Executive Summary. Laporan Penelitian ASEAN Study Center Universitas Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
|
|
- Inge Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Executive Summary Laporan Penelitian ASEAN Study Center Universitas Indonesia bekerja sama Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Tim Peneliti: Makmur Keliat, Ph.D Asra Virgianita, MA Shofwan Al Banna Choiruzzad, Ph.D Agus Catur Aryanto Putro, S.Sos Sektor jasa adalah sektor yang semakin penting bagi perekonomian Indonesia, baik dari segi kontribusinya terhadap pendapatan nasional maupun dari segi penyerapan tenaga kerja. Dalam konteks ini, berlakunya Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dan liberalisasi sektor jasa yang menjadi salah satu elemen penting di dalamnya diharapkan dapat mendorong tumbuhnya sektor jasa dan memberikan manfaat bagi perekonomian Indonesia. Meskipun demikian, kita juga menyaksikan bahwa banyak pihak masih meragukan bahwa liberalisasi sektor jasa ASEAN seiring diterapkannya Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 akan menguntungkan Indonesia, khususnya para pekerja Indonesia. Para pelaku sektor jasa yang tergabung dalam asosiasi-asosiasi profesi yang diundang dalam focus group discussion (FGD) untuk penelitian ini secara umum menyampaikan kekhawatiran mereka bahwa liberalisasi sektor jasa akan menimbulkan dampak negatif bagi pelaku sektor jasa di dalam negeri. Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Jika kita melihat neraca perdagangan jasa, Indonesia terus menerus mengalami defisit yang besar. Nilai impor jasa kita sekira dua kali lipat dari ekspor jasa kita, sehingga defisit kita mencapai lebih dari 10 milyar USD. Defisit ini terjadi secara konsisten hingga tahun Di sisi lain, di banyak sektor, kehadiran penyedia jasa dari luar Indonesia dianggap perlu karena adanya kesenjangan antara kebutuhan tenaga profesional di sektor tersebut yang tidak mampu dicukupi oleh tenaga profesional dari dalam negeri. Dalam konteks inilah, penting untuk memahami kondisi daya saing tenaga terampil dan profesional Indonesia di berbagai sektor jasa, supaya liberalisasi sektor jasa dapat bermanfaat bagi Indonesia tanpa memberikan dampak negatif yang dapat mengganggu para profesional Indonesia di sektor jasa. Penelitian yang berfokus pada delapan sektor yang disepakati dalam perjanjian MRA dan MRA Framework ini menemukan gambar yang beragam, namun juga memiliki beberapa keseragaman. Secara umum, dari segi kuantitas sumber daya manusia, hampir semua sektor (insinyur, arsitektur, perawat, dokter, dokter gigi, dan akuntan) memiliki kekurangan jumlah tenaga profesional di bidang tersebut. Di sektor pariwisata, karakter sektor pariwisata yang terbuka membuat kita sulit memberikan penilaian terhadap Executive Summary 1
2 kesenjangan antara kebutuhan ketersediaan. Meskipun demikian, kita mengetahui bahwa banyak pelaku tidak memandang penting sertifikasi, sehingga hal ini juga dapat mengurangi daya saing, setidaknya secara formal, di dalam penerapan MRA. Di bidang surveying, tidak tersedia data yang memadai. Dalam hal kuantitas ini, aspek distribusi juga menjadi masalah yang penting. Di hampir semua sektor, mayoritas SDM yang tersedia terkonsentrasi di Jawa. Di sisi lain, kehadiran tenaga asing juga belum tentu menyelesaikan masalah ini karena justru akan menambah persaingan di tempat yang persaingannya sudah ketat seperti di Jawa atau khususnya Jakarta. Di sektor akuntansi misalnya, jumlah pasar begitu besar namun KAP Indonesia harus berebut di antara mereka sendiri karena mayoritas bagian dari pasar itu sudah didominasi oleh KAP yang berafiliasi The Big 4. Dari sisi kualitas, gambar yang didapatkan beragam kekhasan masingmasing, mulai dari sektor surveying yang dianggap menjadi salah satu yang terbaik di kawasan (bahkan untuk pemetaan pesisir termasuk terbaik di dunia), sampai perawat yang kekacauan tata kelolanya berpengaruh pada kualitas sumber daya manusianya yang membutuhkan banyak peningkatan. Dalam aspek tata kelola, gambar yang didapatkan pun beragam. Ada sektorsektor yang relatif mapan seperti dokter, dokter gigi, dan akuntansi. Namun, ada juga sektor yang tata kelolanya masih dipenuhi masalah seperti tumpang tindih peraturan atau koordinasi antar lembaga yang kurang baik seperti sektor jasa keperawatan. Ada pula yang belum memiliki UU khusus seperti sektor jasa insinyur. Salah satu yang menjadi benang merah adalah kurangnya koordinasi di antara pelaku sektor jasa tersebut pihak-pihak yang menjadi motor di dalam liberalisasi sektor jasa ASEAN dan tiadanya satu strategi bersama untuk memanfaatkan liberalisasi jasa ASEAN untuk kepentingan Indonesia. Dalam aspek infrastruktur, keberagaman juga muncul. Meskipun demikian, secara umum hampir semua sektor memiliki kekurangan dalam hal infrastruktur derajat yang berbeda-beda. Hal penting lain yang ditemukan dala penelitian ini adalah bahwa permasalahan di satu sektor berkaitan berbagai faktor lain yang terkait. Sebagai contoh, lambatnya pertumbuhan insinyur di Indonesia berkaitan strategi pembangunan nasional yang tidak mendorong profesi insinyur Indonesia untuk berkembang. Gambar yang beragam itu dapat dirangkum ke dalam peta berbentuk tabel berikut ini: Executive Summary 2
3 Tabel 1. Pemetaan Nilai Strategis dan Daya Saing Tenaga Terampil Indonesia di 8 Sektor MRA dan MRA Framework Sektor Nilai Strategis SDM Tata Kelola Infrastruktur Insinyur Sektor yang memberikan nilai tambah pada industri ekstraksi sumber daya alam. Berperan penting dalam pembangunan fisik negara. Kuantitas sangat kurang, idealnya ada 2 juta insinyur di Indonesia, namun saat ini hanya tersedia ribu. Belum ada undangundang yang mengatur keinsinyuran secara khusus, sehingga belum ada kejelasan tata kelola profesi Terbatas dan pendidikan masih tertinggal dibanding beberapa negara ASEAN lainnya. Arsitektur Perawat Dokter Bagian dari pengembangan fisik negara, seperti untuk infrastruktur. Bagian dari total Health Expenditure yang merupakan 2,7 persen dari total GDP. Berkaitan pembangunan manusia. Semakin penting seiring pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Bagian dari total Health Kualitas cukup memadai. Kuantitas masih kurang memadai. Hanya ada 45 Arsitektur ASEAN di Indonesia. Kekurangan baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, termasuk dalam aspek bahasa. Ada kesenjangan antara insinyur Sudah cukup baik, tapi perlu penyesuaian standar ASEAN (mis: pendidikan arsitektur di ASEAN membutuhkan 5 tahun, di Indonesia 4 tahun) Banyak tumpang tindih peraturan. Nomenklatur tidak jelas. Koordinasi antar lembaga kurang baik (Kementrian Kesehatan, Kementrian Pendidikan, Kementrian Tenaga Kerja). Cukup mapan. Perlu Terbatas dan pendidikan masih tertinggal dibanding beberapa negara ASEAN lainnya. Terbatas, masih terpusat di Jawa Infrastruktur dan pendidikan Executive Summary 3
4 Dokter Gigi Pariwisata Surveying Expenditure yang merupakan 2,7 persen dari total GDP. Berkaitan pembangunan manusia. Semakin penting seiring pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Bagian dari total Health Expenditure yang merupakan 2,7 persen dari total GDP. Berkaitan pembangunan manusia. Semakin penting seiring pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Pendapatan dari wisatawan asing mencapai 7,952 miliar USD atau 1,1% dari total GDP Indonesia. Sektor yang terbuka, sehingga dapat mendorong kesejahteraan masyarakat luas, termasuk di daerah. Berkaitan kebutuhan dan ketersediaan. Distribusi jasa dokter masih terpusat di Pulau Jawa dan Sumatera. Standar kompetensi yang berbeda negara ASEAN lainnya. Dari segi kualitas dapat bersaing. Dari segi kuantitas, masih ada kesenjangan antara kebutuhan jumlah yang ada. Distribusi juga belum merata. Dari segi kualitas, dapat bersaing. Karena sifatnya yang cenderung tidak mementingkan administrasi, data jumlah tidak tersedia. Dari segi kualitas, dukungan pemerintah untuk mendorong keunggulan dokter Indonesia. Cukup mapan dan berjalan baik. Desentralisasi menciptakan peluang namun juga memunculkan masalah tata kelola. Peraturan tidak terlalu diperhatikan di lapangan. Tata kelola di masing-masing masih tertinggal dari beberapa negara ASEAN. Terkonsentrasi di Pulau Jawa. Indonesia cukup tertinggal dibandingkan negara ASEAN yang lain. Tidak ada data. Namun, secara Executive Summary 4
5 Akuntan integritas wilayah Indonesia. Berperan penting dalam produksi barang dan jasa yang lain; penting bagi implementasi dan penegakan peraturanperaturan yang berkaitan keuangan. termasuk yang terbaik di dunia. Namun, pendataan kurang baik sehingga sulit menilai kecukupan jumlah. Jumlah Akuntan Publik tertinggal jika dibandingkan beberapa negara ASEAN; jumlah Akuntan Publik di Indonesia tidak bertambah secara signifikan dari tahun ke tahun; ROSC dari World Bank mencatat bahwa masih banyak kelemahan auditor Indonesia; Telur-Ayam ada dalam kualitas, karena pasar dikuasai KAP asing, KAP Indonesia tidak bisa mengembangkan kualitas dan karena tidak bisa mengembangkan kualitas, pasar lebih menyukai subsektor di dalamnya cukup baik, namun koordinasi di antara subsektor yang berbeda-beda masih harus diperbaiki. Ada beberapa tumpang tindih, misalnya antara BIG BPN. Cukup mapan dan semakin membaik. Upaya konvergensi di standar global. umum dipercaya bahwa karena produknya baik, maka infrastrukturnya cukup memadai. Jumlah program studi akuntan cukup banyak, namun tidak semua lulusannya menjadi akuntan. Kurangnya pelatihan profesional. Executive Summary 5
6 jasa KAP global yang dianggap lebih memenuhi standar internasional. Rekomendasi Kebijakan Berdasarkan temuan-temuan tersebut, penelitian ini merekomendasikan beberapa langkah berikut ini: 1. Penguatan koordinasi antarinstitusi pemerintah yang terkait memperkuat Sekretariat Nasional ASEAN, salah satu fokus konkretnya adalah membangun strategi untuk memperkuat daya saing di 8 sektor yang telah disepakati dalam MRA dan MRA Framework, termasuk memetakan peluang di dalam negeri dan di negara-negara ASEAN. 2. Menggalakkan upaya mendorong daya saing di 8 sektor yang telah disepakati dalam MRA dan MRA Framework sesuai keadaan di masing-masing sektor tersebut. Rekomendasi spesifik akan ditambahkan di bagian selanjutnya dari bagian ini. 3. Mendorong pemerintah dan para pemangku kepentingan yang lain untuk memprakarsai pertemuan rutin yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Ada gagasan untuk membuat Masyarakat Profesional Indonesia, khususnya yang melibatkan 8 sektor tersebut. 4. Pemerintah harus bertindak proaktif mendorong berbagai inisiatif untuk menjangkau para pelaku di sektor jasa tersebut di Indonesia dan membangun kesiapan mereka. Salah satu yang dapat dilakukan adalah pembuatan mekanisme yang dapat memberikan insentif yang lebih nyata jika seorang insinyur, arsitek, akuntan atau yang lain memiliki sertifikasi ASEAN. Berikut ini adalah daftar rekomendasi yang bersifat spesifik di masing-masing sektor: Tabel 2. Rekomendasi Spesifik untuk Masing-Masing Sektor Sektor Rekomendasi Insinyur 1. Adanya keperluan mendesak untuk segera mengesahkan RUU Keinsinyuran agar peraturan mengenai profesi insinyur lebih memiliki kualifikasi dibanding sebelumnya yang belum ada UU yang mengaturnya. 2. Koordinasi pemerintah dalam hal pendidikan agar kuantitas dan kualitas sarjana Executive Summary 6
7 teknik bisa meningkat, seiring peningkatan kualitas perguruan tinggi penyelenggara pendidikan teknik. 3. Kebijakan pemerintah untuk tidak berorientasi pada penjualan hasil mentah atas sumber daya alam yang diperoleh dari bumi Indonesia tujuan menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih besar bagi sarjana teknik. 4. Perlu adanya insentif dari pemerintah kepada profesi insinyur yang telah memperoleh sertifikat ASEAN. Sebab jika insinyur telah memperoleh sertifikat ASEAN namun tidak ada penghargaan lebih atau insentif dari pemerintah, maka dorongan bagi insinyur untuk mengambil sertifikasi ASEAN tidak akan terwujud. Arsitektur 1. Menyesuaikan durasi pendidikan arsitektur nasional supaya kompatibel standar ASEAN. 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan arsitektur. 3. Memberikan persyaratan tambahan dalam praktik arsitektur lintas negara ASEAN seperti regulasi tentang kandungan lokal dalam setiap karya yang dihasilkan sesuai karakter khas budaya yang ada di wilayah Indonesia. 4. Mempromosikan budaya nasional yang beridentitas, termasuk dalam pilihan gaya arsitekturtur. Perawat 1. Mengkaji kembali beberapa kebijakan di sector jasa keperawatan terkait misalnya definisi tentang profesi perawat, proses sertifikasi yang tumpang tindih, dan jenjang kependidikan keperawatan. Regulasi Pendidikan Perawat terutama pada jalur pendidikan vokasi masih terdapat kebijakan ganda antara Kemenkes dan Kemendiknas. 2. Menyiapkan skenario atau perencanaan penempatan tanaga perawat Indonesia secara strategis. Hal ini perlu dilakukan mengingat persoalan kebutuhan tenaga perawat juga menjadi persoalan domestik. Strategi untuk menyelaraskan antara kepentingan domestic dan komitmen pasar bebas yang sudah disepakati mendesak untuk segera dilakukan. 3. Mengupayakan agar RUU keperawatan dapat segera disahkan, sehingga dapat berfungsi sebagai badan regulator keperawatan yang Executive Summary 7
8 mandiri di Indonesia untuk menata sistem kredensial bagi perawat. Dokter 1. Perlunya meningkatkan daya saing tenaga dokter Indonesia melalui peningkatan standar kompetensi, sambil mengupayakan untuk mengejar kseragaman kompetensi bersama di antara negara-negara ASEAN. 2. Mereview secara rutin standar kompetensi yang sudah dibuat untuk bisa mengikuti perkembangan standar kompetensi di negara lainnya; 3. Memperbanyak jumlah dokter cara memperbanyak institusi pendidikan kedokteran. Selain itu, perlu memetakan kembali distribusi dokter dan intitusi kedokteran yang selama ini bertumpuk di Pulau Jawa. 4. Memperkuat infrastruktur pendukung dalam hal ini teknologi kedokteran dan institusi pendidikan kedokteran yang memadai. 5. Terkait praktek dokter asing, pemerintah perlu memikirkan untuk menggunakan celah dalam MRA untuk memposisikan dokter Indonesia menjadi lebih kompetitif dibandingkan dokter asing, misalnya melalui persyaratan penguasaan bahasa setempat. Dokter Gigi 1. Memperkuat koordinasi antara PDGI, Kementrian Kesehatan, dan KKI Kementrian Perdagangan melalui pelibatan perwakilan dari dokter gigi di dalam prosesproses yang berkaitan liberalisasi sektor jasa ASEAN. 2. Meningkatkan kualitas dan jumlah lembaga pendidikan tinggi yang menyediakan program pendidikan kedokteran gigi mempertimbangkan distribusi wilayah. 3. Menegaskan bahwa sektor kesehatan, termasuk kesehatan gigi, bukanlah semata-mata bersifat ekonomi. Ia harus dipandang sebagai sesuatu yang penting bagi pembangunan manusia sehingga harus ada perhatian khusus untuk menjamin bahwa liberalisasi tidak akan memberikan dampak negatif pada masyarakat. Profesional Pariwisata 1. Harmonisasi tata kelola kepariwisataan di Indonesia, misalnya membentuk layanan satu pintu untuk lisensi/perizinan di level nasional melibatkan pemerintah daerah. Executive Summary 8
9 2. Para profesional pariwisata Indonesia sebenarnya berpeluang meningkatkan daya saing mereka jika mereka mampu memanfaatkan infrastruktur pariwisata dan pendukung pariwisata di negara lain baik, seperti misalnya membuka bisnis pariwisata di Singapura atau Malaysia yang peringkatnya lebih baik, lalu diintegrasikan pariwisata Indonesia (misalnya: Paket Wisata ASEAN). Untuk itu, perlu dukungan pemerintah untuk memetakan peluang di sektor ini di berbagai negara ASEAN yang lain. 3. Perbaikan infrastruktur pariwisata dan infrastruktur pendukung seperti infrastruktur transportasi darat dan udara. 4. Mendorong tenaga profesional pariwisata di Indonesia untuk memiliki sertifikasi. Karena banyak pelakunya saat ini masih tidak memandang hal tersebut penting, pemerintah harus proaktif tidak menunggu para profesional ini datang untuk diuji. Pemerintah bisa mendatangi tempat-tempat di mana banyak profesional ini berkumpul dan melakukan proses sertifikasi di tempat tersebut (semacam Sertifikasi Profesional Pariwisata Keliling ). Surveying Akuntansi 1. Memperjelas koordinasi intra-sektor. 2. Menetapkan asosiasi yang memiliki legitimasi penuh sebagai asosiasi profesi di tingkat nasional. 3. Dalam hal pemanfaatan sumber daya manusia, penyerapan lulusan perguruan tinggi atas sederajat dalam bidang kebumian, geografi, geologi, dan sejenisnya perlu ditingkatkan mengingat kondisi geografis Indonesia yang sangat luas. 1. Menyempurnakan sistem pendidikan profesional akuntan melakukan beberapa perubahan dalam regulasi (misal: akuntan sebagai profesi, tidak sekedar gelar ). Contoh lainnya adalah mendorong penerapan Chartered Accountant. 2. Konvergensi IFRS harus dilakukan cermat sesuai kebutuhan nasional. 3. Berkaitan nilai strategis suatu sektor, perlu ada pembatasan bahwa hanya akuntan Indonesialah yang dapat terlibat di dalam pelayanan jasa akuntansi di sektor tersebut. Sebagai contoh, lembaga pemerintah di tingkat Executive Summary 9
10 pusat maupun daerah seharusnya diaudit oleh KAP Indonesia. 4. Melakukan pemetaan potensi pasar jasa akuntan di dalam negeri dan di negara-negara ASEAN yang lain. 5. Membangun komunikasi dan koordinasi masyarakat profesional yang lain untuk saling mendorong daya saing Indonesia di masingmasing sektor. Sebagai contoh, IAI dapat membantu rumah sakit di Indonesia menjadi lebih baik secara manajemen sehingga dapat bersaing rumah sakit di Malaysia atau Singapura. Untuk itu, ada usulan untuk membangun Masyarakat Profesional Indonesia. Executive Summary 10
Simposium Akuntan Pendidik Medan, 16 September Oleh: MUSTOFA, CA. Anggota Dewan Penasihat IAI
Simposium Akuntan Pendidik Medan, 16 September 2015 Oleh: MUSTOFA, CA Anggota Dewan Penasihat IAI Welcome, MEA 2015 MEA: membentuk pasar tunggal Asia Tenggara Tujuan: meningkatkan daya saing Mempermudah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015
PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015 J.S. George Lantu Direktur Kerjasama Fungsional ASEAN/ Plt. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNITAS ASEAN 2025 Masyarakat
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap negara pasti memiliki hubungan interaksi dengan negara lain yang diwujudkan dengan kerja sama di suatu bidang tertentu. Salah satu diantaranya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang telah diaudit oleh akuntan publik. Selain itu, kondisi perekonomian domestik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan jasa profesi akuntansi, khususnya jasa akuntan publik di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Banyak peraturan perundangundangan yang mewajibkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan
Lebih terperinciSKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes
SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes 1 Kompetensi tenaga kesehatan yang belum sesuai dengan kebutuhan individual pasien maupun populasi; Kerja sama antar profesi yang masih rendah; Paradigma yang lebih berorientasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Jumlah Akuntan Publik Sumber: PPPK Kementerian Keuangan RI (2014),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik di Indonesia terus berkembang khususnya sejak tahun 1989. Menurut Gede Muhammad dalam buku Teori Akuntansi (2005), ada beberapa faktor
Lebih terperinciTujuan Pembangunan Negara RI adalah kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat Indonesia.
RANGKUMAN PEMIKIRAN Rapat Koordinasi Nasional Sinergitas Konsil Kedokteran indonesia dengan Pemangku Kepentingan dalam Pengawalan Profesionalisme Dokter dan dokter Gigi Menghadapi Tantangan Global Makasar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Logistik Nasional memiliki peran strategis dalam menyelaraskan kemajuan antar sektor ekonomi dan antar wilayah demi terwujudnya sistem pertumbuhan ekonomi yang
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN ITB BANDUNG, 28 JULI 2016
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN ITB BANDUNG, 28 JULI 206 KENDALA PENGADAAN TANAH DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ISU YANG DIHADAPI PROYEK STRATEGIS NASIONAL ISU PROSES PENDANA AN 8% ISU PELAKSA-
Lebih terperinciSTUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D
STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinci-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan
Lebih terperinciPROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES
NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN
SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik di Indonesia sebanyak orang dan 55% berdomisili di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Data dari Pusat Pembinaan Akuntan Publik dan Jasa Penilai (PPAJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI per 21 Juni 2012 memperlihatkan jumlah Akuntan Publik
Lebih terperinciKebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional
Policy Brief TR 2016 02 Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional Nazla Mariza, M.A.; Bambang Wicaksono, M.Si.; Joanna Octavia, M.Sc. Ringkasan Industri perikanan nasional Indonesia
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang dalam mengembangkan
Lebih terperinci2 Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pembangunan Tenaga Kerja Industri dan penggunaan konsultan Industri, pemanfaatan dan
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Sumber Daya Industri. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 146) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciPROFESI AKUNTANSI MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PROFESI AKUNTANSI MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam masa globalisasi saat ini sangat diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam masa globalisasi saat ini sangat diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas disetiap bidangnya guna sebagai salah satu faktor mendukung
Lebih terperinciINSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAPI) & AKUNTAN PUBLIK
INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAPI) & AKUNTAN PUBLIK MISI DIDIRIKANNYA IAPI Menyediakan SDM profesional bidang akuntansi yang memiliki kompetensi sesuai standar global melalui proses rekrutmen anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara. Harmonisasi terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada akhir tahun 2015 ini, akan mulai diberlakukan Masyarakat Ekonomi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 ini, akan mulai diberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk menghadapi MEA yang meliputi lima aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi negara merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciKESIAPAN MAHASISWA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI AKPER YKY
KESIAPAN MAHASISWA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI AKPER YKY Rahmita Nuril Amalia 1, Dwi Juwartini 2, Yayang Harigustian 3 1, 2, 3 Staff Dosen Keperawatan Komunitas Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi Free Trade Area (AFTA) dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. pada ASEAN Economic Community (AEC) yang mana merupakan pedoman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini persaingan sangat ketat terutama dalam dunia bisnis. Budaya, teknologi dan pendidikan merupakan bagian dalam kehidupan manusia yang secara
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB II PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA
BAB II PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA 2.1 Sejarah Program Studi Vokasi Universitas Indonesia Universitas Indonesia (UI) secara internasional diakui sebagai salah satu universitas
Lebih terperinciGambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan
Tata Nilai LAM PTKes terdiri atas : a. Nilai Dasar : Amanah dan Mandiri b. Nilai Operasional Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misinya berlandaskan pada Nilai Dasarnya, LAM- PTKes menganut 5 Prinsip Operasional
Lebih terperinci18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan
18 Desember 2013 STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup 18 Desember 2013 Peran Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor
B A B BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bangsa Indonesia menghadapi situasi yang selalu berubah dengan cepat, tidak terduga dan saling terkait satu sama lainnya. Perubahan yang terjadi di dalam
Lebih terperinciDALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI KE PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciMENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo *
MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo * Dalam KTT Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) ke-9 yang diselenggarakan di Provinsi Bali tahun 2003, antar
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian
1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
No.5520 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI IPTEK. Keinsinyuran. Profesi. Penyelenggaraan. Kelembagaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 61) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciCUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG
CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap tenaga kerja sebagai akuntan publik. perubahan mendasar sejak awal tahun 1990-an (Machfoedz, 1999).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya pertumbuhan suatu negara tentunya juga diimbangi dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang lebih berkualitas. Disamping itu, perubahan serta pembaharuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Statistik Indonesia menjelaskan sebagai berikut : Lowongan Pencari kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia kerja selalu meningkat seiring perkembangan waktu. Jumlah angkatan kerja yang tinggi tidak mampu ditampung oleh jumlah lapangan kerja megakibatkan
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm. 11-17 Dampak RUU Akuntan Publik Terhadap Pengembangan Profesi Akuntan Publik Di Indonesia Oleh Indarto Waluyo 1 Abstrak Profesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang sehat dan efisien. Seiring dengan berjalan nya kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan salah satu program studi di bidang ekonomi yang banyak diminati oleh mahasiswa karena akuntansi sudah menjadi bagian hal yang penting dalam
Lebih terperinciB. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku
Lebih terperinciBAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI
BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI A. Tahapan Pelaksanaan MP3EI merupakan rencana besar berjangka waktu panjang bagi pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karenanya, implementasi yang bertahap namun
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang terluas di Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang terluas di Asia Tenggara, memiliki banyak pulau-pulau kecil serta sumber daya alam yang melimpah. Bukan hanya
Lebih terperinciTabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA
BAB II DESKRIPSI PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA 2.1 Sejarah Program Studi Vokasi Universitas Indonesia Program Vokasi Universitas Indonesia atau disingkat Vokasi UI dibentuk tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 2013 telah telah berkembang issue tentang liberalisasi profesi penyedia jasa di bidang keuangan, khususnya akuntan. Liberalisasi profesi akuntan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 20152014 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciKAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D
KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR Oleh: TUHONI ZEGA L2D 301 337 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciPENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago
PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia
Lebih terperinciMENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO
MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK 9 Juli 2015 Oleh : DPN APINDO Intervensi khusus diperlukan untuk mengatasi masalah tingginya insiden pekerjaan berupah rendah, termasuk
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015, Indonesia akan memasuki ASEAN Community. Pergerakan bebas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 2015, Indonesia akan memasuki ASEAN Community. Pergerakan bebas dari barang-barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan kebebasan arus
Lebih terperinciPAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI
Lebih terperinciINTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP)
V INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) Gambaran Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor konstruksi mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor konstruksi mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi terhadap perekonominan nasional, serta mempunyai peran penting bagi pencapaian sasaran pembangunan nasional
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL II berbasis
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL II berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG KEINSINYURAN: Harapan Baru Tingkatkan Profesionalisme Insinyur Oleh: Wiwin Sri Rahyani*
UNDANG-UNDANG KEINSINYURAN: Harapan Baru Tingkatkan Profesionalisme Insinyur Oleh: Wiwin Sri Rahyani* Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyelesaikan pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Keinsinyuran
Lebih terperinciStrategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR
Strategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Seminar Serial Kelompok TEMPO Media dan Bank Danamon dengan Tema : Peran Pemberdayaan dalam Pengembangan Ekonomi Daerah.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2015 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5777). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2014 ADMINISTRASI. Sumber Daya Manusia. Metereologi. Klimatologi. Geofisika. Pengembangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS SABANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya, pertumbuhan ekonomi dapat dirangsang oleh perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin pertumbuhan, pertumbuhan dipimpin
Lebih terperinciTANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak
TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Sri Suharmini Wahyuningsih 1 minuk@ut.ac.id Abstrak Kesepakatan pemimpin ASEAN dalam memajukan masyarakat agar dapat mengembangan perekonomian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini bertujuan untuk menyimpulkan pembahasan dan analisa pada bab II, III, dan IV guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu keuntungan apa yang ingin diraih
Lebih terperinci2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untu
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.79, 2015 ADMINISTRASI. Akuntan Publik. Asosiasi. Profesi. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5690) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS SABANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (dalam Iqbal, 2011) menyebutkan bahwa rata-rata mahasiswa memilih jurusan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan salah satu jurusan favorit dalam fakultas ekonomi yang banyak diminati oleh mahasiswa saat ini. Dari hasil penelitian Basuki, 1999 (dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dunia perekonomian global dan modern. Dengan meningkatnya kemudahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seorang akuntan adalah profesi yang diakui penting dalam perkembangan dunia perekonomian global dan modern. Dengan meningkatnya kemudahan akses untuk bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa eksekutif jurusan akuntansi Universitas Esa Unggul (UEU)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa eksekutif jurusan akuntansi Universitas Esa Unggul (UEU) Jakarta yang telah bekerja di bidang akuntansi memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi akuntan
Lebih terperinci3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan
VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan tentang studi pengembangan wilayah di Kapet Bima dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kapet Bima memiliki beragam potensi
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar negara-negara di dunia dalam hal perekonomian merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian dari setiap negara. Sebuah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciKesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kesiapan Pemerintah di Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam Menghadapi MEA 2015 SEKILAS TENTANG ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC)/ MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Kerjasama ekonomi ASEAN mengarah kepada
Lebih terperinciRoadmap Keuangan Syariah Indonesia
Roadmap Keuangan Syariah Indonesia 2015-2019 Keselarasan Nilai Ekonomi Syariah Nilai-nilai ekonomi syariah memiliki kesamaan dengan nilai-nilai luhur dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia 7 Keselarasan
Lebih terperinciKetua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI
PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin berat. Tantangan tersebut adalah diberlakukannya perdagangan bebas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi akuntan di Indonesia sekarang ini menghadapi tantangan yang semakin berat. Tantangan tersebut adalah diberlakukannya perdagangan bebas diantara negara-negara
Lebih terperinciBAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai
BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Latar belakang permasalahan merupakan beberapa isu yang membutuhkan solusi melalui perancagan sebuah fasilitas bangunan untuk memecahkan masalah tersbut.
Lebih terperinciPROGRAM REFORMASI KOPERASI
PROGRAM REFORMASI KOPERASI Tim Reformasi Koperasi Kementerian Koperasi dan UKM Jakarta, 21 Desember 2015 LATAR BELAKANG (1) a. Selama 15 tahun terakhir perekonomian Indonesia tumbuh ratarata 6% per tahun,
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperincibagi Indonesia dalam menghadapi persaingan regional maupun global. Kedua, Infrastruktur industri penerbangan juga memiliki kelebihan berupa banyaknya
BAB V KESIMPULAN Fenomena ASEAN Open Sky menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari oleh Pemerintah Indonesia. sebagai negara yang mendukung adanya iklim perdagangan bebas dunia, Indonesia harus mendukung
Lebih terperinci