JURNAL PENELITIAN SASTRA
|
|
- Suparman Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Volume 4, 1, Nomor Nomor 2, 2Desember, ISSN JURNAL PENELITIAN SASTRA Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh difotokopi tanpa izin dan biaya Adri (Balai Bahasa Ujung Pandang) Analisis Puisi Jika pada Akhirnya Karya Husni Djamaluddin dengan Pendekatan Semiotika Metasastra Vol. 4 No.2, Desember 2011, hlm.: Pemberian makna terhadap sebuah puisi membutuhkan kecakapan tersendiri. Salah satu di antara sekian banyak pendekatan dalam mengungkap makna puisi adalah pendekatan semiotik. Pada intinya, pendekatan ini merupakan upaya mengungkap keseluruhan tanda yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembacaan puisi secara heuristik dan hermeneutik, makna ikonitas, indeksitas, simbol, serta relevansi puisi dengan ajaran agama Islam. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik inventarisasi, baca simak, dan pencatatan. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa makna puisi dapat diungkapkan dengan pendekatan semiotik. Puisi ini mempunyai relevansi dengan ajaran Islam. Kata kunci: puisi, kajian semiotika, dan Husni Djamaluddin Ariyanti (Balai Bahasa Bandung) Budaya Tionghoa di Indonesia dalam Sebuah Cerita Lan Fang Metasastra Vol. 4 No.2, Desember 2011, hlm.: Lan Fang adalah seorang penulis keturunan Tionghoa. Karya-karyanya banyak menampilkan budaya Tionghoa. Salah satu karya Lan Fang yang cukup menarik adalah sebuah cerpen yang berjudul Yang Liu. Dalam cerpen tersebut Lan Fang menggambarkan dengan jelas bagaimana orang-orang keturunan Tionghoa di Indonesia melakukan prosesi pemakaman jenazah. Selain itu, Lan Fang juga menyelipkan beberapa kosa kata Mandarin dan menjelaskan kosa kata tersebut sebagai upaya memperkenalkan bahasa Mandarin pada pembaca. Tulisan ini mendeskripsikan bagaimana Lan Fang menjadikan budaya Tionghoa di Indonesia sebagai latar belakang cerita, budaya apa saja yang ditampilkan dan makna simbol-simbol yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Kata kunci: Lan Fang, budaya, dan pemakaman vii
2 Hidayat, Asep Rahmat (Balai Bahasa Bandung) Mundinglaya Dikusumah: Satu Kajian Morfologi atas Cerita Pantun Sunda Metasastra Vol. 4 No.2, Desember 2011, hlm.: Mundinglaya Dikusumah merupakan satu cerita pantun Sunda yang cukup populer. Cerita ini merupakan salah satu jenis tradisi lisan Sunda. Sumber tertulis tentang cerita Mundinglaya Dikusumah yang sering dijadikan rujukan adalah publikasi C.M. Pleyte, Raden Moending Laja di Koesoema: Een Oude Soendaasche Ridderroman Met Eene Inleiding over den Toekang Pantoen (TBG 49, 1907). Artikel ini bertujuan mendeskripsikan fungsi-fungsi yang terdapat dalam Mundinglaya Dikusumah dengan cara menganalisis cerita itu secara morfologis. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah analisis morfologi yang dilakukan Vladimir Propp terhadap cerita-cerita rakyat Rusia. Dengan metode tersebut akan terlihat fungsi-fungsi apa saja yang ada dan yang tidak ada dalam cerita tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam cerita Mundinglaya Dikusumah terdapat 14 fungsi yang sama dengan fungsi Propp dan 17 fungsi yang terdapat dalam Propp tidak terdapat dalam cerita Mundinglaya Dikusumah. Kata kunci: cerita pantun Sunda, analisis morfologis, dan analisis fungsi Koswara, Dedi (Universitas Pendidikan Indonesia) Antroponimi dan Toponimi Universal di dalam Struktur Naratif Sastra Sunda Buhun (Kajian Semiotik Terhadap Kelisanan Carita Pantun dan Keberaksaraan Wawacan Sanghyang Jagatrasa) Metasastra Vol. 4 No.2, Desember 2011, hlm.: Objek pembicaraan pada tulisan ini meliputi dua ranah studi, yaitu sastra lisan Carita Pantun Sanghyang Jagatrasa (CPSJ) dan sastra tulis naskah Wawacan Sanghyang Jagatrasa (WSJ). Masalah yang diangkat berkenaan dengan:(1) transformasi antara kelisanan CPSJ dan keberaksaraan WSJ, (2) struktur formal puisi naratif CPSJ dan struktur formal sastra tulis WSJ, dan (3) makna semiotik di balik antroponimi dan toponimi universal yang tertuang pada CPSJ dan WSJ. Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah itu, yaitu (1) pendekatan sastra lisan dan (2) pendekatan sastra tulis. Berdasarkan hasil penerapan pendekatan sastra lisan ditemukan (1) CPSJ memiliki 8 formula, 13 fungsi, dan 7 lingkungan tindakan, sedangkan berdasarkan penerapan sastra tulis terhadap WSJ diketahui bahwa WSJ memiliki 6 model aktan dan 3 model fungsional, (2) transformasi antara kelisanan CPSJ ke keberaksaraan WSJ terdapat pada konvensi kesastraan, teknik naratif, ungkapan formula, kosakata, dan konstruksi kalimat. Adanya transformasi tersebut, secara semiotik, dapat dimaknai sebagai suatu upaya pelestarian nilai-nilai moral yang termuat dalam CPSJ ke dalam era WSJ sejalan dengan situasi dan kondisi serta minat masyarakat Sunda pada zamannya, (3) Munculnya antroponimi dan toponimi universal di dalam CPSJ dan WSJ dapat dimaknai secara semiotik sebagai sebuah cermin tentang eksistensi kosmologi Sunda buhun (lama) yang pernah hidup di dalam masyarakat Sunda pada zamannya. Kata kunci: sastra lisan, carita pantun, wawacan, antroponimi, dan toponimi viii
3 Ratna, I Nyoman Kutha (Universitas Udayana) Antropologi Sastra: Perkenalan Awal Metasastra Vol. 4 No.2, Desember 2011, hlm.: Antropologi Sastra: Perkenalan Awal, artikel ini mendeskripsikan atau mengenalkan sebuah teori yang relatif baru dalam sejarah pendekatan terhadap karya sastra, yaitu antropologi sastra. Secara panjang lebar, di dalam artikel dijelaskan perbedaan antara istilah antropologi sastra dan sastra antropologi serta hubungan kedua istilah tersebut. Kemudian, dijelaskan pula tentang sejarah lahirnya antropologi sastra, identifikasi antropolgis dalam karya sastra dan antropologi sastra di masa depan. Dalam penutup disampaikan bahwa antropologi sastra memiliki kemampuan maksimal untuk mengungkapkan berbagai permasalahan yang muncul dalam karya sastra, seperti masalah kearifan lokal, sistem religi, dan masalah kebudayaan yang lain. Kata kunci: antropologi sastra dan sastra antropologi Putra, Ida Bagus Rai (Universitas Udayana) Ajaran Budi Pekerti Teks Geguritan Sarasamuscaya dan Relevansinya terhadap Dekontruksi Etika-Moralitas Bangsa Metasastra Vol. 4 No.2, Desember 2011, hlm.: Sangat lama pendidikan budi pekerti yang lahir dari bumi pertiwi terlindas pendidikan global yang menaruh harapan besar pada nilai-nilai Barat yang cenderung material dan amat hedonis. Pembangunan hanya mengejar nilai ekonomis, kurang memperhatikan pembangunan mental spiritual yang tumbuh dari peradaban sendiri sehingga mengakibatkan generasi penerus bangsa menjadi generasi kolokan, tidak mengetahui tataetiket bangsanya sendiri. Arti dari kegetiran itu adalah kita sejak lama membutuhkan santapan rohani yang membumi, agar anak bangsa ini tidak tercerabut dari akar tradisi leluhurnya sendiri. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyajikan nilai-nilai moralitas bangsa yang tertuang dalam karya-karya klasik, khususnya karya Geguritan Sarasamuscaya. Pengungkapan nilainilai ajaran yang dikandung kiranya dapat dipakai ancangan untuk mengisi pendidikan budi pekerti yang dilupakan dalam kurikulum sekolah di Indonesia. Namun, belakangan ini semakin santer terdengar manfaatnya untuk diajarkan dari tingkat pendidikan paling dasar hingga ke pendidikan perguruan tinggi. Dalam rangka merancang nilai moralitas dari teks Geguritan Sarasamuscaya menjadi bahan jadi yang dapat dipedomani, penulisan ini dibantu dengan pendekatan yang bersifat pascastruktural yang kritis. Teori yang digunakan adalah teori resepsi Jauss, teori semiotika Pierce, dan teori mitologi dari Barthes. Nilai-nilai moralitas teks Geguritan Sarasamuscaya sangat baik dipakai pedoman untuk pengajaran budi pekerti. Dengan demikian, moralitas bangsa yang kita cintai ini tidak jatuh pada titik nadir. Kata kunci: ajaran budi pekerti teks Geguritan Sarasamuscaya, relevansi, dan dekonstruksi etika-moralitas bangsa ix
4 Turaeni, Ni Nyoman Tanjung (Balai Bahasa Surabaya) Bentuk, Fungsi, dan Makna Tradisi Lisan Mabebasan dalam Upacara Keagamaan di Jawa Timur Metasastra Vol. 4 No.2, Desember 2011, hlm.: Dharma Gita adalah lagu-lagu keagamaan atau lebih dikenal dengan nyanyian tentang nilainilai kebenaran. Nyanyian ini berfungsi sebagai media untuk mengembangkan nilai keagamaan karena di dalamnya terkandung sastra-sastra agama. Yang termasuk dalam Dharma Gita adalah Seloka, Palawakya, Kakawin, Kidung, dan Geguritan. Melagukan nyanyiannyanyian keagamaan di Bali disebut makidung, makakawin, mageguritan atau mamutru. Bila makakawin disertai dengan memberikan arti dan ulasan, kegiatan itu disebut mabebasan. Mabebasan merupakan seni tradisional masyarakat (Hindu) di Bali, tidak dapat dipisahkan dari kehidupan adat-istiadat sehari-hari. Seni mabebasan hampir selalu hadir pada setiap pelaksanaan upacara keagaamaan. Sebagai seni tradisional, mabebasan saat ini berkembang dengan pesat dalam masyarakat. Salah satu di antaranya adalah Mabebasan Utsawa Dharma Gita, yaitu membaca ayat-ayat suci dari kitab Weda yang diselenggarakan di tingkat kabupaten, provinsi, dan tingkat nasional. Makalah ini bertujuan untuk mengungkapkan makna yang terkandung dalam lirik nyanyian atau kidung yang dilantunkan dalam kegiatan tersebut. Pemaknaan akan diungkapkan melalui proses kajian hermeneutik dengan harapan dapat mengupas nilai-nilai keagamaan bagi kehidupan sosial budaya masyarakat Hindu, khususnya di Jawa Timur sebagai medium untuk mempertahankan kearifan lokal yang terdapat dalam lingkungan masyarakat sebagai khazanah memperkaya budaya nasional. Kata kunci: tradisi lisan, bentuk, fungsi, dan makna Rohayati (Stikes Dharma Husada Bandung) Model Pembelajaran Menulis Puisi Religius Islami dengan Teknik Pengamatan Objek yang Berorientasi pada Pengembangan Karakter (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas V SDIT Nur Al Rahman) Metasastra Vol. 4 No.2, Desember 2011, hlm.: Penelitian ini berjudul Model Pembelajaran Menulis Puisi Religius Islami dengan Teknik Pengamatan Objek yang Berorientasi pada Pengembangan Karakter di Kelas V SDIT Nur Al Rahman Kota Cimahi ( Model PMPRI ). Penelitian ini diawali dengan adanya kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam pembelajaran menulis puisi di SD dan mengembangkan karakter religius. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Data diperoleh dengan teknik random undian. Instrumen pengumpulan data berupa tes dan observasi lapangan. Untuk analisis data kuantitatif digunakan teknik analisis statistik menggunakan program SPSS. Hasil dari penelitian dan perhitungan statistik menggunakan program SPSS dengan uji t didapatkan hasil 0,000 dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil perhitungan di bawah 0,005 berarti signifikan, dapat dikatakan bahwa perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen yang mendapat perlakuan dengan model PMPRI memberikan hasil efektif jika dibandingkan dengan hasil kelas kontrol yang mendapat perlakuan dengan teknik ceramah. Nilai rata-rata prates dan postes kelas eksperimen 70,1429 menjadi 82, 1190, sedangkan kelas kontrol 70,7073 menjadi 77,3659. Kata kunci: model pembelajaran, puisi, religius Islami, dan karakter x
5 xi Sungkowati, Yulitin (Balai Bahasa Surabaya) Resepsi Pembaca terhadap Tjerita Njai Dasima Metasastra Vol. 4 No.2, Desember 2011, hlm.: Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan bentuk dan perubahan resepsi pembaca terhadap Tjerita Njai Dasima dengan teori resepsi sastra dan metode resepsi diakronis. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa sejak era kolonial hingga era reformasi Tjerita Njai Dasima telah mendapat tanggapan berupa karya-karya baru dalam bentuk puisi, prosa, teks drama, skenario film, film, sinetron, dan drama musikal. Perubahan resepsi terjadi dari generasi ke generasi seiring dengan perubahan zaman dan perubahan horison harapan pembacanya. Resepsi pada masa sebelum kemerdekaan menunjukkan ideologi prokolonial dan pada era awal kemerdekaan sebaliknya, antikolonial. Resepsi pembaca yang muncul di era Orde Baru berisi kritik sosial terhadap pembangunan dan di era reformasi memperlihatkan semangat pluralisme dan kebebasan. Kata kunci: resepsi sastra, pembaca, horison harapan, diakronis, dan semangat zaman
Volume 4, Nomor 2, Desember Terakreditasi B Nomor : 292/Akred-LIPI/P2MBI/08/2010. Bandung, Desember. Volume 14 Nomor 2
Volume 4, Nomor 2, Desember 2011 Terakreditasi B Nomor : 292/Akred-LIPI/P2MBI/08/2010 Metasastra Jurnal Penelitian Sastra Volume 14 Nomor 2 Bandung, Halaman Bandung, Desember 105 111s.d.206 211 Desember
Lebih terperinciKOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)
MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN 2013 DRAFT-1 DAN MATA PELAJARAN
Lebih terperinciSTANDAR ISI STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN. Mata Pelajaran Bahasa Daerah (Jawa) Untuk SMA/ SMK/ MA
STANDAR ISI STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Mata Pelajaran Bahasa Daerah (Jawa) Untuk SMA/ SMK/ MA PROPINSI JAWA TIMUR BAB II STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali Tradisional yang dibentuk oleh pupuh-pupuh. Setiap pupuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan
1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Tutur adalah 'nasehat' atau 'bicara'. Kata perulangan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinci89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa
89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra
Lebih terperinciBahasa dan Sastra Indonesia 3. untuk. SMP/MTs Kelas IX. Maryati Sutopo. Kelas VII. PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Bahasa dan Sastra Indonesia 3 untuk SMP/MTs Kelas IX Kelas VII Maryati Sutopo PUSAT PERBUKUAN Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa
Lebih terperinciA. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap
A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dilihat dari segi media pengungkapannya atau cara penyampaiaanya, sastra dibedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dan berlangsung secara terus menerus dari generasi ke generasi. Pendidikan merupakan sesuatu yang universal, bersifat umum karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran bahasa Indonesia adalah dengan cara penguasaan segala aspek keterampilan berbahasa oleh peserta didik. Keterampilan
Lebih terperinciRANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA
RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : GUBERNUR JAWA TENGAH,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut, selain untuk menghibur, juga untuk menyampaikan pesan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan Bali terus mengalami perkembangan seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Segala aspek permasalahan dan persoalan yang sering dijumpai dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dan sastra adalah cermin kebudayaan dan sebagai rekaman budaya yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran penting bahasa dan
Lebih terperinciPERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI (SK) & KOMPETENSI DASAR (KD)
PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI (SK) & KOMPETENSI DASAR (KD) PENDIDIKAN BUDAYA & KARAKTER BANGSA Mata Pelajaran : Bahasa Sunda Satuan Pendidikan : SMP/MTs Kelas/Semester : VII IX /1 & 2 Nama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah banyak ungkapan yang dilontarkan bertalian dengan hubungan antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai aspek kebudayaan Bali,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis karya Sastra Jawa Kuno yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Menurut Soebadio (1985: 3), tutur merupakan pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya
Lebih terperinci2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekalang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang akan senantiasa memerlukan interaksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan media untuk berinteraksi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu kegiatan di mana siswa dapat menuangkan ide atau gagasan kreatif dan imajinasinya ke dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang dituangkan dalam bahasa. Kegiatan sastra merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur-unsur seperti pikiran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan berasal dari kata gurit yang berarti gubah, karang, sadur. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim Penyusun Kamus Bali-Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang dipatuhi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan suatu acara adat perkawinan atau hajatan. Dalam
Lebih terperinci2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di kalangan para pelajar marak terjadinya peristiwa tawuran, kekerasan antar pelajar, penggunaan narkoba, dan seks bebas. Hal ini sangatlah memprihatinkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya tertentu. Sebuah pernyataan tentang kesenian Jawa, kesenian Bali, dan kesenian flores, semuanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Supaya perubahan pada peserta didik dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi
Lebih terperinciBAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA
8 BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA Resensi atas karya sastra berkaitan erat dengan resepsi sastra. Resensi-resensi karya sastra di surat kabar dapat dijadikan sasaran penelitian resepsi sastra. Dalam bab
Lebih terperinci4. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK (PEMINATAN)
4. KOMPETENSI INTI DAN BAHASA INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK (PEMINATAN) KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi dengan baik secara lisan ataupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA
KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA Kompetensi Utama Pedagogik St. Inti/SK Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Variasi bahasa Minangkabau merupakan sebuah fenomena yang dapat dilihat dari perbedaan dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat Minangkabau di berbagai wilayah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan
Lebih terperinci, 2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA ETNIS TIONGHOA DALAM ANTOLOGI CERPEN SULAIMAN PERGI KE TANJUNG CINA KARYA HANNA FRANSISCA
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemunculan sastra Indonesia-Tionghoa tiba pada suatu batas ikatan yang agak erat dengan penerjemahan hasil karya sastra Tiongkok ke dalam bahasa Melayu-Rendah.
Lebih terperinciKOMPETENSI INTI (KI) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
KOMPETENSI UTAMA PEDAGOGIS KOMPETENSI INTI (KI) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. KISI-KISI SOAL UKG BAHASA INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.
ABSTRAK Lucyana. 2018. Kritik Sosial dalam Syair Nasib Melayu Karya Tenas Effendy. Skripsi, Program Studi Sastra Indonesia, FIB Universitas Jambi, Pembimbing: (I) Dr. Drs. Maizar Karim, M.Hum (II) Dwi
Lebih terperincikeunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Berbagai keragaman di setiap wilayahnya membuat Indonesia disebut sebagai
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan saat ini mulai menurun kualitasnya, salah satu faktor menurunnya kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali potensi
Lebih terperinciNILAI-NILAI BUDAYA DALAM SASTRA LISAN TALE KERINCI: KAJIAN STRUKTURAL DAN SEMIOTIK NAZURTY RINGKASAN
NILAI-NILAI BUDAYA DALAM SASTRA LISAN TALE KERINCI: KAJIAN STRUKTURAL DAN SEMIOTIK NAZURTY RINGKASAN Sastra adalah bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan secara umum diakui sebagai unsur penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Lebih-lebih suatu bangsa yang sedang membangun watak dan kepribadiannya yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP) pada tingkat SMA diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui
Lebih terperinciMERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN
RESENSI BUKU MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN Asep Rahmat Hidayat Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Jalan Sumbawa Nomor 11, Bandung 40113, Telepon: 085220508085, Posel: kang.abu2@gmail.com Naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka budaya yang beranekaragam. Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu, Pulau Sumatera,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak sehingga menjadikan anak lebih tanggap terhadap lingkungan di sekelilingnya.
Lebih terperinciKISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA. spiritual, dan latar belakang sosialbudaya. bekal ajar awal. kesulitan belajar
KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA No. 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Standar Guru Memahami karakteristik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra mempunyai dua fungsi utama yaitu menyenangkan dan bermanfaat, atau lebih dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA
- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia sedang gencar-gencarnya dibenahi. Salah satunya yaitu pembaharuan sistem kurikulum guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok
digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Fokus kajian dalam penelitian ini adalah menemukan benang merah hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok Sawitri terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, budaya adalah hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan nilai. Semakin banyak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi medium untuk menggerakkan dan mengangkat manusia pada harkat yang paling tinggi. Karya sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang telah disempurnakan lagi. Kurikulum Nasional disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam
Lebih terperinciKAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA
KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG PADA NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA Skripsi Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Humaniora Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Fitrianna Arfiyanti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat Indonesia pada dasarnya berwajah ganda, yaitu sebagai alat pendidikan nasional di satu pihak dan sebagai salah
Lebih terperinciSastra selalu melibatkan pikiran pada kehidupan sosial, moral, psikologi,
Retno Winarni Retno Winarni Kajian Sastra Anak, oleh Retno Winarni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-4462135; 0274-882262; Fax: 0274-4462136 E-mail:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan implementasi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mencerdaskan bangsa. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istiadat dari suatu masyarakat etnik, seperti dalam istiadat masyarakat etnik Melayu. Dalam hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra lisan atau disebut juga sastra tradisi yang wujudnya sebagai bagian dari istiadat dari suatu masyarakat etnik, seperti dalam istiadat masyarakat etnik
Lebih terperinci2014 SAJARAH CIJULANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciKERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA
KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Putra (1986), dalam penelitian beliau yang berjudul "Aspek Sastra Dalam Babad Dalem Suatu Tinjauan Intertekstualitas", menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai seni pertunjukan, akan tetapi berlanjut dengan menunjukan fungsinya dalam kehidupan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1993: 3). Sastra adalah sebuah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra di Bali masih berhubungan erat dengan masyarakat pendukungnya. Pada zaman kerajaan, sastra menjadi dasar dan cermin tindakan para raja dalam mengemban
Lebih terperinci2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain. Melalui bahasa pula, semua informasi yang ingin kita sampaikan akan dapat diterima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, mengkaji, menghayati, menyalin dan menciptaklan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu karya yang sifatnya estetik. Karya sastra merupakan suatu karya atau ciptaan yang disampaikan secara komunikatif oleh penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA
SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disemua jenjang pendidikan. Mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dalam berbahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu keterampilan yang dituntut dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah keterampilan menulis cerpen. Standar kompetensi yang menyangkut
Lebih terperinci