STUDI TENTANG SOFT SKILL
|
|
- Suharto Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 STUDI TENTANG SOFT SKILL DAN KESIAPAN KERJA SEBAGAI TENAGA KERJA PROFESIONAL BIDANG BOGA MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA Marwanti ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi kemampuan soft skill yang dimiliki mahasiswa, 2) mengetahui kesiapan kerja profesional bidang boga mahasiswa. Harapan dengan diketahuinya kemampuan tersebut maka dapat dilakukan pembenahan dan peningkatan kemampuan soft skill untuk meningkatkan daya saing dan daya serap lulusan ketika mereka mencari pekerjaan. Jenis penelitian ini adalah survey dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Populasi dan sampel adalah seluruh mahasiswa Pendidikan Tata Boga semester VI sebanyak 33 orang yang telah melaksanakan Praktek Industri. Waktu penelitian dilakukan selama 8 bulan sejak bulan Maret Oktober Untuk mengidentifikasi kemampuan soft skill dilakukan teknik pengumpulan data dengan angket. Sedangkan kesiapan kerja diukur dengan : 1) angket untuk mengetahui kesiapan kerja aspek afektif dan motivasi mahasiswa. 2) Kesiapan kerja mahasiswa sebagai tenaga professional bidang menggunakan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan kerja dari soft skill mahasiswa rata-rata pada karegori cukup. Apabila diperinci terdiri dari kesadaran diri pada kategori baik, kecakapan berpikir pada kategori antara cukup dan baik, kecakapan berkomunikasi pada kategori cukup, kecakapan bekerjasama pada kategori cukup serta kecakapan akademik pada kategori baik. Kesiapan kerja mahasiswa ditinjau sebagai tenaga profesional di bidang Boga diperinci sesuai dengan bidang pekerjaan yang mencakup: kompetensi produksi, kompetensi pelayanan dan kompetensi manajerial, yang ketiganya berada pada kategori sedang. Kata Kunci: Soft Skill dan kesiapan kerja sebagai tenaga kerja professional bidang Boga 1
2 Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar bebas menuntut dikuasainya berbagai kemampuan oleh tenaga kerja. Kemampuan tersebut tidak saja berupa kecerdasan intelektual tetapi juga kecerdasan emosi dan spiritual. Kecerdasan intelektual berhubungan dengan kemampuan (kompetensi keahlian) hard skill pada bidang tertentu yang ditunjukkan melalui kesiapan kerja, sedangkan kecerdasan emosi dan spiritual berhubungan dengan kemampuan soft skill yang dideskripsikan sebagai kompetensi interpersonal dan berkaitan dengan karakteristik kepribadian.. Kedua kemampuan tersebut baik kemampuan soft skill maupun kesiapan kerja akan membantu lulusan perguruan tinggi ketika bersaing mencari kerja dan akan menentukan keberhasilan kerja. Beberapa ahli mengatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam mengembangkan jenjang karier tidak hanya ditentukan oleh kemampuan hard skill tetapi juga didukung oleh kemampuan soft skill yang melibatkan berbagai kemampuan kepribadian. Semakin baik penguasaan kemampuan soff skill maka akan semakin kuat kepribadian seseorang dalam menghadapi tantangan kerja maupun tantangan hidup lainnya. Menurut Sofian Effendi (Kompas: 2005) keberhasilan lulusan perguruan tinggi dalam karier ditentukan oleh dua faktor yakni ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta soft skill. Penguasaan iptek diperlukan sebagai bentuk telah dikuasainya keahlian dan penguasaan soft skill diperlukan agar cepat berhasil dalam persaingan dunia kerja. Lulusan perguruan tinggi yang menguasai kemampuan soft skill akan lebih mudah memenangkan persaingan dunia kerja, lebih cepat beradaptasi dan akhirnya sukses dalam karier. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemampuan soft skill meliputi kemampuan bekerja kelompok, kemampuan bekerja dibawah tekanan, kemampuan memimpin, percaya diri, kemampuan berkomunikasi, dan sebagainya. Namun demikian berbagai pendapat yang mengatakan bahwa penguasaan kemampuan soft skill belum sepenuhnya dikuasai oleh 2
3 lulusan PT sehingga banyak lulusan PT belum terserap di dunia kerja (Kompas, 2005) juga terjadi pada lulusan Prodi Pendidikan Tata Boga. Selama ini untuk mencapai penguasaan kemampuan atau kompetensi soft skill masih terbatas pada diberikannya beberapa materi pendukung soft skill dibeberapa mata kuliah dan melalui pemberian tugas-tugas terstruktur. Dengan kata lain penguasaan kemampuan soft skill belum sepenuhnya menjadi bagian dari kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu sebaiknya kemampuan soft skill dapat menjadi bagian dari kegiatan pembelajaran yang dapat membentuk sikap dan perilaku calon tenaga kerja profesional baik dibidang kependidikan maupun non kependidikan. Berdasarkan Kurikulum 2002, Prodi Pendidikan Tata Boga memakai pola common ground yang menjadikan lulusan S 1 Pendidikan Tata Boga memiliki kewenangan ganda, yaitu lulusan harus mampu menunjukkan kesiapan kerja sebagai tenaga kependidikan dengan kompetensi guru pemula dan sebagai tenaga kerja bidang boga dengan penguasaan kompetensi keahlian D3. Kondisi tersebut menuntut kesiapan kerja pada berbagai aspek (kognitif, afektif, psikomotor) yang didukung oleh perilaku kerja yang sistimatis, terencana sehingga mendapat hasil kerja maksimal maupun kemampuan kerja sama, komunikasi ataupun kompetensi personal lainnya. Dengan kombinasi dua kemampuan tersebut yaitu hard skill dan soft skill maka akan dihasilkan lulusan yang berkualitas yang dibutuhkan dan dicari oleh stakeholders. Hasil penelitian Tahun 2000 tentang Penelusuran Lulusan S1 Pendidikan Tata Boga menunjukkan bahwa kesiapan kerja dan kompetensi soft skill masih perlu ditingkatkan. Salah satu indikator yang terlihat jelas adalah masa tunggu lulusan lebih dari 6 bulan, dan masih rendahnya daya serap lulusan di dunia kerja baik sebagai tenaga kependidikan maupun sebagai karyawan di industri boga akibat persaingan kerja yang relatif ketat. Keadaan ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kurikulum belum sepenuhnya mampu membentuk lulusan 3
4 sebagai tenaga kependidikan yang handal maupun sebagai tenaga kerja bidang boga profesional. Seharusnya lulusan telah memiliki kesiapan yang baik sehingga mampu melakukan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat penguasaan maupun pengalaman yang telah diperoleh selama belajar dan didukung oleh kesiapan secara emosi serta spiritual. Atau dengan kata lain lulusan seharusnya menguasai kompetensi hard skill yang memadai baik secara kognitif, afektif dan psikomotor, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja, mampu menjalin kerja sama (kooperatif), dan menguasai komunikasi. Dengan demikian untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, masih diperlukan langkah-langkah strategis yang memungkinkan lulusan mampu melakukan pekerjaan dengan baik tanpa mengalami kesulitan maupun hambatan, baik sebagai guru pemula maupun sebagai tenaga ahli bidang boga. Untuk itu perlu ada reorientasi pembelajaran yang mengarah kepada kebutuhan dunia kerja yang selalu berubah dan berkembang. Berdasarkan masalah tersebut maka penelitian merupakan langkah awal untuk mengidentifikasi kemampuan soft skill, kesiapan kerja mahasiswa dan tuntutan stakeholders terhadap kemampuan soft skill yang harus dimiliki oleh lulusan Pendidikan Tata Boga. Sehingga hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk menata kurikulum yang mampu menghasilkan lulusan sesuai kebutuhan stakeholders. Agar pembahasan lebih terpusat, maka penelitian ini dibatasi pada kesiapan kerja atau kompetensi sebagai tenaga profesional bidang boga. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan pada pendahuluan maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana kesiapan kerja mahasiswa Pendidikan Tata Boga Jurusan Pendidikan Kesejahteraan keluarga sebagai tenaga kerja profesional bidang boga? 4
5 Tujuan Penelitian Mengetahui kesiapan kerja aspek kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa Pendidikan Tata Boga Jurusan Pendidikan Kesejahteraan keluarga sebagai tenaga kerja profesional bidang Boga. Manfaat Penelitian 1. Menemukan bentuk-bentuk soft skill yang sudah dikuasai dan harus dikuasai oleh mahasiswa sebagai tenaga kerja professional bidang boga. 2. Meningkatkan proses pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan soft skill tanpa mengurangi hard skill sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki kesiapan kerja sebagai calon tenaga kerja professional. 3. Meningkatkan daya saing dan daya serap lulusan di berbagai bidang sebagai dampak revitalisasi kurikulum yang berorientasi soft skill. KAJIAN PUSTAKA 1. Soft Skill Semakin banyaknya angka pengangguran bukan saja terjadi pada lulusan SMP dan SMA/SMK tetapi juga dialami oleh lulusan perguruan tinggi. Fenomena baru mengatakan bahwa pengangguran dikalangan lulusan PT terjadi karena lemahnya kemampuan soft skill dan bukan oleh kemampuan hard skill. Mengatasi fenomena tersebut maka muncul berbagai pendapat yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran dengan menanamkan soft skill. Menurut Suyanto (2005) untuk menguasai kemampuan soft skill yang berupa kecerdasan emosi dan spiritual kepada mahasiswa dapat dilakukan melalui bentuk kegiatan kemahasiswaan yang dapat memberikan pengalaman nyata yang akan membantunya ketika mereka terjun ke masyarakat (dunia kerja). Kemampuan (kompetensi) soft skill yang merupakan kompetensi interpersonal sangat sulit didefinisikan sebab sangat subyektif. Soft skill 5
6 hanya dapat diinterpretasikan melalui observasi perilaku manusia. Sedangkan Kompetensi hard skill yang berupa teknik atau ketrampilan lebih mudah untuk diamati karena dapat diukur secara kuantitatif. Seseorang yang mempunyai soft skill bagus, adalah orang yang dapat berdaya dikemudian hari karena dapat mengelola kehidupan pribadi baik secara internal ke dalam dirinya maupun secara eksternal dalam menjalin hubungan dengan orang lain. (Purdue, 2002 dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik agar untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Bekal untuk peran sebagai pribadi, anggota masyarakat, bangsa dan negara itulah yang ingin dipersiapkan melalui pendidikan, sehingga yang bersangkutan dapat sukses memerankannya. Esensinya adalah bahwa pendididikan dilakukan untuk peran anak didik di masa depan. Dengan demikian, mata pelajaran dan pengalaman belajar yang didapat siswa adalah "alat" dan bukan tujuan pendidikan. Kemampuan yang diperlukan agar seseorang dapat hidup dengan sukses (sebagai pribadi, sebagai hamba Tuhan, sebagai anggota masyarakat/ bangsa/negara) itulah yang disebut dengan kecakapan hidup (life skill), yang selanjutnya dapat dikelompokkan menjadi soft skill dan hard skill. Beberapa ahli mendefinisikan kecakapan hidup sebagai kemampuan untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif mengatasinya secara arif dan kreatif (Depdiknas, 2004). Definisi ini bertolak dari asumsi bahwa dalam kehidupan kita selalu dihadapkan dengan masalah, karena masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Masalah itulah yang harus diantisipasi dan diselesaikan secara arif dan kreatif. Kita akan sukses dalam kehidupan, jika mampu melakukan prediksi masalah yang akan muncul dan secara 6
7 proaktif mengatasinya secara arif dan kreatif. Kita akan sukses jika mampu secara kreatif mengubah masalah menjadi peluang. Oleh karena itu, kecakapan hidup itulah yang seharusnya menjadi orientasi pendidikan. Dengan cara itu, mahasiswa yang telah menyelesaikan suatu kompetensi tertentu, dapat menggunakannya untuk menghadapi kehidupan nyata di lapangan. Menurut Muchlas (2004) yang dicakup dalam kecakapan hidup adalah menggunakan pola pikir induktif, yaitu mencermati orang-orang yang dianggap sukses dalam kehidupannya dan kemudian dilakukan generalisasi. Pencermatan seperti itu menemukan kecakapan kunci orang sukses antara lain: jujur, kerja keras, disiplin, kreatif, pantang menyerah, menguasai bidang yang dikerjakan, tanggung jawab, pandai melihat peluang, pandai berkomunikasi, pandai bekerjasama dengan orang lain dan berani mengambil risiko. Ketika kesuksesan tersebut dilebarkan ke dalam kehidupan bermasyarakat, biasanya muncul kecakapan kunci: toleransi dan suka membantu sesama, aktif dalam aktivitas kemasyarakatan dan sebagainya. Dengan demikian maka konsep pendidikan kecakapan hidup bertujuan "meluruskan" kembali praktek pendidikan yang selama ini menganggap bahwa pendidikan adalah upaya menguasai ilmu dan hanya diukur dari penguasaan aspek kognitif saja, yang pada akhirnya hanya menghasilkan lulusan yang lemah dan tidak dapat berbuat apa-apa ketika persaingan semakin tajam. Dalin dan Rust (1996) menyebutkan bahwa ada kompetensi dasar (essential skills) yang harus dikuasai tenaga kerja professional, yaitu : (1) communication skills, (2) numeracy skills, (3) information skills, (4) problem solving skills, (5) self management and competitive skills, (6) social dan co-operation skills, (7) physical skills dan (8) work and study skills, serta (9) attitude and values. Pada Curriculum Reform di Hongkong (2002) rincian tersebut disebut dengan: (1) communication, (2) critical thinking, (3) creativity, (4) collaboration, (5) information technology skills, (6) numeracy, (7) problem solving, (8) self management, dan (9) study 7
8 skills, kemudian ditambah yang bersifat attitude, yaitu: (10) perseverance, (11) respect to others, (12) responsibility, (13) national identity, dan (14) commitment. Sementara Depdiknas (2004) merinci kecakapan hidup menjadi kecakapan hidup generik dan kecakapan hidup spesifik. Kecakapan hidup generik, dirinci (1) kesadaran diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan komunikasi, dan (4) kecakapan bekerjasama. Kesadaran diri banyak terkait dengan sikap dan dirinci menjadi (a) kesadaran diri sebagai hamba Tuhan, yang diwujudkan dengan ibadah ritual maupun sikap hidup, yaitu: jujur, disiplin, tanggung jawab, kerja keras dan ulet/pantang menyerah; (b) kesadaran diri sebagai makhluk sosial, yang diwujudkan dengan toleransi dan menghormati orang lain, serta berempati dan memberikan bantuan kepada sesama manusia; (c) kesadaran diri sebagai bagian dari lingkungan, yang diwujudkan dengan memelihara lingkungan dan menggunakannya secara bijak; dan (d) kesadaran akan potensi diri sebagai karunia Tuhan, yang diwujudkan dalam mengenal kekuatan dan kelemahan diri, mengembangkan potensi diri, serta bekerja keras. Kecakapan berpikir dirinci menjadi kecakapan: (a) menggali informasi melalui berbagai sumber, (b) mengolah informasi, (c) mengambil keputusan, dan (d) menyelesaikan masalah seraca arif dan kreatif. Kecakapan komunikasi diwujudkan dalam: (a) komunikasi lisan, melalui menyimak dan berbicara, serta (b) komunikasi tulis, melalui membaca dan menulis. Kecakapan kerjasama, diwujudkan dalam kecakapan: (a) bekerjasama dengan rekan setara, (b) bekerjasama dalam posisi sebagai anggota tim, dan (c) bekerjasama dalam posisi sebagai pimpinan tim. Di samping itu ada kecakapan spesifik, yang menunjuk dalam bidang yang ditekuni. Pengembangan aspek-aspek kecakapan hidup tersebut dapat diintegrasikan dengan substansi matakuliah atau bahkan sebagai metoda pembelajarannya. Misalnya jika komunikasi dan kerjasama lisan ingin dikembangkan bersama topik tertentu di Matematika, maka ketiga aspek 8
9 itu dikembangkan ketika topik tersebut dibahas, misalnya ada diskusi dan kerja kelompok. Kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat dan memahami pendapat orang lain, serta kemampuan bekerjasama memang dirancang dan diukur hasilnya dalam pembelajaran topik tersebut. Bahkan jujur, disiplin, tanggung jawab, kerja keras (aspek-aspek pada kesadaran diri) perlu dikembangkan oleh semua dosen, pada semua topik dan bahkan dijadikan pembiasaan. Secara sengaja, semua matakuliah mengembangkan sikap-sikap tersebut, sehingga merupakan pembiasaan (sistem). Aspek-aspek kecakapan hidup, khususnya yang bersifat sikap (merupakan perwujudan kesadaran diri) banyak yang sebenarnya merupakan bagian aktivitas sehari-hari manusia. Secara teoritik aspek sikap atau ranah afektif lebih efektif jika dikembangkan melalui kebiasaan sehari-hari. Misalnya disiplin pada mahasiswa akan lebih mudah dikembangkan jika disiplin telah menjadi kebiasaan sehari-hari di kampus. Jujur, kerja keras, saling toleransi dan sebagainya akan mudah dikembangkan jika aspek-aspek tersebut sudah menjadi kebiasaan seharihari di kampus. Ibarat anak yang memasuki gedung yang bersih, tentu sungkan kalau akan membuang sampah di sembarang tempat. Jika pimpinan lembaga atau dosen selalu datang di kelas beberapa menit sebelum pelajaran dimulai, tentu secara bertahap siswa akan mengikutinya. Jika dosen atau guru biasa membaca dan kemudian membuat rangkuman yang ditempel di majalah dinding kampus atau sekolah, akan mendorong mahasiswa atau siswa menirunya. Jika antara dosen, guru dan karyawan terjadi kebiasaan saling menyapa dan menghormati bahkan saling menolong akan menumbuhkan hal serupa pada siswa. Dari contoh di atas, budaya kampus atau sekolah memang harus dirancang dan dilakukan dengan keteladanan. Pimpinan lembaga, dosen atau guru, karyawan dan bahkan orangtua siswa dapat berunding bagaimana memulai dan mengembangkan budaya itu. Pada jenjang 9
10 tertentu, siswa juga dapat dilibatkan untuk merancang dan memutuskan budaya apa yang akan dikembangkan, termasuk sangsi apa yang diberikan bagi mereka yang tidak mematuhinya. 2. Kesiapan kerja Kesiapan kerja adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan ketentuan, tanpa mengalami kesulitan dan hambatan dengan hasil maksimal, dengan target yang telah ditentukan (Herminarto Sofyan, 1993), sehingga kesiapan kerja sama dengan kemampuan atau kompetensi (Suharsimi, 1983). Lebih lanjut dikatakan bahwa kesiapan kerja menyangkut tiga aspek yaitu pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor) dan sikap (afektif). Sejalan dengan tuntutan dunia kerja akan penguasaan sejumlah kompetensi kerja maka kesiapan kerja lulusan menjadi penting. Karena dengan kesiapan kerja yang memadai lulusan dapat menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan yang berarti dan hasil maksimal. Kesiapan dapat diartikan sebagai kemampuan kerja Coper dan Weker (2000) menjelaskan bahwa kemampuan memiliki tiga hal yaitu : a) pengetahuan untuk mengukur kemampuan kognitif, b) penampilan untuk mengukur tingkah laku kerja, c) hasil kerja. Mahasiswa dinyatakan memiliki kesiapan kerja yang tinggi manakala telah menguasai segala hal yang diperlukan sesuai dengan persyatatan kerja yang harus dimiliki. Kesiapan kerja dapat dicapai melalui proses pendidikan dan pengalaman masa lalu, baik selama menempuh pendidikan sejak Sekolah Dasar maupun pengalaman-pengalaman yang dialami dalam kehidupan nyata. Sedangkan pendidikan tinggi lebih menekankan pada kesiapan kerja yang spesifik dan mengarah pada bidang kerja tertentu. Seperti tersebut dalam tujuan pendidikan program studi Pendidikan Tata Boga maka harus dapat memberi bekal kepada mahasiswa untuk siap bekerja sebagai guru pemula maupun tenaga kerja bidang boga. Dalam konteks 10
11 bidang boga maka kompetensi terkait dengan produksi makanan dan minuman, kompetensi pelayanan dan kompetensi manajerial. Dari uraian di atas dijelaskan bahwa untuk menjadi tenaga yang professional memerlukan suatu keahlian, kemahiran dan kecakapan atau juga disebut kompetensi. Kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diamati dan diukur (Hall & Jones dalam Mukminan, 2003). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menemukan bentuk-bentuk soft skill dan mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan kesiapan kerja mahasiswa Pendidikan Tata Boga sebagai calon tenaga kerja profesional bidang boga. Populasi dan sampel penelitian adalah mahasiswa Pendidikan Tata Boga semester VI sebanyak 33 orang, dengan asumsi telah menempuh sekitar 120 sks mata kuliah kependidikan dan bidang studi sehingga diduga telah memiliki kesiapan kerja dan kemampuan soft skill yang memadai dan telah melaksanakan praktek industri. Perwakilan stakeholders dari industri boga dipilih berdasarkan kelompok keahlian yang dipakai sebagai tempat praktek industri mahasiswa. Untuk mengumpulkan data penelitian dilakukan beberapa teknik dan metode, yaitu 1) peer assesment untuk mengidentifikasi kemampuan soft skill mahasiswa, 2) tes pengetahuan untuk mengetahui kesiapan kerja aspek kognitif, 3) angket untuk mengetahui kesiapan kerja aspek afektif (motivasi dan pengalaman praktek industri. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran secara langsung kepada responden dengan menggunakan angket yang dipergunakan untuk mengungkap kesiapan kerja soft skills yang dimiliki 11
12 mahasiswa. Variabel Soft Skill mencakup : kesadaran diri, kecakapan berpikir, kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerjasama. HASIL PENELITIAN Secara berturut-turut dalam bab ini disajikan hasil penelitian yang telah dirumuskan mencakup : 1. Kesiapan kerja mahasiswa dari segi soft skill dan motivasi kerja, 2. Kesiapan kerja mahasiswa sebagai tenaga professional di bidang Boga. Kesiapan Kerja Mahasiswa Kesiapan kerja mahasiswa dari segi soft skill diperoleh melalui angket dalam bentuk skor. Selanjutnya skor dianalisis tingkat pencapaian kesiapan kinerja. Berikut ini dideskripsikan keadaan tingkat pencapaian kesiapan kerja baik secara keseluruhan maupun sub bagian dari soft skill. Tingkat Pencapaian Kesiapan Kerja Soft Skill Mahasiswa Secara Keseluruhan Dari hasil analisis kesiapan kerja soft skill secara keseluruhan disajikan pada tabel berikut: Tabel 1. Kesiapan Kerja Soft Skill Mahasiswa No Rentang Tingkat Pencapaian Kategori Pencapaian Frekuensi (f) Presen (%) Baik Cukup Kurang Dari tabel di atas nampak bahwa dari 27 responden diketahui sebanyak 10 (37.03%) berada pada kategori baik dan sebanyak 11 (40.47%) pada kategori cukup, serta sebanyak 6 (22.2%) pada kategori kurang. Kesiapan kerja dari soft skill masih diperinci lagi sehingga 12
13 merupakan bagian atau sub dari soft skill yang terdiri dari; kedasaran diri, kecakapan berpikir, kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerjasama serta kecakapan akademik. Adapun tingkat pencapaiannya adalah sebagai berikut. Tabel 2. Kesiapan Kerja Soft Skill Mahasiswa yang diperinci No Soft Skill Kategori (f dan %) Baik Sedang Kurang 1. Kedasaran diri 8 (29.6) 16 (59.3) 5 (8.5) 2. Kecakapan berpikir 12 (44.4) 12 (44.4) 3 (11.1) 3. Kecakapan berkomunikasi 8 (29.6) 11 (40.7) 8 (29.6) 4. Kerjasama 3 (11) 21 (77.7) 3 (11) 5. Kecakapan akademik 2 (7.4) 16 (59.2) 9 (33.3) 6. Motivasi kerja 5 (18.5) 15 (55.5) 7 (25.9) Dari tabel di atas nampak bahwa dari 27 responden diketahui bahwa hampir semua unsur soft sklill berada pada kategori sedang. Kesiapan Kerja Mahasiswa Sebagai Tenaga Profesional Bidang Boga Hasil analisis kesiapan kerja mahasiswa sebagai tenaga kerja profesional bidang boga disajikan pada tabel berikut: Tabel 3. Kesiapan Kerja Mahasiswa Sebagai Tenaga Profesional Bidang Boga No Bidang Kejrja Kategori (f dan %) Baik Sedang Kurang 1. Produksi 6(22) 21 (78) 0 (0) 2. Pelayanan 6 (22) 21 (78) 0 (0) 3. Manajerial 12(44) 15 (56) 0 (0) Dari tabel di atas tampak bahwa sebagian besar kesiapan kerja mahasiswa sebagai tenaga kerja profesional bodang boga berada pada kategori sedang 13
14 PEMBAHASAN Kompetensi soft skills mahasiswa Upaya peningkatan mutu pendidikan selalu dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh swasta seperti melalui penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar, peningkatan mutu guru, peningkatan manajemen mutu pendidikan dan peningkatan kesejahteraan guru. Namun demikian berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan belum meningkat secara signifikan. Berbagai temuan tentang rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia telah dikemukakan di beberapa forum maupun media massa. Hasil survey Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks/HDI) Indonesia menduduki peringkat 102 dari 106 negara Asia, Afrika dan nomor 12 dari 12 negara Asia di bawah Vietnam. Jadi jika rata-rata soft skill pada kategori cukup adalah merupakan gejala umum yang dirasakan oleh masyarakat di Indonesia. Diantara kesiapan kerja yang diungkap, kesiapan kerja yang paling rendah adalah kemampuan kerja dari aspek berpikir kritis. Di dalam kehidupan nyata, antara unsur kecakapan dalam life skills tidak berfungsi secara terpisah-pisah. Hal yang terjadi adalah peleburan kecakapan-kecakapan tersebut, sehingga menyatu menjadi sebuah tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental, emosional dan intelektual. Derajat kualitas tindakan individu dalam banyak hal dipengaruhi oleh kualitas kematangan berbagai aspek pendukung. Karena mahasiswa masih dalam proses belajar, maka kompetensi soft skillsnya masih harus selalu ditingkatkan. Kesiapan Kerja Mahasiswa sebagai Tenaga Profesional Keadaan kesiapan kerja bidang produksi mahasiswa menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada kategori sedang. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa belum semua mahasiswa mempunyai kesiapan kerja yang baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan bidang produksi yang diterima selama ini belum sepenuhnya 14
15 dikuasai dengan baik atau kata lain pengetahuan yang dikuasai masih mengambang, belum dipraktikkan secara utuh. Padahal mata kuliah praktik produksi sekitar 60% dari jumlah mata kuliah dalam kurikulum. Oleh karena itu perlu ada upaya yang lebih serius agar pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki mahasiswa meningkat dari kategori sedang ke kategori baik. Kesiapan kerja bidang pelayanan berada pada kategori sedang. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan bidang pelayanan yang diterima selama ini belum sepenuhnya menyatu dengan dirinya, padahal selama ini mahasiswa telah melaksanakan praktik usaha jasa boga yang di dalamnya juga termasuk pelayanan. Kesiapan kerja manajerial mahasiswa menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kategori sedang dan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan bidang manajerial berada diantara sedang dan baik, walaupun kesiapan ini hanya didukung oleh 2 mata kuliah. Kesimpulan Kesiapan kerja dari soft skill mahasiswa rata-rata pada kategori cukup. Apabila diperinci terdiri dari; kedasaran diri pada kategori baik, kecakapan berpikir pada kategori antara cukup dan baik, kecakapan berkomunikasi pada kategori cukup, kecakapan bekerjasama pada kategori cukup serta kecakapan akademik pada kategori baik. Selanjutnya motivasi mahasiswa berada pada kategori cukup. Kesiapan kerja mahasiswa ditinjau sebagai tenaga profesional di bidang Boga diperinci sesuai dengan bidang pekerjaan yang mencakup : kompetensi produksi, kompetensi pelayanan dan kompetensi manajerial, yang ketiganya berada pada kategori sedang. Saran 1. Diperlukan pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan secara terpadu pada semua lingkungan pendidikan. Untuk di kampus diperlukan 15
16 kesepakatan semua civitas akademika dalam implementasi peraturan atau tata tertib. Selain itu juga contoh dari dosen, pegawai. Untuk meningkatkan motivasi mahasiswa dapat dilakukan dengan program pelatihan AMT (Achievement Motivation Training). 2. Bagi dosen pengampu mata kuliah yang ada kaitannya dengan kompetensi perencanaan pembelajaran untuk meninjau kembali silabi, sehingga kompetensi mahasiswa meningkat. 3. Pengurus program studi dan dosen agar melakukan peninjauan kembali silabi dan pelaksanaan mata kuliah praktik serta pelaksanaan praktik industri agar kompetensi produksi bagi mahasiswa meningkat. DAFTAR PUSTAKA Dalin Per & Va; D. Rust Towards Schooling for the Twenty-First Century. London: Cassel Depdiknas RI Pendidikan Kecakapan Hidup: Buku I. Edisi 2. Jakarta: Depdiknas RI Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia no 232/U/200 Tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa. Marwanti, dkk (2000). Studi Tentang Penelusuran Lulusan Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik UNY, Laporan Penelitian, Fakultas Teknik UNY. Herminarto Sofyan (1993). Kesiapan Siswa STM Di Jawa Untuk Memasuki Lapangan Kerja. Yogyakarta : Jurnal Kependidikan Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta. Muchlas Samawi,(2004). Upaya Merekonstruksi Ulang Pendidikan, Makalah, Konvensi Nasional Pendidikan V, Surabaya. www. Ditendik.net, 31 Januari
17 17
KECAKAPAN HIDUP ( LIFE SKILL )
KECAKAPAN HIDUP ( LIFE SKILL ) HANDOUT MATA KULIAH : PERENCANAAN PEMBELAJARAN KIMIA (KI 502) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2007 KECAKAPAN HIDUP (LIFE
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke 21 persaingan dan tantangan di semua aspek kehidupan semakin besar. Teknologi yang semakin maju dan pasar bebas yang semakin pesat berkembang mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang tidak pernah puas, dalam artian manusia terus menggali setiap celah didalam kehidupan yang dapat mereka kembangkan demi memenuhi kebutuhannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan. Pada dasarnya proses pendidikan dilakukan untuk mengajarkan dua keterampilan, yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengkaji berbagai aspek kehidupan masyarakat secara terpadu, karena memang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPS atau Social Studies adalah salah satu mata pelajaran di sekolah yang mempunyai tugas mulia dan menjadi fondasi penting bagi pengembangan kecerdasan personal,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikanlah suatu bangsa menjadi maju. Melalui pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia ( SDM) untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan. Seiring dengan hal tersebut, perlu diimbangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan pasar bebas, perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat, perlu diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh
EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Berorientasi Life Skills untuk Kelas Permulaan Sekolah Dasar Oleh Ketua Dr. Arju Muti'Ah, M.Pd NIDN:0012036007 Anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak faktor diantaranya lingkungan, keluarga dan pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK serta derasnya arus globalisasi telah membawa perubahan dan menciptakan paradigma baru di tempat kerja maupun didunia pendidikan. Persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab II Kedudukan, Fungsi dan Tujuan pasal 6 menyatakan bahwa: Pendidikan mensyaratkan adanya kompetensi pedagogik, kompetensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Institusi pendidikan mengemban tugas penting untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas di masa depan. Hal ini sejalan dengan arah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembinaan akhlak mulia adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 20
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan akhlak mulia adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya pasal 1 ayat 1. Pasal tersebut menyatakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut disiapkannya penerus bangsa yang siap menghadapi berbagai tantangan. Individu yang siap adalah individu yang sukses
Lebih terperinciJMP : Volume 3 Nomor 1, Juni 2011
JMP : Volume 3 Nomor 1, Juni 2011 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) MELALUI METODE TEAM TEACHING PADA MATERI SEGIEMPAT UNTUK MELATIH KECAKAPAN HIDUP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global sekarang ini menuntut individu untuk berkembang menjadi manusia berkualitas yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mewariskan, mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup kegiatan-kegiatan terarah dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berasal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi paham
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
Lebih terperinciETIK UMB MANFAAT SOFT SKILL. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc. Ekonomi. Manajamen. Modul ke: Fakultas. Program Studi.
ETIK UMB Modul ke: 13 MANFAAT SOFT SKILL Fakultas Ekonomi Program Studi Manajamen www.mercubuana.ac.id Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc PENGANTAR McKinsey Global Institute, memperkirakan, pada 2030 Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pembelajaran dewasa ini di perguruan tinggi lebih banyak mengarah pada aspek kognitif (ketrampilan teknis) dan kurang memperhatikan aspek nonteknis mahasiswa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan taraf hidup ke arah yang lebih sempurna. Pendidikan juga merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan. Kesejahteraan bangsa bukan lagi bersumber pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Untuk itu diperlukan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jurusan Pendidikan Teknik Sipil berupaya untuk menciptakan lulusan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jurusan Pendidikan Teknik Sipil berupaya untuk menciptakan lulusan sebagai tenaga kerja yang memiliki keahlian tentunya tidak boleh diabaikan. Ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial
Lebih terperinciProfil Keterampilan Mengajar Mahasiswa Calon Guru Melalui Kegiatan Induksi Guru Senior
Jurnal Riset Pendidikan ISSN: 2460-1470 Profil Keterampilan Mengajar Mahasiswa Calon Guru Melalui Kegiatan Induksi Guru Senior STKIP Al Hikmah Surabaya e-mail: kurnia.noviartati@gmail.com Abstrak Guru
Lebih terperinci2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK
183 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan menfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bekerja merupakan salah satu upaya manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan yang semakin pesat pada era globalisasi ini diiringi pula dengan peningkatan persaingan pada berbagai bidang termasuk dalam hal pencarian kerja. Bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada.
BAB I PENDAHULUAN Bab satu ini membahas tentang latar belakang permasalahan mengenai assesment afektif yang merupakan penilaian pada jenjang pendidikan selain penilaian kognitif dan psikomotor. Pada sub
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi akan mendapatkan bekal berupa teori yang telah diterima selama perkuliahan, yang nantinya setelah lulus dari
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat dirumuskan
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kondisi pembelajaran PAI saat ini Berdasarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia kehidupan manusia. Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pemerintah
Lebih terperincimelalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era perkembangan globalisasi seperti sekarang ini, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang jauh lebih berkualitas dan kompeten menjadi hal yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan pendidikan yang ada di Indonesia. Pendidikan di Indonesia selalu berkembang mengikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan saat ini semakin berkembang, hal ini ditandai dengan individu yang menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses pembentukan individu untuk menjadi manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa Pendidikan bertujuan
Lebih terperinciBAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK
BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat
Lebih terperinciSTANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN A. Rasional Standar proses proses pembelajaran merupakan acuan penyelenggaraan serta bentuk akuntabilitas perguruan tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan negara Republik Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur dalam batang tubuh UUD 1945
Lebih terperinciBAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL
BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN DAN ANALISIS HASIL A. KEGIATAN PPL 1. Persiapan PPL Untuk mempersiapkan mahasiswa dalam melaksanakan PPL baik yang dipersiapkan berupa persiapan fisik maupun mentalnya untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kegunaan penelitian. Pembahasan secara rinci masing-masing kajian tersebut
1 I. PENDAHULUAN Pembahasan pada bagian pendahuluan mencakup beberapa hal pokok yang berupa latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. Pembahasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan dapat menjamin perkembangan dan keberlangsungan hidup suatu bangsa, oleh karena itu peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lulusan perguruan tinggi memiliki tanggung jawab sosial dan intelektual dalam masyarakat. Didalam PP No. 30 tahun 1990 Bab II Pasal 2 Ayat (1) tentang Tujuan Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan),
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA
68 BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA A. Kualitas Soft Skill Mahasiswa Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang
Lebih terperinciS K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Oleh : MEGA ANDRIATI A
1 APLIKASI PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK KECAKAPAN GENERIK DI SMP AL-ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 S K R I P S I Untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan industrial Training yang keberhasilanya di tandai dengan output (tamatan dan produk barang / jasa ) tersebut mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada peradaban modern yang makin berkembang pesat sekarang ini, negara kita mengalami persaingan yang luar biasa dalam berbagai kehidupan. Dalam persaingan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak, namun dari jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak, namun dari jumlah penduduk di Indonesia,masih banyak yang kurang berkualitas. Hal ini dilihat dari peringkat daya saing
Lebih terperinciBAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan mengutamakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan dunia kerja erat hubungannya dengan dunia pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia selalu mendapat perhatian mutlak bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur. Maka semakin dirasakan pentingnya dunia usaha. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi ini pembangunan sumber daya manusia memiliki arti yang sangat penting. Dalam era tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang
Lebih terperinci2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan
Lebih terperinciPENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS Konstantinus Dua Dhiu, 2) Nikodemus Bate Program Studi Pendidikan Guru PAUD, STKIP Citra Bakti, NTT 2) Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan manusia, manusia akan mengalami perubahan, baik perubahan dari luar maupun dari dalam. Dari dalam seperti fisik, pertumbuhan tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Seiring
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran sentral dalam kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan dunia, pendidikan dewasa ini menghadapi berbagai tantangan. Dunia pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan belajar yang dimiliki manusia membuat manusia dapat selalu berkembang dalam hidupnya untuk mencapai kedewasaan. Belajar merupakan serangkaian kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Robert Bolton,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diberlakukannya AFTA pada tahun 2003 yang lalu, Indonesia bukan hanya dibanjiri oleh produk luar tetapi banyak juga profesional dari luar negeri yang
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Lingkungan Hidup Pendidikan merupakan perkembangan yang terorganisis dan kelengkapan dari semua potensi manusia, moral, intelektual dan jasmani, oleh dan daya dukung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan manusia yang berkualitas dan berkarakter.
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J. Langeveld (2015), pendidikan adalah upaya manusia dewasa
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA Astuti Wijayanti 1 dan Aris Munandar 2 1), 2) Pendidikan IPA, Universitas Sarjanawiyata
Lebih terperinci2015 SOFT SKILL PADA PEMBELAJARAN DI KAMPUS DAN PELAKSANAAN PROGRAM LATIHAN PROFESI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam perguruan tinggi berperan dalam membekali para mahasiswa dengan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan serta kebiasaan seseorang yang diwariskan dengan mengembangkan nilai-nilai budaya yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menghasilkan individu-individu yang mampu menumbuhkembangkan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menghasilkan individu-individu yang mampu menumbuhkembangkan potensi bangsa adalah tujuan akhir dari sebuah proses pembelajaran yaitu pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinci2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya MEA di tahun 2016 dimana orang-orang dengan kewarganegaraan asing dapat bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dapat dikatakan sebagai kelompok dari generasi muda yang sedang belajar atau menuntut ilmu di perguruan tinggi, dengan jurusan atau program tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu
Lebih terperinciReview Artikel : JVTE Volume 15, Number 1, Fall Judul :
Review Artikel : JVTE Volume 15, Number 1, Fall 1998 Judul : High School Graduate Employment Trends and the Skills Graduates Need to Enter Texas Manufacturing Industries John E. De Leon Southwest Texas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sampai kapanpun, manusia tanpa pendidikan mustahil dapat hidup berkembang sejalan dengan perkembangan jaman.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan memegang peran
Lebih terperinciBAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL
BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL Setelah dilakukan perumusan dan perancangan terhadap program yang akan dilaksanakan, maka kegiatan selanjutnya adalah realisasi program-program yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia karena melalui pendidikan manusia dapat mencapai masa depan yang baik. Adapun pendidikan bukanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat diploma. Pemikiran dasar jenjang pendidikan ini adalah untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Studi Kebidanan merupakan salah satu unit pelaksana teknis dibidang pendidikan kesehatan, diharapkan mampu mencetak lulusan yang kompeten dan dapat membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan agar peserta didik lebih siap bersaing dalam persaingan global nantinya. Usaha peningkatan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia yang berkarakter dan berkarakter merupakan bekal hidup yang perlu diperjuangkan untuk mencapai kesuksesan. Pencapaian ranah karakter seringkali hanya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
Lebih terperinci2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap bangsa yang sedang membangun. Dalam kedudukannya pada kerangka pembangunan nasional, pendidikan bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kini kita telah memasuki abad 21, abad dimana berbagai informasi dapat diperoleh oleh semua orang di penjuru dunia tanpa terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Lebih terperinciSOFT SKILLS. Rizqie Auliana
SOFT SKILLS Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Apa yang membuat sukses? IP 4? Wajah menarik? Keberuntungan? Calon mertua kaya?. 3 Hasil survei National Association of Colleges and Employers (NACE)
Lebih terperinci