BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan (Stok) Persediaan adalah stok yang akan digunakan pada masa yang akan datang (Bronson et al., 1997, p259). Persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang dalam proses dan perakitan, dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu (Elsayed, 1994, p. 63). Berikut ini adalah beberapa definisi lain dari persediaan: 1. Persediaan adalah sejumlah komoditas dari sebuah perusahaan yang disimpan untuk beberapa waktu untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang (Daniel Sipper dan Robert L. Bulfin, JR., p. 206). 2. Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi (Sofjan Asauri, 1993, p. 176). 3. Persediaan adalah stok yang akan digunakan pada masa yang akan datang (Bronson et al., 1997, p259). 4. Persediaan adalah barang atau secara umum dapat diartikan sebagai sumber daya yang sedang tidak dipakai, yang memiliki nilai ekonomis (Spencer B. Smith, 1989, p. 108).

2 8 Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus diisi. Sistem persediaan memegang peranan penting, dimana untuk mengetahui transaksi keluar masuknya barang, serta meneliti persediaan yang ada. Dengan adanya sistem persediaan, diharapkan tidak ada barang yang tersimpan terlalu lama di dalam gudang, atau pembelian material yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Persediaan sendiri besarnya meliputi 1/3 dari total investasi, dan dikategorikan sebagai modal kerja yang berbentuk barang. Dalam perusahaan, banyak divisi perusahaan yang terlibat, diantaranya adalah divisi finansial, produksi, purchasing, dan marketing, dan masing-masing divisi memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai persediaan : - Divisi finansial menginginkan jumlah persediaan yang sedikit untuk menghemat holding cost. - Divisi produksi menginginkan biaya produksi serendah mungkin, dan produksi sebuah jenis barang secara besar-besaran untuk menghemat waktu. - Divisi purchasing menginginkan pembelian dalam jumlah besar untuk mendapatkan potongan harga. - Divisi marketing menginginkan stok barang jadi dalam jumlah banyak untuk menghindari stockout. Stockout biasanya muncul pada persediaan yang mahal dan holding cost tinggi (misalnya : dealer mobil). Karena itulah dibutuhkan sistem persediaan untuk dapat menjembatani keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda tersebut.

3 9 Dalam masalah persediaan atau stok, ada terkait beberapa macam biaya sebagai berikut: - Purchasing cost: biaya yang timbul akibat pembelian barang. Biaya ini dipengaruhi oleh besarnya jumlah barang yang dipesan dan juga harga satuan dari barang yang dipesan. - Ordering cost: biaya yang dikeluarkan untuk membawa barang dari luar ke dalam perusahaan. Biaya ini meliputi beberapa biaya, yaitu biaya untuk menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan lain sebagainya. Biaya ini diasumsikan konstan untuk setiap kali pesan. - Holding cost: biaya yang dikeluarkan untuk melakukan penyimpanan barang. Ada beberapa macam biaya yang termasuk di dalam holding cost ini, yaitu biaya memiliki persediaan (modal), biaya gedung (biaya ini merupakan biaya sewa gedung jika perusahaan tidak memiliki ruang gudang sendiri atau merupakan nilai depresiasi jika perusahaan memiliki gudang sendiri), biaya asuransi, biaya kerusakan dan penyusutan (jika barang disimpan pasti akan mengalami kerusakan maupun penyusutan), bunga, upah buruh, biaya administrasi dan pemindahan. - Set-up cost : biaya untuk mempersiapkan mesin atau proses produksi untuk membuat suatu pesanan, atau biaya-biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian pada saat bahan/barang diproses. Secara prinsip, set-up cost adalah order cost pada saat bahan telah/sedang diproses. Pada banyak kasus, set-up cost

4 10 sangat berkorelasi dengan set-up time (set-up time dapat dieliminasi dengan inovasi mesin dan perbaikan standard bahan baku). - Biaya kekurangan persediaan: biaya ini muncul jika perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhannya untuk melakukan produksi maupun untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam hal ini peusahaan akan kehilangan kesempatan untuk dapat memproduksi barang maupun untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan barang kepada konsumen. Ada beberapa faktor untuk biaya kekurangan persediaan ini, yaitu kuantitas yang tidak dapat terpenuhi, waktu pemenuhan, dan biaya pengadaan darurat. 2.2 Alasan Memiliki Persediaan Alasan diadakannya persediaan berkaitan dengan pelayanan terhadap konsumen sekaligus meminimalkan biaya-biaya yang diakibatkan apabila tidak memiliki persediaan. Kegunaan dari sistem persediaan antara lain : - Memenuhi permintaan tepat pada waktunya. - Penyelarasan antara produksi dan distribusi. - Meningkatkan fleksibilitas produksi dan menjaga mesin agar tetap bekerja. - Produksi terus berjalan dengan adanya persediaan bahan mentah. - Mendapat kepastian tersedianya barang. - Antisipasi terhadap perubahan harga dan inflasi. - Meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan. - Mengurangi biaya transportasi.

5 11 - Mengantisipasi aksi pemogokan kerja buruh, bencana alam, dan keterlambatan pengiriman. - Pemanfaatan potongan harga bila melakukan pemesanan dalam jumlah banyak (quantity discount). Quantity discount seringkali diberikan oleh penjual kepada pembeli jika membeli dalam jumlah tertentu yang cukup besar. Pesanan pembelian optimal dapat dipengaruhi oleh adanya kebijakan quantity discount ini. 2.3 Jenis-jenis Persediaan Persediaan dapat digolongkan ke dalam dua bentuk, yaitu berdasarkan fungsi dan berdasarkan proses produksi Persediaan Berdasarkan Fungsi Jenis persediaan berdasarkan fungsi yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut (Richard J. Tersine, p. 7-8): 1. Working Stock (Cycle atau Lot Size Stock) Working Stock adalah persediaan yang akan digunakan dan telah disimpan sebelum digunakan, agar pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk sejumlah lot yang diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan untuk meminimalisasikan biaya pemesanan dan penyimpanan, dan mendapatkan potongan harga. Secara umum, jumlah rata-rata persediaan yang dihasilkan dari ukuran lot yang dimiliki suatu perusahaan membentuk persediaan aktif perusahaan tersebut.

6 12 2. Anticipation Stock (Seasonal atau Stabilization Stock) Anticipation Stock adalah persediaan yang digunakan untuk menangani permintaan musiman yang memuncak, keperluan sampingan (promosi, pemogokan buruh). Persediaan ini disimpan atau diproduksi sebelum digunakan, dan berkurang selama permintaan puncak, dengan harapan agar tingkat produksi rata-rata tetap tercapai, dan jumlah tenaga kerja tetap stabil. 3. Safety Stock (Buffer atau Fluctuation Stock) Safety Stock adalah persediaan yang disimpan untuk mengantisipasi kemungkinan supply dan demand yang naik turun. Setelah persediaan berkurang, selama menunggu persediaan penuh kembali, Safety Stock berfungsi sebagai persediaan darurat Persediaan Berdasarkan Proses Produksi Jenis persediaan berdasarkan proses produksi dilihat dari jenis serta posisi barang tersebut dalam proses pembuatan produk (Sofjan Asauri, p ), yaitu sebagai berikut : 1. Persediaan bahan baku (raw materials) Persediaan bahan baku adalah persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Barang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam, ataupun dibeli dari pemasok atau perusahaan yang memproduksi barang tersebut.

7 13 2. Persediaan komponen (component part) Persediaan komponen adalah persediaan yang terdiri dari komponen-komponen yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat langsung dirakit tanpa melalui proses produksi sebelumnya. 3. Persediaan barang setengah jadi (work in process) Persediaan barang setengah jadi adalah persediaan barang-barang yang keluar dari bagian-bagian dalam sebuah pabrik, atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, namun masih harus diproses untuk dapat dijual sebagai barang jadi. 4. Persediaan bahan-bahan pembantu Persediaan bahan-bahan pembantu adalah persediaan barang atau bahan yang diperlukan untuk mendukung proses produksi atau digunakan dalam aktivitas perusahaan, namun bukan merupakan bagian dari barang jadi. 5. Persediaan barang jadi (finished goods) Persediaan barang jadi adalah persediaan yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik, dan siap untuk dijual. 2.4 Properti Persediaan Secara umum, sistem persediaan selalu berkaitan dengan hal-hal berikut sebelum pada akhirnya sampai pada penentuan jumlah pesanan yang tepat dengan biaya total yang optimal (Richard J.Tersine, p ).

8 14 1. Permintaan (demand) a. Demand size adalah ukuran skala magnitude dari permintaan, yang dibedakan antara konstan dengan variabel, dan deterministic dengan probabilistic (diskrit dengan kontinu) b. Demand rate adalah ukuran permintaan per satuan waktu. c. Demand pattern mengacu pada berapa banyak barang yang dikeluarkan dari persediaan. 2. Waktu tunggu (lead time) Waktu tunggu adalah tenggang waktu yang diperlukan antara pemesanan bahan baku sampai dengan kedatangan bahan baku tersebut. Waktu tunggu ini dapat bernilai konstan maupun probabilistic (Elsayed A.Elsayed and Thomas O.Boucher, p )). 3. Pemesanan kembali (replenishment) a. Replenishment size mengacu pada kuantitas atau sejumlah barang yang akan diterima masuk ke dalam persediaan. Ukurannya dapat bernilai konstan atau variabel tergantung dari tipe sistem persediaan yang digunakan. b. Replenishment pattern mengacu pada bagaimana sejumlah unit tertentu ditambahkan ke dalam persediaan. c. Replenishment lead time adalah tenggang waktu antara pemesanan sejumlah item dan penambahan item tersebut ke dalam persediaan.

9 15 4. Persediaan cadangan (Safety Stock) Persediaan cadangan adalah persediaan yang diadakan untuk mencegah terjadinya kekosongan persediaan ketika kondisi atau situasi permintaan sedang tidak pasti, atau ketika terjadi keterlambatan penerimaan bahan-bahan baku. Terdapat beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan ini, antara lain penggunaan bahan baku rata-rata selama periode tertentu sebelum barang pesanan tiba, waktu tunggu yang bervariasi. 2.5 Komposisi Biaya Persediaan Metode-metode pengendalian persediaan selalu mengarah pada minimalisasi biaya sebagai suatu kriteria optimalisasi agar keuntungan yang diperoleh maksimal. Biaya-biaya yang umumnya berperan dalam persediaan yaitu: 1. Biaya pembelian (purchase cost) Biaya pembelian merupakan biaya untuk membeli atau memproduksi satuan barang persediaan. Biaya ini konstan dan oleh sebab itu tidak dipertimbangkan dan dapat dihilangkan dari perhitungan total cost (Roger G.Schroeder, p. 58). 2. Biaya pemesanan atau persiapan (order atau set-up cost) Biaya pemesanan adalah biaya yang timbul setiap kali pemesanan dilakukan untuk mengisi kembali persediaan barang yang ada. Saat pemesanan dilakukan, muncul beberapa biaya yang berkaitan dengan pemrosesan, persiapan, pengiriman, penanganan, dan pembelian sejumlah item yang dipesan (Vollman, Berry, and Whybark, p. 694). Biaya pemesanan ini terdiri dari (Ronald H.Ballou, p ):

10 16 a. Biaya manufacturing atau harga dari produk untuk beragam ukuran pesanan. b. Biaya persiapan proses produksi c. Biaya pemrosesan pesanan oleh departemen keuangan dan pembelian. d. Biaya pengiriman pesanan. e. Biaya pendistribusian apabila biaya transportasi tidak dimasukkan ke dalam harga pembelian. f. Biaya penanganan pesanan selama perjalanan ke lokasi pemesan. 3. Biaya penyimpanan (holding cost) Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang diperlukan berkenaan dengan diadakannya persediaan, dan meliputi seluruh pengeluaran yang diakibatkan oleh persediaan tersebut (Sofjan Asauri, p. 224). Komposisi biaya ini antara lain (Ronald H.Ballou, p ): a. Biaya pergudangan (space cost) yang meliputi biaya sewa gudang, biaya pemeliharaan dan penanganan barang, dan biaya administrasi gudang. b. Bunga atas modal yang diinvestasikan dalam persediaan (capital cost), meliputi 80% dari total biaya penyimpanan. Hal ini disebabkan karena persediaan merupakan campuran antara aset jangka pendek dan jangka panjang, dan jangkauan biaya bunga mulai dari nilai bunga bank sampai opportunity cost of capital. c. Biaya pelayanan persediaan (inventory service cost), termasuk di dalamnya biaya pencegahan kerusakan bahan baku, pencurian, maupun penurunan nilai barang.

11 17 4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost) Biaya kekurangan persediaan disebut juga shortage cost, yaitu biaya yang dikenakan jika tidak terdapat persediaan yang cukup untuk memenuhi permintaan berlebih yang datang pada waktu tertentu (Richard J.Tersine, p. 14), yaitu: a. Biaya kehilangan penjualan (lost sales cost), timbul apabila pelanggan dihadapkan pada situasi kekosongan barang lalu memutuskan untuk membatalakan pesanan atas barang tersebut. b. Biaya pemesanan kembali (back order cost), timbul apabila pelanggan bersedia menunggu pesanannya terpenuhi, meskipun rencana penjualannya harus diundur. Biaya ini akan menambah ongkos pemrosesan order, transportasi, dan penanganan material. 2.6 Lot Sizing Lot Sizing adalah proses menentukan ukuran pesanan. Pemesanan ini harus tersedia di awal periode produksi. Terdapat banyak alternatif untuk menghitung ukuran lot. Beberapa teknik diarahkan untuk menyembangkan set-up cost dan holding cost. Ada juga yang bersifat sederhana dengan menguunakan konsep jumlah atau periode pemesanan yang tetap. Berdasarkan pengambilan keputusan persediaan berdasarkan kuantitas (quantity decision), Lot Sizing dibagi menjadi dua:

12 18 Gambar 2.1 Model Lot Sizing 1. Static Lot Sizing Models atau SLS (Model Ukuran Pemesanan Statis) Static Lot Sizing Models merupakan model yang digunakan untuk permintaan yang tetap selama periode waktu yang direncanakan. 2. Dynamic Lot Sizing Models atau DLS (Model Ukuran Pemesanan Dinamis) Dynamic Lot Sizing Models merupakan model yang digunakan untuk permintaan yang berubah-ubah selama periode waktu yang direncanakan. Diasumsikan permintaan diketahui dengan pasti dan biasa disebut dengan lumpy demand Static Lot Sizing Models Static Lot Sizing Models dapat dikategorikan menjadi empat model, yaitu : 1. Fixed Order Quantity (FOQ) FOQ merupakan pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan tetap karena keterbatasan akan fasilitas.

13 19 2. Economic Order Quantity (EOQ) EOQ merupakan pendekatan menggunakan konsep minimasi ongkos simpan dan ongkos pesan. Ukuran lot tetap berdasarkan hitungan minimasi tersebut. 3. Economic Production Quantity (EPQ) EPQ merupakan pengembangan dari EOQ. Perbedaannya dengan EOQ adalah EPQ berasumsi bahwa pemesanan diterima secara bertahap meningkat selama proses produksi. 4. Resource Constraints Resource Constraints merepresentasikan kombinasi dari barang dan jasa yang dapat dibeli oleh konsumen Dynamic Lot Sizing Models Dynamic Lot Sizing dapat dibagi menjadi 3 macam menurut cara penyelesaian masalah atau rules, yaitu: Gambar 2.2 Model Dynamic Lot Sizing

14 20 1. Simple Rules Simple Rules adalah aturan keputusan kuantitas pemesanan yang tidak didasarkan langsung pada optimalisasi fungsi biaya. Termasuk di dalam Simple Rules adalah: a. Fixed Periode Requirement (FPR) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan periode tetap, dimana pesanan dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu saja. b. Period Order Quantity (POQ) : Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh metode EOQ. c. Lot for Lot (LFL) : Pendekatan menggunakan konsep atas dasar pesanan diskrit dengan pertimbangan minimasi dari ongkos simpan, jumlah yang dipesan sama dengan jumlah yang dibutuhkan. 2. Heuristic Rules Heuristic Rules bertujuan mencapai solusi biaya rendah namun tidak harus optimal. a. Least Unit Cost (LUC) : Pendekatan menggunakan konsep pemesanan dengan ongkos unit terkecil, dimana jumlah pemesanan ataupun interval pemesanan dapat bervariasi. b. Part Period Balancing (PPB) : Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot ditetapkan bila ongkos simpannya sama atau mendekati ongkos pesannya.

15 21 c. Silver Meal (SM) : Menitik beratkan pada ukuran lot yang harus dapat meminimumkan ongkos total per-perioda. d. Least Total Cost (LTC) : Pendekatan menggunakan konsep ongkos total akan diminimalisasikan apabila untuk setiap lot dalam suatu horison perencanaan hampir sama besarnya. 3. Optimum Rules Optimum Rules bertujuan mencapai solusi biaya rendah yang juga optimum. Termasuk didalamnya adalah Metode Wagner Whitin (WW). WW merupakan pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan prosedur optimasi program linear, bersifat matematis. Fokus utama dalam penyelesaian masalah ini adalah melakukan minimalisasi penggabungan ongkos total dari set-up cost dan holding cost dan berusaha agar totalnya mendekati nilai yang sama untuk kuantitas pemesanan yang dilakukan. 2.7 Peramalan (Forecasting) Peramalan adalah suatu metode untuk memprediksi keadaan masa depan. Dalam kasus ini, yang diprediksi adalah keadaan permintaan pada masa depan yang akan mempengaruhi keadaan stok barang yang dimiliki. Ada 3 metode peramalan, yaitu: 1. Metode kualitatif, yang menggunakan opini dari sang ahli untuk meramalkan masa depan. 2. Metode kausal, yang menghubungkan variabel yang akan diramalkan dengan variabel lainnya.

16 22 3. Metode rangkaian waktu, yang berusaha meramalkan masa depan dari kejadian pada masa lampau. Ada lima prinsip mengenai peramalan, yaitu: 1. Hasil peramalan mengandung error 2. Error peramalan harus jelas 3. Peramalan untuk jumlah yang besar lebih akurat dibandingkan dengan peramalan untuk jumlah kecil. 4. Peramalan lebih akurat untuk jangka waktu yang lebih pendek dibanding dengan jangka waktu yang lebih panjang. 5. Jika memungkinkan, perhitungan permintaan lebih baik daripada meramalkannya. Dalam skripsi ini, untuk melakukan peramalan data permintaan yang akan terjadi pada masa mendatang dilakukan dengan metode Trend Analysis. Metode ini dapat mengatasi adanya keadaan permintaan yang bersifat periodik. Rumus untuk melakukan peramalan dengan metode Trend Analysis ini adalah sebagai berikut: y = ( a + bx) + MR month y = nilai hasil peramalan pada periode selanjutnya. (a + bx) = nilai dari least square dengan x sebagai periode yang mau diramalkan nilainya. MR month = nilai mean residual pada bulan yang bersesuaian dengan periode bulan yang akan diramalkan nilainya.

17 Metode Wagner - Whitin Metode Wagner-Whitin ditemukan pada tahun 1958 oleh Wagner dan Whitin. Metode ini merupakan pengembangan dari Dynamic Programming yang ditemukan oleh Richard Bellman pada tahun Metode Wagner-Whitin sering digunakan dalam pengenalan Dynamic Programming. Kelebihan dari Metode Wagner-Whitin antara lain memiliki solusi optimal yang terjamin untuk problem statis. Wagner-Whitin dimulai dari model deterministik, dengan jumlah permintaan diketahui per periodenya, biaya pemesanan yang fluktuatif, dan stok barang dari satu periode ke periode berikutnya. Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan prosedur optimasi program linear, bersifat matematis. Fokus utama dalam penyelesaian masalah ini adalah melakukan minimasi penggabungan ongkos total dari ongkos pesan dan ongkos simpan dan berusaha agar kedua ongkos tersebut tersebut mendekati nilai yang sama untuk kuantitas pemesanan yang dilakukan. Berikut ini adalah langkah-langkah Wagner-Whitin, yang disertai dengan contoh soal. Tabel 2.1 Data Permintaan j Dt At Ht

18 24 j menunjukkan periode, yang dapat berupa hari, minggu, atau bulan. Pada soal ini, j merupakan periode dalam satuan bulan. Dt menunjukkan jumlah permintaan pada periode tersebut. At menunjukkan setup cost, pada soal di atas merupakan nilai dalam satuan dollar. Ht menunjukkan holding cost, pada soal di atas merupakan nilai dalam satuan dollar. Langkah 1: Z * 1 j * 1 = A = 1 1 = 100 Karena ini merupakan data pertama, periode optimal adalah periode 1. Langkah 2: Z j * 2 * 2 A1 + h1 D2, produce in 1 = min * Z1 + A2, produce in (50) = 150 = min = 200 = 150 = 1 Periode 1 masih yang terkecil, jadi permintaan barang periode 2 akan dipesan pada periode 1.

19 25 Langkah 3: Z * 3 j * 3 A1 + h1 D2 + ( h1 + h2 ) D3, produce in 1 * = min Z1 + A2 + h2d3, produce in 2 * Z2 + A3, produce in (50) + (1 + 1)10 = 170 = min (1)10 = = 250 = 170 = 1 Periode 1 masih yang terkecil, jadi permintaan barang periode 2 dan 3 akan dipesan pada periode 1. Langkah 4: Z j * 4 * 4 A1 + h1 D2 + ( h1 + h2 ) D3 + ( h1 + h2 + h3 ) D4, produce in 1 * Z1 + A2 + h2 D3 + ( h2 + h3 ) D4, produce in 2 = min * Z 2 + A3 + h3d4, produce in 3 * Z 3 + A4, produce in (50) + (1 + 1)10 + ( )50 = (1)10 + (1 + 1)50 = 310 = min (1)50 = = 270 = 270 = 4 Periode 4 yang terkecil, jadi permintaan barang periode 4 akan dipesan pada periode ini..

20 Alat Bantu Perancangan State Transition Diagram (STD) State Transition Diagram merupakan salah satu cara untuk menggambarkan jalannya suatu proses. STD ini terdiri dari input/kondisi, state proses, output/aksi yang terjadi dan perubahan statenya. Komponen dasar STD antara lain: Gambar 2.3 Komponen Dasar State Transition Diagram State menunjukkan satu atau lebih kegiatan atau keadaan atau atribut yang menjelaskan bagian tertentu dari proses. Anak panah berarah, menunjukkan perubahan state yang disebabkan oleh input tertentu (state X ke state Y). Input atau kondisi merupakan suatu kejadian pada lingkungan eksternal yang dapat dideteksi oleh sistem misal sinyal, interupsi atau data. Hal ini menyebabkan perubahan dari satu state ke state yang lainnya atau dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya.

21 27 Output atau aksi merupakan hal yang dilakukan oleh sistem jika terjadi perubahan state atau merupakan reaksi terhadap kondisi. Aksi dapat menghasilkan output, tampilan pesan pada layar, kalkulasi atau kegiatan lannya Pseudocode Pseudocode berasal dari kata pseudo dan code. Pseudocode memiliki beberapa definisi, antara lain: 1. Pseudocode adalah deskripsi yang informal dan padat dari sebuah algoritma pemrograman komputer yang menggunakan aturan struktural dari bahasa pemrograman, tetapi menghilangkan detail-detail seperti subrutin, deklarasi variabel atau syntax bahasa pemrograman tertentu. 2. Pseudocode adalah kode atau tanda yang menyerupai atau merupakan penjelasan cara menyelesaikan suatu masalah. Bahasa pemrograman dalam hal ini digabungkan dengan penjelasan detail dalam bahasa natural agar terlihat lebih umum. Pseudocode bukanlah skeleton program atau dummy code yang masih dapat di-compile tanpa error. Salah satu bentuk pseudocode adalah flowchart. Dalam penulisannya, pseudocode pun memiliki beberapa aturan, yaitu: 1. Statement program ditulis dengan bahasa yang sederhana 2. Instruksi ditulis per baris. 3. Tiap modul diberi spasi untuk memudahkan pembaca. 4. Huruf untuk penulisan pseudocode dibedakan 5. Batasi jumlah baris pada tiap modul

22 Teori Perancangan Program Perangkat lunak merupakan data elektronik yang disimpan sedemikian rupa oleh komputer itu sendiri. Data yang disimpan ini dapat berupa program atau instuksi yang akan dijalankan oleh perintah, maupun catatan-catatan yang diperlukan oleh komputer untuk menjalankan perintah yang didapatnya. Perangkat lunak memiliki banyak definisi, sebagian diantaranya adalah sebagai berikut: a. Instruksi-instruksi (program komputer) yang jika dijalankan akan memberikan fungsi dan unjuk kerja yang diinginkan. b. Kumpulan beberapa perintah yang dieksekusi oleh mesin komputer dalam menjalankan pekerjannya. c. Struktur data yang membuat program mampu memanipulasi suatu informasi. d. Dokumen-dokumen yang menjelaskan operasi dan pemakaian suatu program. Perangkat lunak memiliki perbedaan dengan perangkat keras. Perangkat lunak merupakan suatu elemen sistem yang bersifat logis bukan bersifat fisik dan tidak berbentuk secara nyata. Perangkat lunak memiliki beberapa karakteristik, sebagai berikut. a. Perangkat lunak dikembangkan dan direkayasa, bukan dirakit seperti perangkat keras. Ada persamaan antara pengembangan perangkat lunak dan produksi perangkat keras, namun kedua aktivitas itu pada dasarnya memiliki perbedaan satu sama lainnya.

23 29 b. Perangkat lunak tidak rusak, berbeda dengan perangkat keras. Perangkat keras dapat menjadi rusak karena terkena pengaruh lingkungan dan perangkat keras yang rusak tersebut dapat digantikan dengan yang baru atau diperbaiki. Sedangkan, pada perangkat lunak jika terjadi kegagalan fungsi maka dapat diperbaiki. Oleh karena itu, pemeliharaan perangkat lunak menjadi lebih rumit daripada pemeliharaan perangkat keras. c. Perangkat lunak dibuat mulai dari komponen terkecil kemudian digabungkan sehingga membentuk suatu fungsi tertentu. Berbeda dengan perangkat lunak yang dirakit dari komponen yang sudah ada. Perancangan perangkat lunak adalah penetapan dan penggunaan prinsip-prinsip perancangan untuk mendapatkan perangkat lunak yang ekonomis, handal dan bekerja secara efisien pada mesin yang sesungguhnya (Pressman, 2005, p53). Rekayasa Perangkat Lunak adalah suatu pendekatan aplikasi yang sistematis, disiplin dan mampu mengukur dalam pengembangan, pengoperasian dan pemeliharaan perangkat lunak. Menurut Pressman, Rekayasa Perangkat Lunak adalah teknologi yang berlayer. Layer-layer tersebut terdiri dari empat elemen yang mampu untuk mengontrol proses pengembangan perangkat lunak sebagai berikut. a. A quality focus Setiap pendekatan teknik harus berdasarkan pada kualitas yang menjadi komitmen suatu organisasi. Hal mendasar yang mendukung suatu teknik perangkat lunak adalah quality focus.

24 30 b. Proses (Process) Merupakan fondasi dari teknik perangkat lunak yang merupakan perekat yang memegang layer-layer teknologi bersama-sama dan mampu secara rasional dan dari waktu ke waktu mengembangkan perangkat lunak komputer. Proses didefinisikan sebagai urutan di dalam metode yang akan digunakan. c. Metode-metode (methods) Menyediakan cara-cara teknis membangun perangkat lunak. Pada metode ini halhal yang perlu diperhatikan: 1) Komunikasi 2) Analisis sistem yang diperlukan. 3) Desain model. 4) Konstruksi program. 5) Pengujian. 6) Pendukung untuk proses dan metode Model Waterfall Nama model ini sebenarnya adalah Linear Sequential Model. Model ini sering disebut dengan classic life cycle atau model waterfall. Model ini adalah model yang muncul pertama kali yaitu sekitar tahun 1970 sehingga sering dianggap kuno, tetapi merupakan model yang paling banyak dipakai didalam Software Engineering (SE). Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level kebutuhan sistem lalu menuju ke tahap analisis, desain, coding, testing/verification, dan maintenance. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus

25 31 menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan. Sebagai contoh, tahap desain harus menunggu selesainya tahap sebelumnya yaitu tahap requirement. Secara umum tahapan pada model waterfall dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.4 Model Waterfall Gambar di atas adalah tahapan umum dari model proses ini. Akan tetapi Roger S. Pressman memecah model ini menjadi 6 tahapan meskipun secara garis besar sama dengan tahapan-tahapan model waterfall pada umumnya. Berikut adalah penjelasan dari tahap-tahap yang dilakukan di dalam model ini menurut Pressman: 1. Rekayasa dan pemodelan sistem Karena sistem merupakan bagian dari sebuah sistem yang lebih besar, pemodelan ini dimulai dengan membangun syarat dari semua elemen sistem dan mengalokasikan beberapa subset dari kebutuhan ke software tersebut. Pandangan sistem ini penting ketika software harus berhubungan dengan elemen-elemen yang lain seperti software, hardware, manusia, dan database. Rekayasa dan

26 32 pemodelan sistem menyangkut pengumpulan kebutuhan pada tingkat sistem dengan sejumlah kecil analisis serta desain tingkat puncak. Tahap ini sering disebut dengan Project Definition. 2. Analisis kebutuhan software Proses pengumpulan kebutuhan diintensifkan dan difokuskan, khususnya pada software. Untuk memahami sifat dari program yang dibuat, maka software engineer harus memahami domain informasi software tersebut, misalnya fungsi yang dibutuhkan, tingkah laku, unjuk kerja, dan user interface. Kebutuhan baik untuk sistem maupun software didokumentasikan dan ditunjukkan kepada pelanggan. 3. Desain Proses ini digunakan untuk mengubah kebutuhan-kebutuhan diatas menjadi representasi ke dalam bentuk blueprint software sebelum coding dimulai. Desain software sebenarnya adalah proses multi langkah yang berfokus pada empat atribut sebuah program yang berbeda, struktur data, arsitektur software, representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural. Desain harus dapat mengimplementasikan kebutuhan yang telah disebutkan pada tahap sebelumnya. Proses desain menterjemahkan syarat/kebutuhan ke dalam sebuah representasi software yang dapat diperkirakan demi kualitas sebelum dimulai pemunculan kode. Sebagaimana 2 aktivitas sebelumnya, desain didokumentasikan dan menjadi bagian dari konfigurasi software. 4. Generasi kode

27 33 Untuk dapat dimengerti oleh mesin, dalam hal ini adalah komputer, maka desain tadi harus diubah bentuknya menjadi bentuk yang dapat dimengerti oleh mesin, yaitu ke dalam bahasa pemrograman melalui proses coding.. Tahap ini merupakan implementasi dari tahap desain yang secara teknis nantinya dikerjakan oleh programmer. 5. Pengujian Setelah program dibuat, pengujian program dimulai. Proses pengujian berfokus pada logika internal software, memastikan bahwa semua pernyataan sudah diuji, dan pada eksternal fungsional, yaitu mengarahkan pengujian untuk menemukan kesalahan kesalahan dan memastikan bahwa input yang dibatasi akan memberikan hasil aktual yang sesuai dengan hasil yang diinginkan. Semua fungsi-fungsi software harus diujicobakan, agar software bebas dari error, dan hasilnya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang sudah didefinisikan sebelumnya. 6. Pemeliharaan Pemeliharaan suatu software diperlukan, termasuk di dalamnya adalah pengembangan, karena software yang dibuat tidak selamanya tetap seperti itu. Ketika dijalankan mungkin saja masih ada error kecil yang tidak ditemukan sebelumnya, atau ada penambahan fitur-fitur yang belum ada pada software tersebut. Software dapat mengalami perubahan setelah disampaikan kepada pelanggan (perkecualian yang mungkin adalah software yang dilekatkan), karena software harus disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan perubahan di dalam lingkungan eksternalnya (contohnya perubahan yang dibutuhkan sebagai

28 34 akibat dari perangkat peripheral atau sistem operasi yang baru), atau karena pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional atau unjuk kerja. Pengembangan diperlukan ketika adanya perubahan dari eksternal perusahaan seperti ketika ada pergantian sistem operasi, atau perangkat lainnya. Pemeliharaan software mengaplikasikan lagi setiap fase program sebelumnya dan tidak membuat yang baru lagi. Model ini sangat popular karena pengaplikasiannya mudah. Selain itu, ketika semua kebutuhan sistem dapat didefinisikan secara utuh, eksplisit, dan benar di awal project, maka System Engineer dapat berjalan dengan baik dan tanpa masalah. Meskipun seringkali kebutuhan sistem tidak dapat didefinisikan seeksplisit yang diinginkan, tetapi paling tidak, problem pada kebutuhan sistem di awal project lebih ekonomis dalam hal uang (lebih murah), usaha, dan waktu yang terbuang lebih sedikit jika dibandingkan problem yang muncul pada tahap-tahap selanjutnya. Meskipun demikian, karena model ini melakukan pendekatan secara urut / sequential, maka ketika suatu tahap terhambat, tahap selanjutnya tidak dapat dikerjakan dengan baik dan itu menjadi salah satu kekurangan dari model ini. Selain itu, ada beberapa kekurangan pengaplikasian model ini, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Ketika problem muncul, maka proses berhenti, karena tidak dapat menuju ke tahapan selanjutnya. Bahkan jika kemungkinan problem tersebut muncul akibat kesalahan dari tahapan sebelumnya, maka proses harus membenahi tahapan sebelumnya agar problem ini tidak muncul. Hal - hal seperti ini yang dapat membuang waktu pengerjaan System Engineer.

29 35 2. Karena pendekatannya secara sequential, maka setiap tahap harus menunggu hasil dari tahap sebelumnya. Hal itu tentu membuang waktu yang cukup lama, artinya bagian lain tidak dapat mengerjakan hal lain selain hanya menunggu hasil dari tahap sebelumnya. Oleh karena itu, seringkali model ini berlangsung lama pengerjaannya. 3. Pada setiap tahap proses tentunya dipekerjakan sesuai spesialisasinya masingmasing. Oleh karena itu, ketika tahap tersebut sudah tidak dikerjakan, maka sumber dayanya juga tidak terpakai lagi. Oleh karena itu, seringkali pada model proses ini dibutuhkan seseorang yang multi - skilled, sehingga minimal dapat membantu pengerjaan untuk tahapan berikutnya. Pengembang sering melakukan penundan yang tidak perlu. Sifat alami dari siklus kehidupan klasik membawa kepada blocking state di mana banyak anggota tim proyek harus menunggu tim yang lain untuk melengkapi tugas yang saling memiliki ketergantungan. Blocking state cenderung menjadi lebih lazim pada awal dan akhir sebuah proses sekuensial linier.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Stok (Persediaan) Stok (persediaan) (Spencer B. Smith, 1989, p. 108) adalah persediaan barang atau secara umum dapat diartikan sebagai sumber daya yang sedang tidak dipakai, yang

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal proses pengolahan data, baik itu data siswa, guru, administrasi sekolah maupun data

BAB I PENDAHULUAN. hal proses pengolahan data, baik itu data siswa, guru, administrasi sekolah maupun data BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, teknologi informasi sangat banyak membantu seperti dalam hal proses pengolahan data, baik itu data siswa, guru, administrasi sekolah maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persediaan Barang merupakan komponen utama yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena persediaan akan dijual secara terus menerus untuk kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tersedianya produk yang cukup merupakan faktor penting guna menjamin kelancaran proses produksi. Persediaan yang terlalu banyak atau persediaan yang terlalu sedikit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Exponential Smoothing w/ Trend and Seasonality Pemulusan level/keseluruhan Pemulusan Trend Pemulusan Seasonal Peramalan periode t : Contoh: Data kuartal untuk

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Semua jenis perusahaan baik itu perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan perusahaan dagang memiliki persediaan sebagai aktiva lancar. Persediaan bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut (Herlambang, 2005), definisi sistem dapat dibagi menjadi dua. yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut (Herlambang, 2005), definisi sistem dapat dibagi menjadi dua. yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Menurut (Herlambang, 2005), definisi sistem dapat dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan secara prosedur dan pendekatan secara komponen. Berdasarkan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Teori Inventori Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. Berikut ini merupakan teori yang menjadi acuan dan terkait dalam pelaksanaan penelitian :

BAB II KAJIAN LITERATUR. Berikut ini merupakan teori yang menjadi acuan dan terkait dalam pelaksanaan penelitian : 6 BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Kajian Deduktif Berikut ini merupakan teori yang menjadi acuan dan terkait dalam pelaksanaan penelitian : 2.1.1 Sistem Produksi Produksi dalam pengertian sederhana adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1 3.1 PERSEDIAAN BAB III TINJAUAN PUSTAKA Maryani, dkk (2012) yang dikutip oleh Yudhistira (2015), menyatakan bahwa persediaan barang merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Persediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi BABTI KAJIAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Persediaaan adalah sumber daya menganggur (idle resource) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB Juliana Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email : kallya_des @yahoo.com Abstrak Perencanaan

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: BAHAN / BARANG YG DISIMPAN & AKAN DIGUNAKAN UTK MEMENUHI TUJUAN TERTENTU MISAL UTK PROSES PRODUKSI / PERAKITAN, UNTUK DIJUAL KEMBALI & UTK SUKU CADANG DR SUATU PERALATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEOI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, kondisi persaingan yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan konsumen

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman dan teknologi, dunia manufakturpun ikut berkembang dengan pesatnya. Persaingan menjadi hal yang sangat mempengaruhi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Forecasting is the art and science of predicting the events of the future. Forecasting require historical data retrieval and project into the future with some

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan BAB I Persyaratan Produk I.1 Pendahuluan Perkembangan teknologi saat ini merupakan pemicu perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan performance perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan Persediaan merupakan timbunan bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan untuk menghadapi kelangkaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN M A N A J E M E N O P E R A S I O N A L M I N G G U K E S E P U L U H B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I. F A K U L T A S E K O N O M I U N I V.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Permintaan mengalami penurunan pada periode tertentu dan kenaikan pada periode setelahnya sehingga pola yang dimiliki selalu berubah-ubah (lumpy)

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan perdagangan ataupun pabrik selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uji Kenormalan Lilliefors Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi.pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Inventory (Persediaan) Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. data diolah lebih berdaya guna secara optimal.

BAB II LANDASAN TEORI. data diolah lebih berdaya guna secara optimal. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Aplikasi Menurut (Jogiyanto, 2006) aplikasi merupakan program yang berisikan perintah-perintah untuk melakukan pengolahan data. Jogiyanto juga menjelaskan bahwa pengertian aplikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Menurut Nash dan Sofer (1996), optimasi adalah sarana untuk mengekspresikan model matematika yang bertujuan memecahkan masalah dengan cara terbaik. Untuk tujuan bisnis,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT.

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT. PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (STUDI KASUS: PT. NMS SALATIGA) 1) Imanuel Susanto, 2) Agustinus Fritz Wijaya Program Studi Sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjualan Menurut Mulyadi (2008), penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan produksi maka dari itu sebelum mengetahui mengenai manajemen produksi

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAKU PUPUK NPK DI PT. PUPUK KUJANG CIKAMPEK

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAKU PUPUK NPK DI PT. PUPUK KUJANG CIKAMPEK PERENCANAAN KEBUTUHAN BAKU PUPUK NPK DI PT. PUPUK KUJANG CIKAMPEK Robi Dwi Agustian 1, Julian Robecca Program Studi Teknik Industri, Universitas Komputer Indonesia, Bandung Jl Dipati Ukur No 112-116 40132,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Bidang keuangan merupakan bidang yang berperan penting di dalam suatu perusahaan. Perusahaan dapat bertahan atau dapat tumbuh berkembang apabila perusahaan dapat

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak CV Belief Shoes merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur sepatu. Sepatu yang diproduksi terdiri dari 2 jenis, yaitu sepatu sandal dan sepatu pantofel. Dalam penelitian ini penulis

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori. [Jog98] mendefinisikan pengembangan system (System Development)

BAB II. Landasan Teori. [Jog98] mendefinisikan pengembangan system (System Development) BAB II Landasan Teori 2.1. Pengembangan Sistem [Jog98] mendefinisikan pengembangan system (System Development) dapat berarti menyusun suatu system yang baru untuk menggantikan system yang lama secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Pokok pembahasan pada tesis ini hanya akan difokuskan dalam rangka mengetahui bagaimana Janssen Cilag Indonesia dapat mencapai titik optimum di dalam manajemen persediaannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT EWINDO merupakan perusahaan milik swasta yang bergerak di bidang manufaktur, memproduksi kabel elektronik, kabel penyusun kendaraan seperti motor dan mobil,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya setiap perusahaan baik jasa maupun perusahaan produksi selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan

Lebih terperinci

USULAN PENENTUAN TEKNIK LOT SIZING TERBAIK DENGAN MINIMASI BIAYA DALAM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN KEBUTUHAN CANVAS EP 200 CONVEYOR BELT DI PT.

USULAN PENENTUAN TEKNIK LOT SIZING TERBAIK DENGAN MINIMASI BIAYA DALAM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN KEBUTUHAN CANVAS EP 200 CONVEYOR BELT DI PT. USULAN PENENTUAN TEKNIK LOT SIZING TERBAIK DENGAN MINIMASI BIAYA DALAM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN KEBUTUHAN CANVAS EP 200 CONVEYOR BELT DI PT. XWZ Lina Gozali, Andres, Rhio Handika Program Studi Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG I Made Aryantha dan Nita Anggraeni Program Studi Teknik Industri, Universitas Komputer Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi (2008:202), penjualan merupakan aktivitas yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi (2008:202), penjualan merupakan aktivitas yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjualan Menurut Mulyadi (2008:202), penjualan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa untuk mengharapkan memperoleh laba dari dari transaksi-transaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Informasi Informasi merupakan hasil pengolahan data dari satu atau berbagai sumber, yang kemudian diolah, sehingga memberikan nilai, arti, dan manfaat. (Eka Pratama, 2014). Menurut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Persediaan Merujuk pada penjelasan Herjanto (1999), persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat dari departemen PPIC (Production Planning and Inventory Control) PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam sistem manufaktur adanya persediaan merupakan faktor vital yang mempunyai dampak pengaruh besar terhadap biaya perusahaan. Meskipun demikian persediaan tetep di perlukan karena

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan.

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Sampai saat ini perekonomian Indonesia belum bisa pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 engertian engendalian ersediaan ersediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI

MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. L JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan

Lebih terperinci