpu pada punggung bawah dan dapat menyebabkan low back pain. Pada gambar dapat dilihat bahwa sikap tubuh perawat pada saat menangani pasien kedua kaki tidak ditekuk dan badan terlalu membungkuk ke depan. Sikap kerja membungkuk merupakan salah satu sikap yang tidak nyaman. Posisi lengan yang tidak tepat juga akan dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal pada perawat. Sikap ini juga dapat menyebabkan keluhan nyeri pada punggung bawah bila dilakukan secara berulang dan periode cukup lama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan penanganan pasien tidak terbukti dapat menurunkan keluhan pada punggung bawah. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa masih ada perawat yang belum melakukan penanganan pasien atau belum menerapkan keterampilan yang diperolehnya selama pelatihan sesuai dengan yang telah dilatihkan. Tujuan akhir dari pelatihan agar dapat membantu perawat untuk meningkatkan keterampilan dan kinerja agar mampu memberikan pelayanan yang aman, efektif dan berkualitas. Selain sikap tubuh perawat yang tidak tepat, tinggi brankar dengan perawat juga tidak sesuai. Postur tubuh perawat kadang lebih kecil daripada pasien, sehingga dalam hal pengangkatan maupun pemindahan pasien disarankan agar tidak melakukan penanganan pasien sendirian, karena perawat akan semakin berisiko untuk mendapatkan cedera otot maupun keluhan muskuloskeletal. Perawat sebaiknya tidak perlu berusaha untuk memindahkan pasien bila tidak diperlukan sekali ataupun kalau bisa diusahakan menggunakan peralatan yang dapat membantu mengurangi beban yang akan diterimanya. Sikap kerja yang benar dengan menerapkan teknik pengangkatan maupun pemindahan yang benar dapat meminimalkan beban yang harus diterima, misalnya dengan mendekatkan antara beban dengan orang yang akan melakukan pengangkatan. Untuk dapat melakukan sikap kerja yang benar perawat perlu mendapatkan palatihan yang kontinyu agar menjadi kebiasaan dalam melakukan kegiatan penanganan pasien.

13 13 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap 32 orang responden, kesimpulan yang dapat diambil adalah: Terdapat perbedaan persepsi usaha pada perawat saat melakukan penanganan pasien. Persepsi usaha sesudah pelatihan lebih rendah dibandingkan sebelum pelatihan. Sikap kerja perawat setelah pelatihan sudah sesuai dengan sikap kerja ergonomis, sedangkan sebelum pelatihan masih banyak kesalahan posisi perawat dalam penanganan pasien. Saran Saran yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian adalah: perawat sebaiknya menerapkan metode yang telah direkomendasikan agar dapat mencegah terjadinya keluhan muskuloskeletal. Bagi Rumah Sakit Immanuel, pelatihan tentang penanganan pasien kepada semua perawat terutama pada saat awal bekerja (induction training) agar tidak terjadi gangguan muskuloskeletal karena kesalahan dalam penanganan pasien, membuat kebijakan yang berkaitan dengan penanganan pasien seperti: a no lift policy, atau kebijakan bahwa untuk memindahkan pasien minimal harus 2 orang perawat dan sesuai dengan aturan penanganan pasien yang disarankan (contoh: menurut Taylor, et al., 1997), memberikan pelatihan terusmenerus mengenai penanganan pasien yang ergonomis supaya pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki oleh perawat tidak cepat hilang. DAFTAR PUSTAKA 1 Setyawati, L Patient Safety dan Penyakit Akibat Kerja, Disampaikan pada Pelatihan K3 bagi Paramedis RS Tegalyoso, 25 Juni, Klaten. 2 Maniadakins N, Gray A The Economic Burden of Back Pain in The UK. Pain 2000; 84: Nelson, A State of The Science in Patient Care Ergonomies: Lesson Learned and Gaps in Knowledge. Presented March 5, 2003, Third Annual Safe Patient Handling and Movement Conference: Clearwater Beach, FL. 4 Yip, Yin. Bing A Study Of Work Stress, Patient Handling Activities And The Risk of Low Back Pain Among Nurses In Hongkong, Journal of Advanced Nursing 36(6), Introduction to Work-Related Musculoskeletal Disorders diakses pada tanggal 8 Maret Pratiknya, Ahmad Watik, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Grafindo Persada, Jakarta. 7 Hadi, Sutrisno, Seri Program Statistik (SPS) Versi 2005, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

PENGARUH PELATIHAN PATIENT HANDLING TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT KERJA

PENGARUH PELATIHAN PATIENT HANDLING TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT KERJA PENGARUH PELATIHAN PATIENT HANDLING TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT KERJA Suhardi, Afrianti Wahyu W, Sri Suwarni Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Fisioterapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai suatu lingkungan kerja yang terdiri dari berbagai bagian dan sub bagian, dimana antara bagian tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing namun

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah penyedia layanan jasa yang harus sadar akan pentingnya kualitas pelayanan terhadap pasien sebagai konsumen. Salah satu yang berperan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung upaya penyelenggaraan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR Iwan Suryadi 1, Siti Rachmawati 2 1,2 Program Studi D3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA Christia E. Malonda 1), Paul A.T Kawatu 1), Diana Vanda Doda 1) 1) Fakultas

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi mengenai analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University Correlation Between Working Period and Working Position with the Incidence of Low Back Pain (LBP) in Cleaning Workers of Onion Shell at Unit Dagang Bawang Lanang Iringmulyo Metro City Putri AS, Saftarina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesesuaian hubungan antara sistem manusia-alat dalam dunia industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesesuaian hubungan antara sistem manusia-alat dalam dunia industri dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesesuaian hubungan antara sistem manusia-alat dalam dunia industri dapat diupayakan melalui perancangan fasilitas dan peralatan seergonomis mungkin, serta proses otomatisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas dalam mempengaruhi populasi manusia. Pada

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK Nama : Dimas Harriadi Prabowo NPM : 32411114 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR Dewi Mulyati 1 Vera Viena 2 Irhamni 3 dan Baharuddinsyah 4 1 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga Kesehatan berperan dalam menentukan pembangunan kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang berfokus pada pengabdian kepada kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manual material handling atau penanganan material secara manual masih menjadi sebagian besar aktivitas yang ada di dunia industri seperti aktivitas pengangkatan,

Lebih terperinci

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR Keluhan muskuloskeletal merupakan salah satu permasalahan umum yang dialami penjahit dalam menjalankan pekerjaannya. Keluhan muskuloskeletal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lebih dari seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, seharusnya diberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Rumah Sakit. Pelayanan keperawatan tersebut haruslah memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk. pada perawat sebesar 45,8% dengan rasa nyeri yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk. pada perawat sebesar 45,8% dengan rasa nyeri yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri biasanya terjadi bersama dengan proses penyakit dan merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan, pemeriksaan diagnostik dan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Umur Responden Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki kontribusi yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back pain pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di dunia sudah maju dan segala sesuatunya sudah otomatis, tetapi penggunaan tenaga manusia secara manual masih belum bisa dihindari secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter)

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter) Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter) Sriyanto, ST., MT., Widhi Adwitya S. P. Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai spesifikasi dalam hal sumber daya manusia, sarana prasarana dan peralatan yang dipakai. Menurut American

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara

BAB I PENDAHULUAN. negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri garmen merupakan salah satu industri penting bagi beberapa negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara keseluruhan, termasuk

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama : Umur/Tanggal Lahir : Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian.

Lebih terperinci

LEMBARPENGESAHAN. Ir. MT. Ir. KaIsum M.Kes Anggota

LEMBARPENGESAHAN. Ir. MT. Ir. KaIsum M.Kes Anggota LEMBARPENGESAHAN JuduI Tesis Nama Mahasiswa Nomor Induk Mahasiswa Program Studi UPAYA PENCEGAHAN DAMPAK MENGANGKATTERHADAP PEKERJA Dr UNIT PENGANTONGAN PUPUK PT. PUSRI BELAWANMEDAN SYAMSUL GULTOM 047010017

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri pada masa kini telah berada pada masa perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya perusahaan ataupun industri-industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia kerja, seorang atau sekelompok pekerja dapat berisiko mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan. Salah

Lebih terperinci

Abstract. Abstrak. Pendahuluan. Hikmah, et al.postur Kerja Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Manual Material Handling pada...

Abstract. Abstrak. Pendahuluan. Hikmah, et al.postur Kerja Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Manual Material Handling pada... Postur Kerja Sebelum dan Sesudah Pelatihan Safety Tentang Manual Material Handling pada Pekerja Depo Air Minum (Studi Kasus di Kecamatan Sumbersari Jember) Work Posture Before and After Safety Training

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade Area (AFTA) semakin pesat. Hal ini membuat persaingan antara industri besar, industri menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan penggunaan mesin dengan berbasis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi

Lebih terperinci

SIKAP DUDUK ERGONOMIS MENGURANGI NYERI PUNGGUNG BAWAH NON SPESIFIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

SIKAP DUDUK ERGONOMIS MENGURANGI NYERI PUNGGUNG BAWAH NON SPESIFIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA SKRIPSI SIKAP DUDUK ERGONOMIS MENGURANGI NYERI PUNGGUNG BAWAH NON SPESIFIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA LUH GEDE AYU SRI NADI WAHYUNI KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Ergonomi Nurmianto (2003 : 1) mengatakan istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam dan juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesepuluh penyebab terjadinya kesakitan dan kematian. Faktor pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. kesepuluh penyebab terjadinya kesakitan dan kematian. Faktor pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2002 WHO menempatkan risiko pekerjaan pada urutan kesepuluh penyebab terjadinya kesakitan dan kematian. Faktor pekerjaan dilaporkan berkontribusi pada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah serius dikalangan rumah sakit, khususnya pada bagian keperawatan. Penyebab utama dari risiko MSDs yang dirasakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk EVALUASI RESIKO POSTUR KERJA DI UMKM GERABAH MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST Indah Pratiwi 1*, Purnomo 2, Rini Dharmastiti 3, Lientje Setyowati 4 1 Mahasiswi Program Doktor Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

Hubungan Antara Keergonomisan Meja dan Kursi dengan Kinerja Petugas di Tempat Pendaftaran Pasien RS PKU Aisyiyah Boyolali

Hubungan Antara Keergonomisan Meja dan Kursi dengan Kinerja Petugas di Tempat Pendaftaran Pasien RS PKU Aisyiyah Boyolali Hubungan Antara Keergonomisan Meja dan Kursi dengan Kinerja Petugas di Tempat Pendaftaran Pasien RS PKU Aisyiyah Boyolali Nabilatul Fanny Akademi Perekam Medik dan Informatika Kesehatan (APIKES) Citra

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Alfian Destha Joanda *1) dan Bambang Suhardi *2) 1,2) Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan manusia

Lebih terperinci

PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO PADA SAAT MELAKAKUKAN PEKERJAAN DENGAN METODE MANUAL TASKS RISK ASSESSMENT

PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO PADA SAAT MELAKAKUKAN PEKERJAAN DENGAN METODE MANUAL TASKS RISK ASSESSMENT PENILAIAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO PADA SAAT MELAKAKUKAN PEKERJAAN DENGAN METODE MANUAL TASKS RISK ASSESSMENT Risma Adelina Simanjuntak 1 1 Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta risma_stak@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot skeletal yang disebabkan karena tubuh menerima beban statis, atau bekerja pada postur janggal secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI Ade Putri Kinanthi 1, Nur Azizah Rahmadani 2, Rahmaniyah Dwi Astuti 3 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Gambaran Aktivitas Pekerjaan Butik LaMode merupakan usaha sektor informal yang dikelola oleh pemilik usahanya sendiri. Butik pada umumnya menerima jahitan berupa kebaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga manusia dalam proses produksinya, terutama pada kegiatan Manual Material Handling (MMH). Aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang memproduksi berbagai jenis minuman yang terbuat dari teh, mulai dari teh botol sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh dan ditujukan kepada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisien,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI) TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI) (Studi Kasus: Pabrik Roti CV. Aji Kurnia, Boyolali) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan produksi di bidang manufaktur maupun jasa sering dijumpai stasiun kerja yang tidak ergonomis dikarenakan tidak sesuainya antropometri pekerja dengan fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat kerja. Lingkungan tempat kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mendukung perkembangan perekonomian kota Medan, pemerintah menyediakan kawasan-kawasan industri dengan manajemen terpadu. Kebijakan pengembangan sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Data Produksi Tahun Sumber : PT.Karya Kita. Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT.

I.1 Latar Belakang. Gambar I.1 Data Produksi Tahun Sumber : PT.Karya Kita. Gambar I.2 Alur Proses Produksi PT. Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Karya Kita merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri percetakan. Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1970, dan terletak di Jalan Pasir

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN Journal Industrial Manufacturing Vol. 3, No. 1, Januari 2018, pp. 51-56 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) diselenggarakan di sebuah ruang kuliah berukuran 17 x 8 meter,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang bidang kesehatan terdiri atas upaya pokok di bidang kesehatan yang dituangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam SKN disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan unsur terpenting dalam perusahaan untuk meningkatkan produksi perusahaan, di samping itu tenaga kerja sangat beresiko mengalami masalah kesehatan.

Lebih terperinci

KAJIAN PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN METODE OWAS (OVAKO WORKING POSTURE ANALYSIS SYSTEM) (Studi Kasus di Pabrik Roti Cimpago Putih)

KAJIAN PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN METODE OWAS (OVAKO WORKING POSTURE ANALYSIS SYSTEM) (Studi Kasus di Pabrik Roti Cimpago Putih) Jurnal Sains dan Teknologi Vol 17 no 2, Desember 2017 KAJIAN PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN METODE OWAS (OVAKO WORKING POSTURE ANALYSIS SYSTEM) (Studi Kasus di Pabrik Roti Cimpago Putih) Meldia Fitri 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perkuliahan memiliki berbagai macam sistem yang disesuaikan dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di Universitas Udayana sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kerja bagi tubuh dalam aspek ergonomi (Windi, Rasmidar Samad 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kerja bagi tubuh dalam aspek ergonomi (Windi, Rasmidar Samad 2015). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat melaksanakan profesi sehari-hari dokter gigi melakukan perawatan yang memerlukan ketelitian di area perawatan yang relatif kecil, yaitu daerah mulut, sehingga

Lebih terperinci

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia 36 BAB V HASIL 5. 1 Profil PT Soraya Intercine Films PT Soraya Intercine Flims merupakan rumah produksi yang didirikan pada tahun 1982. Aktivitas bisnis dari perusahaan ini antara lain adalah: 1. Memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam melaksanakan pekerjaannya seseorang dapat saja terkena gangguan atau cidera. Disadari

Lebih terperinci

Edukasi ergonomi menurunkan keluhan muskuloskeletal dan memperbaiki konsistensi postur tubuh pada mahasiswa PSPDG Universitas Udayana

Edukasi ergonomi menurunkan keluhan muskuloskeletal dan memperbaiki konsistensi postur tubuh pada mahasiswa PSPDG Universitas Udayana Edukasi ergonomi menurunkan keluhan muskuloskeletal dan memperbaiki konsistensi postur tubuh pada mahasiswa PSPDG Universitas Udayana Luh Nila Agusdianti 1, Putu Lestari Sudirman 2, I Made Muliarta 3 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena tenaga kerja merupakan pelaku dan tujuan pembangunan. Sesuai dengan peranan tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas, dari pencemaran lingkungan, sehingga

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM KERJA PROSES EVAKUASI YANG DILAKUKAN PETUGAS PARAMEDIS AMBULANS MENGGUNAKAN VIRTUAL ENVIRONMENT MODELING

PERBAIKAN SISTEM KERJA PROSES EVAKUASI YANG DILAKUKAN PETUGAS PARAMEDIS AMBULANS MENGGUNAKAN VIRTUAL ENVIRONMENT MODELING MAKARA, KESEHATAN, VOL. 14, NO. 2, DESEMBER 2010: 89-94 PERBAIKAN SISTEM KERJA PROSES EVAKUASI YANG DILAKUKAN PETUGAS PARAMEDIS AMBULANS MENGGUNAKAN VIRTUAL ENVIRONMENT MODELING Erlinda Muslim *), Boy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian terhadap proses pekerjaan finishing yang terdiri dari pemeriksaan kain, pembungkusan kain, dan pengepakan (mengangkat kain) ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja (PAK) menurut OSHA (Occupational Safety & Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal dikarenakan oleh pekerjaan yang disebabkan

Lebih terperinci

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa ANALISIS POSTUR KERJA PADA INDUSTRI GERABAH Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI, FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA, Jln.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN TINGKAT KELUHAN SUBYEKTIF MUSKULOSKELETAL PADA PENJAGA PINTU TOL TEMBALANG SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN TINGKAT KELUHAN SUBYEKTIF MUSKULOSKELETAL PADA PENJAGA PINTU TOL TEMBALANG SEMARANG HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN TINGKAT KELUHAN SUBYEKTIF MUSKULOSKELETAL PADA PENJAGA PINTU TOL TEMBALANG SEMARANG Dhandy Dwi Yustica, Suroto, Ekawati Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan sehari-hari keluhan LBP dapat menyerang semua orang, baik jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat kerja merupakan suatu tempat yang dapat menciptakan interaksi antara manusia dengan alat-alat, mesin dan bahan dengan objek pekerjaan yang bertujuan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini semua proses pekerjaan tidak terlepas dari posisi duduk, mulai dari orang kecil seperti murid sekolah sampai orang dewasa dengan pekerjaan yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengkajian hubungan manusia dengan lingkungan kerja sebenarnya sudah lama dilakukan oleh manusia, tetapi pengembangannya yang lebih mendalam baru dilakukan setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tekstil merupakan salah satu sektor andalan industri di Indonesia dalam pertumbuhan perekonomian Nasional. Garmen merupakan bagian yang memberikan sumbangan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG Adlina Rahmadini Adzhani, Ekawati, Siswi Jayanti Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keperawatan (FKIK) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGEPAKAN DI PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGEPAKAN DI PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PENGEPAKAN DI PT. DJITOE INDONESIA TOBAKO ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya BIOMEKANIKA Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya Biomekanika Biomekanika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan

Lebih terperinci

93 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014

93 Jurnal Rekayasa Sistem & Industri Volume 1, Nomor 1, Juli 2014 USULAN PERBAIKAN UKURAN MEJA PEWARNAAN DI STASIUN KERJA PEWARNAAN BATIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (STUDI KASUS RUMAH BATIK KOMAR) 1 Rama Abdurrafi Mutaqi, 2 Rino Andias Anugraha,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi industri diikuti dengan risiko bahaya kesehatan akibat tidak adanya keseimbangan interaksi antara manusia dengan peralatan, lingkungan dan mesin

Lebih terperinci

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI Joice Sari Tampubolon 1, I Putu Gede Adiatmika 2 1. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap iritasi. Bahkan 10% dari semua orang akan mengalami nyeri leher dalam 1 bulan. Potensi pembangkit

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR KERJA PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS

TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR KERJA PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR KERJA PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS (CTDs) DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST (QEC) SERTA USULAN PERBAIKAN KERJANYA (Studi Kasus : PT. Makmur Alam Sentosa

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci