BAB I PENDAHULUAN. Penulis mengambil judul Kebijakan Luar Negeri Mesir membuka Jalur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Penulis mengambil judul Kebijakan Luar Negeri Mesir membuka Jalur"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Memilih Judul Penulis mengambil judul Kebijakan Luar Negeri Mesir membuka Jalur Rafah secara kondisonal pasca kasus Mavi Marmara. Alasan pemilihan judul ini adalah ingin mengetahui bagaimana kebijakan Mesir sebagai negara satu-satunya yang mempunyai perbatasan darat dengan Gaza, yaitu jalur Rafah. Selain itu ada beberapa alasan lainnya antara lain: 1. Kasus yang diambil adalah kasus kontemporer, sehingga topik penulisan ini belum pernah ditulis dan dianalisis oleh Mahasiswa jurusan Ilmu Hubungan Internasional, fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Ketertarikan terhadap pengambilan keputusan Mesir salah satu negara yang mepunyai perbatasan langsung dengan Gaza. 3. Makin Maraknya pemberitaan perihal blokade Gaza dan tekanan internasional terhadap Mesir sebagai satu-satunya negara yang mempunyai pembatas langsung ke Gaza melalui jalur darat yaitu Jalur Rafah pasca penyerangan kapal Mavi marmara, 31 Mei 2010 oleh Israel. B. Latar Belakang Masalah Prioritas kebijakan politik luar negeri Mesir bertumpu pada empat pilar utama. Pertama, terciptanya perdamaian yang adil dan berkesinambungan di wilayah 1

2 Timur Tengah. Kedua, mempertahankan kerjasama yang baik dengan negara-negara Euro-Mediterania. Ketiga, Meningkatkan kerjasama dengan negara-negara maju terutama Amerika Serikat, Jepang, China, dan Rusia. Keempat, Kerjasama dengan PBB sebagai wadah bagi kebijakan luar negeri Mesir untuk memperoleh pengakuan internasional. 1 Pada saat Mesir dibawah kepemimpinan Abdul Gamal Nasser, Mesir merupakan negara Arab radikal yang anti-israel, dan bersama negara-negara arab lainnya memerangi Israel, karena rasa ketidakpuasan negara-negara arab atas didirikannya negara Israel. Pasca kepemimpinan Nasser, yaitu kepemimpinan sadat, Mesir bukan lagi negara yang radikal, tetapi yang mau mengakui eksitensi Israel, yang diabadikan dengan perjanjain camp david tahun 1979, melalui perjanjian tersebut Mesir mendapatkan kedaulatan semenanjung Sinai, tetapi pada saat itu mesir di cap penghianat, oleh sahabat-sahabat (negara arab) dahulunya. Dan dikeluarkan pada Liga Arab pada tahun Perihal masalah Palestina, Mesir menaruh perhatian yang sangat besar dan bertekad untuk berperan dalam dunia internasional untuk mendorong terciptanya perdamaian dunia, terutama di kawasan Timur Tengah, sebagai lingkungan dimana negara itu berada. Mesir percaya bahwa hampir tidak mungkin mendorong kemajuan di setiap negara di kawasan ini, termasuk Mesir, tanpa adanya stabilitas dan perdamaian yang berkesinambungan tetapi secara mengkagetkan pemerintah Mesir yang notebenya adalah key player di kawasan timur Tengah dan negara yang mempunyai kontrol Jalur menuju Gaza, yaitu Jalur Rafah. Jalur Rafah adalah satu- 1 Kebijakan Luar Negeri Mesir, diakses 10 Juni

3 satunya pintu Gerbang Gaza ke dunia luar yang menjadi harapan warga Gaza. Tapi pemerintah Mesir yang berkawan dekat dengan Israel menutup perbatasan itu bersamaan dengan blokade yang dilakukan rezim Zionis Israel atas Jalur Gaza. Akibat penutupan perbatasan Rafah krisis kemanusiaan di Gaza makin memburuk. Warga Gaza terpaksa menggali terowongan-terowongan untuk sekedar bisa mendapatkan kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Terowongan-terowongan itu pun, jika ketahuan, akan dihancurkan oleh aparat Mesir. 2 Dr. Ghazi Hamad menyatakan bahwa penutupan penyeberangan menambah penderitaan mendasar bagi Jalur Gaza yang diblokade. Dia menyatakan bahwa penyeberangan Rafah adalah pembuluh utama bagi Jalur Gaza. 3 Jalur Gaza adalah sebuah wilyah di Palestina yang bentuknya memanjang dan sempit. Panjang wilayah ini adalah 45 Km, dan lebarnya 5,7 Km di bebebrapa bagian, dan 12 Km di bagian yang lain. Sehingga kalau di jumlah, luas jalur Gaza adalah 365 Km 2. Sejak mulai pendudukan Israel tahun 1967, penduduk jalur Gaza sudah hidup dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Semua itu disebabkan oleh tindakan-tindakan Israel sebagai penjajah, kebijakan-kebijakan yang mematikan pembangunanan dan usaha-usaha menghalangi kemajuan dalam hidup rakyat palestina. Disamping itu, Israel juga tak henti-hentinya melakukan tindakan 2 Mesir Janji buka Jalur Rafah tnapa batas waktu, dalam tanggal 05 Agustus Penderitaan Gaza dipsrburuk, dalam tanggal 05 Agustus

4 kejahatan berupa perampasan tanah, penghancuran infrastruktur dalam industri dan pengawasan melekat pada segala gerakan dari penduduk Palestina. Walupun tentara Israel telah keluar dari jalur Gaza pada September 2005, namun tidak berarti jalur Gaza sudah merdeka, karena memang penduduk jalur gaza belum merasakan kedamian dan ketenangan. Bahkan sebaliknya Jalur Gaza seakan berubah menjadi sebuah penjara raksasa yang dikelilingi oleh kawat-kawat berduri dari segala arah. Jalur gaza mempunyai 6 pintu diantaranya ada satu jalur yang ditutup sama sekali. Sisanya lebih sering ditutup sepanjang tahun, keenam pintu adalah:pintu Gerbang Rafah, Pintu Minthar, Pintu Bait Hanun, Pintu Shufa, Pintu Karam Abu Salim, Pintu Nahil Auz. Kesepakatan berkaitan dengan Pintu perbatasan pada tahun 2005 atau yang biasa disebut dengan The Agreement 2005 yang berkaitan dengan kebebasan berpindah-pindah, keluar masuk Jalur Gaza, dan pembukaan kembali Jalur Rafah kesepakatan itu menyatakan bahwa Jalur Rafah akan kembali dibuka pada tanggal 25 November Jalur Rafah ini akan berada di bawah kendali dualisme Palestina- Mesir, dan akan diawasi oleh Uni Eropa sebagai pihak ketiga. Penggunaan Jalur ini adalah untuk keluar masuk penduduk Otoritas Palestina. Kemudian juga tercapai sebuah kesepakatan antara Palestina dan Mesir untuk sama-sama memudahkan keluar masuknya penduduk Palestina yang melewati Jalur Rafah. Hal itu dicapai dalam pertemuan-pertemuan intensif yang dilakukan oleh Muhammad Dahlan yang 4

5 menjabat sebagai menteri urusan sipil, bersama perwakilan-perwakilan dari berbagai departeman dari pemerintah. 4 Jalur Rafah dibuka pada tanggal 25 November 2005 dan beroperasi hampir setiap hari sampai 25 Juni 2006, dari 25 Juni 2006 sampai November ditutup oleh Israel, kecuali untuk beberapa hari saja dalam sebulan, Pada Juni 2007 Jalur Rafah ditutup total setelah Hamas mengambil alih kekuasaan atas Jalur Gaza. Pada saat terjadi penyerangan Kapal Mavi Marmara, telah menyudutkan Mesir karena selama ini Mesir sedikit membantu blokade Gaza, dengan menutup Pintu Gerbang Rafah. Penyerangan militer Israel terhadap Kapal Mavi Marmara di perairan Internasional telah meningkatkan desakan internasional kepada Mesir agar segera mencabut blokade Gaza melalui darat. Desakan tersebut tidak hanya menuntut agara blokade Gaza dicabut tetapi juga mendesak agar Mesir meembuka Jalur Rafah secara permanen. Kondisi menimbulkan dilematis bagi Mesir, dimana di satu sisi terikat dengan komitmen dengan Israel, sementara di sisi lain dihadapkan pada rasa kemanusiaan karena sesama Dunia Arab. Sehari setelah tragedi Mavi Marmara akhirnya Presiden Husni Mubarrak memerintahkan dibukanya perlintasan Jalur secara kondisional. Perbatasan itu dibuka Selasa (01/06/2010) pada pukul waktu setempat (pukul WIB). 5 4 Derita Rakyat Gaza, diakses 5 Agustus Mubarrak Perintahkan Perbatasan Rafah Dengan Gaza dibuka. di akses 06 Oktober

6 Alasan inilah yang melatar belakangi penulis menulis Skripsi dengan judul Kebijakan Luar Negeri Mesir Membuka Jalur Rafah Secara Kondisonal Pasca Kasus Mavi Marmara. C. Tujuan Penulisan Tujuan Penulisan Skripsi ini adalah: 1. Penelitian dan penulisan ini diharapkan bisa menambah pengetahuan penulis dan mahasiswa jurusan hubungan internasional dalam hal politik Luar Negeri khususnya Negara Mesir. 2. Untuk mengetahui kebijakan Luar Negeri Mesir terhadap Gaza pasca Mavi Marmara dalam pengontrolan Jalur Rafah. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi Mesir dalam pengambilan kebijakan Luar Negeri terhadap Gaza Pasca Mavi Marmara dalam pembukaan Jalur Rafah secara Kondisional. 4. Sebagai perwujudan atas teori-teori yang penulis terima di bangku kuliah, yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan serta untuk membuktikan hipotesa-hipotesa yang telah dibuat. 5. Untuk memenuhi persyaratan meraih gelar kesarjanaan starta (S-1) pada Program studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universias Muhammadiyah Yogyakarta. 6

7 D. Rumusan Masalah Sesuai dengan ulasan yang dikemukakan maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : Mengapa Mesir Mengambil kebijakan Luar Negeri membuka jalur Rafah secara kondisional pasca kasus Mavi Marmara? E. Kerangka Pemikiran Untuk melihat permasalahan diatas, digunakan kerangka pemikiran, baik teori maupun konsep yang digunakan untuk mengindentifikasi pokok permasalahan. Sebelum menguraikan teori yang dipakai untuk menganalisa permasalahan yang ada, lebih dulu akan diuraikan apa yang disebut teori. Teori adalah bentuk penjelasan paling umum yang memberitahukan kepada kita mengapa sesuatu terjadi dan kapan sesuatu itu terjadi, dengan demikian selain dipakai untuk eksplanasi, teori juga menjadi dasar prediksi. Dari pengertian ini, secara gamblang teori bisa dikatakan sebagai suatu pandangan atau persepsi mengenai sesuatu yang terjadi dan akan terjadi. 6 Sedangkan konsep adalah abstraksi yang mewakili suatu atau fenomena tertentu. 7 Untuk menganalisa permasalahan yang ada, penulis menggunakan teori sebagai berikut: 1) Teori Pengambilan Keputusan Luar Negeri Kajian mengenai Teori Pengambilan Keputusan Luar Negeri (The Decision Making process) menjelaskan bahwa Politik Luar Negeri dipandang sebagai hasil 6 Mohtar Mas oed, Teori Dan Metodologi Hubungan Internasional (Yogyakarta: PAU UGM, 1988). Hal Mohtar Mas oed, Ilmu Hubungan Internasional Disiplin Dan Metodologi, (Yogyakrta: LP3ES,1990) Hal.109 7

8 berbagai pertimbangan rasional yang berusaha menetapkan pilihan atas berbagai alternative yang ada, dengan keuntungan sebesar-besarnya ataupun kerugian sekecilkecilnya (optimalisasi hasil). Para pembuat keputusan juga diasumsikan bisa memperoleh informasi yang cukup banyak, sehingga bisa melakukan penelusuran tuntas terhadap semua alternative kebijakan yang mungkin dilakukan dan sumber yang bisa dipakai untuk mencapai tujuan yang mereka tetapkan. Menurut William D.Coplin, Teori pengambilan keputusan Luar Negeri atau Foreign policy, Yaitu : 8 apabila kita akan nmenganalisa kebijakan luar negeri suatu negara, maka kita harus mempertanyakan para pemimpin negara dalam membuat kebijakan luar negeri. Dan salah besar jika menganggap bahwa para pemimpin negara (para pembuat kebijkan luar negeri) bertindak tanpa pertimbangan. Tetapi sebaliknya, tindakan politik luar negeri tersebut dipandang sebagai akibat dari tiga konsiderasi yang mempengarui para pengambil kebijakan luar negeri : a. Kondisi politik dalam negeri yang meliputi keadaan atau situasi di dalam negeri yang akan membuat keputusan, yaitu situasi politik di dalam negri itu yang berkaitan dengan keputusan tersebut, termasuk faktor budaya mendasari tingkah laku manusianya. b. Situasi Ekonomi dan Militer di negara tersebut, termasuk faktor geografis yang selalu menjadi pertimbangan utama dalam pertahanan dan keamanan. c. Konteks Internasional (situasi di negara yang menjadi tujuan politik luar negeri), serta pengaruh dari negara-negara lain yang relavan dengan permasalahan yang dihadapi. 8 William D. Coplin, Pengantar Politik Internasional : Suatu Telaah Teoritis,(Bandung,Sinar Baru:1992) Hal.30. 8

9 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini : Gambar 1 Bagaimana Empat Determinan Mempengaruhi Tindakan Politik Luar Negeri Politik dalam Negeri Pengambilan keputusan Tindakan Politik Luar Negeri Konteks Internasional suatu produk tindakan politik suatu negara di masalalu, kini dan mendatang yang akan mungkin diantisipasi Kondisi Ekonomi dan Militer Sumber : William D.Coplin, Pengantar Politik Internasional : Suatu telaah Teoritis, edisi ke-2 Bandung, Sinar Baru, 1992.hal.30. Menurut gambar diatas, politik luar negeri memang dipengaruhi oleh kondisi politik dalam negeri, kemampuan ekonomi dan militer serta konteks Internasional akan tetapi pengambil keputusan luar negeri dimana dalam konteks ini presiden sebagai pengemban tugas dan bisa juga disebut sebagai aktor individu dan aktor rasional, dimana dalam model ini politik luar negeri dipandang sebagai akibat dari tindakan-tindakan aktor rasional. Penghitungan secara rasional, untung-rugi dalam 9

10 pengambil keputusan dimana terdapat kepentingan baik itu murni kepentingan Negara atau pribadi dari pengambil keputusan ini. Sebelum penjelasan yang lebih jauh, akan penulis gambarkan aplikasi teori William D.Coplin tersebut sebagai berikut: Gambar II Aplikasi gambar teori pengambilan keputusan Luar Negeri Wiliam D.Coplin Politik Luar Negeri: 1. Birokrat 2. Partai-partai 3. Kelompok kepentingan Pengambil Keputusan: Presiden Mubarrak Tindakan Politik Luar Negeri: Membuka Jalur Rafah Secara Kondisional Konteks Luar Negeri: Bersahabat baik dengan Israel dan Amerika Serikat Kondisi Perekonomian dan Militer: Adanya kerjasama dan ketergantungan terhadap negara yang lain yang lebih maju, 10

11 Fokus penelitian diletakkan pada kondisi politik dalam negeri, kondisi ekonomi dan militer dan konteks Internasional, ketiga faktor tersebut memang sesuai dengan apa yang melandasi terciptanya kebijakan membuka Jalur Rafah secara kondisional. Dimana kondisi politik dalam negeri, kepentingan ekonomi dan milter dan faktor konteks Internasional sangat mempengaruhi lahirnya sebuah kebijakan Luar Negeri. Jika dilihat dari situsi politik dalam negeri, kerangka konseptual untuk politik dalam negeri ini berfokus pada kolerasi antar pengambil keputusan (decision makers) dengan aktor-aktor politik dalam negeri yang berupaya mempengaruhi politik luar negeri. Aktor-aktor politik tersebut disebut dengan policy influences (yang mempengaruhi kebijakan). Hubungan antara aktor-aktor politik dalam negeri ini dengan para pengambil keputusan disebut policy influences system (sistem pengaruh kebijakan). Proses pembuatan kebijakan luar negeri pada masa Husni Mubarrak berlangsung dalam konteks pembukaan Jalur Rafah secara kondisonal tidak lagi hanya didominasi oleh Presiden namun juga dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan masyarakat khususnya Partai Politik dan kelompok kepentingan. Semenjak adanya perubahan dari tunggal partai menjadi multipartai, perpolitikan dalam Negeri Mesir sangat dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan. pihak-pihak tersebut diantaranya adalah partai politik, kelompok kepentingan, serta individual factor yakni Presiden. 9 9 Charles W. Kegley, Jr and Eugenne R. Wittkopf, Hal

12 Sejak tahun 1923 hingga tahun 1952, Mesir memiliki sistem politik multipartai, sehingga untuk pemilihan mendatang akan ada persaingan yang sangat ketat untuk mendapatkan kursi kekuasaan terbanyak. Perlu diingat Partai politik adalah pihak yang sangat mempunyai kepentingan dalam perpolitikan dalam negeri karena hal ini menyangkut bursa pencalonan dan kepemimpinan pada pemilihan mendatang. Dalam kasus kebijakan membuka Jalur Rafah secara kondisional, partai yang dominan sejak tahun 1978 yaitu partai NDP (Partai Nasional Demokrasi) yang diketuai oleh Husni Mubarrak. Dengan adanya peristiwa ini menjadi isu penting dalam mengembalikan citra partai NDP. Faktor politik dalam negeri juga bisa dilihat dari sikap kelompok kepentingan, dalam kasus ini banyak dari pihak kelompok kepentingan seperti Ikhwanul Muslimin maupun rakyat Mesir menekan Pemerintah Mesir agar segera membuka Jalur Rafah, seperti yang dilakukan oleh ribuan warga Mesir dengan melakukan demonstrasi di berbagai tempat di Cairo dan di luar Cairo setelah melaksanakan Shalat Jum at pada tanggal 4 Juni Peristiwa ini juga dimanfaatkan oleh partai Politik yaitu partai NDP yang diketuai Oleh Huni Mubarrak untuk mengembalikan citra Partai sehingga agar dapat terus berkuasa dan kekuasaan tersebut bisa dilanjutkan oleh putra dari Husni Mubarrak, dan alasan Pemerintah Mesir membuka Jalur Rafah secara kondisonal. Jika dilihat dari kondisi ekonomi, pada sisi ekonomi Mesir merupakan negara terbesar kedua di wilayah Arab setelah Arab Saudi tetapi pendapatan per capita GDP 10 Mesir, diakses tanggal 01 Juni

13 adalah $1,310 membuat Mesir menjadi negara rmiskin di kawasan Timur Tengah, dan sumber income ekonomi Mesir terbesar dari penghasilan bantuan Luar Negeri, sektor pariwisata, Terusan Suez, dan pembayaran pekerja Mesir yang hidup di Luar Negeri. 11 Ekonomi Mesir sendiri sangat bergantung dengan bantuan dari luar negeri khususnya Amerika Serikat dan terjalinya kerjasama gas alam antara Mesir dan Israel yang menguntungkan ekonomi domestik Mesir serta kekhawatiran Mesir akan adanya pengungsi yang mayoritas anak-anak sehingga akan berdampak pada ekonomi Mesir. Sedangkan dalam hal kemampuan atau kondisi militer, dalam suatu negara perlu ditetapkan dulu kriteria terpenting dalam kekuatan militer, dalam kekuatan militer, yaitu jumlah pasukan, tingkat pelatihan dan sifat perlengkapan perangnya. Kita mungkin bisa mempersoalkan perbedaan antara yang terlatih dengan yang diperlengkapi dengan baik, karena kita bisa memperoleh (atau sudah memperoleh) tenaga-tenaga ahli dan terlatih, yang diperlukan untuk menggunakan dan memelihara perlengkapan itu. Namun, karena negara terbelakang mungkin mampu memperoleh perlengkapan yang canggih dari negara-negara maju, negara-negara tersebut juga mungkin kekurangan tenaga yang cukup terampil dan terlatih, untuk menangani perlengkapan tersebut. Dan perlu ditekankan bahwa pelatihan bukan sekedar masalah keterampilan teknis dalam menangani mesin perang tapi juga pengemban kapasitas manusia untuk bertempur dengan baik, serta untuk mengambil keputusan-keputusan yang tepat dalam kondisi perang. Jadi, kemampuan untuk bertempur tidak selamanya 11 John McCormick, comparatives politics in transition, Thomson wads worth. 13

14 bisa diukur hanya melalui jumlah pasukan atau perlengkapan karena jumlah pasukan kurang berarti jika dibandingkan dengan pelatihan dan jenis perlengkapan. 12 Setelah menaksir kemampuan militer suatu negara, kita perlu mengetahui apakah sumber-sumber kemampuan itu berasal dari luar negeri atau dalam negeri, karena makin bergantung suatu negara pada luar negeri dalam menunjang kekuatan angkatan bersenjata, makin rawan pula negara tersebut terhadap kendala-kendala dari luar, dalam menggunakan kekuatan, karena seluruh ekonomi dunia taraf tertentu berkaitan dengan perdagangan, dan karena banyak barang yang diperdagangkan itu berhubungan dengan industri pertahanan, semua negara sedikit banyak bergantung pada negara-negara lain dalam kekuatan militernya. Dan ketergantungan ini mempunyai dampak terhadap kedua negara karena biasanya pemasok memperoleh kontrol tertentu atas negara pembeli. Katergantungan suatu negara pada pemasok perlengkapan itu. Hal itu menyangkut pengadaan suku cadang, untuk pemeliharaan pada masa damai serta pada masa perang, termasuk penggunaan penasihat asing untuk menggunakan perlengkapan itu dengan tepat. Jadi, dalam beberapa hal negara-negara yang memasok perlengkapan militer bisa berpengaruh terhadap negara-negara yang menerima. Selain itu, penasihat-penasihat militer yang dikirim ke negara-negara terbelakang untuk membantu mereka dalam masalah-masalah teknik, sering melakukan tekanan politis umum sehingga kadang negara pemasok bisa 12 Ibid, hal

15 memaksakan kepentingannya di negara penerima dan cenderung memperlakukan negara penerima sebagai wilayah kompetesi diantara mereka. 13 Faktor penting dalam kondisi dimana adanya kerjasama antara negara maju dengan negara terbelakang, adalah mobilitas negara maju yang memberi keuntungan strategis. Kemampuan teknologi dan militer bangsa-bangsa yang maju memungkinkan produksi massal dan penggunaan sistem logistik yang besar dan kompleks. Jadi, negara maju memiliki mobilitas yang diperlukan untuk menghancurkan negara terbelakang secara tepat dan tuntas, sementara itu mereka relative kebal dan tahan terhadap serangan balasan. Negara maju bisa menekan negara yang kurang maju dengan ancaman menghentikan suplai senjata, mengembangkan barang pengganti, atau mencari pasaran-pasaran lain bagi produkproduk negara terbelakang. Dengan menolak menepati perjanjian investasi atau secara fisik memboikot atau memblokade negara-negara terbelakang. Akan tetapi negara maju juga bisa memberikan bantuan kepada negara berkembang atau terbelakang berupa bantuan modal, stabilitas politik dalam negeri, dll. 14 Apabila kita terapkan dalam kebijakan luar negeri Mesir membuka Jalur Rafah secara militer, Mesir mempunyai kerjasama militer dengan Israel mengenai kerjasama perbatasan, dan adanya bantuan dari Amerika Serikat yang sangat membantu dalam kondisi militer Mesir, serta kekhawatiran Mesir membuka secara permanen akan mengancam keamanan nasional Mesir karena akan adanya penyelundupan senjata. 13 Wiiliam D. Coplin, Pengantar Politik Internasional : Suatu Telaah teoritis, edisi ke-2 (bandung: sinar Baru, 1992),Hal Ibid, hal

16 Dilihat dari Konteks Internasional Mesir mendapatkan tekanan yang terus muncul dari internal maupun internasional, termasuk dari pemerintah dan rakyat Turki yang berjanji akan terus berjuang hingga blokade Gaza di cabut. Seruan Turki tersebut mendorong gerakan yang sama di berbagai negara muslim, termasuk Indonesia dengan satu tujuan menembus blokade Gaza melalui darat. Desakan Internasional tersebut tidak hanya mencabut blokade, tapi juga memaksakan masuknya barang-barang bantuan kemanusiaan ke dalam wilayah Gaza melalui perbatasanya sehingga pembukaan jalur Rafah sangat diharapkan. Dan faktor lain yang mempengaruhi pengambilan kebijakan membuka Jalur Rafah secara kondisional dalam konteks Internasional adalah apabila Mesir membuka Jalur Rafah secara permanen, maka akan menuai protes dari Israel karena Mesir sangat bersahabat baik dan kuatnya kerjasama dengan Israel dan Amerika Serikat, dan kedua negara yaitu Israel dan Amerika Serikat pun banyak membantu dalam domestik Mesir, khususnya bidang ekonomi dan keamanan, sehingga Mesir sangat bersikap rasional dalam mengambil kebijakan Luar Negeri, khususnya perihal pengontrolan Jalur Rafah. 2) Model Aktor Rasional Dalam model ini politik luar negeri dipandang sebagai akibat dari tindakantindakan aktor rasionall, terutama suatu pemerintah yang monolit, yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai suatu tujuan. Pembuatan keputusan luar negeri digambarkan sebagai suatu proses intelektual. Perilaku pemerintah dianalogikan dengan perilaku individu yang bernalar dan terkoordinasi. Dalam analogi ini 16

17 individu itu melalui serangkaian tahap-tahap intelektual, dengan menerapkan panalran yang sungguh-sungguh berusaha menerapkan pilihan atas alternatifalternatif yang ada. Jadi, unit analisis pembuatan keputusan ini adalah pilihanpilihan yang diambil oleh pemerintah. Dengan demikian, analisis politik luar negeri harus memusatkan perhatian pada penelaahan kepentingan nasional dan tujuan dari suatu negara, alternatif-alternatif haluan kebijaksanaan yang bisa diambil oleh pemerintahanya dan perhitungan untung rugi atas masing-masing alternatif itu. 15 Dalam model aktor rasional digambarkan bahwa para pembuat keputusan dalam melakukan pilihan-pilihann atau alternatif-alternatif itu menggunakan optimalisasi hasil. Para pembuat keputusan itu digambarkan selalu siap untuk melakukan perubahan atau penyesuaian dalam kebijaksanaanya. Mereka juga diasumsikan dapat memperoleh informasi yang cukup banyak sehingga dapat melakukan penelusuran tuntas terhadap semua alternatif kebijkananaan yang mungkin dilakukan dan semua sumber-sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang mereka terapkan. Graham T. Allisonn memberikan gambaran mengenai proses pembuatan keputusan model yang digunakan adalah model aktor rasional, model proses organisasi dan model politik birokratik. Dalam model ini politik luar negeri dipandang sebagai akibat dari tindakan aktor rasional untuk mencapai suatu tujuan. Aktor rasional dipandang sebagai orang yang mengetahui tentang pilihan-pilihan yang tersedia dan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap pilihan sebelum membuat keputusan. Pembuatan keputusan luar negeri digambarkan 15 Mohtar Mas oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metedologi, Jakarta: LP3ES, 1990 Hal

18 sebagai suatu proses intelektual. Dimana pemerintah dianalogikan sebagai individu yang bernalar dan terkoordinasi. Setiap individu melalui beberapa tahap intelektual menerapkan dan menetapkan pilihan ats alternatif-alternatif yang ada. Maka unit analisis pada pembuatan keputusan itu adalah pilihan-pilihan yang dimabil pemerintah. Dengan demikian, analisis tentang politik luar negeri harus memusatkan perhatian pada kepentingan nasional dan tujuan dari suatu bangsa itu sendiri. Model ini sangat terkenal terutama karena asumsi rasionalitas yang dikandungnya. Dalam model ini para pembuat keputusan itu dianggap rasional, dan kita pada umumnya memang cenderung berpikir bahwa keputusan terutama yang menyangkut politik luar negeri dibuat secara rasional. Karena itulah, menurut Allison, model ini paling sering diterapkan untuk mendiskripsikan dan menjelaskan politik luar negeri. Batasan rasional mempunyai arti yang spesifik, dalam proses pembuatan kaputusan diadasarkan pada empat langkah: Pemilihan yang ojektif yang bernilai dari suatu kebijakan yang sudah pasti ditujukan pada tujuan yang maksimal. 2. Pemilihan atas alternatif-alternatif yang ada untuk mencapai hasil yang diharapkan. 3. Perhitungan dari untung dan rugi dari alternatif yang diambil. 4. Pemilihan alternatif yang memberikan hasil yang optimal. Apabila kita terapkan teori rasional pada pengambilan keputusan membuka Jalur Gaza secara kondisoal, Mesir sangat bersahabat baik dengan Israel maupun 16 Spainer Uslaner, America Foreign policy Making& the Democratic Dilemms., CBS College Publishing, New York, 1982, Hal

19 Amerika Serikat, di dalam kerjasamanya Mesir sangat diuntungkan, sehingga akhirnya Mesir mengambil kebijakan membuka Jalur Rafah secara kondional karena menurut aktor pengambilan kebijakan bahwa keputusan inilah yang bisa mendapatkan hasil optimal dan bisa menguntungkan Mesir. F. Hipotesa Berdasarkan keterangan dalam kerangka pemikiran dan aplikasinya, maka penulis mengambil hipotesa bahwa Mesir mengambil kebijakan luar negeri untuk membuka Jalur rafah secara kondisional, karena pertimbangan ekonomi, keamanan, dan konteks Internasional. Pertama, mempertahankan kepercayaan rakyat terhadap partai NDP sehingga bisa terus berkuasa. Kedua, Menjaga kestabilan ekonomi dan kemanan Mesir. Ketiga, menjaga dan mempertahankan hubungan dengan Israel dan Amerika Serikat. G. Metodologi Penelitian Dalam Skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian yang bersifat library research atau bersifat studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan, mempelajari, dan menganalisa data yang diambil dari buku-buku atau pustaka, makalah, jurnal, artikel, surat kabar, dokumen-dokumen resmi yang diterbitkan 19

20 maupun yang tidak diterbitkan, website serta berbagai media lain. Dan sumbersumber lain yang memiliki hubungan dengan topik yang diambil penulis 17. H. Jangkauan Penulisan Jangkuan penulisan dalam skripsi ini agar tidak terlalu meluas, secara umum penulis membatasi penelitian pada politik luar negeri Mesir terhadap gaza perihal tentang pengontrolan Jalur Rafah dari sejak adanya perang Arab-Israel I pada tahun 1948 sampai tahun 2010 yaitu kasus penyerangan Mavi Marmara. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan penulis juga akan mengambil referensi terkait peristiwaperistiwa sebelumnya yang terkait dan dapat mendukung penelitian dalam penulisan skripsi. I. Sistematika penulisan Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam penyusunan skripsi ini. Maka penulis berusaha untuk menulis secara sistematis dari bab ke bab, berikut ini adalah uraian singkat yang termuat dari bab ke bab: BAB I merupakan bab pendahuluan yang memuat alasan pemilihan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka teori, hipotesa, jangkauan penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II akan membahas tentang profile dan sistem pemerintahan Mesir dimana akan menggambarkan pilar-pilar yang mempengaruhi kebijakan Mesir dalam kasus Palestina,serta perjalanan Politik Luar Negeri Mesir. 17 Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode penelitian Survai. Jakarta, LP3ES, Hal

21 BAB III akan membahas tentang kronologi tragedi Mavi Marmara, gambaran umum Jalur Rafah atau Pintu Gerbang Rafah, kebijakan Mesir dalam membuka Jalur Rafah secara Kondisional. BAB IV akan menjelaskan faktor-faktor yang menjadi alasan Mesir dalam pengambilan kebijakan terhadap Gaza dalam membuka Jalur Rafah berdasarkan teori pengambilan keputusan (Foreign Policy Desicion Making) dan pilihan Rasional Mesir. BAB V berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat penulis berdasarkan pembahasan-pembahasan berikutnya. 21

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti telah menjadi rahasia umum, Arab Saudi dan Iran adalah dua negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Seperti telah menjadi rahasia umum, Arab Saudi dan Iran adalah dua negara yang BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Seperti telah menjadi rahasia umum, Arab Saudi dan Iran adalah dua negara yang mempunyai pengaruh yang sangat besar di kawasan Timur Tengah. Selain tiu, kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 merupakan hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag pada tanggal 18 Mei-29 Juli 1899. Konvensi Den Haag merupakan peraturan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni

BAB V KESIMPULAN. Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni BAB V KESIMPULAN Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni Eropa bisa dikatakan sangat dekat. Turki berusaha mendekat menjadi lebih demokratis. Turki menjadi angota NATO sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disusun dalam suatu sistem pertahanan semesta, tidak agresif dan tidak. besar Indonesia ke dalam jajaran militer terkuat di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. disusun dalam suatu sistem pertahanan semesta, tidak agresif dan tidak. besar Indonesia ke dalam jajaran militer terkuat di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sistem pertahanan dan keamanan terbaik. Seperti menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri Indonesia terhadap Rusia dalam bidang pertahanan militer dengan

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri Indonesia terhadap Rusia dalam bidang pertahanan militer dengan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa alasan pokok yang mendorong penulis untuk menetapkan politik luar negeri Indonesia terhadap Rusia dalam bidang pertahanan militer dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membentuk negara-negara kecil baru, namun secara umum masih mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. membentuk negara-negara kecil baru, namun secara umum masih mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pada tahun 1991 Pecahnya Uni Soviet, banyak bagian bagian wilayah darinya membentuk negara-negara kecil baru, namun secara umum masih mempunyai kawasan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara

Lebih terperinci

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel?

Mengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel? Hafidz Abdurrahman Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Inggris melakukan berbagai upaya untuk mendudukkan Yahudi di Palestina namun selalu gagal. Tapi setelah khilafah runtuh dan ruh jihad mati barulah negara

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

2016 PERANG ENAM HARI

2016 PERANG ENAM HARI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setelah Perang Dunia I (selanjutnya disingkat PD I) berakhir, negara-negara di Dunia khususnya negara-negara yang berada dikawasan Timur Tengah dihadapkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

Resolusi yang diadopsi tanpa mengacu pada komite Pertanyaan dipertimbangkan oleh Dewan Keamanan pada pertemuan 749 dan750, yang diselenggarakan pada 30 Oktober 1956 Resolusi 997 (ES-I) Majelis Umum, Memperhatikan

Lebih terperinci

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Masa Resesi Ekonomi Dunia Tahun 1973 dan Tahun 1978 ini, menggunakan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Masa Resesi Ekonomi Dunia Tahun 1973 dan Tahun 1978 ini, menggunakan BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN Pengkajian skripsi yang berjudul Perkembangan Industri Jepang pada Masa Resesi Ekonomi Dunia Tahun 1973 dan Tahun 1978 ini, menggunakan beberapa sumber yang menunjang penyusunan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH A. Alasan Pemilihan Judul Liga Arab adalah organisasi yang beranggotakan dari negara-negara Arab. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi Rani Apriliani Aditya 6211111049 Hubungan Internasional 2011 Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Apa yang diprediksikan oleh Huntington dalam bukunya Gelombang Demokrasi Ketiga dapat dikatakan benar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yahudi di tanah yang mereka kuasai saat itu. Hal tersebut membuat Israel selalu

BAB I PENDAHULUAN. yahudi di tanah yang mereka kuasai saat itu. Hal tersebut membuat Israel selalu BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Israel merupakan sebuah negara zionisme yang ingin mendirikan negara yahudi di tanah yang mereka kuasai saat itu. Hal tersebut membuat Israel selalu ingin menguasai

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan

Lebih terperinci

Hari Tanah Palestina

Hari Tanah Palestina Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. ini, menjadi salah satu tujuan negara-negara asing untuk merebut. kepentingan nasionalnya di Timur Tengah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah negara terbesar di dunia yang terletak di sebelah timur Eropa dan utara Asia. Pada saat Uni Soviet, Rusia merupakan negara bagian terbesarnya dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hakikat serta keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta

BAB 1 PENDAHULUAN. hakikat serta keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat serta keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta merupakan anugerah Nya yang

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Aung San Suu Kyi Dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2010. Kesimpulan

Lebih terperinci

Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat.

Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat. Semua yang terjadi di Mesir tak lepas dari kepentingan Amerika. Hubungan militer Mesir dan Amerika sangat erat. Detik demi detik perubahan di Mesir tidak lepas dari restu Amerika Serikat. Ketika Jenderal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggal 22 Agustus 1991, ribuan orang berkumpul memadati lapangan utama kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada diambang kehancuran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

Potret Sistem Internasional & Pembentukan Negara di Timur Tengah. Muhammad Qobidl `Ainul Arif, M.A. #Sesi 2, 24 Februari 2015

Potret Sistem Internasional & Pembentukan Negara di Timur Tengah. Muhammad Qobidl `Ainul Arif, M.A. #Sesi 2, 24 Februari 2015 Potret Sistem Internasional & Pembentukan Negara di Timur Tengah Muhammad Qobidl `Ainul Arif, M.A. #Sesi 2, 24 Februari 2015 Membedah Timur Tengah dalam Perspektif Strukturalisme Struktur hirarkis sistem

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Melalui Buku Pegangan yang diterbitkan setiap tahun ini, semua pihak yang berkepentingan diharapkan dapat memperoleh gambaran umum tentang proses penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini penulis akan menjelaskan, yakni tentang alasan peneliti

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini penulis akan menjelaskan, yakni tentang alasan peneliti BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan, yakni tentang alasan peneliti memilih judul kerjasama Rusia-Jerman dalam bidang gas, menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini. BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan invasi militer yang dilakukan oleh Israel ke Jalur Gaza yang di

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan invasi militer yang dilakukan oleh Israel ke Jalur Gaza yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan invasi militer yang dilakukan oleh Israel ke Jalur Gaza yang di mulai pada 27 Desember 2008 lalu, telah menarik perhatian dunia internasional, konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa belahan dunia. Salah satu dari konflik tersebut adalah konflik Israel

BAB I PENDAHULUAN. beberapa belahan dunia. Salah satu dari konflik tersebut adalah konflik Israel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdamaian dunia yang selalu dikumandangkan oleh Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB) sepertinya masih membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terwujud. Akibat berbagai hal

Lebih terperinci

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010 Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, 09-11-2010 Selasa, 09 November 2010 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat BAB V KESIMPULAN Perubahan iklim telah berdampak pada ekosistem dan manusia di seluruh bagian benua dan samudera di dunia. Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, keamanan

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 18 Januari Akan tetapi sebenarnya pejabat Israel telah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 18 Januari Akan tetapi sebenarnya pejabat Israel telah BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Israel sang negara teroris sekali lagi membantai muslim di Gaza, dan hal ini terjadi dipenghujung tahun 2008, yaitu dimulai pada tanggal 27 Desember 2008 sampai

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesanpesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi. 1 Media massa

Lebih terperinci

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur. BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

Negara Jangan Cuci Tangan

Negara Jangan Cuci Tangan Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)

Lebih terperinci

Eropa Pasca Perang Dingin.

Eropa Pasca Perang Dingin. Eropa Pasca Perang Dingin sudrajat@uny.ac.id/ Konstelasi Politik Global Runtuhnya Uni Soviet mengubah peta politik dunia dari bipolar menjadi multipolar. Amerika Serikat menjadi polisi dunia yang berusaha

Lebih terperinci

BAB I. Hubungan kedua negara berubah drastis paska insiden penembakan pesawat tempur Rusia oleh

BAB I. Hubungan kedua negara berubah drastis paska insiden penembakan pesawat tempur Rusia oleh BAB I A. Alasan Pemilihan Judul Melihat awal hubungan Rusia yang sangat dekat dengan Turki, kerjasama antara kedua negara sudah terjalin sangat lama, baik dalam bidang ekonomi, politik, militer dan infrastruktur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah.

Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah. Ia mendesak dunia Barat untuk mengambil langkah agar khilafah bisa dicegah. Ideologi tak pernah mati. Begitu juga Islam. Meski telah kehilangan institusinya sejak 3 Maret 1924, ideologi Islam tetap tertanam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. bergabung dengan Uni Eropa, dalam memperoleh keanggotaan sebagai pengguna mata

BAB V KESIMPULAN. bergabung dengan Uni Eropa, dalam memperoleh keanggotaan sebagai pengguna mata BAB V KESIMPULAN Yunani merupakan salah satu negara anggota Uni Eropa dan juga pengguna mata uang tunggal euro. Yunani menjadi anggota resmi Uni Eropa pada tahun 1981 dan menjadi salah satu negara yang

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. kawasan Eropa dan bagian bumi barat lainnya, Yunani disebut sebagai Greece.

BAB I. Pendahuluan. kawasan Eropa dan bagian bumi barat lainnya, Yunani disebut sebagai Greece. BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Yunani adalah negara yang memiliki peradaban tertua dikawasan benua Eropa. Nama resmi negara Yunani adalah Republik Hellenik atau Ellinki Dimokratia bila diucapkan

Lebih terperinci

RESUME PERUBAHAN SIKAP CHILE TERHADAP KONFLIK ISRAEL-PALESTINA

RESUME PERUBAHAN SIKAP CHILE TERHADAP KONFLIK ISRAEL-PALESTINA 1 RESUME PERUBAHAN SIKAP CHILE TERHADAP KONFLIK ISRAEL-PALESTINA Konflik di Israel dengan negara-negara Arab di Timur Tengah terjadi karena adanya dua kelompok masyarakat berbeda Israel, dari bangsa Yahudi,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya semua manusia mendambakan untuk hidup dalam suasana damai, tenteram, dan sejahtera, bahkan tak satupun makhluk hidup ini yang suka akan penderitaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

Mali Diinvasi Asing, PBB tak Ambil Pusing

Mali Diinvasi Asing, PBB tak Ambil Pusing Negara Mali menjadi rebutan negara-negara Barat. Prancis, sebelum keduluan negara lain, menginvasi negeri itu dengan mengirimkan tentaranya. Perserikatan Bangsa-Bangsa diam seribu bahasa terhadap kondisi

Lebih terperinci

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama

BAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama BAB V Kesimpulan Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama ekonomi melalui perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa negara secara bilateral, seperti perjanjian perdagangan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya hubungan perdagangan antar negara, maka semakin meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia dan barang-barang/kargo.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina.

Lebih terperinci

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6181 PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 12) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara study literatur yang data-datanya diperoleh dari buku, jurnal, arsip, maupun artikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun multilateral antar negara biasanya mengalami suatu kondisi dinamika pasangsurut yang disebabkan

Lebih terperinci