BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. meliputi 5 desa dengan luas wilayah 24,37 km 2 yaitu Desa Delod Peken 4,48 km 2,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. meliputi 5 desa dengan luas wilayah 24,37 km 2 yaitu Desa Delod Peken 4,48 km 2,"

Transkripsi

1 41 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Deskripsi Wilayah Penelitian Puskesmas Tabanan I berada di wilayah Kecamatan Tabanan termasuk Tabanan bagian selatan dan lokasinya berada di Desa Gubug. Wilayah kerjanya meliputi 5 desa dengan luas wilayah 24,37 km 2 yaitu Desa Delod Peken 4,48 km 2, Desa Dauh Peken 4,49 km 2, Desa Gubug 5,12 km 2, Desa Bongan 4,45 km 2 dan Desa Sudimara 5,83 km 2. Penggunaan tanah untuk persawahan 956,00 ha, tegalan 108,2 ha, pekarangan 664,70 ha, perkebunan 225,20 ha, lainnya 493 ha dengan jumlah penduduk jiwa terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Status desa : pedesaan yaitu Desa Gubug, Bongan dan Desa Sudimara sedangkan perkotaan yaitu Desa Delod Peken dan Desa Dauh Peken, ketinggian berada dibawah 500 m diatas muka air laut serta letak desa pantai adalah Desa Sudimara sedangkan yang lainnya adalah bukan pantai.(bps, 2008). Seperti Tabel 5.1, Tabel 5.2, Tabel 5.3, Tabel 5.4 dan Tabel 5.5. Tabel 5.1 Luas Wilayah Penelitian Menurut Jenis dan Penggunaan Lahan No Desa/Kel. Luas Penggunaan Tanah (Ha) (Km2) Sawah Tegalan Pekarangan Perkebunan Lainnya Delod Peken Dauh Peken Gubug Bongan Sudimara jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, 2008.

2 42 Tabel 5.2 Letak, Status, Ketinggian Desa Wilayah Penelitian Letak Desa Status Desa Ketinggian (m) dari muka laut No Desa/Kel Pantai Bukan Pantai Kota Pedesaan < s/d 700 > Dedod Peken Dauh Peken Gubug Bongan Sudimara Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, Tabel 5.3 Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk Wilayah Penelitian No Desa/Kel. Luas(Km2) Jumlah KK Penduduk Laki Perempuan Jumlah Dedod Peken Dauh Peken Gubug Bongan Sudimara Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, Tabel 5.4 Banyaknya Tempat Pemasaran/Pasar Menurut Jenisnya No Desa/Kelurahan Pasar Umum TPI Kelompok Pertokoan Jumlah Dedod Peken Dauh Peken Gubug Bongan Sudimara Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, 2008.

3 43 Tabel 5.5 Banyaknya Ternak Menurut Jenisnya No Desa/Kelurahan Sapi(ekor) Babi(ekor) Kambing(ekor) Dedod Peken Dauh Peken Gubug Bongan Sudimara Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, Perlindungan Mata Air Berdasarkan Diagnose Khusus Risiko Pencemaran Hasil pengamatan lapangan dengan diagnose khusus risiko pencemaran untuk perlindungan mata air, diperoleh perlindungan mata air dengan risiko pencemaran rendah, sedang dan tinggi, seperti pada Tabel 5.6 dan gambar perlindungan mata air di lokasi penelitian seperti foto terlampir (lampiran 14). Tabel 5.6 Jumlah Perlindungan Mata Air Berdasarkan Diagnose Khusus Resiko Pencemaran Wilayah Penelitian Uraian Delod Peken (buah) Dauh Peken (buah) Desa Gubug (buah) Bongan (buah) Sudimara (buah) Perlindungan Mata Air dalam katagori Pencemaran Rendah. Perlindungan Mata Air dalam katagori Pencemaran Sedang. Perlindungan Mata Air dalam Katagori Pencemaran Tinggi. Jumlah Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, tahun 2010 Jumlah (buah) Perlindungan Mata Air untuk sampel untuk masing-masing desa diambil 3 buah sehingga jumlah PMA yang dijadikan sampel adalah 15 buah dengan katagori

4 44 risiko pencemaran rendah, risiko pencemaran sedang dan risiko pencemaran tinggi seperti pada Tabel 5.7 dan Tabel 5.8 Tabel 5.7 Hasil Pengamatan Kondisi Lingkungan Fisik Perlindungan Mata Air di Lokasi Penelitian Diagnose khusus PMA Lokasi Perlindungan Mata Air (Stasiun) Apakah konstruksi bangunan masih - - x - - x - - x - x x memungkinkan air hujan masuk ke dalam? Apakah terdapat retak-retak pada - - x - x x - - x - x x - - x bangunan? Apakah tidak tersedia pipa penguras? x x x x x x x x x x x x x x x Apakah tidak tersedia pipa peluap x x x x x x x x x x x x x x x pada bangunan? Apakah Bangunan tersebut tidak dilengkapi dengan lubang pemeriksaan (manhole)? Apakah manhole tidak dilengkapi dengan penutup? Apakah penutup manhole tidak dikunci (digembok) dengan baik? Apakah semua bagian yang terbuka (peluap,) tidak terlindung terhadap x x - x x - x x - x x x - x - x x - x x - x x - x x x - x masuknya serangga /binatang? Jumlah Skor Sumber : hasil pengamatan lapangan tahun 2010 Lokasi PMA 1,2,3 (Desa Delod Peken), 4,5,6 (Desa Dauh Peken), 7,8,9 (Desa Gubug), 10,11,12 (Desa Bongan), 13,14,5 (Desa Sudimara). x = ya ada masalah - = tidak ada masalah. Tabel 5.8 Jumlah Sampel Masing-Masing Desa Wilayah Penelitian, Nama PMA Dan Status Risiko Pencemaran

5 45 No Desa Banjar Nama PMA Status Risiko Pencemaran 1 Delod Peken Sakenen Baleran Beji Blong Rendah(PR1) Grokgak Tengah Beji Taman Sedang(PS1 Grokgak Gede Beji Pura Gaduh Tinggi(PT1) 2 Dauh Peken Dukuh Beji Mumbul Rendah(PR2) Dauh Pala Beji Sudamala Sedang (PS2) Dauh Pala Beji Dauh Pala Tinggi(PT2) 3 Gubug Batusangian Beji Pura Dalem Batusangian Rendah(PR3) Curah Beji Pura Tengah Sedang(PS3) Pengayehan Beji Genggong Tinggi(PT3) 4 Bongan Bongan Pala Beji Bongan pala Rendah(PR4) Bongan Jawa Kauh Beji Kayeh Kauh Sedang (PS4) Bongan Jawa Kangin Beji Kayeh Sibang Tinggi(PT4) 5 Sudimara Sudimara Kelod Beji Sudimara Kelod Rendah(PR5) Cenggolo Beji Jabon Sedang (PS5) Yeh Gangga Beji Yeh Gangga Tinggi(PT5) Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, tahun Keadaan Vegetasi dan Aktivitas Masyarakat di Sekitar Perlindungan Mata Air serta Debit Perlindungan Mata Air di Lokasi Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan vegetasi dan wawancara dengan mayarakat tentang aktivitas disekitar perlindungan mata air sampel sangat bervariasi. Pada umumnya vegetasi sekitar perlindungan mata air terdiri dari tanaman musiman maupun tahunan antara lain padi, ketela pohon sampai kepala, enau, beringin dan lain-lainya. Serta aktivitas masyarakat disekitar perlindungan mata air bervariasi yaitu dari berkebun (tegalan), pertanian (persawahan), pemukiman serta permandian umum. Untuk selengkapnya vegetasi dan aktivitas masyarakat sekitar perlindungan mata air di lokasi penelitian terlampir(lampiran 15 dan 16). Debit air perlindungan mata air dilokasi penelitian berkisar antara (0,07 4, 29) liter/detik. Adapun sebaran debit perlindungan mata air di lokasi penelitian disajikan Tabel 5.9 dan Gambar 5.1. Tabel 5.9 Hasil Pengukuran Debit PMA di Lokasi Penelitian

6 46 Bulan Debit PMA dil Lokasi Penelitian (liter/detik) PR1 PS1 PT1 PR2 PS2 PT2 PR3 PS3 PT3 PR4 PS4 PT4 PR5 PS5 PT5 Peb Mei Sumber : hasil pengukuran lapangan tahun Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Perlindungan Mata Air Di Wilayah Penelitian Hasil pengukuran secara langsung (insitu) maupun di laboratorium untuk kualitas air dari 11 parameter yang diperiksa yang diteliti baik fisika, kimia dan mikrobiologi serta variable yang lain pada perlindungan mata air di wilayah penelitian dapat dilihat pada lampiran 1, 2 dan 3. Rerata hasil analisis kualitas air untuk parameter fisika, kimia dan bakteriologis pada perlindungan mata air di wilayah penelitian pada bulan Pebruari dan Mei 2010(lampiran 4 dan 5), jika dibandingkan dengan standar baku mutu air kelas I PerGub Bali No.8 tahun 2007 akan terlihat parameter mana yang memenuhi syarat dan parameter mana yang tidak memenuhi syarat tersaji pada Tabel dan Gambar 5.2, 5.3 dan Kualitas Fisik (Temperatur, TDS dan TSS) Gambar 5.2 menunjukkan perbandingan nilai rerata temperatur air di 15(lima belas) perlindungan mata air wilayah kerja Puskesmas Tabanan I pada bulan Pebruari adalah 28,41 o C dan 28,44 o C pada bulan Mei Jika dibandingkan dengan baku mutu air Kelas I adalah suhu air deviasi ± 3 suhu udara, dimana suhu udara rerata pada pada bulan Pebruari 27,8 0 C maupun Mei ,2 0 C dengan demikian suhu air masih pada kisaran baku mutu air kelas I PerGub Bali

7 47 no 8 tahun Rerata TDS air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 186,53 ppm dan 189,27 ppm pada Mei 2010, Nilai TDS bulan Mei lebih tinggi dari bulan Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah ppm dengan demikian TDS baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I. Rerata TSS air perlindungan mata air bulan Pebruari adalah 12,27 ppm dan 7,27 ppm pada bulan Mei 2010 jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 50 ppm TSS baik pada Pebruari dan Mei memenuhi baku mutu air Kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007, nilai TSS bulan Pebruari lebih tinggi dari bulan Mei. Gambar 5.1 Grafik Perbandingan Rerata Temperatur Air PMA yang Diteliti bulan Pebruari dan Mei 2010

8 48 Gambar 5.2 Grafik Perbandingan Rerata TDS Air PMA yang Diteliti bulan Pebruari dan Mei 2010 Gambar 5.3 Grafik Perbandingan Rerata TSS Air PMA yang Diteliti bulan Pebruari dan Mei 2010

9 49 Tabel 5.10 Analisis Kualitas Air Perlindungan Mata Air di Wilayah Penelitian Bulan Pebruari dan Mei 2010 Variabel Satuan Rerata Bulan Baku mutu air kelas I PerGub Bali No.8/2007 Pebruari Mei Fisika Suhu o C 28,41 28,44 Deviasi 3 TDS ppm 186,53 189, TSS ppm 12,27 7,27 50 Kimia ph - 6,75 6, BOD5 ppm 6,74* 5,33* 2 DO ppm 6,83 6,66 6 (minimum) NO 3 ppm 3,31 0,23 10 Fe ppm 0,10 0,14 0,3 Pb ppm 0,0023 0, Mikrobiologis Fecal coli Jlm/100 ml 21, Total coli Jlm/100 ml 2,00 30, Lingk.Fisik Ipj - 2,440 2,220 Risk.Penc. - 4,13 4,13 Debit Lt/dt 0,62 0,55 Vegetasi Pohon, rumpun Keterangan * = Melebihi baku IPj = Indeks Pencemaran 39,13 4,47 39,13 4, Kualitas Kimia (ph, BOD 5, DO, NO 3, Fe dan Pb) Dari enam parameter kimia yang diukur menunjukkan perbandingan nilai rerata ph air di 15(lima belas) perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 6,75 dan 6,91 pada bulan Mei Jika dibandingkan dengan baku mutu air Kelas I adalah ph (6-9) dengan demikian ph air masih pada kisaran baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun Rerata BOD 5 air perlindungan mata air pada bulan

10 50 Pebruari adalah 6,74 ppm dan 5,33 ppm pada Mei 2010, Nilai BOD 5 bulan Mei lebih rendah dari bulan Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 2 ppm dengan demikian BOD 5 baik pada bulan Pebruari maupun Mei melebihi baku mutu air kelas I. Rerata DO air perlindungan mata air bulan Pebruari adalah 6,83 ppm dan 6,66 ppm pada bulan Mei 2010 jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 6 ppm DO baik pada Pebruari dan Mei memenuhi baku mutu air Kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007, nilai DO bulan Pebruari lebih tinggi dari bulan Mei. Rerata NO 3 air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 3,31 ppm dan 0,23 ppm pada Mei 2010, Nilai NO 3 bulan Mei lebih rendah dari bulan Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 10 ppm dengan demikian NO 3 baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I. Rerata Fe air perlindungan mata air bulan Pebruari adalah 0,10 ppm dan 0,14 ppm pada bulan Mei 2010 jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 0,3 ppm Fe baik pada Pebruari dan Mei memenuhi baku mutu air Kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007, nilai Fe bulan Pebruari lebih rendah dari bulan Mei. Rerata Pb air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 0,0023 ppm dan 0,0039 ppm pada Mei 2010, Nilai Pb bulan Mei lebih tinggi dari bulan Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 0,03 ppm dengan demikian Pb baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I.

11 51 Gambar 5.4 Grafik Perbandingan Rerata ph PMA yang Diteliti bulan Pebruari dan Mei 2010 Gambar 5.5 Grafik Perbandingan Rerata, BOD 5, DO, dan NO 3 PMA yang Diteliti bulan Pebruari dan Mei 2010

12 52 Gambar 5.6 Grafik Perbandingan Rerata Fe dan Pb PMA yang Diteliti bulan Pebruari dan Mei Kualitas Mikrobiologis (Fecal coli dan Total coliform) Gambar 5.3 menunjukkan perbandingan nilai rerata Fecal coli air di 15(lima belas) perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 21,07 jumlah/100 ml dan 0 jumlah/100 ml pada bulan Mei Jika dibandingkan dengan baku mutu air Kelas I adalah Fecal coli adalah 50 jumlah/100 ml dengan demikian Fecal coli air masih dibawah baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun Rerata Total coliform air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 2,00 jumlah/100 ml dan 30,60 jumlah/100 ml pada Mei 2010, Nilai Total coliform bulan Pebruari lebih rendah dari bulan Mei, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun

13 adalah 500 jumlah/100 ml dengan demikian Total coliform baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I. Gambar 5.7 Grafik Perbandingan Rerata Fecal coli dan Total coliform PMA yang Diteliti bulan Pebruari dan Mei Indeks Pencemaran Air Perlindungan Mata Air yang Diteliti Menurut Sumitomo dan Nemerow (1970) dalam Lampiran II Kepmen LH No.115 tahun 2005, suatu indek pencemar yang bermakna untuk suatu peruntukan, indek ini dinyatakan sebagai Indek Pencemaran (Pollutan index) yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diijinkan, dan penulis gunakan pada mutu air pada perlindungan mata air di lokasi penelitian.

14 54 Adapun perhitungan Indeks Pencemaran air perlindungan mata air penelitian sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam Metode Indeks Pencemaran terlampir (lampiran 6). Berdasarkan perhitungan yang sama maka diperoleh nilai (Ci/Lij), (Ci/Lij max), (Ci/Lij R) dan IP (Indeks Pencemaran) dari semua perlindungan mata air sampel (lampiran 6 s/d 10). Indeks Pencemaran air perlindungan mata air pada bulan Pebruari dan bulan Mei 2010, berdasarkan diagnose khusus inspeksi sanitasi (kelompok risiko pencemara rendah, sedang dan tinggi) perlindungan mata air nilai rerata IP pada bulan Pebruari risiko pencemaran rendah adalah 2,356, risiko pencermaran sedang 2,338, risiko pencemaran tinggi 2,626, sedangkan pada bulan Mei nilai rerata IP risiko pencemaran rendah adalah 2,131, risiko pencermaran sedang 2,202 dan risiko pencemaran tinggi 2,326. Dengan demikian rerata perlindungan mata air di wilayah penelitian semuanya termasuk katagori cemar ringan 1 IP 5. Nilai rerata Indeks Pencemaran pada bulan Pebruari dan Mei 2010 di lokasi penelitian berdasarkan risiko pencemaran seperti pada Tabel 5.11 Tabel 5.11 Analisis Kualitas Air Perlindungan Mata Air di Wilayah Penelitian Bulan Pebruari dan Mei 2010 Berdasarkan Risiko Pencemaran. Rerata Risiko Pencemaran Baku mutu air kelas I Variabel Satuan Pebruari Mei PerGub Bali PR PS PT PR PS PT No.8/2007 Fisika Suhu o C 28,04 28,4 28,8 28,14 28,42 28,76 Deviasi 3 TDS ppm 181,2 185,8 192,6 180,2 191, TSS ppm 11, ,2 7,6 50 Kimia ph - 6,66 6,94 6,66 6,94 7 6,8 6-9 BOD5 ppm 6,29* 7,448* 6,49* 5,01* 5,25* 5,73* 2 DO ppm 6,84 6,82 6,84 6,66 6,62 6,7 6 NO 3 ppm 4,12 2,626 3,182 0,306 0,24 0, Fe ppm 0,0095 0,2098 0,0677 0,114 0,126 0,184 0,3

15 55 Pb ppm 0,0013 0,002 0,0037 0,0024 0,0033 0, Mikrobiologis Fecal coli Jlm/100 ml 4,6 36,8 21, Total coli Jlm/100 ml ,2 24,4 8,2 500 Lingk.Fisik Ipj - 2,356 2,338 2,626 2,131 2,202 2,326 Risk.Penc , ,4 6 Debit Lt/dt 0,188 1,298 0,38 0,174 1,124 0,34 Vegetasi Pohon, rumpun 47 4,6 35,6 6 34,8 2,8 47 4,6 35,6 6 34,8 2,8 Keterangan * = Melebihi baku PR=Perlindungan mata air risiko pencemaran rendah. PS=Perlindungan mata air risiko pencemaran sedang. PT=Perlindungan mata air risiko pencemaran tinggi. IPj = Indeks Pencemaran 5.2 Pembahasan Analisis Kualitas Air Perlindungan Mata Air di Wilayah Penelitian Ada satu parameter kualitas air perlindungan mata air yang melewati ambang batas kriteria baku mutu air kelas I, sebagai bahan baku untuk air minum sesuai PerGub Bali No.8 tahun 2007, yaitu BOD 5 baik pada bulan Pebruari maupun Mei Kondisi lingkungan di sekitar lokasi perlindungan mata air sangat memberikan pengaruh terhadap kualitas air perlindungan mata air. Hal ini karena kondisi fisik(konstruksi) perlindungan mata air pada umumnya tidak dilengkapi pipa peluap, pipa penguras dan tutup lubang periksa(manhole) tidak ada, disamping itu penggunaan tanah untuk persawahan 956,00 ha, tegalan 108,00 ha, perkebunan 225,20 ha karena dalam pengolahan lahan menggunakan pupuk anorganik seperti N,P,K yang berpotensi untuk menghasilkan limbah pertanian maupun perkebunan. Begitu juga dengan jumlah penduduk jiwa terdiri dari laki-laki jiwa dan perempuan jiwa dalam aktivitas sehari-hari seperti mandi, cuci, kakus dan aktivitas lainnya yang berpotensi menghasilkan limbah domestik. Adanya pasar

16 56 umum maupun pasar pelelangan ikan akan menghasilkan limbah padat maupun limbah cair, juga adanya ternak baik sapi maupun babi akan menghasilkan limbah. Apabila limbah yang dihasilkan tidak dilakukan penanganan terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan akan berdampak langsung maupun tak langsung terhadap kualitas air mata air di wilayah penelitian Analisis Kualitas Air Perlindungan Mata Air Ditinjau Dari Parameter Fisika Temperatur Perbandingan nilai rerata temperatur air di 15(lima belas) perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 28,41 o C dan 28,44 o C pada bulan Mei Jika dibandingkan dengan baku mutu air Kelas I adalah suhu air deviasi ± 3 suhu udara, dimana suhu udara rerata pada pada bulan Pebruari 27,8 0 C maupun Mei ,2 0 C dengan demikian suhu air masih pada kisaran baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun Rerata temperatur bulan Pebruari lebih rendah dari bulan Mei hal ini disebabkan karena pada bulan Pebruari termasuk bulan basah sedangkan bulan Mei termasuk bulan lembab, curah hujan bulan Pebruari lebih tinggi dari bulan Mei. Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga), PR1 (Desa Delod Peken) mempunyai tempratur terendah bulan Pebruari ini dikarenakan sehari sebelumnya turun hujan juga waktu pengambilan sampel lebih awal yaitu jam 7.00 wita dari stasiun yang lainnya, dan yang tertinggi pada stasiun PT3 (Desa Gubug) dan PT5 (Desa Sudimara) ini dikarenakan saat pengukuran waktu menunjukkan pukul Wita.

17 57 Begitu juga pada bulan Mei pada air perlindungan mata air PR1 (Desa Delod Peken) mempunyai temperatur terendah dikarenakan pengambilan sampel lebih awal yaitu jam 6.30 Wita dan tertinggi pada stasiun PT3 (Desa Gubug) dan PT5 (Desa Sudimara) yang menunjukkan pukul Wita, semua stasiun waktu pengukuran cerah sehingga suhu cenderung meningkat. Temperatur mempunyai pengaruh terhadap kelarutan oksigen, hubungan temperatur dengan DO tidak siginfikan/berarti, diduga karena peningkatan suhu tidak terlalu besar sehingga penurunan DO juga demikian seperti terlihat pada Gambar 5.4. Temperatur air perlindungan mata air di lokasi penelitian dipengaruhi waktu pengukuran, arah sinar matahari juga naungan vegetasi di sekitar perlindungan mata air. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen (Effendi, 2003). Gambar 5.8 Grafik Rerata Perbandingan Temperatur dan DO

18 Total Dissolved Solid (TDS) Padatan terlarut mencerminkan jumlah kepekatan padatan dalam contoh air. Rerata TDS air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 186,53 ppm dan 189,27 ppm pada Mei 2010, Nilai TDS bulan Mei lebih tinggi dari bulan Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah ppm dengan demikian TDS baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I. Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga), parameter TDS(Total Dissolved Solid) pada bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air (PS1 dengan nama Beji Pura Taman, di Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Tengah)(134 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air (PS2 dengan nama Beji Sudamala, Desa Dauh Pala, Banjar Dauh Pala)(227 ppm). Pada bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air (PS1 dengan nama Beji Blong, di Delod Peken, Banjar Sakenan Baleran)(154 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air(ps4 dengan nama Beji Kayeh Kauh, Desa Bongan, Banjar Bongan Jawa Kauh)(222 ppm). Tingginya padatan terlarut pada bulan Pebruari yaitu PS2, diduga karena lokasi perlindungan mata air ini di atasnya terdapat pasar umum Dauh Pala, pemukiman penduduk menghasilkan limbah padat(sampah/bahan organik) dan limbah cair dapat meresap ke dalam tanah kemudian menuju air perlindungan mata air. Begitu juga pada perlindungan mata air tingginya padatan terlarut pada bulan Mei yaitu PS4 yang letaknya di Desa Bongan Banjar Bongan Jawa Kauh, dimana diatas sebelah utara terdapat pemukiman

19 59 penduduk, tegalan, kandang sapi yang menghasilkan limbah padat(sampah/bahan organik) dan limbah cair dapat meresap ke tanah dan sampai pada air perlindungan mata air yang berada di bawahnya. Bahan-bahan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan kekeruhan selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya akan berpengaruh terhadap proses fotosíntesis di perairan (Effendi, 2003) Total Suspended Solid (TSS) Padatan tersuspensi hampir sama dengan padatan tersuspensi tetapi perbedaannya terletak pada diameter padatan tersuspensi(>10-3 mm) lebih besar dari padatan terlarut(<10-6 mm), juga mencerminkan kepekatan padatan dalam contoh air. Rerata TSS air perlindungan mata air bulan Pebruari adalah 12,27 ppm dan 7,27 ppm pada bulan Mei 2010 jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 50 ppm TSS baik pada Pebruari dan Mei memenuhi baku mutu air Kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007, nilai TSS bulan Pebruari lebih tinggi dari bulan Mei, ini diduga disebabkan karena pada bulan Pebruari adalah musim hujan sehingga limpasan maupun partikel-partikel limbah organik terinfiltrasi kedalam tanah masuk ke air perlindungan air lebih besar disamping itu dapat masuk ke perlindungan mata air yang konstruksinya retak, dan tutup lubang periksa/manhole tidak ada. Dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu) dan 2(dua) dan 3(tiga)TSS(Total Suspended Solid) pada bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air (PR2 dengan nama Beji Mumbul, Desa Dauh

20 60 Peken, Banjar Dukuh)(8,0 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air (PS4 dengan nama Beji Kayeh Kauh, Desa Bongan, Banjar Bongan Jawa Kauh)(16 ppm). Pada Bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air (PR4 dengan nama Beji Bongan Pala, Desa Bongan, Banjar Bongan Pala)(5 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air(pr1 dengan nama Beji Blong, di Desa Delod Peken, Banjar Sakenan Baleran)(12 ppm). Tingginya padatan tersuspensi bulan Pebruari pada PS4 yang letaknya di Desa Bongan Banjar Bongan Jawa Kauh, dimana diatas sebelah utara terdapat pemukiman penduduk, tegalan, kandang sapi menghasilkan limbah padat(sampah/bahan organik) dan limbah cair dapat meresap ke perairan perlindungan mata air yang berada di bawahnya. Tingginya padatan tersuspensi bulan Mei pada PR1 yang letaknya di Desa Delod Peken, Banjar Sakenan Baleran, dimana diatas sebelah barat terdapat pemukiman, permandian umum, di sebelah timur terdapat pemukinan, tegalan dimana ada kandang sapi yang menghasilkan limbah padat(sampah/organik), limbah cair yang meresap kedalam tanah yang dapat mencemari air perlindungan mata air. Bahan-bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan kekeruhan selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya akan berpengaruh terhadap proses fotosíntesis di perairan (Effendi, 2003) Analisis Kualitas Air Perlindungan Mata Air Ditinjau Dari Parameter Kimia Derajat Keasaman (ph)

21 61 ph merupakan derajat keasaman suatu larutan. Dari enam parameter kimia yang diukur menunjukkan perbandingan nilai rerata ph air di 15(lima belas) perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 6,75 dan 6,91 pada bulan Mei Jika dibandingkan dengan baku mutu air Kelas I adalah ph (6-9) dengan demikian ph air masih pada kisaran baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga), menunjukkan bahwa ph pada bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air(pr1, PT1, PS2, PT2, PT3, PR4, PR5)(6,5), tertinggi pada perlindungan mata air(ps5)(7,2). Pada bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air (PT1, PT2, PS3, PR5)(6,5), tertinggi pada perlindungan mata air (PS4)(7,5). Tingginya nilai ph pada bulan Pebruari pada PS5(7,2) yang letaknya di Desa Sudimara Banjar Cenggolo dengan nama Beji Jabon dibandingkan dengan yang lainnya ini diduga dipengaruhi oleh karbondioksida, karena disebelah atas utara dan barat ada persawahan dalam pengolahan tanaman menggunakan pupuk yang memungkinkan menghasilkan limbah pertanian dan dapat mencemari air perlindungan mata air. Begitu juga tingginya ph pada bulan Mei pada PS4 yang letaknya di Desa Bongan, Banjar Jawa Kauh, dengan nama Beji Kayeh Kauh, dimana diatas sebelah utara terdapat pemukiman penduduk, tegalan, kandang sapi menghasilkan limbah padat(sampah/bahan organik) dan limbah cair dapat meresap ke perairan perlindungan mata air yang berada di bawahnya. Pemecahan bahan organik oleh mikroorganisme akan menghasilkan karbondioksida. Semakin tinggi kandungan bahan organik dalam air maka karbondioksida yang dihasilkan

22 62 mikroorganisme semakin banyak sehingga ph semakin rendah, begitu juga sebaliknya. Nilai ph ke 15 perlindungan mata air yang diteliti baik pada bulan Pebruari maupun bulan Mei termasuk normal (6,5-7,5). Apabila ph lebih kecil dari pada 6,5 atau lebih besar dari 9,2 akan menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air yang terbuat dari logam dan dapat mengakibatkan senyawa kimia berubah menjadi racun yang dapat menggangu kesehatan manusia(sanropie, 1984) Biological Oxygen Demand (BOD) Kebutuhan Oksigen Biologik (BOD) merupakan ukuran banyaknya oksigen yang diperlukan oleh jasad pengurai untuk merombak bahan organik yang ada dalam perairan dalam volume air tertentu. Rerata BOD 5 air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 6,74 ppm dan 5,33 ppm pada Mei 2010, Nilai BOD 5 bulan Mei lebih rendah dari bulan Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 2 ppm dengan demikian BOD 5 baik pada bulan Pebruari maupun Mei melebihi baku mutu air kelas I. Rerata BOD 5 bulan Pebruari lebih tinggi dari bulan Mei diduga karena bulan Pebruari adalah musim hujan sehingga limbah yang berasal dari aktivitas manusia, pertanian, perkebunan, peternakan akan lebih cepat melimpas dan meresap/terinfiltrasi kedalam tanah menuju air perlindungan mata air. Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga) BOD 5 pada bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air(ps4 dengan nama Beji Kayeh Kauh, Desa Bongan, Banjar Bongan Jawa Kauh)(2,27 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air(ps1 dengan

23 63 nama Beji Pura Taman, di Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Tengah)(15,92 ppm). Pada bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air(ps3 dengan nama Beji Pura Tengah, Desa Gubug, Banjar Curah)(4,71 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air(pt4 dengan nama Beji Kayeh Sibang, Desa Bongan,Banjar Bongan Jawa Kangin)(7,62 ppm). Tingginya kandungan BOD 5 bulan Pebruari pada PS1 di Desa Delod Peken, banjar Grokgak Tengah, dengan nama Beji Pura Taman karena di sebelah atas barat terdapat pemukiman penduduk, trowongan untuk irigasi pertanian, kandang ternak babi yang mengeluarkan limbah padat maupun cair meresap kedalam tanah maupun melimpas dipermukaan tanah dan dapat mencemari air perlindungan mata air yang berada di bawahnya. Begitu juga tingginya kandungan BOD 5 bulan Mei pada PT4 di Desa Bongan, Banjar Jawa Kangin dengan nama Beji Kayeh Sibang dimana di sebelah atas utara terdapat pemukiman penduduk, kandang sapi, kandang babi, dimana limbahnya dapat mencemari air perlindungan mata air, disamping risiko pencemaran dengan diagnose khusus termasuk risiko pencemaran tinggi. Secara umum BOD diukur dalam jangka waktu lima hari, sehingga dikenal sebagai BOD 5, artinya banyaknya oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik baik yang terlarut maupun yang tersuspensi paling tinggi dalam waktu lima hari pada suhu konstan 20 o C (Alaerts dan Santika, 1987). Tingginya nilai BOD 5 pada semua stasiun/perlindungan air perlindungan mata air menunjukkan tingginya bahan-bahan yang mudah terurai yang menjadi beban pencemar perairan yang telah dioksidasi secara biologis. Hal ini ini dukung oleh jumlah penduduk, aktivitas masyarakat seperti mandi, cuci,

24 64 kakus,pertanian/persawahan, peternakan(tabel 5.1 sampai dengan Tabel 5.5) yang semuanya menghasilkan limbah padat (sampah/organik) maupun limbah cair yang berpotensi untuk menurunkan kualitas air perlindungan mata air. Dari hasil diagnose khusus inspeksi sanitasi perlindungan mata air pada lokasi penelitian Tabel 5.7 diketahui adanya konstruksi bangunan yang memungkinkan air hujan masuk kedalam bangunan dan tidak adanya penutupan manhole(ruang periksa) dengan baik, sehingga memungkinkan sampah dan bahan lainnya masuk ke dalam perlindungan mata air. Disamping itu lokasi disekitar perlindungan mata air banyak sampah dedaunan yang merupakan hasil pelapukan dari vegetasi yang ada maka air limbah tersebut mudah terinfiltrasi ke dalam akifer air tanah dan menuju mata air. Juga didukung oleh aktivtas masyarakat di sekitar lokasi perlindungan mata air seperti pertanian, perkebunan dimana dalam pengolahan tanaman menggunakan pupuk anorganik seperti pupuk yang mengandung Nitrogen dan Phospat. Hal ini didukung oleh penelitian Sundra (2006), tingginya kandungan BOD 5 pada ke 6 stasiun penelitan (Tanjung Benoa, Nusa Dua, Kuta, Legian, Canggu dan Petitenget) pada musim hujan (4,94 7,59 mg/l) maupun musim kemarau (5,02 7,49) mg/l) karena lokasi-lokasi tersebut sarat dengan aktivitas bidang perikanan, restoran, perhotelan yang semuanya sangat berpotensi menimbulkan limbah organik. Limbah organik ini akan mudah terakumulasi kedalam air sumur karena topografi tanah yang datar dan tanah-tanah di kawasan pesisir yang bersifat porous (tekstur berpasir) Dissolved Oxygen (DO)

25 65 Rerata DO air perlindungan mata air bulan Pebruari adalah 6,83 ppm dan 6,66 ppm pada bulan Mei 2010 jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 6 ppm DO baik pada Pebruari dan Mei memenuhi baku mutu air Kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007, nilai DO bulan Pebruari lebih tinggi dari bulan Mei. Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 5(tiga), DO pada bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air(pt1, PR2, PR5)(6,7ppm), tertinggi pada perlindungan mata air (PS3, PR4, PT4)(7,0 ppm). Pada bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air(pr5 dan PS5)(6,5 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air (PR4, PT4) (6,8 ppm). Tingginya kadar DO bulan Pebruari pada PS3, PR4, PT4 dan bulan Mei pada PR4, PT4 ini dikarenakan oleh tingginya terjunan(pancuran air) yang jatuh sehingga terjadi pergerakan massa air lebih cepat dan turbulensi. Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian tempat serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Effendi, 2003). Perbandingan nilai BOD 5 dan DO pada bulan Pebruari dan Mei terlihat pada gambar 5.5, terlihat bahwa perbandingan DO pada bulan Pebruari dan Mei fluktuasi kecil ini diduga disebabkan karena turbulensi sangat keras dan tingginya pancuran air dan DO dilakukan pemeriksaan in-situ. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman tergantung pada pencampuran dan pergerakan massa air aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang masuk ke badan air(effendi, 2003).

26 66 Gambar 5.9 Grafik Rerata Perbandingan Nilai Rerata BOD 5 dan DO Menurut Sastrawijaya (2002), kandungan oksigen (O 2 ) merupakan hal yang penting bagi kelangsungan hidup organisme perairan, sehingga penentuan kadar O 2 terlarut dalam air dapat dijadikan ukuran untuk menentukan mutu air. Analisis oksigen terlarut merupakan salah satu kunci yang dapat menentukan tingkat pencemaran suatu perairan Nitrat (NO 3 ) Rerata NO 3 air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 3,31 ppm dan 0,23 ppm pada Mei 2010, Nilai NO 3 bulan Mei lebih rendah dari bulan Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 10 ppm dengan demikian NO 3 baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I.

27 67 Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga), Nitrat(NO 3 ) pada bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air(pt3 dengan nama Beji Genggong, Desa Gubug, Banjar Pengayehan)(0,24 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air(pt1 nama Beji Pura Gaduh, di Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Gede)(6,77 ppm). Pada bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air(pt3 dengan nama Beji Genggong, Desa Gubug, Banjar Pengayehan)(0,02 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air (PR1 dan PS2)(0,41ppm). Tingginya kadar Nitrat pada PT1 pada bulan Pebruari disebabkan karena di sebelah atas barat terdapat pemukiman penduduk, tempat pembuangan sampah/bahan organik yang memungkinkan air limbahnya masuk/terinfiltrasi kedalam tanah sehingga dapat mengkontaminasi air perlindungan mata air. Begitu juga pada bulan Mei kadar Nitrat paling tinggi pada PR1 dimana bagian atas sebelah barat terdapat pemukiman penduduk dan permandian umum, sedangkan pada PS2 ini disebabkan disebelah atas bagian timur ada pemukiman penduduk, pasar umum Dauh Pala kesemuanya ini berpotensi menghasilkan limbah organik dan dapat mencemari air perlindungan mata air. Menurut Margono (1991), NO 3 dalam air adalah berkaitan dengan siklus Nitrogen dari alam. Nitrat (NO 3 ) dalam usus cendrung untuk berubah menjadi nitrit (NO 2 ) karena suasana ph lambung, dengan ph 1,5 2,5, sebagai pembentukan HCl lambung, yang kemudian dapat beraksi dengan haemoglobine dalam darah membentuk methamoglobine yang dapat menghalangi transportasi oksigen di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan kondisi yang dikenal dengan methomoglobinemia, pada bayi disebut penyakit biru (blue baby diseases)..

28 Besi (Fe) Rerata Fe air perlindungan mata air bulan Pebruari adalah 0,10 ppm dan 0,14 ppm pada bulan Mei 2010 jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 0,3 ppm Fe baik pada Pebruari dan Mei memenuhi baku mutu air Kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007, nilai Fe bulan Pebruari lebih rendah dari bulan Mei. Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga), Fe bulan Pebruari 2010 terendah pada perlindungan mata air (PR1, PT1, PR2, PS2, PT2, PR3, PS3, PT3, PR4, PR5) (0,0095 ppm), tertinggi pada (PS1 dengan nama Beji Pura Taman, di Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Tengah)(0,81 ppm). Pada bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air(pr1, PR3, PT3, PS4, PR5, PS5)(0(Ttd)), tertinggi pada perlindungan mata air(pt5 dengan nama Beji Yeh Gangga, Desa Sudimara, Banjar Yeh Gangga)(0,34 ppm). Tingginya kadar Fe pada bulan Pebruari pada PS1 dimana di bagian atas sebelah barat terdapat pemukiman penduduk, tempat pembuangan sampah dan trowongan untuk irigasi yang berpotensi menimbulkan limbah organik. Begitu juga pada Bulan Mei pada PT5 dimana bagian atas sebelah utara ada persawahan, bagian timur pemukiman penduduk yang berpotensi menimbulkan limbah organik. Sumber Fe diduga secara alamiah yaitu merupakan hasil pelapukan batuan induk dari lapisan tanah, mengingat di lokasi penelitian tidak ada industri pertambangan, tekstil, kimia dan kilang minyak sebagai sumber Fe buatan. Adanya unsur besi (Fe) yang berlebih menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan

29 69 yang berwarna putih. Unsur Fe dapat menimbulkan bau, warna dan koloid pada air minum. Secara kimiawi bentuk Fe yaitu ferri dan ferro dan sifatnya ferri sukar larut dalam air dan Ferro larut dalam air. Perubahan ferro menjadi ferri melalui proses oksidasi, proses aerasi dan aktivitas mikroba bakteri besi (Leptorix, Crenothric, Galionella, Sphaerotilus dan Siderocapsa). Sedangkan ferri (Fe 3+ ) dapat diubah menjadi ferro (Fe 2+ ) melalui proses reduksi (Purwanto, 1997). Unsur besi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Unsur besi penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Kekurangan zat besi dalam dalam tubuh dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah Timbal (Pb) Rerata Pb air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 0,0023 ppm dan 0,0039 ppm pada Mei 2010, Nilai Pb bulan Mei lebih tinggi dari bulan Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 0,1 ppm dengan demikian Pb baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I. Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga), Pb bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air(pr1, PT2, PS4, PT4, PT5)(0(Ttd)), tertinggi pada perlindungan mata air(pt1 dengan nama Beji Pura Gaduh, Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Gede) (0,0183 ppm). Pada bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air (PR1, PS1, PT1, PR2, PS2, PR3, PS4, PT4, PR5, PT5)(0 ppm), tertinggi pada

30 70 perlindungan mata air(pt3 dengan nama Beji Genggong, Desa Gubug, Banjar Pengayehan)(0,021 ppm), berada dibawah kriteria baku mutu air kelas I (0,03 ppm). Tingginya kandungan Pb bulan Pebruari pada PT1 dimana bagian atas sebelah barat tempat pembuangan sampah kemungkinan ada pembuangan aki bekas, baterai bekas atau cat. Sedangkan pada bulan Mei tingginya kandungan Pb pada PT3 dengan nama Beji Genggong, Desa Gubug, Banjar Pengayehan (0,021 ppm) ini karena di sebelah utara dan timur ada jalan raya/lalu lintas adanya asap kendaraan bermotor berpotensi mencemari air perlindungan mata air. Timah hitam (Pb) pada perairan ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Timbal cendrung untuk terakumulasi dalam tubuh dan mempengaruhi sistem syaraf pusat (otak dan ginjal), serta kemunduran mental pada anak yang sedang tumbuh (Effendi, 2003). Timbal merupakan logam berat yang bersifat akumulatif dalam tubuh. Timbal dan persenyawannya banyak digunakan dalam industri-industri (baterai, cat). Timbal dan persenyawaannya adalah beracun (Margono, 1991) Kualitas Air Perlindungan Mata Air Ditinjau Dari Kualitas Mikrobiologi Fecal coli Rerata Fecal coli air di 15(lima belas) perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 21,07 jumlah/100 ml dan 0 jumlah/100 ml pada bulan Mei Jika dibandingkan dengan baku mutu air Kelas I adalah Fecal coli adalah 50 jumlah/100 ml dengan demikian Fecal coli air masih dibawah baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007.

31 71 Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga), Fecal coli bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air (PR1, PR2, PR3, PT3, PR5)(0 jumlah/100 ml), tertinggi pada perlindungan mata air(ps1, PS4, PS5, PT5)(46 jumlah/100 ml). Pada bulan Mei 2010 semua perlindungan mata air(0 jumlah/100 ml), semuanya berada dibawah kriteria baku mutu air kelas I (50 ppm). Tingginya nilai Fecal coli pada bulan Pebruari pada PS1(Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Tengah, PMA dengan nama Beji Pura Taman) dimana di atas bagian barat terdapat pemukiman penduduk, kandang ternak dan didukung pada Tabel 5.5 pada Desa Delod Peken terdapat 91 ekor sapi dan 387 ekor babi, limbah kotoran ini berpotensi mencemari air perlindungan mata air, begitu juga PS4 (Desa Bongan, Banjar Bongan Jawa Kauh) dimana di atas bagian utara terdapat pemukiman penduduk dan kandang sapi, kandang babi dimana limbahnya berpotensi mencemari air perlindungan mata air, Desa Bongan terdapat 787 ekor sapi dan ekor babi dan pada PT5(Desa Sudimara, Banjar Yeh Gangga) dimana di atas bagian timur terdapat pemukiman penduduk, kandang babi, Desa Sudimara terdapat ekor babi, limbahnya berpotensi mencemari air perlindungan mata air. Adanya Fecal coli pada perlindungan mata air menunjukkan adanya limbah dapat mencemari perlindungan mata air berasal dari kotoran manusia, kotoran binatang atau burung, dan dedaunan yang masuk melalui limpasan air hujan, maupun infiltrasi air kedalam tanah menuju perlindungan mata air. Dengan demikian air perlindungan mata air tidak bisa diminum secara langsung sebaiknya diolah terlebih dahulu misalnya dengan cara dimasak atau dengan desinfeksi dengan kaporit.

32 72 Jika di dalam 100 ml contoh air didapatkan 500 sel bakteri coli memungkinkan terjadinya gastroenteritis yang segera diikuti oleh demam thypus. Esherichia coli salah satu bakteri phatogen. E.coli sebagai salah satu contoh jenis coli, pada keadaan tertentu dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh, sehingga dapat tinggal di dalam blader (cystitis) dan pelvis (pyelitis) ginjal dan hati, dan sangat mengkhawatirkan. Juga bakteri tersebut dapat menyebabkan diarhea, septimia, peri tonitas, meningistis dan infeksi lainnya (Suwiawiria, 1996) Total coliform Rerata Total coliform air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 2,00 jumlah/100 ml dan 30,60 jumlah/100 ml pada Mei Nilai Total coliform bulan Pebruari lebih rendah dari bulan Mei, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 500 jumlah/100 ml dengan demikian Total coliform baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I. Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga) Total coliform bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air(pr1, PT1, PR2, PS2, PT2, PR3, PS3, PT3, PR4, PT4, PR5, PS5, PT5)(0 jumlah/100ml), tertinggi pada perlindungan mata air(ps1 dengan Beji Pura Taman, Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Tengah)(17 jumlah/100 ml). Pada

33 73 bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air(pt4, PR5, PT5)(0 jumlah/100 ml), tertinggi pada perlindungan mata air(pr1 dengan nama Beji Blong, Desa Delod Peken, Banjar Sakenen Baleran)(240 jumlah/100 ml). Tingginya Total coliform bulan Pebruari pada PS1(Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Tengah) dimana di atas bagian barat terdapat pemukiman penduduk, kandang ternak dan didukung pada Tabel 5.5 pada Desa Delod Peken terdapat 91 ekor sapi dan 387 ekor babi, limbah kotoran ini berpotensi mencemari air perlindungan mata air, begitu juga bulan Mei pada PR1(Desa Delod Peken). Adanya bakteri coliform di makanan atau minuman menunjukkan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik ada atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri coliform dibedakan atas dua group yaitu coliform faecal, misalnya Escherichia coli dan coliform non faecal, misalnya Enterobacter aerogenes. (Suwiawiria, 1996) Status Mutu Air Perlindungan Mata Air. Penentuan status mutu air dengan Metode Indeks Pencemaran (IP) sesuai dengan Lampiran II Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 115 tahun 2003, metoda ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air. Dengan diketahuinya tingkat pencemaran suatu perairan dapat dipakai sebagai masukan terhadap terhadap pengelolaan suatu kawasan perairan, serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas air, jika terjadi penurunan kualitas air akibat pencemaran. Perbandingan rerata nilai risiko pencemaran dan indeks pencemaran bulan Pebruari dan bulan Mei 2010 tersaji Tabel 5.11 dan Gambar 5.6 Indeks Pencemaran pada bulan Pebruari lebih tinggi dari bulan Mei, ini diduga disebabkan karena pada

34 74 bulan Pebruari musim hujan, kondisi lingkungan, aktivitas masyarakat di lokasi perlindungan mata air. Gambar 5.7 Grafik Perbandingan Nilai Rerata Risiko Pencemaran dan Indeks Pencemaran di Wilayah Penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Pencemaran (IP) terlampir (lampiran 6,7,8,9 dan 10) didapatkan nilai 0 IP 1 adalah 1 (satu) air perlindungan mata air pada PS4 (Desa Bongan) dengan nilai 0,940 pada bulan Pebruari 2010 sedangkan yang lainnya termasuk cemar ringan dengan nilai 1 IP 5. Pada bulan Mei 2010 semuanya dalam katagori cemar ringan dengan nilai 1 IP 5. Berdasarkan lokasi pengambilan sampel antar Desa pada bulan Pebruari diperoleh hasil IP tertinggi (3,960) pada PS1 (Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Tengah, Beji PuraTaman), hal ini dimungkinkan karena Desa Delod Peken termasuk desa di lingkungan perkotaan didukung kondisi lingkungan fisik dengan diagnose khusus dengan skor

35 75 4(empat) sedang dan di sebalah barat terdapat trowongan dan pemukiman jaraknya kurang lebih 20 meter dari perlindungan mata air yang memungkinkan limbahnya domestik masuk dan dapat mencemari air mata air, sedangkan disebelah timur terdapat permandian umum/kali, terendah(0,940) pada PS4(Desa Bongan, Banjar Bongan Jawa Kauh, Beji Kayeh Kauh). Pada Bulan Mei terendah (2,040) pada PS3(Desa Gubug, Banjar Curah, Beji Pura Tengah), tertinggi(2,780) pada PT4(Desa Bongan, Banjar Jawa Kangin, Beji Kayeh Sibang). Tidak adanya perubahan secara berarti nilai tingkat pencemaran (bulan Pebruari dan Bulan Mei 2010) di lokasi penelitian di dukung oleh penelitian Trisnawulan (2007), air sumur di daerah Sanur Kauh yang diteliti tergolong cemar ringan dan Marwati (2008), air sumur gali diwilayah Puskesmas I Denpasar Selatan, yang diteliti tergolong cemar ringan. Untuk hal tersebut semua perlindungan mata air yang tergolong tercemar ringan, perlu dilakukan penanangan agar memenuhi baku mutu air kelas I, yang dipergunakan sebagai air baku untuk air minum Analisis Pengelolaan Lingkungan Perlindungan Mata Air Terbatasnya sumberdaya air di wilayah penelitian, masyarakat memanfaatkan sumber sumber air yang berasal dari perlindungan mata air. Karena dari 15 perlindungan mata air ada satu parameter baik pada bulan Pebruari maupun Mei 2010 parameter kualitas air telah melampaui baku mutu air kelas I yaitu BOD 5, begitu juga pada indeks pencemaran umumnya termasuk tercemar ringan(hanya satu perlindungan mata air pada bulan Pebruari yang memenuhi baku mutu air kelas I).

36 76 BOD 5 merupakan salah satu indikator pencemaran perairan yang disebabkan oleh bahan organik seperti (N, P, K), sumbernya berupa limbah domestik (mandi, cuci, kakus), limbah peternakan, limbah persawahan/pertanian, limbah perkebunan/tegalan. Pada Tabel 5.1 s/d Tabel 5.5 tersaji jumlah penduduk, jumlah lahan persawahan, jumlah lahan perkebunan/tegalan, jumlah ternak pada masing masing desa wilayah penelitian. Limbah pemukiman dihasilkan dari berbagai aktivitas rumah tangga kegiatan mandi, cuci, kakus/toilet(tinja dan air seni), sisa makanan/minuman(limbah dapur) dan sebagainya. Semakin banyak jumlah penduduk diikuti dengan pemenuhan kebutuhan pokok semakin besar berarti tingkat aktivitas meningkat dan semakin besar pula volume limbah yang dihasilkan. Jumlah penduduk tertinggi berada di Desa Delod Peken yaitu jiwa, terendah pada di Desa Gubug jiwa. Menurut Sanropie(1984), limbah yang dihasilkan tergantung kebutuhan air minum untuk pedesaan 70 liter/orang/hari, sedang untuk perkotaan 150 liter/orang/hari dan 80 % akan menjadi limbah, sehingga jumlah limbah domestik yang dihasilkan paling tinggi di desa Delod Peken yaitu sekitar 1.156,56 m 3 /hari, terendah 227,976 m 3 /hari Desa Gubug. Limbah pertanian/sawah dihasilkan berasal dari aktivitas dalam pengolahan lahan pertanian seperti penggunaan pupuk organik maupun anorganik. Makin tinggi lahan pertanian yang diolah maka makin besar pula limbah yang dihasilkan, melihat dari lahan pertanian/sawah yang ada Desa Gubug yang paling tinggi ha, sedangkan yang paling rendah adalah di Desa Delod Peken (0). Limbah peternakan dihasilkan berupa limbah kotoran (tinja,urin), sisa makanan, melihat dari jumlah ternak yang ada yang ada di Desa Sudimara

37 ekor babi paling tinggi, sedangkan yang paling rendah Desa Dauh Peken 165 ekor babi. Begitu juga dari konstruksi bangunan perlindungan mata air dinding yang retak, tutup lubang periksa(manhole), ini memungkinkan terjadi endapan/kotoran sehingga dapat menurunkan kualitas air tersebut, tidak ada, pipa penguras dan pipa peluap tidak ada sehingga sulit dibersihkan, dinding yang retak juga sampah daun(vegetasi) dan bekas sajen sekitar perlindungan mata air, semua ini mempunyai potensi untuk menurunkan kualitas perlindungan mata air, untuk itu perlu strategi penanganan terhadap sumber sumber limbah tersebut. Untuk limbah dari aktivitas pemukiman sebaiknya semua limbah dari kamar mandi baik yang berupa tinja, air seni dan bekas mandi dan cuci dibuatkan septic tank dan peresapan dan diresapkan kedalam tanah dan diatas peresapan ditanami pohon yang mempunyai kemampuan untuk menyerap cairan seperti talas, pisang dan lainnya. Untuk limbah pertanian, sebaiknya para petani mengolah tanamannya menggunakan pupuk anorganik secara tepat sehingga limbah/kandungan N, P, K yang dihasilkan seminimal mungkin, atau dengan mengunakan pupuk organik secara tepat. Untuk limbah peternakan seperti babi mapun sapi agar dibuatkan sarana pengolahan limbah seperti septic tank atau diolah menjadi biogas sehingga mengurangi limbah yang masuk keperairan. Begitu juga untuk penanganan konstruksi bangunan perlindungan mata air pada dinding yang retak yang memungkinkan air hujan masuk ke perlindungan mata air diperbaiki dengan pelesteran/kedap air, dibuatkan pipa peluap dan penguras untuk membersihkan endapan yang ada bak penampungan air mata air dan diberi desinfektan berupa kaporit dengan kadar 0,2 0,5 ppm, sampah bekas sajen maupun sampah dari pepohonan agar dibersihkan setiap hari. Vegetasi/tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kualitasnya sama dengan air tanah dalam. Berdasarkan keluarnya (muncul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kualitasnya sama dengan air tanah dalam. Berdasarkan keluarnya (muncul 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mata Air Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari dalam tanah hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 23 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Adapun rancangan penelitian untuk menjawab permasalahan sesuai tujuan penelitian adalah seperti Gambar 4.1. Ide Penelitian Studi Kepustakaan Pengumpulan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

Repository.Unimus.ac.id

Repository.Unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya air merupakan kemampuan kapasitas potensi air yang dapat dimanfaatkan semua makhluk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk manusia dalam menunjang berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tuladenggi adalah salah satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Air Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR DAN LINGKUNGAN FISIK PADA PERLINDUNGAN MATA AIR DI KERJA PUSKESMAS TABANAN I, KABUPATEN TABANAN

ANALISIS KUALITAS AIR DAN LINGKUNGAN FISIK PADA PERLINDUNGAN MATA AIR DI KERJA PUSKESMAS TABANAN I, KABUPATEN TABANAN ECOTROPHIC 5 (2) : 108-115 ISSN: 1907-5626 ANALISIS KUALITAS AIR DAN LINGKUNGAN FISIK PADA PERLINDUNGAN MATA AIR DI KERJA PUSKESMAS TABANAN I, KABUPATEN TABANAN I KETUT ARYANA!),MADE SUDIANAMAHENDRA 2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi 1.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Desa Talumopatu merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Mootilango, kabupaten Gorontalo mempunyai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

Teknik Lingkungan KULIAH 9. Sumber-sumber Air Limbah

Teknik Lingkungan KULIAH 9. Sumber-sumber Air Limbah Teknik Lingkungan KULIAH 9 Sumber-sumber Air Limbah 1 Pengertian Limbah dan Pencemaran Polusi atau pencemaran air dan udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air sangat erat hubungannya dengan manusia karena menjadi sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak bahkan menjadi suatu sarana utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan esensi untuk semua kebutuhan manusia mulai dari air minum, pertanian, dan energi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan esensi untuk semua kebutuhan manusia mulai dari air minum, pertanian, dan energi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan esensi untuk semua kebutuhan manusia mulai dari air minum, pertanian, dan energi (Kodoatie, 2010). Air sangat diperlukan bagi tubuh

Lebih terperinci

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK 286 12.1 PENDAHULUAN 12.1.1 Permasalahan Masalah pencemaran lingkungan di kota besar misalnya di Jakarta, telah

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, khususnya bagi manusia yang selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Pada

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan manusia paling penting. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. Kebutuhan air untuk keperluan

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL Berdasarkan hasil pengamatan sarana pengolahan limbah cair pada 19 rumah sakit di Kota Denpasar bahwa terdapat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 A. PEMANTAUAN KUALITAS AIR DANAU LIMBOTO Pemantauan kualitas air ditujukan untuk mengetahui pengaruh kegiatan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batam merupakan salah satu kota di Propinsi Kepulauan Riau yang perkembangannya cukup pesat yang secara geografis memiliki letak yang sangat strategis karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang No.23 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Bab V Pasal 16 ayat 1 menyatakan bahwa Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang luas wilayahnya 64,79 Km atau sekitar 0,53 % dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan transportasi, baik industri minyak dan gas bumi, pertanian, industri kimia, industri logam dasar, industri jasa

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah Limbah deidefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan yang tidak terpakai yang berdampak negatif jika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit Pencemaran air limbah sebagai salah satu dampak pembangunan di berbagai bidang disamping memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Selain itu peningkatan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA Vol 3 Nomor 1 Januari-Juni 2015 Jurnal Fropil PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA Endang Setyawati Hisyam

Lebih terperinci

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA Umroh 1, Aries Dwi Siswanto 2, Ary Giri Dwi Kartika 2 1 Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,Perikanan

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA NAMA : KELAS : SOAL PENCEMARAN AIR NO : Pilihlah salah satu jawaban

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR GALI DI KAWASAN PARIWISATA SANUR

ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR GALI DI KAWASAN PARIWISATA SANUR ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR GALI DI KAWASAN PARIWISATA SANUR I.A.M.Trisnawulan 1), I Wayan Budiarsa Suyasa 2), I Ketut Sundra 2) 1) Mahasiswa Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan unsur yang sangat penting untuk menopang kelangsungan hidup bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Air bersih memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat tertentu tidak dikehendaki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Sungai Sebagian besar air hujan turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempattempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kebutuhan semua makhluk yang ada di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air 1. Pengertian Air Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT PRO S ID IN G 20 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA PADA LAHAN SEMPIT Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10Tamalanrea

Lebih terperinci

Pengaruh Aktifitas Warga di Sempadan Sungai terhadap Kualitas Air Sungai Winongo

Pengaruh Aktifitas Warga di Sempadan Sungai terhadap Kualitas Air Sungai Winongo Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 7, Nomor 1, Januari 2015 Hal. 41-50 Pengaruh Aktifitas Warga di Sempadan Sungai terhadap Kualitas Air Sungai Winongo Ekha Yogafanny Prodi Teknik

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Maninjau merupakan danau yang terdapat di Sumatera Barat, Kabupaten Agam. Secara geografis wilayah ini terletak pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN: PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (217), Hal. 31 36 ISSN: 2337-824 Uji Perbandingan Kualitas Air Sumur Tanah Gambut dan Air Sumur Tanah Berpasir di Kecamatan Tekarang Kabupaten Sambas Berdasarkan Parameter

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi penelitian terletak di belakang Perumahan Nirwana Estate, Cibinong yang merupakan perairan sungai kecil bermuara ke Situ Cikaret sedangkan yang terletak di belakang Perumahan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai Uji kualitas fisik air yang pada sarana air bersih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai Uji kualitas fisik air yang pada sarana air bersih BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai Uji kualitas fisik air yang pada sarana air bersih program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di Desa Ilohungayo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di alam ini tidak dapat berlangsung, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Tubuh manusia sebagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut Saeni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan luas wilayah 225,6990 ha, jumlah sumur yang terdapat di Desa Wonorejo

BAB I PENDAHULUAN. dengan luas wilayah 225,6990 ha, jumlah sumur yang terdapat di Desa Wonorejo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Wonorejo terletak di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo dengan luas wilayah 225,6990 ha, jumlah sumur yang terdapat di Desa Wonorejo 898, curah hujan

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Umar Ode Hasani Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO Email : umarodehasani@gmail.com Ecogreen Vol. 2 No. 2, Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO. UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO. Oleh : Novrianti Kaharu Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR DAN LINGKUNGAN FISIK PADA PERLINDUNGAN MATA AIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TABANAN I KABUPATEN TABANAN

ANALISIS KUALITAS AIR DAN LINGKUNGAN FISIK PADA PERLINDUNGAN MATA AIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TABANAN I KABUPATEN TABANAN ANALISIS KUALITAS AIR DAN LINGKUNGAN FISIK PADA PERLINDUNGAN MATA AIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TABANAN I KABUPATEN TABANAN Tesis untuk memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa, industri pertambangan juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Status Mutu Air Sungai adalah salah satu dari sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga pemanfaatan air di hulu akan menghilangkan peluang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR 3

ANALISIS KUALITAS AIR 3 ANALISIS KUALITAS AIR 3 Program Studi Nama Mata Kuliah Teknik Lingkungan Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum Jumlah SKS 3 Pengajar Sasaran Belajar Mata Kuliah Prasyarat Deskripsi Mata Kuliah 1. Prof.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Salah satu sumber daya alam yang pokok dalam kehidupan adalah air. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri atas air. Metabolisme yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah materi di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk hidup yang ada di planet ini yang tidak membutuhkan air. Di dalam sel hidup baik pada sel tumbuh-tumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang BAB II TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Air 2.1.1 Air Bersih Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang dinamakan siklus hidrologi. Air yang berada di permukaan menguap ke langit, kemudian

Lebih terperinci

SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN:

SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN: SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN: Metcalf & Eddy: kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama dengan air tanah, air permukaan, dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air adalah senyawa H2O yang merupakan bagian paling penting dalam kehidupan dan manusia tidak dapat dipisahkan dengan air. Air dalam tubuh manusia berkisar antara 50

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi 17 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan contoh air dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2012. Lokasi penelitian di Way Perigi, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten

Lebih terperinci

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I 1. PENDAHULUAN Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan buangan/bekas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sanggrahan Kecamatan Karanggan Kabupaten Temanggung dengan. 1. Kondisi dan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sanggrahan Kecamatan Karanggan Kabupaten Temanggung dengan. 1. Kondisi dan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir sampah Sanggrahan Kecamatan Karanggan Kabupaten Temanggung dengan profil sebagai berikut :

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk

Lebih terperinci

PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab.

PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab. PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab. Pohuwato) SUMARRY Ningsih Lasalutu Nim : 811409098 Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumber kekayaan yang sangat melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Lebih terperinci

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat Polusi Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Air dan Sungai 1.1 Air Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Penurunan kualitas air akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk mandi, mencuci,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk mandi, mencuci, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah Air dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk mandi, mencuci, membersihkan berbagai macam alat, dan lain sebagainya. Air tersebut akan mengalami pencemaran.

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. NAMA : KELAS : NO : SOAL PENCEMARAN AIR Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. 1. Perhatika pernyataan di bawah ini : i. Perubahan

Lebih terperinci