BAB II LANDASAN TEORI. Istilah persepsi merupakan istilah dari Bahasa Inggris yakni dari kata

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Istilah persepsi merupakan istilah dari Bahasa Inggris yakni dari kata"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori dan Konsep Persepsi Pengertian Persepsi Istilah persepsi merupakan istilah dari Bahasa Inggris yakni dari kata perception yang berarti penglihatan, keyakinan dapat melihat atau mengerti (Muchtar, T.W.,2007 : 13). Untuk lebih jelasnya akan dikutip beberapa pengertian tentang persepsi yang dikemukakan oleh beberapa ahli : Desiderato (Muchtar, T.W.,2007 : 13) mengemukakan : Persepsi adalah pengamatan tentang objek-objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli). Sedangkan menurut Ensiklopedia Umum (Muchtar, T.W., 2007 : 13) : Persepsi adalah proses mental yang menghasilkan bayangan individu sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indera penglihatan, indera perabaan dan sebagainya, sehingga bayangan itu dapat disadari. Dan menurut Sarlito W. Sarwono (Mochamad J. A,.2004 : 12) : Persepsi adalah proses kategorisasi. Organisme untuk masukan tertentu (objek-objek di luar, peristiwa dan lain-lain), dan organisme itu berespon dengan menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori (golongan) objek-objek 8

2 9 atau peristiwa. Proses menghubungkan ini adalh proses aktif dimana individu yang bersangkutan dengan sengaja mencari kategorisasi yang tepat, sehingga ia dapat mengenali atau memberi arti kepada masukan tersebut. Dengan demikian persepsi juga bersifat inferensial (mengambil kesimpulan). Dari penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa pada dasarnya persepsi merupakan suatu pengamatan individu atau proses pemberian makna sebagai hasil pengamatan tentang suatu objek, peristiwa, dan sebagainya melalui panca inderanya, yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan sehingga seseorang dapat memberikan tanggapan mengenai baik buruknya atau positif negatifnya hal tersebut Ciri dan Karakteristik Persepsi Irwanto (Umi Amalia, 2003) mengemukakan ciri-ciri umum persepsi adalah sebagai berikut ; a. Rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan moralitas tiap-tiap indera, yaitu sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi perasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya). b. Dunia persepsi mempunyai dimensi ruang (sifat ruang), kita dapat menyatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, depan-belakang, dan lain sebagainya. c. Dimensi persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain sebagainnya. d. Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan kontek ini merupakan keseluruhan yang menyatu, contohnya kita melihat meja tidak berdiri sendiri tetapi diruang tertentu, posisi atau letak tertentu. e. Dunia persepsi adalah dunia penuh arti, kita cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya (dengan tujuan yang ada pada diri kita).

3 10 Irvin T. Rock (Muchtar, T. W. 2007: 14-15) menjelaskan, karakteristik seseorang terhadap suatu objek meliputi : a. Proses mental yang berfikir, yang menimbang hal-hal yang dianggap paling baik dari beberapa macam pilihan. b. Perseptor dalam mempersiapkan sesuatu tidak terlepas dari latar belakang perseptor. c. Persepsi dapat dijadikan dasar bagi seseorang untuk menseleksi dan mengambil tindakan. d. Secara umum dalam mempersepsikan sesuatu, seseorang harus dibekali pengetahuan, panca indera, dan kesadaran lingkungan. Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa dunia persepsi mempunyai dimensi ruang dan waktu dengan struktur yang menyatu dengan konteksnya. Pengalaman indera individu akan sangat tergantung kepada intensitas dan sifatsifat rangsang yang diterimanya. Luas sempitnya individu dalam mempersepsikan sesuatu akan dipengaruhi oleh latar belakang individu Proses Terjadinnya Persepsi Manusia hidup sekaligus berinteraksi dengan lingkungannya, dengan demikian manusia tanggap terhadap rangsangan yang datang dari lingkungan. Salah satu bentuk dari tanggapan itu adalah berupa proses pemberian arti atau penafsiran terhadap berbagai objek yang ada. Proses pemberian arti tersebut dinamakan persepsi. Dikutip dari Muchtar, T. W. (2007 : 15) : Manusia merupakan mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungan, manusia atau individu lainnya dengan menggunakan alat indera. Indera tersebut akan dipergunakan untuk berhadapan atau berhubungan dengan suatu objek atau peristiwa. Proses interaksi itu terjadi karena ada stimulus yang tertangkap panca indera, yang kemudian akan menimbulkan respon pada individu

4 11 tersebut. Dengan adannya stimulus tersebut, individu akan memberikan makna terhadap objek atau peristiwa. Proses pemberian makna ini dapat disebutkan dengan proses mempersepsi. Persepsi pada dasarnya hanya akan terjadi apabila individu menerima rangsangan dari luar dirinya, sehingga persepsi akan timbul setelah adannya pengamatan terhadap objek (Santhy Handayani, 2005 : 8). Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk selalu memberikan makna terhadap rangsangan yang diterimanya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, yang kemudian individu tersebut memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang diterimanya itu. Kemampuan individu dalam memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya itu disebut kemampuan mempersepsi. Seperti Moh. Surya (1981 : 41) yang mengemukakan bahwa Persepsi adalah proses penerimaan, penafsiran dan pemberian arti terhadap perangsang yang diterima individu melalui alat indera. Sementara menurut Mc Croskey dan Whelness (dalam Ritonga, 1998 : 15) menyebutkan ada empat tahapan persepsi : 1. Penerimaan pesan atau informasi dari luar. 2. Memberikan kode pada informasi yang diindera. 3. Menginterpretasikan informasi yang telah diberikan kode tersebut. 4. Menyimpulkan arti dalam ingatan. Selanjutnya Mar at (Mochamad, J.A : 20) menggambarkan proses terjadinnya persepsi adalah sebagai berikut :

5 12 Pengalaman Proses Belajar Cakrawala Pengetahuan Kepribadian Kognisi Persepsi Afeksi Konasi Objek Psikologi Faktor-faktor yang mempengaruhi Sikap Gambar 2.1 Proses Terjadinya Persepsi Sumber : Mochamad, J.A : 20 Bila dilihat dari bagan yang telah dibuat, terlihat bahwa persepsi merupakan aspek kognisi dari sikap. Faktor pengalaman dan proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk serta struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek psikologi tersebut. Melalui komponen kognisi akan timbul ide, kemudian konsep mengenai apa yang di lihat. Kemudian berdasarkan norma yang dimiliki pribadi seseorang, akan terjadi keyakinan yang berbeda terhadap objek tertentu. Persyaratan-persyaratan persepsi ini telah banyak dikemukakan oleh para ahli, pada dasarnya memiliki arti yang sama. Dari beberapa para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa syarat syarat terjadinya persepsi adalah :

6 13 1. Adanya objek fisik, dimaksudkan yaitu objek tersebut dapat dirasakan, dicium, diraba, didengar sehingga menimbulkan stimulus. 2. Syarat fisiologis, dimaksudkan adannya tiga faktor dominan yaitu adannya alat indera, saraf sensorik dan otak. 3. Syarat psikologis, dimaksudkan yaitu adanya perhatian dari individu sehingga dapat menyadari apa yang diterima Faktor Faktor yang Mempengaruhi dan Menyebabkan Kesalahan Pada Persepsi Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berkenaan dengan keberadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor pengaruh yang diakibatkan oleh keberadaan rangsangan tersebut. Jalaludin Rakhmat (1999 :55-56) dengan rinci mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut : a. Faktor yang bersifat fungsional, diantaranya kebutuhan, pengalaman, motivasi, perhatian, emosi dan suasana hati. b. Faktor yang bersifat struktural diantaranya intensitas rangsangan, ukuran rangsangan, perubahan rangsangan dan pertentangan rangsangan. c. Faktor kulturan atau kebudayaan yaitu norma-norma yang dianut oleh individu.

7 14 Pendapat serupa dikemukakan oleh Sarlito Wirawan (1984 : 97) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut : a. Kuat lemahnya rangsangan, yang ditemukan oleh kejelasan, pengulangan gerak, ukuran dan bentuk rangsangan. Makin kuat rangsangan, makin kuat pula kerja indera. b. Cara kerja alat indera menentukan cepat tepatnya dan lancarnya proses terjadinnya persepsi. c. Kadar intensitas kebutuhan, besarnya perhatian, kebutuhan dan kesiapan yang dimiliki individu menyebabkan terjadinya persepsi. d. Pengalaman individu tentang stimulus atau rangsangan yang bersangkutan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor rangsangan yang datang dari objek maupun peristiwa, dan faktor individu yang bersangkutan dengan karakteristiknya. Oleh karena itu, dapat diasumsikan dari persepsi ini bahwa individu akan menyimpulkan pendapat dan kesan berupa senang atau tidak senangnya, baik ataupun buruk dan adanya kesiapan untuk menerima ataupun menolak rangsangan yang diterimanya. Sedangkan faktor-faktor penyebab kesalahan dalam persepsi adalah sebagai berikut : a. Informasi yang kurang cukup, faktor ini merupakan penyebab utama dalam kesalahan menafsirkan pesan. b. Stereotype, yaitu merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat objek yang dikelompokan pada konsep-konsep tertentu. c. Kesalahan dalam logika, kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita mempunyai pandangan umum terhadap suatu objek. Misalnya apabila seseorang memperlihatkan sifst-sifat serius, tidak pernah humor, kemudian

8 15 kita beranggapan bahwa orang tersebut bersifat angkuh, maka hal ini akan menjadi penyebab kesalahan persepsi. d. Hallo effect dan devil effect, dalam hal ini orang beranggapan bahwa jika suatu objek atau seseorang berbuat sesuatu, maka selanjutnya orang tersebut akan menambahkan dengan ciri-ciri tertentu pula Cara Pengukuran Persepsi Pada dasarnya persepsi dapat diasosiasikan dengan pendapat, opini atau sikap (attitude). Mar at (1982) menyebutkan persepsi sebagai aspek kognitif dari sikap. Mengingat bahwa persepsi merupakan aspek kognitif dari sikap, maka untuk mengungkap atau mengukur persepsi dapat digunakan instrumen pengungkapan sikap. Lebih jauh Mar at mengemukakan tiga pendekatan untuk mengungkap sikap yaitu wawancara langsung, observasi dan peryataan sikap. Untuk mengungkap sikap seseorang, termasuk persepsi terhadap suatu objek psikologis, Sugiyono (2008 : 133) menjelaskan bahwa ada tiga metode, yaitu skala Likert, metode Thurstone dan skala Guttman. Skala Likert biasanya menyajikan alternatif jawaban kepada responden dalam lima alternatif. Kendati demikian, dalam kenyataannya dapat dimodifikasi menjadi dua atau tiga pilihan. Masing-masing jawaban memiliki bobot nilai tertentu sesuai arah penyataan sikap atau persepsi. Sementara itu dalam bentuk Thurstone, responden dituntut untuk memiliki dua atau tiga peryataan pendiriannya terhadap butir-butir peryataan persepsi yang

9 16 telah disusun menurut intensitas dari yang paling kuat sampai yang paling rendah atau lemah. Sanafiah Faisal (1982 : 191) menjelaskan bahwa : Peneliti harus percaya saja bahwa apa yang orang katakan adalah keyakinan dan perasaannya ini daerah opini lewat pengajuan pertanyaanpertanyaan tertentu maka sebagian dari pendapat itu akan diketahui, dari pertanyaan pendapat itulah biasa diperlihatkan atau diramalkan apa yang sesungguhnya di yakini. Sehubungan dengan itu, persepsi mahasiswa terhadap minat kerja diukur dengan menggunakan model Likert. 2.2 Teori dan Konsep Minat Kerja Pengertian Minat Pengertian minat telah banyak dikemukakan oleh para ahli psikolog. Pada dasarnya para ahli tersebut mengartikan minat sebagai perasaan ketertarikan seseorang terhadap sesuatu objek atau aktivitas tertentu yang dinyatakan dengan suka atau tidak suka. Minat sebagai salah satu faktor pada diri individu sangat bervariasi. Begitu juga antara mahasiswa yang satu dengan yang lainnya mempunyai keseragaman minat meskipun mereka dalam satu lingkungan kampus yang sama. W.S. Winkel (1983:30) mengemukakan bahwa : minat memiliki kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tertentu. Sedangkan menurut Garison, Blum & Balinsky, Super & Crites (dalam Hariri, 2003 : 16) mendefinisikan bahwa : minat adalah dorongan untuk memilih suatu objek dan

10 17 tidak memilih objek lain yang sejenis. Objek minat dapat berupa benda, kegiatan, jabatan atau pekerjaan, orang dan lain-lain, minat diekspresikan dengan perasaan suka atau tidak suka. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan tentang minat, penulis menyimpulkan bahwa minat merupakan ungkapan perasaan ketertarikan terhadap sesuatu objek atau bidang tertentu yang biasanya diekspresikan dengan perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap sesuatu objek atau aktivitas yang dapat menyenangkan dirinya. Dengan demikian minat merupakan keadaan dimana individu dalam bentuk pilihan yang dinyatakan dengan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap suatu objek kegiatan Faktor Timbulnya Minat Menurut Crow & Crow (dalam Hariri, 2003 : 22), faktor timbulnya minat terdiri dari tiga faktor, yaitu : a) Faktor Dorongan Dari Dalam Yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktivitas lainnya yang menantang. b) Faktor Motif Sosial Yaitu minat dalam upaya mengembangkan diri dari dan dalam ilmu pengetahuan yang mungkin di ilhami oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja atau adannya hasrat untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman.

11 18 c) Faktor Emosional Yaitu minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi, misalnya keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang Perkembangan Minat Minat yang dimiliki seseorang dalam setiap waktunya bisa mengalami perubahan, hal ini tergantung pada kondisi fisik, mental dan keadaan emosinya, serta perubahan lingkungan sosial dimana ia berada. Perubahan-perubahan minat dalam proses tersebut dapat disebabkan oleh perubahan dalam pola kehidupan, perubahan tugas dan tanggung jawab serta perubahan sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan minat individu adalah sebagai berikut : 1. Faktor jenis kelamin 2. Faktor perkembangan fisik 3. Faktor kecerdasan 4. Faktor lingkungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan minat seseorang adalah usia. Harris & Garrison (dalam Sukartini S.P, 1986 : 40) mengemukakan bahwa: perkembangan minat sejajar dengan perkembangan fisik dan mental. Individu akan memiliki minat yang nyata terhadap hal-hal yang membutuhkan kekuatan dan koordinasi bila fisik sudah memungkinkan ia melakukan hal-hal tersebut.

12 19 Minat dipengaruhi oleh rasa senang atau tidak senang. Pola rasa senang atau tidak senang yang terbentuk pada fase perkembangan akan relatif stabil. Pada setiap fase berikutnya akan selalu terjadi perubahan pola tersebut baik secara kualitas maupun kuantitas. Perubahan ini terjadi karena pembentukan objek minat pada setiap fase sesuai dengan pertumbuhan, kematangan, pengalaman individu, serta akibat timbulnya rasa senang terhadap sesuatu yang disenangi berubah menjadi tidak disenangi. Minat pribadi timbul karena setiap individu sangat tertarik mengembangkan hubungan sosial yang menyenangkan bersama-sama dengan individu lain. Memasuki masa dewasa, minat lebih ditekankan pada halhal yang menunjang kehidupan keluarga seperti uang dan rumah. Sejalan dengan perubahan pola kehidupan orang dewasa, dapat pula terjadi perubahan minat baik itu yang berupa perubahan jumlah yang diminati, Pergeseran hal-hal yang diutamakan dan bahkan memungkinkan timbulnya minat baru. Perubahan minat sangat erat kaitannya dengan perkembangan pola perilaku sosial dan pengaruh lingkungan. Dengan demikian minat terbuka melalui pertumbuhan, kematangan belajar dan pengalaman. Perkembangan minat seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam dirinya sendiri yang disebut faktor internal, maupun faktor dari luar diri individu atau faktor eksternal.

13 20 Faktor Internal terdiri dari : 1. Faktor jasmaniah individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya. 2. Faktor kematangan, baik fisik maupun psikis. 3. Faktor fisiologis, baik yang bersifat bawaan maupun herediter yang terdiri atas: a. Faktor intelektual yang terdiri dari faktor potensial yaitu intelegensi dan bakat serta faktor aktual/kecakapan nyata yaitu achievement atau prestasi. b. Faktor non intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti: sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan motivasi, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya. Faktor Eksternal terdiri dari : 1. Faktor sosial, yang terdiri atas faktor lingkungan sekolah dan keluarga. 2. Faktor budaya, seperti adat-istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim dan sebagainya. 4. Faktor spiritual, atau lingkungan keagamaan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat terbentuk melalui pertumbuhan, kematangan belajar, dan pengalaman. Pada setiap fase perkembangan terdapat pertumbuhan objek minat, semakin dewasa individu,

14 21 minat semakin stabil. Walaupun masih terjadi perubahan-perubahan minat baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif sesuai dengan kebutuhan dirinya. Minat individu masih mungkin berubah sekalipun pada masa dewasa hal ini dipengaruhi juga oleh adanya pengetahuan atau informasi tentang yang diminatinya. Minat juga bergantung pada lingkungan dimana individu berada dan bergaul Minat Kerja Moh.Surya (Maulana, 2009 : 18) mengartikan bahwa : Minat merupakan kecenderungan individu untuk memusatkan perhatian kepada suatu objek atau kegiatan yang berkaitan dengan dirinya yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku. Moh. As ad (Maulana 2009 : 18) memandang bahwa : Bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi karena bekerja juga merupakan aktivitas baik fisik maupun mental yang pada dasarnya adalah bawaan dan mempunyai tujuan yaitu mendapatkan kepuasan. Oemar Hamalik (Maulana, 2009 : 19) mengemukakan bahwa : Bekerja merupakan kebutuhan dan sekaligus keharusan bagi individu, warga masyarakat dan warga negara, dan mendapatkan imbalan yang wajar dalam arti ekonomi dan finansial. Merujuk pada ketiga pendapat tersebut, kerja dapat diartikan sebagai suatu kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas secara fisik, psikis, mental, dan sosial, dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan, status, imbalan ekonomi, finansial serta sisi dan makna hidup serta mengikat seseorang pada individu dan masyarakat.

15 22 Dari pengertian minat dan kerja di atas, maka minat kerja dapat diartikan sebagai kecenderungan yang menetap pada diri individu yang merasa senang dan tertarik pada aktivitas secara fisik, psikis, mental, dan sosial yang dilakukan atas kesadaran sendiri dengan tujuan memperoleh kepuasan, status, imbalan ekonomi, finansial, isi dan makna hidup serta mengikat seseorang pada individu lain dan masyarakat. Minat kerja biasanya muncul pada saat seseorang memasuki masa remaja, ketika masih duduk dibangku sekolah menengah, Minat kerja pada masa itu umumnya ada yang dipertahankan dan cenderung menetap sampai masa dewasa dan ada pula yang berubah. Seseorang yang merasa lebih menyenangi suatu bidang tertentu, akan menunjukan minat kerjanya pada bidang tersebut. Sebaliknya jika seseorang yang tidak memiliki minat kerja pada suatu bidang cenderung untuk menjauhkan diri dari kegiatan pada bidang yang tidak diminatinya. 2.3 Prospek Pekerjaan Lulusan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI memberikan pengetahuan kepada mahasiswanya pengetahuan tentang bidang kependidikan dan penguasaan teknologi. Selain dapat bekerja pada bidang kependidikan, mahasiswa lulusan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI juga dapat bekerja di sektor industri, khususnya industri bangunan. Dengan diterapkannya kurikulum

16 23 yang ada saat ini dapat memberikan kesempatan yang lebih luas kepada lulusan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan untuk memilih bidang pekerjaan yang diminatinya Bidang Kependidikan Untuk bidang kependidikan mahasiswa lulusan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan dapat bekerja sebagai tenaga pendidik/guru. Sesuai dengan visi misi dan tujuan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan yaitu menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan sebagai tenaga profesional bidang pendidikan dan sebagai guru bidang kejuruan teknik bangunan. Oleh karena itu pada perkuliahan mahasiswa diberikan pengetahuan dalam bidang kependidikan. Untuk penguasaan bidang profesi kependidikan diperoleh dari proses belajar mengajar melalui mata kuliah kependidikan. Selain itu mahasiswa juga dipersiapkan untuk menjadi seorang tenaga pendidik/guru yang profesional. Hal ini dapat terlihat dengan adanya Program Latihan Profesi yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) selama satu semester. Program Latihan Profesi (PLP) merupakan program nyata yang bertujuan memberikan bekal pengalaman langsung dari situasi dan kondisi yang sebenarnya. Kegiatan ini merupakan media pengembangan kemampuan mengajar seorang calon pendidik dan salah satu upaya yang akan memberikan manfaat dalam pembentukan dasar-dasar keguruan bagi calon tenaga edukatif yang profesional.

17 Profesi Guru Persepsi negatif tentang profesi guru seperti besarnya tugas dan tanggung jawab seorang guru tidak diimbangi dengan jaminan dan tunjangan kesejahteraan yang didapat dan sedikitnya kesempatan kerja dibidang pendidikan teknik bangunan menjadi faktor profesi ini tidak dijadikan pilihan untuk berkarir. Profesi guru dapat berarti bahwa suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian tertentu/khusus sebagai seorang guru. Hal ini sesuai dengan pengertian profesi yang dikemukakan oleh beberapa ahli : Sudjana (1989 : 13), misalnya, mengemukakan bahwa : Pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan lainnya. Lain halnya dengan Sudjana, Pribadi (Hamalik : 1991) berpendapat bahwa: Profesi itu pada hakekatnya adalah suatu peryataan atau janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk pekerjaan itu. Sedangkan Tabrani R. (1992 : 6), menyatakan sebagai berikut : Jabatan professional adalah suatu jabatan yang harus melalui jenjang pendidikan yang mempersiapkannya dengan bekal pengetahuan, nilai-nilai dan sikap serta ketrampilan yang sesuai dengan bidang profesionalnya.

18 25 Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan tertentu yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan dan ketrampilan tertentu. Demikian pula halnya dengan guru sebagai suatu profesi yang bergerak di dalam bidang kependidikan, dan terlepas dari berbagai persepsi negatif tentang profesi guru ada juga yang memiliki persepsi positif tentang profesi guru seperti jam kerja di bidang kependidikan tidak terlalu panjang dan isu yang berkembang di negara kita mengenai sistem pendidikan kejuruan yang mulai ditingkatkan, sedikit banyak mempengaruhi mahasiswa yang tertarik bekerja dibidang kependidikan Tugas dan Tanggung Jawab Guru Masalah terpenting dari pekerjaan profesi adalah implikasi dan konsekuensi dari jabatan tersebut terhadap tugas-tugas dan tanggung jawab. Persoalan ini penting, sebab disinilah letak perbedaan pokok antara profesi yang satu dengan profesi yang lainnya. Imam Santoso (1989), yang dikutip oleh Rivai dkk. (2002 : 43), mengemukakan bahwa masalah terpenting di dalam dunia kependidikan adalah guru yang berkualifikasi, yang dimaksud dengan guru yang berkualifikasi adalah guru yang memiliki keahlian yang diperlukan untuk melakukan tugas mengajar yang dibebankan kepadanya. Peters yang pendapatnya dikutip oleh sudjana (1989 : 15), mengemukakan ada tiga tugas dan tanggung jawab guru, yaitu :

19 26 1. Guru sebagai Pengajar Guru sebagai pengajar lebih menekankan pada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan ketrampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan dikerjakan. 2. Guru sebagai Pembimbing Guru sebagai pembimbing memberikan tekanan pada tugas memberikan bantuan pada siswa dalam memecahkan masalah aspek pendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan saja akan tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa. 3. Guru sebagai Administrator Kelas Tugas guru sebagai administrator kelas merupakan jalinan antar ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya. Sejalan dengan Peters, Amstrong yang juga dikutip oleh Sudjana (1989 : 15), membagi tugas dan tanggung jawab guru menjadi lima kategori yakni : a. Tanggung jawab dalam pengajaran b. Tanggung jawab dalam memberikan bimbingan c. Tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum d. Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi e. Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat. Jika kita perhatikan antara pendapat Peters dan Amstrong, ada tiga hal perbedaan menyangkut tugas dan tanggung jawab guru yaitu : 1. Mengembangkan kurikulum 2. Mengembangkan profesi 3. Membina hubungan dengan masyarakat Tanggung jawab mengembangkan kurikulum mengandung arti bahwa guru dituntut untuk selalu mencari gagasan baru guna penyempurnaan praktek pengajaran agar hasil belajar yang diperoleh siswa dapat ditingkatkan.

20 27 Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Ia harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat berarti guru tidak hanya harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai pembaharu saja. Tetapi juga tanggung jawab masyarakat, untuk itu guru dituntut agar dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran di sekolah. jenis, yaitu : Sementara itu, Usman (1992 : 4), mengelompokan tugas guru menjadi tiga 1. Tugas dalam bidang profesi 2. Tugas kemanusiaan 3. Tugas dalam bidang kemasyarakatan Lebih jauh lagi Usman menerangkan bahwa : Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.sedangkan melatih mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pada siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikannya, hendaknya dapat dijadikan motivasi bagi siswanya dalam belajar. Transformasi diri terhadap kenyataan di kelas atau dimasyarakat perlu dibiasakan sehingga setiap lapisan masyarakat (Homoludens, Homopuber dan Homo Sapiens) dapat mengerti menghadapi guru. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat

21 28 memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila. Tugas dan peran hakekat guru tidaklah terbatas didalam masyarakat, bahkan guru pada hakekatnya merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam membentuk gerak maju dalam kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih pada era kontemporer ini Profil Guru SMK Secara umum telah diterangkan di atas tentang tugas dan tanggung jawab guru. Membahas masalah guru (umumnya) dengan segala kompetensinya tentu akan luas, oleh karenanya dalam penelitian ini penulis akan mengulas sedikit tentang profil guru SMK hal ini disebabkan karena idealnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Winrich mengemukakan pendapatnya, seperti yang dikutip Rivai (2002 : 43), bahwa guru kejuruan (SMK) mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu mampu bekerja di bidangnya dan mampu mengajar dengan baik. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Unesco Monographs on Edication yang juga dikutip Rivai (2002 : 44), bahwa : Guru (dalam hal ini guru kejuruan/teknik) tidak saja mampu mendemonstrasikan pengetahuannya tetapi juga harus memiliki ilmu keguruan. Untuk mampu mengajar minimal ada lima aspek yang harus mendukung, yaitu latar belakang pendidikan, penataran dan latihan, pengalaman belajar, kondisi lingkungan mengajar, dan fasilitas. Dengan terpenuhinya kelima aspek tersebut diharapkan akan tercapai guru-guru yang berkualifikasi dan berkompetensi.

22 29 Dari pendapat-pendapat di atas memperlihatkan guru SMK harus mempunyai nilai lebih dari guru lain pada umumnya nilai lebih itu terletak pada kemampuan professional di bidang kejuruan atau keteknikan, sementara itu bidang kependidikan berikut kompetensi keguruan tadi dengan sendirinya harus pula terkuasai sebaik mungkin Bidang Bangunan Kurikulum fleksibel yang saat ini menjadi landasan dalam melaksanakan proses pembelajaran di Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI selain sebagai upaya untuk menselaraskan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan tenaga kependidikan professional dalam bidang pendidikan teknologi dan kejuruan, tetapi juga menselaraskan dengan kebutuhan masyarakat industri dan dunia usaha, yaitu memperbesar peluang secara kompetitif agar para lulusan mampu berperan aktif membangun bangsa melalui bidang ilmu dan teknologi (IPTEK) sebagai kemampuan kedua. Selain dapat bekerja pada bidang kependidikan, tidak menutup kemungkinan bagi mahasiswa lulusan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI Bandung untuk bekerja pada sektor industri, termasuk bidang bangunan. Hal ini dikarenakan selain mendapatkan pengetahuan dibidang kependidikan, mahasiswa juga diberikan pengetahuan tentang bidang penguasaan teknologi bangunan. Idealnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan akan bekerja sebagai tenaga pendidik bidang kejuruan sesuai dengan visi misi dan tujuan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan tetapi tidak

23 30 menutup kemungkinan untuk bekerja di industri bangunan melihat SMK-SMK bidang bangunan tidak banyak diselenggarakan, dengan wawasan lebih di bidang bangunan mahasiswa yang tidak tertampung di SMK-SMK bangunan dapat bekerja di industri bangunan. Untuk penguasaan bidang teknologi bangunan diperoleh dari mata kuliah pada bidang teknologi bangunan. Selain itu, mahasiswa juga mendapatkan mata kuliah Praktik Industri yang dilaksanakan selama 3-4 bulan pada industri proyek. Kegiatan praktik industri ini memberikan pengalaman dan gambaran yang nyata kepada mahasiswa mengenai dunia industri bangunan. Perkembangan pembangunan di negara kita tidak dapat lepas dari perkembangan industri jasa properti. Perkembangan industri jasa bangunan berhubungan erat dengan pembangunan yang saat ini sedang giat dilaksanakan. Pada umumnya industri jasa bangunan mencakup kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan sarana dan prasarana fisik dalam bidang bangunan. Merencanakan bangunan Teknik Sipil, Seperti antara lain merencanakan bangunan struktur konstruksi gedung, bangunan irigasi, merencanakan jalan/jembatan adalah merupakan suatu kemampuan yang didapat dalam kurikulum Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan walaupun dalam skala yang sedikit Jenis-Jenis Pekerjaan Bidang Industri Bangunan Jenis-jenis pekerjaan didunia industri bangunan seperti halnya konsultan dan kontraktor adalah beberapa jenis pekerjaan yang ada di dunia bangunan.

24 31 a. Profesi Konsultan Konsultan adalah suatu badan usaha yang merencanakan pembangunan fisik, baik berupa perencanaan perhitungan kekuatan bangunan fisik tersebut, perencanaan bentuk gambar yang dapat dibaca oleh pelaksana dilapangan berupa blue print, maupun perencanaan manajemennya. Dalam proyek konsultan dibagi dua yaitu konsultan perencana dan konsultan pengawas. 1. Konsultan Perencana Konsultan perencana adalah perorangan atau perusahaan yang memilki keahlian, kecakapan dan bakat khusus dan tersedia bagi yang memerlukan (klien) dengan imbalan sejumlah upah. Konsultan professional memberikan nasehat dan seringkali membantu membantu melaksanakan nasehat tersebut dengan dan untuk klien. Konsultan perencana memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut : 1. Merencanakan (bangunan sipil) sesuai dengan yang diminta oleh owner, merencanakan dalam konteks ini meliputi : Merencanakan struktur atau konstruksi Membuat gambar perencanaan Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB) Membuat dokumen pelelangan Mengkaji kelayakan bangunan. 2. Bertanggung jawab atas segala yang direncanakan termasuk perhitungan konstruksi dan kelancaran proyek.

25 32 2. Konsultan Pengawas Sedangkan konsultan pengawas adalah perorangan atau perusahaan yang mempunyai keahlian, kecakapan dalam mengawas pelaksanaan proyek, sedangkan tugas dan tanggung jawab konsultan pengawas adalah : 1. Memberikan bimbingan, pengarahan, dan pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan. 2. Melakukan pengecekan terhadap kelengkapan dokumen paket-paket pekerjaan yang akan dilaksanakan. 3. Menilai dan mengesahkan berita acara kemajuan pekerjaan untuk pembayaran asuransi atau termin. 4. Berhak untuk menegur dan memperhatikan pelaksana agar melakukan pekerjaan sesuai dengan kontraktor dan rencana kerja yang telah ditetapkan. 5. Berhak melakukan pemeriksaan pengujian pekerjaan terhadap bahan-bahan yang akan dipakai. 6. Menilai dan menggerakan berita acara sesuai dengan peryataan pekerjaan dari kontraktor. b. Profesi Kontraktor Kontraktor adalah suatu badan usaha yang bergerak di dunia konstruksi yang melaksanakan pekerjaan dilapangan sehingga perencanaan gambar yang berupa blue print tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk bangunan fisik. Tugas dan tanggung jawab kontraktor adalah sebagai berikut :

26 33 1. Melaksanakan pekerjaan fisik dilapangan sesuai dengan gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak. 2. Menempatkan sejumlah tenaga ahli yang bekerja sepenuhnya dalam melaksanakan pekerjaan. 3. Memberikan laporan harian, mingguan, dan bulanan yang menjelaskan kemajuan pekerjaan, situasi pekerjaan dan lainnya yang di rasa perlu. 4. Bertanggung jawab atas perawatan, pengawasan dan penjagaan keamanan fisik selama dalam hubungan pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan. 5. Menyediakan bahan dan peralatan yang digunakan dalam pekerjaan. 6. Mengajukan tambahan biaya sesuai dengan besarnya pekerjaan tambahan kepada pemilik setelah mendapat persetujuan dari konsultan. 7. Bertanggung jawab untuk memperbaiki dan menyempurnakan bagian pekerjaan yang kurang memenuhi syarat yang diinginkan pemilik selama masih dalam proses perawatan. 8. Membuat laporan kemajuan pekerjaan yang sedang berlangsung maupun yang telah selesai dilaksanakan. Keberhasilan sebuah proyek sangat tergantung pada kualitas personil, kualitas material, dan dukungan peralatan (equipment) yang memadai. Dalam Keppres Nomor 80 tahun 2003 Pasal 36 ayat 4 dinyatakan : Penyedian barang/jasa (kontraktor) wajib melakukan pemeliharanaan atas hasil pekerjaan selama masa yang ditetapkan dalam kontrak, sehingga kondisinya tetap seperti pada saat penyerahan pekerjaan dan dapat memperoleh pembayaran uang retensi dengan menyerahkan jaminan pemeliharaan.

27 34 Sedangkan dalam ayat 5 dinyatakan : masa pemeliharaan minimal untuk pekerjaan permanen 6 (enam) bulan, untuk pekerjaan semi permanen 3 (tiga) bulan, dan masa pemeliharaan dapat melampaui tahun anggaran. Dalam melaksanakan tugasnya, konsultan dan kontraktor harus berpedoman kepada DED (Detail Engineering Design) dan harus sesuai dengan spesifikasi material dan prosedur pelaksanaan yang telah ditetapkan. Banyak jenis pekerjaan lain yang dapat ditekuni pada bidang industri proyek konstruksi ini, diantaranya : a. Drafter. b. Surveyor. c. Estimator. d. Perusahaan yang bergerak di bidang industri konstruksi seperti perusahaan baja, besi, beton dll. 2.4 Angapan Dasar Anggapan dasar merupakan dasar pemikiran yang memungkinkan kita mengadakan penelitian. Menurut Winarno Surakhmad (Arikunto, S., 2006 : 65) mengatakan bahwa anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik. Suharsimi Arikunto (2006 : 24) mengatakan bahwa : Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang akan dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitiannya.

28 35 Manfaat anggapan dasar adalah : a. Agar ada dasar berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti. b. Untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian. c. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis. Berdasarkan peryataan tersebut maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah : 1. Persepsi mahasiswa merupakan pengamatan yang dilakukan mahasiswa terhadap sesuatu objek (pengalaman, orang, situasi dan kondisi) sehingga menyadari, menanggapi masalah, memperoleh pesan, melahirkan ide, keyakinan dan pandangan (meliputi pendapat, usulan, sanggahan dan pengembangan) serta memberikan arti pada objek tersebut. 2. Setiap mahasiswa memiliki persepsi yang berbeda akan sesuatu hal meskipun dalam kondisi lingkungan yang sama. 3. Semakin baik persepsi mahasiswa tentang suatu bidang pekerjaan semakin baik pula keinginan mahasiswa untuk memilih bidang pekerjaan tersebut, begitu juga sebaliknya. 2.5 Pertanyaan Penelitian Adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimana gambaran persepsi mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FPTK UPI tentang minat kerja?

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai lembaga pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai lembaga pendidikan mengemban tugas untuk menyiapkan dan menghasilkan guru serta tenaga kependidikan lainnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda pandangan terhadap

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda pandangan terhadap BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Teori dan Konsep Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda pandangan terhadap suatu objek dilihat atau dialaminya. Persepsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Menurut Slameto (2003:102) pengertian persepsi adalah proses yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan yang diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. langsung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan yang diberikan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan merupakan segala bentuk aktivitas seseorang atau sekelompok yang diberikan kepada orang lain atau masyarakat, baik secara langsung atau secara tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PERSEPSI 1. Pengertian Persepsi Slameto (2010) mengemukakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk pengembangan individu secara optimal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua fungsi ini saling menunjang dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar,

BAB II LANDASAN TEORITIS. Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar, BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pengalaman Belajar Para ahli psikologi banyak mengemukakan tentang pengertian belajar, pada hakekatnya belajar merupakan suatu masalah yang dihadapi sepanjang sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia karena melalui pendidikan manusia dapat mencapai masa depan yang baik. Adapun pendidikan bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia yang potensial dalam pembangunan nasional adalah melalui sektor pendidikan. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati lansung oleh pihak luar

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati lansung oleh pihak luar BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pengertian Perilaku Mengajar Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati lansung oleh pihak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya. Indikator Anak Lahir Hidup

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya. Indikator Anak Lahir Hidup BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Lahir 2.1.1 Definisi Anak Lahir Anak lahir hidup adalah banyaknya kelahiran hidup dari sekelompok atau beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya. Indikator Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eulis Karmila, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eulis Karmila, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, orientasi pendidikan mengalami pergeseran yang menempatkan pembangunan manusia seutuhnya melalui pendidikan dan latihan dengan

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Persepsi Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak batasan atau definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain oleh: Jalaludin

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar usia 18-22 tahun. Menurut Hall (dalam Sarlito, 2001) rentang usia tersebut merupakan fase

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Nina Maftukha S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi belajar

BAB II KAJIAN TEORITIS. menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi belajar 6 2.1 Peran Guru BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Pengertian Peran Guru Guru dalam fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing maka diperlukan adanya berbagai peran pada diri guru. Peran akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) UPI. Lulusan JPTM FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) UPI. Lulusan JPTM FPTK UPI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jurusan Pendidikan Teknik Mesin (JPTM) merupakan salah satu jurusan di Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) UPI. Lulusan JPTM FPTK UPI dipersiapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan guru mencakup tiga kategori yang dikenal dengan Tiga. Kompetensi yaitu kemampuan profesional, personal, sosial (Arikunto,

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan guru mencakup tiga kategori yang dikenal dengan Tiga. Kompetensi yaitu kemampuan profesional, personal, sosial (Arikunto, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah. Kemampuan guru mencakup tiga kategori yang dikenal dengan Tiga Kompetensi yaitu kemampuan profesional, personal, sosial (Arikunto, 1993:238). Kompetensi profesional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling strategis guna mewujudkan tujuan institusional yang diemban oleh sebuah lembaga pendidikan, terutama

Lebih terperinci

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru. BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teori 1. Belajar Sardiman A.M (1996: 22) mengatakan belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Persepsi Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak. Melalui persepsi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak, dan ditingkatkan melalui berbagai macam kegiatan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. pihak, dan ditingkatkan melalui berbagai macam kegiatan, mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pendidikan terus mendapat perhatian dari semua pihak, dan ditingkatkan melalui berbagai macam kegiatan, mulai dari dikeluarkannya Undang-undang

Lebih terperinci

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MINAT MENJADI GURU DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA TENTANG KARAKTERISTIK GURU DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI IPS SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA (TAHUN AJARAN 2009/2010) SKRIPSI Disusun oleh: DWI KUSTIANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa depannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) IPS merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan lingkungan sosial siswa. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan pada hakikatnya adalah salah suatu proses pembinaan sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek pribadi peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam suatu Negara, sumber daya manusia merupakan salah satu komponen yang sangat kuat kedudukannya dimana sumber daya manusia tersebut merupakan aset terbesar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1. Definisi Persepsi Menurut Chaplin (2008) persepsi adalah proses atau hasil menjadi paham atas keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah membangun manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah membangun manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah membangun manusia Indonesia seutuhnya. Peningkatan kualitas manusia sebagai sumber daya, mutlak diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkatkan prestasi belajar siswa, minimal ada dua parameter yang dijadikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. meningkatkan prestasi belajar siswa, minimal ada dua parameter yang dijadikan 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA Sebagai agen pembelajaran guru memiliki peran sentral dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, minimal ada dua parameter yang dijadikan rujukan bagi keberhasilan guru dalam mengemban

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT MENJADI TEKNISI DENGAN SIKAPNYA TERHADAP PEKERJAAN TEKNISI OTOMOTIF PADA SISWA SMK

HUBUNGAN ANTARA MINAT MENJADI TEKNISI DENGAN SIKAPNYA TERHADAP PEKERJAAN TEKNISI OTOMOTIF PADA SISWA SMK 45 HUBUNGAN ANTARA MINAT MENJADI TEKNISI DENGAN SIKAPNYA TERHADAP PEKERJAAN TEKNISI OTOMOTIF PADA SISWA SMK Eka A. Saefudin 1, Iwa Kuntadi 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin, FPTK UPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah kunci kemajuan bangsa, melalui pendidikan lahir sumberdaya manusia terdidik yang berkualitas serta bermanfaat bagi masyarakat dan Negara.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu usaha yang memiliki tujuan, maka pelaksanaannya harus berada dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori 13 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Bab II ini terdiri atas tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan kerangka pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif terhadap

Lebih terperinci

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi BAB IX Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi A. PENGINDERAAN Penginderaan adalah proses penerimaan stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera yang terdiri dari indera penglihatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang berlangsung melalui pengajaran dan pelatihan. Pengajaran dan proses pelatihan di indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fungsi pendidikan dirasakan semakin penting, baik yang bersifat formal maupun nonformal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Pendapatan Orang Tua. a. Pendapatan. Wahyu Adji (2004: 3) mengatakan bahwa pendapatan atau

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Pendapatan Orang Tua. a. Pendapatan. Wahyu Adji (2004: 3) mengatakan bahwa pendapatan atau BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pendapatan Orang Tua a. Pendapatan Wahyu Adji (2004: 3) mengatakan bahwa pendapatan atau income adalah uang yang diterima oleh seseorang dari perusahaan dalam

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan. lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu

II. KAJIAN PUSTAKA. Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan. lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu 8 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Persepsi Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis dan emosinya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Fakultas FDSK Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 1 PERSEPSI bagaimana orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profit ataupun sosial dituntut harus dapat melakukan peningkatan kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. profit ataupun sosial dituntut harus dapat melakukan peningkatan kualitas dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era globalisasi ini, semua organisasi baik yang berorientasi profit ataupun sosial dituntut harus dapat melakukan peningkatan kualitas dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akhir belajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan awal untuk studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fungsi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fungsi pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fungsi pendidikan dirasakan semakin penting, baik yang bersifat formal maupun nonformal. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka-angka, begitu juga di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka-angka, begitu juga di Sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu kegiatan belajar di Sekolah, biasanya keberhasilan atau prestasi belajar dinyatakan dalam bentuk angka-angka, begitu juga di Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang ditemui setiap individu dalam kehidupannya. Ketidakmampuan mereka sebagai sumber

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG STRATEGI BELAJAR GROUP RESUME DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

2015 SOFT SKILL PADA PEMBELAJARAN DI KAMPUS DAN PELAKSANAAN PROGRAM LATIHAN PROFESI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

2015 SOFT SKILL PADA PEMBELAJARAN DI KAMPUS DAN PELAKSANAAN PROGRAM LATIHAN PROFESI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam perguruan tinggi berperan dalam membekali para mahasiswa dengan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam tiga jenis; pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal adalah kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar siswanya sehingga menghasilkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN GRATIS BAGI SISWA SLTA NEGERI KOTA SOLOK Oleh. Dr. H. Darul Ilmi, S.Ag, M.Pd. Abstrak

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN GRATIS BAGI SISWA SLTA NEGERI KOTA SOLOK Oleh. Dr. H. Darul Ilmi, S.Ag, M.Pd. Abstrak PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENDIDIKAN GRATIS BAGI SISWA SLTA NEGERI KOTA SOLOK Oleh. Dr. H. Darul Ilmi, S.Ag, M.Pd Abstrak Penelitian ini berjudul: Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Gratis bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan setiap individu dapat meningkatkan potensi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan setiap individu dapat meningkatkan potensi yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam mewujudkan pembangunan nasional. Dengan pendidikan yang baik maka dapat menciptakan sumber daya manusia

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan, karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Minat 1. Pengertian Minat yaitu suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciriciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginankeinginan atau kebutuhan-kebutuhannya

Lebih terperinci

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG

BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG BUDAYA BELAJAR SISWA STUDI SITUS SMP N 2 TEMANGGUNG TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi merupakan tempat atau unit analisa yang dijadikan sebagai tempat pelaksana penelitian atau tempat pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesiapan Kesiapan menurut kamus psikologi adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan sesuatu (Chaplin, 2006,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara mengajar 2.1.1 Pengertian Cara mengajar Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan hidupnya tanpa adanya lembaga sebagai tempat mencari nafkah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan hidupnya tanpa adanya lembaga sebagai tempat mencari nafkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Organisasi/lembaga dan pegawai pada hakekatnya saling membutuhkan, pegawai adalah asset lembaga karena tanpa adanya sumber daya manusia maka lembaga tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Guru merupakan seorang yang penting dalam proses belajar mengajar. Guru

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Guru merupakan seorang yang penting dalam proses belajar mengajar. Guru 11 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Guru Guru merupakan seorang yang penting dalam proses belajar mengajar. Guru mempunyai peran aktif dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus informasi mengalir cepat seolah tanpa hambatan, jarak dan ruang yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tinggi dalam bidang akuntansi saat ini dan kedepannya dituntut untuk tidak hanya menghasilkan lulusan yang menguasai kemampuan di bidang akademik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Fungsi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Pandangan Proses pengamatan individu terhadap objek akan melibatkan pengalaman dan perasaannya dalam memberikan pandangan. Latar belakang dan wawasan

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam hidup, karena pendidikan mempunyai peranan penting guna kelangsungan hidup manusia. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu faktor yang berperan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu faktor yang berperan penting dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu faktor yang berperan penting dalam pembangunan bangsa ini, hal ini dapat kita lihat pada sejarah bangsa dan pada undang-undang dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pendidikan adalah suatu usaha untuk mencerdaskan dan membudayakan manusia serta mengembangkannya menjadi sumber daya yang berkualitas. Berdasarkan UU

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGARUH PERSEPSI SISWA PADA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGARUH PERSEPSI SISWA PADA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PENGARUH PERSEPSI SISWA PADA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA Reni Iriyanti PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA (S2) UNIVERSITAS BENGKULU iriyantireni81@gmail.com Abstrak Prestasi belajar matematika

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 2 Fakultas FDSK Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn. Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Apakah sensasi = persepsi? Apakah sensasi = persepsi? Sensasi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di antaranya adalah masalah belajar. Permasalahan belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan zaman sudah semakin modern terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan zaman sudah semakin modern terutama pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan zaman sudah semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini yang menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga pengisi pembangunan yang sesuai dengan Tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif

Lebih terperinci