Cook Book Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Cook Book Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

3 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 1

4 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun ; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 4. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010; 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan; 8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah; 9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses; 10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan; 11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA; 12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang Implementasi Kurikulum; 13. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, No. 717/D/Kep/2013, tentang Bentuk dan Tata Cara Penyusunan Laporan Capaian Kompetensi Peserta Didik Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah; 14. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (SE Mendikbud) Nomor /MPK.A/KR/2013 Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum ,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 2

5 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 3

6 Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; (Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA). Buku Panduan Guru adalah pedoman yang memuat strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan penilaian untuk setiap mata pelajaran dan/atau tema pembelajaran; (PP No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP No. 19 tentang SNP). Buku Teks Pelajaran adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai kompetensi dasar dan kompetensi inti; (PP No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP No. 19 tentang SNP). Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kurikulum standar sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dan dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih luas atau di luar minat yang dikembangkan oleh kurikulum; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Ekstrakurikuler pilihan merupakan program ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Evaluasi (evaluation/judgement) adalah proses mengambil keputusan berdasarkan hasilhasil penilaian; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Evaluasi kurikulum adalah serangkaian tindakan sistematis dalam mengumpulkan informasi, pemberian pertimbangan dan keputusan mengenai nilai dan makna kurikulum. Evaluasi kurikulum merupakan kegiatan yang dilakukan sejak awal pengembangan ide kurikulum, pengembangan dokumen, implementasi, dan sampai kepada saat di mana hasil kurikulum sudah memiliki dampak di masyarakat; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Fakta merupakan kejadian atau peristiwa yang dapat dilihat, didengar, dibaca, disentuh, atau diamati atau materi yang berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 4

7 peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda dan lain sebagainya; (Direktorat PSMA, Pembelajaran berbasis kompetensi melalui pendekatan saintifik). Indeks Prestasi merupakan rata-rata dari gabungan hasil penilaian kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Indikator merupakan rumusan yang menggambarkan karakteristik, ciri-ciri, perbuatan, atau respon yang harus ditunjukkan atau dilakukan oleh peserta didik dan digunakan sebagai penanda/indikasi pencapaian kompetensi dasar; (Direktorat PSMA, Juknis Penyusunan Rancangan Hasil Belajar di SMA) Indikator Pencapaian Kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (Direktorat PSMA, Juknis Pengembangan RPP). Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Kegiatan mandiri adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai kompetensi dasar. Waktu penyelesaiannya diatur oleh peserta didik atas dasar kesepakatan dengan pendidik; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Kegiatan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai kompetensi dasar. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Kelompok Matapelajaran Wajib merupakan bagian dari pendidikan umum yaitu pendidikan bagi semua warganegara bertujuan memberikan pengetahuan tentang bangsa, sikap sebagai bangsa, dan kemampuan penting untuk mengembangkan kehidupan pribadi peserta didik, masyarakat dan bangsa; (Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA). 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 5

8 Kompetensi adalah seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Peserta Didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan suatu program, atau menyelesaikan satuan pendidikan tertentu; (PP No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP No. 19 tentang SNP). Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program; (PP No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP No. 19 tentang SNP). Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai kompetensi inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran; (PP No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP No. 19 tentang SNP). Konsep merupakan ide yang mempersatukan fakta-fakta atau dengan kata lain konsep merupakan suatu penghubung antara fakta-fakta yang saling berhubungan. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakikat, dan inti isi. Contoh konsep tentang zat cair (kelompok benda-benda seperti air, minyak, alkohol, bensin, dan spiritus) adalah zat yang mempunyai ciri-ciri bentuk selalu berubah sesuai bentuk wadah/tempat yang ditempatinya, volume dan beratnya selalu tetap, dapat mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah, tidak dapat dimampatkan; (Direktorat PSMA, Pembelajaran berbasis kompetensi melalui pendekatan saintifik). Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu(pp Nomor 32 Tahun 2013) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan; (PP No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP No. 19 tentang SNP). Matapelajaran Kelompok A dan C adalah kelompok matapelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat. Matapelajaran Kelompok B adalah kelompok matapelajaran yang substansinya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Matapelajaran kelompok A dan B adalah kelompok matapelajaran wajib, sedangkan kelompok C adalah matapelajaran peminatan; (Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA). Matrikulasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan awal yang diperlukan peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran pada jenjang tertentu. Secara operasional program matrikulasi diartikan sebagai kegiatan pemenuhan kompetensi siswa agar kesenjangan antara dua standar isi dari kurikulum yang berbeda dapat dipenuhi sesuai dengan kompetensi yang harus dipenuhi; (Direktorat PSMA, Model Matrikulasi SMA). Metakognitif adalah pengetahuan kognisi secara umum seperti kesadaran dan pengetahuan tentang kognisinya itu sendiri; (Direktorat PSMA, Pembelajaran berbasis kompetensi melalui pendekatan saintifik). 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 6

9 Metode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya (Wina Senjaya, 2008). Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran di luar waktu libur untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Muatan lokal merupakan bahan kajian pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personalhumanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar; (PP No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP No. 19 tentang SNP). 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 7

10 Pembelajaran Berbasis Projek (Project-Based Learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan sebagai inti pembelajaran; (Direktorat PSMA, Model Penyusunan RPP). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar; (Direktorat PSMA, Model Penyusunan RPP). Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning) adalah sebagai proses bertanya, menyelidiki dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Inkuiri merupakan suatu proses yang dinamik untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga dapat memahami lingkungan dan situasi lainnya. Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Inkuiri adalah suatu kegiatan atau penelaahan sesuatu dengan cara mencari kesimpulan, keyakinan tertentu melalui proses berpikir dan penalaran secara teratur, runut dan bila diterima oleh akal; (Direktorat PSMA, Model Penyusunan RPP). Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri; (Direktorat PSMA, Model Penyusunan RPP). Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya sense of inquiry dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989). Proses pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang mengapa. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang bagaimana. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang apa. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 8

11 Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. (Dokumen kurikulum 2013). Pembelajaran aktif adalah adalah suatu cara atau strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi peserta didik seoptimal mungkin sehingga peserta didik mampu mengubah tingkah lakunya secara efektif dan efisien dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran langsung (Direct Teaching) adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Pembelajaran tidak langsung (Indirect Teaching) adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Pendekatan ilmiah (scientificappoach) meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 9

12 (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach); (Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)). Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan patokan (PAP). Semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Pengayaan adalah pengalaman atau kegiatan peserta didik yang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dan tidak semua peserta didik dapat melakukannya. Pengukuran (measurement) adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran. Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numeric dari suatu tingkatan dimana seseorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan, yang dapat menggunakan tes dan non tes. Pengukuran dalam kegiatan belajar bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif (Guilford: 1982) Penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi dari proses dan hasil pembelajaran untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik; (PP No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP No. 19 tentang SNP). Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Penilaian antar matapelajaran adalah kesimpulan dari sikap keseluruhan dalam mata pelajaran diputuskan melalui rapat koordinasi bersama dengan guru mata pelajaran dan wali kelas; (Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan, Manajemen Implementasi Kurikulum 2013) Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 10

13 Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Penilaian kelas adalah suatu usaha untuk membangun praktek mengajar yang lebih baik dengan melakukan umpan balik pada pembelajaran peserta didik lebih sistimatik, lebih fleksibel, dan lebih efektif; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Penilaian pengetahuan adalah penilain potensi intelektual yang terdiri dari tahapan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi (Anderson & Krathwohl, 2001). Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada matapelajaran tertentu secara jelas; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Menilai kesiapan, proses dan hasil belajar secara utuh. Relevan dengan pembelajaran saintific dalam pembelajaran. Penilaian dan pembelajaran secara terpadu. Harus mencerminkan masalah dunia nyata. Tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Prinsip merupakan generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsep yang berkaiatan atau lebih dikenal berupa dalil, rumus, postulat, adagium dan paradigma. Prinsip IPA bersifat analitik, sebab merupakan generalisasi induktif yang ditarik dari berapa contoh. Contoh yang merupakan prinsip adalah jika air dipanaskan maka akan menguap. Prinsip yang menghubungkan adalah konsep air, konsep panas, dan konsep penguapan. Termasuk ke 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 11

14 dalam kategori prinsip adalah hukum, teori, dan azas; (Direktorat PSMA, Pembelajaran berbasis kompetensi melalui pendekatan saintifik). Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Prosedur merupakan sederatan langkah yang bertahap dan sistematis dalam menerapkan prinsip. Langkah prosedural merupakan bagian dari kompetensi pada aspek keterampilan. Pada pembelajaran biologi contohnya misalnya adalah proses pembuatan telur asin, langkahlangkah membuat sayatan preparat dan lain sebagainya; (Direktorat PSMA, Pembelajaran berbasis kompetensi melalui pendekatan saintifik). Ranah abstrak mencakup; aktivitas menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang. Ranah konkrit mencakup; menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat. Pembelajaran remedial adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial. Rubrik adalah daftar kategori beserta deskriptor kriterianya. Deskriptor dalam rubrik harus jelas dan terukur; (Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum). Sikap Spiritual adalah sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sikap Sosial adalah karakter diri, sikap hubungannya dengan sesama, dan sikap terhadap lingkungan. Sintaks merupakan fase-fase dari model yag menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaan secara nyata; (Direktorat PSMA, Model Penyusunan RPP). Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar; (PP No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP No. 19 tentang SNP). Strategi pembelajaran menurut Kemp (Wina Senjaya, 2008) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 12

15 pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan a plan of operation achieving something sedangkan metode adalah a way in achieving something (Wina Senjaya (2008). Taktik Pembelajaran; merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat) (Wina Senjaya, 2008). Teknik Pembelajaran; dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama (Wina Senjaya, 2008). Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan kompetensi dasar, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan yang menggambarkan arah dan target yang dicapai dalam seluruh rangkaian kegiatan (dalam satu atau berberapa minggu/pertemuan) dalam satu materi pokok/tema/teks, serta memuat penjelasan proses dan hasil yang diharapkan. Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan; (PP No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP No. 19 tentang SNP). 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 13

16 Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah kompetensi dasar yang merepresentasikan kompetensi inti pada tingkat kompetensi tersebut; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian standar nasional pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Ujian Sekolah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses Pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar Peserta Didik; (PP No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas PP No. 19 tentang SNP). Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik diakhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua kompetensi dasar pada semester tersebut; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodic untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar atau lebih; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh kompetensi dasar pada periode tersebut; (Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan). 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 14

17 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 15

18 Langkah-langkah penyusunan KTSP Berdasarkan bagan tersebut, terdapat 5 (lima) besaran kegiatan yaitu; 1) Kegiatan Koordinasi dan Persiapan, 2) Pelaksanaan Pengembangan, 3) Supervisi, 4) Sosialisasi dan Implementasi, dan 5) Evaluasi. Masing-masing kegiatan tersebut akan dijelaskan berikut ini. 1. Kegiatan Persiapan dan Koordinasi Kegiatan persiapan terdiri atas beberapa kegiatan yang dilakukan di sekolah dengan koordinasi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang dalam hal ini dapat diwakili oleh pengawas SMA, berupa bimbingan dalam penyusunan KTSP dengan substansi yang mencakup antara lain 1) penentuan jenis dan strategi pelaksanaan muatan lokal; 2) penentuan jadwal penyusunan dan pendampingan; dan 3) perumusan kalender pendidikan. Kegiatan persiapan yang dapat dilakukan antara lain; a. Kepala SMA berkoordinasi dengan pengawas membentuk atau melakukan revitalisasi fungsi Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Sekolah dan memberi pengarahan teknis untuk melakukan pengembangan KTSP, antara lain tentang; 1) Analisis keberhasilan, kendala, kekurangan, atau revisi Kurikulum tahun sebelumnya, baik pada dokumennya maupun pada saat implementasinya. 2) Dasar pelaksanaan pengembangan Kurikulum Sekolah, antara lain implementasi Kurikulum 2013, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang meliputi 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 16

19 perubahan SKL, SI, Standar Proses, Standar Penilaian, dan Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum. 3) Analisis konteks, yaitu analisis pemenuhan terhadap Standar Pendidikan Nasional yang telah dicapai sekolah, antara lain Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, serta Standar Sarana dan Prasarana. 4) Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan Kurikulum Sekolah, difokuskan pada pencapaian kompetensi Kurikulum 2013 yang terpadu berkaitan dengan SKL, SI, Standar Proses, dan Standar Penilaian yang mencakup tiga domain sikap, pengetahuan dan keterampilan. 5) Manfaat pengembangan Kurikulum Sekolah sebagai acuan dalam implementasi kurikulum. 6) Hasil yang diharapkan dari kegiatan pengembangan Kurikulum Sekolah terkait dengan pengembangan potensi peserta didik yang mencakup tiga domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 7) Unsur-unsur yang terlibat dan uraian tugasnya dalam pelaksanaan pengembangankurikulum Sekolah.. b. Tim Pengembang Kurikulum(TPK) Sekolah menyusun rencana, jadwal, materi, dan strategi pengembangankurikulum untuk tahun berjalan.pada kegiatan ini dapat melibatkan pengawas atau nara sumber lain yang kompeten, sehingga diperoleh suatu pemahaman untuk diaplikasikan dalam penyusunan kurikulum sekolah. Kegiatan tersebut meliputiantara lain; 1) Penyamaan persepsi terhadap Kurikulum 2013 berikut peraturan-peraturan yang berlaku, antara lain PP No. 32 Tahun 2013, Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang SKL, Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi, Permendikbud Nomor 65 tentang Standar Proses, Permendikbud Nomor 66 tentang Standar Penilaian, dan Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum. 2) Pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan keberhasilan dan kendala pelaksanaan Kurikulum yang dilakukan melalui kajian analisis terhadap dokumen kurikulumtahun sebelumnya,serta kemungkinan kendala dalam pelaksanaan KurikulumSekolahyang akan disusun untuk tahun berjalan. 3) Analisis kondisi riil sekolah terutama yang berkaitan dengan tenaga pendidik dan sarana dan prasarana yang akan dijadikan dasar dalam menyusun program peminatan, lintas minat, dan pendalaman minat (lihat lampiran Mekanisme dan Prosedur Peminatan, Lintas Minat, Pendalaman Minat).Hasil analisis tersebut merupakan gambaran kondisi riil sekolah, terutama tentang ketersediaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan,serta sarana-prasarana sekolah sebagai acuan dalam menyusun program peminatan, lintas minat, dan pendalaman minat. 4) Perencanaan penambahan mata pelajaran Wajib B, penambahan jam dan mata pelajaran, sesuai hasil analisis kondisi riil sekolah atau berdasarkan keputusan kepala daerah kab./kota atau provinsi masing-masing, misalnya penambahan Bahasa Daerah. Penambahan ini dapat dipadukan pada mata pelajaran wajib B atau berdiri sendiri sebagai mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) 5) Penyusunan rencana program peminatan dan lintas minat untuk kelas X berdasarkan hasil analisis tenaga pendidik, kondisi sarana-prasarana, dan hasil 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 17

20 angket peserta didik kelas X tentang minat dan lintas minat (lihat lampiran tentang mekanisme dan prosedur peminatan, lintas minat, dan pendalaman minat). 2. Pengembangan KTSP Hasil analisis pada kegiatan persiapan dan koordinasi, dijadikan bahan dan materi, serta strategi pengembangan kurikulum sekolah dengan langkah kegiatan antara lain; a. Menyusun Draf KTSP TPK mengembangkan draf KTSP untuk tahun berjalan berdasarkan hasil analisis tersebut di atas, serta hasil evaluasi terhadap KTSP tahun sebelumnya. Pada saat pengembangan, TPK dapat berkoordinasi dengan pengawas atau unsur Dinas Pendidikan lain, serta unsur dinas/instansi terkait sesuai dengan kebutuhan. b. Kegiatan Review, Revisi, dan Finalisasi Setelah draf KTSP jadi, maka TPK melakukan review, revisi, dan finalisasi untuk memastikan kebenaran dan keterlaksanaannya. Kegiatan ini dapat melibatkan pengawas atau stakeholder lain, misalnya orang atau sumber yang berkaitan dengan pelaksanaan muatan lokal. Review dan revisi juga harus dilakukan terhadap RPP, sehingga RPP yang dikembangkan benar-benar sudah mencakup kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Kegiatan pengembangan RPP dilakukan oleh guru mata pelajaran dengan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik yang mencakup tiga domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan mengacu kepada silabus dan buku yang diterbitkan oleh Kementerin Pendidikan (lihat E-Katalog untuk buku). (lihat model Pengembangan RPP,Model Pengembangan Penilaian, dan Analisis Hasil Belajar Peserta Didik). c. Pemantapan dan Penilaian Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan hasil finalisasi, yang dilakukan oleh TPK sekolah dengan melibatkan Kepala Sekolah dan Pengawas atau Kepala Seksi Kurikulum Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota (dapat menggunakan instrumen verifikasi/validasi), serta persetujuan dari Komite Sekolah. d. Penandatangan oleh Kepala Sekolah dan Komite Sekolah Kepala SMA dan Ketua Komite Sekolah menandatangani dokumen kurikulum hasil pemantapan dan penilaian dan menetapkan pemberlakuan kurikulum tersebut di sekolahnya, kemudian mengirimkannya ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk direkomendasikan ke Dinas Pendidikan Provinsi. e. Tim Pengembang Kurikulum menggandakan dokumen kurikulum dan Kurikulum SMA siap untuk disosialisasikan dan diimplementasikan. 3. Supervisi Kegiatan supervisi disini tidak diartikan sebagai supervisi pada saat implementasinya di sekolah, tetapi merupakan kegiatan penilaian atau judgement terhadap kelayakan KTSP yang telah dikembangkan oleh sekolah. Pada kegiatan ini Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota (dapat dilakukan oleh pengawas sekolah) melakukan verifikasi, untuk selanjutnya merekomendasikan kurikulum sekolah yang bersangkutan ke Dinas Pendidikan Provinsi. Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Dinas Pendidikan Provinsi memvalidasi kelayakan KTSP tersebut untuk diketahui/ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi atau yang mewakilinya, dan kemudian di kembalikan ke sekolah masing-masing. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 18

21 4. Sosialisasi dan Implementasi Sosialisasi dan implementasi Kurikulum dapat dilakukan sebelum atau setelah dokumen Kurikulum diketahui/ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi. Tetapi telah ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan diketahui oleh Komite Sekolah sebagai bukti pemberlakuannya. 5. Evaluasi Evaluasi KTSP dilaksanakan secara berkesinambungan dan berkala yang dilakukan oleh sekolah (guru, Kepala Sekolah, dan Komite Sekolah) minimal satu semester dua kali untuk Dokumen 1, dan oleh guru mata pelajaran yang melakukan evaluasi dan revisi RPP sesuai kebutuhan. Langkah-langkah penyusunan draf KTSP 1. TPK menyusun visi dan misi sekolah berdasarkan analisis konteks; 2. TPK menyusun halaman depan, lembar pengesahan, kata pengantar, dan daftar isi. 3. TPK menyusun Bab I Pendahuluan yang mencakup latar belakang, dasar, dan tujuan. a. Latar belakang, menguraikan tentang kondisi ideal, kondisi nyata, potensi dan karakteristik sekolah; b. Dasar, menguraikan landasan hukum pengembangan KTSP termasuk PP No. 32 Tahun 2013 sebagai pengganti atas PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan berikut Permendikbud yang mengiringinya (Permendikbud No. 54, 64, 65, 66, 69, dan 81A Tahun 2013) c. Tujuan; berisi Tujuan penyusunan KTSP dan manfaat penyusunan KTSP sebagai acuan dalam implementasi kurikulum. 4. TPK menyusun Bab II Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan yang mencakup;. a. Visi; mendeskripsikan cita-cita yang hendak dicapai oleh satuan pendidikan. Dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang. Mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan. Dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga sekolah dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan nasional. Diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah dengan memperhatikan masukan komite sekolah. Disosialisasikan kepada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan. ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat. Dilengkapi dengan indikator pencapaian visi satuan pendidikan. b. Misi; mendeskripsikan indikator-indikator yang harus dilakukan melalui rencana tindakan dalam mewujudkan visi satuan pendidikan. Memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu. Menjadi dasar program pokok sekolah. Menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan oleh sekolah. Memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program sekolah. Memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuansatuan unit sekolah yang terlibat. Dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 19

22 pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah. Disosialisasikan kepada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan. Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat. Dilengkapi dengan indikator pencapaian misi satuan pendidikan. c. Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan; mendeskripsikan hal-hal yang perlu diwujudkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah (empat tahunan). Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat. Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh sekolah dan Pemerintah. Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah. Disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan. Dilengkapi dengan indikator pencapaian tujuan satuan pendidikan. 5. TPK menyusun bab III Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang menguraikan tentang Muatan Kurikulum pada tingkat nasional, tingkat daerah, dan kekhasan satuan pendidikan. a. Muatan kurikulum pada tingkat nasional, mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA b. Muatan kurikulum tingkat daerah, terdiri atas sejumlah bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal yang ditentukan oleh daerah yang bersangkutan. c. Muatan kurikulum kekhasan satuan pendidikan, berupa bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran muatan lokal serta program kegiatan yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik. 6. TPK menyusun bab IV Pengaturan beban belajar yang menguraikan tentang sistem paket atau SKS, pembelajaran tatap muka, penugasan terstruktur, kegiatan mandiri, beban belajar tambahan, peminatan, lintas minat, dan pendalaman minat, pembelajaran saintifik, penilaian autentik, ketuntasan belajar, kenaikan kelas, mutasi, UTK dan UMTK, dan kelulusan. a. Sistem Paket atau SKS b. Pembelajaran tatap muka, adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. c. Penugasan terstruktur, adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai kompetensi dasar. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. d. Kegiatan mandiri, adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai kompetensi dasar. Waktu penyelesaiannya diatur oleh peserta didik atas dasar kesepakatan dengan pendidik. e. Beban belajar tambahan, satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Konsekuensi penambahan beban belajar pada satuan pendidikan menjadi tanggung jawab satuan pendidikan yang bersangkutan. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 20

23 f. Peminatan, lintas minat, dan pendalaman minat. Peserta didik memiliki kesempatan untuk memilih kelompok peminatan, lintas minat, dan pendalaman minat, serta mata pelajaran sesuai dengan potensinya. Pemilihan kelompok peminatan berdasarkan nilai rapor SMP/MTs, nilai ujian nasional SMP/MTs, rekomendasi guru bimbingan dan konseling di SMP, hasil tes penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA, dan tes bakat minat oleh psikokog. Pada semester kedua di Kelas X, seorang peserta didik masih mungkin mengubah kelompok peminatan, berdasarkan hasil pembelajaran di semester pertama dan rekomendasi guru bimbingan dan konseling. Peserta didik selain memilih mata pelajaran peminatan, juga harus memilih mata pelajaran lintas kelompok peminatan sebanyak 6 jam pelajaran di Kelas X dan 4 jam pelajaran di Kelas XI dan XII. Matapelajaran lintas minat yang dipilih sebaiknya tetap dari Kelas X sampai dengan XII. Peserta didik di SMA/MA Kelas XII dapat mengambil matakuliah pilihan di perguruan tinggi yang akan diakui sebagai kredit dalam kurikulum perguruan tinggi yang bersangkutan. Pilihan ini tersedia bagi peserta didik SMA/MA yang memiliki kerjasama dengan perguruan tinggi terkait. Pendalaman minat matapelajaran tertentu dalam kelompok peminatan dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi. g. Pembelajaran saintifik; Pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya sense of inquiry dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989). Prinsip pembelajaran mencakup; berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. h. Penilaian autentik; dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Meliputi ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Menilai kesiapan, proses, dan hasil belajar peserta didik secara utuh. Relevan dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran. Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu. Penilaian autentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian autentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. i. Ketuntasan belajar. Seorang peserta didik dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai KD pada KI-3 dan KI-4 yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai 2.66 dari hasil tes formatif. Ketuntasan seorang peserta didik pada KD dari KI- 1 dan KI-2 dengan memperhatikan aspek sikap untuk seluruh matapelajaran, yakni jika profil sikap peserta didik secara umum berada pada kategori baik (B) menurut standar yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan. j. Kenaikan kelas. Kriteria kenaikan kelas ditentukan oleh pihak sekolah berdasarkan karakteristik sekolah masing-masing. k. Mutasi. Kriteria mutasi ditentukan oleh pihak sekolah berdasarkan karakteristik sekolah masing-masing. Peserta didik dapat pindah ke sekolah lain yang sejenis dan telah 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 21

24 menggunakan SKS dan semua kredit yang telah diambil dapat dipindahkan ke sekolah yang baru (transfer kredit). l. Ujian Tingkat Kompetensi (UTK) dan Ujian Mutu Tingkat Kompetensi (UMTK). Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah kompetensi dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah kompetensi dasar yang merepresentasikan kompetensi inti pada tingkat kompetensi tersebut. m. Kelulusan. Berdasarkan PP 32 tahun 2013 pasal 72 Peserta Didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah: (a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran; (b) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran; (c) lulus ujian sekolah/madrasah; dan (d). lulus Ujian Nasional. 7. TPK menyusun bab V Kalender Pendidikan yang menguraikan tentang permulaan waktu pelajaran, pengaturan waktu belajar efektif, dan pengaturan waktu libur. a. Permulaan waktu pelajaran dimulai pada setiap awal tahun pelajaran. b. Pengaturan waktu belajar efektif. Terdiri dari waktu minggu efektif dan waktu pembelajaran efektif. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran di luar waktu libur untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu yang meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal (kurikulum tingkat daerah), ditambah jumlah jam untuk kegiatan lain yang dianggap penting oleh satuan pendidikan. c. Pengaturan waktu libur. Mengacu pada ketentuan yang berlaku tentang hari libur, baik nasional maupun daerah. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus. 8. MGMP mengembangkan RPP berdasarkan silabus, buku siswa dan buku panduan guru 9. TPK melampirkan lampiran-lampiran. Misalnya SK TPK dilengkapi dengan uraian tugas, program dan jadwal kegiatan dan contoh RPP; Langkah-langkah pengembangan muatan lokal di satuan pendidikan 1. Dari bawah ke atas (bottom up) 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 22

25 2. Dari atas ke bawah (top down) 3. Penentuan dan pelaksanaan muatan lokal Langkah-langkah analisis kompetensi inti (KI) 1. Melakukan linearisasi kompetensi dasar pengetahuan dan ketrampilan sesuai materi pokok pada silabus; 2. Mengembangkan indikator pengetahuan berdasarkan kompetensi dasar pengetahuan dan materi pokok; 3. Mengembangkan materi pembelajaran yang terdiri atas : fakta, konsep, prinsip, dan prosedur berdasarkan kompetensi dasar pengetahuan dan materi pokok; 4. Merancang penilaian pengetahuan; 5. Mengembangkan indikator keterampilan yang terkait dengan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur berdasarkan kompetensi dasar ketrampilan dan kegiatan pembelajaran dalam silabus; 6. Mengembangkan alternatif pembelajaran mulai dari mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan yang diperlukan untuk mengembangkan sikap sosial dan sikap religius; 7. Merancang penilaian ketrampilan; 8. Mengidentifikasi nilai-nilai sikap dari kompetensi dasar dan kompetensi inti spirital dan sosial; 9. Merancang penilaian sikap. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 23

26 Langkah-langkah Penyusunan Indikator Pencapaian Kompetensi Pengetahuan Kriteria: 1. Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang dapat diamati dan terukur, didalamnya terdapat dua unsur, yaitu tingkat kompetensi pengetahuan dan materi pokok; 2. Penyusunan indikator mengacu pada kompetensi inti, kompetensi dasar, dan materi pokok, dan penilaian dalam silabus; 3. Tingkat kompetensi indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal yang tercantum pada kompetensi dasar maupun kompetensi inti dan dapat dikembangkan hingga ke tingkat yang paling tinggi untuk mencapai target pencapaian kompetensi yang ditetapkan sesuai dengan karakteristik dan daya dukung sekolah dan lingkungannya; 4. Tingkat kompetensi pada aspek penggetahuan adalah mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi. Contoh: mata pelajaran biologi kelas X KI-3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah KD-3.3 : Menerapkan pemahaman tentang virus berkaitan dengan ciri, replikasi, dan peran virus dalam aspek kesehatan masyarakat. Indikator pencapaiaan kompetensi: Menjelaskan ciri-ciri dan struktur virus, Mengurutkan replikasi virus, Mengklasifikasi kasus-kasus penyakit yang disebabkan virus Menentukan peran virus dalam aspek kesehatan masyarakat Menganalisis jenis-jenis partisipasi remaja dalam menanggulangi persebaran virus Langkah-langkah Penyusunan Indikator Pencapaian Kompetensi Ketrampilan Kriteria: 1. Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang dapat diamati dan terukur, didalamnya terdapat dua unsur, yaitu tingkat kompetensi ketrampilan dan konten; 2. Penyusunan indikator mengacu pada kompetensi inti, kompetensi dasar, kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus; 3. Tingkat kompetensi indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal yang tercantum pada kompetensi dasar maupun kompetensi inti dan dapat dikembangkan hingga ke tingkat yang paling tinggi untuk mencapai target pencapaian kompetensi yang ditetapkan sesuai dengan karakteristik dan daya dukung sekolah dan lingkungannya; 4. Tingkat kompetensi pada aspek ketrampilan adalah mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Contoh: mata pelajaran biologi kelas X KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 24

27 KD-4.3 : Menyajikan data tentang ciri, replikasi, dan peran virus dalam aspek kesehatan dalam bentuk model/charta Indikator pencapaiaan kompetensi: Mengamati berbagai kasus penyakit yang disebabkan virus saat ini Menanya penyebab berbagai penyakit dan mekanisme penyebarannya Mengumpulkan data karakteristik virus dan struktur virus, proses perkembangbiakan virus dan penyebaran virus HIV Mengolah data kaitan antara struktur dan reproduksi virus dengan penyebaran penyakit dan mengaitkan perilaku yang harus dilakukannya Menyajikan secara lisan tentang ciri dan karakter virus, perkembangbiakan dan cara penularan HIV Langkah-langkah Penyusunan Indikator Pencapaian Kompetensi Sikap Spiritual dan Sosial Kriteria: 1. Indikator tidak harus menggunakan kata kerja operasional; 2. Penyusunan indikator mengacu pada kompetensi inti, kompetensi dasar, kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus; 3. Tingkat kompetensi pada aspek sikap adalah menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan; Contoh: mata pelajaran biologi kelas X KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KD-1.1 : Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan hidup Indikator pencapaiaan kompetensi: Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu kegiatan Menjalankan ibadah tepat waktu. Contoh: mata pelajaran biologi kelas X KI-2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KD-2.1 : Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab,dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium. Indikator pencapaiaan kompetensi: Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan Datang tepat waktu Melaksanakan tugas individu dengan baik 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 25

28 Langkah-Langkah Penyusunan RPP 1. Mengkaji silabus, buku siswa dan buku panduan guru. Silabus menguraikan kompetensi inti, kompetensi dasar (spiritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan), materi pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus sebagai dasar pengembangan RPP, terutama pengembangan indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, metode, media/alat/sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 26

29 2. Menuliskan identitas rencana pelaksanaan pembelajaran yang mencakup Sekolah, Matapelajaran, Kelas/Semester, Materi Pokok dan alokasi waktu. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian kompetensi dasar dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Alokasi waktu ditulis dengan cara menuliskan jumlah pertemuan x jumlah jam sesuai struktur kurikulum. Misalnya 2 x 3 JP (dua kali pertemuan masing-masing tiga jam pelajaran). 3. Menuliskan kompetensi inti, meliputi kompetensi inti spiritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan; 4. Menuliskan kompetensi dasar dan menyusun indikator pencapaian kompetensi sebagai berikut: a. Kompetensi dasar spiritual dan dapat menyusun indikator pencapaian kompetensi spiritual; b. Kompetensi dasar sosial dan dapat menyusun indikator pencapaian kompetensi sosial; c. Kompetensi dasar pengetahuan dan menyusun indikator pencapaian kompetensi pengetahuan; d. Kompetensi dasar ketrampilan dan menyusun indikator pencapaian kompetensi ketrampnsi dasarilan; Penyusunan indicator pencapaian kompetensi memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang terukur, didalamnya terdapat dua unsur, yaitu tingkat kompetensi dan konten (pengetahuan dan keterampilan); b. Penyusunan indikator mengacu pada kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus; c. Tingkat kompetensi indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal yang tercantum pada kompetensi dasar maupun kompetensi inti dan dapat dikembangkan hingga ke tingkat yang paling tinggi untuk mencapai target pencapaian kompetensi sesuai dengan karakteristik dan daya dukung sekolah dan lingkungannya; d. Tingkat kompetensi pada aspek sikap adalah menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan; e. Tingkat kompetensi pada aspek pengetahuan adalah mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevalasi, dan mengkreasi; f. Tingkat kompetensi pada aspek keterampilan adalah mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta, dan g. Keseluruhan indikator yang disusun memadai untuk mencapai kompetensi dasar, kompetensi inti, dan standar kompetensi lulusan. 5. Mengembangkan tujuan pembelajaran. a. Tujuan pembelajaran sikap spiritual b. Tujuan pembelajaran sikap sosial c. Tujuan pembelajaran pengetahuan, dan d. Tujuan pembelajaran ketrampilan. Tujuan pembelajaran memenuhi: a. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan kompetensi dasar dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 27

30 b. Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh kompetensi dasar atau diorganisasikan untuk setiap pertemuan; c. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan yang menggambarkan arah dan target yang dicapai dalam seluruh rangkaian kegiatan (dalam satu atau berberapa minggu/pertemuan) dalam satu materi pokok/tema/teks, serta memuat penjelasan proses dan hasil yang diharapkan. 6. Menguraikan materi pokok ke dalam materi pembelajaran. Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi; 7. Menyusun metode pembelajaran, berdasarkan langkah-langkah pembelajaran yang terurai dalam silabus. Menuliskan model pembelajaran yang digunakan misalnya discovery, inkuiri, pembelajaran berbasis masalah atau pembelajaran berbasis projek. Menuliskan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan saintifik, Menuliskan metode pembelajaran, misalnya diskusi, eksperimen, demonstrasi, dan/atau simulasi, 8. Menyusun media, alat, dan sumber belajar, berdasarkan langkah-langkah pembelajaran yang terurai dalam silabus; 9. Mengembangkan langkah-langkah pembelajaran berdasarkan kegiatan pembelajaran di silabus, buku guru dan buku siswa; Kegiatan pendahuluan meliputi: a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari; c. mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan d. menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas. Kegiatan Inti meliputi: a. Guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca; b. Guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, didengar atau dibaca. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik; c. Menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara sebagai tindak lanjut dari bertanya. Peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi; d. Memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan; e. Mengomunikasikan hasil berupa menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 28

31 tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan Penutup meliputi: a. guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling; e. memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan f. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 10. Menyusun instrumen penilaian pengetahuan yang terdiri dari tes dan tugas. Instrumen tes mencakup kisi-kisi, soal, kunci jawaban untuk soal pilihan ganda dan pedoman penskoran untuk soal uraian. Kisi-kisi soal mencakup identitas kisi-kisi yang sekurangkurangnya memuat nama sekolah, mata pelajaran, jenis kurikulum, jumlah soal, bentuk soal, alokasi waktu, dan penyusun soal. Uraian dalam bentuk tabel meliputi; Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Bahan Kelas/Semester, Materi Pokok, Indikator Soal dan Nomor soal. Indikator soal memenuhi kriteria; a. Menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus yang tepat), b. Menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif dan lebih dari satu kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan; c. Dapat dibuat soal atau pengecohnya (untuk soal objektif); d. Memperhatikan urgensi, kontinuitas, relevansi, dan keterpakaian (UKRK); e. Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik), B = behaviour (perilaku yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang diberikan), dan D = degree (tingkatan yang diharapkan); f. Bagi kompetensi yang menuntut kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah ditambah stimulus. 11. Menyusun intrumen penilaian ketrampilan yang terdiri dari tes praktik, projek, dan/atau portofolio yang disertai dengan rubrik; 12. Menyusun instrumen penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial yang terdiri dari observasi, penilaian antarteman, penilaian diri, dan/atau jurnal. Observasi, penilaian antarteman, penilaian diri dilengkapi dengan rubrik. Langkah-langkah model Discovery Learning 1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Tahap ini Guru bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. 2. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 29

32 dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). 3. Data collection (pengumpulan data), guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. 4. Data processing (pengolahan data), merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis. 5. Verification (pentahkikan/pembuktian), bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. 6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi), adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu. Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Langkah-langkah pembelajaran penemuan (Inquairy Learning) 1. Orientasi, guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah; menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan, dan menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa Orientasi Merumuskan masalah Merumuskan hipothesis Mengumpulkan data Menguji hipothesis Merumuskan kesimpulan 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 30

33 2. Merumuskan masalah, merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 3. Merumuskan hipotesis, adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. 4. Mengumpulkan data, adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. 5. Menguji hipotesis, adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 6. Merumuskan kesimpulan, adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Langkah-langkah pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) 1. Mengorientasikan siswa pada masalah; kegiatan guru: melakukan menginformasikan tujuan pembelajaran, menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadi pertukaran ide yang terbuka, mengarahkan pada pertanyaan atau masalah, dan mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar; kegiatan guru: membantu siswa menemukan konsep berdasar masalah, mendorong keterbukaan, proses-proses demokrasi dan cara belajar siswa aktif, dan menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 31

34 3. Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok; kegiatan guru: memberi kemudahan pengerjaan siswa dalam mengerjakan/menyelesaikan masalah, mendorong kerjasama dan penyelesaian tugas-tugas, mendorong dialog, diskusi dengan teman, mmbantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan masalah, membantu siswa merumuskan hipotesis, dan membantu siswa dalam memberikan solusikegiatan guru: memberi kemudahan pengerjaan siswa dalam mengerjakan/menyelesaikan masalah, mendorong kerjasama dan penyelesaian tugas-tugas, mendorong dialog, diskusi dengan teman, mmbantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berkaitan dengan masalah, membantu siswa merumuskan hipotesis, dan membantu siswa dalam memberikan solusi 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja; kegiatan guru: membimbing siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKP) dan membimbing siswa menyajikan hasil kerja. 5. Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah; Kegiatan guru: membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemcahan masalah, dan mengevaluasi materi. Langkah-langkah pembelajaran Projek (Project Based Learning) 1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang memberikan tugas kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan dunia nyata yang dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk siswa sesuai dengan tuntusan kompetensi yang diharapkan. Penyiapan pertanyaan dapat dilakukan di awal semester agar dapat dirancang kegiatan selanjutnya yaitu mendesain perencanaan. 2. Mendesain perencanaan proyek Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan siswa sehingga siswa merasa memiliki proyek tersebut. Perencanaan berisi aturan main, pemilihan aktivitas pendukung untuk menjawab pertanyaan esensial dengan cara mengintegrasikan berbagai subyek yang mungkin. Serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. 3. Menyusun Jadwal Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. 4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. 5. Menguji hasil Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 32

35 berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. 6. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran. Langkah-langkah penyusunan projek oleh siswa 1. Planning; kegiatan yang dilakukan adalah a) merancang seluruh projek, kegiatan dalam langkah ini adalah: mempersiapkan projek, secara lebih rinci mencakup: pemberian informasi tujuan pembelajaran, guru menyampaikan fenomena nyata sebagai sumber masalah, pemotivasian dalam memunculkan masalah dan pembuatan proposal, b) mengorganisir pekerjaan, kegiatan dalam langkah ini adalah: merencanakan projek, secara lebih rinci mencakup: mengorganisir kerjasama, memilih topik, memilih informasi terkait projek, membuat prediksi, dan membuat desain investigasi. 2. Creating; siswa mengembangkan gagasan-gagasan projek, mengkombinasikan ide yang muncul dalam kelompok, dan membangun projek. Tahapan kedua ini termasuk aktifitas pengembangan dan dokumentasi. Pada tahapan ini pula siswa menghasilkan suatu produk (artefak) yang nantinya akan dipresentasikan dalam kelas. 3. Processing; meliputi presentasi projek dan evaluasi. Pada presentasi projek akan terjadi komunikasi secara aktual kreasi ataupun temuan dari investigasi kelompok, sedangkan pada tahapan evaluasi akan dilakukan refleksi terhadap hasil projek, analisis dan evaluasi dari proses-proses belajar. 4. Reporting (membuat laporan projek) Langkah-langkah Penilaian hasil belajar oleh pendidik 1. Tahap persiapan dilakukan melalui langkah-langkah berikut. a. Mengkaji kompetensi dan silabus sebagai acuan dalam membuat rancangan dan kriteria penilaian; b. Membuat rancangan dan kriteria penilaian; c. Mengembangkan indikator; d. Memilih teknik penilaian sesuai dengan indikator; e. Mengembangkan instrumen dan pedoman penskoran. 2. Tahap pelaksanaan. a. Pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran diawali dengan penelusuran. Penelusuran dilakukan dengan menggunakan teknik bertanya untuk mengeksplorasi pengalaman belajar sesuai dengan kondisi dan tingkat kemampuan peserta didik. b. Melaksanakan tes dan/atau nontes. 3. Tahap analisis/pengolahan dan tindak lanjut a. Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar (lihat Model Pengembangan Analisis Hasil Belajar Peserta Didik). 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 33

36 b. Hasil penilaian dikembalikan kepada peserta didik disertai balikan (feedback) berupa komentar yang mendidik (penguatan). c. Hasil analisis ditindaklanjuti dengan layanan remedial dan pengayaan, serta memanfaatkannya untuk perbaikan pembelajaran. d. Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial antarmatapelajaran dilakukan oleh semua pendidik selama satu semester, hasilnya diakumulasi dan dinyatakan dalam bentuk deskripsi kompetensi sikap oleh wali kelas. 4. Tahap pelaporan a. Hasil penilaian dilaporkan kepada pihak terkait. b. Laporan hasil penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan oleh pendidik berbentuk nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi. c. Laporan hasil penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dalam bentuk deskripsi sikap. d. Laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada kepala sekolah dan pihak lain yang terkait (misal: wali kelas, guru Bimbingan dan Konseling, dan orang tua/wali) pada periode yang ditentukan. Langkah-langkah Penilaian Satuan Pendidikan 1. Tahap persiapan a. Menentukan kriteria minimal pencapaian tingkat kompetensi dengan mengacu pada indikator Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran. b. Mengoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, dan ujian sekolah. c. Menentukan kriteria kenaikan kelas. d. Menentukan kriteria kelulusan ujian sekolah. e. Menentukan kriteria kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. 2. Tahap pelaksanaan a. Menyelenggarakan ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. b. Menyelenggarakan ujian tingkat kompetensi untuk kelas XI. c. Menyelenggarakan ujian sekolah untuk kelas XII. 3. Tahap analisis/pengolahan hasil penilaian dan tindak lanjut a. Melakukan penskoran hasil ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. b. Menentukan kenaikan kelas peserta didik sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. c. Melakukan penskoran hasil ujian tingkat kompetensi. d. Membuat peta kompetensi peserta didik kelas XI. e. Melakukan penskoran hasil ujian sekolah kelas XII. f. Menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah sesuai kriteria yang telah ditetapkan. g. Mengadakan rapat dewan pendidik untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. h. Menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta didik bagi satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional. i. Menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi satuan pendidikan yang telah terakreditasi. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 34

37 4. Tahap pelaporan a. melaporkan hasil pencapaian kompetensi dan/atau tingkat kompetensi kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk rapor (laporan capaian kompetensi). b. melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota dan instansi lain yang terkait. c. melaporkan hasil Ujian Tingkat Kompetensi kepada orangtua/wali peserta didik dan dinas pendidikan. Langkah-langkah pembelajaran remedial. Kompetensi yang belum tuntas dituntaskan melalui pembelajaran remedial sebelum melanjutkan pada kompetensi berikutnya. Matapelajaran yang belum tuntas pada semester berjalan, dituntaskan melalui pembelajaran remedial sebelum memasuki semester berikutnya. Pembelajaran remedial hendaknya memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Adaptif. Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik. 2. Interaktif. Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan. 3. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian. Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. 4. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin. Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik. 5. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan. Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing. Pembelajaran remedial dapat diselenggarakan dengan berbagai kegiatan antara lain: 1. Memberikan tambahan penjelasan atau contoh. Peserta didik kadang-kadang mengalami kesulitan memahami penyampaian materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang disajikan hanya sekali, apalagi kurang ilustrasi dan contoh. Pemberian tambahan ilustrasi, contoh dan bukan contoh untuk pembelajaran konsep misalnya akan membantu pembentukan konsep pada diri peserta didik. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 35

38 2. Menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan sebelumnya. Penggunaan alternatif berbagai strategi pembelajaran akan memungkinkan peserta didik dapat mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapi. 3. Mengkaji ulang pembelajaran yang lalu. Penerapan prinsip pengulangan dalam pembelajaran akan membantu peserta didik menangkap pesan pembelajaran. Pengulangan dapat dilakukan dengan menggunakan metode dan media yang sama atau metode dan media yang berbeda. 4. Menggunakan berbagai jenis media. Penggunaan berbagai jenis media dapat menarik perhatian peserta didik. Perhatian memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Semakin memperhatikan, hasil belajar akan lebih baik. Namun peserta didik seringkali mengalami kesulitan untuk memperhatikan atau berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Agar perhatian peserta didik terkonsentrasi pada materi pelajaran perlu digunakan berbagai media untuk mengendalikan perhatian peserta didik. Pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah pokok, pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial. Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain: 1. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat. 2. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan. 3. Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan. 4. Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab. Mekanisme pelaksanaan remidial secara teknik menggunakan langkah-langkah, sebagai berikut : 1. Menganalisis hasil evaluasi belajar peserta didik setelah selesai 1 kompetensi dasar tertentu. 2. Menentukan ketuntasan peserta didik dan nilai rerata secara individual maupun klasikal. 3. Menetapkan bentuk remedial yang akan dilaksanakan. 4. Melakukan penilaian untuk mengetahui keberhasilan tindakan bentuk remedial. 5. Menganalisis hasil penilaian remedial serta menentukan tindakan berikutnya. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 36

39 6. Nilai remedial tidak melebihi dari nilai KKM. 7. Kegiatan remedial dilaksanakan di luar jam tatap muka. Langkah-langkah pembelajaran pengayaan Langkah-langkah sistematis pengayaan mencakup dua hal, (1) mengidentifikasi kelebihan kemampuan peserta didik, dan (2) memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran pengayaan. Identifikasi kemampuan berlebih peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui jenis serta tingkat kelebihan belajar peserta didik. Kelebihan kemampuan belajar itu antara lain meliputi; belajar lebih cepat, menyimpan informasi lebih mudah, keingintahuan yang tinggi, berpikir mandiri, superior dalam berpikir abstrak, dan memiliki banyak minat. Teknik pembelajaran pengayaan dapat dilakukan melalui: 1. Kegiatan eksploratori yang bersifat umum yang dirancang untuk disajikan kepada peserta didik. Sajian dimaksud berupa peristiwa sejarah, buku, tokoh masyarakat, yang secara regular tidak tercakup dalam kurikulum. 2. Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran mandiri. 3. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/penelitian ilmiah. Langkah-langkah menyusun deskripsi kompetensi pengetahuan Misalnya pada mata pelajaran Biologi. 1. Buatlah rekapitulasi hasil penilaian pengetahuan selama satu semester, misalnya: Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester Nama pesert No a didik 1 Adi 2 : X/I KD KD Nilai Harian KD KD KD R NH N TS N AS NR LCK (Rapor) Angk a Pre d 3.00 B Keterangan: 3.1 : KD tentang ruang lingkup biologi 3.2 : KD tentang tingkat keanekaragaman hayati 3.3 : KD tentang virus 3.4 : KD tentang archaebacteria dan eubacteria 3.5 : KD tentang protista 2. Menentukan nilai rata-rata harian 3. Menentukan nilai tengah semester (NTS) dan nilai akhri semester (NAS) 4. Menentukan nilai rapor (NR) dari nilai harian, nilai tengah semester, dan nilai akhir semester 5. Menentukan predikat nilai rapor berdasarkan tabel 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 37

40 6. Menyusun deskripsi kompetensi. Berdasarkan rekapitulasi data tersebut, maka deskripsinya adalah memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan baik, terutama pada pengetahuan tentang ruang lingkup biologi, tingkat keanekaragaman hayati, dan archaebacteria dan eubacteria, perlu ditigkatkan pada pengetahuan tentang virus dan protista. Langkah-langkah menyusun deskripsi kompetensi ketrampilan Misalnya pada mata pelajaran Biologi. 1. Buatlah rekapitulasi hasil penilaian ketrampilan selama satu semester, misalnya: Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : X/I No 1 Adi 2 Nama pesert a didik KD Nilai Tes Praktik KD KD KD KD Keterangan: 3.1 : KD tentang ruang lingkup biologi 3.2 : KD tentang tingkat keanekaragaman hayati 3.3 : KD tentang virus 3.4 : KD tentang archaebacteria dan eubacteria 3.5 : KD tentang protista R TP Proj ek Por tofo lio NR LCK (Rapor) Angk a Pre d 3.00 B 2. Menentukan nilai rata-rata tes praktik, 3. Menentukan nilai rata-rata projek dan rata-rata portofolio. 4. Menentukan nilai rapor dari nilai rata-rata tes praktik, rata-rata projek dan rata-rata portofolio. 5. Menentukan predikat nilai rapor berdasarkan tabel 6. Menyusun deskripsi kompetensi ketrampilan. Berdasarkan rekapitulasi data tersebut, maka deskripsinya adalah mengolah, menalar, dan menyajikan ketrampilan Baik, terutama pada kompetensi virus, archaebacteria dan eubacteria, dan protista, perlu ditingkatkan pada kompetensi ruang lingkup biologi dan tingkat keanekaragaman hayati. Langkah-langkah menyusun deskripsi kompetensi sikap spiritual dan sosial Misalnya pada mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai berikut: 1. Buatlah rekapitulasi hasil penilaian sikap spiritual dan sosial selama satu semester, misalnya: Mata pelajaran : Bahasa Inggris Kelas/Semester : X/1 No Nama Hasil observasi sikap Profil sikap Sikap berdasarkan LCK (Rapor) Sikap spiritual (KI- 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 38

41 Semangat belajar Santun Peduli secara umum hasil observas i Penilaian diri Penilaian antarpesdi Jurnal 1) dan sikap sosial (KI-2) dalam mapel 1 Adi B B C B B B C B 2. Menentukan profil sikap secara umum hasil observasi. Berdasarkan contoh di atas; hasil observasi menunjukkan Baik dua buah (semangat belajar dan santun) dan cukup satu buah (peduli), profil sikap berdasarkan modus nilai observasi adalah Baik (B). 3. Menentukan nilai capaian kompetensi sikap yang berasal dari nilai observasi (B), penilaian diri (B), penilaian antar peserta didik (B), dan jurnal (C). Berdasarkan modus nilai tersebut, maka diputuskan nilai capaian kompetensi sikapnya adalah Baik (B). 4. Membuat deskripsi capaian kompetensi sikap pada mata pelajaran Bahasa Inggris adalah: Sikapnya baik, mulai konsisten menunjukkan semangat belajar serta santun dalam berperilaku dan bertutur kata dengan guru dan teman, namun sikap kepedulian dalam berkomunikasi interpersonal perlu ditingkatkan. Langkah-langkah penilaian antar matapelajaran 1. Pendidik menginformasikan kompetensi sikap yang akan dinilai yaitu sikap spiritual dan sosial (milsanya; jujur, disiplin, tanggungjawab, toleransi, gotong royong, sopan santun, atau percaya diri) pada awal semester; 2. Mengembangkan indikator kompetensi sikap, teknik dan bentuk intrumen (observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal) dan instrumen penilaian sikap sesuai dengan matapelajaran yang diampunya; 3. Memberi penjelasan tentang kriteria (rubrik) penilaian untuk setiap sikap yang akan dinilai termasuk bentuk instrumen yang akan digunakannya; 4. Memeriksa dan mengolah hasil penilaian dengan mengacu pada pedoman penskoran dan kriteria (rubrik) penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya; 5. Menginformasikan hasil penilaian kepada peserta didik pada setiap akhir pekan dengan tujuan untuk (a) mengetahui kemajuan hasil pengembangan sikapnya, (b) mengetahui kompetensi sikap yang belum dan yang sudah dicapai sesuai kriteria yang ditetapkan, (c) memotivasi peserta didik agar memperbaiki sikap yang masih rendah dan berusaha mempertahankan sikap yang telah baik, dan (d) menjadi bagian refleksi bagi pendidik untuk memperbaiki strategi pengembangan sikap peserta didik di masa yang akan datang; 6. Melakukan tindak lanjut hasil penilaian sikap setiap minggu dan dijadikan dasar untuk melakukan proses pembinaan dan pengembangan sikap; 7. Mengolah setiap skor penilaian harian selama satu semester dan menetapkan nilai rapor sikap spiritual dan sosial; 8. Membuat deskripsi sikap spiritual dan sosial berdasarkan skor penilaian harian. 9. Menyerahkan nilai rapor sikap spiritual dan sosial dan deskripsinya kepada wali kelas 10. Wali kelas membuat akumulasi dan menyatakan dalam bentuk deskripsi kompetensi antar matapelajaran. Deskripsi sikap antar matapelajaran menguraikan kelebihan sikap peserta didik, dan sikap yang masih perlu ditingkatkan apabila ada secara keseluruhan, serta rekomendasi untuk peningkatan. Misalnya; menunjukkan sikap yang baik dalam berdoa, 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 39

42 kejujuran, kedisiplinan, toleransi, gotong royong, santun, dan percaya diri. Perlu ditingkatkan sikap tanggung jawab, melalui pembiasaan penugasan mandiri di rumah. Nilai sikap antar matapelajaran Penilaian sikap antar matapelajaran adalah kesimpulan dari sikap keseluruhan dalam matapelajaran diputuskan melalui rapat koordinasi bersama dengan guru mata pelajaran dan wali kelas. Deskripsi sikap antar matapelajaran menjadi tanggung jawab wali kelas melalui analisis nilai sikap setiap matapelajaran dan proses diskusi secara periodik dengan guru mata pelajaran. Deskripsi sikap antar matapelajaran menguraikan kelebihan sikap peserta didik, dan sikap yang masih perlu ditingkatkan apabila ada secara keseluruhan, serta rekomendasi untuk peningkatan. Pengolahan nilai sikap dalam antar matapelajaran sebagai berikut: 1. Penilaian dilakukan oleh seluruh guru mata pelajaran dan dikoordinasi oleh wali kelas. 2. Proses penilaian dilakukan melalaui analisis sikap setiap mata pelajaran dan disampaikan dalam diskusi antar guru. 3. Diskusi bisa dilakukan secara periodik, berkesinambungan, melalui konferensi, maupun melalui rapat penilaian untuk kenaikan kelas 4. Deskripsi sikap antar matapelajaran bersumber pada nilai kualitatif dan deskripsi setiap mata pelajaran. Guru mata pelajaran menyerahkan skor akhir, nilai kualitatif, dan deskripsi sikap pada wali kelas. Contoh format pengolahan nilai sikap oleh wali kelas: Mata Pelajaran Nilai Sikap Modus Dst Akhir Jujur B C B B B C C C B B Baik Sanga Disiplin B SB C B SB SB B SB C SB Kerjasam a C C C B B C SB C B C Keterangan: dst : adalah matapelajaran t Baik Cuku p Contoh uraian deskripsi sikap antar matapelajaran antara lain : Menunjukkan sikap yang sangat baik dalam disiplin, baik dalam kejujuran dan perlu ditingkatkan sikap kerjasama, melalui pembiasaan kerja kelompok dalam tatap muka di kelas dan penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri secara berkelompok di rumah. Langkah-langkah kegiatan ujian sekolah 1. menyusun kisi-kisi ujian; 2. mengembangkan (menulis, menelaah, dan merevisi) instrumen; 3. melaksanakan ujian; 4. mengolah (menyekor dan menilai) dan menentukan kelulusan peserta didik; dan 5. melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 40

43 Langkah-langkah pengawasan proses pembelajaran Langkah-langkah pengawasan proses pembelajaran meliputi (a) penyusunan program pengawasan, (b) pelaksanaan, (c) evaluasi, (d) pelaporan, (e) tindak lanjut. A. Penyusunan program pengawasan 1. Kepala Sekolah memberikan informasi dan arahan tentang pengawasan proses pembelajaran kepada TPK; 2. TPK mengumpulkan data dan informasi tentang hasil pengawasan tahun lalu; 3. Mengidenifikasi hasil pengawasan tahun sebelumnya melalui analisis kesenjangan dengan mengacu pada kebijakan di bidang pendidikan yang digunakan; 4. Mengolah dan menganalisis hasil dan evaluasi pengawasan tahun sebelumnya; 5. Menentukan prioritas tujuan, sasaran, metode kerja serta langkah-langkah kegiatan dalam program pengawasan tahun berikutnya; 6. Perumusan rancangan program pengawasan tahunan yang memuat materi/aspek/fokus masalah, tujuan, indikator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi); scenario kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan instrument pengawasan; 7. Pemantapan dan penyempurnaan rancangan program pengawasan tahunan; 8. Menyiapkan instrumen-instrumen yang dibutuhkan sesuai dengan materi/aspek/fokus masalah yang akan disupervisi. B. Pelaksanaan 7. Melaksanakan pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan melalui antara lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi; 8. melaksanakan supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan melalui antara lain, pemberian contoh, diskusi, konsultasi, atau pelatihan. C. Evaluasi hasil pengawasan 1. mengidentifikasi masalah-masalah yang ditemukan pada saat melaksanakan pemantauan dan supervise; 2. melakukan analisis masalah-masalah melalui analisis kuantitatif atau analisis kualitatif (dapat digunakan analisis kesenjangan atau analisis SWOT); 3. mengevaluasi hasil pengawasan sebagai bahan penyusunan rekomendasi dan tindak lanjut terhadap guru, kepala sekolah maupun Dinas Pendidikan serta untuk perbaikan program pengawasan berikutnya. D. Pelaporan 1. Mengkompilasi dan mengklasifikasi data hasil pemantauan dan supervise; 2. Menganalisis data hasil pemantauan dan supervise; 3. Menyusun Laporan hasil pengawasan sesuai sistematika yang ditetapkan. E. Tindak lanjut 1. Mengidentifikasi hasil pemantauan dan supervise; 2. Menentapkan guru yang menunjukkan kinerja yang memenuhi atau melampaui standar; 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 41

44 3. Memberikan penguatan dan penghargaan kepada guru menunjukkan kinerja yang memenuhi atau melampaui standar; 4. Memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan. Langkah-langkah matrikulasi 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 42

45 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 43

46 Bagaimana SKL Kurikulum 2013 dikembangkan? SKL Kurikulum 2013 dirumuskan berdasarkan Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan nasional dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kompetensi, yaitu: 1. Kompetensi spiritual; yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2. Kompetensi sosial, yaitu: berakhlak mulia, sehat, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 3. Kompetensi pengetahuan, yaitu berilmu, dan 4. Kompetensi ketrampilan, yaitu: cakap dan kreatif. Rumusan Standar Kompetensi Lulusan berdasarkan Permendikbud No. 54 tahun 2013 sebagai berikut: KOMPETENSI LULUSAN SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C Dimensi Sikap Pengetahuan Ketrampilan Kualifikasi Kemampuan Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian. Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 44

47 Secara rinci SKL dijelaskan dalam bagan berikut ini: Apa perbedaan kurikulum 2006 dengan kurikulum 2013? Deskripsi Kurikulum 2006 Kurikulum 2013 Syarat kelulusan memperoleh nilai minimal baik dari satuan pada penilaian akhir untuk empat pendidikan kelompok mata pelajaran. seluruh mata pelajaran. Standar SKL mencakup SKL satuan Kompetensi pendidikan, SKL kelompok mata Lulusan pelajaran dan SKL mata pelajaran. Ketercapaian SKL SKL dicapai melalui pencapaian SK, KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk SKL satuan pendidikan menengah yang mencakup kompetensi sikap spiritual, sikap social, pengetahuan dan ketrampilan. Dikembangkan tingkat kompetensi yang terdiri dari delapan tingkat kompetennsi. SKL dicapai melalui pencapaian KI, KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 45

48 Standar Kompetensi dan Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Proses Pembelajaran Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. Pada umumnya mencakup kompetensi pengetahuan dan ketrampilan. Sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Pada umumnya mencakup kompetensi pengetahuan dan ketrampilan. Dikenal dengan EEK (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi). Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses pembelajaran. Penilaian Didominasi oleh penilaian pengetahuan, sebagian mata pelajaran melakukan penilaian psikomotorik, dan seluruh mata pelajaran menilai sikap. Laporan Nilai Dituangkan dalam bentuk buku laporan hasil belajar peserta didik, mencakup nilai sikap, sebagian mata pelajaran melaporkan nilai pengetahuan dan ketrampilan serta deskripsi dari semua mata pelajaran. Nilai dalam bentuk angka dengan rentang untuk nilai pengetahuan dan ketrampilan, seedangkan sikap dalam bentuk Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap tingkat kelas atau program. KI terdiri dari KI spiritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh Peserta Didik melalui pembelajaran. KD terdiri dari KD spiritual, sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Dikenal dengan pembelajaran saintifik meliputi 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengomunikasikan). Model pembelajaran memprioritaskan pada empat model pembelajaran yaitu discovery learning, inquiry learning, project-based learning dan problem-based learning. Dikenal dengan penilaian autentik dengan sepuluh teknik penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Dituangkan dalam bentuk laporan capaian kompetensi hasil belajar peserta didik, semua mata pelajaran melaporkan nilai sikap spiritual dan sosial berupa pedikat, nilai pengetahuan dan nilai ketrampilan berupa angka dan predikat. Nilai dalam bentuk angka 1-4 dengan kelipatan 0,33. Menguraikan deskripsi 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 46

49 predikat. Menguraikan deskripsi mata pelajaran saja dan dominan pada pengetahuan dan psikomotorik. sikap spiritual dan social, pengetahuan dan ketrampilan serta deskripsi antar mata pelajaran. Apa perbedaan dimensi pengetahuan menurut Taksonomi Bloom dengan Taksonomi Anderson? Perbedaan taksonomi dapat dilihat sesuai bagan di bawah ini: Mengapa mapel TIK ditiadakan? Kalau memang TIK menjadi bagian, pada bagian mana guru TIK berperan? TIK pada kurikulum 2013 bukan sebagai mata pelajaran, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, TIK itu adalah tools untuk semua mata pelajaran. Untuk memfasilitasi Guru TIK, pemerintah sedang mengupayakan terbitnya permendikbud untuk mengantisifasi dan mempertahankan keberadaan guru TIK di satuan pendidikan. Wanaca yang berkembang adalah seperti halnya peran guru bimbingan konseling. Tetapi orientasinya pada pelayanan pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengoptimalkan peran teknologi dan informasi dalam pembelajaran, penilaian dan pengelolaan. Mengapa jumlah jam pelajaran mata pelajaran bahasa inggris berkurang? Sebenarnya jumlah jam mata pelajaran Bahasa Inggris tidak berkurang, hanya menempatkan kompetensi tertentu sebagai kompetensi pada peminatan. Materi-materi dasar Bahasa Inggris ditempatkan pada mapel Bahasa Inggris wajib yang cukup dengan 2 jam pelajaran dapat dipenuhi Mengapa jumlah jam pelajaran mata pelajaran sejarah ditambah? Muatan kompetensi dasar pada mata pelajaran sejarah berkembang bila dibandingkan dengan kompentensi kurikukum sebelumnya, sehingga memerlukan alokasi waktu yang lebih banyak. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 47

50 Apa yang dimaksud dengan Tingkat kompetensi, Ujian Tingkat Kompetensi dan Ujian Mutu Tingkat Kompetensi? Tingkat kompetensi menunjukkan tahapan yang harus dilalui untuk mencapai kompetensi lulusan. Tingkat Kompetensi merupakan kriteria capaian Kompetensi yang bersifat generik yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap tingkat kelas. Tingkat Kompetensi terdiri atas 8 (delapan) jenjang yang harus dicapai oleh peserta didik secara bertahap dan berkesinambungan. No Tingkat Kompetensi Kelas 1 Tingkat 0 TK/TA 2 Tingkat 1 KELAS I SD/MI/SDLB/PAKET A KELAS II SD/MI/SDLB/PAKET A 3 Tingkat 2 KELAS III SD/MI/SDLB/PAKET A KELAS IV SD/MI/SDLB/PAKET A 4 Tingkat 3 KELAS V SD/MI/SDLB/PAKET A KELAS VI SD/MI/SDLB/PAKET A 5 Tingkat 4 KELAS VII SMP/MTs/SMPLB/PAKET B KELAS VIII SMP/MTs/SMPLB/PAKET B 6 Tingkat 4A KELAS IX SMP/MTs/SMPLB/PAKET B 7 Tingkat 5 KELAS X SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/PAKET C/PAKET C KEJURUAN KELAS XI SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/PAKET C/PAKET C KEJURUAN 8 Tingkat 6 KELAS XII SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/PAKET C/PAKET C KEJURUAN Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4 (empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Setiap Tingkat Kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses pembelajaran dan penilaian. Pembelajaran dan penilaian pada tingkat yang sama memiliki karakteristik yang relatif sama dan memungkinkan terjadinya akselerasi belajar dalam 1 (satu) Tingkat Kompetensi. Semakin tinggi Tingkat Kompetensi, semakin kompleks intensitas pengalaman belajar peserta didik dan proses pembelajaran serta penilaian. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut. Apakah peserta didik yang sudah mengikuti Ujian Tingkat Kompetensi (UTK), harus mengikuti lagi Ujian Nasional? UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi, meliputi sejumlah KD yang merepresentasikan 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 48

51 KI pada tingkat kompetensi tersebut. UN merupakan kegiatan pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional. UTK dilakukan pada akhir kelas II (tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII (tingkat 4), dan kelas XI (tingkat 5), dengan menggunakan kisi-kisi yang disusun oleh Pemerintah. Ujian tingkat kompetensi pada akhir kelas VI (tingkat 3), kelas IX (tingkat 4A), dan kelas XII (tingkat 6) dilakukan melalui UN. Ujian Nasional dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan uraian tersebut, maka siswa mengikuti UTK dan juga mengikuti UN. Mengapa Kurikulum dikembangkan? Kurikulum dikembangkan menjadi Kurikulum 2013 berdasarkan pada 5 (lima) hal pertimbangan, pertama; tantangan internal, kedua; tantangan eksternal, ketiga; penyempurnaan pola pikir, keempat; penguautan tata kelola kurikulum dan kelima; penguatan materi. 1. Tantangan Internal Tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Perkembangan penduduk Indonesia produktif mencapai puncaknya pada tahun pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan. 2. Tantangan Eksternal Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 49

52 Laporan International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. 3. Penyempurnaan Pola Pikir a. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru b. Pola pembelajaran satu arah (interaksi gurupeserta didik) c. Pola pembelajaran terisolasi Pola pembelajaran berpusat pada peserta didik Pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didikmasyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya); Pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); d. Pola pembelajaran pasif Pola pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains); e. Pola belajar sendiri Pola belajar kelompok (berbasis f. Pola pembelajaran alat tunggal g. Pola pembelajaran berbasis massal Menjadi tim); Pola pembelajaran berbasis alat multimedia; Pola kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; h. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); i. Pola pembelajaran pasif Pola pembelajaran kritis. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 50

53 4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum a. tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; b. penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan c. penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran. 5. Penguatan Materi Dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Bagaimana karakteristik Kurikulum 2013? Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: 1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; 2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; 3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; 4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran; 6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; 7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). Aya yang mau dicapai dengan pengembangan Kurikulum 2013? Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia Apa perbedaan dari Landasan Filosofis dan landasan teoritis pengembangan kurikulum 2013? Landasan Filosofis sebagai berikut: 1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. 2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. 3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 51

54 4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Sedangkan Landasan Teoritis sebagai berikut: Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori pendidikan berdasarkan standar (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi delapan standar nasional pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak. Bagaimana tahapan perkembangan Kompetensi Inti kelas X, XI, dan Kelas XII? 1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; 2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan 4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. KOMPETENSI INTI KELAS X 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, KOMPETENSI INTI KELAS XI 2. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 3. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 4. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, KOMPETENSI INTI KELAS XII 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 52

55 konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 5. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan Kompetensi inti spiritual dan sosial kelas X, XI, dan XII adalah sama yaitu menghayati dan mengamalkan. Kompetensi pengetahuan Kelas X, XI dan XII adalah memahami, menerapkan dan menganalisis. Kelas XII dimensi proses kognitifnya dikembangkan sampai dengan mengevaluasi. Dimensi pengetahuan kelas X meliputi fakta, konsep dan procedural sedangkan Kelas XI sampai dengan metakognitif. Kompetensi ketrampilan adalah mengolah, menalar, dan menyaji ranah konkrit dan ranah abstrak, kelas XI dikembangkan dengan bertindak secara efektif dan kreatif, sedangkan kelas XII dikembangkan sampai mampu mencipta. Apa saja yang harus tertuang dalam Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum 2013? Berdasarkan permendikbud 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum menguraikan komponen KTSP sebagai berikut: A. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan B. Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 53

56 1. Muatan Kurikulum pada Tingkat Nasional 2. Muatan Kurikulum pada Tingkat Daerah 3. Muatan Kekhasan Satuan Pendidikan C. Pengaturan Beban Belajar D. Kalender Pendidikan 1. Permulaan Waktu Pelajaran 2. Pengaturan Waktu Belajar Efektif a. Minggu efektif b. Waktu pembelajaran efektif c. Pengaturan Waktu Libur Bagaimana prinsip-prinsip penyusunan KTSP Kurikulum 2013? Prinsip-prinsip penyusunan KTSP sebagai berikut: 1. Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia 2. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan 3. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, dan Minat sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik 4. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkungan 5. Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional 6. Tuntutan Dunia Kerja 7. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni 8. Agama 9. Dinamika Perkembangan Global 10. Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan 11. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat 12. Kesetaraan Jender 13. Karakteristik Satuan Pendidikan Bagaimana hubungan antara materi (dimensi pengetahuan) dengan kegiatan pembelajaran saintifik? Kita ketahui bahwa dimensi pengetahuan terdiri dari fakta, konsep, prosedur dan metakognitif. Sedangkan kegiatan pembelajaran saitific meliputi; mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Hubungan antara keduanya dapat digambarkan dalam skema berikut: Dimensi Pengetahuan/Pembelajaran Faktual Konseptual Prosedural Metakognitif Saintific Mengamati Menanya Mencoba/Mengumpulkan data Mengasosiasi Mengomunikasikan 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 54

57 Harus dimulai dari mana untuk mencapai K1, K2, K3, dan K4 dalam proses pembelajaran? Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect. Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi selama belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan sikap. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI ,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 55

58 Apa yang dimaksud dengan peminatan, lintas kelompok peminatan dan pendalaman minat? Peminatan bertujuan; (1) untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan minatnya dalam sekelompok matapelajaran sesuai dengan minat keilmuannya di perguruan tinggi, dan (2) untuk mengembangkan minatnya terhadap suatu disiplin ilmu atau ketrampilan tertentu. Sejak medaftar ke SMA, di Kelas X peserta didik sudah harus memilih kelompok peminatan mana yang akan dimasuki. Pemilihan Kelompok Peminatan berdasarkan : nilai rapor SMP/MTs, nilai ujian nasional SMP/MTs, rekomendasi guru bimbingan dan konseling di SMP, hasil tes penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA, dan tes bakat minat oleh psikokog. Peserta didik selain memilih mata pelajaran peminatan, juga harus memilih mata pelajran lintas kelompok peminatan sebanyak 6 jam pelajaran di Kelas X dan 4 jam pelajaran di Kelas XI dan XII. Matapelajaran lintas minat yang dipilih sebaiknya tetap dari Kelas X sampai dengan XII. Di Kelas X, jumlah jam pelajaran pilihan antar Kelompok Peminatan per minggu 6 jam pelajaran, dapat diambil dengan pilihan sebagai berikut: 1) Dua matapelajaran (masing-masing 3 jam pelajaran) dari satu Kelompok Peminatan yang sama di luar Kelompok Peminatan pilihan, atau 2) Satu matapelajaran di masing-masing Kelompok Peminatan di luar Kelompok Peminatan pilihan. Khusus bagi Kelompok Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya, selain pola pilihan yang di atas, di Kelas X, peserta didik dapat melakukan pilihan sebagai berikut: 1) Satu pilihan wajib matapelajaran dalam kelompok Bahasa Asing Lain (Arab, Mandarin, Jepang, Korea, Jerman, Perancis) sebagai bagian dari matapelajaran wajib Kelompok Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya. 2) Dua mapel (masing-masing 3 jam pelajaran) dari matapelajaran Bahasa Asing Lainnya, atau 3) Satu matapelajaran Bahasa Asing Lainnya (3 jam pelajaran) dan satu matapelajaran dari Kelompok Peminatan Ilmu Alam dan Matematika atau Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, atau 4) Satu matapelajaran di kelompok peminatan Matematika dan Ilmu Alam dan satu Matapelajaran di kelompok Ilmu-ilmu Sosial, atau 5) Dua matapelajaran di salah satu kelompok peminatan Matematika dan Ilmu Alam atau di kelompok peminatan Ilmu-ilmu Sosial. Di Kelas XI dan XII peserta didik Kelompok Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya dapat memilih satu matapelajaran (4 jam pelajaran) dari Bahasa Asing Lainnya atau satu matapelajaran di Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam atau Ilmu-ilmu Sosial. Matapelajaran dalam kelompok Bahasa Asing Lain ditentukan oleh SMA/MA masing-masing sesuai dengan ketersediaan guru dan fasilitas belajar. Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah yang tidak 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 53

59 memiliki Kelompok Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya, dapat menyediakan pilihan matapelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Antropologi atau salah satu matapelajaran dalam kelompok Bahasa Asing Lain sebagai pilihan matapelajaran yang dapat diambil peserta didik dari Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam atau Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial. Disamping itu peserta didik dapat memilih program pendalaman minat, sebagai berikut: Peserta didik di SMA/MA Kelas XII dapat mengambil matakuliah pilihan di perguruan tinggi yang akan diakui sebagai kredit dalam kurikulum perguruan tinggi yang bersangkutan. Pilihan ini tersedia bagi peserta didik SMA/MA yang memiliki kerjasama dengan perguruan tinggi terkait. Pendalaman minat matapelajaran tertentu dalam Kelompok Peminatan dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi. Bagaimana kalau ada siswa yang meminta pindah peminatan? Pada semester kedua di Kelas X, seorang peserta didik masih mungkin mengubah Kelompok Peminatan, berdasarkan hasil pembelajaran di semester pertama dan rekomendasi guru bimbingan dan konseling. Satuan pendidikan harus memfasilitasi penyesuaian mata pelajaran, kompetensi dasar, pembelajaran dan penilaian pada peminatan yang dia pilih. Apakah pendalaman minat sama dengan pendalaman materi? Pendalaman minat dan pendalaman materi berbeda. Pendalaman minat bagi peserta didik SMA kelas XII dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi. Peserta didik dapat mengambil matakuliah pilihan di perguruan tinggi yang akan diakui sebagai kredit dalam kurikulum perguruan tinggi yang bersangkutan. Sedangkan Pendalaman materi pada dasarnya identik dengan pengayaan, dilakukan oleh peserta didik yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Bolehkan mata pelajaran pilihan ditentukan oleh sekolah? Kurikulum SMA dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik belajar berdasarkan minatnya. Struktur kurikulum memperkenankan peserta didik melakukan pilihan dalam bentuk pilihan Kelompok Peminatan dan pilihan Matapelajaran antar Kelompok Peminatan. Kelompok Peminatan yang dipilih peserta didik terdiri atas kelompok Matematika dan Ilmu Alam, Ilmu-ilmu Sosial, dan Ilmu Budaya dan Bahasa. Sejak medaftar ke SMA, di Kelas X seseorang peserta didik sudah harus memilih kelompok peminatan mana yang akan dimasuki. Pemilihan Kelompok Peminatan berdasarkan nilai rapor SMP/MTs, nilai ujian nasional SMP/MTs, rekomendasi guru bimbingan dan konseling di SMP, hasil tes penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA, dan tes bakat minat oleh psikokog. Pada semester kedua di Kelas X, seorang peserta didik masih mungkin mengubah Kelompok Peminatan, berdasarkan hasil pembelajaran di semester pertama dan rekomendasi guru bimbingan dan konseling. Selain mengikuti seluruh matapelajaran di Kelompok Peminatan, setiap peserta didik harus mengikuti matapelajaran tertentu untuk lintas kelompok peminatan sebanyak 6 jam pelajaran di Kelas X (dua matapelajaran) dan 4 jam pelajaran di Kelas XI dan XII (satu matapelajaran). Matapelajaran lintas minat yang dipilih sebaiknya tetap dari Kelas X sampai dengan XII. Satuan pendidikan dapat menentukan mata pelajaran pilihan kelompok peminatan dan pilihan Matapelajaran antar Kelompok Peminatan disesuaikan dengan ketersediaan guru dan fasilitas belajar. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 54

60 Pelajaran lintas minat diberikan di waktu khusus ataukah seperti jam belajar lainnya? Ada sekolah yg menyediakan jam lintas minat hanya dua hari di jam terakhir sehingga siswa terbatas untuk mengikutinya tetapi ada sekolah yang mengaturnya seperti biasa. Bagaimana proses pengaturan pembelajaran lintas minat? Beban belajar lintas minat disampaikan/diberikan pada jam normal seperti biasa (tertuang dalam jadwal matapelajaran seperti halnya matapelajaran lain). Boleh melaksanakan secara khusus pada jam akhir tetapi bukan jam yang dipisahkan dari jadwal normal (ini hanya teknis sekolah mengelola jam pelajaran). Bagaimana hubungan antara Kompetensi dasar dengan kompetensi inti? Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu Matapelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut: 1. kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1; 2. kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2; 3. kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3; dan 4. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4. Apa bedanya matematika wajib dan matematika peminatan? Matematika wajib diperoleh oleh semua peserta didik SMA untuk semua jenis peminatan (matematika dan ilmu alam, ilmu-ilmu sosial dan ilmu bahasa dan budaya), sedangkan matematika peminatan hanya diperoleh oleh peserta didik peminatan matematika dan ilmu alam. Kompetensi dasar yang ada pada Matematika wajib berbeda dengan matematika peminatan. Kompetensi pada matematika peminatan lebih dalam kajiannya. Bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran dalam kurikulum 2013? Prinsip pembelajaran kurikulum 2013 dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Peserta didik diberi tahu Peserta didik mencari tahu 2. Guru sebagai satu-satunya sumber belajar Belajar berbasis aneka sumber belajar 3. Pendekatan tekstual Penguatan penggunaan Menuju pendekatan ilmiah 4. Pembelajaran berbasis Pembelajaran berbasis konten kompetensi 5. Pembelajaran parsial Pembelajaran terpadu 6. Pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal Pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi 7. Pembelajaran verbalisme Keterampilan aplikatif 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 55

61 8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills) 9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjanghayat 10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani) 11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat 12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas 13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran 14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya pesertadidik Bagaimana lintasan perolehan (proses psikologis) dari ketiga kompetensi dalam kurikulum 2013 dicapai? Pencapaian kompetensi sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pencapaian kompetensi pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan pencapaian kompetensi keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Mohon penjelasan RPP yang bagaimana pada kurikulum 2013 yang sudah memenuhi karakteristik pembelajaran saintific dan penilaian autentik? RPP yang sudah saudara susun hendaknya memenuhi prinsip-prinsip penyusunan RPP sebagai berikut: 1. Memfasilitasi perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. 2. Menunjukkan partisipasi aktif peserta didik. 3. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian. 4. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. 5. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. 6. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. 7. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 8. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 56

62 Mengapa siswa saya tidak menanya? Sebenarnya sangat tergatung pada ketrampilan guru dalam memancing siswa untuk bertanya mulai dari yang faktual sampai dengan prosedural. Disamping itu guru perlu instrospeksi apakah pembelajarannya sudah terpadu yaitu memperhatikan ketiga kompetensi yaitu sikap, pengetahuan dan ketrampilan dalam satu kesatuan proses pembelajaran. Begitu pula apakah penilaiannya sudah autentik, pembelajaran dengan penilaian dalam satu kesatuan proses. Berikutnya apakah guru sudah mengembangkan rubrik penilaian ketrampilan menanya. Selamat mencoba. Apa yang dimaksud dengan pengetahuan factual, konseptual, procedural dan metakognitif? Pengetahuan Faktual (Factual Knoweledge) adalah pengetahuan tentang elemen dasar yang harus diketahui siswa untuk mengenal suatu disiplin ilmu atau untuk menyelesaikan masalah di dalamnya. Terdiri dari pengetahuan tentang istilah (Knowledge of terminology) dan Pengetahuan tentang rincian dan unsur tertentu.(knowledge of specific details and elements). (Cognitive process dimension) Pengetahuan Konseptual (Conceptual Knowledge) adalah pengetahuan tentang hubungan timbal balik antara elemen-elemen dasar dalam suatu struktur yang memungkinkan elemenelemen tersebut berfungsi secara bersama-sama. Meliputi; pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori/penggolongan (Knowledge of classifications and categories), pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi (Knowledge of principles and generalizations) dan pengetahuan tentang teori, model dan struktur (Knowledge of theories, models, and structures). (Cognitive process dimension) Pengetahuan Prosedural (Procedural Knowledge) adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan suatu hal, metode dan inkuiri, dan kriteria untuk menggunakan suatu 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 57

63 keterampilan, algoritma, teknik dan suatu metode. Terdiri dari pengetahuan tentang keterampilan dan algoritma tertentu (Knowledge of subject-specific skills and algorithms), pengetahuan tentang teknik dan metode tertentu (Knowledge of subject-specific techniques and methods), pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur yang tepat (Knowledge of criteria for determining when to use appropriate procedures). (Cognitive process dimension) Pengetahuan Metakognitif (Metacognitive Knowledge) adalah pengetahuan kognisi secara umum seperti kesadaran dan pengetahuan tentang kognisinya itu sendiri. Meliputi; pengetahuan Strategis (Strategic Knowledge) adalah pengetahuan strategi umum untuk belajar, berpikir dan pemecahan masalah., pengetahuan tentang tugas kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional yang cocok (Knowledge about cognitive tasks, including appropriate contextual and conditional knowledge) dan Pengetahuan tentang diri sendiri (Self-knowledge). (Cognitive process dimension) Bagaimana kaitan antara model-model pembelajaran DL, I, PBL, PBL Pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (Discovery/inquiry Learning) adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Keterkaitan antara sintak pembelajaran dengan 5M? Sintaks adalah langkah utama pembelajaran dari sebua model pembelajaran. Sintaks disusun berurutan dan sistematis. Urutannya merupakan tataaturan yang berurutan 5M adalah unsur kegiatan pembelajaran dalam pendekatan saintifik. ke lima langkah merupakan unsur utama proses pembelajaran sintifik. Urutannya bisa berlanjut berurutan, bisa juga menjadi siklus kegiatan berbentuk spiral. 5M tidak persis seperti tata upacara bendera. Contoh hubungan sintaks dan 5M dapat dilihat pada bagan hubungan antara pembelajaran discovery dengan 5M dibawah ini. Sintak Discovery/ 5M Stimulation Pemberian Stimulus Problem Satatement (Identifikasi Masalah) Data Callecting Mengumpul-kan Data Data Processing Mengolah Data Verification Menguji Hasil Mengamati Menanya Mencoba/ Mengumpul kan data Mengaso siasi Mengomuni kasikan 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 58

64 Generalization Menyimpulkan Di sekolah banyak ditemukan bahwa pembelajaran saintifik terjebak kepada pemahaman 5M sebagai model pembelajaran. Pemahaman ini menimbulkan pembelajaran monoton, karena semua guru, semua mapel memasukkan langkah 5M ke dalam kegiatan inti pembelajaran. Model-model pembelajaran sudah tidak ditemukan lagi di RPP yang disusun guru, semua menggunakan langkah 5M. Hal ini menandakan belum dipahaminya esensi proses sains oleh kebanyakan guru. Perhatikan contoh bagaimana proses sains yang diinginkan oleh Kurikulum 2013 yang sebenarnya: digambarkan ada 2 gelas aqua yang berisi air yang masing-masing diberi lubang di sisi bawah. Gelas aqua A diletakkan di lantai, gelas aqua B diletakkan pada pot tanaman yang ada di atas lantai. Setelah beberapa saat gelas A volume airnya berkurang dan air berpindah ke lantai sehingga lantai basah oleh air. Sedangkan gelas B airnya habis. Contoh ini melatihkan peserta didik bertumbuh pikiran untuk bertanya-tanya, kemana gerangan air yang ada di gelas B. Pertanyaan ini membuat pikiran peserta didik tidak nyaman hingga mendorong mencari informasi dari berbagai sumber, misalnya lewat membaca buku, mencari tahu di internet, bertanya kepada guru, bertanya kepada orang tua, dll. Setelah mencari berbagai sumber akhirnya menemukan jawaban bahwa air pada gelas B terserap oleh tanaman melalui tanah lalu masuk ke pori-porinya dan diserap oleh akar tanaman, dll. Proses ini terjadi karena peserta didik menganalisis apa yang menjadi permasalahan dengan apa yang ditemukan dari berbagai informasi. Tahap inilah yang sebenarnya tahap asosiasi, yaitu menganalsiis dari berbagai sumber untuk disusun menjadi kesimpulan. Selanjutnya kesimpulan yang telah disusun dipublikasikan, baik melalui presentasi, poster, karya tulis, dll. Tahap demikian merupakan tahap mengomunikasikan. Proses berpikir inilah yang dilatihkan melalui kegiatan 5M seperti layaknya seorang saintis kecil yang sedang menyusun teori. Memahamkan guru terhadap pendekatan saintifik tidak mudah, bagaimana sarannya? Pembelajaran yang menyenangkan seperti apa yang seharusnya dilaksanakan oleh guru dalam kaitannya dengan penerapan Kurikulum 2013? Apakah 5M harus ada dalam setiap pertemuan? Pembelajaran tidak boleh terjebak dalam rutinitas, langkah 5M bukanlah seremonial seperti halnya upacara. Beberapa permasalahan sering mucul pada guru, oleh karena itu sebaiknya disusun dalam bentuk cook books agar dapat menuntun guru mengikuti alur sains. Penerapan 5M disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga tidak harus setiap pertemuan ada 5M, bisa jadi sekian pertemuan baru terpenuhi 5M, atau bahkan dalam sekian KD baru terpenuhi 5M, Oleh karenanya kata kuncinya sesuaikan dengan jenis materi yang akan diajarkan, yang penting proses sainsnya yang ditekankan. Dengan cara ini peserta didik akan terlatih berpikir tingkat tinggi, berpikir urut dan sistematis, berbicara ada dasar tidak sekedar berbicara, dll. Bagaimana karakteristik matapelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kurikulum 2013? Bahasa dan Sastra Indonesia pada kurikulum 2013 sebagai mata pelajaran sekaligus menjadi penghela ilmu pengetahuan. Artinya adalah bahwa dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berbasis teks, teks yang digunakan dalam pembelajaran dapat berisi berbagai 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 59

65 pengetahuan, seperti biologi, kimia, sosial, ekonomi, dan politik, dan sebagainya. Bahasa dan Sastra Indonesia memanfaatkan empat tahap pembelajaran meliputi: 1. Tahap membangun konteks, 2. Tahap pemodelan teks, 3. Tahap membangun teks secara bersama-sama, dan 4. Tahap membangun teks secara mandiri. Bagaimana Prinsip-prinsip Penilaian dalam kurikulum 2013? 1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. 2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. 3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. 4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. 5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. 6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru. Mohon dijelaskan teknik dan instrumen penilaian sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dan bagaimana guru melaporkan nilai tersebut? Teknik penilaian kompetensi sikap melalui: observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat (peer evaluation) dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Instrumen untuk jurnal berupa catatan pendidik. 1. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. 2. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali sebelum ulangan harian. 3. Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik. 4. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Laporan hasil penilaian oleh pendidik berbentuk nilai dan/atau deskripsi sikap. Nilai capaian kompetensi sikap spiritual dan sosial (KI-1 dan KI-2) dalam matapelajaran diisi dengan 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 60

66 menggunakan skala Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) dengan indikator sebagai berikut. Predikat SB B C K Indikator Sudah konsisten (selalu berperilaku) sesuai yang diharapkan Mulai konsisten (sering berperilaku) sesuai yang diharapkan Belum konsisten (kadang-kadang berperilaku) sesuai yang diharapkan Tidak konsisten (tidak pernah berperilaku) sesuai yang diharapkan Deskripsi kompetensi sikap spiritual dan sosial diisi dengan capaian KD dari KI-1 dan KI-2 (yang menonjol) dan KD yang perlu ditingkatkan pada setiap mata pelajaran. Penilaian antar matapelajaran diisi oleh wali kelas dengan deskripsi kesimpulan dari sikap peserta didik secara keseluruhan. Kesimpulan tersebut diperoleh melalui rapat wali kelas bersama dengan semua guru mata pelajaran. Teknik Penilaian kompetensi pengetahuan melalui: tes tulis, tes lisan, dan penugasan. 1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran. 2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. 3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Laporan hasil penilaian oleh pendidik berbentuk nilai dan/atau deskripsi pencapaian kompetensi. Nilai kompetensi pengetahuan diperoleh dari tes (lisan dan/atau tertulis) dan penugasan, nilai harian, nilai ulangan tengah semester, dan nilai ulangan akhir semester. Nilai kompetensi pengetahuan menggunakan skala 1 4 (kelipatan 0.33), yang dapat dikonversi ke dalam Predikat A D. Predikat Nilai Kompetensi Pengetahuan Keterampilan Sikap A A SB B B B B C C C C D D K 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 61

67 Deskripsi kompetensi pengetahuan diisi dengan capaian KD dari KI-3 (yang menonjol) dan KD yang perlu ditingkatkan pada setiap mata pelajaran. Teknik penilaian Kompetensi Keterampilan melalui: tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. 1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. 2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Penilaian projek dilakukan untuk tiap akhir bab atau tema pelajaran. 3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Laporan hasil penilaian oleh pendidik berbentuk nilai dan/atau deskripsi pencapaian kompetensi. Nilai kompetensi ketrampilan diperoleh dari tes praktik, projek, dan portofolio. Nilai kompetensi ketrampilan menggunakan skala 1 4 (kelipatan 0.33), yang dapat dikonversi ke dalam Predikat A D. Deskripsi kompetensi ketrampilan diisi dengan capaian KD dari KI-4 (yang menonjol) dan KD yang perlu ditingkatkan pada setiap mata pelajaran. Apakah guru harus melakukan 10 teknik penilaian? Dalam setiap pertemuan tidak harus mencakup 10 teknik, dalam satu kompetensi dasar sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang pencapaiannya terdiri dari beberapa pertemuan dapat dilaksanakan 10 teknik, begitupula dalam satu semester dapat melaksanakan 10 teknik penilaian tersebut. Sebaiknya pendidik menggunakan teknik penilaian yang beranekaragam, karena dapat memberikan informasi yang lebih akurat. Semakin akurat informasi, data 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 62

68 yang diperoleh pendidik dapat meningkatkan akuntabiltas nilai dan akan semakin mudah dalam membuat keputusan dalam menentukan nilai peseta didik. Bagaimana perbedaan Ujian tingkat kompetensi (UTK) dengan Ujian Mutu Tingkat Kompetensi (UMTK)? Ujian Tingkat Kompetensi (UTK) Dilakukan satuan pendidikan Dilaksanakan pada akhir kelas XI (tingkat 5) Menggunakan kisi-kisi yang disusun oleh Pemerintah UTK pada akhir kelas XII (tingkat 6) dilakukan melalui UN. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi (UMTK) Dilakukan pemerintah Dilaksanakan pada akhir kelas XI (tingkat 5) Menggunakan metode survey Di lapangan ditemukan bahwa guru tidak mau disibukkan oleh adanya rubrik penilaian. Sementara rubrik penilaian ini merupakan alat bantu untuk bisa memberikan skor yang sebenarnya dalam konteks penialian autentik. Langkah apakah yang dapat kita tempuh untuk meminimalisir kesenjangan yang ada? Penyusunan rubrik dapat dilaksanakan bersama rumpun matapelajaran. Pihak Direktorat agar menyusun kegiatan pendampingan terus menerus dan sinkronisasi dengan pelaksana di daerah. Bagaimana perbedaan antara penilaian portofolio dan pembelajaran portofolio? Model pembelajaran berbasis portofolio adalah teori belajar konstruktivisme yang pada prinsipnya menggambarkan bahwa si pelajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungannya (Kamii, dalam Poedjiadi, 1994:4). Langkahlangkah portofolio sebagai model pembelajara meliputi; mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, memilih masalah untuk kajian kelas, mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji, membuat portofolio kelas, penyajian portofolio, dan merefleksi pengalaman belajar. Portofolio penilaian diartikan sebagai kumpulan fakta/bukti dan dokumen yang berupa tugastugas yang terorganisir secara sistematis dari seseorang secara individual dalam proses pembelajaran. Atau sebagai koleksi sistematis dari siswa dan guru untuk menguji proses dan prestasi belajar. Portofolio penilaian mempunyai beberapa karakteristik yaitu; merupakan hasil karya siswa yang berisi kemajuan dan penyelesaian tugas-tugas secara terus menerus dalam usaha pencapaian kompetensi, merupakan suatu pendekatan kerja sama, mempunyai tujuan menilai diri sendiri, memperbaiki dan mengupayakan prestasi, dan adanya keterkaitan antara penilaian dan pembelajaran. Apa bedanya pembelajaran projek dan penilaian projek? Pembelajaran projek adalah adalah metoda pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Sedangkan Penilaian projek adalah salah satu teknik penilaian untuk mengukur ketrampilan baik ketrampilan abtrak maupun konkirt mencukp mencakup tiga tahap persiapan, pelaksanaan dan pelaporan. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 63

69 Beda projek dengan portofolio? Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Portofolio adalah kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektifintegratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Karya dapat berupa tugastugas dan projek. Penilaian sikap? Pembinaannya seperti apa? Pelaksanaan penilaian kompetensi sikap dilakukan oleh pendidik setiap mata pelajaran. Hasil penilaian diinformasikan kepada masing-masing peserta didik pada setiap akhir pekan dengan tujuan untuk (a) mengetahui kemajuan hasil pengembangan sikapnya, (b) mengetahui kompetensi sikap yang belum dan yang sudah dicapai sesuai kriteria yang ditetapkan, (c) memotivasi peserta didik agar memperbaiki sikap yang masih rendah dan berusaha mempertahankan sikap yang telah baik, dan (d) menjadi bagian refleksi bagi pendidik untuk memperbaiki strategi pengembangan sikap peserta didik di masa yang akan datang. Tindak lanjut hasil penilaian sikap setiap minggu dijadikan dasar untuk melakukan proses pembinaan dan pengembangan sikap yang disisipkan dalam mata pelajaran yang bersangkutan tanpa harus memperhatikan pencapaian kompetensi dasar terkait dari aspek kompetensi sikap. Pada akhir semester, setiap skor penilaian harian selama satu semester dibuat rata-rata nilai kompetensi sikap. Data penilaian sikap bersumber dari hasil penilaian melalui teknik observasi, penilaian diri, penilaian antarpeserta didik, dan jurnal. Apakah nilai pada LCK untuk aspek pengetahuan dan keterampilan diperoleh dari nilai rata-rata atau melalui pembobotan? Nilai LCK pengetahuan diperoleh dari nilai ulangan harian dan tugas yang diolah menjadi nilai harian. Berikutnya nilai harian digabung dengan nilai ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester.sedangkan nilai LCK ketrampilan diperoleh dari rata-rata nilai praktik, projek dan portofolio. Pembobotan ataupun rata-rata menjadi hak dan tanggungjawab pendidik, karena pendidiklah yang memahami karakteristik peserta didiknya. Pada bagian mana di LCK kita bisa memasukkan kegiatan yang diikuti siswa selama semester tersebut? Satuan pendidikan dapat mengisi tabel ekstrakurikuler dan keikutsertaan dalam kegiatan selama satu semester setelah capaian kompetensi. Bagaimana teknik pembinaan peserta didik yang nilai sikapnya belum memenuhi kategori baik? Teknik pembinaan diserahkan kepada kebijakan satuan pendidikan masing-masing dan tergantung pada sikap apa yang belum mencapai kategori baik tersebut. Bagaimana kalau ada anak akhir semester yang belum tuntas? Untuk kompetensi yang belum tuntas, kompetensi tersebut dituntaskan melalui pembelajaran remedial sebelum melanjutkan pada kompetensi berikutnya. Untuk mata pelajaran yang 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 64

70 belum tuntas pada semester berjalan, dituntaskan melalui pembelajaran remedial sebelum memasuki semester berikutnya. Bagaimanakah kedudukan kepramukaan pada kurikulm 2013? Dalam Kurikulum 2013, Kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib. Pelaksananannya dapat bekerja sama dengan organisasi kepramukaan setempat/terdekat. Khusus untuk Kepramukaan, kegiatan yang dilakukan di luar sekolah atau terkait dengan berbagai satuan pendidikan lainnya, seperti Jambore Pramuka, ditentukan oleh pengelola/pembina kepramukaan dan diatur agar tidak bersamaan dengan waktu belajar kurikuler rutin. Peserta didik diwajibkan untuk mendapatkan nilai memuaskan pada kegiatan ekstrakurikuler wajib pada setiap semester. Nilai yang diperoleh pada kegiatan ekstrakurikuler wajib kepramukaan berpengaruh terhadap kenaikan kelas peserta didik. Nilai di bawah memuaskan dalam dua semester atau satu tahun memberikan sanksi bahwa peserta didik tersebut harus mengikuti program khusus yang diselenggarakan bagi mereka. Dalam implmentasi kurikulum 2013 kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan dapat diimplementasikan dalam 3 model, yaitu: 1. Sistem Blok yang dilaksanakan pada awal masuk sekolah; 2. Sistem Aktualisasi proses pembelajaran setiap matapelajaran ke dalam Pendidikan Kepramukaan; dan 3. Sistem Reguler bagi peserta didik yang memiliki minat serta ketertarikan menjadi anggota pramuka. Sistem Blok adalah bentuk kegiatan pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan pada awal peserta didik masuk di satuan pendidikan. Dilakukan dengan alokasi waktu 36 jam pelajaran. Merupakan Kursus Orientasi Kepramukaan bagi peserta didik sesuai tingkatan dan usianya. Sistem Aktualisasi adalah bentuk kegiatan pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan dengan mengaktualisasikan kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan dengan metode dan prinsip dasar kepramukaan. Dilakukan dengan mengaktualisasikan kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan. Pendidik harus terlebih dahulu melakukan pemetaan terhadap kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan untuk dapat diaktualisasikan dalam kegiatan pendidikan kepramukaan. Pendidik yang menyampaikan materi pada sistem ini, sekurangkurangnya telah mengikuti Orientasi Pendidikan Kepramukaan (OPK), dan satuan pendidikan telah memiliki sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan kegiatan. Sistem Reguler adalah bentuk kegiatan pendidikan kepramukaan yang dilaksanakan pada Gugus depan (Gudep) yang ada di satuan pendidikan dan merupakan kegiatan pendidikan kepramukaan secara utuh. Satuan pendidikan harus terlebih dahulu menyiapkan sistem pengelolaan pendidikan kepramukaan melalui Gudep. Pada saat pembagian rapot, banyak orang tua yang menanyakan kriteria nilai A, A-, B, dan seterusnya karena ini merupakan hal yang baru bagi mereka juga bagi anak didik. Disinilah peran dari satuan pendidikan dalam mensosialisasikan kurikulum Pada saat orang tua mengambil laporan capaian kompetensi, satuan pendidikan harus mempersiapkan naskah sosialisasi meliputi; capaian kompetensi dan deskripsi kompetensi, proses pengolahan nilai pengetahuan, ketrampilan dan sikap oleh pendidik, program remedial dan pengayaan, 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 65

71 serta bimbingan konseling dan pembinaan berdasarkan kompetensi sikap spiritual dan sosial. Disamping itu juga menjelaskan tentang deskripsi kompetensi dan makna dari uraian tersebut. Naskah ini disiapkan oleh tim pengembang kurikulum yang disampaikan oleh wali kelas agar informasinya sampai sesuai dengan harapan dan peraturan akademik satuan pendidikan masing-masing serta peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan. Bagaimana peran orang tua (masyarakat), sekolah, dan pemerintah. Misalnya orang tua masyarakat dapat diminta dalam penilaian sikap siswa di rumah dan di lingkungan. Undang-undang sisdiknas mengamanatkan tentang hak dan kewajiban oranng tua, masyarakat, pemerintah dan pemerintah daerah sebagai berikut: Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun. Banyak orang tua yang menanyakan sampai sejauh mana siswa mendapatkan pelayanan remedial? Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedial. Dengan demikian orang tua perlu mengontrol atau mendapatkan informasi dari pendidik hasil ulangan harian melalui putra-putrinya. Orang tua setelah mengetahui hasil ulangan harian, mohon tanyakan berapa KKM yang ditetapkan oleh guru yang bersangkutan. Prinsip belajar tuntas menyatakan bahwa pada dasarnya semua peserta didik mampu mencapai kompetensi minimal, yang membedakan hanya pada masalah waktu penyelesaiannya. Ada peserta didik yang cepat dan ada juga yang lambat. Oleh karena itu satuan pendidikan harus memberikan pelayanan prima kepada peserta didik dalam pelaksanaan remedial. Bagaimanakah penilaian di rapor (dengan huruf) bisa dipergunakan siswa untuk mendaftar ke PT? Kekhawatiran orangtua yang melihat penampilan rapor yang tidak seperti biasanya. Laporan capaian kompetensi berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah, Nomor 717/D/Kep/2013 terdiri dari dua bagian yaitu capaian kompetensi dan deskripsi kompetensi. Capaian kompetensi terdiri dari nilai kompetensi pengetahuan dan ketrampilan dalam bentuk angka dan predikat. Sedangkan nilai kompetensi sikap spiritual dan sosial dalam bentuk predikat. Deskripsi kompetensi meliputi kompetensi sikap spiritual dan sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Kepala Sekolah, TPK dan Wali Kelas juga guru-guru harus mensosialisasikan kebijakan ini terhadap orang tua pada awal tahun pelajaran dan pada saat orang tua mengambil buku laporan capaian kompetensi. Disamping itu pemerintah 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 66

72 diharapkan dapat mensinkronkan kebijakan di pendidikan menengah dengan perguruan tinggi agar kekhawatiran orang tua dan sebenarnya juga kekhawatiran sekolah tidak terjadi pada proses pendaftaran ke PT. Mengapa pelaksanaan kurikulum 2013 perlu serentak di 2014/2015 di kelas X, dan XI? (Rasionalisasi) Jika diibaratkan dengan lari, implementasi Kurikulum 2013 seperti lari estafet, bukan lari sambil membetulkan tali sepatu. Demikian dikatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh. "Ini sejalan dengan pendekatan yang kita pilih, bertahap dan terbatas". Dalam pendekatan ini, implementasi Kurikulum 2013 dimulai pada tahun pelajaran 2013/2014 untuk kelas 1 dan kelas 4 SD, kelas 7, dan kelas 10. Pada tahun 2014, implementasinya diperluas kepada kelas 2 dan 4, kelas 8 dan kelas 11. Akhirnya pada tahun 2015, implementasi Kurikulum 2013 akan mencakup seluruh kelas dari kelas 1 sd kelas 6 SD, kelas 7 sd 9 SMP dan kelas 10 sampai 12 SMA. Pendekatan ini membuat implementasi Kurikulum 2013 terukur, terkendali, dan rasional. Mohammad Nuh menambahkan, cara estafet ini juga menjamin implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan secara tuntas untuk seluruh kelas. "Kalau uji coba, percontohan, atau pilot project bisa putus di tengah jalan, sedangkan dengan sistem estafet ini dijamin penerapannya berkelanjutan". Berikutnya pa Tjipto Sumadi, M.Si, Ketua UIK Pusat mengemukakan arahan tentang generasi emas 100 tahun Indonesia merdeka. Berdasarkan data kependudukan tahun 2010 Indonesia memiliki data kependidikan usia 0-9 tahun (45,972 juta) dan tahun (43,724 juta) yang posisinya lebih banyak dibandingkan dengan data kependudukan rentang usia lainnya. Kalau kita perhitungkan 100 tahun Indonesia emas tahun 2045, berarti usianya akan berkisar antara dan tahun. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 67

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Cookbook kurikulum 2013

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Cookbook kurikulum 2013 KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Penegasan Istilah Istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan terutama untuk

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN HO-3D-01 PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

DEFINISI PENDEKATAN, METODE, STRATEGI, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN

DEFINISI PENDEKATAN, METODE, STRATEGI, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN DEFINISI PENDEKATAN, METODE, STRATEGI, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Panduan Pengembangan KTSP

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Panduan Pengembangan KTSP KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN

BAB II PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN BAB II PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 44 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 957, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tingkat Satuan Pendidikan. Dasar. Menengah. Kurikulum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 44 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

Memuat konsep-konsep yang terkait dengan kurikulum sekolah.

Memuat konsep-konsep yang terkait dengan kurikulum sekolah. TELAAH KURIKULUM DOC. 1 BAGIAN AWAL A. Cover Deskripsi 1. Ada logo sekolah. 2. Terdapat judul yang tepat (Kurikulum Sekolah dan Tahun Pelajaran) 3. Menulis alamat sekolah dengan lengkap B. Lembar Pemberlakuan

Lebih terperinci

PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013

PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013 PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013 (Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013) Penilaian Otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran

Lebih terperinci

Panduan Pengembangan KTSP KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

Panduan Pengembangan KTSP KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Ruang Lingkup... 2 D. Landasan Hukum... 2 BAB II PENGERTIAN DAN ACUAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

Pengertian Pendekatan

Pengertian Pendekatan Pengertian Pendekatan Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1)

Lebih terperinci

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG (Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANDUNG 2017 DESAIN PEMBELAJARAN Oleh: Yaya Sukarya,

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Berdasarkan : Permendikbud no. 22/2016 Tentang Standar Proses endidikan Dasar &

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB VIII PENILAIAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

INSTRUMEN VERIFIKASI/VALIDASI DOKUMEN KTSP

INSTRUMEN VERIFIKASI/VALIDASI DOKUMEN KTSP INSTRUMEN VERIFIKASI/VALIDASI DOKUMEN KTSP a. Cara Pengisian Instrumen: Beri tanda checklist (V) pada; ) 0 apabila tidak ada ) apabila Ada/Kurang atau tidak lengkap ) apabila Ada/Cukup /Cukup Lengkap )

Lebih terperinci

Instrumen Review. Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1. Terdapat logo sekolah/daerah

Instrumen Review. Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1. Terdapat logo sekolah/daerah Instrumen Review KTSP Berikut ini Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1 1 Cover/halaman judul Terdapat logo sekolah/daerah Terdapat judul yang tepat (Kurikulum Sekolah...) Menulis alamat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR

Lebih terperinci

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH PEDOMAN

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN Mata pelajaran : Gambar Teknik Kelas/Semester : XI / 2 Materi Pokok/Topik : Pengenalan Tanda Dan Letak Hasil Gambar

Lebih terperinci

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 G. PROSEDUR KERJA 4 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

BAB VI PENILAIAN DAN PENDEKATAN PENILAIAN

BAB VI PENILAIAN DAN PENDEKATAN PENILAIAN BAB VI PENILAIAN DAN PENDEKATAN PENILAIAN A. Pendahuluan Penilaian merupakan langkah lanjutan yang umumnya dilakukan oleh pendidik dengan berbasis pada data pengukuran yang tersedia. Penilaian atau Assessment

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

Batasan Pendekatan, Model, Strategi, Metode, Teknik, dan Taktik dalam pembelajaran

Batasan Pendekatan, Model, Strategi, Metode, Teknik, dan Taktik dalam pembelajaran Batasan Pendekatan, Model, Strategi, Metode, Teknik, dan Taktik dalam pembelajaran Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP KURIKULUM 2013? (Berbasis Scientific Approach)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR 53 LAMPIRAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP Mekanisme Pengembangan RPP 1. Perencanaan Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data MAN Purwodadi adalah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di kabupaten Grobogan jawa tengah, tepatnya di jalan diponegoro no. 22 Purwodadi. Sekolah tersebut

Lebih terperinci

Document Title KATA PENGANTAR

Document Title KATA PENGANTAR Document Title Page 1 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini masuk pada era globalisasi yang menuntut adanya perubahan di segala bidang, termasuk bidang pendidikan. Perubahan dalam bidang pendidikan dilakukan sebagai

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Susiwi S Pengantar Kurikulum nasional perlu terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sesuai kemajuan

Lebih terperinci

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Pengertian kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA Makalah Disajikan pada kegiatan Workshop Monev Pelaksanaan KTSP MI, MTs, dan MA Angkatan I Tingkat Propinsi Jawa Barat pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP. Dit.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP. Dit. KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007)

STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007) STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007) STANDAR PENILAIAN Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun 2007 tentang DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013 Oleh: Dr. Widarto, M.Pd. DISAMPAIKAN PADA PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) GELOMBANG 4 TAHUN 2014 DI LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan. Letak Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan jaman paradigma pendidikaan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan jaman paradigma pendidikaan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman paradigma pendidikaan juga mengalami perubahan. Begitu pula dengan kurikulum yang dicanangkan oleh pemerintah. Menurut bahan

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI Latar Belakang Standar Nasional Pendidikan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Pasal 35, 36, 37, 42, 43, 59, 60,

Lebih terperinci

PANDUAN PENGEMBANGAN RPP

PANDUAN PENGEMBANGAN RPP PANDUAN PENGEMBANGAN RPP 1. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan

Lebih terperinci

PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP

PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SMK PRAKTEK PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN 8 JP DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

INSTRUMEN VALIDASI/VERIFIKASI DOKUMEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) 2006 SEKOLAH MENENGAH ATAS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN

INSTRUMEN VALIDASI/VERIFIKASI DOKUMEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) 2006 SEKOLAH MENENGAH ATAS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN INSTRUMEN VALIDASI/VERIFIKASI DOKUMEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) 2006 SEKOLAH MENENGAH ATAS PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KABUPATEN/KOTA :... PETUNJUK PENGISIAN 1. C e

Lebih terperinci

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun 2007 tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENILAIAN PENDIDIKAN Penilaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

PANDUAN PENELAAHAN KTSP

PANDUAN PENELAAHAN KTSP PANDUAN PENELAAHAN KTSP BANTUAN TEKNIS PROFESIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM TIM PENGEMBANG KURIKULUM DI PROV/KAB/KOTA PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2009

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan nasional adalah suatu proses belajar dan pembelajaran yang terencana sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuka batas antar negara. Persaingan hidup pun semakin ketat. Hanya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 101 B. TUJUAN 101 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 101 D. UNSUR YANG TERLIBAT 102 E. REFERENSI 102 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 102

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 101 B. TUJUAN 101 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 101 D. UNSUR YANG TERLIBAT 102 E. REFERENSI 102 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 102 JUKNIS PENYUSUNAN LAPORAN ANALISIS KONTEKS SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 101 B. TUJUAN 101 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 101 D. UNSUR YANG TERLIBAT 102 E. REFERENSI 102 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 102 G. URAIAN

Lebih terperinci

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 1 PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 Pendahuluan Oleh: Bambang Prihadi*) Implementasi Kurikulum 2013 dicirikan dengan perubahan yang sangat mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B) BAB I PENDAHULUAN Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B) rumusan masalah, (C) tujuan penelitian, (D) manfaat penelitian, (E) definisi operasional. Berikut ini merupakan

Lebih terperinci

BAB VI STANDAR PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH

BAB VI STANDAR PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH BAB VI STANDAR PROSES PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH A. Pandangan tentang Pembelajaran Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis 67 BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMP Muhammadiyah 3 Ampel Boyolali Perencanaan adalah proses dasar

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Contents A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN C. RUANG LINGKUP KEGIATAN D. UNSUR YANG TERLIBAT E. REFERENSI...

DAFTAR ISI. Contents A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN C. RUANG LINGKUP KEGIATAN D. UNSUR YANG TERLIBAT E. REFERENSI... DAFTAR ISI Contents A. LATAR BELAKANG... 13 B. TUJUAN... 13 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN... 13 D. UNSUR YANG TERLIBAT... 14 E. REFERENSI... 14 F. URAIAN PROSEDUR KERJA... 19 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berlandaskan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN (Permendikbud No.66 Th.2013) Disosialisasikan kepada Guru-guru SMA N 40 Jakarta,...2013 oleh Sunar Wibawa Pengertian Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 43 B. TUJUAN 44 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 44 D. UNSUR YANG TERLIBAT 44 E. REFERENSI 44 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 44

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 43 B. TUJUAN 44 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 44 D. UNSUR YANG TERLIBAT 44 E. REFERENSI 44 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 44 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 43 B. TUJUAN 44 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 44 D. UNSUR YANG TERLIBAT 44 E. REFERENSI 44 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 44 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 46 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Instrumen ini digunakan sebagai penggalian data pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut pedoman penyusunan KTSP dari

Lampiran 1. Instrumen ini digunakan sebagai penggalian data pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut pedoman penyusunan KTSP dari Lampiran 1. Instrumen ini digunakan sebagai penggalian data pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut pedoman penyusunan KTSP dari BSNP, dalam menyusun tesis. Data selanjutnya digunakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. ujuan...... C. Ruang Lingkup... II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KTSP dengan Model Sistematik. Oleh Wachyu Sundayana

PENGEMBANGAN KTSP dengan Model Sistematik. Oleh Wachyu Sundayana PENGEMBANGAN KTSP dengan Model Sistematik Oleh Wachyu Sundayana KTSP(KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN) 0. Pengertian KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 43 B. TUJUAN 43 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 44 D. UNSUR YANG TERLIBAT 44 E. REFERENSI 44 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 44

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 43 B. TUJUAN 43 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 44 D. UNSUR YANG TERLIBAT 44 E. REFERENSI 44 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 44 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 43 B. TUJUAN 43 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 44 D. UNSUR YANG TERLIBAT 44 E. REFERENSI 44 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 44 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 46 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PEMBELAJARAN INKLUSIF

PENGEMBANGAN KOMPONEN PEMBELAJARAN INKLUSIF 1 PENGEMBANGAN KOMPONEN PEMBELAJARAN INKLUSIF Oleh: TO SP Lektor Kepala Dalam Bidang Ilmu Manajajemen Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus 08121575726/087739757888 TELP. (0274) 882481 EMAIL: hermanuny@yahoo.com

Lebih terperinci

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA A. Landasan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Than 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12, 35, 37, dan 38; 2. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Hasil Penelitian

Bab IV Analisis Hasil Penelitian Bab I Analisis Hasil Penelitian A. Profil Sekolah 1. Nama Sekolah : SD Negeri Candisari 2. Nomor Statistik Sekolah : 101030820016 3. Alamat Sekolah : Margoagung Desa : Candisari Kecamatan : Secang Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RPP KURIKULUM 2013

PENGEMBANGAN RPP KURIKULUM 2013 PENGEMBANGAN RPP KURIKULUM 2013 MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Pengembangan Program Pembelajaran Fisika yang dibina oleh Bapak Dr. Wartono, M.Pd Oleh Aluk Khofidatul 110321419539 Debora Febbivoyna

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam,

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga dunia pendidikan kita telah memiliki Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional

Lebih terperinci