TINJAUAN ORIENTASI BANGUNAN TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG TAMU DIPENGARUHI OLEH ELEMEN DINDING DAN WARNA DINDING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN ORIENTASI BANGUNAN TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG TAMU DIPENGARUHI OLEH ELEMEN DINDING DAN WARNA DINDING"

Transkripsi

1 TINJAUAN ORIENTASI BANGUNAN TERHADAP INTENSITAS PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG TAMU DIPENGARUHI OLEH ELEMEN DINDING DAN WARNA DINDING St. Rosyidah Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo, Kendari Abstrak Tujuan penelitian yaitu mengetahui perbedaan intensitas cahaya alami pada ruang tamu yang berukuran 15 m 2 (3x5 m) di dalam bangunan rumah dengan elemen dinding dan warna dinding yang berbeda ditinjau dari orientasi bangunan, dan refleksi dalam ruang tersebut.penelitian ini merupakan penelitian eksprimen dengan menggunakan analisis statistik sederhana yaitu mengadakan pengamatan langsung di lapangan dan diolah dalam bentuk tabel.hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan nilai luminan dan intensitas cahaya alami pada ruang tamu ukuran 3x5 m di dalam bangunan rumah tipe 36/90 m dengan elemen dinding plesteran dan tripleks serta warna putih dan cream pada dinding ditinjau dari orientasi bangunan adalah: untuk intensitas cahaya alami lebih banyak yang berorientasi ke timur dan refleksi cahaya tertinggi untuk elemen dinding plesteran, elemen warna putih terjadi pada waktu pagi hari, sedangkan refleksi cahaya tertinggi untuk elemen dinding tripleks, dan warna cream adalah pada siang hari Katakunci: orientasi bangunan, intensitas pencahayaan alami, elemen dinding dan warna Abstract Review Orientation The Building To Natural Illumination Intensity Sittingroom Influenced By Element Wall And Colour Wall. Research purpose that is knowing difference of natural light intensity [at] fairish sittingroom 15 m 2 ( 3x5 m) in house building with wall element and different wall colour evaluated from building orientation, and refleksi in the space.this research is research eksprimen by using simple statistical analysis that is performing the direct perceptionin field and diolah in the form of tables.this Research result indicate that difference of value luminan and natural light intensity measure sittingroom of 3x5 m in house building type 36/90 m with wall element plaster and tripleks and also white colour and cream wall evaluated from building orientation is: for natural light intensity more which orienting easterly and refleksi highest light for the element of plaster wall, white colour element happened when morning, is while refleksi highest light for the element of wall tripleks, and colour cream is in the day time Keywords: building orientation, illumination intensity alami, element wall andcolour 1. Pendahuluan Matahari adalah sumber cahaya yang apabila diolah dengan baik akan memberikan manfaat dan penghematan dalam penggunaan energi. Energi cahaya yang dipancarkan ke bumi, ada yang dapat diserap dan ada yang dipantulkan, seperti bangunan-bangunan kaca yang dapat merefleksi dan menyalurkan cahaya. Bangunan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Dimana manusia yang berada dalam suatu bangunan akan selalu melakukan aktivitas, dari aktivitas tersebut manusia mengungkapkan beberapa hal sesuai dengan persepsinya masingmasing sesuai dengan kenyamanan berada dalam ruang pada bangunan. Kenyamanan yang diciptakan merupakan faktor penting yang diharapkan penghuni atau pengguna bangunan agar dapat melakukan aktivitas seefisien mungkin sesuai dengan fungsi ruang pada bangunan dengan (Visual Confort), (Bangsawan Nurul J, 2001 dalam A. Awaluddin). 23

2 Suatu bangunan, tempat atau daerah yang berada atau dilalui garis katulistiwa yang mana daerah tersebut beriklim tropiks. Disadari bahwa sinar matahari (cahaya alami) yang menyinari permukaan bumi lebih lama dibandingkan yang beiklim sub tropiks atau dingin, maka pemanfaatan cahaya matahari untuk pencahayaan alami di siang hari dalam bangunan sangat penting dalam penghematan energi listrik (pencahayaan buatan). Elemen dinding dan warna yang memberikan efek bias (pantul) sebagai suatu alternatif pemanfatan cahaya alami pada bangunan, selain sistem bukaan pada dinding rumah merupakan tempat melakukan aktivitas keseharian manusia atau suatu keluarga. Ruang tamu merupakan salah satu ruang pada bangunan yang bersifat publik, merupakan tempat yang sering digunakan untuk pertemuan, posisi ruang tersebut sering berada di bagian depan dalam suatu bangunan sehingga memungkinkan cahaya yang masuk lebih besar, maka bukaan, elemen dinding dan warna dinding sangat berpengaruh dalam penyaluran dan refleksi cahaya. Dimana menurut standar SNI bahwa nilai intensitas yang baik untuk ruang tamu adalah lux. Seiring dengan hal tersebut, maka penggunaan elemen dinding dan warna dalam suatu bangunan/rumah memegang peran penting dalam menciptakan suatu kodisi pencahayaan alami yang baik atau apabila sinar matahari (pantulan-pantulan cahaya alami) terlalu banyak masuk ke dalam ruangan maka hal tersebut dapat menyebabkan silau terhadap mata atau gangguan penglihatan dan apabila sinar yang masuk terlalu sedikit akan mengurangi kemampuan mata mengenali keadaan dalam ruang. Selain bukaan, elemen dinding, warna, orientasi bangunan juga berpengaruh akan intensitas cahaya yang masuk dalam bangunan/rumah, sehingga orientasi dari bangunan akan sangat berpengaruh dalam perolehan cahaya alami. Elemen dinding dan warna yang berbeda sering diterapkan pada ruang tamu untuk memberikan kesan tertentu sehingga mempengaruhi intensitas cahaya alami yang masuk. Sehubungan dengan teori tersebut tulisan/kajian ini akan mengangkat permasalahan yaitu: Seberapa besar perbedaan nilai luminan (refleksi) dan intensitas cahaya alami pada ruang tamu ukuran 3x5 m di dalam bangunan rumah tipe 36/90 m dengan elemen dinding plesteran dan tripleks serta warna putih dan cream pada dinding ditinjau dari orientasi bangunan. Sedangkan tujuan penelitian yaitu mengetahui perbedaan intensitas cahaya alami pada ruang tamu yang berukuran 15 m 2 (3x5 m) di dalam bangunan rumah dengan elemen dinding dan warna dinding yang berbeda ditinjau dari orientasi bangunan, dan refleksi dalam ruang tersebut. Pengertian Cahaya Cahaya adalah syarat mutlak bagi manusia untuk melihat dunia yang merupakan radiasi yang secara langsung dapat dievaluasi secara visual, dan merupakan rambatan gelombang eletromagnetik yang menjalar ke segalah arah sehingga memungkinkan makhluk hidup dapat mengenali sekelilingnya dengan mata. Gambar 1 Spektrum radiasi Cahaya terdiri dari gelombang magnet-elektro yang mempunyai panjang 380 hingga 700 nm (nanometer, 1 nm= 10-9 m) dengan urutan warna: (ungu-ultra), ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga, merah (merah-infra). Yang mana kecepatan cahaya adalah 3x10 8 m/detik. Cahaya alami yakni cahaya yang dihasilkan oleh matahari yang merupakan sumber cahaya utama yang ada di alam semesta ini dan mempunyai gelombang antara nm dan memiliki spektrum lengkap dari ungu-ultra hingga merah-infrai yang seperti yang dikemukakan oleh Prasato Satwiko (2003). Cahaya dan pigmen warna menciptakan pandangan serupa yang merangsang visual, tetapi keduanya dikembangkan atas teori yang sedikit berbeda yaitu cahaya yang diwarnai pada panjang gelombang yang berbeda menghasilkan gelombang yang dikenali oleh sistem yang visual, panjang gelombang tertentu cenderung untuk mendominasi sistem yang visual, ini dikenal sebagai panjang dominan. Sedangkan pigmen warna digambarkan sebagai suatu kombinasi karakteristik pemantulan spektral suatu permukaan dan komposisi spektral dari cahaya untuk memperjelas permukaan. 24

3 Tabel 1 Gelombang warna cahaya langsung masuk ke dalam ruang melalui lobang cahaya/bukaan tanpa adanya refleksi dari benda-benda sekitarnya. Elemen dinding adalah bahan-bahan yang digunakan untuk membentuk/membuat suatu dinding, baik itu bahan yang berada di luar maupun yang berada di dalam bangunan, warna dinding adalah pewarnaan yang dilakukan pada dinding bangunan untuk memberikan kesan tertentu, sedangkan orientasi bangunan adalah arah bangunan atau posisi hadapan suatu bangunan. Jenis-Jenis Pencahayaan Menurut sumbernya dikenal dua jenis pencahayaan yaitu: 1. Cahaya primer dengan sumber sinar matahari dan lengkung langit. Sumber cahaya primer adalah penyebab utama suatu arus cahaya. 2. Sumber cahaya sekunder yang sebenarnya hanya memberi terang karena diberi terang (misalnya bulan, gelas buram, bola lampu atau kap lampu dan sebagainya). Menurut fungsinya dikenal: 1. Pencahayaan luar adalah sistem pencahayaan untuk mengganti fungsi sinar matahari pada malam hari, guna menerangi luar bangunan, halaman, taman, dan jalan. 2. Pencahayaan ruang dalam adalah sistem pencahayaan ruang-ruang dalam, yang dapat dicapai dari dua sumber cahaya: pencahayaan alami dan buatan (Anggraini. Sri:2004). Luminansi Horisontal Pencahayaan yang diterima oleh suatu bidang dipermukaan bumi berasal dari matahari sebagai sumber cahaya dan hanya 47,29% dari total energi radiasi matahari ini berupa cahaya tampak sedang sisanya berupa radiasi sinar ultra violet dan infra red. (Bangsawan, Nurul.J,2001) dalam A. Alauddin Refleksi (Pembiasan) dan Transmittance 1. Komponen Refleksi a. Komponen langit (Sky Component/SC) Komponen langit yaitu komponen penerangan langsung dari cahaya langit yang Gambar 2. Refleksi komponen langit b. Komponen refleksi luar (ERC) Komponen penerangan yang berasal dari refleksi (pantulan) benda yang berada di sekitar bangunan yang bangunan yang bersangkutan, komponen refleksi luar juga berhubungan erat dengan distribusi luminasi langit dan penghalang yang berada di depan lobang/selubung bangunan. Gambar 3. Komponen refleksi luar c. Komponen refleksi dalam (IRC) Komponen yang berasal dari refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan, dari cahaya yang masuk ke dalam bangunan akibat refleksi benda-benda di luar ruang maupun cahaya langit, komponen reflaksi dalam berhubungan erat dengan dimensi ruang serta koefisien faktor refleksi dari masing-masing komponen yang ada dalam ruangan. Gambar 4. Komponen refleksi dalam Di bawah ini menunjukkan bahwa permukaan dinding dengan plafon menjadi yang paling efektif untuk pembiasan cahaya alami ke dalam suatu ruang. Sedangkan lantai menjadi paling sedikit efektif. Plafon (Ceilling), dinding belakang, samping /sisi dinding,dan lantai. 25

4 2. Refleksi Material Kemampuan dari material untuk mereflesikan cahaya masuk dari suatu permukaan material, dengan faktor refleksi yang dijadikan persen dari cahaya, yakni sisa yang menyerap, memancarkan, atau kedua-duanya. 3. Pantulan Cahaya Permukaan Permukaan yang memantulkan cahaya terdiri dari dua yaitu permukaan yang tidak rata/kasar dan permukaan yang rata tetapi halus. Apabila cahaya yang masuk permukaan tidak rata akan dipantulkan kembali secara menyebar/berhamburan sedangkan specular atau permukaan mengkilap akan memantulkan cahaya seperti suatu cermin ketika sudut masuk (Li) maka akan sama dengan sudut faktor refleksi (Lr). 5. Kondisi Langit a. Overcast sky (langit berawan merata) Kondisi langit yang seluruhnya tertutup oleh awan sehingga menyebabkan brightness dan luminansi menjadi sangat tinggi. Gamber 5. Kondisi langit berawan b. Clear Sky (langit cerah) Kondisi langit yang tidak berawan dimana keadaan horison menjadi sangat terang dibandingkan kondisi langit berawan merata. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan di Inggeris kondisi langit tanpa awan ini memberikan iluminasi rata-rata 1400 lm/ft pada musim panas dan Lm/ft pada musim dingin, untuk daerah tropiks ordenya antara Lm/ft. 4. Transmittance Material Tabel 2. Refleksi permukaan Transmittance adalah cahaya masuk yang dipancarkan melalui suatu material untuk membentuk fluks cahaya yang kemudian dipancarkan oleh suatu objek transparan, dipantulkan, dan diteruskan oleh suatu unit bidang permukaan dari suatu material yang diterangi. Tabel 3. Tipe penyaluran cahaya pada material Gambar 6. Kondisi Langit Tanpa Awan c. Partly cloudy sky (langit berawan sebagian) Kondisi langit yang sebagian tertutup oleh awan untuk perencanaan penerangan alami siang hari dibutuhkan level penerangan di tempat terbuka yang akan dipakai sebagai dasar, untuk menetapkan harga dari langit perencanaan, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga nilainyapun selalu berubah (dari 100 lux hingga ) sehingga tahun 1964, di Bandung Prof. Adiwijoyo melakukan pengukuran tentang keadaan langit, dan menyatakan bahwa besarnya kondisi langit perencanaan yang berlaku di Indonesia adalah sebesar lux yang dinyatakan dalam bentuk prosentase. Sedangkan untuk penetapan standarisasi mengenai tatacara penerangan alami siang hari untuk rumah dan gedung, penerangan buatan dalam gedung yang diterbitkan oleh yayasan lembaga penyelidikan masalah- 26

5 masalah bangunan serta tatacara perancangan konversi energi pada bangunan gedung (1993) oleh PU tentang besarnya tingkat pencahayaan direkomendasikan untuk berbagai macam jenis aktivitas merupakan hasil penelitian dai lapangan disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Tabel 4. Tingkat pencahayaan pada bangunan gedung Tabel 5. Tingkat pencahayaan pada bangunan rumah 6. Daerah terang dan daerah gelap Soepadi (1997: 20-29) mengemukakan bahwa masalah lain yang timbul dalam pemanfaatan sinar matahari adalah terciptanya daerah terang, daerah kurang terang, dan daerah relatif gelap oleh karena itu harus diperhatikan faktor-faktor yang antara lain: 1. Dari sisi mana saja sinar matahari masuk ke dalam ruang. 2. Dimensi ketinggian lubang pada selubung bangunan. 3. Dimensi kedalaman ruang artinya harus lebih pendek daripada arah sejajar datangnya sinar mataahari. Adapun faktor-faktor pengaruh dijelaskan sebagai berikut: 1. Terang gelap akibat ketinggian lubang selubung satu sisi. 2. Terang gelap akibat ketinggian lubang selubung dua sisi. 3. Terang gelap akibat kedalaman ruang. 4. Terang gelap akibat luas lubang selubung. 5. Terang gelap akibat dimensi overstage 2. Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksprimen dengan menggunakan analisis statistik sederhana yaitu mengadakan pengamatan langsung di lapangan dan diolah dalam bentuk tabel. Penelitian ini dilakukan pada ruang tamu yang berukuran 15 m 2 (untuk rumah tipe 36/90) rumah penelitian yang digunakan empat unit rumah yang berorientasi pada utara, selatan, timur dan barat dengan lima posisi penempatan alat pada ruang tamu. Penelitian ini dilakukan dengan cara pengukuran intensitas cahaya yang masuk pada ruang tamu serta refleksi dari elemen dinding dan warna dengan menggunakan alat bantu pengukuran (lux meter), meteran (untuk mengukur luas selubung bangunan). Hasil data pengukuran didistribusikan dalam bentuk tabel, kemudian dievaluasi. Lokasi penelitian pada perumahan BTN Asatata tipe 36 yang terdiri dari kamar tidur, ruang tamu dan kamar mandi, teras depan dan teras belakang serta halaman di daerah kawasan Andonohu Kendari. Penelitian ini dilakukan selama 16 hari pada bulan Juni-Juli 2009 dan dilakukan pada saat matahari matahari bersinar cerah, dibagi dalam tiga kondisi waktu dengan interval 2 jam yaitu: pukul 8-10, pukul 12-14, pukul Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian maka variabelvariabel yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel dependen: Intensitas cahaya alami 2. Variabel independen: a. Bukaan b. Orientasi bangunan c. Elemen dinding d. Warna(cat pada dinding) 3. Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Perumahan Asatata berlokasi di kawasan pemukiman dengan tujuan menyediakan rumah-rumah bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta membantu 27

6 pemerintah dalam pembangunan pemukiman bagi masyarakat. B. Analisa Hasil Pengukuran 1. Dinding Plesteran Tabel 6. Tabel pengambilan data elemen dinding plesteran dengan orientasi barat Gambar 7. Peta lokasi Bangunan yang didirikan terdiri dari dua tipe diantaranya tipe 36 yang terdiri dari kamar tidur, ruang tamu, kamar mandi, teras depan dan belakang dan halaman. Kondisi dari keempat unit rumah penelitian tersebut sama hanya dibedakan pada orientasi bangunan yaitu barat, timur, selatan dan utara. Di depan rumah yang berorientasi ke barat, timur, selatan terdapat jalan dengan lebar 4 meter dan selokan, sedangkan menghadap utara terdapat jalan dengan lebar 6 meter yang merupakan jalan umum yang menghubungkan dengan permukiman sekitarnya, vegetasi tanaman hampir tidak ada. Site plan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 8. Orientasi lokasi dan denah Keempat unit rumah penelitian tersebut memiliki desain bangunan yang sama baik dari segi penggunaan material dinding, lantai, atap, juga luas ruangan, hanya orientasi bangunan yang berbeda. Elemen dinding dari rumah penelitian menggunakan dua jenis yaitu dinding plesteran dan dinding tripleks, serta warna cat yang digunakan adalah warna putih dan cream. Gambar 9. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu elemen dinding plesteran orientasi barat orientasi bangunan ke barat pada pukul (pagi) yang tertinggi 103 lux dan yang terendah 4 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 140 lux dan yang terendah 10 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 120 lux dan yang terendah 2 lux, dapat dilihat pada tabel 6. lantai dengan orientasi bangunan ke barat pada pukul (pagi) yang tertinggi 30,9 cd/m 2 dan yang terendah 1,2 cd/m 2. Pada pukul 42,0 cd/m 2 dan yang terendah 2,5 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 36 cd/m 2 dan terendah 0,5 cd/m 2. 28

7 Tabel 7. Tabel pengambilan data elemen dinding plesteran dengan orientasi timur Tabel 8. Tabel Pengambilan DataElemen Dinding Plesteran dengan Orientasi Utara Gambar 10. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu elemen dinding plesteran orientasi timur orientasi bangunan ke timur pada pukul (pagi) yang tertinggi 134 lux dan yang terendah 15 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 175 lux dan yang terendah 10 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 109 lux dan yang terendah 0 lux, dapat dilihat pada tabel 7. lantai dengan orientasi bangunan ke timur pada pukul (pagi) yang tertinggi 119,7 cd/m 2 dan yang terendah 4,2 cd/m 2. Pada pukul 52,5 cd/m 2 dan yang terendah 2,3 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 34,2 cd/m 2 dan terendah 0,0 cd/m 2. Gambar 11. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu elemen dinding plesteran orientasi utara orientasi bangunan ke utara pada pukul (pagi) yang tertinggi 106 lux dan yang terendah 6 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 143 lux dan yang terendah 10 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 91 lux dan yang terendah 1lux, dapat dilihat pada tabel 8. lantai dengan orientasi bangunan ke utara pada pukul (pagi) yang tertinggi 31,8 cd/m 2 dan yang terendah 2,1 cd/m 2. Pada pukul 42,9 cd/m 2 dan yang terendah 2,5 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 27,3 cd/m 2 dan terendah 0,3 cd/m 2. 29

8 Tabel 9. Tabel pengambilan data elemen dinding plesteran dengan orientasi selatan 2. Dinding Tripleks Tabel 10. Tabel Pengambilan DataElemen Dinding Tripleks dengan Orientasi Barat Gambar 12. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu elemen dinding plesteran orientasi selatan orientasi bangunan ke selatan pada pukul (pagi) yang tertinggi 68 lux dan yang terendah 6 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 115 lux dan yang terendah 7 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 83 lux dan yang terendah 1lux, dapat dilihat pada tabel 9. lantai dengan orientasi bangunan ke selatan pada pukul (pagi) yang tertinggi 20,4 cd/m 2 dan yang terendah 1,5 cd/m 2. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 34,5 cd/m 2 dan yang terendah 1,8 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 24,9 cd/m 2 dan terendah 0,3 cd/m 2. Gambar 13. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu elemen dinding tripleks orientasi barat orientasi bangunan ke barat pada pukul (pagi) yang tertinggi 142 lux dan yang terendah 9 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 244 lux dan yang terendah 24 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 156 lux dan yang terendah 5 lux, dapat dilihat pada tabel 10. lantai dengan orientasi bangunan ke barat pada pukul (pagi) yang tertinggi 99,4 cd/m 2 dan yang terendah 3,2 cd/m 2. Pada pukul 170,8 cd/m 2 dan yang terendah 6,7 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 79,1 cd/m 2 dan terendah 1,8 cd/m 2. 30

9 Tabel 11. Tabel pengambilan data elemen dinding tripleks dengan orientasi timur Tabel 12. Tabel pengambilan data elemen dinding tripleks dengan utara Gambar 14. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu elemen dinding tripleks orientasi barat orientasi bangunan ke Timur pada pukul (pagi) yang tertinggi 171 lux dan yang terendah 18 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 170,8 lux dan yang terendah 3,5 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 81,9 lux dan yang terendah 0,4 lux, dapat dilihat pada tabel 11. lantai dengan orientasi bangunan ke timur pada pukul (pagi) yang tertinggi 119,7 cd/m 2 dan yang terendah 6,3 cd/m 2. Pada pukul 170,8 cd/m 2 dan yang terendah 3,5 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 81,9 cd/m 2 dan terendah 0,4 cd/m 2. Gambar 15. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu elemen dinding tripleks orientasi utara orientasi bangunan ke utara pada pukul (pagi) yang tertinggi 147 lux dan yang terendah 12 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 169 lux dan yang terendah 14 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 103 lux dan yang terendah 1 lux, dapat dilihat pada tabel 12. c. Refleksi cahaya pada plafon, dinding, dan lantai lantai dengan orientasi bangunan ke Utara pada pukul (pagi) yang tertinggi 102,9 cd/m 2 dan yang terendah 4,2 cd/m 2. Pada pukul 118,3 cd/m 2 dan yang terendah 5,3 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 72,1 cd/m 2 dan terendah 0,4 cd/m 2. 31

10 Tabel 13. Tabel pengambilan data elemen dinding tripleks dengan orientasi selatan 3. Warna Dinding Cream Tabel 14. Tabel pengambilan data warna dinding cream dengan orientasi barat Gambar 16. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu elemen dinding tripleks orientasi selatan orientasi bangunan ke Barat pada pukul (pagi) yang tertinggi 117 lux dan yang terendah 8 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 154 lux dan yang terendah 11 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 93 lux dan yang terendah 1lux, dapat dilihat pada tabel 13. lantai dengan orientasi bangunan ke selatan pada pukul (pagi) yang tertinggi 81,9 cd/m 2 dan yang terendah 2,8 cd/m 2. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 107,8 cd/m 2 dan yang terendah 3,9 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 65,1 cd/m 2 dan terendah 0,4 cd/m 2. Gambar 17. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu warna dinding ceam orientasi selatan orientasi bangunan ke selatan pada pukul (pagi) yang tertinggi 197 lux dan yang terendah 22 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 291 lux dan yang terendah 103 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 178 lux dan yang terendah 7 lux, dapat dilihat pada tabel 14. lantai dengan orientasi bangunan ke Barat pada pukul (pagi) yang tertinggi 141,8 cd/m 2 dan yang terendah 8,8 cd/m 2. Pada pukul 209,5 cd/m 2 dan yang terendah 40,0 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 128,2 cd/m 2 dan terendah 2,8 cd/m 32

11 Tabel 15. Tabel pengambilan datawarna dinding cream dengan orientasi timur Tabel 16. Tabel pengambilan datawarna dinding cream dengan orientasi utara Gambar `18. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu warna dinding cream orientasi timur orientasi bangunan ke Timur pada pukul (pagi) yang tertinggi 301 lux dan yang terendah 28 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 203 lux dan yang terendah 17 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 120 lux dan yang terendah 1 lux, dapat dilihat pada tabel 15. lantai dengan orientasi bangunan ke timur pada pukul (pagi) yang tertinggi 216,7 cd/m 2 dan yang terendah 11,2 cd/m 2. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 242,1 cd/m 2 dan yang terendah 6,8 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 86,4 cd/m 2 dan terendah 0,4 cd/m 2. Gambar 19. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu warna dinding cream orientasi utara orientasi bangunan ke Timur pada pukul (pagi) yang tertinggi 176 lux dan yang terendah 23 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 231 lux dan yang terendah 24 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 144 lux dan yang terendah 3 lux, dapat dilihat pada tabel 16. lantai dengan orientasi bangunan ke timur pada pukul (pagi) yang tertinggi 126,7 cd/m 2 dan yang terendah 9,2 cd/m 2. Pada pukul 166,3 cd/m 2 dan yang terendah 9,6 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 103,7 cd/m 2 dan terendah 1,6 cd/m 2. 33

12 Tabel 17. Tabel pengambilan data warna dinding cream dengan orientasi selatan 4. Warna Dinding Putih Tabel 18. Tabel pengambilan data warna dinding putih dengan orientasi barat Gambar 20. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu warna dinding cream orientasi selatan orientasi bangunan ke Timur pada pukul (pagi) yang tertinggi 145 lux dan yang terendah 20 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 199 lux dan yang terendah 22 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 120 lux dan yang terendah 3 lux, dapat dilihat pada tabel 17. lantai dengan orientasi bangunan ke timur pada pukul (pagi) yang tertinggi 104,4 cd/m 2 dan yang terendah 8,0 cd/m 2. Pada pukul 143,3 cd/m 2 dan yang terendah 8,8 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 86,4 cd/m 2 dan terendah 1,2 cd/m 2. Gambar 21. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu warna dinding putih orientasi barat orientasi bangunan ke Barat pada pukul (pagi) yang tertinggi 215 lux dan yang terendah 25 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 489 lux dan yang terendah 140 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 220 lux dan yang terendah 9 lux, dapat dilihat pada tabel 18. lantai dengan orientasi bangunan ke Barat pada pukul (pagi) yang tertinggi 172,0 cd/m 2 dan yang terendah 10 cd/m 2. Pada pukul 391,2 cd/m 2 dan yang terendah 56,0 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 176,0 cd/m 2 dan terendah 3,6 cd/m 2. 34

13 Tabel 19. Tabel pengambilan data warna dinding putih dengan orientasi timur Tabel 20. Tabel pengambilan data warna dinding putih dengan orientasi utara Gambar 22. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu warna dinding putih orientasi timur orientasi bangunan ke Timur pada pukul (pagi) yang tertinggi 404 lux dan yang terendah 29 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 270 lux dan yang terendah 13 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 218 lux dan yang terendah 3 lux, dapat dilihat pada tabel 19. lantai dengan orientasi bangunan ke Timur pada pukul (pagi) yang tertinggi 323,2 cd/m 2 dan yang terendah 11,6 cd/m 2. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 216,0 cd/m 2 dan yang terendah 5,2 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 174,4 cd/m 2 dan terendah 1,2 cd/m 2. Gambar 23. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu warna dinding putih orientasi utara orientasi bangunan ke Utara pada pukul (pagi) yang tertinggi 205 lux dan yang terendah 27 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 256 lux dan yang terendah 30 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 167 lux dan yang terendah 4 lux, dapat dilihat pada tabel 20. lantai dengan orientasi bangunan ke Utara pada pukul (pagi) yang tertinggi 164,0 cd/m 2 dan yang terendah 10,8 cd/m 2. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 204,8 cd/m 2 dan yang terendah 80,0 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 133,6 cd/m 2 dan terendah 1,6 cd/m 2. 35

14 Tabel 21. Tabel pengambilan datawarna dinding putih dengan orientasi selatan C. Pengaruh Terhadap Intensitas dan Orientasi Bangunan 1. Penempatan/Posisi Alat Gambar 24. Grafik nilai rata-rata intensitas ruang tamu warna dinding putih orientasi selatan orientasi bangunan ke Selatan pada pukul (pagi) yang tertinggi 143 lux dan yang terendah 22 lux. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 249 lux dan yang terendah 29 Lux. Pada pukul (sore) intensitas cahaya tertinggi 188 lux dan yang terendah 4 lux, dapat dilihat pada tabel 21. lantai dengan orientasi bangunan ke Selatan pada pukul (pagi) yang tertinggi 115,2 cd/m 2 dan yang terendah 8,8 cd/m 2. Pada pukul (siang) intensitas cahaya tertinggi 199,2 cd/m 2 dan yang terendah 11,2 cd/m 2. Pada pukul intensitas cahaya tetinggi 121,6 cd/m 2 dan terendah 1,6 cd/m 2. Penempatan atau posisi alat sangat berpengaruh lux cahaya alami yang diperoleh, dimana alat yang diletakkan dekat dengan bukaan akan lebih besar dibandingkan dengan alat yang diletakkan jauh dari bukaan seperti pada posisi alat nomor 1, 2, 3 dibanding dengan alat no 4, dan 5 (Hukum kuadrat terbalik Inverse square law yaitu intensitas cahaya akan berkurang seperempat setiap kali jarak digandakan). 2. Elemen dinding dan warna dinding Selain langsung ke bidang kerja dalam ruangan, cahaya juga diperoleh dari refleksi yang membentuk ruangan tersebut. Dalam penggunaan elemen dinding (plesteran dan tripleks) dan warna dinding cream dan putih, sebagai refleksi cahaya memiliki perbedaan dimana lux cahaya yang dihasilkan untuk ruang seluas 15 m 2 dengan bukaan pintu 1,89 m 2 dan jendela 2,09 m 2 dengan ketinggian dari lantai ke plafon 2,8 m pada siang hari merupakan waktu terbaik dalam memperoleh lux cahaya adalah sebagai berikut: Tabel 22. Nilai refleksi tertinggi pada siang hari D. Intensitas Cahaya Di Luar Ruangan Hasil pengukuran intensitas cahaya di luar ruangan, dilakukan pada saat bersamaan dengan pengukuran di dalam ruangan. Nilai intensitas cahaya rata-rata di luar ruangan adalah sebagai berikut: a. Pada pukul adalah 1800 Lux b. Pada pukul adalah 2000 Lux c. Pada pukul adalah 1700 Lux Nilai rata-rata hasil pengukuran di luar ruangan ini dibuat sebagai bahan perbandingan tingkat iluminasi horisontal pada saat melakukan pengukuran guna 36

15 mengetahui kondisi cuaca pada saat itu (clear sky, intermediate sky, atau overcast sky). Penutup Dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh temuan bahwaperbedaan nilai luminan (refleksi) dan intensitas cahaya alami pada ruang tamu ukuran 3x5 m di dalam bangunan rumah tipe 36/90 m dengan elemen dinding plesteran dan tripleks serta warna putih dan cream pada dinding ditinjau dari orientasi bangunan yaitu: 1. Intensitas cahaya alami tertinggi pada elemen dinding plesteran yaitu orientasi Timur dengan refleksi cahaya tertinggi berada pada pagi hari yaitu jam Intensitas cahaya alami tertinggi pada elemen dinding tripleks yaitu orientasi Timur dengan refleksi cahaya tertinggi berada pada siang hari yaitu jam Intensitas cahaya alami tertinggi pada elemen warna cream yaitu orientasi Timur dengan refleksi cahaya tertinggi berada pada siang hari yaitu jam Intensitas cahaya alami tertinggi pada elemen warna putih yaitu orientasi Timur dengan refleksi cahaya tertinggi berada pada pagi hari yaitu jam Daftar Pustaka Arifin, Rosmiaty dan Basri Iwan setiawan Pengaturan Sirkulasi Udara dengan Ventilasi Silang pada Bangunan. Jurnal smartek vol 1 dan 2. Universitas Tadulako. Palu Akmal, Imelda Rumah Mungil Yang Sehat. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta EPA Sick Building Syndrome. Httt:/ diakses tanggal 18 oktober 2006 Gabriel.J.F Fisika Lingkungan. Penerbit Hipokrates. Jakarta. Kotta, Husni Pengaruh Pemakaian Kaca Terhadap Suhu Udara Dalam dan Luar Gedung. Program PascaSarjana Universitas Hasanuddin Makassar Lippsmeir.G Bangunan Tropiks. PT. Erlangga. Jakarta Mangunwijaya, Y.B Pengantar Fisika Bangunan.PT.Jambatan. Jakarta Nurul Jamala B, Studi Pencahayaan Alami Pada Bangunan Perpustakaan. Universitas Hasanuddin Panennungi Studi Optimum Suhu dan Kelembaban Relatif Pada Ruang Universitas Negeri Makassar. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar Puspantoro, Benny Sambungan Kayu, Pintu dan Jendel. Penerbit Andi. Yogyakarta. 4. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini bahwa perbedaan nilai luminan (refleksi) dan intensitas cahaya alami pada ruang tamu ukuran 3x5 m di dalam bangunan rumah tipe 36/90 m dengan elemen dinding plesteran dan tripleks serta warna putih dan cream pada dinding ditinjau dari orientasi bangunan adalah: untuk intensitas cahaya alami lebih banyak yang berorientasi ke timur dan refleksi cahaya tertinggi untuk elemen dinding plesteran, elemen warna putih terjadi pada waktu pagi hari, sedangkan refleksi cahaya tertinggi untuk elemen dinding tripleks, dan warna cream adalah pada siang hari. 37

16 38

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN PUSTAKA Penerangan dalam ruang kelas Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas penerangan yang harus dan layak disediakan didalam suatu ruangan

Lebih terperinci

Analisis Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Analisis Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Analisis Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Samsuddin Amin, Nurul Jamala, Jacklyn Luizjaya Lab.Sains Building, Fisika Bangunan, Pencahayaan,

Lebih terperinci

Daylighting Ilumination. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Daylighting Ilumination. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Daylighting Ilumination By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Definisi Energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380 750 nm. didefinisikan sebagai dualisme

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB

PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KULIAH LABTEK IX B JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR ITB (ANALISA METODE PENGUKURAN MANUAL DAN METODE LUX-METER) PENULIS : HAJAR SUWANTORO, ST. NIP. 132 30 6868 DEPARTEMEN ARSITEKTUR

Lebih terperinci

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

ANALISIS CAHAYA ALAMI PADA GEDUNG PERBELANJAAN (STUDI KASUS : MALL DAYA GRAND SQUARE MAKASSAR)

ANALISIS CAHAYA ALAMI PADA GEDUNG PERBELANJAAN (STUDI KASUS : MALL DAYA GRAND SQUARE MAKASSAR) ANALISIS CAHAYA ALAMI PADA GEDUNG PERBELANJAAN (STUDI KASUS : MALL DAYA GRAND SQUARE MAKASSAR) Nurul Jamala *1, Ramli Rahim 1, Baharuddin Hamzah 1, Rosady Mulyadi 1, Asniawaty Kusno 1, Husni Kuruseng 1,

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak

Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan. Abstrak Unsur-Unsur Efek Cahaya Pada Perpustakaan Cut Putroe Yuliana Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Perpustakaan sebagai tempat untuk belajar membutuhkan intensitas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM JETri, Volume 5, Nomor 2, Februari 2006, Halaman 1-20, ISSN 1412-0372 STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM Chairul Gagarin Irianto Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat

PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat PENCAHAYAAN SEBAGAI INDIKATOR KENYAMANAN PADA RUMAH SEDERHANA YANG ERGONOMIS Studi Kasus RSS di Kota Depok Jawa Barat Ashadi 1, Nelfiyanthi 2, Anisa 3 1 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM Syavir Latif (1), Nurul Jamala (2), Syahriana (3) (1) Lab.Perancangan, Studio

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR

OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR OPTIMASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA RUMAH SUSUN DENGAN KONFIGURASI TOWER DI DENPASAR Studi Kasus : Rumah Susun Dinas Kepolisian Daerah Bali LATAR BELAKANG Krisis energi Isu Global

Lebih terperinci

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

MODUL III INTENSITAS CAHAYA MODUL III INTENSITAS CAHAYA Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang

Lebih terperinci

OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR)

OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR) 158 OPTIMASI SHADING DEVICES RUMAH TINGGAL (STUDI KASUS : PERUMAHAN LOH AGUNG VI JATEN KARANGANYAR) Maya Puspitasari, Nur Rahmawati Syamsiyah Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING)

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING) [2] PENCAHAYAAN (LIGHTING) Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pencahayaan (Lighting) Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA ZONIFIKASI Dasar pertimbngan Potensi site Kemungkinan pengelohan Tuntutan kegiatan UTILITAS Konsep utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjadinya

Lebih terperinci

Bab 13 Pergerakan Matahari dan Pemodelan Angkasa. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T Pergerakan Matahari

Bab 13 Pergerakan Matahari dan Pemodelan Angkasa. Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T   Pergerakan Matahari Bab 13 Pergerakan Matahari dan Pemodelan Angkasa Dr. Yeffry Handoko Putra, S.T, M.T E-mail: yeffry@unikom.ac.id 140 Pergerakan Matahari 141 1 Pergerakan Matahari Proyeksi matahari 142 Model Angkasa (Sky

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Tema Tema Green Architecture dipilih karena mengurangi penggunaan energi dan polusi, serta menciptakan hunian dengan saluran, penyekatan, ventilasi, dan material

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan

Lebih terperinci

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya Cahaya sebagai media Fotografi Pencahayaan merupakan unsur dasar dari fotografi. Tanpa pencahayaan yang optimal, suatu foto tidak dapat menjadi sebuah karya yang baik. Pengetahuan tentang cahaya mutlak

Lebih terperinci

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam. Cahaya dapat kita temui dimana-mana. cahaya bersifat gelombang dan

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam. Cahaya dapat kita temui dimana-mana. cahaya bersifat gelombang dan CAHAYA Pendahuluan Pelajaran tentang cahaya pada sekolah menengah pertama (SMP) merupakan mata pelajaran yang diberikan pada siswa kelas VIII dengan berdasarkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar

Lebih terperinci

NATURAL LIGHTING DESIGN CONSULTATION. Canisius College Sport Hall Jakarta

NATURAL LIGHTING DESIGN CONSULTATION. Canisius College Sport Hall Jakarta NATURAL LIGHTING DESIGN CONSULTATION Canisius College Sport Hall Jakarta OUTLINE Pendahuluan Teori Hasil Pengukuran Hipotesa dan Solusi Design Kesimpulan PENDAHULUAN Fungsi Ruang Kegiatan Waktu Kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian Kuantitatif dengan cara observasi simulasi, dimana di dalam penelitian akan dilakukan pengamatan, pengukuran,

Lebih terperinci

PENGARUH PENERANGAN ALAM PADA KINERJA RUANGAN KERJA DOSEN

PENGARUH PENERANGAN ALAM PADA KINERJA RUANGAN KERJA DOSEN PENGARUH PENERANGAN ALAM PADA KINERJA RUANGAN KERJA DOSEN Erwin Djuni Winarto Jurusan Teknik Arsitektur - FTSP UPN Veteran Jawa Timur E-mail: erwin_djuni@telkom.net ABSTRACT Using daylight is a way to

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 3 September 2017; 68-73 PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 Supriyo, Ismin T. R. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Lebih terperinci

KAJIAN KOORDINASI SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN PADA RUANG BACA PERPUSTAKAAN (STUDI KASUS: PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS HALUOLEO)

KAJIAN KOORDINASI SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN PADA RUANG BACA PERPUSTAKAAN (STUDI KASUS: PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS HALUOLEO) KAJIAN KOORDINASI SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI DAN BUATAN PADA RUANG BACA PERPUSTAKAAN (STUDI KASUS: PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS HALUOLEO) Kurniati Ornam Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Desain Bukaan Ruang Terhadap Konsentrasi Belajar Mahasiswa, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa : 1. Intensitas

Lebih terperinci

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Damalia Enesty Purnama 1, Agung Murti Nugroho 2, Ir. Bambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera

BAB I PENDAHULUAN. Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Cahaya adalah suatu perpindahan energi yang dapat merangsang indera penglihatan manusia untuk menghasilkan sebuah gambaran visual. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

A. SISTEM UTILITAS Sinar Matahari

A. SISTEM UTILITAS Sinar Matahari A. SISTEM UTILITAS Pencahayaan alami dapat juga diartikan sebagi cahaya yang masuk kedalam ruangan pada bangunan yang berasal dari cahaya matahari. Sebelum masuk kedalam ruangan melalui bukaan, cahaya

Lebih terperinci

Penerangan Alami Dan Bukaan Bangunan

Penerangan Alami Dan Bukaan Bangunan Penerangan Alami Dan Bukaan Bangunan BASARIA TALAROSHA Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Sumatera Utara Pengantar Untuk menghemat energi, pemanfaatan cahaya alami pada bangunan sedapat

Lebih terperinci

Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh

Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Analisis Itensitas Pencahayaan Alami pada Ruang Kuliah Prodi Arsitektur Universitas Malikussaleh Nova Purnama Lisa (1), Nurhaiza (2) novapurnamalisa@gmail.com (1) Perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 30 Mei sampai 2 Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 30 Mei sampai 2 Juni 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan pada wilayah kerja Puskesmas Nuangan Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan

Lebih terperinci

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat.

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. CAHAYA Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. Energi panas di radiasikan / dipancarkan pada suatu media oleh suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Petunjuk teknis sistem pencahayaan buatan dimaksudkan untuk digunakan sebagai pegangan bagi para perancang dan pelaksana pembangunan gedung didalam

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP DASAR PENINGKATAN DENGAN GREEN ARCHITECTURE Dari penjabaran prinsi prinsip green architecture beserta langkahlangkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Cahaya Cahaya adalah Suatu sumber cahaya memancarkan energi, sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak.perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang- gelombang

Lebih terperinci

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI

ASPEK SAINS ARSITEKTUR PADA PRINSIP FENG SHUI Muhammad Faisal Jurusan Teknil Planologi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Malang Jl. Bendungan Sigura-Gura Nomor 2 Malang 65145, Indonesia

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG TINGKAT PENCAHAYAAN DI LABTEK IXC

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG TINGKAT PENCAHAYAAN DI LABTEK IXC AR 3121 FISIKA BANGUNAN LAPORAN TUGAS MENGHITUNG TINGKAT PENCAHAYAAN DI LABTEK IXC KELOMPOK 2 Indra Rhamadhan 15213025 Raudina Rahmi 15213037 Shafira Anjani 15213027 Putri Isti Karimah 15213039 Estu Putri

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Salah satu reaksi dari krisis lingkungan adalah munculnya konsep Desain Hijau atau green design yang mengarah pada desain berkelanjutan dan konsep energi. Dalam penelitian ini mengkajiupaya terapan

Lebih terperinci

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang)

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang) Optimalisasi Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang) Fitri Rahmadiina 1, M. Satya Adhitama 2, Jusuf Thojib 2 1 Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( ) SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS Di susun oleh : ROMI RIZALI (0951010018) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR FAKULTAS

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus SIFAT-SIFAT CAHAYA Dapatkah kamu melihat benda-benda yang ada di sekelilingmu dalam keadaan gelap? Tentu tidak bukan? Kita memerlukan cahaya untuk dapat melihat. Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

BABI PENIJAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. 5tudi Kenyamanan Thermal Bangunan Di Perumahan Griya Taman Asri Yogyakarta BABIPENDAHULUAN

BABI PENIJAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. 5tudi Kenyamanan Thermal Bangunan Di Perumahan Griya Taman Asri Yogyakarta BABIPENDAHULUAN ._-~-~~---, --:~-~'- 5tudi Kenyamanan Thermal Bangunan BABI PENIJAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG engan meningkatnya kebutuhan akan papan yang semakin tinggi ditunjang oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang

Lebih terperinci

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber :  diakses tanggal 2 Oktober 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibu kota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai kegiatan dibidang

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A. SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS Di susun oleh : FERIA ETIKA.A. (0951010024) Dosen Pembimbing : HERU SUBIYANTORO ST. MT. UPN VETERAN JAWA TIMUR

Lebih terperinci

Bab IV. Konsep Perancangan

Bab IV. Konsep Perancangan Bab IV Konsep Perancangan 4.1 Konsep Perancangan Konsep perancangan pada proyek ini didasari oleh tinjauan data mengenai sifat dan karakteristik pasien, dimana beberapa dari pasien dewasa maupun anak-anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta, ketersediaan tempat tinggal menjadi perhatian utama bagi semua pihak bagi pemerintah maupun

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN.

PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. PENGARUH PEMASANGAN ARMATURE PADA LAMPU LHE TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI PENCAHAYAAN. Oleh : Eko Widiarto Dosen Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Soedarto. SH, Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Sekolah Negeri Terpadu (SD-SMP) 46 BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN 5.1 Konsep Bentuk dan Massa Bangunan Perletakan massa pada tapak. Bangunan proyek sekolah ini memiliki dua Entrance, yaitu dari depan

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI

INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI PROGRAM STUDI S1 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI PROGRAM STUDI S1

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

Evaluasi Kualitas Pencahayan Alami Pada Rumah Susun Sebelum dan Setelah Mengalami Perubahan Denah Ruang Dalam

Evaluasi Kualitas Pencahayan Alami Pada Rumah Susun Sebelum dan Setelah Mengalami Perubahan Denah Ruang Dalam Jurnal Reka Karsa Jurusan Teknik Arsitektur Itenas No. 1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional [Februari 2016] Evaluasi Kualitas Pencahayan Alami Pada Rumah Susun Sebelum dan Setelah Mengalami

Lebih terperinci

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor

Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Temperatur dan Kelembaban Relatif Udara Outdoor Nasrullah (1), Ramli Rahim (2), Baharuddin (2), Rosady Mulyadi (2), Nurul Jamala (2), Asniawaty Kusno (2) (1) Mahasiswa Pascasarjana,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Central Business District (CBD) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 mengenai penataan ruang, pada Pasal 1 disebutkan bahwa kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas Pemanasan Bumi Meteorologi Suhu dan Perpindahan Panas Suhu merupakan besaran rata- rata energi kine4k yang dimiliki seluruh molekul dan atom- atom di udara. Udara yang dipanaskan akan memiliki energi kine4k

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL PERUMAHAN LIMAS INDAH KOTA PEKALONGAN BAB III METODE PENELITIAN BAB III

PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL PERUMAHAN LIMAS INDAH KOTA PEKALONGAN BAB III METODE PENELITIAN BAB III -.. -- e---"l PENGENDALIAN PENGARUH IKLlM MIKRO TERHADAP KENYAMANAN THERMAL BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian mengenai Pengendalian Pengaruh Iklim Mikro terhadap Kenyamanan Thermal dengan mengambil

Lebih terperinci

Sunglasses kesehatan mata

Sunglasses kesehatan mata Sunglasses kesehatan mata Sunglasses atau Kacamata Hitam sudah menjadi barang kebutuhan seharihari, terutama di daerah-daerah tropis seperti Indonesia. Entah untuk digunakan saat sedang berjalan di siang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Abstrak ABSTRAKSI Feng Shui merupakan ilmu dan seni yang berasal dari kebudayaan Cina kuno yang bertujuan menata lokasi, menata bangunan dan menempatkan manusia dalam dimensi ruang melalui pendekatan metafisik

Lebih terperinci

TESIS EVALUASI KUALITAS LINGKUNGAN DALAM RUANG PADA KANTOR PT. R.T.C DARI ASPEK TERMAL DAN PENCAHAYAAN

TESIS EVALUASI KUALITAS LINGKUNGAN DALAM RUANG PADA KANTOR PT. R.T.C DARI ASPEK TERMAL DAN PENCAHAYAAN TESIS EVALUASI KUALITAS LINGKUNGAN DALAM RUANG PADA KANTOR PT. R.T.C DARI ASPEK TERMAL DAN PENCAHAYAAN Disusun Oleh: Cindy Stasia Sri Kartika NIM : 105401480 PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR PROGRAM

Lebih terperinci

PENCAHAYAAN PADA INTERIOR RUMAH SAKIT: STUDI KASUS RUANG RAWAT INAP UTAMA GEDUNG LUKAS, RUMAH SAKIT PANTI RAPIH, YOGYAKARTA

PENCAHAYAAN PADA INTERIOR RUMAH SAKIT: STUDI KASUS RUANG RAWAT INAP UTAMA GEDUNG LUKAS, RUMAH SAKIT PANTI RAPIH, YOGYAKARTA PENCAHAYAAN PADA INTERIOR RUMAH SAKIT: STUDI KASUS RUANG RAWAT INAP UTAMA GEDUNG LUKAS, RUMAH SAKIT PANTI RAPIH, YOGYAKARTA Adi Santosa Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL DALAM RUMAH TINGGAL DI MEDAN (STUDI KASUS KOMPLEK PERUMAHAN EVERGREEN)

PENGARUH ORIENTASI BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL DALAM RUMAH TINGGAL DI MEDAN (STUDI KASUS KOMPLEK PERUMAHAN EVERGREEN) PENGARUH ORIENTASI BANGUNAN TERHADAP KENYAMANAN TERMAL DALAM RUMAH TINGGAL DI MEDAN (STUDI KASUS KOMPLEK PERUMAHAN EVERGREEN) Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur Oleh SOFIANDY

Lebih terperinci

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti

Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti 1. PENDAHULUAN Rumah susun merupakan tempat tinggal vertikal yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan keadaan penghuni yang seperti itu, maka kehidupan sosialnya pun berbeda dengan

Lebih terperinci

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/ Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/16-09-2014 APA ITU ARSITEKTUR TROPIS? TROPIS tropikos artinya : Garis Balik Garis lintang utara 23 0 27 adalah garis balik cancer dan matahari pada tanggal 27 Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar-mengajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR Gerakan Bumi Rotasi, perputaran bumi pada porosnya Menghasilkan perubahan waktu, siang dan malam Revolusi, gerakan bumi mengelilingi matahari Kecepatan 18,5 mil/dt Waktu:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, berupa material bening atau transparan yang biasanya dihasilkan dari

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

Oleh : Heri Justiono

Oleh : Heri Justiono Oleh : Heri Justiono 2409201002 Pada umumnya pencahayaan di dalam ruang pada siang hari menggunakan : Cahaya Alami Cahaya Buatan Pencahayaan + Pencahayaan Pencahayaan dlm ruang alami buatan yg memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PROSEDUR PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Tabel 3.1: Gambaran Proses Penelitian Jenis Teknik Langkah-langkah

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik OPTIMALISASI KINERJA PENCAHAYAAN ALAMI PADA INTERIOR KANTOR JASA DI JAKARTA SELATAN ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : RIZKY AMALIA ACHSANI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 107 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini terbagi atas dua kelompok. Kesimpulan pertama adalah kesimpulan utama dari penelitian yakni jawaban dari pertanyaan penelitian.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS

BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN PELINGKUP BANGUNAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TROPIS III.1 TROPIS Iklim tropis merupakan iklim yang terjadi pada daerah yang berada pada 23,5 lintang utara hingga 23,5 lintang selatan.

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK

STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 13-24, ISSN 1412-0372 STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH GEDUNG E KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI DALAM RANGKA PENGHEMATAN

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Pengertian dan Teori Dasar Cahaya 3.1.1. Pengertian Cahaya Cahaya merupakan energi berbentuk gelombang dan membantu kita melihat benda di sekeliling kita. Sifat-sifat cahaya

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD)

OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD) OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAMI (STUDI KASUS LAB. ELEKTRONIKA DAN MIKROPROSESSOR UNTAD) Nurhani Amin Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia email: nhanie.lieben@yahoo.co.id

Lebih terperinci

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur Disusun oleh : Yudi Leo Kristianto (0951010014) Dosen : JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Elektromagnet - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK Interferensi Pada

Lebih terperinci

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit? Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit 1. Apa itu pencahayaan/penerangan? penataan peralatan cahaya dalam suatu tujuan untuk menerangi suatu objek (eskiyanthi.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-pencahayaan.html)

Lebih terperinci

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK (APLIKASI PADA GEDUNG J16 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA) Dewi Riska S. Barus (1), Surya Tarmizi

Lebih terperinci

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Kondisi Pencahayaan Alami dan Kenyamanan Termal Studi Kasus: Campus Center Barat ITB Rizki Fitria Madina (1), Annisa Nurrizka (2), Dea Ratna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cahaya matahari sebagai sumber pencahayaan alami merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang sangat berlimpah di Indonesia. Sebagai negara yang melintang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building Rumah Susun dan Pasar ini adalah adanya kebutuhan hunian

Lebih terperinci