Strategi dan Roadmap Pengembangan dan Penerapan Teknologi Broadband Wireless Access (BWA) di Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Strategi dan Roadmap Pengembangan dan Penerapan Teknologi Broadband Wireless Access (BWA) di Indonesia"

Transkripsi

1 Strategi dan Roadmap Pengembangan dan Penerapan Teknologi Broadband Wireless Access (BWA) di Indonesia Mohammad Mustafa Sarinanto 1), Sugeng Santoso 2), Purnomosidi Priambodo 3), Dwi Handoko 4), Reza Septiawan 1), Irwan Tampubolon 1), A.A. Ananda Kusuma 1), Arief Rufiyanto 1), Irwan Rawal Husdi 1), Sasono Rahardjo 1), Mia Rizkinia 3) 1. Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi BPPT, 2. Kedeputian Bidang Pengkajian Teknologi BPPT, 3. Departemen Teknik Elektro UI, 4. Balai Jaringan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BPPT Abstrak Penerapan teknologi Broadband Wireless Access (BWA) di Indonesia merupakan momentum yang menyita perhatian banyak pihak, karena ini merupakan salah satu bentuk lompatan teknologi dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, yang diperkirakan merupakan salah satu contoh awal dalam konsekuensi perkembangan teknologi berupa konvergensi antara akses jaringan komputer dengan akses jaringan telekomunikasi. Meskipun belum seutuhnya dapat menjadi model konvergensi yang membawa tonggak baru dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), namun pengaruhnya cukup besar karena merupakan momentum yang membawa angin segar bagi bisnis secara umum di seluruh dunia dalam sudut pandang luas, maupun bagi tumbuhnya kesempatan industri dalam negeri Indonesia untuk turut berkiprah meramaikannya. Kebijakan pemerintah Indonesia terkait dengan BWA diawali oleh inisiatif dari Ditjen Postel Departemen Komunikasi dan Informatika, yang pada awalnya dilandasi oleh tekad untuk menciptakan penghalang teknis, meningkatkan kompetensi industri dalam negeri, dan mendorong vendor asing berinvestasi di dalam negeri dengan insentif tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Dalam mendukung program kebijakan ini, diperlukan persiapan yang komprehensif yang menyangkut banyak hal, tidak hanya terbatas pada aktifitas akademis-teknis seperti penelitian dan pengembangan produk. Secara umum, diperlukan pembangunan ekosistem yang kondusif yang melibatkan banyak pihak mulai dari pemerintah, akademisi, industri maupun komunitas. Iklim yang mendukung berkembangnya industri dalam negeri juga memerlukan perhatian khusus karena iklim saat ini masih belum cukup kondusif untuk mampu memberikan percepatan bagi tumbuhnya industri dalam negeri di bidang TIK secara signifikan. Untuk itu pemetaan peran instansi pemerintah, serta pemetaan dukungan terkait berupa berbagai kebijakan seperti kebijakan litbang, kebijakan pendorongan industri, bahkan kebijakan keuangan juga perlu dilakukan dalam sebuah kajian yang lengkap yang mampu menghasilkan cetak biru strategi pengembangan industri BWA di Indonesia. Kata Kunci : Broadband Wireless Access (BWA), konvergensi, industri dalam negeri, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Pendahuluan

2 Penerapan teknologi Broadband Wireless Access (BWA) di Indonesia merupakan momentum yang menyita perhatian banyak pihak, karena ini merupakan salah satu bentuk lompatan teknologi dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, yang diperkirakan merupakan salah satu contoh awal dalam konsekuensi perkembangan teknologi berupa konvergensi antara akses jaringan komputer dengan akses jaringan telekomunikasi. Meskipun belum seutuhnya dapat menjadi model konvergensi yang membawa tonggak baru dunia TIK, namun pengaruhnya cukup besar karena merupakan momentum yang membawa angin segar bagi bisnis secara umum di seluruh dunia dalam sudut pandang luas, maupun bagi tumbuhnya kesempatan industri dalam negeri Indonesia untuk turut berkiprah meramaikannya. Pemerintah Indonesia sendiri memandang perlu memberikan perhatian yang serius dalam bidang ini, setelah sekian lama menjadi penonton di rumahnya sendiri. Keberpihakan pemerintah kepada industri dalam negeri bak gayung bersambut dengan harapan industri lokal yang selama ini berjuang untuk tetap eksis, dalam siklus hidup yang sangat marjinal. Upaya memberikan perhatian yang lebih serius telah dimulai di saat pemerintah mulai mencanangkan konsep kebijakan penerapan BWA, diantaranya melalui upaya untuk meletakkan fondasi hukum melalui persyaratan tingkat kandungan dalam negeri terhadap perangkat yang akan digunakan di Indonesia. Kemudian, upaya yang dilakukan pemerintah adalah melalui Postel memberikan dukungan terhadap berkembangnya kompetensi industri dalam negeri melalui pemberian dukungan terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi wimax di kalangan lembaga Litbang pemerintah dan perguruan tinggi, sejak tahun Upaya berikutnya yang dilakukan pemerintah adalah mencoba menerapkan secara langsung teknologi WiMAX dalam fasilitas pemerintah yang memfokuskan pada pengembangan teknologi, yaitu pada Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, yang dirintis oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) dengan dukungan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak akhir Dengan terbentuknya koridor ini, upaya uji coba teknologi baru ini dilanjutkan dengan langkah kerjasama antara BPPT dengan industri perangkat (Xirka) di tahun 2010 yang melakukan inisiasi uji coba sistem mobile WiMAX di beberapa Balai / UPT BPPT di Puspiptek Serpong. Kebijakan pemerintah Indonesia terkait dengan BWA diawali oleh inisiatif dari Ditjen Postel Departemen Komunikasi dan Informatika yang memikirkan mengenai upaya mengangkat potensi industri dalam negeri. Kebijakan BWA Indonesia tersebut pada awalnya dilandasi oleh tekad untuk menciptakan pasar proteksi, meningkatkan kompetensi industri dalam negeri, dan mendorong vendor asing berinvestasi di dalam negeri dengan insentif tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Untuk meningkatkan kompetensi teknologi nasional, Ditjen Postel bersama-sama dengan lembaga penelitian dan industri nasional mengadakan program dukungan penelitian untuk mengembangkan produk telekomunikasi unggulan. Program ini dilaksanakan mulai Agustus 2007 sampai dengan akhir tahun 2009 dengan fokus pada dukungan penelitian

3 dan pengembangan teknologi nomadic BWA, yang kemudian sejak 2010 dilanjutkan dengan program dukungan penelitian dan pengembangan teknologi mobile BWA, dengan tujuan : a. Menghasilkan produk telekomunikasi yang dapat bersaing (kualitas dan harga) dengan produk impor, b. Meningkatkan kandungan lokal, c. Produk nasional menjadi pilihan operator telekomunikasi sehingga dapat menghemat devisa. Sebagai langkah awal dari program kebijakan ini, perangkat telekomunikasi yang dikembangkan adalah sistem radio WiMAX 2,3GHz. Dalam mendukung program kebijakan ini agar dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan awalnya, diperlukan persiapan yang komprehensif yang menyangkut banyak hal, dan tidak hanya terbatas pada aktifitas pengembangan produk yang menyangkut masalah teknis seperti penelitian dan pengembangan produk. Secara umum, diperlukan pembangunan ekosistem yang kondusif yang melibatkan banyak pihak mulai dari pemerintah, akademisi, industri maupun komunitas. Iklim yang mendukung berkembangnya industri dalam negeri juga memerlukan perhatian khusus karena iklim saat ini masih belum cukup kondusif untuk mampu memberikan percepatan bagi tumbuhnya industri dalam negeri di bidang TIK secara signifikan. Untuk itu, pemetaan peran instansi pemerintah, serta pemetaan dukungan terkait berupa berbagai kebijakan seperti kebijakan litbang, kebijakan pendorongan industri, bahkan kebijakan keuangan juga perlu dilakukan dalam sebuah kajian yang lengkap yang mampu menghasilkan cetak biru strategi pengembangan industri BWA di Indonesia. Tulisan ini merupakan rangkuman dari beberapa inisiatif untuk melakukan kajian terhadap permasalahan BWA di Indonesia, yang memotret kondisi yang terjadi serta memberikan gagasan mengenai strategi pengembangan BWA Indonesia ke depan, serta rancangan roadmap yang menjadi dasar untuk pembahasan secara luas yang dapat menjadi rujukan utama bagi para pemangku kepentingan. Tujuan Studi yang terkait dengan tulisan ini bertujuan untuk menghasilkan Strategi dan Roadmap penerapan teknologi BWA dalam ekosistem yang kondusif bagi terbangunnya industri dalam negeri. Untuk itu, dengan mengharapkan terbangunnya strategi bagi dukungan pengembangan teknologi BWA menuju ke arah terbangunnya ekosistem yang kondusif bagi penguatan industri BWA dalam negeri, target dari studi ini diarahkan pada topik sebagai berikut. a) Terbangunnya Koordinasi dukungan pemerintah, industri, maupun pihak terkait lainnya terhadap pengembangan BWA. Koordinasi ini meliputi upaya perbaikan terhadap metode pengelolaan program yang ada, dimana perbaikan sistem ini akan memberikan masukan yang positif untuk membangun iklim pengelolaan kegiatan yang kondusif, dengan merefleksikan terhadap segala upaya perbaikan terhadap pola pengelolaan selama ini. b) Tersusunnya Roadmap pengembangan BWA (meliputi WiMAX dan LTE) dan pembangunan ekosistem (meliputi dukungan

4 pemerintah). c) Terbangunnya keselarasan hasil teknologi yang dikembangkan dengan meningkatnya TKDN dalam produk BWA yang digunakan di Indonesia, serta perbaikan sistem/mekanisme TKDN yang meliputi perancangan, penetapan, dan penilaian (evaluasi) TKDN. Metoda Kegiatan utama dalam studi ini adalah melakukan kajian mengenai koordinasi dan pengelolaan program secara keseluruhan yang ditujukan untuk mengembangkan potensi industri TIK dalam negeri sebesar-besarnya, baik terkait dengan masalah teknis maupun kebijakan pengembangan teknologinya. Format workshop, focused group discussion (FGD), maupun kunjungan langsung ke lokasi litbang serta industri terkait adalah sebagian dari format kegiatan yang diambil sebagai metode kegiatan. Secara kongkritnya, kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut dapat berupa kegiatan sebagai berikut. 1. Kajian dan Survei Teknologi 2. Survei Industri 3. Focused Group Discussion (FGD) 4. Seminar Hasil Berikut ini adalah rangkuman berbagai masukan baik dalam diskusi yang selama ini telah dilakukan oleh Kemenkominfo, Kemenristek, BPPT maupun industri dan komunitas terhadap BWA di Indonesia, maupun analisis secara mendalam terhadap pergerakan pengembangan BWA sejak awal. Gambar berikut adalah gambaran kondisi ideal yang sebenarnya diharapkan sejak awalnya inisiatif untuk mendorong pengembangan teknologi BWA di Indonesia melalui skema keberpihakan pada industri dalam negeri dengan memanfaatkan momentum penerapan BWA di Indonesia. Dengan mengambil model pengembangan reference design yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri sebagaimana yang misalnya dilakukan oleh Taiwan, dukungan pemerintah bagi penelitian dan pengembangan teknologi BWA diharapkan akan memberikan kesempatan bagi industri dalam negeri untuk menghasilkan produk yang dapat diserap oleh operator untuk membuka layanan BWA ke masyarakat, pada pasar yang terlindungi bagi inisiatif awal ini. Pendekatan seperti ini seyogyanya selalu dilindungi oleh kebijakan yang terintegrasi dan didukung oleh berbagai institusi pemerintah yang terlibat, agar terjadi pembangunan ekosistem yang kondusif yang mampu menjamin terbangunnya industri TIK dalam negeri yang kuat. Dan di sini, peran industri menjadi penting untuk mengarahkan target penelitian dan pengembangan, agar inovasi yang dihasilkan dapat menjadi kekuatan bersama. Di sisi lain, industri juga harus terlindungi oleh jaminan pasar yang disediakan oleh operator yang juga tergantung pada pengguna yang menjadi target pasar di hilir.

5 Gambar 1 Harapan kondisi ideal dukungan litbang BWA Indonesia Namun demikian, dalam kenyataannya masih belum terbangun pemahaman yang sama di kalangan pihak-pihak yang terlibat. Dan segala unsur yang tergambarkan di situ, belum menjadi suatu kesatuan yang terintegrasi dan memahami target masing-masing. Sehingga pasar yang semestinya menjadi kekuatan yang mampu mengarahkan industri (baik industri jasa maupun industri manufaktur), tidak mampu terbangun dengan jelas sehingga melemahkan orientasi dari pihak-pihak terlibat lainnya. Di sisi lain, dalam sisi penelitian dan pengembangan, belum sempat diramu kekuatan bersama untuk merumuskan hasil yang secara langsung mendukung permasalahan industri manufaktur, sehingga dalam kenyataannya semua pihak tidak berada dalam suatu kesatuan gerak yang sama dan terintegrasi. Sebagai salah satu hasil interospeksi ke dalam inisiatif awal ini, diperkirakan salah satu penyebab lemahnya integrasi adalah karena inisiatif awal ini lebih menitikberatkan pada sisi penelitian dan pengembangan di sisi hulu, dan bukan dimulai dari memastikan komitmen di sisi hilir. Akibatnya, sulit terbangun kesamaan gerak dan target. Hal ini ditambah dengan kecenderungan industri manufaktur untuk membangun kerajaan bisnisnya sendiri-sendiri, tanpa sempat berpikir dan tanpa sempat diarsiteki untuk menggalakkan kolaborasi antar sesama industri. Gambar 2 Potret kondisi pengembangan BWA tahap awal

6 Mengingat pasar adalah hal yang penting dalam roda perekonomian sebuah industri, maka pendekatan yang terlalu akademis / teknis tanpa menyeimbangkannya dengan pendekatan dari sisi pasar dan industri akan berakibat pada kelemahan struktur bisnis dari pengembangan sebuah teknologi. Karenanya, tahapan proses yang direkomendasikan untuk dijalankan dalam sistem besar dukungan penelitian dan pengembangan produk telekomunikasi BWA ini digambarkan sebagai berikut. Kita perlu mengembalikan berbagai langkah yang dilakukan dalam merealisasikan kebijakan pendorongan BWA dalam skema awal yaitu asumsi kondisi ideal, yang setelah kita meninjau dari hasil selama ini, perlu dikembalikan ke kondisi ideal sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 1. Gambar 3 Rencana Tindak Tim BWA 2011 Dalam gambaran ini, jelas arahan dari tim strategis dalam bentuk Grand Design merupakan tahapan mendasar untuk diacu bagi tim lainnya, khususnya tim pengembangan teknologi. Tanpa arahan tersebut, upaya pengembangan teknologi akan masuk ke area gelap sebagaimana pengembangan teknologi lainnya di Indonesia, karena muara teknologinya belum terdefinisikan dengan baik. Tentunya karena semua tim dijalankan secara paralel, maka arahan yang sudah ada dari kegiatan tahun sebelumnya dapat dijadikan acuan, untuk terus disempurnakan. Berikut ini berbagai masukan dirangkumkan ke dalam Roadmap pengembangan BWA yang selayaknya dijadikan acuan bagi pengembangan kebijakan, pengembangan teknologi dan bisnis yang menyertainya. Di bagian atas yang menjadi acuan bagi arah pengembangan BWA, Roadmap ini dimulai dengan kebijakan dan bukan pasar semata, karena topik BWA ini sejak awalnya dimulai dengan berbagai inisiatif pemerintah untuk memanfaatkan momentum penerapannya bagi pengembangan industri dalam negeri.

7 Gambar 4 Usulan Roadmap Pengembangan BWA di Indonesia Yang perlu diperhatikan dalam Roadmap ini adalah target pasar yang menjadi acuan dasar bagi pemetaan yang lain. Meskipun masih perlu didefinisikan secara lebih detil lagi, captive market merupakan salah satu faktor yang perlu dihitung dengan cermat dan dijadikan motor penggerak bagi implementasi BWA di Indonesia. Apalagi dalam kasus penerapan tahap awal yang memberikan tempat bagi digelarnya layanan nomadic WiMAX berbasis IEEE d, dimana dari segi spesifikasinya lebih tepat digunakan bagi pengguna korporasi atau institusi. Dengan bercermin pada inisiasi dari negara tetangga seperti Malaysia yang tampak membidik layanan publik bagi implementasi WiMAX mereka di tahap awal, maka seyogyanya Indonesia juga melakukan pendekatan yang serupa dengan memanfaatkan kesempatan bagi penerapan BWA untuk membangun kompetensi industri dalam negeri. Forum Inovasi diharapkan juga dapat membangun kesamaan persepsi untuk persiapan pasar bagi produk BWA, sehingga produk yang dihasilkan oleh industri dalam negeri akan bermuara dalam penggunaan di operator. Jika pendekatan yang dilakukan selama ini lebih cenderung berkisar pada area teknologi maupun industri hulu, maka sudah sewajarnya jika pendekatan pemahaman arah bisnis dari operator BWA menjadi bagian tak terpisahkan dari fokus perhatian agar secara keseluruhan industri dalam

8 negeri akan berkembang dengan baik. Hal ini tak lepas dari antisipasi yang harus dilakukan oleh berbagai pihak terhadap prospek penerapan BWA sendiri sebagai salah satu bentuk layanan 4G yang merupakan penerus dari 3G selama ini, yang sebetulnya masih belum dapat ditebak arah trennya ke depan karena sangat tergantung oleh gaya hidup dari masyarakat beberapa tahun ke depan. Konsolidasi pemerintah perlu dilakukan tidak hanya untuk menyamakan persepsi tentang bentuk dukungan kongkrit dari pemerintah agar memberikan iklim yang kondusif bagi terbangunnya industri dalam negeri, namun juga untuk mendefinisikan dan menghitung pasar kongkrit yang bisa diarahkan oleh pemerintah melalui institusi yang terkait, seperti kantor pemerintahan, sekolah-sekolah maupun fasilitas publik lainnya. Kita dapat melihat pada gambar berikut ini mengenai bentuk dukungan yang dapat diberikan pemerintah dalam rangka memberikan dukungan yang lebih nyata. Pemerintah dalam hal ini merepresentasikan kesatuan pihak dan kebijakan, dimana diharapkan tidak hanya memberikan dukungan bagi tim teknis penelitian, pengembangan dan perekayasaan teknologi belaka, namun juga memberikan dukungan bagi ketersediaan pasar (captive market) yang akan menjadi muara bagi pemanfaatan produk yang telah dikembangkan. Dengan demikian, diharapkan ekosistem akan terbangun, dan terbangunnya industri perangkat BWA dalam negeri pun berada dalam koridor bisnis yang sehat dan kondusif. Gambar 5 Skema dukungan pemerintah dan keterlibatan pihak-pihak terkait Kesimpulan Dari hasil studi yang dilakukan, berikut ini adalah poin penting yang harus dilakukan dan dijalankan secara konsisten, sebagai strategi pengembangan BWA Indonesia a) Membentuk focus group bagi pengkajian teknologi yang dapat memberikan masukan dan roadmap bagi persiapan penerapan teknologi BWA di Indonesia. Hal ini merupakan bagian dari Sistem Inovasi Nasional, karena pada dasarnya pemanfaatan teknologi bagi kemakmuran Indonesia harus diwujudkan melalui pembangunan ekosistem teknologi-industri-usaha yang kondusif, yang didukung oleh kebijakan pemerintah yang komprehensif. b) Membuat strategi pengembangan industri, dengan misalnya menjalankan alternatif sebagai berikut : Mengembangkan skema strategic technology partnership,

9 yang mendorong kolaborasi dan kemitraan antara industri dalam negeri dengan pemilik teknologi dan industri dari luar negeri. Sebagai koordinatornya adalah Kementerian Perindustrian, dengan dibantu oleh Kementerian Ristek dan BPPT. Membentuk Konsorsium teknologi, untuk membangun kekuatan dari hulu. Sebagai institusi penggeraknya adalah BPPT dan Kementerian Ristek. c) Menyiapkan dan menyediakan Fasilitas Pengujian Bersama (Common test facilities), dan mempersiapkan Puspiptek Serpong sebagai Pusat Pengembangan Teknologi dan Industri (Konsep Science Technology Park). Dimana sebagai penggeraknya adalah Kementerian Ristek bersama-sama dengan BPPT dan LIPI. d) Melakukan koordinasi berbagai pihak yang terlibat mulai dari pemerintah, akademisi, industri, maupun komunitas. Salah satu urgensi dari koordinasi ini adalah mengkoordinasikan dukungan dari sisi finansial seperti Pengembangan konsep insentif fiskal/keuangan (misalnya melalui dana USO), yang pada intinya membentuk daya serap pasar di hilir. Kementerian Kominfo memegang peran penting dalam realisasinya, dengan didukung oleh Kementerian Keuangan. Menguatkan skema pendanaan pemerintah untuk penelitian, pengembangan dan perekayasaan. Berkaitan dengan ini, Kementerian Ristek perlu didukung secara aktif oleh Kementerian Keuangan, sebagai bagian dari upaya mengkongkritkan implementasi UU SISNASIPTEK. Acknowledgment Sebagian dari studi ini merupakan bagian dari Program Dukungan Penelitian dan Pengembangan Perangkat Telekomunikasi Direktorat Standardisasi, Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2010 sampai sekarang. Referensi 1. Azhar Hasyim (Direktur Standardisasi Postel), Kebijakan Pengembangan WiMAX di Indonesia, disampaikan pada Seminar BKE-PII Jakarta, 14 Agustus Irawati, Kebijakan Pemerintah dan Dukungan Pengembangan Teknologi Terkait BWA dan TKDN Industri, disampaikan pada Focus Group Discussion Broadband Wireless Access (BWA) Kementerian Ristek, 25 November 2009.

PEMBANGUNAN INDUSTRI MANUFAKTUR ICT DALAM NEGERI

PEMBANGUNAN INDUSTRI MANUFAKTUR ICT DALAM NEGERI PEMBANGUNAN INDUSTRI MANUFAKTUR ICT DALAM NEGERI Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi DISAMPAIKAN PADA : RAKORNAS TELEMATIKA DAN MEDIA 2002 KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI 23 JUNI 2008 LATAR BELAKANG 1.

Lebih terperinci

DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI LAPORAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI KE PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan Teknologi Informasi (TI) dalam sebuah organisasi memiliki tujuan untuk membantu mencapai tujuan-tujuan bisnis organisasi. Pengembangan dan penerapan TI disesuaikan

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi telekomunikasi nirkabel (wireless) sangat pesat sekali, khususnya teknologi informasi dan Internet. Teknologi seluler berkembang dari

Lebih terperinci

Peneliti Utama Anggota

Peneliti Utama Anggota KODE JUDUL : V.1 ROAD MAP PENGEMBANGAN KARET ALAM MENJADI SUKU CADANG ALAT TRANSPORTASI DI KAWASAN INDUSTRI TANJUNG API-API KABUPATEN BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN Peneliti Utama Anggota : : Nasruddin

Lebih terperinci

ARAH PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KONTRIBUSI ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI TERHADAP PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KONTRIBUSI ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI TERHADAP PEMBANGUNAN NASIONAL SALINAN Lampiran Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Nomor : 246 /M/Kp/IX/2011 Tanggal : 30 September 2011 ARAH PENGUATAN SISTEM INOVASI NASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KONTRIBUSI ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spektrum frekuensi merupakan salah satu sumber daya yang terbatas, sangat vital dan merupakan aset nasional yang memerlukan kehati-hatian dalam mengaturnya. Kemajuan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB.

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KODE JUDUL : I.227 EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT KEMENTERIAN/LEMBAGA: LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam yang terbatas sehingga harus dikelola secara efisien dan efektif. Kemajuan teknologi telekomunikasi yang

Lebih terperinci

SOSIALISASI TRL (TECHNOLOGY READINESS LEVEL) UNTUK MENDUKUNG KEMAMPUAN INOVATIF LEMBAGA LITBANG DAERAH DALAM PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH

SOSIALISASI TRL (TECHNOLOGY READINESS LEVEL) UNTUK MENDUKUNG KEMAMPUAN INOVATIF LEMBAGA LITBANG DAERAH DALAM PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH SIDa.F.56 SOSIALISASI TRL (TECHNOLOGY READINESS LEVEL) UNTUK MENDUKUNG KEMAMPUAN INOVATIF LEMBAGA LITBANG DAERAH DALAM PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH Drs. Kuncoro Budy Prayitno, MSc. BADAN PENGKAJIAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN R.I. PADA ACARA PEMBUKAAN PAMERAN PRODUK KARET HILIR JAKARTA, 11 MEI 2015

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN R.I. PADA ACARA PEMBUKAAN PAMERAN PRODUK KARET HILIR JAKARTA, 11 MEI 2015 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN R.I. PADA ACARA PEMBUKAAN PAMERAN PRODUK KARET HILIR JAKARTA, 11 MEI 2015 Kepada Yang Terhormat ; 1. Perwakilan Kedutaan Besar Negara Sahabat; 2. Saudara para pejabat dari

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI

Lebih terperinci

SISTEM PENYULUHAN PERIKANAN MENUNJANG INDUSTRIALISASI KP SEJUMLAH MASUKAN PEMIKIRAN

SISTEM PENYULUHAN PERIKANAN MENUNJANG INDUSTRIALISASI KP SEJUMLAH MASUKAN PEMIKIRAN 2013/11/02 08:31 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan PEMANTAPAN SISTEM PENYULUHAN PERIKANAN MENUNJANG INDUSTRIALISASI KP SEJUMLAH MASUKAN PEMIKIRAN Mendiskusikan sistem penyuluhan perikanan yang membumi

Lebih terperinci

PERANAN PERGURUAN TINGGI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN KELEMBAGAAN POSYANTEK ABSTRAK

PERANAN PERGURUAN TINGGI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN KELEMBAGAAN POSYANTEK ABSTRAK PERANAN PERGURUAN TINGGI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN KELEMBAGAAN POSYANTEK Fitridawati Soehardi 1 Universitas lancang Kuning pekanbaru Emai: fitridawati@unilak.ac.id ABSTRAK Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN RAPAT EVALUASI ORGANISASI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2013

LAPORAN KEGIATAN RAPAT EVALUASI ORGANISASI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2013 LAPORAN KEGIATAN RAPAT EVALUASI ORGANISASI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2013 I. PENDAHULUAN 1. Umum Sehubungan dengan ditetapkannya Instruksi Presiden Nomor 13 tahun 1998 tentang Pengusulan,

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI Lampiran I 1. Jumlah pusat unggulan Iptek Mengukur kinerja Kelembagaan Iptek 2. Jumlah artikel Iptek di media cetak nasional untuk mengukur tingkat kesadaran Iptek Mengukur tingkat kesadaran Iptek masyarakat

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati

Lebih terperinci

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Nama Inovasi One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Produk Inovasi Pembangunan Satu Peta Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Melalui Percepatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian melalui observasi dan wawancara di organisasi non profit Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP), peneliti dapat menyimpulkan

Lebih terperinci

Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016

Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016 Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016 Oleh Sandi Aria Mulyana / FISIP UI 2012 Pada masa pemilihan Calon Rektor Universitas Indonesia pada tahun 2014 lalu, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis

Lebih terperinci

Ketentuan DPR, Alokasi Anggaran dan Kendala Implementasinya

Ketentuan DPR, Alokasi Anggaran dan Kendala Implementasinya Ketentuan DPR, Alokasi Anggaran dan Kendala Implementasinya Setyanta Nugraha Setyanta Nugraha Disampaikan dalam Diskusi Publik ProRep : Menghidupkan kembali Gagasan Rumah Aspirasi 13 Desember 2013 7/03/2013

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan. No.227, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PEMBINAAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 2012

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 2012 INSENTIF PKPP F1.136 NO. URUT 23 PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PERGERAKAN KERETA API BERBASIS GPS DAN GSM Peneliti Utama: Ir. Muhajirin, MM Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 2012 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

STUDI TENTANG ALOKASI PITA FREKUENSI BWA UNTUK TEKNOLOGI WIMAX TESIS

STUDI TENTANG ALOKASI PITA FREKUENSI BWA UNTUK TEKNOLOGI WIMAX TESIS STUDI TENTANG ALOKASI PITA FREKUENSI BWA UNTUK TEKNOLOGI WIMAX TESIS Oleh : EKA NOPERITA NPM. 0606003341 TESIS INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI MAGISTER TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PRT/M/2016 TENTANG CETAK BIRU TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN ANUGERAH IPTEK BUDHIPURA TINGKAT PROPINSI SE INDONESIA

PEDOMAN PENYELENGGARAAN ANUGERAH IPTEK BUDHIPURA TINGKAT PROPINSI SE INDONESIA PEDOMAN PENYELENGGARAAN ANUGERAH IPTEK BUDHIPURA TINGKAT PROPINSI SE INDONESIA Dalam Rangka Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (HAKTEKNAS) Ke 18 Tahun 2013 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2013

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Pengembangan sektor agribisnis sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia dengan letak geografis dengan banyak pulau dan struktur masyarakatnya yang heterogen sangat berkepentingan dengan akses informasi. Perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wimax adalah pilihan tepat saat ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa telekomunikasi yang cepat dan mudah di akses kapanpun dimanapun. WiMAX (Worldwide

Lebih terperinci

Rencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia

Rencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia Rencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia Rencana Strategis Pemantauan Independen Kehutanan di Indonesia¹ TUJUAN & RINGKASAN Kegiatan pemantauan secara independen terhadap sektor

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Lampiran : 1 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor : 04 /Per/M/Kominfo/3/2010 Tanggal : 30 Maret 2010 INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 1 Satuan Kerja : KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Penguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi.

Penguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi. Penguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi. Latarbelakang - Benjamin Abdurahman benrahman@yahoo.com

Lebih terperinci

KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta

KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta Oleh: Satoto E. Nayono Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan - Universitas Negeri Yogyakarta Jalan Colombo 1, Yogyakarta

Lebih terperinci

Pemantapan Sistem Penyuluhan Perikanan Menunjang lndustrialisasi Kelautan dan Perikanan: Isu dan Permasalahannya serta Saran Pemecahannya 1

Pemantapan Sistem Penyuluhan Perikanan Menunjang lndustrialisasi Kelautan dan Perikanan: Isu dan Permasalahannya serta Saran Pemecahannya 1 Pemantapan Sistem Penyuluhan Perikanan Menunjang lndustrialisasi Kelautan dan Perikanan: Isu dan Permasalahannya serta Saran Pemecahannya 1 Oleh: Mochamad Wekas Hudoyo, APi, MPS Anggota Komisi Penyuluhan

Lebih terperinci

Sumbangan Pemikiran ISTECS untuk Rancangan Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Integrasi IPTEK-Industri

Sumbangan Pemikiran ISTECS untuk Rancangan Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Integrasi IPTEK-Industri Sumbangan Pemikiran ISTECS untuk Rancangan Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Integrasi IPTEK-Industri Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Lebih terperinci

Executive Summary. Laporan Penelitian ASEAN Study Center Universitas Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

Executive Summary. Laporan Penelitian ASEAN Study Center Universitas Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Executive Summary Laporan Penelitian ASEAN Study Center Universitas Indonesia bekerja sama Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Tim Peneliti: Makmur Keliat, Ph.D Asra Virgianita, MA Shofwan Al Banna

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) merupakan lembaga penelitian di bawah Kementerian Pertanian RI yang khusus melakukan riset bidang pertanian

Lebih terperinci

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Kata Pengantar Proses demokratisasi telah mengubah paradigma semua Kementerian/Lembaga Pemerintah saat ini dimana transparansi, akuntabilitas dan

Lebih terperinci

2016, No Nomor 826, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (

2016, No Nomor 826, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ( No.879, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKN. RIA. Penggunaan.Metode. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENGGUNAAN METODE REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) DALAM

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) PADA PENGELOLAAN TRANSPORTASI UDARA DI INDONESIA

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) PADA PENGELOLAAN TRANSPORTASI UDARA DI INDONESIA STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) PADA PENGELOLAAN TRANSPORTASI UDARA DI INDONESIA Widrianto Sih Pinastiko, Irwan Rawal Husdi, Mohammad Mustafa Sarinanto,Tahar

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

MENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA

MENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA MENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA PENDAHULUAN Kunci kemajuan suatu bangsa sesungguhnya tidak hanya ditentukan oleh potensi dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki, tetapi

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN PENELITIAN UNGGULAN STRATEGI NASIONAL DISERTAI STANDART OPERASIONAL DAN PROSEDURE

PANDUAN PELAKSANAAN PENELITIAN UNGGULAN STRATEGI NASIONAL DISERTAI STANDART OPERASIONAL DAN PROSEDURE PANDUAN PELAKSANAAN PENELITIAN UNGGULAN STRATEGI NASIONAL DISERTAI STANDART OPERASIONAL DAN PROSEDURE LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS PATTIMURA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2 0 1 3 Standar Operasional

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

1 P a g e. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK

1 P a g e. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK 1 P a g e Tax Holiday; Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan bagi Perusahaan Industri Pionir yang Melakukan Penanaman Modal Baru di Indonesia Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan

Lebih terperinci

Term of Reference. Asisten Pengkaji Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu Program Riset IPTEK. I. Gambaran umum

Term of Reference. Asisten Pengkaji Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu Program Riset IPTEK. I. Gambaran umum Term of Reference Asisten Pengkaji Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu Program Riset IPTEK I. Gambaran umum Program Research and Innovation in Science and Technology Project atau RISET-Pro merupakan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA. Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat Dari Minyak Sawit

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA. Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat Dari Minyak Sawit KODE JUDUL: F1.28 EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA Rancang Bangun Peralatan Kristalisasi Produksi Lemak Padat Dari Minyak Sawit KEMENTERIAN/LEMBAGA: BADAN PENGKAJIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna meningkatkan kualitas manusia

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 t

2017, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.355, 2017 KEMEN-KOMINFO. Uji Petik Alat dan/atau Perangkat Telekomunikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL

RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL 2015-2040 Tim RIRN 2015-2040 Jakarta, 28 Januari 2016 1 1 Latar Belakang Penyusunan Evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan negara yang baik merupakan salah satu indikator dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan negara yang baik merupakan salah satu indikator dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan keuangan negara yang baik merupakan salah satu indikator dari pemerintahan yang baik pula. Pengelolaan dimaksud mencakup pengoptimalan seluruh potensi

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN WALIKOTA PEKALONGAN. NOMOR : 9a TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN WALIKOTA PEKALONGAN. NOMOR : 9a TAHUN 2010 TENTANG WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN WALIKOTA PEKALONGAN NOMOR : 9a TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN LAYANAN MOBILE COMMUNITY ACCESS POINT (M-CAP) PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2016, No Nomor 400); 3. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 2 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Nomor 400); 3. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 2 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1512, 2016 BPKP. kebijakan Pengawasan. Tahun 2017. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN BADAN

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

3. METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian 34 3. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian Pengembangan Kebijakan Eko-inovasi Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dilakukan di Kawasan Pusat Penelitian Ilmu

Lebih terperinci

Perjuangan Menyebarkan Internet

Perjuangan Menyebarkan Internet Perjuangan Menyebarkan Internet Onno W. Purbo onno@indo.net.id @onnowpurbo OnnoCenter 2016 ISBN: 978-602-74434-9-5 Ucapan Terima Kasih Indonesia Project, Australian National University, Indonesia Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Alokasi frekuensi 2300 MHz di Indonesia [4]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Alokasi frekuensi 2300 MHz di Indonesia [4] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya yang terbatas. Diperlukan penataan alokasi yang baik untuk mengoptimalkan penggunaannya. Sementara itu, kebutuhan akan

Lebih terperinci

SAMBUTAN KUNCI (KEYNOTE SPEECH)

SAMBUTAN KUNCI (KEYNOTE SPEECH) KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN KUNCI (KEYNOTE SPEECH) UPAYA AKSELERASI PEMBANGUNAN BROADBAND DI INDONESIA disampaikan oleh Menteri Perencanaan

Lebih terperinci

Kebijakan dan Rencana ke Depan Indonesia ICT Whitepaper

Kebijakan dan Rencana ke Depan Indonesia ICT Whitepaper Kebijakan dan Rencana ke Depan 2010 Indonesia ICT Whitepaper 5 Sukses ICT Pilar penting penggerak pembangunan Pembangkit dan penyerap tenaga kerja Sumber devisa baru Pilar penting pencerdasan bangsa Alat

Lebih terperinci

Dalam memberikan masukan penataan frekuensi pada band 3,3-3,5 GHz dalam dokumen ini, dijiwai dengan pandangan-pandangan berikut :

Dalam memberikan masukan penataan frekuensi pada band 3,3-3,5 GHz dalam dokumen ini, dijiwai dengan pandangan-pandangan berikut : Masukan untuk Penataan Frekuensi BWA II (3,3 GHz - 3,5 GHz) Rev. 1.0, 25 Mei 2008 Oleh : Yohan Suryanto (yohan@rambinet.com) Pendahuluan Alokasi Frekuensi BWA di band 3,3-3,5 GHz, sesuai dengan penjelasan

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PENERAPAN GREEN COMPUTING DI PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KEMAJUAN PENERAPAN GREEN COMPUTING DI PROVINSI JAWA BARAT LAPORAN KEMAJUAN PENERAPAN GREEN COMPUTING DI PROVINSI JAWA BARAT (PERSPEKTIF DAN KESADARAN PENEREPAN GREEN COMPUTING DI LINGKUNGAN AKADEMISI, BISNIS DAN PEMERINTAHAN) INSENTIF RISET: REKOMENDASI Bidang

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI. Revisi 1

RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI. Revisi 1 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI Revisi 1 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2016 RENCANA STRATEGIS PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program

BAB I PENDAHULUAN. maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan Visi Kota Metro menjadi Kota Pendidikan maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program Jam Belajar Masyarakat

Lebih terperinci

1. Melakukan analisis elemen klaster industri kelapa sawit Koridor Ekonomi Sumatera (Agar diisi sesuai dengan proposal)

1. Melakukan analisis elemen klaster industri kelapa sawit Koridor Ekonomi Sumatera (Agar diisi sesuai dengan proposal) KERTAS KERJA MONITORING PROGRAM INSENTIF PKPP KRT TAHAP I TAHUN 2012 Judul Kegiatan Nama Peneliti Utama : : Pengembangan Klaster Industri Kelapa Sawit Di Koridor Ekonomi Sumatera Drs. Susetyanto, Msi NO

Lebih terperinci

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang ABSTRAK Arsitektur enterprise merupakan suatu upaya memandang

Lebih terperinci

KOLABORASI PERGURUAN TINGGI DALAM MENINGKATKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU Lusi Dwi Putri 1)

KOLABORASI PERGURUAN TINGGI DALAM MENINGKATKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU Lusi Dwi Putri 1) KOLABORASI PERGURUAN TINGGI DALAM MENINGKATKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA PEKANBARU Lusi Dwi Putri 1) 1)Universitas Lancang Kuning Pekanbaru e-mail :lusidwiputri@unilak.ac.id ABSTRAK Program Kota

Lebih terperinci

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 I. Program Pengelolaan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika *) Kegiatan Prioritas Nasional: 1.1 Perencanaan dan Rekayasa Alokasi Spektrum Frekuensi MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

Lebih terperinci

Peran Strategis Sentra KI dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia

Peran Strategis Sentra KI dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia Peran Strategis Sentra KI dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia oleh: Mhd Hendra Wibowo 1 Indonesia Kreatif dan Mandiri Teknologi melalui Pendayagunaan Kekayaan Intelektual (KI) adalah cita-cita yang wajar

Lebih terperinci

Amandemen UU no. 18/2002

Amandemen UU no. 18/2002 Amandemen UU no. 18/2002 RUU PPIP & Perpres Peneliti Kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI PP Himpenindo Tim (awal) Penyusun NA RUU PPIP L.T. Handoko laksana.tri.handoko@lipi.go.id L.T. Handoko Amandemen

Lebih terperinci

Term of Reference. Pengkaji Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu Program Riset IPTEK. I. Gambaran umum

Term of Reference. Pengkaji Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu Program Riset IPTEK. I. Gambaran umum Term of Reference Pengkaji Sistem Perencanaan dan Penganggaran Terpadu Program Riset IPTEK I. Gambaran umum Program Research and Innovation in Science and Technology Project atau RISET- Pro merupakan kerja

Lebih terperinci

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN J A K A R T A KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN Nomor : SK.50/VIII-SET/2010 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN PELAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, perkembangan teknologi informasi melesat dengan sangat pesat. Dukungan komponen baik itu dari segi hardware, software hingga brainware (segi

Lebih terperinci

TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT

TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT Ditjen SDPPI Kementerian Kominfo TANTANGAN INDONESIA PADA ERA BROADBAND ICT DR.Ir. ISMAIL, MT. Direktur Jenderal SDPPI Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian

Lebih terperinci

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) Modul Pelaksanaan Pemahaman Dasar SPPIP dan RPKPP MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)

Lebih terperinci

LAPORAN TIM HASIL PELAKSANAAN KERJA TIM KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA

LAPORAN TIM HASIL PELAKSANAAN KERJA TIM KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA LAPORAN TIM HASIL PELAKSANAAN KERJA TIM KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2015 TENTANG KELOMPOK

Lebih terperinci

PERINGATAN HARI KEBANGITAN TEKNOLOGI NASIONAL TAHUN 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN

PERINGATAN HARI KEBANGITAN TEKNOLOGI NASIONAL TAHUN 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN PERINGATAN HARI KEBANGITAN TEKNOLOGI NASIONAL TAHUN 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN ANUGERAH ABYUDAYA PRESTASI PERUSAHAAN ATAU INDUSTRI DALAM MELAKUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar yang dideklarasikan dalam WSIS untuk mewujudkan masyarakat informasi antara lain diperlukannya peran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar yang dideklarasikan dalam WSIS untuk mewujudkan masyarakat informasi antara lain diperlukannya peran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat internasional mengusung isu mengenai adanya kesenjangan informasi (informasi gap) dan kesenjangan dijital (digital divide) di dalam sebuah forum yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kualitas layanan sebagai salah satu realisasi dari tata kelola pemerintahan yang baik (Good Corporate Governance) mensyaratkan penerapan tata kelola

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

Evaluasi Kesesuaian Struktur Organisasi Pengelola Teknologi Informasi dengan Rencana Jangka Panjang Instansi (Studi Kasus pada Dinas XYZ)

Evaluasi Kesesuaian Struktur Organisasi Pengelola Teknologi Informasi dengan Rencana Jangka Panjang Instansi (Studi Kasus pada Dinas XYZ) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 A-316 Evaluasi Kesesuaian Struktur Organisasi Pengelola Teknologi Informasi dengan Rencana Jangka Panjang Instansi (Studi Kasus pada Dinas XYZ) Arief

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka memfasilitasi

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Jaringan Media Komunitas

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DEWAN RISET NASIONAL PADA SIDANG PARIPURNA III DRN Jakarta, 14 Desember 2016

SAMBUTAN KETUA DEWAN RISET NASIONAL PADA SIDANG PARIPURNA III DRN Jakarta, 14 Desember 2016 SAMBUTAN KETUA DEWAN RISET NASIONAL PADA SIDANG PARIPURNA III DRN Jakarta, 14 Desember 2016 Yang saya hormati Bapak Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, yang dalam hal ini diwakili oleh Prof.

Lebih terperinci

D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T

D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T Pedoman Layanan Informasi dan Konsultasi Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Berbasis Web D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo No.1452, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENRISTEK-DIKTI. SAKIP. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PADA SEMINAR DAN PAMERAN HASIL PENELITIAN DI MANADO. Manado, Oktober 2012

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PADA SEMINAR DAN PAMERAN HASIL PENELITIAN DI MANADO. Manado, Oktober 2012 SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PADA SEMINAR DAN PAMERAN HASIL PENELITIAN DI MANADO Manado, 23-24 Oktober 2012 Assalamualaikum Warakhmatullah Wabarakatuh Salam Sejahtera bagi

Lebih terperinci

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Kementerian Perindustrian pada Tahun Anggaran 2010 mendapat alokasi pagu definitif sebesar Rp.1.665.116.721.000. Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Pembangunan sektor industri tahun 2010 akan difokuskan pada

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN Program Pengembangan Teknologi Industri tahun 2016

BUKU PANDUAN Program Pengembangan Teknologi Industri tahun 2016 BUKU PANDUAN Program Pengembangan Teknologi Industri tahun 2016 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Jakarta Program Pengembangan Teknologi Industri Hal 1 Buku Panduan PROGRAM PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 36 /SM/Kp/XI/2013 TENTANG

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 36 /SM/Kp/XI/2013 TENTANG KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI KEPUTUSAN SEKRETARIS KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 /SM/Kp/XI/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang sedang berlangsung saat ini bukan semata-mata bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, melainkan juga mempunyai

Lebih terperinci

Roadmap Industri Telematika

Roadmap Industri Telematika Roadmap Industri Telematika Kementerian Perindustrian Republik Indonesia Jakarta, September 2011 I. LATAR BELAKANG 2 1. Bangun Industri Nasional Perpres 28/2008 ttg Kebijakan Industri Nasional Permenperin

Lebih terperinci

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi Outline 1 Gambaran Umum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 2 MEA dalam RKP 2014 3 Strategi Daerah dalam Menghadapi MEA 2015 MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) 2015 Masyarakat

Lebih terperinci

PANDUAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEILMUAN GURU BESAR BAGI DOSEN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2017

PANDUAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEILMUAN GURU BESAR BAGI DOSEN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2017 PANDUAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEILMUAN GURU BESAR BAGI DOSEN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2017 Disusun oleh: Tim Sekretariat Wakil Rektor I Universitas Negeri Yogyakarta UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI

PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI TRI RENI BUDIHARTI KEPALA PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA,22 OKTOBER 2012 1 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci