BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radioterapi Radioterapi merupakan terapi radiasi yang bertujuan menghancurkan sel kanker yang membelah dengan cepat, mengurangi ukuran sel kanker atau menghilangkan gejala, gangguan yang menyertainya dan terkadang digunakan untuk pencegahan (profilaktik). 2, Defenisi Radioterapi Merupakan metode pengobatan penyakit kanker menggunakan radiasi elektromagnetik (sinar x dan sinar gamma) atau partikular berenergi tinggi untuk merusak kemampuan reproduksi sel-sel ganas. Tujuannya adalah menimbulkan kerusakan pada setiap molekul yang dilewati melalui proses ionisasi dan eksitasi sehingga terjadi kerusakan sel, terutama sel kanker di dalam tubuh. 1, Mekanisme Kerja Radioterapi menggunakan radiasi ion. Radiasi ion dibagi menjadi 2 yaitu: - Radiasi korpuskular yang terdiri atas elektron, proton, dan neutron. - Radiasi elektromagnetik yang terdiri sinar X dan sinar gamma, radiasi elektromagnetik ini sering juga disebut dengan foton. Radiasi ion bekerja pada DNA sel kanker untuk menghilangkan kemampuan reproduktifitas sel. DNA sel berduplikasi selama mitosis, sel dengan tingkat aktifitas mitotik yang tinggi lebih radiosensitif dibandingkan dengan sel dengan tingkat aktifitas mitotik yang lebih rendah. Radioterapi bekerja dengan merusak sel DNA kanker. Kerusakan ini disebabkan oleh foton, elektron, proton, neutron, atau sinar peng-ion yang secara langsung ataupun tidak langsung mengionisasi atom yang membentuk rantai DNA. 2,3

2 Radiasi pada jaringan dapat menimbulkan ionisasi air dan elektrolit dari cairan tubuh baik intra maupun ekstra seluler, sehingga timbul ion H + dan OH - yang sangat reaktif. Ion itu dapat bereaksi dengan molekul DNA dalam kromosom, mengakibatkan pecahnya rantai ganda DNA, perubahan cross-linkage dalam rantai DNA dan degenerasi atau kematian sel. Sel-sel yang masih bertahan hidup akan mengadakan reparasi kerusakan DNAnya sendiri-sendiri. Kemampuan reparasi DNA sel normal lebih baik dan lebih cepat dari sel kanker sehingga sel-sel kanker lebih banyak yang tetap rusak dan mati dibandingkan dengan sel-sel normal Unit Energi Radioterapi dan Dosis Radioterapi Untuk mengukur kekuatan radioterapi digunakan alat Dosimetri. Dosimetri adalah alat yang digunakan untuk mengukur banyaknya energi yang diserap per unit jaringan. Secara tradisional satuan jumlah energi radioterapi yang diserap per unit jaringan adalah RAD (Radiation Absorbed Dose). Unit SI (satuan internasional) dosis absorbs radioterapi adalah Gray (Gy). Hubungan RAD dan Gray adalah: 1,2 1 RAD = 1 centi Gy = 0,01 Gy Fraksinasi Radioterapi Radioterapi kanker kepala dan leher secara konvensional biasanya diberikan 5-7 minggu, sekali dalam sehari, lima hari dalam seminggu, 2-2,5 Gy per fraksi, sehingga total dosis terapi Gy. 2,3 Dasar metode fraksional pada radioterapi dikenal dengan istilah 4R yaitu: reparasi, redistribusi, repopulasi, dan reoksigenasi. Reparasi dan repopulasi merupakan proses yang diharapkan terjadi pada sel normal sehingga dapat mentoleransi besar dosis radioterapi yang diberikan. Reoksigenase dan redistribusi merupakan proses yang diharapkan terjadi pada sel kanker untuk dapat meningkatkan kualitas radioterapi. 1,2, Teknik Radioterapi

3 Sebelum melakukan terapi radiasi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium, penentuan stadium klinik, diagnosis histopatologik dan tujuan radiasi, kuratif atau paliatif. Penderita dengan keadaan umum yang buruk, gizi kurang dan demam tidak diperbolehkan untuk menjalani radioterapi kecuali pada keadaan tertentu seperti obstruksi jalan makanan dan perdarahan karena tumor, radiasi tetap dimulai sambil memperbaiki keadaan umum penderita. Syarat dilakukannya radioterapi antara lain: kadar Hb tidak boleh kurang dari 10 gr%, jumlah leukosit tidak boleh kurang dari 3000 per mm, dan trombosit per ul. 1,2,15-17 Siklus radioterapi ditetapkan oleh kebijakan masing-masing tim kesehatan yang menangani penderita kanker. Jika selama masa radioterapi pasien mengalami gangguan tentang syarat-syarat yang telah disebutkan diatas, maka radioterapi akan dihentikan hingga syarat-syarat tersebut terpenuhi kembali. RSUP Haji Adam Malik menetapkan kebijakan bahwa dua minggu adalah waktu perhentian maksimum dalam mencapai keadaan pasien sesuai syarat-syarat yang telah ditentukan, jika dalam waktu dua minggu keadaan pasien belum juga memenuhi syarat, maka siklus radioterapi akan diulang kembali dari awal (radioterapi ke-1). 15,16,18 Ada 2 cara utama pemberian radioterapi, yaitu dengan cara teleterapi dan/atau brakhiterapi. Teleterapi atau radioterapi eksterna adalah suatu teknik terapi kanker dengan radiasi, dimana sumber radiasi ditempatkan di luar tubuh penderita. Tujuan radiasi eksterna adalah terapi untuk menghancurkan sel-sel kanker sebanyak mungkin pada daerah yang luas, sedangkan brakhiterapi atau radioterapi interna adalah suatu teknik terapi kanker dengan radiasi, dimana sumber radiasi diletakkan di dalam tubuh penderita. Tujuan radioterapi interna adalah memberikan dosis radioterapi semaksimal mungkin pada sel kanker dan seminimal mungkin pada jaringan sehat sekitarnya.teknik radiasi interna pada rongga mulut dilakukan dengan menggunakan jarum radium sebagai sumber radiasi. Jarum tersebut diimplantasikan atau ditusukkan ke dalam jaringan tumor. Penggunaan brakhiterapi dapat dilakukan secara tunggal atau kombinasi dengan teleterapi. Peranan brakhiterapi pada kombinasi ini adalah sebagai booster yaitu sebagai penambah dosis radioterapi terhadap sel kanker. 2,19,20

4 2.2 Radioterapi pada Daerah Kanker Kepala dan Leher Radioterapi daerah kepala dan leher merupakan terapi utama pada pengobatan kanker kepala dan leher selain kemoterapi. Lokasi anatomis dari kanker kepala dan leher dapat dilihat pada gambar 1. 3,17,20 Gambar 1. Lokasi anatomis kanker kepala dan leher 17 Radioterapi memegang peranan penting pada perawatan kanker kepala dan leher. Radioterapi ini memberikan manfaat pada jaringan, tetapi juga memiliki efek samping yang tidak dapat dihindarkan. Sinar radiasi yang digunakan sebagai agen radioterapi memberi komplikasi destruktif pada mukosa oral. 3 Komplikasi yang terjadi akibat radioterapi tergantung pada dosis radioterapi, daerah yang diradiasi, total, jenis radioterapi, umur dan kondisi klinis pasien yang berhubungan dengan perawatan radioterapi dapat berupa: 1 1. Komplikasi dini. Biasanya terjadi selama atau beberapaa minggu setelah radioterapi, seperti: Xerostomia, Mukositis, Dermatitis, Eritema, Mual-muntah, Anoreksia,dll. 2. Komplikasi Lanjut. Biasanya terjadi setelah 1 tahun pemberian radioterapi seperti: kontraktur, gangguan perumbuhan,dll. 2.3 Saliva

5 Saliva adalah suatu cairan eksokrin yang kompleks, tidak berwarna, secara kuantitatif disekresikan oleh kelenjar parotis, kelenjar sublingualis, dan kelenjar submandibularis merupakan kelenjar saliva mayor (gambar 2). Di samping itu terdapat kelenjar saliva minor merupakan kelenjar saliva tambahan yang terletak di mukosa bukal, labial, lingual, dan palati tinal. 6,7,21,22 Gambar.2. Anatomi Kelenjar Saliva Mayor 11 Komposisi salivaa terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu kalsium, sodium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari protein yang berperan sebagai enzim immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan rongga mulut. Pada orang dewasa yang sehat, diproduksi saliva kurang lebih 1,5 liter dalam waktu 24 jam Fungsi Saliva Saliva mempunyai beberapa fungsi penting di dalam rongga mulut antara lain: 5,7 1. Sensasi Rasa Aliran saliva yang terbentuk di dalam asini bersifat isotonik, saliva mengalir melalui duktus dan mengalami perubahan menjadi hipotonik. Kandungan hipotonik saliva terdiri dari glukosa, sodium, klorida, urea dan memiliki kapasitas untuk memberikan kelarutan substansi yang memungkinkan gustatory buds merasakan aroma yang berbeda. 2. Perlindungan Mukosa dan Lubrikasi

6 Saliva membentuk lapisan seromukus yang berperan sebagai pelumas dan melindungi jaringan rongga mulut dari agen-agen yang dapat mengiritasi. Musin sebagai protein dalam saliva memiliki peranan sebagai pelumas, perlindungan terhadap dehidrasi, dan dalam proses pemeliharaan viskoelastisitas saliva. 3 Kapasitas Buffer Buffer adalah suatu substansi yang dapat membantu untuk mempertahankan agar ph tetap netral. Buffer dapat menetralisasikan asam dan basa. Saliva memiliki kemampuan untuk mengatur keseimbangan buffer pada rongga mulut. 4. Integritas Enamel Gigi Saliva juga memiliki peranan penting dalam mempertahankan integritas kimia fisik dari enamel gigi dengan cara mengatur proses remineralisasi dan demineralisasi. Faktor utama untuk mengontrol stabilitas enamel adalah hidroksiapatit sebagai konsentrasi aktif yang dapat membebaskan kalsium, fosfat, dan fluor di dalam larutan dan di dalam ph saliva. 5. Menjaga Oral Hygiene Saliva berfungsi sebagai self cleansing terutama pada saat tidur dimana produksi saliva berkurang. Saliva mengandung enzim lisosim yang berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan bakteri di rongga mulut. 6. Membantu Proses Pencernaan Saliva bertanggung jawab untuk membantu proses pencernaan awal dalam proses pembentukan bolus-bolus makanan. Enzim α-amylase atau enzim ptyalin merupakan salah satu komposisi dari saliva yang berfungsi untuk memecah karbohidrat menjadi maltosa, maltotriosa dan dekstrin. 7. Perbaikan Jaringan Saliva memiliki peranan dalam membantu proses pembekuan darah pada jaringan rongga mulut, secara klinis waktu pendarahan menjadi lebih singkat dengan adanya bantuan saliva. 8. Membantu Proses Bicara Lidah memerlukan saliva sebagai pelumas selama berbicara, tanpa adanya saliva, maka proses berbicara akan lebih sulit.

7 9. Menjaga Keseimbangan Cairan Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu sensasi haus yang dapat meningkatkan intake cairan. 2.5 Metode Pengumpulan Saliva Untuk mengetahui produksi saliva yang dihasilkan dapat digunakan beberapa pengukuran volume saliv va: 7,25,26 1. Draining Method (Metode Drainase) Pada metode drainase, subjek menundukkan kepalanya dan melakukan satu kali gerakan penelanan. Subjek membiarkan saliva dalam mulut mengalir melalui bibir bawah ke dalam tabung ukur dan pada waktu yang telah ditentukan. Gambar 3. Draining Method Spitting Method (Metode Peludahan) Metode Pengambilan saliva yang hampir sama dengan metodee drainase, Subjek membiarkan saliva tergenang dalam mulutnya tanpa ditelan dan setiap satumenit subjek harus meludahkan salivaa yang terkumpul didalam mulut ke tabung. Gambar 4.Spitting method Suction Method (Metode Penghisapan) Pada metode penghisapan, saliva dihisap dari dasar mulut dengan menggunakan pipa penghisap secara terus menerus.

8 Gambar 5. Suction Method Swab Method (Metode Absorbsi) Metode absorbss dilakukan dengan mengumpulkan saliva menggunakan kain penghisap yang ditimbang lebih dahulu lalu dimasukkan ke dalam rongga mulut. Setelah waktu pengumpulan saliva berakhir, kain penghisap diangkat dan ditimbang. Gambar 5. Swab Method Volume Saliva Saliva memegang peranan penting dalam mempertahankan kesehatan rongga mulut dan proses biologis yang terjadi di dalam rongga mulut. Jumlah dan susunan saliva sangat menentukan bagi kesehatan rongga mulut. Bila terjadi perubahan kualitas maupun kuantitas saliva, maka akan memperngaruhi integritas kesehatan gigi dan mulut. 5-7 Volume rata-rataa saliva yang dihasilkan perhari berkisar kurang lebih 1,5 liter. Pada orang dewasa Laju aliran saliva normal tanpa adanya stimulasi berkisar antara 0,25-0,35 ml/menit, dengan rata-rata terendah 0,1-0,25 ml/menit dan pada keadaan hiposalivasi laju aliran saliva kurang dari 0,1 ml/menit. Sedangkan laju aliran saliva normal yang distimulasi mencapai 1-3 ml/menit, rata-rata terendah mencapai 0,7-1 ml/menit dimana pada keadaan hiposalivasi ditandai dengan laju aliran saliva yang lebih rendah dari 0,7 ml/menit t. 6,24

9 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Saliva Xerostomia secara harafiah berarti mulut kering (xeros = kering, dan stroma = mulut). Perasaan mulut kering terjadi bila kecepatan resorpsi air oleh mukosa mulut bersama-sama dengan penguapan air mukosa, lebih besar daripada kecepatan sekresi saliva. Berikut ini terdapat beberapa kemungkinan penyebab yang mempengaruhi volume saliva: Kesehatan umum menurun Gangguan dalam pengaturan air dan elektrolit yang diikuti oleh terjadinya keseimbangan air yang negatif dapat menyebabkan menurunnya volume saliva, sehingga kebutuhan pembasahan mulut meningkat. Gangguan emosional seperti stress, rasa takut dan defisiensi vitamin, serta perubahan hormonal dapat menyebabkan turunnya sekresi saliva. 2. Umur Keluhan mulut kering sering ditemukan pada lanjut usia, disebabkan oleh adanya atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan volume saliva dan terjadi perubahan komposisi saliva Penggunaan Obat-Obatan Obat-obatan yang memblokade sistem saraf perifer akan menghambat sekresi saliva. Oleh karena sekresi air dan elektrolit terutama diatur oleh sistem saraf parasimpatis. Obat-obatan antikolinergik akan menghambat pengeluaran saliva. Obatobatan dengan pengaruh anti ß-andrenergik (yang disebut ß-bloker) terutama akan menghambat sekresi saliva mukus. 5-7 Obat-obatan menyebabkan penurunan volume saliva antara lain: 5,20 - Antikolinergika - Antidepresiva - Hipnotika - Spasmolitika - Obat penenang (tranquilizer) - Anti-epileptika

10 - Antihipertensiva - Dll - Antihistaminika 4. Monopause Pada perempuan menopause sekresi saliva berkurang akibat faktor sistemik seperti perubahan hormon yang meyebabkan terjadinya penurunan ketahanan rongga mulut dan sekresi saliva, faktor perubahan kemampuan fisiologi, maupun akibat faktor perubahan emosional yang terjadi. Ini mempengaruhi derajat kebersihan mulut, termasuk diet (asupan makanan), serta laju aliran saliva Radioterapi Radioterapi daerah kepala dan leher dapat menyebabkan penurunan volume saliva tergantung jenis kanker dan lapangan penyinarannya misalnya radioterapi dengan menggunakan radioactive iodine untuk pengobatan tumor tiroid dapat merusak kelenjar parotid Kemoterapi Kemoterapi dapat menyebabkan gangguan kelenjar saliva selama atau bahkan langsung setelah melakukan terapi. Kebanyakan pasien melaporkan fungsi saliva dapat kembali seperti semula meskipun beberapa diantaranya mengalami xerostomia secara permanen Konsumsi air minum Banyaknya air yang dibutuhkan seseorang berbeda-beda tergantung pada ukuran tubuh orang tersebut dan apa yang dianggap sesuai untuk tubuhnya. Meski kebutuhan air tiap orang berbeda menurut Profesor Hiromi Shinya MD, pakar enzim yang juga guru besar kedokteran di Albert Einstein College of Medicine AS, usahakan tubuh untuk mendapatkan pasokan air 8 gelas per hari (1,6 liter) untuk orang dewasa dalam mencegah terjadinya dehidrasi serta xerotomia Efek samping Radioterapi terhadap Kelenjar Saliva Sampai saat ini belum pasti diketahui apakah kerusakan pada kelenjar saliva disebabkan karena radioterapi kanker daerah kepala dan leher secara langsung merusak sel kelenjar saliva atau sebagai kerusakan sekunder karena radioterapi

11 kanker daerah kepala dan leher menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah. 10 Sel asinar serous lebih radiosensitif dari sel asinar mukus, sehingga kelenjar saliva seperti kelenjar parotis (sekresi bersifat serous) dan kelenjar submandibularis (sekresi bersifat seromukus) akan lebih radiosensitif dibandingkan dengan kelenjar sublingualis (sekresi bersifat mukus. Kelenjar saliva mayor (kelenjar saliva parotis dan submandibularis) bersifat lebih radiosensitif dibandingkan dengan kelenjar saliva minor, hal ini juga didasarkan pada sel asinar yang dimiliki masing-masing kelenjar. Radioterapi dapat menyebabkan inflamasi (radang) pada kelenjar saliva sehingga terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan udem. Menurut Vissink dkk. radioterapi kanker daerah kepala dan leher dengan dosis lebih besar dari 75 Gy menyebabkan degenerasi asinar (perubahan morfologi sel akibat radioterapi), atrofi (berkurangnya ukuran suatu organ karena penurunan jumlah sel), dan fibrosis (proses deposit kolagen yang berlebihan di dalam jaringan). Fibrosis terjadi akibat dari proliferasi fibroblast (jaringan parut) pada jaringan nekrosis yang berlebihan. 10 Radioterapi daerah kepala dan leher dapat menyebabkan kerusakan pada kelenjar saliva yang ditandai dengan adanya penurunan kecepatan aliran saliva, meningkatnya viskositas saliva, perubahan warna saliva, penurunan ph saliva dan perubahan komposisi saliva. 3,20 Penurunan kecepatan aliran saliva menyebabkan mulut kering atau Xerostomia. Xerostomia merupakan efek samping yang paling sering dijumpai pada pasien yang menerima radioterapi pada daerah kepala dan leher. Xerostomia mulai terjadi pada hari ke-3 atau ke-4 setelah tindakan radioterapi daerah kepala dan leher, dengan dosis total radioterapi berkisar antara 6-10 Gy. Xerostomia yang disebabkan oleh radioterapi daerah kepala dan leher bersifat permanen. 10 Produksi saliva dengan cepat menurun dan dapat berkurang 40% setelah 1 minggu tindakan radioterapi kanker daerah kepala dan leher. Pasien yang menerima radioterapi kanker daerah kepala dan leher pada minggu pertama sampai minggu keenam, aliran saliva akan berkurang menjadi 40%, 29%, 19%, 9% dan 5% berturut-turut dari rata-rata sebelum mendapat radioterapi pada daerah kepala dan leher. 2,4,6,10,27

12 Tabel 1. Hubungan antara dosis penyinaran dan sekresi saliva.5.6 Dosis Gejala < 10 Gy Reduksi tidak tetap sekresi saliva Gy Mulai terjadi keluhan dry mouth Gy Reduksi masih terus berlangsung reversible > 40 Gy Xerostomia Semipermanen atau permanen Dari tabel 1 ditunjukkan tingkat perubahan kelenjar saliva pada dosis kurang dari 10 Gy terjadi radang kelenjar saliva yang menyebabkan reduksi tidak tetap sekresi saliva dimana pengaruh radioterapi lebih banyak mengenai sel asinar dari kelenjar saliva serous dibandingkan dengan kelenjar saliva mukus. Dosis Gy menyebabkan penyusutan parenkim sehingga terjadi pengecilan kelenjar saliva dan penyumbatan sehingga xerostomia mulai nyata terlihat dan menyebabkan keluhan mulut kering atau dry mouth. Dosis Gy penyumbatan pada kelenjar saliva makin terjadi sehingga terjadi fibrosis yang mengakibatkan reduksi secara reversibel. Dosis lebih besar dari 40 Gy terjadi kerusakan pada glandula secara ireversibel akibat banyaknya kehilangan sel asinar yang menyebabkan terjadi xerostomia semipermanen maupun permanen. Namun pada beberapa kasus dilaporkan bahwa hipertropi kelenjar saliva dapat mengkompensasi radioterapi dan kembali membaik sekurang-kurangnya setahun setelah berhenti menerima radioterapi. 6 Radioterapi daerah kepala dan leher dapat menyebabkan perubahan pada viskositas saliva. Tingkat viskositas saliva meningkat akibt dari kerusakan sel asinar serous, sehingga terjadi penurunan jumlah saliva yang bersifat serous. Warna saliva juga berubah menjadi kuning atau coklat, ph saliva akan berkurang menjadi ± 5. Perubahan ph terjadi karena penurunan sistem buffer, penurunan sistem buffer karena penurunan konsentrasi ion bikarbonat. 10 Penurunan aliran saliva menyebabkan mukosa mulut kering, terlihat fisur yang dalam pada mukosa lidah, bibir kering, dan gangguan fungsi mulut seperti

13 berbicara, mengunyah, menelan, dan berkurangnya Indera pengecapan setelah menerima dosis radioterapi pada daerah kepala dan leher Gy. 3,6 2.8 Perawatan Xerostomia Selama Tindakan Radioterapi pada Daerah Kepala dan Leher Kelenjar saliva biasanya berada dalam lapangan radioterapi kanker daerah kepala dan leher. Perawatan xerostomia selama tindakan radioterapi adalah tetap menjaga kebersihan rongga mulut, menstimulasi kelenjar saliva yang masih berfungsi (sialogogues), dan meringankan gejala-gejala klinis mulut kering Manajemen perawatan xerostomia yang dapat dilakukan oleh paenderita xerostomia antara lain adalah Pasien mengkonsumsi air sesering mungkin untuk lubrikasi (pelumas) dan melembabkan mulut yang dapat meringankan rasa sakit. 2. Kumur-kumur dengan air untuk membersihkan rongga mulut. 3. Penggunaan permen dan permen karet yang bebas gula untuk menstimulasi saliva sehingga mulut menjadi basah. 4. Penggunaan saliva pengganti atau stimulasi saliva jika gejala xerostomia bertambah parah. 5. Penggunaan topikal fluor dan menjaga kebersihan mulut.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering kedelapan di seluruh dunia. Insiden penyakit ini memiliki variasi pada wilayah dan ras yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saliva Saliva adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu sodium, potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radioterapi Kanker daerah Kepala dan Leher 2.1.1 Definisi Radioterapi atau terapi radiasi merupakan salah satu metode pilihan dalam pengobatan penyakit maligna dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Xerostomia Umumnya perhatian terhadap saliva sangat kurang. Perhatian terhadap saliva baru timbul apabila terjadinya pengurangan sekresi saliva yang akan menimbulkan gejala mulut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tetapi juga di negara berkembang, seperti Indonesia. Kanker kepala leher

BAB I PENDAHULUAN. industri tetapi juga di negara berkembang, seperti Indonesia. Kanker kepala leher BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insidens penyakit kanker saat ini semakin meningkat, tidak hanya di negara industri tetapi juga di negara berkembang, seperti Indonesia. Kanker kepala leher merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Dalam penulisan skripsi berjudul:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara anatomis sistem pencernaan manusia dimulai dari rongga mulut. Di dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan saliva

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker kepala dan leher merupakan salah satu tumor ganas yang banyak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker kepala dan leher merupakan salah satu tumor ganas yang banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker kepala dan leher merupakan salah satu tumor ganas yang banyak terjadi didunia dan meliputi sekitar 2,8% kasus keganasan (Jemal dkk., 2006). Kanker kepala

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid. BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan. Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka populasi penduduk lansia juga akan meningkat. 2 Menurut Badan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, maka populasi penduduk lansia juga akan meningkat. 2 Menurut Badan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Proporsi penduduk lanjut usia (lansia) bertambah lebih cepat dibandingkan kelompok usia lain. 1 Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor yang terdiri dari: parotis, submandibularis, sublingualis, dan

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor yang terdiri dari: parotis, submandibularis, sublingualis, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva merupakan cairan tubuh yang kompleks dan bermanfaat bagi kesehatan rongga mulut. Saliva disekresi oleh tiga pasang glandula saliva mayor yang terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diekskresikan ke dalam rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diekskresikan ke dalam rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva 2.1.1 Definisi dan fungsi saliva Saliva merupakan gabungan dari berbagai cairan dan komponen yang diekskresikan ke dalam rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2006). Kanker leher kepala telah tercatat sebanyak 10% dari kanker ganas di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker leher kepala merupakan kanker yang terdapat pada permukaan mukosa bagian dalam hidung dan nasofaring sampai trakhea dan esophagus, juga sering melibatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antidepresan adalah terapi obat-obatan yang diberikan pada penderita gangguan depresif. Gangguan depresif adalah salah satu gangguan kesehatan jiwa yang paling sering

Lebih terperinci

HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU

HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI SEKRESI SALIVA. Departemen Biologi Oral FKG USU HAL-HAL YANG BERPENGARUH PADA KOMPOSISI DAN SEKRESI SALIVA. Sekresi saliva - fungsi normal - kesehatan rongga mulut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut adalah pintu gerbang sistem pencernaan manusia yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Di dalamnya terdapat fungsi perlindungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva adalah cairan oral kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk di rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik

Lebih terperinci

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum 1 PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET XYLITOL TERHADAP LAJU ALIRAN SALIVA (Studi Kasus Pada Pasien Radioterapi Kepala dan Leher di RSUP Dr. Kariadi Semarang) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva merupakan cairan oral yang disekresikan oleh tiga pasang kelenjar utama (parotid, submandibula, dan sublingual) dan beberapa kelenjar minoryang disalurkan melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup seseorang (Navazesh dan Kumar, 2008; Amerongen, 1991).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup seseorang (Navazesh dan Kumar, 2008; Amerongen, 1991). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saliva memainkan peranan penting bagi kesehatan rongga mulut (Gupta, 2006). Berkurang atau bertambahnya produksi saliva dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang (Navazesh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan di masyarakat. 1 Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2004,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva merupakan cairan rongga mulut yang terdiri dari sekresi kelenjar saliva dan cairan krevikuler gingiva. Produksi saliva oleh kelenjar mayor sekitar 90%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa ini Diabetes Melitus (DM) sudah menjadi penyakit yang diderita segala lapisan masyarakat. DM merupakan suatu kondisi abnormal pada proses metabolisme karbohidrat

Lebih terperinci

BAB 2 SALIVA. Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi

BAB 2 SALIVA. Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi BAB 2 SALIVA 2.1 DEFINISI Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu saluran. Saliva

Lebih terperinci

PENGARUH RADIOTERAPI AREA KEPALA DAN LEHER TERHADAP ph SALIVA

PENGARUH RADIOTERAPI AREA KEPALA DAN LEHER TERHADAP ph SALIVA PENGARUH RADIOTERAPI AREA KEPALA DAN LEHER TERHADAP ph SALIVA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana Strata-1 Kedokteran Umum AULIA PARVASANI

Lebih terperinci

Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection

Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection ORIGINAL ARTICLE Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection Nadia Surjadi 1, Rahmi Amtha 2 1 Undergraduate Program, Faculty of Dentistry Trisakti University, Jakarta

Lebih terperinci

TEORI DASAR RADIOTERAPI

TEORI DASAR RADIOTERAPI BAB 2 TEORI DASAR RADIOTERAPI Radioterapi atau terapi radiasi merupakan aplikasi radiasi pengion yang digunakan untuk mengobati dan mengendalikan kanker dan sel-sel berbahaya. Selain operasi, radioterapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum terjadi pada individu di seluruh dunia (Selwitz dkk, 2007). Menurut data riskesdas tahun 2013, sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ganja adalah tanaman Cannabis sativa yang diolah dengan cara mengeringkan dan mengompres bagian tangkai, daun, biji dan bunganya yang mengandung banyak resin. 1 Ganja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian ph dan Saliva 1. PH Hasil kali ( produk ) ion air merupakan dasar bagi skala ph, yaitu cara yang mudah untuk menunjukan konsentrasi nyata H + ( dan juga OH - ) didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dry mouth merupakan keadaan rongga mulut yang kering, berhubungan dengan adanya penurunan aliran saliva. 1 Umumnya terjadi saat cemas, bernafas melalui mulut, dan pada

Lebih terperinci

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK Nidia Alfianur 1, Budi Suryana 2 1, 2 Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Pontianak ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dan Ilmu Onkologi Radiasi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Gambar 1. Kelenjar saliva 19

Gambar 1. Kelenjar saliva 19 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan yang terdiri atas sekresi yang berasal dari kelenjar saliva dan cairan sulkus gingiva. 90% dari saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta gigi adalah produk oral yang digunakan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah penampilan estetik gigi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saliva adalah suatu cairan tidak bewarna yang memiliki konsistensi seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saliva adalah suatu cairan tidak bewarna yang memiliki konsistensi seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Saliva Saliva adalah suatu cairan tidak bewarna yang memiliki konsistensi seperti lendir dan merupakan hasil sekresi kelenjar yang membasahi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peran penting dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut (Harty and

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peran penting dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut (Harty and BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Saliva dan Anatomi Glandula Saliva Saliva adalah suatu cairan dalam rongga mulut yang mempunyai peran penting dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut (Harty

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1 1. Bila mengunyah nasi tawar lama lama akan terasa manis sebab dalam air liur terdapat enzim Renin Ptialin Pepsin Tripsin Kunci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ASI atau Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi dan tidak ada satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak TK (Taman Kanak-kanak) di Indonesia mempunyai risiko besar terkena karies, karena anak di pedesaan

Lebih terperinci

PENGARUH RADIOTERAPI AREA KEPALA DAN LEHER TERHADAP CURAH SALIVA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH RADIOTERAPI AREA KEPALA DAN LEHER TERHADAP CURAH SALIVA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH RADIOTERAPI AREA KEPALA DAN LEHER TERHADAP CURAH SALIVA JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan tanggal 27 November 2008 di klinik orthodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat Kardiovaskular yang Digunakan Pasien PJK Obat kardiovaskular yang digunakan pasien PJK adalah obat yang digunakan untuk menjaga agar suplai oksigen selalu seimbang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1.

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data dari GLOBOCAN memperkirakan, terdapat sekitar 14,1 juta ditemukan kasus kanker baru dan tercatat 8,2 juta jiwa meninggal akibat kanker pada tahun 2012 di seluruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian telah dilakukan di OSCE Center kampus Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel diawali dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 7 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indera pengecap merupakan salah satu alat untuk merasakan rasa yang ditimbulkan oleh makanan atau bahan lainnya. Lidah adalah sebagai indra pengecapan. Fungsi lidah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

Lampiran 1. Skema Alur Pikir Lampiran 1 Skema Alur Pikir 1. Kebiasaan merokok merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa terdapat lebih dari 1 milyar orang penduduk dunia adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara untuk menentukan atau mengukur derajat asam atau basa saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan kapasitas buffer saliva

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi Mulut dan Ilmu Onkologi Radiasi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa mulut. 1 Saliva terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat, baik dibidang kedokteran maupun kedokteran gigi yang dapat dipertanggung jawabkan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berkontak dengan gigi dan mukosa mulut, sering disebut dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berkontak dengan gigi dan mukosa mulut, sering disebut dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Saliva Istilah saliva menunjukkan pada larutan campuran di dalam mulut yang berkontak dengan gigi dan mukosa mulut, sering disebut dengan saliva secara keseluruhan.

Lebih terperinci

Retriksi Cairan dengan Mengunyah Permen Karet Xylitol)

Retriksi Cairan dengan Mengunyah Permen Karet Xylitol) Retriksi Cairan dengan Mengunyah Permen Karet Xylitol) A. Pengertian 1. Retriksi caira Salah satu komplikasi berat dari GGK yaitu terjadinya Gagal Ginjal Terminal (GGT). Penderita GGT hanya dapat memproduksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Saliva a. Pengertian Saliva Saliva adalah cairan oral yang kompleks, terdiri dari campuran sekresi yang berasal dari kelenjar ludah besar (mayor) dan kecil (minor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat predileksi terjadinya kanker. Kanker yang paling sering didiagnosa pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat predileksi terjadinya kanker. Kanker yang paling sering didiagnosa pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Kepala dan Leher Kanker dapat terbentuk pada jaringan atau organ yang terdapat di area kepala dan leher. Terdapat lebih dari 30 area di kepala dan leher yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB II TINJAUAN PUSATAKA BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Menyikat Gigi a. Metode Menyikat Gigi Metode menyikat yang dikenal di kedokteran gigi dibedakan berdasarkan gerakan yang dibuat sikat, pada prinsipnya terdapat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai proteksi, pengaturan reseptor

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai proteksi, pengaturan reseptor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saliva memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai proteksi, pengaturan reseptor pengecapan, dan turut menentukan persepsi rasa melalui interaksinya dengan stimulus sensoris.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana tiap trimester berlangsung hampir 3 bulan lamanya. Trimester 1

BAB I PENDAHULUAN. dimana tiap trimester berlangsung hampir 3 bulan lamanya. Trimester 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan salah satu fase terpenting bagi wanita. Ratarata, kehamilan normal akan berlangsung selama 40 minggu atau kurang lebih 275 hari. Waktu kehamilan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva merupakan cairan yang sangat penting di rongga mulut yang dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva memiliki peranan menegakkan diagnosa dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh memiliki pusat pengaturan yang diatur oleh otak. Otak merupakan organ paling besar dan paling kompleks pada sistem saraf. Sistem saraf merupakan sistem fungsional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam kesehatan jaringan keras dan lunak didalam rongga mulut. Saliva mempunyai banyak fungsi, diantaranya

Lebih terperinci

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus Analisis Data No Data Etiologi Masalah 1. Data Subjektif : Gangguan sekresi saliva Nyeri Penghentian/Penurunan aliran Nyeri menelan pada rahang saliva bawah (kelenjar submandibula) Nyeri muncul saat mengunyah

Lebih terperinci

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM (Ca) PADA SALIVA SKRIPSI Oleh: DIAN NIRMALA SARI NIM. 031610101017 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2008 PENGARUH KONSUMSI COKELAT

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik dapat meningkatkan mastikasi, bicara dan penampilan, seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan ortodontik memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA HPO 4. 11 Ada beberapa fungsi saliva yaitu membentuk lapisan mukus pelindung pada 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia memiliki organ pencernaan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia memiliki organ pencernaan yang salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia memiliki organ pencernaan yang salah satunya adalah rongga mulut. Di dalam rongga mulut terdapat cairan yang dikenal dengan nama saliva. Saliva adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh hampir seluruh individu pada sepanjang hidupnya.

Lebih terperinci

STUDI STANDARISASI RADIOTERAPI COBALT-60 TERHADAP KUANTITAS SEL DARAH PADA PENDERITA KANKER SERVIKS (Cancer Cervics) DI RSUP SANGLAH DENPASAR

STUDI STANDARISASI RADIOTERAPI COBALT-60 TERHADAP KUANTITAS SEL DARAH PADA PENDERITA KANKER SERVIKS (Cancer Cervics) DI RSUP SANGLAH DENPASAR STUDI STANDARISASI RADIOTERAPI COBALT-60 TERHADAP KUANTITAS SEL DARAH PADA PENDERITA KANKER SERVIKS (Cancer Cervics) DI RSUP SANGLAH DENPASAR Retianingsih Oeta Ulan 1, Gusti Ngurah Sutapa 1, Wayan Balik

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Saat ini konsumsi minuman ringan pada anak maupun remaja mengalami peningkatan hingga mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Minuman ringan yang telah beredar

Lebih terperinci

Nutrition in Elderly

Nutrition in Elderly Nutrition in Elderly Hub gizi dg usia lanjut Berperan besar dalam longevity dan proses penuaan Percobaan pada tikus: restriksi diet memperpanjang usia hidup Menurunkan peny kronis Peningkatan konsumsi

Lebih terperinci

GIZI DAN KANKER. Triawanti Bag. Biokimia/Gizi FK UNLAM

GIZI DAN KANKER. Triawanti Bag. Biokimia/Gizi FK UNLAM GIZI DAN KANKER Triawanti Bag. Biokimia/Gizi FK UNLAM Pendahuluan Kanker : penyakit menakutkan, blm ada terapi baku Ciri khas sel kanker : pengendalian pertumbuhan yg menurun / tidak terbatas Invasi pada

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut. 36 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 5.1. Frekuensi distribusi tes saliva subjek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel yang tumbuh secara terus menerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit 24 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi kedokteran gigi merupakan seni dan ilmu dalam membuat gambar bayangan gigi dan struktur sekitarnya. Radiografi berperan penting di bidang

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan 27 November 2008 bertempat di klinik ortodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI. Selama periode tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva merupakan cairan komplek yang dapat dihasilkan dari kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter, yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Karies merupakan penyakit yang terdapat pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, disebabkan oleh aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keju merupakan makanan yang banyak dikonsumsi dan ditambahkan dalam berbagai makanan untuk membantu meningkatkan nilai gizi maupun citarasa. Makanan tersebut mudah diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah SWT menciptakan segala sesuatu yang dia kehendaki selalu sebaik-baiknya. Segala sesuatu yang dia ingin ciptakan tidak ada yang sia-sia dan tidak mempunyai manfaat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras. 7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi jaringan dibawahnya dari kerusakan dan masuknya mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh manusia jauh sebelum mengenal gula. Madu baik dikonsumsi saat perut kosong (Suranto, Adji :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan

Lebih terperinci

PENGARUH RADIOTERAPI AREA KEPALA DAN LEHER TERHADAP CURAH SALIVA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH RADIOTERAPI AREA KEPALA DAN LEHER TERHADAP CURAH SALIVA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH RADIOTERAPI AREA KEPALA DAN LEHER TERHADAP CURAH SALIVA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program Strata-1 Kedokteran

Lebih terperinci

PENGARUH RADIOTERAPI AREA KEPALA DAN LEHER TERHADAP ph SALIVA

PENGARUH RADIOTERAPI AREA KEPALA DAN LEHER TERHADAP ph SALIVA PENGARUH RADIOTERAPI AREA KEPALA DAN LEHER TERHADAP ph SALIVA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program Strata-1 Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal pada anak usia 12-15 tahun di Indonesia cenderung meningkat dari 76,25% pada tahun 1998 menjadi 78,65% pada tahun

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor yang penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan asupan nutrisi atau

Lebih terperinci