RAGAM KONFLIK DI ASIA TENGGARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RAGAM KONFLIK DI ASIA TENGGARA"

Transkripsi

1 RAGAM KONFLIK DI ASIA TENGGARA Dalam konteks sejarah, kawasan Asia Tenggara memang telah menarik pihak luar untuk menanamakan pengaruh ekonomi dan politiknya. Apakah yang berbasis dari India, Mongolia, ataupun Arab serta komunitas Eropa menjelang abad 15 Masehi. Sehingga tidak berlebihan kiranya jika di kemudian hari Asia Tenggara menjadi kawasan yang rentan terjadi konflik antara tarik menarik kepentingan dari luar. Asia Tenggara merupakan area yang dalam konteks abad 20 ditenggarai sebagai salah satu pusaran konflik dunia. Hal ini dengan dipergunakannya wilayah Asia Tenggara sebagai titik kulminasi perang dunia II. Sehingga tidak berlebihan, pasca perang dunia II, kawasan ini menjadi target perebutan pengaruh bagi kubu Komunis maupun Liberalis, yang ditandai dengan pembentukan pakta militer SEATO (South East Asia Treaty Organizations) oleh Amerika Serikat dan sekutu, dan upaya perluasan Pakta Warsawa Uni Soviet di Vietnam pasca kejatuhan Vietanam Selatan. Dari sisi internal, ragam konflik di Asia Tenggara cenderung tidak begitu tampak, artinya bukan berarti tidak terjadi konflik sama sekali, namun sengaja konflik tersebut diformulasikan dalam bentuk latent. Hal ini sangat bisa difahami bahwa karakteristik dasar masyarakat Asia Tenggara adalah agraris, yang sangat menjunjung tinggi tradisi harmoni. Intervensi kepentingan dari luarlah tampaknya yang kemudian mengangkat konflik latent tersebut menjadi gejala konflik manifest. Seperti misalnya bagaimana derasnya perlawanan masyarakat agraris dan pantai di Indonesia terhadap penjajahan Belanda, yang berlangsung sampai 350 tahun lebih. Ataupun konflik Indonesia-Malaysia-Singapura menjadi konflik manifest, tatkala Sukarno melihat Malasyia-Singapura adalah representasi nekolim (neokolonialisme-liberalisme) yang memang berwatakan tradisi dari luar. Bagaimana gigihnya negara ASEAN untuk menghadang perluasan komunisme juga tak bisa dilepaskan dari pemahaman bahwa tradisi komunisme bukanlah tradisi dari Asia Tenggara. Intervensi kepentingan dari luarlah tampaknya kemudian mengangkat konflik latent tersebut menjadi gejala konflik manifest Aktor Konflik Konflik Berbasis Negara

2 Konflik berbasis negara mulai muncul pasca negara-negara di Asia Tenggara telah menjadi negara yang berdaulat penuh. Konflik tersebut muncul seperti : Konflik Indonesia- Singapura-Malaysia, yang dalam bentuk perang terbuka (wars) 1 di dekade 1960-an. Demikian konflik dalam watak games juga terjadi antara negara-negara Asean dengan beberapa negara yang berada dalam pengaruh idiologi Komunisme, terutama yang menjadi ancaman serius adalah kemenangan Vietnam Utara atas Selatan di dekade 1970-an. Konflik terbuka ini mulai dekade 1980-an mulai tergeser dalam bentuk konflik yang tensi penggunaan fisik mulai menurun. Hal ini ditandai semakin mantapnya hubungan negara-negara Asean dan untuk sementara waktu konflik antar mereka dilatentkan. 2 Demikian pula mulai dekade 1990-an, hubungan dengan negara-negara yang terpengaruh oleh idiologi komunis yang dalam dekade an menggalami ketegangan mulai mencair dengan diterimanya negaranegara tersebut menjadi anggota negara ASEAN. Konflik yang beraroma high-politics kemudian bergeser menjadi konflik yang berbasiskan low politics, yakni konflik yang bernuansakan persoalan ekonomi dan migrasi barang dan jasa. Hal ini muncul tatkala terjadi kompetisi perdagangan antar negara ASEAN, semisal antara Malaysia dan Indonesia yang notabene merupakan negara pengekspor karet terbesar di dunia dan produk tekstil, dengan sasaran ekspornya adalah negara Amerika dan Eropa. Konflik juga muncul dalam konteks perdagangan bahan dasar pokok seperti beras dan gula. Thailand, Vietnam dan Indonesia 3 merupakan negara penghasil beras dan gula terbesar di Asia Tenggara. Terutama dalam konteks perebutan pasar di negara negara Asia Ttenggara sendiri. Sehingga memasuki tahun 1990, maka ASEAN menformat kerjasama ekonomi untuk mengeliminasi konflik dengan membentuk AFTA (ASEAN Free Trade Area). 1 Graham T. Allison membagi degree of conflict dalam debate, game dan war, debate adalah konflik dalam dataran ide, game adalah konflik dalam dataran aksi tapi tidak sampai terjadi konfrontasi fisik yang menghancurkan, sedangkan wars adalah tingkat konflik dengan penggunaan intrumen fisik yang masif, dan ditujukan untuk menghancurkan fihak lawan. Lihat lebih jauh dalam Allison dalam Mohtar Mas oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta, LP3ES, Indonesia, Malasyia, Singapura dan Thailand yang memiliki konflik di perbatasan sengaja menempatkan konflik antar mereka untuk senantiasa dikelola agar tidak menjadi konflik terbuka. Hal ini kemudian dimantapkan dengan ditandatangani ZOFPAN sebagai salah satu embrio kerjasama politik antar negara ASEAN. 3 Di tahun 1990-an, Indonesia telah mencapai swa-sembada pangan dan memungkinkan untuk melakukan eskpor produk pangan, namun memasuki paruh dekade 1990-an, Indonesia mengalami defisit pangan sehingga harus mengimport dari negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand.

3 Dalam konteks konflik migrasi, cenderung menguat di dalam dekade 1990-an, selama ini negara tujuan bagi tenaga kerja Indonesia di luar negeri adalah negara-negara di Timur Tengah ataupun negara di Asia Timur. Namun semenjak negara Brunei Darusalam, Singapura dan Malaysia mencapai kemakmuran yang tinggi dengan pendapatan perkapita lebih dari 5000 US $ maka terjadi pergeseran sangat signifikan negara tujuan TKI. Dengan banyaknya migrasi antara negara-negara ASEAN kemudian menyulut berbagai problem ketenagakerjaan. Negara Filipina dan Indonesia sebagai negara pengekspor tenaga kerja ke negara kemudian sering mengalami friksi dengan negara Singapura, Brunei dan Malaysia. Memang selama ini konflik ketenagakerjaan tidak sampai mengalami ketegangan yang sangat serius. Kalaupun di tahun 2005 setelah pemerintah Malaysia melakukan razia Tenaga kerja illegal setelah batas amnesti selesai dan menimbulkan perlawanan yang sengit dari masyarakat Indonesia, hal tersebut tidak bisa dipisahkan karena terdapat persoalan konflik high politics, yakni konflik Ambalat. Konflik Antara Pemerintah-Masyarakat Fenomena konflik antar masyarakat dalam bentuk manifest banyak tercermin ke dalam negara-negara dengan basis republik dibandingkan dengan negara-negara berbasis kerajaan. Hal ini disebabkan angka indeks demokrasi di negara berbasis republik lebih besar dibandingkan dengan negara kerajaan, meski masih banyak ditemui bahwa negara yang basis Republik-pun, indeks demokrasinya relatif masih kecil. Negara yang memiliki indeks terbesar dimiliki oleh Filipina dan Indonesia. 4 Meskipun terdapat negara republik yang indeks demokrasi sangat rendah, yakni Myanmar karena regim yang berkuasa adalah regim militer dan Vietnam yang berbasis komunisme. Namun gejala oposisi di Myanmar jauh lebih tampak dibandingkan dengan negara Singapura dan Malaysia. Fenomena konflik antar masyarakat dalam bentuk manifest banyak tercermin ke dalam negaranegara dengan basis republik dibandingkan dengan negaranegara berbasis kerajaan Meskipun demikian bukan berarti di Malaysia, Brunei dan Singapura hampir tidak terjadi konflik antara masyarakat dan pemerintah. Konflik antar etnis di Malaysia di dekade 1960-an, 4 Lihat index demokrasi negara di Asia Tenggara dalam Roos and Marlay, Democracy in South East ASIA: The Wind and Change,

4 antara etnis China, India, dan Melayu sehingga sempat membuat kerusuhan etnis yang sangat berarti. Belajar dari kasus inilah kemudian melahirkan ISA (Internal Security Act) yang menyebabkan gejala konflik diminimalir dalam bentuk manifest, akan tetapi yang terjadi adalah konflik dalam bentuk latent. Demikian pula terjadi di Singapura dan Brunei, dengan penduduk yang relatif sedikit disertai dengan kemakmuran yang cukup tinggi, maka gejala konflik cenderung termarginalkan. Untuk kasus di Singapura, meskipun bukan negara kerajaan namun kuatnya pengaruh Konfusianisme yang sangat menghormati kedisiplinan atau tertib sosial sehingga bentuk konflik secara manifest jarang sekali muncul. Bahkan Lee Kuan Yew sampai menjadi Perdana Menteri Singapura dan tidak terjadi transisi elit yang berarti. 5 Sedangkan untuk kasus di Brunei, gejolak perlawanan masyarakat kepada negara memang pernah muncul di tahun 1960-an, namun semenjak penyerahan kedaulatan Brunei Darusallam dari Inggris 1994, maka praktis gejolak konflik antara pemerintah dan masyarakat cenderung tereduksi dengan sendiri. Jaminan sosial dan layanan ekonomi pemerintah kepada masyarakat menyebabkan benturan kepentingan relatif tereduksi. Sehingga ada kecenderungan angka indeks demokratisasi di negara berbasis minyak akan naik seiring dengan berkurangnya deposit minyak yang dimiliki. 6 Konflik antara masyarakat dengan negara juga terjadi di Filipina, Thailand, terutama karena persoalan split community. Posisi mayoritas dan minoritas telah memberikan kontribusi yang berarti terhadap konflik ini. Kasus patani dan Mindanou merupakan cermin konflik antara regim yang didominasi oleh kelompok mayoritas berhadapan dengan etnis minoriotas. Sedangkan konflik di kawasan Indo-China terdapat kecenderungan konflik cenderung dilakukan sebagai representasi kebijakan negara yang otoriter dan represif terhadap 5 Sehingga Singapura oleh Roos and Marlay dikategorian sebagai negara Semi-demokratis, lihat dalam ibid., 6 Salah satu contoh negara yang menarik adalah Qatar, Qatar diyakini deposit minyaknya akan mengalami pengurangan yang sangat serius dalam 2 dekade ke depan, sehingga mulai sekarang Qatar mulai memberikan iklim keterbukaan politik bagi masyarakatnya, lihat dalam Penelitian LIP Prospek Kerjasama Ekonomi Politik Indonesia dan Timur Tengah, Jakarta, LIPI, 2001

5 masyarakat. Masyarakat hanya menjalankan program dari pemerintah, dan tidak ada alternatif pilihan yang memungkinkan mereka memilih. Sehingga dalam batas tertentu indeks konflik di negara-negara Indo China cenderung latent, sehingga mempengaruhi angka indeks demokratisasinya. 7 Konflik Antar Masyarakat Dalam konteks konflik antar masyarakat banyak terjadi di lokasi yang mengalami ekskalasi konflik yang sangat tinggi. Pola ini tidak bisa dilepaskan dari persoalan konflik di tingkat negara. Artinya jika suatu negara memiliki kerawanan konflik maka akan mengalami efek spiral ke masyarakat. Kasus yang mengemuka terjadi di negara Indonesia, Filipina, Thailand. Sedangkan untuk negara yang berbasis komunis seperti di Vietnam konflik antar masyarakat cenderung rendah. Ataupun di negara dengan tingkat kemakmuran yang tinggi, dan regim memberlakukan UU yang represif terhadap konflik antar masyarakat maka juga cenderung rendah. Kasus konflik antar masyarakat di Indonesia tercermin dalam konflik yang berdimensikan SARA (Suku, Agama. Ras, dan Antar Golongan). Konflik ini sering timbul secara sporadis ataupun masif di akhir-akhir seperti konflik di Aceh, Poso, Dayak, dan Ambon. Sedangkan untuk di Thailand lebih tercerminkan dalam konflik antara masyarakat Pattani di wilayah Thailand selatan dengan masyarakat Siam di Thailand Utara. Konflik ini cenderung kepada perebutan akses kekuasaan di pemerintahan. Demikian pula dalam kasus konflik di Filipina, di mana terjadi konflik antar masyarakat yang mengalami split community. Dalam batas tertentu konflik antar masyarakat ini mengalami ekskalasi pada waktu momen-momen tertentu, seperti menjelang pemilihan umum, pemilihan eksekutif atau presiden dan perdana menteri. Konflik antar masyarakat seringkali dimanfaatkan oleh elit untuk melakukan bargaining dengan rival politiknya. Issue Konflik Dalam batas tertentu konflik antar masyarakat ini mengalami ekskalasi pada waktu momenmomen tertentu, seperti menjelang pemilihan umum, pemilihan eksekutif atau presiden dan perdana menteri 7 Lihat dalam Marlay, op.cit.,

6 Konflik Perbatasan Ada kecenderungan pola konflik perbatasan yang berkembang di Asia Tenggara banyak disebabkan oleh dua faktor: Pertama, faktor alamiah yakni konflik perbatasan yang disebabkan oleh kondisi perbatasan yang memungkinkan proses migrasi antar negara berjalan dengan intensif. Hal ini bisa difahami karena area perbatasan antar negara tidak dibatasi oleh alam yang relatif sulit semisal keberadaan gunung yang sangat luas seperti di Nepal dan India. Semisal antara perbatasan Indonesia dengan Malaysia yang sangat cair memungkinkan migrasi lintas negara menjadi sangat mudah, demikian pula terjadi di perbatasan antara Malaysia Utara dengan Thailand Selatan. faktor alamiah yakni konflik perbatasan yang disebabkan oleh kondisi perbatasan yang memungkinkan proses migrasi antar negara berjalan dengan intensif. Konflik yang sangat potensial dan diaktualkan oleh Indonesia dan Malaysia adalah konflik Ambalat, setelah dalam konflik perbatasan sebelumnya dalam masalah Sipadan dan Ligitan di menangkan oleh Malaysia melali Mahkamah Internasional. Konflik ini sekarang ini menjadi konflik yang dominan, yang dalam batas tertentu selama bulan Maret-April 2005, masing-masing fihak telah melakukan show of force kekuatan militer masing-masing di perbatasan. Kedua, faktor artifiasial yakni konflik perbatasan yang disebabkan oleh adanya perubahan perbatasan sebelumnya setelah ada kebijakan baru. Salah satu variabel yang sangat dominan adalah kebijakan pemerintah kolonial yang seringkali membuat garis perbatasan dengan menabrak garis-garis perbatasan alamiah seperti etnis, sungai, gunung. 8 Akibat persoalan ini maka Sukarno pernah mengklaim bahwa landasan utama pembentukan wilayah negara bukan ditentukan oleh regim kolonial tetapi oleh kepenguasaan di masa lalu, sehingga Sukarno mengklaim bahwa Malaysia, Singapura dan Filipina merupakan wilayah definitif Indonesia karena wilayah tersebut pernah menjadi wilayah kekuasaan Sriwijaya dan Majapahit. Akibatnya 8 Lihat lebih jauh dalam Drysdale, Alaydair, Political Geogrhapy in North Africa and Middle East, New York, Princenton, 1989

7 terjadi politik ganyang Malaysia di tahun 1963 untuk merebut Singapura dan Malaysia dari Inggris. Konflik perbatasan yang juga muncul adalah dalam perbatasan laut, terutama terjadi di laut China Selatan. Minimal terdapat 5 negara yang terlibat konflik di laut China Selatan; yakni Malaysia, Filipina, Vietnam, China dan Korea Selatan. Masing-masing fihak mengklaim laut China selatan sebagai bagian integral wilayah negara mereka masing-masing. Idiologi Keagamaan & Idiologi Politik Kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan penghubung antar benua menjadikan pertukaran idiologi keagamaan dan politik sangat berkembang dengan pesat. Bahkan dalam batas tertentu kompetisi idiologi keagamaan dan politik kemudian menjelma menjadi konflik yang masif. Dalam konteks idiologi keagamaan konflik yang terjadi adalah intra religi itu sendiri ataupun inter religi. Untuk yang intra-religi terjadi di negara-negara semisal Indonesia, seperti perdebatan NU- Muhammadiyah-Persis yang sempat mencapai klimaks di tahun 1970-an. Ataupun di Malaysia dengan kemunculan organisasi al-arqom di bawah kepemimpinan Ustadz Azhari Muhammad yang menyebabkan organisasi ini dianggap sesat dan dilarang di Malaysia. Demikian pula dalam konteks agama Nasrani di Filipina antara kelompok Katholik dan Kristen Protestan juga mengalami friski. faktor artifiasial yakni konflik perbatasan yang disebabkan oleh adanya perubahan perbatasan sebelumnya setelah ada kebijakan baru. Salah satu variabel yang sangat dominan adalah kebijakan pemerintah kolonial yang seringkali membuat garis perbatasan dengan menabrak garis-garis perbatasan alamiah seperti etnis, sungai, gunung Untuk konteks inter-religi, banyak muncul di Thailand terutama dalam kasus Patani yang sering mengidentikan dengan kepentingan Islam, dan Thailand dengan Budhanya, demikian pula terjadi di Myanmar. Untuk kasus Islam, muncul di Filipina, di mana kelompok Nasrani mengindentikan diri sebagai identitas nasional Filipina 9 sebagai fenomena Filipina utara dan kelompok Mindanou yang mengidentikan sebagai kelompok Islam. Untuk kasus di Indonesia, konflik inter-religi pernah muncul dalam konflik di Timor Timur dengan peristiwa pengusiran 9 Lihat dalam Ben Anderson, Imagine Community,.

8 warga Muslim dari Timor Timur ataupun Konflik di Poso dan Ambon yang hampir selama 5 tahun bergejolak antara kekuatan Nasrani dan Islam. Sedangkan konflik dalam bingkai idiologi politik tercermin dalam konflik antara negaranegara ASEAN yang traumatik dengan idiologi komunis. Konflik ini berjalan hampir selama 3 dekade, dari 1960-an sampai 1990-an. Baru di akhir abad 20, ASEAN mulai membuka diri terhadap idiologi komunis lewat kekuatan negara Vietnam karena dinggap sudah bukan sebagai ancaman lagi. Konflik idiologi nasionalisme versus kolonialisme-imperialisme juga pernah dipertunjukkan oleh Sukarno di tahun 1960, sehingga konflik antara Malaysia-Singapura-Inggris yang diidentikan dengan idiologi yang imperialistik yang sangat mengancam keberadaan negaranegara Asia tenggara. Wacana konflik idiologi ini memang sangat kentara di era Sukarno di dekade 1960-an, namun semenjak terjadi transformasi kekuasaan dari Sukarno ke Suharto wacana perang idiologi ini relatif mengalami kemunduran yang sangat berarti. Apalagi Indonesia kemudian terlibat jauh dalam sistem pembangunanisasi yang berbasiskan IMF, yang nota bene menjadi patner Malaysia dan Singapura ketika itu. Konflik idiologi agamisme versus nasionalisme juga tampak mewarnai. Dalam konteks ini, Myanmar telah menjadi representasi negara agama, karena telah menetapkan Budha sebagai agama negara. Meskipun dalam konteks ini issue ini banyak dilakukan manipulasi oleh regim militer, karena yang menjadi eksekutif di negara ini bukanlah para biksu Budha namun adalah kelompok militer. Untuk kasus Islam, muncul dengan idiologi fundamentalisme yang marak terjadi di Malaysia, Indonesia, dan Filipina Selatan. Untuk kasus Malaysia idiologi dengan kemasan fundamentalisme Islam banyak diusung oleh masyarakat di Trengganu-Kelantan yang difasilitasi oleh PAS, yang senantiasa beroposisi terhadap partai UMNO yang dinyatakan sebagai representasi Nasionalis-Islam-sekuler. 10 Sedangkan untuk kasus di Indonesia, issue untuk menempatkan Islam sebagai agama negara banyak disampaikan oleh kelompok Darul Islam, ataupun kelompok GAM di Aceh, serta melalui perjuangan parlemen yang pernah dilakukan Masyumi di dekade 1950-an, ataupun PPP di masa Orde Baru terutama tercermin dalam penolakan PPP terhadap penanaman P-4 (Pendidikan, Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila) 10 Hampir mirip dengan kasus di Indonesia, M. Natsit di tahun 1950 juga mengklasifikasikan nasionalis dalam 2 model; nasionalis Islam yang tercermin dalam Masyumi, NU serta Nasionalis Sekuler yang tercermin dalam Nasionalis (Sukarno) ataupun Komunis. Lihat dalam Deliar Noor, Pergerakan Politik Islam di Indonesia ,,Jakarta, LP3ES, 1995

9 yang diyakini dapat mereduksi makna agama dengan digantikannya oleh Pancasila serta Partai-Partai Islam dalam mengamandemen UU 1945 di tahun Ataupun kalau secara organisatoris sekarang ini banyak didengungkan oleh organisasi MMI (Majelis Mujahidin Indonesia) dan Hizbut Tahrir. Untuk konflik di Indonesia dan Malasyia, konflik idiologi nasionalisme versus Islam cenderung dalam ruang debate ataupun polemik. Ataupun dalam batas tertentu sudah masuk dalam kompetisi idiologi dalam ruang parlemen sehingga bisa dikategorikan dalam ruang games. Namun dalam batas tertentu pernah dalam degree wars, di mana kemudian terjadi fenomana pelarangan seperti kasus Masyumi di Indonesia ataupun al-arqom di Malaysia. Untuk kasus di Filipina kelompok MNLF, MILF, ataupun kelompok Abu Sayyaf mengklaim akan mendirikan sebagai negara di Mindanao dengan pemberlakuan syariat Islam yang seringkali berseberangan dengan haluan pemerintah Filipina yang sangat kental dengan Nasionalisme-Katholiknya. Konflik ini tidak hanya dalam bentuk debate, ataupun game yang terjadi sampai 1990, di mana pemerintah Filipina mengakomodasi Nur Misuari sebagai pemimpin Mindanou untuk memimpin pemerintahan Otonomi Mindanao. Namun mulai 1995 pasca gagalnya perudingan maka konflik antara Mindanou-Luzon lebih terpetakan dalam tingkat konflik wars, di mana ditandai dengan aksi militeristik dari masing-masing fihak. Untuk konflik di Indonesia dan Malasyia, konflik idiologi nasionalisme versus Islam cenderung dalam ruang debate ataupun polemik Natural Resources Minyak merupakan salah satu issue konflik yang sangat mengemuka di Asia Tenggara dan hasil pertanian dan pertambangan yang berorientasi ekspor. Potensi minyak di daerah laut China selatan selama ini telah menjadi konflik yang semakin krusial. Apalagi potensi minyak tersebut terdapat di daerah yang relatif menjadi daerah sengketa. Konflik yang terbuka memang telah terjadi antara negara di luar Asia Tenggara (yakni China dengan Vietnam ketika Vietnam belum menjadi anggota organisasi ASEAN). Namun konflik terbuka untuk memperebutkan minyak antara negara-negara di Asia Tenggara belum pernah terjadi, karena meskipun Brunei, dan Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor minyak, posisi pertambangan minyaknya di tempat yang sudah de facto menjadi wilayah masing-masing. Kalaupun mulai terjadi konflik terbuka, sampai mengerahkan armada militer antara Indonesia dan Malaysia, dalam persoalan

10 blok Ambalat namun keduanya mereka akan menselesaikan melalui meja perundingan dan diplomasi. Konflik dalam masalah timah antara Indonesia dengan Malaysia lebih mencorakkan konflik atau kompetisi untuk mendapatkan pasar ekspor, sehingga tidak sampai terjadi perang dagang sebagaimana pernah terjadi antara Jepang dan Amerika Serikat. Demikian dalam konteks konflik dalam perdagangan hasil pertanian, semisal karet antara Indonesia dan Malaysia, beras dan gula antara Vietnam dan Thailand juga sebagai bentuk kompetisi mendapatkan pasar ekspor. Konflik untuk memperebutkan sungai relatif hanya terjadi di negara Brunei Darusalam, Serawak (Malaysia), dan Indonesia karena terdapat sungai yang memang melintasi 3 negara tersebut. Konflik yang mulai memanas akhir-akhir ini adalah masalah illegal logging di daerah perbatasan, di mana tingkat penjualan illegal kayu dari Indonesia ke Malaysia cukup signifikan. Ataupun konflik antara Indonesia dengan Singapura terkait dengan penjualan pasir besi dari Riau ke Indonesia yang dipergunakan oleh Singapura untuk memperluas wilayahnya. Dalam konflik ini memang sampai terjadi perang statement antara pemerintah Indonesia dengan Singapura dan Malaysia. Tingkat Konflik Dari perbincangan konflik di atas maka dapat dipetakan tingkat konflik sebagai berikut: Tabel 13 Tingkat Konflik Kaitannya Dengan Aktor Konflik Tingkat Konflik Aktor Konflik Debates Berbasis konflik antar negara-masyarakat, antar masyarakat terutama di negara berbasis republik, seperti di Indonesia, Singapura, Filipina, Myanmar, dan beberapa di negara berbasi kerajaan seperti Malaysia, Brunei dan Thailand. Games Lebih sering timbul antar negara seperti antara Indonesia dan Malaysia atau antara negara dan masyarakat, Wars Lebih sering terjadi aktor konflik antar negara yang memiliki persoalan substansial yang kemudian dikemas dalam kerangka idiologi, seperti konflik antara Indonesia-Malaysia-Singapura, ataupun ASEAN-Vietnam Sumber: Diolah dari berbagai sumber Tabel 14 Tingkat Konflik Kaitannya Dengan Issue Konflik

11 Tingkat Konflik Issue Konflik Debates Berbasis konflik tentang perbatasan, namun pihak yang berkonflik tidak memiliki dokumen yang lengkap untuk mengajukan gugatan. Seperti konflik antara Indonesia-Malaysia, konflik di laut China Selatan. Berbasis issue keagamaan yang berada di luar area yang mudah dimobilisasi untuk konflik idiologis, ini terjadi di Mindanou, Patani, Malaysia terutama di Trengganu-Kelantan, Indonesia di daerah Indonesia Timur dan Aceh, serta Myanmar. Games Berbasis konflik perbatasan, namun pihak yang berkonflik memiliki kekuatan yang relatif seimbang. Seperti konflik yang terjadi Indonesia- Malaysia dalam kontek Blok Ambalat Berbasis issue keagamaan, terutama di daerah yang sudah dikelola dalam institusi politik seperti di Indonesia dan Malaysia Wars Berbasis perbatasan memiliki arti substansial dan didukung kekuatan untuk mendapatkannya, Konflik Indonesia-Malaysia. Ataupun konflik antara Vietnam dan RRC terkait dengan sengketa di laut China Selatan. Berbasis idiologi keagamaan, di mana terdapat kelompok-kelompok militan yang satu sama lain sudah saling merasa dipinggirkan, baik oleh negara atau kelompok yang lain. Konflik di Mindanaou ataupun konflik di Malaysia, Filipina dan Indonesia terkait larangan atau kebijakan represif terhadap perkembangan idiologi politik tertentu Berbasis Natural Resources, di mana terdapat sumber alam yang signifikan seperti minyak, gas alam, ikan. Konflik antara Indonesia-Malaysia, Konflik di laut China Selatan, Konflik dan kompetisi komoditi ekspor Sumber: Diolah dari berbagai sumber Dalam analisis ini akan dikategorikan tingkat konflik dengan istilah intensif, dinyatakan konflik intensif jika konflik lebih dari 3 kali muncul di wilayah negara di Asia Tenggara, dan dinyatakan kurang intensif jika tingkat konflik hanya terjadi kurang dari 3 wilayah negara di Asia Tenggara. Sedangkan jika tidak ditemukan hubungan yang jelas maka akan dipergunakan

POLITIK DAN KONFLIK DI ASIA TENGGARA Nama Asia Tenggara merupakan sebuah istilah untuk merujuk kawasan Timur dari Asia, namun lebih dengan watak

POLITIK DAN KONFLIK DI ASIA TENGGARA Nama Asia Tenggara merupakan sebuah istilah untuk merujuk kawasan Timur dari Asia, namun lebih dengan watak POLITIK DAN KONFLIK DI ASIA TENGGARA Nama Asia Tenggara merupakan sebuah istilah untuk merujuk kawasan Timur dari Asia, namun lebih dengan watak Melayu daripada warna etnik China. Dalam batas tertentu

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI Introduksi Perbedaan Latar belakang sejarah, status ekonomi, kepentingan nasional,

Lebih terperinci

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA by: Dewi Triwahyuni INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT COMPUTER UNIVERSITY OF INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG 2013 1 SOUTHEAST ASIA (SEA) 2 POSISI GEOGRAFIS

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun

Lebih terperinci

Burma mempunyai catatan tersendiri dalam sejarah Burma karena AFPFL BAB V. Kesimpulan

Burma mempunyai catatan tersendiri dalam sejarah Burma karena AFPFL BAB V. Kesimpulan sistem satu partai atau partai tunggal dalam bidang pemerintahan. Oleh karena itu, semua partai politik termasuk AFPFL dihilangkan. Ne Win menganggap bahwa banyaknya partai politik akan mengacaukan pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

Hadirin yang Saya Hormati, Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

Hadirin yang Saya Hormati, Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua, KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMBANGUN TRACE BARU HUBUNGAN INDONESIA-MALAYSIA Hadirin yang Saya Hormati, Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah

Lebih terperinci

BASIS KONFLIK DI TIMUR TENGAH

BASIS KONFLIK DI TIMUR TENGAH BASIS KONFLIK DI TIMUR TENGAH Konflik antara Iraq-Kuwait merupakan konflik yang terjadi semenjak perang dunia II, yang kemudian menempatkan wilayah Babilonia klasik menjadi sebuah entitas negara yang kemudian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu negara saat ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengatur perekonomian untuk mencapai kesejahteraan sosial (Social Walfare) bagi

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan

Lebih terperinci

2015 KETERLIBATAN AUSTRALIA DALAM PERANG VIETNAM

2015 KETERLIBATAN AUSTRALIA DALAM PERANG VIETNAM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Setelah Perang Dunia ke II (PD II) berakhir, negara-negara di kawasan Asia Tenggara mulai dihadapkan pada dua kondisi yang berbeda. Kondisi pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal BAB V KESIMPULAN Malaysia merupakan negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, sebagai negara yang berada di kawasan Asia Tenggara, Malaysia merupakan salah satu pendiri organisasi di kawasan Asia Tenggara,

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan:

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan: Atika Puspita Marzaman Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa HEPTAcentrum Press Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa Oleh: Atika Puspita Marzaman Copyright 2011 by Atika Puspita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni

Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni Hubungan Buruh, Modal, dan Negara By: Dini Aprilia, Eko Galih, Istiarni INDUSTRIALISASI DAN PERUBAHAN SOSIAL Industrialisasi menjadi salah satu strategi pembangunan ekonomi nasional yang dipilih sebagai

Lebih terperinci

POLITIK & SISTEM POLITIK

POLITIK & SISTEM POLITIK POLITIK & SISTEM POLITIK Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kesehatan merupakan hak semua warga negara

Lebih terperinci

Tentang: PERJANJIAN PERSAHABATAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN MALAYSIA REPUBLIK INDONESIA MALAYSIA. PERJANJIAN PERSAHABATAN.

Tentang: PERJANJIAN PERSAHABATAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN MALAYSIA REPUBLIK INDONESIA MALAYSIA. PERJANJIAN PERSAHABATAN. Bentuk: Oleh: UNDANG-UNDANG (UU) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1971 (1/1971) Tanggal: 10 MARET 1971 (JAKARTA) Sumber: LN 1971/15; TLN NO. 2956 Tentang: PERJANJIAN PERSAHABATAN ANTARA REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap

BAB V KESIMPULAN. BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap BAB V KESIMPULAN BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap pembahasan yang ada di dalam karya tulis (skripsi) ini. Kesimpulan tersebut merupakan ringkasan dari isi perbab yang kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun 1997 1998 bermula di Thailand, menyebar ke hampir seluruh ASEAN dan turut dirasakan juga oleh Korea Selatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Integrasi ekonomi, Sesuai dengan tujuan pembentukannya, yaitu untuk menurunkan hambatan perdagangan dan berbagai macam hambatan lainnya diantara satu negara dengan

Lebih terperinci

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina Ibukota Bentuk Pemerintahan Mata uang Bahasa resmi Lagu kebangsaan Agama Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar Ibukota Bentuk Pemerintahan Mata uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setelah Mahkamah Hukum Internasional menjatuhkan putusan kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia pada tanggal 17 Desember 2002, Indonesia memasuki suatu

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB II POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA DI ASIA TENGGARA

BAB II POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA DI ASIA TENGGARA BAB II POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA DI ASIA TENGGARA Setiap negara tidak dapat berdiri sendiri untuk memenuhi segala kebutuhannya, oleh karena itu negara tersebut harus berinteraksi dengan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada akhir abad ke 20 hingga awal abad ke 21 telah ditandai dengan adanya suatu proses penyatuan dunia yang menjadi sebuah ruang tanpa batasan tertentu. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga

Lebih terperinci

Dalam dua dekade terakhir, tren jumlah negara yang melakukan eksekusi hukuman mati menurun

Dalam dua dekade terakhir, tren jumlah negara yang melakukan eksekusi hukuman mati menurun Konferensi Pers SETARA Institute Temuan Pokok Riset tentang Pemetaan Implikasi Politik Eksekusi Mati pada Hubungan Internasional Indonesia Jakarta, April 2015-04- Dalam dua dekade terakhir, tren jumlah

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Di saat banyak pihak gembira dan siap menyambut kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Indonesia tahun lalu, Hizbut Tahrir Indonesia terdepan memimpin umat

Lebih terperinci

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017 AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017 STATE Miriam Budiardjo: Negara sebagai suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia terletak di benua Asia, tepatnya di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara yang terletak di kawasan ini memiliki sebuah perhimpunan yang disebut dengan ASEAN (Assosiation

Lebih terperinci

Kerja sama ekonomi internasional

Kerja sama ekonomi internasional Meet -12 1 hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatankesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Tujuan umum kerja

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

MENGUKUR STANDAR DEVIASI

MENGUKUR STANDAR DEVIASI MENGUKUR STANDAR DEVIASI Dalam perbincangan sebelumnya kita banyak mengulas tentang fakta dan kecenderungan sentral, yang kemudian memperbincangkan proses variabilitas. Dalam konteks ini kita akan memperbincangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

PANCASILA MENGATASI KONFLIK IDEOLOGI-IDEOLOGI NEGARA

PANCASILA MENGATASI KONFLIK IDEOLOGI-IDEOLOGI NEGARA PANCASILA MENGATASI KONFLIK IDEOLOGI-IDEOLOGI NEGARA Dosen Nama : M.Khalis Purwanto, Drs, MM : Dion Indra Mustofa NIM : 10.02.7763 Kelompok Jurusan : A : D3 - Manajemen Informatika SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Transisi Indonesia menjadi negara demokratis pada 1998 merupakan sebuah perubahan besar. Krisis ekonomi yang melatar belakangi terjadinya transisi pemerintahan

Lebih terperinci

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

BENTUK KERJA SAMA ASEAN BENTUK KERJA SAMA ASEAN Hubungan kerja sama negara-negara anggota ASEAN dilakukan di berbagai bidang, antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan lainlain. Hubungan kerja sama ini

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK

KISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK KISI-KISI UKG 2015 SEJARAH Indikator Pencapaian b c d e 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, 1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

BAB II CHINA DAN POLITIK LUAR NEGERINYA

BAB II CHINA DAN POLITIK LUAR NEGERINYA BAB II CHINA DAN POLITIK LUAR NEGERINYA Di abad ke-20 situasi politik internasional semakin kompleks. Pasca dunia dilanda krisis pada abad ke-19, berbagai negara di belahan bumi berkompetisi untuk kembali

Lebih terperinci

KISI KISI UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI KISI UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KISI KISI UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Mata Pelajaran : ILMU PENGATAHUAN SOSIAL Alokasi Waktu : 120 menit Jumlah : 50 butir Bentuk : a. Pilihan Ganda : 35 butir (no. 1 s.d. 35) b. Isian : 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Islam di Thailand paling tidak memiliki sejarah sejak abad ke 15 M. Selama itu juga Islam tumbuh di wilayah ini dipengaruhi oleh lingkungan baik secara

Lebih terperinci

Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara

Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara Abdil Mughis Mudhoffir http://indoprogress.com/2016/12/kekerasan-sipil-dan-kekuasaan-negara/ 15 December 2016 IndoPROGRESS KEBERADAAN kelompok-kelompok sipil yang dapat

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

3. Dalam memahami konflik di Timur Tengah terdapat faktor ideologi, energi, otoritarianisme, geopolitik, dan lainnya.

3. Dalam memahami konflik di Timur Tengah terdapat faktor ideologi, energi, otoritarianisme, geopolitik, dan lainnya. Keynote Speech Wakil Menteri Luar Negeri RI: HE. Dr. A.M. Fachir Pada SEMINAR INTERNASIONAL THE ROLE OF SOUTHEAST ASIA COUNTRIES IN FONCLICT RESOLUTION IN THE MIDDLE EAST A. Pendahuluan 1. Konflik dapat

Lebih terperinci

Latihan Soal UM Unair 2015 IPS MATEMATIKA

Latihan Soal UM Unair 2015 IPS MATEMATIKA Latihan Soal UM Unair 05 IPS ----------------------------------------------------------------- @ujiantulis.com MATEMATIKA. Pernyataan yang mempunyai nilai kebenaran sama dengan pernyataan Jika 9 habis

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

ANALISIS RELASI GEOGRAFI DENGAN KONFLIK

ANALISIS RELASI GEOGRAFI DENGAN KONFLIK ANALISIS RELASI GEOGRAFI DENGAN KONFLIK Dari pemetaan yang dilakukan sebelumnya, maka akan dianalisis hubungan antara variabel konflik yang sudah dipaparkan di dalam Bab II dengan tingkat konflik yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu negara yang memiliki perananan penting baik dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebijakan isolasi untuk menutup negara Myanmar dari dunia internasional. Semua. aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, hukum

BAB V PENUTUP. kebijakan isolasi untuk menutup negara Myanmar dari dunia internasional. Semua. aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, hukum BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Negara Myanmar telah diperintah oleh junta militer sejak tahun 1962 melalui sebuah kudeta yang menggeser sistem demokrasi parlemen yang telah diterapkan sejak awal kemerdekaannya

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Sengketa Batas Wilayah Indonesia-Malaysia di Perairan Ambalat, maka dapat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Sengketa Batas Wilayah Indonesia-Malaysia di Perairan Ambalat, maka dapat 139 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang penulis lakukan mengenai Sengketa Batas Wilayah Indonesia-Malaysia di Perairan Ambalat, maka dapat diambil kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi duta besar pertama Amerika untuk RIS. Sementara pemerintahan Truman di Amerika Serikat sedang berusaha

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi duta besar pertama Amerika untuk RIS. Sementara pemerintahan Truman di Amerika Serikat sedang berusaha BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia telah memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden RIS Pada tanggal 16 Desember 1949, Jakarta ibu kota Republik Indonesia Serikat yang baru, rakyat Indonesia secara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan masyarakat di Asia Tenggara meluas mencangkup persolan-persoalan yang tidak terbatas pada

Lebih terperinci

DEMOKRASI DAN RADIKALISME

DEMOKRASI DAN RADIKALISME l i m e m o k r a t i s EMOKRASI AN RAIKALISME i g i t a AGAMA m o k r a t i s. c o m l Rumadi Edisi 009, Agustus 2011 1 emokrasi dan Radikalisme Agama Prof. John O Voll, guru besar sejarah di Georgetown

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah tumbuh dengan pesat dan memainkan peranan penting dan strategis dalam perekonomian global. Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

Wawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar

Wawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar Wawasan Kebangsaan Dewi Fortuna Anwar Munculnya konsep Westphalian State Perjanjian Westphalia 1648 yang mengakhiri perang 30 tahun antar agama Katholik Roma dan Protestan di Eropa melahirkan konsep Westphalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

Indonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia?

Indonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia? {mosimage} Hafidz Abdurrahman Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Tak lama lagi, rakyat Indonesia akan kembali berpesta dalam demokrasi. Setelah beberapa waktu lalu diminta memilih wakil rakyat, kini rakyat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia.

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia. BAB VI KESIMPULAN Malcolm Fraser dilahirkan 21 mei 1930, dari keluarga petani dan peternak domba yang kaya, kakeknya Sir Simon Fraser adalah salah seorang pertama-tama dipilih sebagai senator mewakili

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Mata Pelajaran : Kelas/Semester : X1/2 Standar : 2. Menganalisis Perkembangan bangsa sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan Pendudukan

Lebih terperinci

Kuis. Kuis. A. Hubungan Indonesia dengan Asia Tenggara dari Masa ke Masa. Manakah negara yang wilayahnya paling luas di Asia Tenggara?

Kuis. Kuis. A. Hubungan Indonesia dengan Asia Tenggara dari Masa ke Masa. Manakah negara yang wilayahnya paling luas di Asia Tenggara? Peran Indonesia di Kawasan Asia Tenggara Pada bab sebelumnya kalian telah mempelajari kegiatan dan sistem pemerintahan khususnya di dalam negeri. Nah, pada pelajaran bab ini kita akan membahas kegiatan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pertanyaan penelitian pada Bab I penelitian ini dan dihubungkan dengan kerangka pemikiran yang ada, maka kesimpulan yang diambil dari penelitian ini

Lebih terperinci

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS DR. Mhd. Saeri, M.Hum (PSA Universitas Riau) Abstrak ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah wadah bagi negara-negara Asia Tenggara untuk memperjuangkan

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika Serikat. Oleh: Hendra Permana

Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika Serikat. Oleh: Hendra Permana Dari Kekuatan Ekonomi hingga Teknologi: Potensi China dan India Menyalip Amerika Serikat Oleh: Hendra Permana Pendahuluan Dua peristiwa besar beberapa Minggu terakhir ini mengguncang dunia. Pertama, China

Lebih terperinci