BAB IV ANALISIS PENDAPAT SHAHRUR TENTANG MEKANISME AUL DAN RADD DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS PENDAPAT SHAHRUR TENTANG MEKANISME AUL DAN RADD DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS PENDAPAT SHAHRUR TENTANG MEKANISME AUL DAN RADD DALAM HUKUM KEWARISAN ISLAM A. Analisis Pemikiran Shahrur Tentang Hukum Kewarisan Islam Dari uraian bab sebelumnya dapat dilihat bahwa al-islam salih li kuli zaman wa makan menjadi konsep kunci bagi Shahrur untuk melakukan konstruksi baru dalam pemikiran keislaman. Dibanding dengan pemikir muslim lain, Shahrur adalah sosok pemikir radikal. Dia membuang hampir seluruh peninggalan tradisi fiqih dan mengajak seluruh kaum muslimin memiliki komitmen pada diri mereka untuk memikirkan berbagai permasalahan yang kurang dikembangkan dalam fiqh tradisional, Shahrur menekankan pembacaan ulang terhadap ayat-ayat at- Tanzil al-hakim seperti ayat-ayat tentang pembagian harta waris. Shahrur menawarkan konsep baru dalam menafsirkan ayat-ayat hukum seperti, pandangan bahwa perkataan Nabi bukanlah wahyu, Ijma' bukanlah konsensus ulama' yang sudah meninggal dunia, melainkan konsensus para ulama' yang masih hidup, dan Qiyas (analogi) yang berarti mengajukan buktibukti materi bukan menganologikan sesuatu yang ada saat ini dangan sesuatu yang telah tiada, dengan berinteraksi dengan al-qur'an atas dasar ini, maka akan mampu menyelesaikan problematika yang berkembang dalam Islam. 60

2 61 Dalam rekonstruksi pemikiran keislamannya, Shahrur menggunakan pendekatan linguistik, 1 karena yang dikaji adalah teks Al-Qur'an. 2 Sebagai seorang saintis, tipikal keilmuan yang mengedepankan sifat empiris, rasional dan ilmiah sangat mewarnai landasan metodologis pemikirannya. Adapun metode yang digunakan dapat disimpulkan paling tidak Shahrur menggunakan dua macam metode inti dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an khususnya tentang ayat-ayat pembagian harta waris yaitu: 1. Analisis Linguistik (Linguistikal Analysis) Metode ini dalam bahasa Shahrur disebut sebagai al-manhaj at- Tarikhi al-ilm fi Dirasah al-lughawiyyah (metode historis ilmiah studi bahasa). Metode ini diaplikasikan Shahrur dengan mencari makna kata dengan menganalisis hubungan suatu kata dengan kata lain yang berdekatan atau berlawanan (cross examination) sebab menurut Shahrur kata itu tidak mempunyai sinonim. Berkaitan dengan metode pertama ini, Shahrur menerapkan teori linguistic yang pernah dikemukakan oleh al-jurjani yaitu: 1) Terdapat kesesuaian antara bahasa dan pemikiran, 2) Pemikiran manusia tentang aturan kebahasaaan tidaklah berkembang sempurna sekaligus tetapi tumbuh dan sempurna sejalan dengan problematika yang dihadapi oleh pemikiran manusia dan, 1 Linguistik yaitu penelaahan bahasa secara ilmu pengetahuan, tujuan utamanya adalah mempelajari bahasa (hubungan suatu bahasa dengan bahasa lain) lihat Departemen P&K, ensiklopedia umum, proyek pengembangan perpustakaan Jawa Tengah 1984, hlm Muhammad In'm Esha, M. Syahrur, Teori Batas, dalam A. Khudori Soleh (ed), Pemikiran Islam Kontemporer, Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2003, hlm. 304.

3 62 3) Tidaklah terdapat sinonim dalam bahasa arab. Disamping al-jurjani, metode Shahrur juga dipengaruhi oleh pemikiran Ibn Faris, yaitu: 1) Bahasa itu beraturan 2) Bahasa muncul secara bersama dan strukturnya tbahasa muncul secara bersama dan strukturnya terkait dengan jabatannya dalam bahasa dan, 3) Terdapat kesesuaian antara bahasa dan pemikiran, karena bahasa itu berkembang terus. 3 Analisis linguistik ini dalam prakteknya digabungkan oleh Shahrur dengan metode tematik (dalam bahasa Shahrur adalah at-tartil) yaitu dengan mengumpulkan sejumlah ayat dan kemudian secara intrateks dan interteks, ayat-ayat tersebut dianalisis secara kebahasaaan. Metode penggabungan ayat ini oleh Sahiron Syamsuddin disebut dengan metode intratekstualitas. 4 Selanjutnya dengan berdasarkan dari metode linguistiknya "kata adalah ekspresi dari makna", maka Shahrur dalam mengumpulkan ayatayat yang berserakan dengan menggunakan pendekatan sematik, 5 dengan analisa paradigmatik dan sintagmatis. Analisa sintagmatis adalah memahami makna teks dengan mengaitkannya pada konsep-konsep lain yang berdekatan atau berlawanan sedang analisis sintagmatis adalah 3 Muhammad In'm Esha, Pembacaan Kontemporer Al-Qur'an: Studi Terhadap Pemikiran Muhammad Shahrur dalam Al-Tahrir Jurnal Pemikiran Islam, STAIN Ponorogo, Vol. 4, No. 1, Januari 2004, hlm Sahiron Syamsuddin, (ed), Metode Intratekstualitas Muhammad Shahrur dalam Penafsiran Al-Qur'an, dalam Studi Al-Qur'an Kontemporer Wacana Baru Berbagai Metodologi Tafsir, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002, hlm Semantik adalah Ilmu yang berhubungan dengan fenomena makna dalam pengertian yang lebih luas dari kata. Dalam filologi istilah ini menunjukkan pada studi histories berorientasi empiris, tentang perubahan-perubahan makna dalam perkataan (Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000, hlm. 981)

4 63 memahami makna teks dalam kaitannya dengan hubungan linier kata-kata disekelilingnya Penerapan Ilmu-ilmu Eksakta Modern Metode ini diakui Shahrur sendiri dalam bukunya "Nahw Usul Jadidah al-fiqh al-islami," dia memaparkan sebagai berikut: "Sesungguhnya ilmu-ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu eksakta mempunyai hubungan dengan pemahaman dan aplikasi ayat-ayat tentang pembagian harta waris, dalam mengaplikasikan dan memahami ayat-ayat waris disamping dengan menggunakan teori matematika klasik, kami juga menggunakan teknik analitik (al-handasah at-tahliliyah), matematika analitik (at-tahlil ar- Riyadi) dan teori himpunan dalam matematika modern." 7 Metode ini bisa disebut dengan metaforik saintifik yang diadopsi dari ilmu-ilmu eksakta modern seperti matematika analitik, teknik analitik dan teori himpunan), disamping itu Shahrur juga memperhatikan perkembangan ilmu-ilmu sosial dalam memperkuat penafsirannya, sebelumnya Shahrur melihat beberapa problem dalam penafsiran konvensional diantaranya terdapat problem epistemologi yaitu bahwa penafsiran konvensional terhadap ayat-ayat waris masih terpaku pada penerapan teori matematika klasik (al-amaliyyat al-hisabiyyah al-arba') yang terfokus pada proses penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Disamping itu juga terdapat problem sosial politik dimana tradisi patriakhis dan politik sangat mempengaruhi pada penafsiran 6 Sahiron Syamsuddin, op.cit., hlm Muhammad Shahrur, Metodologi fiqh Islam Kontempoprer, terj. Sahiron Syamsuddin, yogyakarta: elsaq press, 2004, hlm.180

5 64 konvensional, akibatnya wanita hampir selalu merupakan pihak yang diperlakukan secara kurang adil. Selain itu hukum waris konvensional menekankan perhatiannya pada bagian-bagian individu bukan bagian kelompok. 8 Lebih lanjut Shahrur menyatakan bahwa hukum waris telah dijelaskan dalam ayat-ayat at-tanzil al-hakim (al-qur an), namun hukum ini telah diterapkan oleh masyarakat muslim berdasarkan pemahaman para ahli fiqih yang dipengaruhi oleh tradisi dan budaya lokal pada abad-abad pertama Islam (diluar ketentuan dari ayat-ayat Al-Qur'an) yang termuat dalam buku-buku faraidl. Berkaitan dengan tetapnya teks dan bergeraknya kandungan makna, dari sini Shahrur menegaskan bahwa hendaknya dibedakan antara ayat-ayat waris dalam at-tanzil dengan ilmu faraid dalam tradisi fiqh, dengan kata lain ayat-ayat waris dalam at-tanzil adalah satu hal sementara ilmu faraidl dalam tradisi tidak tetap tetapi mengalami proses. 9 Oleh karena itu pembacaan ulang terhadap ayat-ayat at-tanzil perlu dilakukan. Untuk mengatasi problem-problem tersebut, Shahrur menawarkan metode baru dalam menafsirkan ayat-ayat waris yaitu dengan menerapkan ilmu eksakta seperti matematika analitik, teknik analitik dan teori himpunan disamping matematika klasik masih tetap dipergunakan serta menafsirkan ulang ayat-ayat waris. 8 Ibid., hlm Ibid.

6 65 Dari sini dapat dilihat bahwa Shahrur menggunakan metode dekonstruktif dalam melakukan penelitian terhadap pemikiran keislaman dan memulai suatu penelitian baru dengan perspektif baru pula. Terkait dengan pembacaan ulang terhadap ayat-ayat At-Tanzil tentang pembagian waris. Shahrur tidak terikat dengan perspektif, nalar sosial ataupun nalar politik masa lalu yang menganut pola pikir patriakhis dalam memahami makna ayat-ayat waris dan konsep sisa harta waris (asabah) dan hubungan darah garis ibu. Jika diselidiki secara mendalam tentang dasar utama dari hukum Islam, ternyata faraidl yang telah berkembang sampai saat ini terdiri dari dua unsur: Pertama; hukum adat dan kebiasaan yang berlaku dikalangan suku-suku arab sebelum Islam dan membiarkan dasar-dasar hukum adat Arab tetap berlaku kecuali diubah secara tegas oleh ketentuan dalam Al- Qur'an. Kedua; peraturan-peraturan dalam Al-Qur'an yang membawa perubahan yang tegas kepada adat-adat masyarakat arab zaman jahiliyah. 10 Dengan datangnya Islam, bangsa Arab kemudian menyesuaikan hukum adat mereka, apabila ada bagian hukum adat yang bertentangan dengan Al-Qur'an maka akan diubah sedangkan selebihnya masih dipakai. Apa yang bertentangan atau tidak bertentangan itu tergantung pula dari 10 Abdullah Siddik, Hukum Waris Islam dan Perkembangannya di Seluruh Dunia Islam, Jakarta: Widjaya, 1984, hlm. 49.

7 66 penafsiran mereka yang dipengaruhi oleh pikiran patrilineal masyarakat Arab. Hal tersebut bisa dilihat bahwa faraidl yang telah berkembang saat ini masih tetap bertahan kepada asas hukum adat Arab, yang masih mementingkan konsep 'Asabah (ahli waris garis bapak lebih utama dari ahli waris garis ibu) meskipun sudah menganggap kelompok dzawil furudh, satu pembaharuan dari ketentuan Al-Qur'an yang lebih baik dari sistem ashabah bangsa Arab jahiliyah dan menempatkan kelompok dzawil furudh lebih utama dari ashabah, namun pada hakekatnya dalam ilmu faraidl tetap bertahan kepada 'ashabah sebagai ahli waris utama. 11 Hal ini tentu saja berbeda dengan pemikiran Shahrur tentang hukum waris dengan metode dekonstruktif, ia menekankan pembacaan ulang terhadap ayat-ayat waris dan melakukan pembongkaran besarbesaran terhadap seluruh peninggalan tradisi fiqih dan meletakkan dasardasar baru fiqh yang sesuai dengan Al-Qur'an. Dengan adanya perbedaan cara berpikir maka produk hukum yang dihasilkan juga berbeda. Dalam ilmu faraidl yang kita pahami sekarang, mengelompokkan ahli waris kedalam tiga kelompok keutamaan, yaitu: 1. Kelompok dzawil furudh yaitu ahli waris yang bagiannya telah ditentukan dalam Al-Qur'an. 2. Kelompok 'Ashabah yaitu (kata ashabah berasal dari kata 'ushbah pengertian 'ushbah menurut masyarakat Arab yang patrilineal masih 11 Ibid., hlm. 339.

8 67 tetap dipertahankan yaitu yang berarti ahli waris di garis bapak lebih utama dari ahli waris garis ibu) ahli waris yang menerima bagian sisa kecil dari harta waris. 3. Kelompok dzawil arhman yaitu ahli waris dari garis ibu. 12 Sedangkan Shahrur dalam kajiannya terhadap ayat-ayat waris mengemukakan bahwa ahli waris adalah orang yang telah disebutkan serta bagiannya telah ditetapkan dalam ayat-ayat waris, kemudian Shahrur membagi ahli waris kedalam dua kelompok: - Kelompok pertama yaitu kelompok keluarga yang menduduki posisi utama dalam pembagian waris yaitu generasi terdekat penerima waris yang terdiri dari keluarga menurut garis cabang (furu' anak-anak kebawah), keluarga menurut garis ushul (kedua orang tua keatas) dan suami atau istri. - Kelompok kedua yaitu kategori saudara laki-laki/ perempuan kedudukan saudara dalam waris adalah sama baik dari ibu atau dari bapak. 13 Dari ketentuan tersebut dapat kita lihat bahwa Shahrur tidak mengakui adanya kelompok 'ashabah dan kelompok dzawil arham dan serta pihak paman baik dari ibu atau bapak, anak laki-laki paman dan seterusnya yang tidak disebut secara eksplisit dalam ayat waris adalah pihak yang tidak berhak memperoleh bagian harta waris. 12 TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, Fiqhul Mawaris: Hukum-hukum Waris dalam Syari'at Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1973, hlm Muhammad Shahrur, op.cit., hlm. 296.

9 68 Berkaitan dengan teori ketidakadaan sinonimitas dalam linguistik Arab, diaplikasikan oleh Shahrur dalam seluruh karyanya, terkait dengan kajiannya tentang ayat-ayat waris, Shahrur membedakan nuansa makna kata seperti kata walad (pluralnya adalah awlad) menurut Shahrur tidak sama persis artinya dengan kata dhakar (yang berarti jenis kelamin lakilaki baik sudah dewasa atau masih anak-anak) dan berbeda pula maknanya dengan kata Ibn (yang berarti hanya anak laki-laki).menurut Shahrur kata awlad yang merupakan bentuk jama dari kata walad mengandung pengertian maskulin (anak laki-laki) dan juga feminin (anak perempuan), karena dalam bahasa Arab tidak dijumpai bentuk feminin pada kata alwalad, pemaknaan kata walad yang berarti hanya anak laki-laki saja merupakan pemaksaan yang menyalahi salah satu keistimewaan bahasa Arab yang memiliki kosa kata berbentuk maskulin yang sekaligus mengandung arti feminin. 14 Kata walad juga mencakup pengertian seluruh manusia yang hidup di bumi, oleh karena itu prinsip waris mencakup seluruh kemungkinan kasus pewarisan yang dialami oleh seluruh penduduk bumi dan berlaku bagi setiap insan yang dilahirkan, dari sini Shahrur menegaskan bahwa firman Allah: كم ا و لاد ف ي الل ه ي وص يك م adalah wasiat Allah yang menjelaskan bagian laki-laki dan perempuan dalam kondisi bersama-sama yaitu bergabungnya dua jenis kelamin bukan dalam kondisi sendirian (misalnya laki-laki dan perempuan, ibu dan bapak, saudara laki-laki dan saudara 14 Ibid., hlm. 234.

10 69 perempuan, duda dan janda) untuk kasus yang ada hanya anak laki-laki saja atau hanya ada anak perempuan saja yang hanya dimiliki orang tuanya, maka pembagian diantara mereka adalah sama rata, sehingga tidak akan didapati setengah (1/2) bagian sisa jika membagi ½ bagian untuk satu-satunya anak perempuan yang dimiliki orang tuanya atau 1/3 bagian sisa jika membagi 2/3 bagian untuk dua perempuan atau lebih yang tidak memiliki atau bersama-sama dengan saudaranya laki-laki padahal dalam ayat yang tidak disebutkan siapa saja yang berhak menerimanya. Disamping dalam struktur kata Shahrur juga membedakan nuansa makna kata antara struktur kalimat seperti: (bagi seorang anak laki-laki bagian semisal ل لذ ك ر م ث ل ح ظ ال ا ن ث ي ي ن 1) bagian dua anak perempuan) dengan struktur kalimat lain, seperti. (bagi seorang anak laki-laki dua kali lipat bagian للذ آرمثلا ح ظ الا نث ى 2) seorang anak perempuan) atau nuansa makna kata dari (bagi seorang anak laki-laki bagian semisal ل لذ ك ر م ث ل ح ظ ى ال ا ن ث ي ي ن 3) dua bagian untuk dua anak perempuan) Untuk struktur kalimat pertama terdapat penggandaan jumlah perempuan, pada kondisi terdapat variabel pengikut (tabi') dan variabel peubah yaitu jumlah perempuan yang bernilai 1, 2 atau lebih sampai tak terhingga, disini Shahrur menyatakan bahwa seakan-akan Allah menyatakan "perhatikan bagian yang telah kalian tentukan untuk dua perempuan lalu berikanlah semisal itu kepada pihak laki-laki" karena dilihat dari logika teoritis dan aplikasi ilmiah manapun tidak masuk akal mengetahui dan menentukan semisal sesuatu (bagian laki-laki) sebelum mengetahui dan menentukan batasan sesuatu yang dimisalkan tersebut,

11 70 disini berarti bahwa perempuan adalah dasar atau titik tolak dalam penentuan bagian masing-masing pihak. 15 Dari sini dapat dilihat bahwa Shahrur menggunakan cabang dari ilmu eksakta modern yaitu variabel pengikut dan variabel peubah dalam menafsirkan ayat-ayat waris. Dalam matematika konsep variabel pengikut dan variabel peubah digambarkan dengan rumus persamaan fungsi y = f (x), nilai dipengaruhi oleh nilai x, disini y adalah variabel pengikut dan x adalah sebagai variabel peubah, nilai y dipengaruhi oleh nilai x, apabila nilai x mengalami perubahan maka nilai y juga ikut berubah. 16 Dengan menggunakan metode dari ilmu-ilmu eksakta modern dalam menafsirkan ayat-ayat waris, Shahrur menyimbolkan laki-laki dengan (y) sebagai variabel pengikut dan perempuan dengan simbol (x) sebagai variabel peubah, penyebutan laki-laki lebih dahulu daripada perempuan dalam ayat ظ ا لا ن ثي ي ن ل ل ذ كر م ثل ح karena posisinya adalah sebagai variabel pengikut, sedangkan perempuan disebut dengan jumlah satu, dua sampai tak terhingga (1, 2, ~) karena posisinya adalah sebagai variabel peubah, karena sebagai variabel peubah, posisi perempuan dalam hal ini adalah dasar dalam perhitungan waris, jika hanya pihak perempuan yang disebut dalam ayat maka secara otomatis menyertakan pihak laki-laki sebagai kebalikannya seperti penyebutan ibu (al umm) tanpa penyebutan 15 Ibid., hlm Departemen Pendidikan Nasional, Ensiklopedi Matematika dan Peradaban Manusia: Referensi dan Petunjuk Lengkap untuk Matematika, Proyek Pengembangan Sistem dan Standart Perbukuan Dasar dan Menengah, 2003, hlm

12 71 bapak dalam ayat ال ث ل ث فل ا م ه ا ب و اه ثه و و ر و لد له كن ي لم فا ن 17 Dalam hal ini bagian laki-laki yang berposisi sebagai variabel pengikut (y) ditetapkan batasannya setelah bagian perempuan ditetapkan, karena sebagai variabel pengikut nilai y berubah dan berganti sesuai dengan perubahan bagian perempuan (x), jadi nilai laki-laki tidak selamanya tetap dengan dua kali perempuan Untuk sistem penyelesaian pembagian harta waris, Shahrur menekankan wasiat dan hutang sebagai dasar pembagian, keberadaan wasiat dan hutang akan menangguhkan pembagian harta waris hal ini م ن ب ع د و ص ي ة ي وص ي ب ه ا ا و د ي ن berdasarkan pada firman Allah SWT Dalam kondisi ketika wasiat dan hutang belum mencakup harta keseluruhan maka sisa harta (setelah ditunaikannya wasiat dan dibayarkannya hutang) dibagikan untuk suami atau istri (jika ada) sisa hasil dari suami atau istri dibagikan kepada ibu-bapak (jika ada), disini Shahrur memahami bahwa firman Allah مما ترك (Qs. An-Nisa': 11) (dari harta yang ditinggalkannya) yang berarti bahwa ada bagian lain yang harus ditunaikan sebelum bagian ibu-bapak diberikan yaitu bagian suami atau istri (jika ada), dengan demikian bagian ibu-bapak diberikan setelah harta 17 Karena hukum waris diturunkan untuk menjelaskan bagian untuk laki-laki dan perempuan dalam kondisi bersama-sama bukan dalam kondisi sendirian. Disamping itu dalam prinsip-prinsip pembacaan kontemporer Shahrur menyatakan bahwa at-tanzil al-hakim memiliki tingkatan tertinggi dalam hal kefasihan dan ia adalah satu-satunya kitab yang dalam seluruh ayatayatnya memperlihatkan batas pemisah antara pemanjangan (takwil), kalimat yang menjemukan dan peringkasan (ijaz) oleh karena itu kita harus mampu membaca apa yang tidak tersurat, seperti dalam ayat-ayat pembagian warisan yang tidak menyebutkan laki-laki. Lihat Muhammad Shahrur, Nahw Ushul Jadidah Li al-fiqh al-islami, Damaskus: al-ahali Li-Thiba'at Wa al-nasyr Wa al- Tauzi,l 2000, hlm. 190

13 72 dipotong bagian suami atau istri sisa hasil setelah bagian untuk ibu-bapak seluruhnya diberikan kepada anak-anak baik laki-laki maupun perempuan sesuai dengan jumlah mereka. 18 Lebih lanjut menurut Shahrur untuk ketentuan bagian waris saudara ditetapkan ketika tidak ada garis cabang dan asal (pada kondisi kalalah), karena sebagai ahli waris yang menduduki peringkat kedua, keberadaan ahli waris kelompok pertama akan menghalangi saudara mendapatkan harta waris. Berdasarkan ayat 12 surat an-nisa' Allah menetapkan bagian waris saudara pada kondisi kalalah dan menetapkannya dalam ayat waris bagi suami-istri maka ketentuan tersebut berlaku ketika ada suami atau istri, bukan ketika suami atau istri tidak ada dan ketentuan bagian tersebut merupakan batas maksimal untuk saudara karena sisa setelah bagian saudara, adalah merupakan bagian suami atau istri. Dengan analisis linguistiknya Shahrur menyatakan bahwa firman Allah م ض ار غ ي ر dalam surat an-nisa': 12, (memberi madlarat pada ahli waris), kata mudarr berasal dari kata kerja darra yang memiliki tiga pengertian; pertama, ad-durr (bahaya) lawan kata dari annaf (manfaat), kedua ad-durr berasal dari kata ad-darrah yang berarti istri kedua, ketiga, ad-durr yang memiliki pengertian terbebani oleh kesulitan, dalam pengertian ini menurut Shahrur ad-durr adalah bahaya lawan kata dari an-naf (manfaat) dalam arti jika sisa harta setelah bagian saudara diberikan kepada orang lain yang tidak disebut dalam ayat 18 Muhammad Shahrur, op cit., hlm. 263.

14 73 waris, maka akan terjadi bahaya besar (darur kabir) bagi suami atau istri yang lebih berhak mewarisinya karena suami atau istri adalah pewaris paling asasi dan paling dekat (al-aqrab). 19 Hal ini berbeda dengan para ahli tafsir, menurut ahli tafsir bahwa yang dimaksud dengan "memberi madlarat kepada ahli waris" adalah tindakan-tindakan seperti berwasiat lebih dari sepertiga harta peninggalan dan berwasiat dengan maksud mengurangi harta warisan, sekalipun kurang dari sepertiga. 20 Lebih lanjut menurut Shahrur jika dalam kondisi ketika tidak ada suami atau istri, furu' dan usul, maka seluruh harta diwariskan kepada saudara berdasarkan atas ketentuan dalam ayat 176 surat an-nisa' warisan tersebut tidak berpindah kepada anak-anak mereka. B. Aplikasi Penyelesaian Pembagian Harta Waris Tanpa 'Aul dan Radd Menurut Shahrur Dalam bab-bab sebelumnya penulis sudah memaparkan mengenai konsep umum tentang kewarisan dimana terjadi perbedaan pendapat mengenai masalah aul dan radd. Mekanisme 'aul ditempuh apabila dalam penyelesaian pembagian waris terjadi jumlah bagian ashabul furudh melebihi dari jumlah harta yang akan dibagi, masalah ini belum muncul pada masa Rasulullah dan Abu Bakar, 'aul merupakan masalah yang ijtihadi, ini ditempuh sebagai konsekwensi tidak adanya petunjuk nash yang sharih baik dari al-qur'an maupun al-hadis yang disepakati oleh para fuqaha. Sedang mekanisme radd ditempuh apabila dalam 19 Ibid., hlm Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-2, 1992, hlm. 231.

15 74 penyelesaian pembagian waris terjadi jumlah bagian-bagian ashhabul furudh kurang dari jumlah harta yang akan dibagi, sedang ahli waris yang ashabah tidak ada, yang dijadikan landasan hukum penerimaan radd oleh mayoritas ulama adalah surat al-anfal ayat 75, pada kenyataannya ayat tersebut ditujukan kepada ahli waris dzawil arham. Dalam pembahasan fiqh mawaris dzawil arham digunakan untuk menunjuk ahli waris yang tidak termasuk ke dalam ahli waris ash-habul furudh dan ashabah, bahkan ada yang mengatakan bahwa mereka bukan ahli waris, sebagai mana yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa ayat-ayat waris dalam at-tanzil al-hakim menurut Shahrur hanya berada pada tiga tempat yaitu ayat 11, 12, 176 surat an-nisa dan ketentuan ahli waris serta bagiannya adalah mereka yang disebut dalam ketiga ayat tersebut. Shahrur tidak mengakui adanya kelompok ashabah dan kelompok dzawil arham serta pihak paman, sebagaimana para ahli faraid memahaminya. Dalam hal ini menurut shahrur bahwa mekanisme aul dan radd terlahir dari pemaksaan empat pola perhitungan klasik (al-amaliyat alhisabiyyah al-arba ) yang terfokus pada penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, karena tidak masuk akal bahwa Allah menetapkan bagi hamba-nya sebuah hukum yang bersifat kekal namun hukum tersebut tidak memiliki ketelitian sehingga membutuhkan jalan keluar berupa aul dan radd. Apa yang dikatakan shahrur di atas adalah sebuah realitas yang harus kita terima dengan jujur, satu keinginan Shahrur adalah ingin membuat fiqh

16 75 menjadi dinamis, maka dia menekankan pembacaan ulang terhadap ayat-ayat dalam at-tanzil al-hakim. Berikut ini akan dikemukakan contoh kasus pembagian waris serta aplikasi penyelesaiannya. Contoh kasus aul : Seorang wafat meninggalkan ahli waris suami, ibu dan dua anak perempuan, harta yang ditinggalkan setelah ditunaikan wasiat dan dibayarkan hutang adalah sebesar Rp maka bagian masing-masing adalah sebagai berikut : Ahli waris Fard Dari Am.12 penerimaan Suami ¼ 3 3/12 x Rp = Rp Ibu 2 anak pr 1 / 6 2 2/12 x Rp = Rp / 3 8 8/12 x Rp = Rp Jumlah = Rp Dengan demikian terjadi kekurangan harta sebesar Rp , maka penerimaan masing-masing ahli waris harus dikurangi secara proporsional dengan mekanisme aul yaitu menaikkan angka penyebut yang semula 12 dinaikkan sebesar angka pembilangnya yaitu 13, dengan demikian bagian masing-masing ashhabul furudh menjadi ; Suami 3/13 x Rp = Rp Ibu 2/13 x Rp = Rp anak pr 8/13 x Rp = Rp Jumlah = Rp

17 76 Adapun penyelesaian menurut Shahrur adalah sebagai berikut : - Suami mendapat seperempat dari harta waris yaitu, 1 x Rp = Rp Sisa harta pertama sebesar Rp Ibu mendapat seperenam dari sisa harta pertama yaitu, 1 x Rp = Rp Sisa harta kedua sebesar Rp Dua anak perempuan mendapat sisa harta setelah Diambil oleh suami dan ibu yaitu sebesar = Rp Jumlah = Rp Contoh kasus Radd Seorang wafat meninggalkan ahli waris yang terdiri dari ibu dan seorang anak perempuan, harta yang ditinggalkan pewaris setelah ditunaikan wasiat dan dibayarkan hutang adalah sebesar Rp , maka bagian masing- masing ahli waris adalah sebagai berikut : Ahli waris Fard Dari Am. 6 Penerimaan Ibu 1/6 1 1/6 x Rp = Rp anak pr ½ 3 3/6 x Rp = Rp Jumlah = Rp Dengan demikian terdapat kelebihan harta sebesar Rp , maka sisa harta tersebut dikembalikan kepada ashhabul furudh dengan mekanisme radd yaitu dengan cara menurunkan angka penyebut yaitu 6 diturunkan sebesar angka pembilangnya yaitu 4, dengan demikian bagian masing-masing ahli waris menjadi

18 77 Ibu ¼ x = Rp Seorang anak pr ¾ x = Rp Jumlah = Rp Adapun penyelesaian menurut Shahrur adalah sebagai berikut : Ibu mendapat 6 1 dari harta yaitu, 1 x Rp = Rp Menyisakan harta sebesar Rp Seorang anak perempuan mendapat sisa harta Setelah diambil oleh ibu yaitu sebesar = Rp Jumlah Rp Dari beberapa uraian dan contoh kasus yang telah penulis paparkan didapati bahwa penyelesaian pembagian waris menurut Shahrur tidak terdapat selisih lebih ataupun selisih kurang dari harta yang akan dibagikan karena harta sudah terbagi secara keseluruhan, dengan demikian penyelesaian dengan mekanisme 'aul dan radd didalam perhitungan waris tidak perlu digunakan. Shahrur menawarkan metode baru dalam menafsirkan ayat-ayat waris salah satunya dengan penerapan ilmu eksakta modern disamping matematika klasik masih tetap digunakan, dengan menggunakan konsep variabel pe'ubah dan pengikut dalam menafsirkan ayat waris Shahrur menyimbolkan laki-laki sebagai variabel pengikut (y) dan perempuan sebagai variabel peubah (x), karena sebagai variabel pengikut nilai y selalu berubah sesuai dengan

19 78 perubahan nilai x (perempuan), jadi nilai laki-laki tidak selamanya tetap dengan dua kali bagian perempuan. Dalam teori batasnya Shahrur bahwa ketentuan surat an-nisa' ayat 11 adalah merupakan ayat yang menyebutkan batas maksimal dan batas minimal sekaligus dimana dalam batas hukum ini ditetapkan batas maksimal laki-laki dua kali perempuan dan batas minimal perempuan adalah setengah(0,5) lakilaki dan ijtihad bergerak diantaranya dengan melihat keterlibatan perempuan. 21 Dalam hal ini dapat digambarkan sebagai berikut yang dirumuskan dengan perubahan variabel x (perempuan); - Jika terdiri dari dua perempuan maka bagi seorang laki-laki bagian yang sama dengan bagian 2 perempuan yaitu 1/2 bagian untuk 2 perempuan dan ½ bagian sisanya merupakan bagian laki-laki. Kriteria ini berlaku pada segala kasus dimana jumlah perempuan dua kali dari jumlah laki-laki, ini ل ل ذ كر م ثل ح ظ ا لا ن ثي ي ن yaitu; adalah batas pertama hukum waris - Jika perempuan lebih dari dua sampai tak terhingga, maka bagian yang diperoleh adalah 2/3 dan 1/3 sisanya merupakan bagian laki-laki. Kriteria ini berlaku pada segala kasus dimana jumlah perempuan lebih besar dua kali dari jumlah laki-laki. Ketentuan ini merupakan batas kedua hukum فا ن كن ن س اء فو ق ا ث ن تي ن ف له ن ث ل ثا م ا تر ك waris yaitu; - Jika perempuan itu sendiri maka bagian yang diperoleh ½ dan ½ bagian sisanya merupakan bagian laki-laki, kriteria ini berlaku pada segala kasus 21 Muhammad Shahrur, al-kitab wa al-qur'an; Qira'ah al-muasirah, Damaskus: al-ahali li Thiba'at wa al-nasyr wa al-tauzi, 1990, hlm. 630

20 79 dimana jumlah perempuan sama dengan jumlah laki-laki dan ketentuan ini و ا ن كا ن ت و اح د ة ف له ا الن ص ف yaitu; merupakan batas ketiga hukum waris Ketentuan bagian waris tersebut ditetapkan pada kondisi bergabungnya dua jenis kelamin, karena sesungguhnya ayat-ayat waris diturunkan pada kondisi bergabungnya dua jenis kelamin bukan dalam kondisi sendirian, misalnya laki-laki dan perempuan, ibu dan bapak, saudara laki-laki dan saudara perempuan, janda atau duda. Adapun pada kondisi waris sejenis seperti pewaris hanya meninggalkan anak laki-laki saja tanpa anak perempuan atau sebaliknya, maka penyelesaiannya cukup dibagi sama rata diantara mereka, jika menganggap hukum ini berlaku dalam kondisi individual (satu jenis kelamin saja) maka akan didapati setengah(1/2) bagian sisa jika membagi setengah (1/2) bagian untuk satu-satunya anak perempuan yang dimiliki orang tuanya, dan juga akan didapati sepertiga(1/3) bagian sisa jika membagi dua pertiga (2/3) bagian untuk dua perempuan atau lebih yang tidak bersama dengan saudaranya laki-laki, padahal dalam ayat tidak disebutkan siapa saja yang berhak menerimanya. Dari ketentuan tersebut dapat dilihat bahwa bagian laki-laki tidak selamanya tetap dengan dua kali bagian perempuan. Munculnya teori batas (limit) dan penerapan ilmu-ilmu pengetahuan modern yang ditawarkan Shahrur akan membawa warna baru dalam penafsiran al-qur'an oleh karena itu menurut penulis dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka semua itu bisa dipergunakan sebagai alat bantu dalam memahami ayatayat waris.

KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK LAKI-LAKI BERSAMA ANAK PEREMPUAN TUNGGAL

KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK LAKI-LAKI BERSAMA ANAK PEREMPUAN TUNGGAL 33 KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK LAKI-LAKI BERSAMA ANAK PEREMPUAN TUNGGAL FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 4 Tahun 2004 Tentang KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu hal yang tidak dapat dihindari adalah setiap orang tentu akan meninggal, baik ia seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETENTUAN PEMBIAYAAN KREDIT SINDIKASI Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya, maka hasil analisis Tinjauan Hukum Islam Terhadap Ketentuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di bidang Hukum Kewarisan, bahwa seorang cucu dapat menjadi ahli waris menggantikan ayahnya

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf KAIDAH FIQH ا ل ج ت ه اد ل ي ن ق ض ب ل ج ت ه اد Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Publication: 1438 H_2017 M Sebuah Ijtihad

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis terhadap Penentuan Bagian Waris Anak Perempuan. 1. Analisis terhadap Bagian Waris Anak Perempuan dan Cucu Perempuan

BAB IV. A. Analisis terhadap Penentuan Bagian Waris Anak Perempuan. 1. Analisis terhadap Bagian Waris Anak Perempuan dan Cucu Perempuan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Analisis terhadap Penentuan Bagian Waris

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT A. Analisis Terhadap Pemberian Wasiat Dengan Kadar Lebih Dari 1/3 Harta Warisan Kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditinggalkan atau berpindah dan menjadi hak milik ahli warisnya. Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. yang ditinggalkan atau berpindah dan menjadi hak milik ahli warisnya. Allah SWT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam telah menetapkan bila seseorang meninggal dunia, maka harta warisan yang ditinggalkan atau berpindah dan menjadi hak milik ahli warisnya. Allah SWT berfirman

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: AL-RA YU/IJTIHAD KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi al-ra yu atau Ijtihad dalam agama Islam. Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berkaitan dengan al-ra yu/ijtihad INDIKATOR: Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL A. Analisis Terhadap Pembagian Waris Secara Perdamaian Di Desa Tamanrejo Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama 58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP METODE PEMBAGIAN WARIS DENGAN CARA LOTRE DI DESA KEMLOKOLEGI KAB. NGANJUK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP METODE PEMBAGIAN WARIS DENGAN CARA LOTRE DI DESA KEMLOKOLEGI KAB. NGANJUK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP METODE PEMBAGIAN WARIS DENGAN CARA LOTRE DI DESA KEMLOKOLEGI KAB. NGANJUK A. Analisa Pembagian Waris Dengan Cara Lotre 1. Metode Pembagian Waris Masyarakat Desa Kemlokolegi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Hukum Warisan Islam Hukum waris islam adalah seperangkat peraturan tertulis berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Nabi tentang hal ihwal peralihan harta atau berwujud harta dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam agama Islam adalah tentang hukum waris, yakni pemindahan

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam agama Islam adalah tentang hukum waris, yakni pemindahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam yang dibawakan Nabi Muhammad SAW merupakan sebuah aturan yang lengkap dan sempurna yang mengatur segala aspek kehidupan untuk keselamatan dunia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kewarisan merupakan salah satu bentuk penyambung ruh keislaman antara

BAB I PENDAHULUAN. Kewarisan merupakan salah satu bentuk penyambung ruh keislaman antara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewarisan merupakan salah satu bentuk penyambung ruh keislaman antara pewaris dengan ahli waris, ada hak dan kewajiban yang melekat pada diri mereka (pewaris

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah :... Kelas : IX Mata Pelajaran : PAI Semester : 2 Standar (Al-Quran dan Al-Hadits): 8. Memahami al Qur an surat al-insyirah. Contoh 8.1 Menampilkan bacaan QS. al- Insyirah

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris 1 A. Pembagian Warisan Dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT PARA KIAI DI DESA SIDODADI KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARIS MELALUI WASIAT

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT PARA KIAI DI DESA SIDODADI KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARIS MELALUI WASIAT BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT PARA KIAI DI DESA SIDODADI KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARIS MELALUI WASIAT A. Analisis terhadap Pembagian Harta Waris melalui Wasiat di

Lebih terperinci

ISLAM dan DEMOKRASI (1)

ISLAM dan DEMOKRASI (1) ISLAM dan DEMOKRASI (1) Islam hadir dengan membawa prinsip-prinsip yang umum. Oleh karena itu, adalah tugas umatnya untuk memformulasikan program tersebut melalui interaksi antara prinsip-prinsip Islam

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier.

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier. BAB V ANALISIS Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa terdapat perbedaan pendapat di membolehkan keluar rumah dan berhias bagi wanita karier dan ada yang melarang keluar rumah dan berhias

Lebih terperinci

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Nasab Anak Hasil Hubungan Seksual Sedarah Dalam Perspektif Hukum Islam Pada bab dua telah banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan erat hubungannya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala sesuatu yang berkaitan dengan pewarisan erat hubungannya dengan sifat kekeluargaan yang dianut oleh suatu masyarakat. Sifat kekeluargaan menentukan segala sesuatunya

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU<R

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU<R BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 184 K/AG/1995 TENTANG KEDUDUKAN AHLI WARIS ANAK PEREMPUAN BERSAMA SAUDARA PEWARIS

BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 184 K/AG/1995 TENTANG KEDUDUKAN AHLI WARIS ANAK PEREMPUAN BERSAMA SAUDARA PEWARIS BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 184 K/AG/1995 TENTANG KEDUDUKAN AHLI WARIS ANAK PEREMPUAN BERSAMA SAUDARA PEWARIS A. Analisis Pertimbangan Hukum dalam Putusan MA. No. 184 K/AG/1995 A. Mukti

Lebih terperinci

Kaidah Fiqh. Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan. Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA

Kaidah Fiqh. Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan. Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA Kaidah Fiqh اخ ت ال ف الد ي ن ي ق ط ع الت و ار ث و ك ذ ل ك و ال ي ة الت ز و ي ج Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WASIAT WAJIBAH. wasiat dan wajib adalah sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WASIAT WAJIBAH. wasiat dan wajib adalah sebagai berikut. 16 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WASIAT WAJIBAH A. Pengertian Wasiat Wajibah Wasiat wajibah berasal dari dua kata, yaitu wasiat dan wajib. Secara umum, wasiat artinya adalah pesan. Sedangkan wajib artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Syariat Islam menetapkan aturan waris dengan bentuk yang sangat teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap manusia, baik laki-laki

Lebih terperinci

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM 53 BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Sistem Pemerataan Harta Warisan di Desa Balongwono dalam Perspektif Hukum Islam 1. Al-Qur an Allah SWT telah menentukan

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR: AL-QURAN KOMPETENSI DASAR Menganalisis kedudukan dan fungsi al-quran dalam agama Islam Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang melekat pada al-quran INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan fungsi

Lebih terperinci

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh: AL-HADIS KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi al-hadis dalam agama Islam. Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berkaitan dengan al-hadis INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan

Lebih terperinci

Bersama : H. Ahmad Bisyri Syakur,Lc.MA.

Bersama : H. Ahmad Bisyri Syakur,Lc.MA. Bersama : H. Ahmad Bisyri Syakur,Lc.MA http://warisislam.com http://wariscenter.com و الس م اء ر ف ع ه ا و و ض ع ال م يز ان )7( أ ل ت ط غ و ا ف ي ال م يز ان )8( و أ ق يم وا ال و ز ن ب ال ق س ط و ل ت خ

Lebih terperinci

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar 49 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI STANDARISASI PENETAPAN MAHAR DALAM PERNIKAHAN GADIS DAN JANDA DI DESA GUA-GUA KECAMATAN RAAS KABUPATEN SUMENEP A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan

Lebih terperinci

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan حفظه هللا Ustadz Kholid Syamhudi, Lc Publication : 1437 H / 2016 M WARISAN untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS A. Sebab-Sebab Terjadinya Penguasaan Tirkah Al-Mayyit Yang Belum Dibagikan Kepada Ahli Waris Harta peninggalan

Lebih terperinci

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan. ADAB ISLAMI : ADAB SEBELUM MAKAN Manusia tidak mungkin hidup tanpa makan. Dengan makan manusia dapat menjaga kesinambungan hidupnya, memelihara kesehatan, dan menjaga kekuatannya. Baik manusia tersebut

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS DI KAMPUNG ADAT PULO KABUPATEN GARUT DALAM PERSEPSI HUKUM ISLAM

BAB IV SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS DI KAMPUNG ADAT PULO KABUPATEN GARUT DALAM PERSEPSI HUKUM ISLAM BAB IV SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS DI KAMPUNG ADAT PULO KABUPATEN GARUT DALAM PERSEPSI HUKUM ISLAM Masyarakat di seluruh penjuru dunia pada umumnya telah mengenal hukum adat yang telah berlaku sebelum

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO Setelah memberikan gambaran tentang praktik pengupahan kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan dari si mayat kepada ahli waris yang masih hidup sudah terlaksana. Allah SWT sebagaimana termaktub dalam al-qur an.

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan dari si mayat kepada ahli waris yang masih hidup sudah terlaksana. Allah SWT sebagaimana termaktub dalam al-qur an. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak zaman sebelum Islam datang, kebiasaan saling mewarisi harta peninggalan dari si mayat kepada ahli waris yang masih hidup sudah terlaksana. Ketika Islam

Lebih terperinci

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK ARISAN JAJAN DENGAN AKAD MUDHARABAH DI TAMBAK LUMPANG KELURAHAN SUKOMANUNGGAL KECAMATAN SUKOMANUNGGAL SURABAYA A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf KAIDAH FIQH ت ش ر ع ال ق ر ع ة إ ذ ا ج ه ل ال م س ت ح ق و ت ع ذ ر ت ال ق س م ة Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) 24 Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmar (Inventasi) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) Majelis Ulama Indonesia, setelah MENIMBANG

Lebih terperinci

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31). Aurat? Sapa hayo yang... Nah, sobat UKKImuslimah, kita Aurat bagi wanita di hadapan lelaki asing, yang bukan mahramnya, adalah seluruh badannya. Ini diambil dari nash al-quran yang menyatakan: و لا ی ب

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah diciptakan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci ummat Islam yang diharapkan menjadi pembimbing dan pedoman dalam kehidupan. Didalamnya terkandung berbagai nilai dan konsep

Lebih terperinci

BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut definisi

BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut definisi 16 BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian dan Sumber Hukum 1. Pengertian Ahli waris adalah orang-orang yang berhak atas warisan yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut

Lebih terperinci

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) 36 PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 5 Tahun 2005 Tentang PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN) Majelis Ulama Indonesia,

Lebih terperinci

Akal Yang Menerima Al-Qur an, dan Akal adalah Hakim Yang Adil

Akal Yang Menerima Al-Qur an, dan Akal adalah Hakim Yang Adil Jawaban yang Tegas Dari Yang Maha Mengetahui dan Maha Merahmati Imam Mahdi Nasser Mohammad Al-Yamani Akal Yang Menerima Al-Qur an, dan Akal adalah Hakim Yang Adil Tidakkah kalian tahu bahwa akal adalah

Lebih terperinci

BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS. kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap kakek (leluhur laki -

BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS. kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap kakek (leluhur laki - BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS A. Pengertian dan Sumber Hukum. Pakar Hukum waris mengklasifikasikan kakek kepada dua macam, yaitu kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pelajaran yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan dan dapat dikatakan sebagai kunci ilmu pengetahuan adalah mata pelajaran bahasa khususnya mata pelajaran

Lebih terperinci

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT 40 KRITERIA MASLAHAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia melainkan seluruh makhluk ciptaan-nya

Lebih terperinci

Jawaban yang Tegas Dari Yang Maha Mengetahui dan Maha Merahmati

Jawaban yang Tegas Dari Yang Maha Mengetahui dan Maha Merahmati Jawaban yang Tegas Dari Yang Maha Mengetahui dan Maha Merahmati Imam Mahdi Nasser Mohammad Al-Yamani -Akal Yang Menerima Al Qur an, dan Akal adalah page 1 / 27 Hakim Yang Adil Tidakkah kalian tahu bahwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis terhadap aplikasi jual beli ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo. Jual beli ikan

Lebih terperinci

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu? "kemal pasa", k_pasa03@yahoo.com Pertanyaan : Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu? Jawaban : Tidak

Lebih terperinci

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r: Penetapan Awal Bulan dan Jumlah Saksi Yang Dibutuhkan hilal? Bagaimana penetapan masuknya bulan Ramadhan dan bagaimana mengetahui Dengan nama Allah I Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan bagi muslim dan muslimah, salah satunnya adalah hukum kewarisan. Yang mana hukum kewarisan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN 1. Analisis Terhadap Diskripsi Pinjam Meminjam Uang Dengan Beras di Desa Sambong Gede

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG A. Analisis Terhadap Ketentuan Pasal 182 Kompilasi Hukum Islam Tentang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006 BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006 A. Analisis Hukum Terhadap Landasan Penetapan Harta Bersama Dalam Permohonan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT maupun terhadap sesama umat

Lebih terperinci

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Pertanyaan Dari: Ny. Fiametta di Bengkulu (disidangkan pada Jum at 25 Zulhijjah 1428 H / 4 Januari 2008 M dan 9 Muharram 1429 H /

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 11-06-2017 16 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tadarus Al Qur an Al-Bukhari 4635-4637, 4643, 4644 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA Jama ah Jum at rahimakumullah Setiap muslim pasti bersaksi, mengakui bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasulullah, tapi tidak semua muslim memahami hakikat yang

Lebih terperinci

Analisis Hukum Islam terhadap Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 209 tentang Wasiat Wajibah Anak Angkat

Analisis Hukum Islam terhadap Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 209 tentang Wasiat Wajibah Anak Angkat Prosiding Peradilan Agama ISSN: 2460-6391 Analisis Hukum Islam terhadap Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 209 tentang Wasiat Wajibah Anak Angkat 1 Riza Pachrudin, 2 Tamyiez Derry, 3 Titin Suprihatin 1,2,3

Lebih terperinci

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam.

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam. Imam Nasser Muhammad Al-Yamani 18-11 - 1430 AH 06-11 - 2009 AD 12:41 am Tuhanmu Tidak Pernah Zhalim Kepada Siapapun Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta

Lebih terperinci

SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Lebih terperinci

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARI AH MUSYARAKAH ب س م االله الر ح من الر ح ي م Dewan Syari ah Nasional, setelah: Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi Hukum Islam Dan Alasan Munculnya Bagian Sepertiga Bagi Ayah Dalam KHI Pasal 177 Hukum waris Islam merupakan

Lebih terperinci

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN 23 ZAKAT PENGHASILAN Majelis Ulama Indonesia, setelah FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN MENIMBANG : a. bahwa kedudukan hukum zakat penghasilan, baik penghasilan

Lebih terperinci

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis Pertemuan ke-2 U L U M U L H A D I S Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Outline Pengertian Istilah : Hadis, Sunnah,

Lebih terperinci

KLONING FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000. Tentang KLONING

KLONING FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000. Tentang KLONING 15 FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000 Tentang Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 23-27 Rabi ul Akhir 1421 H./25-29

Lebih terperinci

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TIDAK DITETAPKANNYA NAFKAH IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI ATAS PUTUSAN NOMOR 2542/PDT.G/2015/PA.LMG) A. Pertimbangan Hukum Hakim yang Tidak Menetapkan Nafkah

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SIDOARJO TENTANG PERMOHONAN IZIN POLIGAMI (PEMBUKTIAN KEKURANGMAMPUAN ISTERI MELAYANI SUAMI) A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan

Lebih terperinci

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis implementasi Hukum Islam terhadap ahli waris non-muslim dalam putusan hakim di Pengadilan Agama

Lebih terperinci

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi.

Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi. Berkompetisi mencintai Allah adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada Nabi. اقتباس المشاركة: 81532 من الموضوع: Allah Berkompetisi mencintai adalah terbuka untuk semua dan tidak terbatas kepada

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. keadaan geografis, mata pencaharian, dan agama penduduknya.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. keadaan geografis, mata pencaharian, dan agama penduduknya. BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Tempat objek penelitian ini adalah desa Simpur kecamatan Simpur, Kandangan. Pada bagian ini penulis menggambarkan tentang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK Sebagaimana permasalahan yang telah diketahui dalam pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK. BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.04-10 TAHUN 2007 A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Penetapan 2/3 Masa Pidana Minimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara garis besar setiap manusia mengalami tiga peristiwa hukum, yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan diakhiri dengan kematian.

Lebih terperinci

Workshop Penulisan Makalah Pesantren PERSIS Bangil Tahun

Workshop Penulisan Makalah Pesantren PERSIS Bangil Tahun Workshop Penulisan Makalah Pesantren PERSIS Bangil Tahun 2010-2011 Pengenalan Penelitian Ilmiah (Al-Bahts Al-Ilmy) adalah usaha ilmiah yang melibatkan proses pengumpulan semua informasi yang memenuhi unsur-unsur

Lebih terperinci

BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN SEBAPAK الا خت لا ب ليست كلا خت الشقيقة ف حال اجتماعهن ف

BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN SEBAPAK الا خت لا ب ليست كلا خت الشقيقة ف حال اجتماعهن ف BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN SEBAPAK الا خت لا ب ليست كلا خت الشقيقة ف حال اجتماعهن ف مل اث ] إندوني [ Indonesia - Indonesian - Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajid مد صالح املنجد Penterjemah: www.islamqa.info

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 284 ل ل ه م ا ف ي الس م او ات و م ا ف ي ال ا ر ض و ا ن ت ب د وا م ا ف ي ا ن ف س ك م ا و ت خ ف وه ي ح اس ب ك م ب ه الل ه ف ي غ ف ر ل م ن ي ش اء و ي ع ذ ب م ن ي ش اء

Lebih terperinci

MEMAHAMI KANDUNGAN AL-QUR AN DENGAN METODE MANHAJI NAUFAL AHMAD RIJALUL ALAM

MEMAHAMI KANDUNGAN AL-QUR AN DENGAN METODE MANHAJI NAUFAL AHMAD RIJALUL ALAM MEMAHAMI KANDUNGAN AL-QUR AN DENGAN METODE MANHAJI NAUFAL AHMAD RIJALUL ALAM Banyak orang menganggap bahwa memahami kandungan isi al-qur'an itu sangat sulit.. BENARKAH??? Pertama : kata "sulit" itu bisa

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa 07-06-2017 12 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa Al-Bukhari 1816, 1817, 563 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah memberikan dorongan agar manusia menuntut ilmu, itu

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah memberikan dorongan agar manusia menuntut ilmu, itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk kemajuan bangsa. Berhasil tidaknya pendidikan yang dilaksanakan akan menentukan maju mundurnya

Lebih terperinci

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan :

HambaKu telah mengagungkan Aku, dan kemudian Ia berkata selanjutnya : HambaKu telah menyerahkan (urusannya) padaku. Jika seorang hamba mengatakan : Membaca AlFatihah Pada saat membaca AlFatihah inilah sebenarnya esensi dari dialog dengan Allah. Karena disebutkan dalam sebuah hadits Qudsi bahwa setiap ayat yang dibaca seseorang dari AlFatihah mendapat

Lebih terperinci

http://astro.unl.edu/naap/lps/animations/lps.swf - Bulan bercahaya dan Matahari bersinar -> QS. Nūḥ (71): 16 dan QS. al-furqān (25): 61; - Akan tiba suatu masa di mana Bulan tidak lagi bercahaya dan Matahari

Lebih terperinci

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan. Lihat Ahkam An-Nazhar Ila

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN ULAMA AMUNTAI SEBAGAI KEWAJIBAN YANG HARUS DITUNAIKAN SEBELUM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN ULAMA AMUNTAI SEBAGAI KEWAJIBAN YANG HARUS DITUNAIKAN SEBELUM 69 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN ULAMA AMUNTAI TENTANG PELAKSANAAN QAD}A>' SALAT DAN PUASA PEWARIS SEBAGAI KEWAJIBAN YANG HARUS DITUNAIKAN SEBELUM PEMBAGIAN WARIS DI KECAMATAN AMUNTAI

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Analisis Terhadap Hibah Sebagai Pengganti Kewarisan Bagi Anak Laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan matematika dalam pembelajaran mampu meningkatkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan matematika dalam pembelajaran mampu meningkatkan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita, pendidikan matematika dalam pembelajaran mampu meningkatkan sumber daya manusia, termasuk

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 29-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Iftor Al-Bukhari 1818-1822 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk membantu

Lebih terperinci

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH 90 BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH A. Tinjauan Tentang Jual Beli Sepatu Solid di Kecamatan Sedati Sidoarjo Dengan mengikuti empat mazhab fiqh

Lebih terperinci

Serial Bimbingan & Penyuluhan Islam

Serial Bimbingan & Penyuluhan Islam Serial Bimbingan & Penyuluhan Islam سلسلة توجيهات ا رشادية Disusun Oleh: Team Indonesia Murajaah : Abu Ziyad Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah 1429 2008 سلسلة توجيهات إرشادية باللغة الا ندونيسية

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak ada satu pun agama di dalam dunia yang memiliki kesempurnaan sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, hal itu dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Akad Pembiayaan Mudharabah Dengan Sistem Kelompok di BMT

Lebih terperinci