Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7 LEMBAR PERSEMBAHAN Karya ini aku persembahkan untuk orang yang yang aku cintai. TERUNTUK : MAMA BAPAK ADIK KAKAK vi

8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Sherly Purnama Octaviana Alamat : A. Yani no. 30A Utan Kayu-Rawamangun, Jakarta Timur Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 23 October 1990 Jenis Kelamin : Perempuan No Hp : loli_pop_cheline@yahoo.co.id Riwayat Pendidikan Tahun : SD N 12 Pagi Pondok Pinang Tahun : SMP N 87 Jakarta Tahun : SMA N 46 Jakarta Tahun : S1 Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta vii

9 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat serta nikmatnya sehingga skripsi yang berjudul Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 05 Kuningan Barat Di Kecamatan Mampang Prapatan Tahun 2013 telah terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1. Orang tuaku (mama dan bapak), kakak dan adik yang telah memberikan dukungan, perhatian, dan motivasi dengan sepenuh hati sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Ibu Febrianti sebagai dosen pembimbing 1 dengan segala kesabaran dan pengertiannya membimbingn dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak dr. Yuli Prapanca sebagai dosen pembimbing 2 yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Ibu Rias, Ibu fajar, dan Ibu Farihah sebagai dosen pembimbig yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Para dosen dan staf pengajar program studi kesehatan masyarkat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis. 6. Teman-teman serta sahabatku yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Sukses selalu untuk kita semua. Aminn... Terakhir dengan memanjatkan do a kepada Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan penulis khususnya dan pembaca umumnya. Jakarta,30 Agustus 2013 Penulis viii

10 DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii ABSTRACT...iii PERNYATAAN PERSETUJUAN... iv PENGESAHAN PANITIA UJIAN... v LEMBAR PERSEMBAHAN... vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GRAFIK... xv DAFTAR BAGAN...xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Bagi Sekolah Bagi Peneliti Bagi Prodi Studi Kesehatan Masyarakat... 7 ix

11 1.6 Ruang Lingkup... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Status Gizi Definisi Status Gizi Klasifikasi Status Gizi Status Gizi Lebih Anak Sekolah Dasar Pengertian Anak Usia Sekolah Kebutuhan Makanan Pada Anak Sekolah Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Lebih Dampak Status Gizi Lebih Kerangka Teori BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS Kerangka konsep Definisi operasional Hipotesis BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian Populasi penelitian Sampel penelitian Waktu dan tempat penelitian Instrumen penelitian Uji coba Kuisoner Pengumpulan Data Jenis Data x

12 Data Primer Data Sekunder Tehnik Pengumupan Data Pengolahan Data Analisa Data Univariat Bivariat BAB V PEMBAHASAN Gambaran Umum SD N 05 Kuningan Barat Hasil Analisis Univariat Gambaran Status Gizi Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Gambaran Jenis Kelamin Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Gambaran Pendapatan Orang Tua Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Gambaran Waktu Olahraga pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Gambaran Waktu Menonton TV pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Gambaran Kebiasaan Konsumsi Energi pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Gambaran Kebiasaan Konsumsi Karbohidrat pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Gambaran Kebiasaan Konsumsi Protein pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Gambaran Kebiasaan Konsumsi Lemak pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Gambaran Kebiasaan Konsumsi Fast Food pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Hasil Analisis Bivariat Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Hubungan Antara Pendapatan Orang Tua dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat xi

13 Hubungan Antara Olahraga dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Hubungan Antara Waktu Menonton Televisi dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Energi dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Karbohidrat dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Protein dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Lemak dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Fast Food dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat...81 BAB VI PEMBAHASAN Keterbatasan Penelitian Keterbatasan Desain Penelitian Keterbatasan Variabel Penelitian Keterbatasan Pengumpulan Data Gambaran Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Analisis Bivariat Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Lebih Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Hubungan Antara Pendapatan Orang Tua dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Hubungan Antara Waktu Olahraga dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat xii

14 Hubungan Antara Waktu Menonton Televisi dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Energi dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Karbohidrat dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Protein dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Lemak dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Fast Food dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

15 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia 10 Tabel 2.2 Kecukupan Gizi Rata-Rata Yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari) Anak 7 12 Tahun Tabel 3.1 Definisi Operasional 45 Tabel 4.1 Jumlah Siswa Di SD N 05 Kuningan Barat 50 Tabel 4.2 Pembagian Proporsi Sampel Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabulasi Silang Antara Pendapatan Orang Tua dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tabulasi Silang Antara Pendidikan Orang Tua dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tabulasi Silang Antara Waktu Olahraga dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat xiv

16 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Siswa/i SD N Kuningan Barat Tahun Grafik 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi Lebih dan Tidak Gizi 61 Lebih Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun Grafik 5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa/i SD N Kuningan Barat Tahun Grafik 5.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Pendapatan Orang Tua Siswa/i 63 SD N 05 Kuningan Barat Tahun Grafik 5.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Siswa/i 64 SD N 05 Kuningan Barat Tahun Grafik 5.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Waktu Olahraga pada Siswa/i 65 SD N 05 Kuningan Barat Tahun Grafik 5.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Waktu Menonton Televisi pada 66 Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun 2013 Grafik 5.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Energi pada 67 Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun Grafik 5.9 Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Karbohidrat 68 pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun Grafik 5.10 Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Protein 69 pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun Grafik 5.11 Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Lemak 70 pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun Grafik 5.12 Distribusi Sampel Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Fast Food 71 xv

17 Grafik 5.13 Grafik 5.14 Grafik 5.15 Grafik 5.16 Grafik 5.17 Grafik 5.18 Grafik 5.19 pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun Hubungan Antara Waktu Menonton Televisi dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Energi dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun 2013 Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Karbohidrat dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun 2013 Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Protein dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun 2013 Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Lemak dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun 2013 Hubungan Antara Kebiasaan Konsumsi Fast Food dengan Status Gizi Lebih Pada Siswa/i SD N 05 Kuningan Barat Tahun xvi

18 DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Teori.. 42 Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian.. 44 Bagan 4.1 Bagan Pengambilan Sampel.. 51 xvii

19 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Pengantar Penelitian Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Lampiran 3 Hasil Analisis Univariat dan Hasil Analisis Bivariat xviii

20 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Hermina dan Abas Basuni J (2007) dari tahun ke tahun, masalah gizi lebih atau kegemukan (overweight dan obesitas) di Indonesia ada kecenderungan meningkat secara konsisten dengan segala risikonya. Hasil dari beberapa penelitian mengungkapkan bahwa masalah kegemukan ini sudah dialami oleh kelompok penduduk berusia muda. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004 (SKRT 2004) menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih pada kelompok anak usia 5-12 tahun sebesar 8,5 % (Balitbangkes, tahun 2005). Dari kegiatan survei anemia gizi pada anak sekolah dasar di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2004 ditemukan sebesar 11,1 % berstatus gizi lebih, dan ditemukan lebih banyak pada anak lakilaki (11,6%) dibandingkan anak perempuan (10,5%). Menurut profil data kesehatan Indonesia tahun 2011, DKI Jakarta menunjukan bahwa prevalensi status gizi lebih pada anak berdasarkan berat badan perumur sebesar 11,1%. Dimana prevalensi tersebut paling tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya. Pada data RISKESDAS tahun 2010, terjadi peningkatan dari 6,4% pada tahun 2007 menjadi 9,2% pada tahun 2010 pada anak umur 6-12 tahun yang mengalami obesitas. Prevalensi obesitas pada anak laki laki umur 6-12 tahun lebih tinggi dari prevalensi pada anak perempuan berturut turut sebesar 9,5% dan 6,4% (Riskesdas, 2010). Menurut Ratu Ayu Dewi Sartika (2011) Gizi lebih adalah ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan.1 Jika keadaan ini berlangsung terus menerus (positive energy balance) dalam jangka waktu cukup

21 2 lama, maka dampaknya adalah terjadinya obesitas. Masalah gizi lebih dapat terjadi pada usia anak-anak, remaja hingga dewasa. Penyebab utama merebaknya kasus gizi lebih pada anak, menurut Prof Jose dalam Suci (2012) adalah life style yang tidak sehat. Masyarakat Indonesia sangat gemar berbagai hal yang berbau instan. Termasuk menyajikan makanan siap saji yang miskin nutrisi kepada anak-anaknya. Selain itu, anak-anak lebih senang beraktivitas di rumah ketimbang bermain di luar rumah. Akibatnya, fisik anak jadi jarang bergerak. Menurut Nasir (2012) kegemukan atau obesitas pada anak dapat mengakibatkan dampak negatif baik secara fisik maupun psikologis. Secara fisik, anak yang kegemukan lebih beresiko terhadap penyakit-penyakit seperti kardiovaskular, diabetes, persendian, maupun gangguan tidur. Sedang dampak kegemukan pada psikologis anak antara lain rasa percaya diri yang rendah dan lebih lanjut dapat menyebabkan stres. Seringkali anak-anak yang punya masalah obesitas menjadi sasaran intimidasi baik secara fisik maupun psikis (bullying) berupa cemoohan dan diskriminasi dari teman-teman sebayanya lantaran bentuk fisik berbeda. Berdasarkan latar belakang masalah yang menunjukkan bahwa makin meningkatnya prevalensi angka kejadian gizi lebih pada anak sekolah pada usia 7-12 tahun pada masa pertumbuhan. Sehingga mendorong peneliti untuk melihat faktor faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih pada siswa sekolah dasar 05 Kuningan Barat di Kecamatan Mampang Prapatan. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena dari hasil penjaringan anak sekolah yang dilakukan oleh Puskesmas Mampang Prapatan prevalensi gizi lebih di sekolah dasar negeri 05 kuningan barat memiliki angka lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas Mampang Prapatan.

22 3 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004 (SKRT 2004) menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih pada kelompok anak usia 5-12 tahun sebesar 8,5 % (Balitbangkes, tahun 2005). Dari kegiatan survei anemia gizi pada anak sekolah dasar di lima wilayah DKI Jakarta tahun 2004 ditemukan sebesar 11,1 % berstatus gizi lebih, dan ditemukan lebih banyak pada anak laki-laki (11,6%) dibandingkan anak perempuan (10,5%) ( Hermina dan Abas Basuni J, 2007). Berdasarkan hasil penjaringan anak sekolah yang dilakukan oleh Puskesmas Mampang Prapatan prevalensi obesitas di sekolah dasar negeri 05 kuningan barat memiliki angka lebih tinggi yaitu sebesar 32% (12 siswa dari 38 siswa) dibandingkan dengan sekolah lain yang ada di wilayah kerja puskesmas mampang prapatan. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan status gizi lebih pada siwa/i di SD N 05 Kuningan Barat Kecamatan Prapatan Mampang tahun Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran prevalensi kejadian gizi lebih pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun 2013? 2. Bagaimana gambaran karakteristik siswa (jenis kelamin) SD 05 Kuningan Barat tahun 2013? 3. Bagaimana gambaran karakteristik orang tua (pendapatan orang tua dan tingkat pendidikan ibu) siswa SD 05 Kuningan Barat tahun 2013?

23 4 4. Bagaimana gambaran kebiasaan konsumsi energi, karbohidrat, lemak dan protein siswa SD 05 Kuningan Barat tahun 2013? 5. Bagaimana gambaran konsumsi fast food siswa SD 05 Kuningan Barat tahun 2013? 6. Bagaimana gambaran aktivitas fisik siswa SD 05 Kuningan Barat tahun 2013? 7. Bagaimana gambaran waktu menonton televisi SD 05 Kuningan Barat tahun 2013? 8. Adakah hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin) dengan gizi lebih pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun 2013? 9. Adakah hubungan antara pendapatan orang tua dengan gizi lebih pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun 2013? 10. Adakah hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan gizi lebih pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun 2013? 11. Adakah hubungan antara aktifitas fisik dengan gizi lebih pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun 2013? 12. Adakah hubungan waktu menonton televisi dengan gizi lebih pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun 2013? 13. Adakah hubungan antara kebiasaan konsumsi (energi, karbohidrat, protein, lemak) dengan obesitas pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun 2013? 14. Adakah hubungan antara konsumsi fast food dengan obesitas pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun 2013?

24 5 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk melihat faktor faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih pada siswa sekolah dasar negeri 05 Kuningan Barat Di Kecamatan Mampang Prapatan Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran karakteristik siswa (jenis kelamin) siswa SD 05 Kuningan Barat tahun Diketahuinya gambaran karakteristik orang tua (pendapatan orang tua dan tingkat pendidikan ibu) siswa siswa SD 05 Kuningan Barat tahun Diketahuinya gambaran kebiasaan konsumsi energi, karbohidrat, lemak dan protein pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun Diketahuinya gambaran waktu menonton televisi SD 05 Kuningan Barat tahun Diketahuinya gambaran konsumsi fast food pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun Diketahuinya hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin) dengan obesitas pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun Diketahuinya hubungan antara pendapatan orang tua dengan gizi lebih pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan gizi lebih pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun 2013.

25 6 10. Diketahuinya hubungan antara Aktifitas fisik dengan gizi lebih pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun Diketahuinya hubungan waktu menonton televisi dengan gizi lebih pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun Diketahuinya hubungan antara kebiasaan konsumsi (energi, karbohidrat, protein, lemak) dengan gizi lebih pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun Diketahuinya hubungan antara konsumsi fast food dengan gizi lebih pada siswa SD 05 Kuningan Barat tahun Manfaat Penelitian Untuk Sekolah Dapat memberikan gambaran prevalensi kejadian gizi lebih pada siswa-siswi sekolah tersebut. Dan diharapkan pihak sekolah dapat menjadi tempat sarana edukasi bagi siswa-siswi dalam meningkatkan upaya pendidikan gizi di sekolah, serta memberikan informasi tentang makanan yang sehat dan bergizi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan Untuk Peneliti Dapat menambah wawasan dan memperoleh pengalaman dalam pembelajaran serta bekal pengetahuan dalam mengaplikasikan teori yang didapat selama masa perkuliahan dan sebagai bahan data perbandingan bagi penelitian selanjutnya.

26 Untuk Program Studi Kesehatan Masyarakat Sebagai referensi keilmuan mengenai gizi, khususnya faktor yang berhubungan dengan gizi lebih pada anak sekolah dasar, dan Sebagai informasi dan dokumentasi data penelitian serta dapat menjadi referensi tambahan bagi penelitian serupa. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih pada siswa SD N 05 Kuningan Barat di kecamatan Mampang Prapatan yang dilaksanakan pada bulan Desember - January Sampel penelitian ini adalah siswa/i SD N 05 Kuningan Barat. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana variabel yang ingin diketahui kecenderungannya (variabel independen dan variabel dependen) di dapatkan dalam waktu yang bersamaan. Alasan penelitian ini dilakukan karena semakin meningkatnya prevalensi kejadian gizi lebih pada anak sekolah dasar terutama di Kecamatan Mampang Prapatan.

27 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Definisi status gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan maknan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ,serta menghasilan energy (Supariasa, 2002). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan kombinasi yang cukup serta waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah terpenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat gizi tersebut. Keseimbangan asupan dengan kebutuhan dapat terlihat dari variabel-variabel pertumbuhan berat badan, tinggi/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai (Supariasa, 2002). Pengertian status gizi menurut Suharjo (2003), merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi dan penyerapan serta penggunaan zat gizi. Status gizi seseorang dikatakan baik, bila terdapat keseimbangan fisik dan mental, sedangkan keadaan kurang gizi merupakan akibat dari sangat kurangnya masukan energi dan protein dalam jangka waktu yang lama secara relativ dibandingkan metabolismenya.

28 9 Sementara menurut Gibson (1990), status gizi berasal dari kata status dan gizi. Status diartikan sebagai tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh suatu keadaan, sedangkan gizi merupakan hasil dari proses organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, metabolisme dan pembuangan untuk pemeliharaan hidup. Maka status gizi adalah tanda atau penampilan fisiologis yang disebabkan oleh keseimbangan intake gizi dan penggunaannya oleh organism. Status gizi yang baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan bekerja secara umum pada tingkat setinggi mungkin Klasifikasi status gizi Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku Antropometri yang sekarang diguanakan di Indonesia adalah WHO-NHCS. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes dalam pemantauan status gizi (PSG) anak balita tahun 1999 menggunakan baku rujukan World Health Organization- National Centre For Health Statistics (WHO-NHCS). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara biokimia, dietetika, klinik dan antropometri (cara yang paling umum dan mudah digunakan untuk mengukur status gizi di lapangan). Indeks antropometri yang dapat digunakan adalah; Tinggi Badan per (TB/U); Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB); LLA/U; LLA/TB; IMT; dan Berat Badan per (BB/U).

29 10 Menurut Sukirman (2000) dalam pemantauan, evaluasi dan pencatatan serta pelaporan status gizi diperlukan standar nasional. Di Indonesia standar ini menggunakan standar baku antropometri World Health Organization Nasional Center for Health Statistics (WHO-NCHS). Secara formal standar ini ditetapkan penggunaannya dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 920/Menkes/SK/VIII/2002 untuk mengukur status gizi anak. Sedangkan detail klasifikasi status gizi berdasarkan World Health Organization Nasional Center for Health Statistics (WHO-NCHS) sebagaimana tabel dibawah. Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Indek Status Gizi Ambang Batas Berat Badan Menurut Umur Gizi buruk Gizi kurang Gizi baik Gizi lebih 3SD -3SD sampai -2SD -2SD sampai +2SD +2SD Tinggi Badan Menurut Umur Pendek Normal -2SD -2SD sampai +2SD Tinggi Badan Menurut Umur Sangat kurus -3SD Sumber : World Health Organization Nasional Center for Health Statistics (WHO-NCHS) Sesuai kriteria tersebut, maka (misalnya), pengertian status gizi buruk dan gizi kurang merupakan status gizi balita penderita gizi buruk dan gizi kurang berdasarkan hasil penimbangan serta di kategorikan menurut WHO Z score.

30 11 Penilaian status gizi dapat dilaksanakan dengan bermacam-macam metode antara lain dengan pemeriksaan : 1. Gejala klinis 2. Laboratorium 3. Biofisik 4. Antropometri Dari beberapa metode yang ada tersebut ditemui beberapa kendala seperti besarnya biaya atau tidak praktis dilaksanakan di lapangan. Hanya pemeriksaan gejala-gejala klinis dan pengukuran antropometri yang paling praktis digunakan di lapangan (Supariasa, 2002). A. Penilaian status gizi secara langsung 1. Antropometri Untuk menilai pertumbuhan gizi anak sering digunakan ukuran-ukuran antropometrik yang dibedakan menjadi dua kelompok yang meliputi: Tergantung yaitu berat badan terhadap, tinggi badan terhadap, lingkar kepala terhadap dan lingkar lengan atas terhadap. Kesulitan menggunakan cara ini adalah menetapkan anak yang tepat, karena tidak semua anak mempunyai catatan mengenai tanggal lahirnya. Tidak tergantung yaitu berat badan terhadap tinggi badan, lingkar lengan atas terhadap tinggi badan. Kemudian hasil pengukuran antopometrik tersebut dibandingkan dengan suatu baku tertentu, misalnya baku harvard, NCHS, atau baku nasional (Supariasa, 2002). Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita mengunakan metode

31 12 antropometri sebagai cara untuk menilai status gizi. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka dalam penelitian ini peneliti mengunakan penilaian status gizi dengan cara pemeriksaaan fisik yang disebut antropometri ini. a) Berat badan Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting dan paling sering digunakan pada setiap kesempatan pemeriksaan kesehatan anak pada semua kelompok. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lainlainnya. Berat badan juga dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik, status gizi kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, oedema dan adanya tumor. Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu (Supariasa, 2002). b) Tinggi Badan Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang terpenting. Keistimewaannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal dicapai.tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan

32 13 yang telah lalu dan keadaan sekarang jika tidak diketahui dengan tepat. (Supariasa, 2002). Faktor sangat penting dalam penilaian status gizi. Menurut Puslitbang Giz Bogor (1980), batasan digunakan adalah penuh (completed year) dan untuk anak 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh (completed month) (Supariasa, 2002). Pengukuran status gizi dilakukan dengan melihat Indikator Antropometri yaitu; Berat badan menurut (BB/U) Tinggi badan menurut (TB/U) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Cara yang dipakai untuk mengetahui status gizi balita adalah dengan cara antropometri yaitu pengukuran berat badan dikaitkan dengan dan klasifikasi dengan standart baku WHO NCHS. Berat badan terhadap merupakan salah satu indikator yang di pakai dalam cara antropometri yang dapat memberikan gambaran tentang indeks massa tubuh dan pertumbuhan anak-anak Pengukuran barat badan merupakan ukuran antropometri terpenting pada saat ini. Berat badan menunjukkan peningkatan protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Berat badan digunakan untuk mengetahui keadaan gizi tumbuh kembang anak sensitive terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif dan dapat diulang. Dapat digunakan

33 14 timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu. 2. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapidclinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan selain salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (sympton) atau riwayat penyakit (Supariasa, 2002). 3. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang

34 15 spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa, 2002). 4. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Metode ini umumnya digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemik of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002). B. Penilaian Status Gizi secara Tidak Langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut: 1. Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Supariasa,2002). A. Tujuan survei konsumsi makanan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui kebiasaan makan, dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok,

35 16 Rumah tangga, dan perorangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya 2. Tujuan khusus a. Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok masyarakat b. Menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu, c. Menentukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan makanan, d. Sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi, e. Sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat, f. Menentukan perundang-undangan bidang pangan dan gizi. B. Metode pengukuran konsumsi pangan berdasarkan jenis data yang diperoleh a. Metode kualitatif, i. Metode frekuensi makanan (food frequensi); ii. Metode dietary history; iii. Metode telepon; iv. Metode pendaftaran makanan.

36 17 b. Metode kuantitatif i. Metode recall 24 jam ii. Perkiraan makanan (estimated food records) iii. Penimbangan makanan (food weighing) iv. Metode food account; Metode inventaris (inventory method) v. Pencatatan (household food record) c. Metode kualitatif dan kuantitatif i. Metode recall 24 jam ii. Metode riwayat makanan (dietary history) Metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu, antara lain: a. Metode Food Recall 24 Jam Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden, ibu atau pengasuh (bila anak masih kecil) disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh. Misalnya, petugas datang pada pukul ke rumah responden, maka konsumsi yang ditanyakan adalah mulai pukul (saat itu) dan

37 18 mundur ke belakang sampai pukul 07.00, pagi hari sebelumnya. Wawancara dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari. Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1 24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makanan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake. harian individu (Sanjur, 1997). Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam: Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang lalu. Dalam membantu responden mengingat apa yang dimakan, perlu diberi penjelasan waktu kegiatannya seperti

38 19 waktu baru bangun, setelah sembahyang, pulang dari sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan sebagainya. Selain dari makanan utama, makanan kecil atau jajan juga dicatat. Termasuk makanan yang dimakan di luar rumah seperti di restoran, di kantor, di rumah teman atau saudara. Untuk masyarakat perkotaan komsumsi tablet yang mengandung vitamin dan mineral juga dicatat serta adanya pemberian tablet besi atau kapsul vitamin A. Petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram). Dalam menaksir/memperkirakan ke dalam ukuran berat (gram) pewawancara menggunakan berbagai alat bantu seperti contoh ukuran rumah tangga (piring, gelas, sendok, dan lain-lain) atau model dari makanan (food model). Makanan yang dikonsumsi dapat dihitung dengan alat bantu ini atau dengan menimbang langsung contoh makanan yang akan dimakan berikut informasi tentang komposisi makanan jadi. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.

39 20 Agar wawancara berlangsung secara sistematis, perlu disiapkan kuesioner sebelumnya sehingga wawancara terarah menurut urut-urutan waktu dan pengelompokan bahan makanan. Urutan waktu makan sehari dapat disusun berupa makan pagi, siang, malam dan snack serta makanan jajanan. Pengelompokan bahan makanan dapat berupa makanan pokok, sumber protein nabati, sumber protein hewani, sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut: Kelebihan metode recall 24 jam: Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden. o Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara. o o o Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.

40 21 Kekurangan metode recall 24 jam: Tidak dapat menggambarkan asupan makanan setiari hari, bila hanya dilakukan recall satu hari. Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh karena itu responden hams mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun, orang tua berusia di atas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang yang pelupa. o The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate). o Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat. Pewawancara harus dilatih untuk dapat secara tepat menanyakan apa-apa yang dimakan oleh responden, dan mengenal cara-cara pengolahan makanan serta pola pangan daerah yang akan diteliti secara umum. o Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian. Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari-hari recall jangan dilakukan

41 22 pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan, pada saat melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan dan lain-lain. Karena keberhasilan metode recall 24 jam ini sangat ditentukan oleh daya ingat responden dan kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, maka untuk dapat meningkatkan mutu data recall 24 jam dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak berturutturut), tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari. b. Estimated Food Records Metode ini disebut juga food records atau diary records, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang is makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut. Langkah-langkah pelaksanaan food record: Responden mencatat makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram (nama masakan, cara persiapan dan pemasakan bahan makanan). Petugas memperkirakan/estimasi URT ke dalam ukuran berat (gram) untuk bahan makanan yang dikonsumsi tadi. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan DKBM. Membandingkan dengan AKG.

42 23 Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati sebenarnya (true intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu. Kelebihan metode estimated food records: Metode ini relatif murah dan cepat. Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar. Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari. Hasilnya relatif lebih alcurat Kekurangan metode estimated food records: Metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan responden merubah kebiasaan makanannya. Tidak cocok untuk responden yang buta huruf. Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi. c. Penimbangan Makanan (Food Weighing) Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia. Langkah-langkah pelaksanaan penimbangan makanan: Petugas/responden menimbang dan mencatat bahan makanan/makanan yang dikonsumsi dalam gram.

43 24 Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari, kemudian dianalisis dengan menggunakan DKBM atau DKGJ (Daftar Komposisi Gizi Jajanan). Membandingkan hasilnya dengan Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG). Perlu diperhatikan disini adalah, bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi. Kelebihan metode penimbangan: Data yang diperoleh lebih akurat/teliti. Kekurangan metode penimbangan: Memerlukan waktu dan cukup mahal karena perlu peralatan. o Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama, maka responden dapat merubah kebiasaan makan mereka. o o Tenaga pengumpul data harus terlatih dan trampil. Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden.

44 25 d. Metode Riwayat Makan (Dietary History Method) Metode ini bersifat kualitatif carena memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam w aktu yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun). Burke (1947) menyatakan bahwa metode ini terdiri dari tiga komponen, yaitu: Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang mengumgulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam terakhir. Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan, untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jmn tadi. Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek Wang. Langkah-langkah metode riwayat makan: Petugas menanyakan kepada responden tentang pola kebiasaan makannya. Variasi makan pada hari-hari khusus seperti hari libur, dalam keadaan sakit da n sebagainya juga dicatat. Termasuk jenis makanan, frekuensi penggunaan, ukuran porsi dalam URT serta cara memasaknya (direbus, digoreng, dipanggang dan sebagainya). Lakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh dengan cara mengajuka n pertanyaan untuk kebenaran data tersebut.

45 26 Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan data adalah keadaan musim-musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti hari pasar, awal bulan, hari raya dan sebagainya. Gambaran konsumsi pada hari-hari tersebut hams dikumpulkan. Kelebihan metode riwayat makan: Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang secara kualitatif dan kuantitatif. Biaya relatif murah. Dapat digunakan di klinik gizi untuk membantu mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan dengan diet pasien. Kekurangan Metode Riwayat Makan: Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden. Sangat sensitif dan membutuhkan pengumpul data yang sangat terlatih. Tidak cocok dipakai untuk survei-survei besar. Data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif. Biasanya hanya difokuskan pada makanan khusus, sedangkan variasi makanan sehari-hari tidak diketahui. e. Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency) Metode frekuensi makanan adalah untu - k memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun.

46 27 Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam penelitian epidemiologi gizi. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden. Langkah-langkah Metode frekuensi makanan: Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran porsinya. Langkah-langkah Metode frekuensi makanan, Supariasa (2001): o Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran porsinya. o Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.

47 28 Kelebihan Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency) Menurut Supariasa (2001), Metode Frekuensi Makanan mempunyai beberapa kelebihan, antara lain: o Relatif murah dan sederhana o Dapat dilakukan sendiri oleh responden o Tidak membutuhkan latihan khusus o Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan makan Kekurangan Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency) Menurut Supariasa (2001), Metode Frekuensi Makanan juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain: o Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari o Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data o Cukup menjemukan bagi pewawancara o Perlu percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner o Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi. 2. Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan, angka Kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai

48 29 bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa, 2002). 3. Faktor Ekologi Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Supariasa, 2002). 2.2 Status Gizi Lebih Gizi lebih dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya. Tetapi tidak semua orang yang mempunyai berat badan lebih disebut sebagai obesitas. Karena pada atlit yang karena latihan-latihan yang teratur menyebabkan masa otot yang tumbuh dengan baik, akan mempunyai berat badan rata-rata yang lebih dari anak sebayanya, tidak dapat disebut sebagai gizi lebih. Demikian pula dengan anak yang kerangka tulangnya besar dan ototototnya lebih dari biasanya, sehingga berat badan dan tingginya diatas rata-rata anak sebayanya, juga bukan disebut sebagai gizi lebih. Gizi lebih dapat didefinisikan sebagai kondisi akumulasi lemak abnormal atau berlebihan dalam jaringan adiposa sejauh sehingga kesehatan mungkin terganggu. Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,

49 30 termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Abunain Djumadias, 1990). Berdasarkan hukum termodinamika, gizi lebih terjadi karena adanya keseimbangan energy positif, sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara asupan energy dengan kekurangan energy, sehingga terjadi kelebihan energy yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Menurut Whitney (1990) dan Nassar (1995) dalam Nelly 2008 Kelebihan energy ini dapat disebabkan oleh : 1. Masukan energy tinggi, penggunaan normal. 2. Masukan energy normal, penggunaan rendah.

50 31 Masukan Energi Penggunaan Energi Keseimbangan Energi Kelebihan Energy Lemak Tubuh Gambar 2.1 Keseimbangan Energi dan Penimbunan Lemak 2.3 Anak Sekolah Dasar Pengertian Anak Usia Sekolah Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan. Menurut Arisman (2004) kecepatan pertumbuhan anak wanita dan lakilaki hampir sama pada usia 9 tahun. Tetapi, antara usia tahun pertumbuhan anak wanita lebih cepat dibandingkan anak laki-laki karena tubuh anak wanita memerlukan persiapan menjelang usia produksi dan pemeliharaan jaringan. Kemudian anak laki-laki baru menyusul 2 tahun kemudian.

51 Kebutuhan Makanan pada Anak Sekolah Awal usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian anak-anak mulai masuk ke dalam dunia baru, dimana dia mulai banyak berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya, dan dia berkenalan dengan suasana dan lingkungan baru dalam kehidupannya. Hal ini tentu saja banyak mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pengalaman-pengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa takut terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak ini sering menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan kepada mereka. Adanya aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah, kursus, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya, membuat stamina anak cepat menurun kalau tidak ditunjang dengan intake pangan dan gizi yang cukup dan berkualitas. Agar stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan di sekolah maupun kegiatan ekstra kurikuler, maka saran utama dari segi gizi adalah jangan meninggalkan sarapan pagi. Ada berbagai alasan yang seringkali menyebabkan anak-anak tidak sarapan pagi. Ada yang merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, atau tidak ada selera untuk sarapan pagi. Pentingnya mengkonsumsi makanan selingan selama di sekolah adalah agar kadar gula tetap terkontrol baik, sehingga konsentrasi terhadap pelajaran dan aktivitas lainnya dapat tetap dilaksanakan. Kandungan zat gizi makanan selingan ditinjau dari besarnya kandungan energi dan protein sebesar 300 kkal dan 5 gram protein. Kebutuhan energi golongan tahun relatif lebih besar daripada golongan 7-9 tahun, karena pertumbuhan relatif cepat, terutama penambahan

52 33 tinggi badan. Mulai tahun, Kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Adapun jumlah energi dan protein yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi bagi anak 7-12 tahun tertera pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari) Anak 7 12 Tahun Golongan Berat Tinggi Energi Protein 7-9 tahun 25 kg 120 cm 1800 kkal 45 gram tahun (pria) 35 kg 138 cm 2050 kkal 50 gram tahun (wanita) 38 kg 145 cm 2050 kkal 50 gram Sumber : Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII Jakarta Mei Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Lebih Pada Anak Menurut Wahyu (2009) yaitu keturunan, tingkat pendidikan ibu, pendapatan orang tua dan pola makan. Dijelaskan menurut Hanley et al (2000) adalah jenis kelamin, aktifitas fisik, menonton televisi, dan pola makan. Beberapa penelitian menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi lebih pada anak yaitu : Jenis Kelamin Menurut hasil penelitian Hanley et al (2000), di Kanada didapatkan prevalensi gizi lebih anak usia 2-19 tahun yaitu 27,7% pada anak laki- laki dan 33,7% pada anak perempuan. Sedangkan menurut Eko (2012) Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi obesitas pada perempuan lebih tinggi (26,9%) dibandingkan dengan laki-laki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Daya Tahan Tubuh (Endurance) 1. Pengertian Menurut Toho Cholik Mutohir dan Ali Maksum (2007) daya tahan umum adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas terus-menerus (lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2003). Keadaan gizi seseorang dapat

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Sulistiyani, M.Kes

Disampaikan oleh: Sulistiyani, M.Kes Disampaikan oleh: Sulistiyani, M.Kes 1 Kompetensi Dasar Setelah perkuliahan selesai diharapkan mahasiswa mampu: Menjelaskan pengertian penentuan status gizi dietetic Menyebutkan dan menjelaskan macam penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung dari pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Usia Dini Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal dan masa akhir kanak-kanak. Periode awal berlangsung dari umur dua tahun sampai enam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Sehat Anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya, aktif, gembira, makannya teratur, bersih,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat

Lebih terperinci

IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO

IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO IBNU FAJAR IDN SUPARIASA B. DODDY RIYADI JUIN HADI SUYITNO pasien masuk Skrening PENGKAJIAN GIZI Riwayat diet Antropometri Laboratorium Klinis-fisik Riwayat pasien Diagnosis medis PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

Lebih terperinci

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan KESEIMBANGAN ENERGI Jumlah energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 kg sebesar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya disebabkan oleh pola makan yang tidak seimbang. Sementara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat yang di pengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi di nilaidengan ukuran atau parameer gizi.balita yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Balita (1 5 Tahun) Anak balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun. Pada kelompok usia ini, pertumbuhan anak tidak sepesat masa bayi, tapi aktifitasnya lebih banyak (Azwar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Gizi Ibu Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Gizi pada Balita Gizi (nutrients) merupakan ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN.. ii KATA PENGANTAR. iii HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv ABSTRAK v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL.... xii DAFTAR GRAFIK... xvi DAFTAR LAMPIRAN...... xvii

Lebih terperinci

SURVEI KONSUMSI PANGAN

SURVEI KONSUMSI PANGAN SURVEI KONSUMSI PANGAN Disusun oleh Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA Ir. Retnaningsih, MSi Departemen IKK-FEMA IPB 2016 Informasi yang diperoleh Apa yang dikonsumsi Frekuensi konsumsi Jumlah yang dikonsumsi

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang. Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi status kesehatan

Lebih terperinci

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN MUSLIM, MPH Akademi Kebidanan Anugerah Bintan Tanjungpinang Kepulauan Riau Pemantauan Status Gizi Dalam membahas observasi/pemantauan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Status Gizi Status Gizi adalah ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi 2.1.1. Pengertian Status Gizi Istilah gizi dapat diartikan sebagai proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Pengasuhan Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat, dan mendidik anak yang masih kecil. Menurut Wagnel dan Funk yang dikutip oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang yang menjadi Obesitas dan overweight merupakan suatu yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi overweight

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ibu Bekerja 2.1.1 Definisi Ibu Bekerja Menurut Encyclopedia of Children s Health, ibu bekerja adalah seorang ibu yang bekerja di luar rumah untuk mendapatkan penghasilan di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan fisik yang dikerjakan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang sangat berarti. Artinya

Lebih terperinci

Adapun fungsi zat gizi bagi tubuh adalah:

Adapun fungsi zat gizi bagi tubuh adalah: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gizi Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi Balita 2.1.1 Pengertian Status gizi adalah Status gizi status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rancangan data agar dilaksanakan secara ekonomis dan menganalisis data agar dilaksanakan sesuai dengan tujuan penelitian. Nazir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masalah Gizi Pada Anak Balita Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak. Akan tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000)

Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya tahun < Rp 5000,OO Rp 5.000,OO - Rp ,OO. > Persentil ke-95 = Ovenveighr (CDC 2000) Lampiran 1. Variabel penelitian beserta kategorinya Variabel 1 Kategori Karakteristik contoh : Umur anak Uang saku per hari Sosial ekonomi keluarga Pendidikan orang tua (Ayah dan Ibu) 9-1 1 tahun < Rp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi Balita Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004). Sedangkan menurut Idrus dan Kunanto dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gizi 2.1.1. Definisi Gizi Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional karena pengambilan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pada saat ini menghadapi masalah yang berhubungan dengan pangan, gizi dan kesehatan. Dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 3-5 Tahun Keterampilan motorik kasar adalah kemampuan anak dalam menggerakkan otot besar atau sebagian tubuh atau seluruh tubuh dalam aktivitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia merefleksikan eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi dan anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi gigi yang sering dialami oleh masyarakat Indonesia adalah karies.1 Menurut World Health Organization (WHO) karies gigi merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Balita 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Keadaan tersebut dapat dibedakan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Balita Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun faal (kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi atau tingkat konsumsi pangan adalah suatu bagian penting dari status kesehatan seseorang (Suhardjo, 1989). Menurut Roedjito

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad 20 telah terjadi transisi masyarakat yaitu transisi demografi yang berpengaruh terhadap transisi epidemiologi sebagai salah satu dampak pembangunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu makanan yang dikonsumsi dan kesehatan anak itu sendiri. Kualitas dan kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh negatif yang secara langsung maupun tidak langsung. yang berperan penting terhadap munculnya overweight (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh negatif yang secara langsung maupun tidak langsung. yang berperan penting terhadap munculnya overweight (Hadi, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki berbagai masalah gizi, seperti gizi kurang dan gizi lebih. Gizi lebih sering terjadi pada kota besar karena biasanya

Lebih terperinci

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes Menentukan asupan makanan dan zat gizi (termasuk kontaminan) Merencanaan dan mengevaluasi kebijakan kesehatan dan pertanian Mempelajari hubungan asupan-penyakit (epidemiologi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR AI MARTIN SOPIAH, 2014

KATA PENGANTAR AI MARTIN SOPIAH, 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan segala Rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada

Lebih terperinci