KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO"

Transkripsi

1 KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN Danni Harjanto. D Kualitas Kimia Daging Dada Ayam Broiler yang Pakannya Ditambahkan Campuran Minyak Ikan Kaya Asam Lemak Omega-3. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Seminar : Dr. Ir. Iman Rahayu Hidayati Soesanto, MS Pembimbing Anggota : Dr. Komari, M.Sc Ayam broiler merupakan salah satu jenis ayam yang banyak dibudidaya karena memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. Daging ayam broiler juga merupakan sumber protein hewani yang murah, aman, mudah didapat dan diolah. Pertumbuhan yang cepat pada ayam broiler diikuti pula oleh pertumbuhan lemak dan koleserol dalam daging. Beberapa penyakit seperti arterosklerosis dan kardiovaskuler berpeluang timbul sebagai akibat dari pola konsumsi lemak dan kolesterol yang berlebihan. Berbagai upaya banyak dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk unggas sehingga nilai jualnya pun dapat meningkat. Penambahan asam lemak omega-3 ke dalam pakan banyak dilakukan untuk memanipulasi kandungan asam lemak pada karkas. Salah satu sumber asam lemak omega-3 yang dapat digunakan adalah minyak ikan dari limbah pengolahan ikan sarden yang dicampur dengan ampas tahu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kimia daging ayam broiler yang pakannya ditambahkan campuran minyak ikan. Penambahkan campuran minyak ikan ke dalam pakan komersial dilakukan dengan taraf masing-masing 2,5; 5 dan 7,5%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah taraf penambahan campuran minyak ikan (2,5; 5 dan 7,5%) dan faktor kedua adalah lama penambahan campuran minyak ikan ( 2; 3 dan 4 minggu). Analisis kimia dilakukan pada daging ayam yang berumur 5 minggu. Peubah yang diamati meliputi kadar air, protein, lemak, abu, karbohidrat, kolesterol dan asam lemak omega-3. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan campuran minyak ikan dalam pakan dapat menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam daging. Penambahan campuran minyak ikan yang dinilai paling efektif untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol adalah pada taraf 2,5% pada saat ayam berumur 3 minggu (2 minggu pemberian campuran minyak ikan) dengan penurunan berturutturut sebesar 16,41% dan 50,55% lebih rendah dari pada kontrol. Kandungan asam lemak omega-3 pada daging ayam broiler tidak semuanya menunjukkan terjadinya peningkatan. Peningkatan asam lemak omega-3 tertinggi terjadi pada penambahan campuran minyak ikan dengan taraf 7,5% pada saat ayam berumur 2 minggu (3 minggu pemberian campuran minyak ikan). Peningkatan kandungan asam lemak omega-3 pada perlakuan ini adalah sebesar 40,97% lebih tinggi dari pada kontrol. Kata kunci : broiler, daging, asam lemak omega-3

3 ABSTRACT Chemical Quality of Broiler s Breast Meat that was Added Mixed Fish Oil Enrich with Omega-3 in the Diet Harjanto, D., HS, Iman Rahayu and Komari The study was designed to observe the chemical quality of broiler s breast meat which was added mixed fish oil in the diet. The level of mixed fish oil added were 2.5; 5 and 7.5%. The experimental design that used was 3 x 3 factorial complete randomized with three replicates. The first factor was the level of mixed fish oil (2.5; 5 and 7.5%) and the second factor was duration of feeding mixed fish oil (2; 3 and 4 weeks). The parameters observed were moisture, protein, fat, ash, carbohydrate, total cholesterol and omega-3 fatty acid contents in the breast meat. The results showed that added mixed fish oil in the diet could decreased fat and total cholesterol contents. Adding 2.5% mixed fish oil in the diet and giving to 3 weeks of age are recommended of this research based on fat and total cholesterol contents. The highest value of omega-3 fatty acid occurred by using 7.5% mixed fish oil and giving to 2 weeks of age. Key words: broiler, meat, omega-3 fatty acid.

4 KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan pada fakultas peternakan Institut Pertanian Bogor Oleh DANNI HARJANTO D PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

5 Judul : KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 Nama : Danni Harjanto NRP : D Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II (Dr. Ir. Iman Rahayu HS., MS) (Dr. Komari M.Sc) NIP NIP Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Dr. Ir. Ronny R. Noor, M.Rur.Sc) NIP Tanggal lulus : 27 Januari 2006

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Wonogiri pada tanggal 18 Januari Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Suradi dan Ibu Sriyatni, yang saat ini berdomisili di Wonogiri. Pendidikan dasar penulis, diselesaikan pada tahun 1994 di SD Wonokarto 1 Wonogiri, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun1997 di SMP Negeri 3 Wonogiri dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2000 di SMU Negeri 3 Wonogiri. Mulai tahun 2000 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Selama menempuh pendidikan di IPB penulis pernah mengikuti kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Dikti pada tahun 2004 dengan judul penelitian Pemanfaatan Susu Bawah Standar untuk Pembuatan Kerupuk. Penulis juga pernah menjadi anggota dan pengurus Forum Aktivitas Mahasiswa Muslim Al- An aam dan Anggota UKM Thifan Pokhan.

7 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-nya yang senantiasa menyertai penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat serta pengikutnya. Skripsi yang berjudul Kualitas Kimia Daging Dada Ayam Broiler yang Pakannya Ditambahkan Campuran Minyak Ikan Kaya Asam lemak Omega-3 ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Minyak ikan dan ampas tahu yang ditambahkan ke dalam pakan sengaja dipilih sebagai tema yang dibahas dalam skripsi ini. Minyak ikan memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan manusia. Pemanfaatan kedua limbah ini untuk peningkatan kualitas daging ayam broiler, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia peternakan. Skripsi ini diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Januari sampai April 2005 kemudian dilanjutkan dengan proses pengolahan data dan penelusuran informasi ilmiah serta penulisan hingga Oktober 2005 Demikian prakata dari penulis semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi praktisi, akademisi serta pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembangunan peternakan. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu setiap proses yang telah penulis lalui hingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Kesempurnaan kembali hanya milik Allah SWT semata. Bogor, Februari 2006 Penulis

8 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 1 TINJAUAN PUASTAKA... 2 Karkas Ayam Broiler... 2 Komposisi Daging Ayam Broiler... 3 Kandungan kadar air, protein, lemak, abu dan karbohidrat... 3 Pengaruh Pakan Pada Kualitas Daging... 7 Kandungan Kolesterol... 8 Asam Lemak Tak Jenuh Omega Metabolisme Asam Lemak Tak Jenuh Omega Manfaat Asam Lemak Tak Jenuh Omega MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Materi Campuran Minyak Ikan Ternak, kandang dan pakan Metode Pencampuran Minyak Ikan dan Ampas Tahu Pemeliharaan Ayam Pemotongan Ternak Pengambilan Sampel Peubah yang Diamati Analisis Data dan Rancangan Percobaan Prosedur Analisis Kadar Air Kadar Lemak Kadar Protein Kadar Abu Karbohidrat ii iii vi vii viii x xi

9 Kadar Kolesterol Penetapan Kadar Asam Lemak Omega HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Konsumsi Campuran Minyak Ikan Pengaruh Penambahan Camuran Minyak Ikan terhadap Kualitas Kimia Daging Dada Ayam Broiler Kadar Air Kadar Protein Kadar Lemak Kadar Abu Karbohidrat Kandungan Total Kolesterol Kandungan Asam lemak Omega KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 34

10 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Beberapa Jenis Asam lemak tidak Jenuh Komposisi Asam Lemak pada Berbagai Jenis Unggas Cara Pemberian Campuran Minyak Ikan Berdasarkan Taraf dan Lama Pemberiannya Konsumsi Campuran Minyak Ikan Selama Penelitian Komposisi Kimia Daging Dada Ayam Broiler Kandungan Total Kolesterol Daging Ayam Broiler Kandungan Asam Lemak Omega-3 Daging Ayam Berdasarkan Berat Kering... 28

11 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Mekanisme yang Menghasilkan Arterosklerosis dan Infark Jaringan Transformasi Metabolik Asam Lemak Omega-6 dan Omega-3 yang Mengalami Penambahan Karbon dan Ikatan Tak Jenuh... 13

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam broiler merupakan salah satu jenis ayam yang banyak dibudidaya karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Daging ayam broiler juga merupakan sumber protein hewani yang murah, aman, mudah didapat dan diolah. Keunggulankeunggulan ini menjadikan ayam broiler dapat diandalkan sebagai penyuplai sumber protein hewani yang utama. Pertumbuhan yang cepat pada ayam broiler diikuti pula oleh pertumbuhan lemak dan koleserol dalam daging. Beberapa penyakit seperti arterosklerosis dan kardiovaskuler berpeluang timbul sebagai akibat dari pola konsumsi lemak dan kolesterol yang berlebihan (Montgomery et al., 1993). Berbagai upaya banyak dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk unggas sehingga nilai jualnya pun dapat meningkat. Perbaikan pakan dan introduksi suplemen merupakan salah satu cara yang banyak digunakan. Menurut Coetzee dan Hoffman (2002) diet asam lemak akan diserap oleh hewan monogastrik dan didepositkan ke jaringan tubuhnya tanpa ada perubahan yang signifikan. Penambahan minyak ikan yang merupakan sumber asam lemak omega-3 ke dalam pakan banyak dilakukan untuk memanipulasi kandungan asam lemak pada karkas. Asam lemak omega-3 merupakan asam lemak berantai panjang yang sangat diperlukan membran reseptor cahaya pada retina, peningkatan kecerdasan otak pada anak-anak, mencegah penyakit jantung koroner dan stroke (Mason, 2000; Dewailly et al., 2001). Berbagai sumber asam lemak omega-3 telah banyak digunakan dalam pakan. Salah satu sumber asam lemak omega-3 yang dapat digunakan adalah limbah pengolahan ikan sarden yang dicampurkan dengan ampas tahu. Pemanfaatan kedua bahan limbah ini tentu saja lebih menguntungkan dari segi ekonomi. Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa penggunaan jenis sumber asam lemak omega-3 ini dapat meningkatkan kandungan asam lemak omega-3 dan menurunkan kandungan kolesterol dalam telur ayam merawang (Cahyono, 2003). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan campuran minyak ikan yang kaya asam lemak omega-3 terhadap kualitas kimia daging dada ayam broiler.

13 TINJAUAN PUSTAKA Karkas Ayam Broiler Muchtadi dan Sugiyono (1992), menyatakan komponen karkas terdiri dari otot, lemak, tulang, dan kulit. Merkley et al. (1980), membagi karkas menjadi lima bagian besar potongan komersial yaitu dada, sayap, punggung, pangkal paha dan paha. Bagian dada banyak disukai konsumen karena serat dagingnya lebih lunak dibandingkan bagian paha atau bagian lainnya. Soeparno (1992) menyatakan bahwa kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor yang mempengaruhi kualitas daging sebelum pemotongan antara lain: genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan termasuk bahan aditif (hormon, enzim, antibiotik, mineral, suplemen), dan stres. Faktor sesudah pemotongan meliputi pelayuan, metode pemasakan, ph daging, macam otot daging, lokasi pada otot daging, dan lain-lain. Lebih lanjut Soeparno (1992) menyatakan, bahwa faktor kualitas daging yang dimakan terutama meliputi warna, keempukan dan tekstur, flavor dan aroma termasuk bau dan cita rasa serta kesan jus daging (juiceness). Disamping itu, lemak intramuskular, susut masak (Cooking loss) yaitu berat sampel daging yang hilang selama pemasakan atau pemanasan, retensi cairan atau ph daging ikut menentukan kualitas daging. Flavor dan aroma daging adalah sensasi yang komplek dan saling terkait serta berkembang selama pemasakan. Flavor dan aroma daging masak dipengaruhi oleh umur ternak, tipe pakan, spesies, jenis kelamin, lemak, bangsa, lama waktu dan kondisi penyimpanan daging setelah pemotongan, serta lama dan temperatur pemasakan. Flavor melibatkan bau, rasa, tekstur, temperatur dan ph. Sensasi rasa yang dominan adalah pahit, manis, asam dan asin. Evaluasi bau dan rasa sangat tergantung pada cita rasa panel. Daging dari ternak yang tua mempunyai bau yang lebih kuat dari pada daging ternak yang lebih muda khususnya pada daging merah (Soeparno, 1992). Bagian-bagian tubuh ayam broiler memiliki rasa yang tidak sama satu dengan yang lain. Bagian punggung memiliki tulang yang lebih banyak. Bagian betis lebih keras karena lebih berotot. Sebaliknya, bagian dada lebih empuk dan sedikit mengandung lemak. Proporsi bagian-bagian karkas dari ayam broiler adalah bagian

14 sayap, betis, paha dan dada berturut-turut sebanyak 10, 15, 17.5 dan 30% dari bobot karkas. Bagian-bagian dada dan punggung dapat dibelah dua sehingga seluruh potongan komersial berjumlah 10 buah (Amrullah, 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi perlemakan adalah spesies, jenis kelamin, dan umur ayam (Mountney, 1996). Hasil penelitian Fontana et al. (1993), menyebutkan bahwa ayam broiler yang dipelihara pada sistem kandang litter yang dipelihara 28 hari berat lemak abdominalnya 1,12 g/100g sedangkan broiler yang dipelihara pada kandang baterai berat lemak abdominalnya 0.97 g/100g pada umur 28 hari. Jenis kelamin berpengaruh pada kandungan lemak, biasanya kandungan lemak pada betina lebih tinggi dibandingkan kandungan lemak pada jantan. Kandungan lemak subkutan dipengaruhi oleh umur. Lemak subkutan meningkat dari 13,25 % pada umur 3 minggu menjadi 33,87 % pada umur 9 minggu (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Daging dada ayam memiliki warna yang agak putih sedangkan daging paha berwarna lebih merah. Perbedaan ini disebabkan kandungan mioglobin pada daging kaki dan paha lebih banyak dari pada kadar mioglobin pada daging dada (Blakely dan Bade, 1985). Komposisi Daging Ayam Broiler Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992), menyatakan sebagai bahan pangan, daging unggas tersusun atas komponen-komponen bahan pangan seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, air, mineral dan pigmen. Kadar masing-masing komponen tersebut berbeda-beda besarnya tergantung kepada jenis atau ras, umur dan jenis kelamin unggas yang bersangkutan. Bahkan pada daging unggas yang sama setiap komponen kadarnya berbeda-beda antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Kadar Air. Armin (1996), menyatakan bahwa kadar air daging berbeda-beda diatara serat otot, dan kadar air berkurang dengan bertambahnya umur. Daging yang berasal dari ayam yang lebih muda mempunyai kadar air yang lebih tinggi dibandingkan daging ayam broiler yang berumur tua (Leeson dan Summers, 1997). Amrullah (2002) menyatakan, bila persentase lemak dalam karkas broiler meningkat maka kandungan air tubuh berkurang. Bobot air tubuh dan lemak berkisar dari 76

15 hingga 79% dari bobot hidup dewasa. Pada suhu 32,2 C, 12% akan berupa lemak dan 66% adalah air. Lesson dan Summers (1997), juga mengemukakan bahwa pada umur 30 hari kadar air daging sebesar %, sedangkan pada umur 70 hari kadar air daging sebesar %. Cahyono (2003) melaporkan kadar air ayam Merawang yang mendapatkan suplementasi 5% omega-3 sebesar 71,60%. Hasil penelitian Supadmo (1997) menyebutkan bahwa kadar air ayam broiler yang mendapatkan suplementasi 4% minyak lemuru sebesar 74,87% sedangkan untuk kontrol diperoleh 74,92%. Menurut Winarno (1995), air dalam bahan makanan dibagi atas empat tipe, menurut derajat keterikatan air. Tipe 1, adalah molekul air yang terikat pada molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti karbohidrat, protein dan garam. Air tipe ini dapat dihilangkan dengan cara pengeringan biasa. Tipe II, yaitu molekulmolekul air membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air lain. Air jenis ini sukar dihilangkan. Tipe III, adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan matrik bahan seperti membran kapiler, serat, dan lain-lain, yang disebut air bebas. Air tipe ini mudah diuapkan. Tipe IV, adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni. Protein. Protein merupakan zat nutrisi yang sangat penting, karena yang paling erat hubungannya dengan prose-proses kehidupan (Sediaoetama, 1991). Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi. Selain itu protein mengandung karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, sulfur dan fosfor (Thilman et al., 1991; Anggorodi, 1994). Protein adalah komponen bahan kering yang terbesar dari daging (Soeparno, 1992). Protein di dalam jaringan otot terdiri dari tiga macam bentuk yaitu miofibril, sarkoplasma dan tenunan pengikat. Protein daging ayam disebut berkualitas tinggi, karena mudah dicerna, mudah diserap dan mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan hewan lain di luar unggas (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Lesson dan Summers (1997), mengemukakan bahwa umur berpengaruh juga pada persentase protein daging. Menurut Santoso dan Tanaka (2000), ayam broiler yang dipelihara pada umur 27 hari mempunyai protein daging sebesar 14,2 %, pada umur 42 hari sebesar 14 % dan pada umur 56 hari sebesar 13,9 %, dan menyimpulkan bahwa semakin bertambah umur ayam maka persentase protein

16 dagingnya akan berkurang. Coetzee dan Hoffman (2002) menyebutkan bahwa penggunaan jenis asam lemak yang berbeda tidak mempengaruhi kadar protein daging. Mutu protein ditentukan dari perbandingan asam-asam amino yang terkandung dalam protein tersebut. Protein hewani menyediakan asam-asam amino esensial dalam jumlah yang lengkap sehingga disebut protein dengan mutu tinggi (Winarno, 1997). Lemak. Lemak adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut di dalam air, tetapi larut dalam eter, kloroform dan benzena (Anggorodi, 1994; Lehninger, 1997). Lemak dapat dibagi menjadi dua golongan. Pertama ialah golongan trigliserida sederhana atau lemak netral yang terdapat di bawah kulit dan rongga badan yang merupakan sumber penyimpanan energi. Golongan kedua ialah lemak majemuk seperti phospholipid yang merupakan bagian penting untuk tubuh dalam proses metabolisme (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Montgomery et al. (1993), menyatakan lemak dalam bentuk triasilgleserol merupakan bentuk penyimpanan energi yang utama. Tubuh mempunyai sel-sel mesenkimal yang berfungsi khusus, adiposit, yang semata-mata dipergunakan untuk menyimpan lemak. Akumulasi lemak dalam tubuh secara berlebihan berhubungan dengan naiknya jumlah adiposit akibat menumpuknya triasilgliserol. Amrullah (2002), menyatakan trigliserida adalah lemak utama yang disimpan dalam jaringan tubuh ayam. Sekitar 95% trigliserida datang dari ransum sedangkan 5% sisanya disintesis dalam tubuh. Lemak dari makanan disimpan dalam sel-sel lemak dalam bentuk lipoprotein, oleh karena itu lemak ransum menjadi faktor penentu perlemakan. Lemak-lemak tersebut dapat meninggalkan sel-sel lemak untuk masuk dalam sistem darah dan diangkut kebagian lain jika kebutuhannya meningkat. Tetapi kelebihan lemak tidak pernah dapat dibuang dari tubuh. Jika lemak dikonsumsi dalam jumlah banyak, kelebihannya akan disimpan dalam sel lemak dan hanya sedikit yang dirombak ketika tubuh memerlukan energi. Jika lemak dalam ransum ditambah, maka bobot badan dan persentase lemak abdominal juga meningkat. Kelebihan energi asal lemak segera akan disimpan dalam tubuh karena kecernaan lemak sekitar 90%. Lemak ini akan disimpan di bawah kulit dan rongga perut. Sekitar 60% dari seluruh lemak abdominal ada dalam bentuk

17 padatan lemak. Kebanyakan perbedaan dalam jumlah lemak abdominal akibat perbedaan dalam laju pertumbuhan. Menurut Mountney (1996), kadar lemak bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan spesies ternak. Amrullah (2002) menyatakan ayam jantan lebih banyak mengandung lemak tubuh tetapi kandungan lemak abdominalnya lebih rendah dari pada broiler betina. Kenaikan bobot badan ayam broiler diikuti pula dengan bertambahnya lemak. Lemak yang terbentuk ini tidak tersebar keseluruh tubuh tetapi lebih banyak mengumpul dalam rongga perut. Telah diketahui bahwa unggas yang lebih tua umurnya mempunyai kadar lemak daging yang lebih tinggi. Pada protein ransum starter 23 % dan ransum finisher 19 % diperoleh kadar lemak daging sebesar 22,7 % pada umur 42 hari, sedangkan pada umur 56 hari diperoleh kadar lemak daging sebesar 25,6 % (Santoso dan Tanaka, 2000). Griffith et al. (1978), menyatakan bahwa antara umur 4 dan 8 minggu terjadi peningkatan kadar lemak daging sebesar 12 % sementara kadar lemak abdomen meningkat sebesar 40 %. Daging ayam mengandung lemak relatif rendah, yang terdiri dari asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Daging ayam banyak mengandung asam lemak esensial yaitu polyunsaturated fatty acids yang meliputi asam linoleat, linolenat dan arakhidonat (Muchtadi dan Sugiyono,1992). Abu. Unsur mineral juga dikenal sebagai zat anorganik atau abu. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu. Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Terdapat 15 dari elemen mineral yang terdapat dalam jaringan tubuh ternak dengan jumlah yang bervariasi, yang secara nutrisional adalah esensial (Winarno, 1995). Karbohidrat. Menurut Winarno (1995) Glikogen merupakan pati hewan yang banyak terdapat pada hati dan otot, dan bersifat larut dalam air. Glikogen merupakan suatu polimer yang struktur molekulya hampir sama dengan struktur molekul amilopektin. Glikogen mempunyai banyak cabang (20-30 cabang) yang pendekpendek dan rapat. Glikogen mempunyai berat molekul (BM) sekitar 5 juta dan merupakan molekul terbesar di alam yang larut dalam air. Winarno (1995)

18 menambahkan pada waktu hewan disembelih, terjadi kekejangan (rigor mortis) dan kemungkinan glikogen dipecah menjadi asam laktat selama post mortem. Pengaruh Pakan pada Kualitas Daging Nutrisi merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi komposisi karkas, terutama terhadap kadar lemak. Jumlah dan komposisi nutrien berbeda diantara pakan. Konsentrasi energi dan rasio energi terhadap protein pakan, bahan aditif serta proporsi kandungan gizi pakan merupakan faktor yang dapat mengubah komposisi karkas. Respon ternak terhadap manipulasi nutrisi yang diberikan, juga ikut menentukan hasil akhir komposisi karkas. Faktor-faktor lain yang juga berpengaruh terhadap komposisi karkas adalah variasi dari umur, spesies, bangsa, jenis kelamin, bahan aditif, berat potong atau berat karkas, laju pertumbuhan, tipe ternak, dan perlakuan sebelum dan sesudah pemotongan (Soeparno, 1992). Coetzee dan Hoffman (2002) menyatakan bahwa diet asam lemak pada hewan monogastrik akan diserap dan didipositkan ke jaringan tubuhnya tanpa ada perubahan yang signifikan. Hal ini dianggap potensial untuk melakukan manipulasi profil asam lemak pada jaringan tubuh unggas yang diberikan melalui pakan. Hasil penelitian Rusmana (2000) membuktikan bahwa Suplementasi minyak ikan yang merupakan sumber asam lemak omega-3 ke dalam ransum ayam kampung ternyata dapat meningkatkan kandungan asam lemak EPA, DHA dan asam lemak omega-3 total karkas. Supadmo (1997) menambahkan, bahwa ransum yang mangandung asam lemak omega-3 akan didistribusikan ke dalam daging dengan komposisi asam lemak tidak jenuh lebih tinggi dari pada asam lemak jenuh kira-kira hampir 2 (dua) kali lipat, sedangkan perbandingan rasio asam lemak omega-6 dan omega- 3 sekitar 3,9-6,8 : 1. Coetzee dan Hoffman (2002) menyatakan bahwa peningkatan level asam lemak omega-3 pada pakan juga efektif untuk mereduksi asam lemak jenuh pada karkas dan lemak abdominal ayam broiler. Amrullah (2000) menambahkan peningkatan kandungan asam-asam lemak tidak jenuh dan asam lemak omega-3 dalam daging dan telur ayam tentu akan lebih menguntungkan. Peningkatan taraf minyak ikan yang ditambahkan ke dalam ransum juga akan menimbulkan bau khas ikan pada daging dan telur ayam yang mengkonsumsinya.

19 Penggunaan minyak ikan dalam ransum selain dapat mempengaruhi kandungan dan komposisi asam lemak pada unggas yang mengkonsumsinya juga dapat mempengaruhi kandungan kolesterolnya. Hasil penelitian Supadmo (1997) menyebutkan penggunaan 4 % minyak ikan lemuru dapat menurunkan kolesterol daging tetapi tidak dapat menurunkan lemak daging. Penggunaan minyak lemuru pada konsentrasi ini mampu menurunkan kolesterol LDL darah dari 49,75 menjadi 31,15 mg/dl dan menaikkan kolesterol HDL dari 58,04 menjadi 88,03 mg/dl. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Sudibya (1998) yang menyatakan penambahan minyak ikan lemuru dalam ransum mampu menurunkan kadar kolesterol LDL dan menaikkan kadar HDL. Asam lemak tak jenuh juga meningkat dari 60,42 menjadi 70,68 mg/dl dan menurunkan asam lemak jenuh dari 39,57 menjadi 29,32 mg/dl. Kandungan Kolesterol Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan hewan (Anggorodi, 1994; Lehninger,1997). Pudjatmaka et al. (1993) mengemukakan bahwa kolesterol adalah sterol yang ditemukan dalam lemak hewani, terutama dalam otak, kuning telur, minyak hati ikan, merupakan fraksi tak tersabunkan dalam lemak hewani dan batu empedu. Menurut Almatsier (2001), kolesterol hanya terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan. Sumber utama kolesterol adalah hati, ginjal, kuning telur, daging, susu penuh, dan keju serta udang dan kerang. Ikan dan daging ayam sedikit sekali mengandung kolesterol, oleh karena itu dianjurkan di dalam diet rendah kolesterol. Kolesterol di dalam tubuh terutama diperoleh dari hasil sintesis di dalam hati. Bahan bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah yang disintesis tergantung pada kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan. Montgomery et al. (1993) mengemukakan bahwa substrat untuk sintesis kolesterol adalah asetil KoA. Senyawa antara metabolik ini diproduksi dari katabolisme karbohidrat, asam lemak, dan banyak asam amino. Kolesterol dapat diesterkan dan ester kolesterol yang dihasilkan dapat dihidrolisis. Kolesterol dapat diubah bentuk menjadi asam empedu. Kolesterol juga merupakan substrat untuk sintesis hormon steroid. Kadar kolesterol plasma yang tinggi, terutama pada pria muda dan setengah umur dikaitkan dengan kenaikan insidensi penyakit arteri koroner dan akhirnya infark miokard. Pada umumnya kenaikan kolesterol plasma

20 terdapat dalam LDL. Mekanisme terjadinya arterosklerosis dan infark jaringan dapat dilihat pada Gambar 1. INTIMA ARTERI NORMAL Kolesterol plasma meninggi ENDAPAN LIPIDA fibrolisis, kalsifikasi PLAK ARTEROSKLEROSIS proliferasi berlanjut RONGGA ARTERI MENYEMPIT perubahan degeneratif alir darah bergolak kecenderungan pembentukan gumpalan TROMBOSIS ISKEMIA JARINGAN pacu (stres) gangguan pada penyediaan oksigen jaringan INFARK Gambar 1.Mekanisme yang Menghasilkan Arterosklerosis dan Infark Jaringan Sumber: Montgomery et al. (1993). Montgomery et al. (1993) menyatakan terdapat lima kelas utama lipoprotein plasma yaitu kilomikron, lipoprotein berkepadatan sangat rendah (VLDL), lipoprotein berkepadatan sedang (IDL), lipoprotein berkepadatan rendah (LDL), dan lipoprotein berkepadatan tinggi (HDL). Pada keadaan metabolik tertentu seperti misalnya bila makanan mengandung kholesterol dalam jumlah terlalu banyak, ada kemungkinan bahwa beberapa LDL disekresi langsung oleh hati. Orang yang dalam plasma mereka mempunyai konsentrasi LDL tinggi mempunyai resiko lebih besar menderita arterosklerosis dan sebaliknya terjadi bila konsentrasi HDL tinggi.

21 Sudibya (1998) menyatakan antara LDL dan HDL mempunyai fungsi yang saling berlawanan. Fungsi LDL mengirim kolesterol ke jaringan pembuluh koroner dan menimbunnya disana. LDL ini bersifat aterogenik karena menyebabkan penyumbatan pembuluh darah koroner. Peranan HDL justru mencegah arterosklerosis dengan cara mengangkut timbunan kolesterol jaringan untuk dikirim ke hati. Selanjutnya kolesterol tersebut dirombak di hati menjadi asam empedu dan tidak diregenerasi lagi kemudian dikeluarkan bersama ekskreta. Montgomery et al. (1993) menyatakan diet bukan satu-satunya sumber kolesterol untuk manusia. Kurang lebih 60% kolesterol plasma berasal dari biosintesis. Diet bebas kolesterol untuk masa yang lama hanya akan menurunkan kadar kolesterol plasma sebesar 10% sampai 25%. Sebenarnya kebanyakan kolesterol yang ada dalam tubuh disintesis dalam tubuh sendiri, tidak berasal dari diet. Bila masukan diet kholesterol relatif kecil, absorbsi efisien. Namun bila masukan melebihi 500 mg (1,3 mmol) per hari, absorbsi kolesterol menjadi kurang efisien dan hanya kurang lebih 30% sampai 35% masukan diabsorbsi. Supadmo (1997) mengemukakan bahwa kandungan total kolesterol dalam daging ayam dapat dimanipulasi dengan cara menambahkan minyak ikan dalam ransum. Hasil penelitian yang dilakukan Rusmana (2000) menyebutkan bahwa penambahan 6% minyak ikan dalam ransum ayam kampung belum mampu menurunkan kolesterol daging. Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 Asam lemak adalah asam organik berantai panjang, memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon non polar yang panjang, yang menyebabkan semua lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak. Bentuk rumus kimiawi untuk asam lemak adalah R-COOH, dengan R adalah rantai alkil yang tersusun dari atom-atom karbon dan hidrogen (Montgomery at al., 1993; Muchtadi et al., 1993). Tata nama asam lemak tak jenuh didasarkan pada panjang rantai, jumlah dan lokasi ikatan rangkapnya. Lokasi ikatan rangkap dihitung dari ujung gugus metil rantai asam lemak dan disebut omega atau terminal N. Sebagai contoh untuk asam lemak omega-3 lokasi ikatan rangkap pertama terdapat pada karbon ketiga dari gugus metil dan untuk asam lemak omega-6 terdapat pada karbon keenam (Nettleton,

22 1994). Asam lemak tidak jenuh ganda (Polyunsaturated Fatty Acid/PUFA) dibedakan menjadi empat kelas yaitu asam lemak Ω-3, asam lemak Ω-6, asam lemak Ω-7 dan asam lemak Ω-9. Tiap kelas tersusun dari suatu keluarga asam lemak, dan semua anggota keluarga dapat disintesis secara biologis dari asam lemak asal (Montgomery et al., 1993). Beberapa asam lemak tak jenuh dapat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Beberapa Jenis Asam Lemak Tidak Jenuh Nama umum rumus kimia kode Linoleat CH 3 -(CH 2 ) 4 -(CH=CH-CH 2 ) 2 -(CH 2 ) 6 COOH 18:2ω6 γ-linolenat CH 3 -(CH 2 ) 4 -(CH=CH-CH 2 ) 3 -(CH 2 ) 3 COOH 18:3ω6 Linolenat CH 3 - CH 2 -(CH=CH-CH 2 ) 3 -(CH 2 ) 6 COOH 18:3ω3 Arakidonat CH 3 -(CH 2 ) 4 -(CH=CH-CH 2 ) 4 -(CH 2 ) 2 -COOH 20:4ω6 EPA CH 3 -CH 2 -(CH=CH-CH 2 ) 5 -(CH 2 ) 2 -COOH 20:5ω3 DHA CH 3 -CH 2 -(CH=CH-CH 2 ) 6 -(CH 2 ) -COOH 22:6ω3 Sumber: de Man (1989) Perbedaan panjang rantai, jumlah dan lokasi ikatan rangkap pada asam lemak tak jenuh ganda menyebabkan perbedaan yang besar terhadap proses metabolismenya. Asam lemak Ω-3 yang banyak terdapat dalam bahan pangan adalah α-linolenat (18:3 Ω-3), asam lemak eikosapentaenoat (EPA) dan asam lemak dokosaheksaenoat (DHA). Alfa linolenat dan linoleat banyak ditemukan dalam minyak tumbuh-tumbuhan, sedangkan EPA dan DHA dijumpai pada ikan laut, terutama ikan yang mengkonsumsi fitoplankton (Kreutler, 1980; Nettleton, 1994). Asam lemak tak jenuh ganda kelas Ω-3 dihasilkan oleh tanaman yang tumbuh dalam air dingin. Ikan yang makan organisme ini dalam jaringannya mengandung banyak Ω-3 ikatan tak jenuh ganda (Montgomery et al., 1993). Minyak ikan adalah sumber asam lemak (Ω-3) alami terbaik. Beberapa bahan pangan dapat dapat diperkaya kandungan EPA dan DHA-nya. Bahan pangan yang ditingkatkan kandungan asam lemak omega-3nya bisa disebut sebagai pangan fungsional. Produkproduk yang diperkaya dengan EPA dan DHA tersebut antara lain telur, roti, margarin dan susu (Wiseman., 1984). Penambahan asam lemak omega-3 pada daging dan telur umumnya dilakukan melalui manipulasi pada pakan, sedangkan untuk

23 bahan-bahan seperti susu dan roti dapat dilakukan dengan cara fortifikasi langsung ke dalam bahan pangan tersebut. Hewan terutama unggas dapat mensintesis de novo asam lemak kelas palmitoleat (Ω-7) dan oleat (Ω-9). Asam lemak linoleat (Ω-6) dan linolenat (Ω-3) hanya dapat disintesis apabila tersedia di dalam diet. Sehingga kedua jenis asam lemak (omega-3 dan 6) ini merupakan asam lemak esensial yang mutlak harus ada dalam diet (Wiseman., 1984). Komposisi asam lemak pada beberapa jenis unggas dapat dilihat pada Tabel 2. Asam Lemak C 18 : 2 C 18 : 3 C 20 : 4 C 20 : 5 C 22 : 5 C 22 : 6 Tabel 2. Komposisi Asam Lemak pada Berbagai Jenis Daging Unggas Jenis Unggas Broiler Kalkun Bebek Angsa Puyuh (g /100 g) ,22 0,27 0,65 0,80 0,93 0,01 0,01 0,08 0,10 0,02 0,06 0, ,12 0, ,01 0,01 0, ,02 0,02 0, Sumber : Decker dan Cantor (1992) Asam lemak omega-3 yang banyak dikenal adalah linolenat (C18:3n-3), oktadekatetraenoat (C18:4n-3), eikosapentaenoat (C20:5n-3), dokosapentaenoat (C22:5n-3) dan dokosaheksaenoat (C22:6n-3). Asam lemak omega-3 yang utama di dalam plasma darah adalah asam linolenat, asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA). Asam lemak linolenat dapat diperoleh dari sumbersumber nabati atau biji-bijian misalnya minyak kedelai dan minyak jagung, sedangkan EPA dan DHA banyak terdapat dalam minyak ikan khususnya ikan laut (Gunstone dan Norris, 1993). Metabolisme Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 Sel-sel tubuh manusia dan hewan dapat menghasilkan karbon-karbon ikatan rangkap pada asam lemak hanya setelah karbon ke-9 dari gugus metil. Hewan dan

24 manusia hanya dapat memperoleh asam lemak dengan ikatan rangkap pada karbon ke 3 dan ke 6 dari gugus metil yang berasal dari makanan (Asam lemak omega-3 dan 6) (Kreutler, 1980). Proses transformasi metabolik asam lemak omega-3 dan omega-6 dapat dilihat pada Gambar 2. Konsumsi Ω-6 Konsumsi Ω-3 Linoleat (18:2n-6) α-linonenat (18:3n-3) (6 Desaturase) 18:3n-6 18:4n-3 Elongase 20:3n-6 20:4n-3 dihomolinoleat (5 Desaturase) 20:4n-6 Arakidonat 22:4n-6 Dokosatetraenoat (Elongase) (4 Desaturase) 20:5n-3 Eikosapentaenoat (ikan) 22:5n-3 22:6n-3 Dokosaheksaenoat (ikan) Gambar 2. Transformasi Metabolik Asam Lemak Omega-6 dan Omega-3 yang Mengalami Penambahan Karbon dan Ikatan Tak Jenuh. Sumber: Lees dan Marcus (1990) Enzim yang berperan dalam proses pemanjangan rantai karbon yaitu enzim elongase dan enzim yang berperan dalam proses penambahan ikatan tak jenuh yaitu enzim desaturase (9-desaturase, 6-desaturase, 5-desaturase, dan 4-desaturase). Asam linoleat dalam sel dapat diperpanjang menjadi 20 karbon dan dapat mengalami penjenuhan, ikatan rangkap bertambah, menghasilkan asam arakhidonat. Eicosa Pentaenoat Acid (EPA) dapat disintesis dari asam lemak α linolenat malalui pemanjanan rantai menjadi 20 karbon dan penambahan 2 ikatan rangkap. Pada beberapa kejadian asam arakhidonat dan EPA dapat diperpanjang lagi dan ikatan rangkap bertambah. (Kreutler, 1980).

25 Manfaat Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3 Montgomery et al. (1993) menyatakan bahwa penambahan konsumsi asam lemak jenuh dalam diet dapat miningkatkan kandungan kolesterol plasma. Sebaliknya penggantian asam lemak jenuh dengan asam lemak tak jenuh seperti linolenat dapat menurunkan kadar kolesterol plasma. Mekanisme penurunan kolesterol oleh asam lemak tak jenuh ini belum diketahui dengan pasti. Kadar kolesterol plasma menurun, diet yang mengandung asam lemak tidak jenuh ganda dengan persentase lebih tinggi, dipandang menguntungkan bagi kesehatan manusia. Asam lemak Ω-3 tak jenuh ganda selain efektif dalam menurunkan kolesterol juga dapat memberikan perlindungan trombosis. Asam lemak dokosaheksaenoat (DHA) merupakan asam lemak yang diperlukan pada organ penglihatan. Asam lemak ini merupakan asam lemak yang paling banyak terdapat dalam membran reseptor cahaya dari retina. Sistem saraf juga merupakan bagian yang di dalamnya terdapat tempat-tempat yang mengandung DHA dalam jumlah relatif banyak (Montgomery et al., 1993). Minyak ikan dan minyak hati ikan merupakan sumber asam lemak EPA dan DHA selain itu juga merupakan sumber vitamin A dan D. Dewailly et al. (2001) menyatakan konsumsi produk perikanan sumber utama DHA dan EPA, diduga berpengaruh positif terhadap faktor resiko penyebab penyakit jantung. Diet tradisional masyarakat Inuit yang kaya dengan asam lemak omega-3, dimungkinkan bertanggung jawab terhadap rendahnya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung di daerah tersebut. Mason (2000) menambahkan bahwa Minyak ikan juga berperan untuk mencegah beberapa penyakit seperti jantung koroner dan stroke, radang usus, kanker dan diabetus militus. Efektivitas asam lemak omega-3 pada beberapa kasus menunjukkan hasil yang berbeda-beda, hal ini bisa disebabkan beberapa faktor dari sumber asam lemak omega-3 itu sendiri. Kinsela (1990) menyatakan bahwa konsumsi lemak total, komposisi diet lemak (perbandingan Ω-6 : Ω-3), jenis asam lemak omega-3 (linolenat, DHA dan EPA), status antioksidan dan agen antiinflamatori non steroid dapat mempengaruhi khasiat penggunaan diet asam lemak omega-3.

26 MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Blok B, Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Unggas, Jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan ayam, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Departemen Kesehatan untuk analisis kimia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April Materi Campuran Minyak Ikan Bahan yang digunakan antara lain minyak ikan, ampas tahu dalam keadaan kering dan digiling menjadi tepung, sedangkan alat yang digunakan antara lain, sendok pengaduk, tempat pengaduk, dan timbangan. Ternak, Kandang dan Pakan Penelitian ini menggunakan 150 ekor ayam broiler mulai dari DOC hingga umur lima minggu. Ayam dipelihara dalam kandang dengan alas litter dengan ukuran 1 x 0,8 x 0,7 m, dilengkapi dengan tempat pakan dan minum, lampu sebagai pemanas sekaligus penerang. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini ada empat macam, yaitu pakan komersial dengan kandungan protein 21% dan EM: 3000 kkal/kg dengan penambahan campuran minyak ikan sebanyak 2,5; 5 dan 7,5%. Metode Pencampuran Minyak Ikan dan Ampas Tahu Bahan yang digunakan sebagai sumber omega-3 adalah minyak ikan yang dicampur dengan ampas tahu. Cara pembuatannya yaitu ampas tahu digiling menjadi tepung kemudian dicampurkan merata antara tepung ampas tahu dengan minyak ikan, dengan perbandingan 1:1 (b/b). Pemeliharaan Ayam Ayam broiler dibagi ke dalam 30 kandang dan tiap kandang diisi dengan 5 ekor ayam. Pakan diberikan dalam bentuk mash pada tempat pakan yang telah tersedia. Pakan dan air diberikan secara ad libitum. Pemberian minyak ikan

27 dilakukan sesuai dengan masing-masing perlakuan. Cara pemberian campuran minyak ikan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Cara Pemberian Campuran Minyak Ikan Berdasarkan Taraf dan Lama Pemberiannya Taraf dan lama pemberian campuran minyak ikan Cara pemberian campuran minyak ikan Kontrol Pakan komersial tanpa penambahan campuran minyak ikan 2,5% 2 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 3 minggu 3 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 2 minggu 4 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 1 minggu 5% 2 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 3 minggu 3 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 2 minggu 4 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 1 minggu 7,5% 2 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 3 minggu 3 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 2 minggu 4 minggu Ditambah campuran minyak ikan sejak umur 1 minggu Pemotongan Ternak Pemotongan ayam broiler dilakukan setelah ayam berumur 5 minggu. Sebelum dipotong ayam dipuasakan selama 24 jam. Ayam dari tiap satuan percobaan (± 5 ekor) diambil sebanyak satu ekor secara acak. Pemilihan sampel ayam diharapkan dapat mewakili populasi satuan percobaan. Pemotongan ayam dilakukan dengan metode kosher. Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan diambil dari karkas ayam bagian dada (tanpa kulit dan tulang). Sampel daging sebanyak tiga buah (dari masing-masing ulangan) dijadikan satu dan dikemas dengan plastik polietilen, kemudian disimpan dalam freezer sebelum dilakukan analisis kimia secara komposit. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi kadar air, lemak, protein, abu, karbohidrat, total kolesterol, dan asam lemak omega-3.

28 Analisis Data dan Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah taraf penambahan minyak ikan (2,5; 5 dan 7,5%) dan faktor kedua adalah lama pemberian ( 2; 3 dan 4 minggu). Data hasil uji kimia yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Prosedur Analisis Kadar Air (Association of Official Analytical Chemists, 1995) Kadar air ditentukan secara langsung dengan menggunakan oven pada suhu 105 o C. Sampel sebanyak 3 gram dikeringkan selama 15 jam dalam oven sampai mencapai berat tetap. Kadar Lemak ( Association of Official Analytical Chemists, 1995) Sebanyak 5 gram sampel dihancurkan dan ditimbang kemudian dibungkus dengan kertas saring. Selanjutnya sampel dalam kertas saring diletakkan dalam alat ekstraksi Soxhlet. Kemudian sampel diekstraksi dengan pelarut petroleum eter selama 4 jam. Minyak yang tertampung di dalam Soxhlet dikeringkan di dalam oven 100 o C sampai berat konstan, dan ditimbang. Kadar Protein (Association of Official Analytical Chemists, 1995) Kadar protein ditentukan dengan metode kjeldahl. Sebanyak 0.2 gram contoh daging yang telah dilumatkan dengan blender, dibungkus dalam kertas saring yang telah diketahui beratnya, kemudian dimasukkan dalam labu kjedahl 150 ml. Batu didih, selenium, serta 10 ml H 2 SO 4 pekat dimasukkan dalam labu dan didestruksi sampai filtrat jernih, umumnya selama 30 menit. Setelah itu labu didiamkan sampai dingin dan ke dalam labu ditambahkan ml aquades, sebanyak 5 ml larutan destilat ditampung dalam erlenmeyer yang berisi 10 ml larutan penampung. Larutan penampung terbuat dari 20 ml asam borat, 10 ml brom kresol hijau (0,1%) dan 3 ml metil merah (0,1%) dalam 1 liter aquades. Selanjutnya dititrasi dengan 0,01 N KH(IO 3 ) 2.

29 Kadar protein dihitung dengan rumus : Persentase kadar protein = ml titran Keterangan : a = faktor pengenceran x ml blanko x14 x a x b berat contoh b = faktor konversi protein untuk produk daging = 6.25 Kadar abu (Association of Official Analytical Chemists, 1995) Sampel daging sebesar 5 gram dimasukkan ke dalam cawan porselin, kemudian dimasukkan ke dalam tanur listrik dengan suhu o C. Sesudah sampel berwarna keputih-putihan, sampel lalu diangkat dan didinginkan kemudian ditimbang. Kadar Karbohidrat Penentuan kadar karbohidrat didasarkan pada perhitungan yang disebut Carbohydrate by Difference (Winarno, 1995). Penentuan itu adalah sebagai berikut: % Kadar Karbohidrat = 100% - (Abu + air + protein + lipid)% Kadar Kolesterol Total (Metode Lieberman-Buchard Color Reaction) Analisis kolesterol total meliputi langkah kerja sebagai berikut: 1. Penentuan Panjang Gelombang. Langkah awal yang harus dilakukan adalah membuat grafik hubungan antara standar panjang gelombang (λ) dengan nilai absorbans (A) dari kolesterol standar. Panjang gelombang (λ) dengan nilai tertinggi (puncak grafik) adalah λ yang selanjutnya akan digunakan dalam pembacaan spektrofotometer. 2. Penentuan Grafik Standar. Grafik standar merupakan grafik yang menunjukkan hubungan antara jumlah larutan kolesterol standar (0,4 mg kolesterol dalam 5 ml kloroform) dengan nilai absorbans. Dari grafik tersebut selanjutnya akan diperoleh persamaan hubungan antara jumlah kolesterol dan nilai absorbans. Persamaan tersebut mengikuti model matematika Y = ax + b dengan Y adalah nilai absorbans sedangkan X adalah jumlah kolesterol. Plot grafik ke dalam persamaan, akan menghasilkan nilai a dan b untuk penentuan persamaan berikutnya yang berguna dalam menentukan hasil analisis kolesterol dalam nilai absorbans menjadi satuan jumlah kolesterol.

30 3. Preparasi Sampel. Preparasi sampel (± 0,2 gram) dilakukan dengan cara ekstraksi sampel menggunakan larutan alkohol-eter dengan rasio 3 : 1. larutan disentrifusa dalam tabung sentrifuse berskala 15 ml dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh dipindah ke dalam gelas piala 50 ml dan dipanaskan pada penangas air hingga kering. Hasil ekstraksi (residu) ditambah dengan 3 ml reagen Lieberman-Buchard (asam asetat anhidrid dan asam sulfat pekat dengan rasio 5:1). 4. Pembacaan Nilai Absorbans. Pembacaan nilai absorbans sampel dilakukan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang yang telah ditentukan diatas. Setelah diketahui nilai absorbans sampel maka persamaan grafik standar digunakan untuk mengetahui berat kolesterol sampel (mg) dari nilai yang telah diperoleh tersebut. Konsentrasi kolesterol diperoleh dari berat koleserol (mg) sampel dikalikan dengan jumlah pengencer (dalam hal ini kloroform) dan dibagi dengan berat sampel (mg). 5. Penentuan Kadar Kolesterol. Kadar kolesterol (mg%) ditentukan dengan rumus: Kolesterol (mg%) = absorbans sampel x 0,4 (konsentrasi standar) x absorbans standar 100 berat sampel Penetapan Kadar Asam Lemak Omega-3 (Association of Official Analytical Chemist, 1995) 1. Preparasi Contoh Sebanyak 10 g contoh ditimbang dengan kertas saring, kemudian diberi kapas dan dibentuk selongsong. Selongsong kemudian dimasukkan ke dalam Soxhlet yang dihubungkan dengan labu lemak, lalu dibubuhi n-heksan sampai setengah volume labu lemak. Contoh diekstrak ± 6 jam, kemudian n-heksan disulingkan kembali sampai diperoleh lemak atau minyak hasil ekstraksi. 2. Hidrolisis dan Esterifikasi Sebanyak ± 50 mg contoh lemak dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 ml NaOH dalam metanol 0.5 N. Larutan lalu dipanaskan dalam penangas air selama 20 menit pada suhu 80 ºC. Ditambahkan 2 ml BF 3 16%, lalu dipanaskan kembali selama 20 menit pada suhu 80 ºC. Larutan didinginkan,

31 ditambahkan 2 ml NaCl jenuh kemudian dikocok. Ditambahkan 1 ml n-heksan, kemudian dikocok dengan baik. Lapisan n-heksan pada lapisan atas dipindahkan dengan bantuan pipet tetes ke dalam tabung yang berisi ± 0.1 gr Na 2 SO 4 anhidrat dan dibiarkan selama 15 menit. Larutan siap diinjeksikan dengan microsyringe ke dalam GC. 2. Penetapan Larutan Standar Standar asam lemak, dilakukan pengerjaan yang sama seperti pada contoh asam lemak yang dianalisis, yaitu dilakukan hidrolisis dan esterifikasi serta analisis komponen asam lemaknya sebagai FAME.

32 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Konsumsi Campuran Minyak Ikan Hasil pengamatan terhadap konsumsi campuran minyak ikan sampai dengan umur 5 minggu pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Konsumsi Campuran Minyak Ikan Selama Penelitian. Taraf Lama Pemberian Kontrol I II III (g /ekor) minggu 44,20 82,84 118,36 3 minggu 56,39 109,47 159,41 4 minggu 63,85 123,22 190,16 Keterangan : I = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 2,5%: II = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 5% dan III = Ransum dengan panambahan campuran minyak ikan 7,5%. Hasil pengamatan terhadap konsumsi campuran minyak ikan ini menunjukkan bahwa peningkatan taraf dan lamanya pemberian akan meningkatkan konsumsi campuran minyak ikan. Konsumsi campuran minyak ikan dari semua perlakuan berkisar antara 44,20-190,16 gram/ekor. Pengaruh Penambahan Campuran Minyak Ikan terhadap Kualitas Kimia Daging Dada Ayam Broiler Sifat kimia yang diamati dalam penelitian ini meliputi kadar air, protein, lemak, abu, karbohidrat, kolesterol dan asam lemak omega-3. Komposisi kadar air, protein, lemak, abu dan karbohidrat daging dada ayam broiler penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Kadar Air Hasil analisis kadar air sampel daging dada ayam broiler yang dipotong pada umur 5 minggu dapat dilihat pada Tabel 5. Kadar air daging dada ayam broiler pada penelitian ini berkisar antara 72,26-74,97%. Hasil dari analisa kadar air kecuali pada taraf III terlihat adanya kecenderungan penurunan kadar air dengan semakin bertambahnya lama penambahan campuran minyak ikan. Kadar air pada daging kontrol sebenarnya masih dalam kisaran kadar air daging yang mendapatkan penambahan campuran minyak ikan. Penambahan campuran minyak ikan pada

33 Tabel 7. Komposisi Kimia Daging Dada Ayam Broiler Taraf dan lama pemberian campuran minyak ikan I II III kontrol 2 minggu 3 minggu 4 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu (%) Kadar air 73, ,38 72,26 74,97 74,68 73,73 73,28 74,3 73,46 Protein 23,65 23,02 23,62 22,71 22,08 22,82 22,76 22,51 23,27 24,10 Lemak 1,28 1,07 1,12 1,13 1,11 1,06 1,14 1,17 1,11 1,12 Abu 1,06 1,02 1,13 1,12 1,09 1,11 1,16 1,08 1,08 1,27 Karbohidrat 0,70 0,15 0,75 2,78 0,75 0,33 1,21 1,96 0,41 0,05 Keterangan : I = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 2,5%: II = Ransum dengan penambahan campuran minyak ikan 5% dan III = Ransum dengan panambahan campuran minyak ikan 7,5%. 22

KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO

KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO KUALITAS KIMIA DAGING DADA AYAM BROILER YANG PAKANNYA DITAMBAHKAN CAMPURAN MINYAK IKAN KAYA ASAM LEMAK OMEGA-3 SKRIPSI DANNI HARJANTO PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi tepung ceker ayam terhadap kadar kolesterol dan Asam lemak pada kuning telur

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga banyak orang menjadikan sebagai usaha komersial yang terus dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang disuplai dari makanan pokok tidak terpenuhi. Suplemen di pasaran dapat dibedakan berdasarkan kategori penggunaannya,

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Lemak memiliki beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai sumber energi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi bungkil kedelai dalam ransum terhadap persentase karkas, kadar lemak daging,

Lebih terperinci

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TAK JENUH MINYAK BEKATUL Oleh: Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia Email:

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 15 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012. Preparasi bahan baku, perhitungan rendemen, dan analisis morfometrik dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lipid 1. Definisi Lipid Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Widman, 1989) Lemak disebut juga lipid,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan spesies Gallusdomesticus. Ayam broiler merupakan ayam tipe pedaging yang lebih muda dan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak

PENGANTAR. Latar Belakang. Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak PENGANTAR Latar Belakang Konsumsi daging telah dikenal dan menjadi pola hidup masyarakat sejak lama. Daging merupakan salah satu produk hasil ternak yang memiliki nilai gizi tinggi dan berguna bagi kesehatan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas daging ayam kampung super dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2015 sampai dengan 3 Maret 2016

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

2ooG KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER YANG RANSUMNYA DIBERI PENAMBAHAN MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG OMEGA3 SKRIPSI MAD TOBRI

2ooG KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER YANG RANSUMNYA DIBERI PENAMBAHAN MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG OMEGA3 SKRIPSI MAD TOBRI 2ooG 0 17 KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING AYAM BROILER YANG RANSUMNYA DIBERI PENAMBAHAN MINYAK IKAN YANG MENGANDUNG OMEGA3 SKRIPSI MAD TOBRI PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Perlakuan Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan yang masing-masing diberi 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa perendaman dengan dosis relhp berbeda yaitu

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging, I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging Menurut Indro (2004), ayam ras pedaging merupakan hasil rekayasa genetik dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari Amerika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun tahun 1997

PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun tahun 1997 PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun tahun 1997 mernberikan dampak terhadap peningkatan populasi dan produksi peternakan. Ditinjau dari sea popuiasi ternak ayam ras petelur antara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak serta zat yang lain yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Usaha untuk meningkatkan konsumsi

Lebih terperinci

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK 8 LEMAK DAN MINYAK A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK Lipid berasal dari kata Lipos (bahasa Yunani) yang berarti lemak. Lipid didefinisikan

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Terpadu, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ternak unggas petelur yang banyak dikembangkan di Indonesia. Strain ayam petelur ras yang dikembangkan di Indonesia antara lain Isa Brown,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Formulir organoleptik

Lampiran 1 Formulir organoleptik LAMPIRA 55 56 Lampiran Formulir organoleptik Formulir Organoleptik (Mutu Hedonik) Ubi Cilembu Panggang ama : o. HP : JK : P / L Petunjuk pengisian:. Isi identitas saudara/i secara lengkap 2. Di hadapan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu unggas yang sangat efisien dalam menghasilkan daging dan digemari oleh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena rasanya disukai dan harganya jauh lebih murah di banding harga daging lainnya. Daging

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) TINJAUAN PUSTAKA Ciri-Ciri dan Morfologi Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, dan berkaki pendek. Puyuh yang dipelihara di Indonesia umumnya adalah spesies

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Laboratorium Lapang Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor merupakan laboratorium lapang yang terdiri dari empat buah bangunan

Lebih terperinci

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI MAKALAH PENELITIAN PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI Oleh : Arnoldus Yunanta Wisnu Nugraha L2C 005 237

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Lokasi pengambilan sampel rumput laut merah (Eucheuma cottonii) bertempat di Perairan Simpenan,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2014 bertempat di Labolaturium Teknologi Pascapanen (TPP) dan analisis Kimia dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml - BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Alat alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss alat destruksi Kjeldahl 250ml - - alat destilasi uap - - - labu destruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat tingginya permintaan kebutuhan daging ayam broiler. Permintaan pasar yang tinggi terhadap daging ayam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2011 di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XVIII PENGUJIAN BAHAN SECARA KIMIAWI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. kecap dalam ransum dilaksanakan pada tanggal 28 November 28 Januari 2017.

BAB III MATERI DAN METODE. kecap dalam ransum dilaksanakan pada tanggal 28 November 28 Januari 2017. 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang kadar kimia kuning telur itik dengan penggunaan ampas kecap dalam ransum dilaksanakan pada tanggal 28 November 28 Januari 2017. Penelitian dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi berwarna

BAB I PENDAHULUAN. lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi berwarna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekatul adalah hasil samping proses penggilingan padi yang berasal dari lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi berwarna coklat. Bekatul

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang untuk pengujian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Yoghurt Yoghurt atau yogurt, adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri. Yoghurt dapat dibuat dari susu apa saja, termasuk susu kacang kedelai. Tetapi produksi modern

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2011 sampai Maret 2012. Pemeliharaan, pengamatan bobot badan, penyembelihan dan pengamatan sifat non karkas landak dilakukan

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN Jurnal Sains Kimia Vol 10, No.1, 2006: 40 45 STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN Emma Zaidar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi tepung kaki ayam broiler terhadap ketebalan kerabang, kadar protein dalam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Lampiran 1 BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH Bahan Tepung ubi jalar Putih Coklat collata Margarin Gula pasir Telur Coklat bubuk Kacang kenari Jumlah 250 gr 350 gr 380 gr 250 gr 8 butir 55 gr 50 gr Cara Membuat:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 14 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Laboratorium Pengolahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003;

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003; I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam lemak omega 3 termasuk dalam kelompok asam lemak essensial. Asam lemak ini disebut essensial karena tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut adalah melalui usaha peternakan ayam pedaging. Ayam

I. PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut adalah melalui usaha peternakan ayam pedaging. Ayam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya bahan makanan bernilai gizi tinggi, berakibat meningkat pula tuntutan masyarakat dalam pemenuhan gizi yang berasal dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah daging dan menduduki peringkat teratas sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METDE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sebagian besar sumber bahan bakar yang digunakan saat ini adalah bahan bakar fosil. Persediaan sumber bahan bakar fosil semakin menurun dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena dagingnya selain rasanya enak juga merupakan bahan pangan sumber protein yang memiliki kandungan gizi lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin

Lebih terperinci

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari x BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lipid Pengertian lipid secara umum adalah kelompok zat atau senyawa organik yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari zat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisik Daging Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain

Lebih terperinci