MENGUKUR STANDAR DEVIASI
|
|
- Ari Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MENGUKUR STANDAR DEVIASI Dalam perbincangan sebelumnya kita banyak mengulas tentang fakta dan kecenderungan sentral, yang kemudian memperbincangkan proses variabilitas. Dalam konteks ini kita akan memperbincangkan posisi suatu fakta dari titik tengah. Dengan mengetahui fakta ini, maka akan memungkinkan kita melakukan instropeksi diri, dalam konteks hubungan antar aktor atau kelompok dalam masyarakat. Kita akan bisa mengetahui apakah kita itu kompetitif ataukah kita pecundang. Kalau kita kompetitif sejauh apa competitiveness-nya, dan kalau kita pecundang dalam titik seperti apakah posisi kita. Apakah kita masih mungkin bangkit, ataukah kita sudah tak punya harapan. Lebih dari itu, dengan mengetahui posisi maka kita akan bisa merencanakan proses konversi kita dalam sistem. Kita juga akan bisa menghitung upaya apa yang harus kita lakukan agar kita bisa melakukan mobilitas vertikal, sehingga memungkinkan perubahan status. Dalam konteks sosiologis, perubahan status ini bisa dipastikan juga akan diikuti dengan perubahan peran yang akan dijalankannya. Bagi fihak yang sudah kompetitif, maka proses ini juga bermanfaat untuk mempertahankan posisinya agar tidak mengalami degradasi status. Ini perlu agar fihak yang sudah kompetitif tidak mengalami sindrom arogan, dan melalaikan tugastugas dan tindakan-tindakan kreatif. Untuk mengukur posisi dari titik tengah, dikenalkan dalam statistik dengan dua bentuk model, 1) Ukuran dalam model mean deviasi, model ini lebih menekankan pengukuran berdasarkan jarak dari titik sentral dengan tidak memperhitungkan posisi di atas maupun dibawah titik tengah. Atau dalam statistik, Mean deviasi tidak berbicara tentang simpangan dalam artian yang riil, yakni terdapatnya simpangan postif maupun negatif. Mean deviasi mengasumsikan simpangan dalam bentuk simpangan positif semua. 2) Standar deviasi, berbeda dengan mean deviasi, standar deviasi mencoba melakukan pengukuran secara proporsional. Kalau mean deviasi simpangannya dalam bentuk simpangan positif, maka standar deviasi memilah dalam dua
2 simpangan. Simpangan di atas mean ditandai dengan simpangan positif dan simpangan di bawah mean ditandai dengan simpangan negatif. Kalau dalam proses pembagian klasifikasi untuk menentukan posisi strategis kita mempergunakan analisis berbasis tendensi sentral dalam bentuk median, maka dalam Mean deviasi maupun standar deviasi kita akan mempergunakan ukuran tendensi sentral berbasis mean. Untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan diagram mean deviasi dan standar deviasi, yang sudah dalam bentuk kurva normal. Mean Gambar untuk Mean Deviasi adalah sebagai berikut: 3 Md 2 Md 1 Md 1 Md 2 Md 3Md Mean Sedangkan gambar untuk Standar Deviasi sebagai berikut:
3 - 3 Sd -2Sd -1Sd +1Sd +2Sd +3Sd Mean Dengan gambar ini kita bisa melakukan analisis-analisis perencanaan yang menarik dalam hubungan internasional. Seperti dalam interaksi ekonomi dan politik internasional negara-negara di dunia selama ini diklasifikasikan dalam beberapa kelas. Pertama ada yang disebut sebagai negara sangat maju, negara yang termasuk dalam kelas ini adalah negara-negara dengan pendapatan perkapita lebih dari US $ dan khususnya negara-negara ini terletak di benua Eropa. Negara Maju, Negara dengan pendapatan perkapita antara US $ sampai US$. Negara Berkembang dengan pendapatan perkapita antara US$ sampai US$. Negara Sedang Berkembang dengan pendapatan perkapita antara US$ sampai US$. Dan negara miskin (terbelakang) adalah negara dengan pendapatan perkapita kurang dari 1000 US$. Atau dalam studi politik internasional, dikenalkan dengan issue-issue demokrasi, otoriterisme, militerisme. Antar isme ini menunjukkan pola-pola khas yang bisa diukur. Misal pola demokrasi seringkali diukur dari tingkat representasi kepentingan rakyat dalam politik, atau diukur tingkat keterbukaan suatu regim terhadap aspirasi masyarakat. Dalam konteks indikator ini kita bisa membuat jenjang klasifikasi dalam angka index. Misal dalam konteks indeks representasi kepentingan masyarakat regim otoriterisme menempati posisi kelas yang paling paling rendah, baru regim militerisme, dan kemudian demokrasi. Bagi para penggagas demokrasi di negara otoriter kalau hendak menjalankan proses transisi demokrasi mau tidak mau harus merencanakan segala sesuatu secara matang. Demikian pula dalam kasus posisi ekonomi negara dunia, proses mobilitas vertikal merupakan sesuatu yang harus direncanakan. Di sinilah seorang analisis maupun praktisi perlu mempelajari logika standar deviasi secara lebih cermat agar bisa membuat urutan langkah yang logik sekaligus visioner. Lantas bagaimana proses mencari standar deviasi? Pada prinsipnya mencari standar deviasi hampirlah mirip dengan proses mencari mean, baru kemudian diproses
4 kembali dalam bentuk simpangan yang dikuadrat. Jadi komponen yang perlu dicari adalah jumlah simpangan mean yang setiap simpangan dikuadratkan, kemudian dibagi dengan banyak data. Baru kemudian dari perolehan tersebut diakarkan. Sehingga rumus dari standar deviasi adalah sebagai berikut: SD = F.x n F = Merupakan frekuensi setiap kelas X = Merupakan simpangan titik tengah setiap kelas dari mean yang kemudian dikuadratkan N = Merupakan banyak data Untuk aplikasi lebih jauh marilah kita perhatikan contoh sajian data sebagai berikut yang akan kita olah dalam analisis standar deviasi. Indeks (fiktif) Kekuatan Nasional Negara-Negara Asia Untuk Keluar dari Krisis KELAS FREKUENSI Misal diasumsikan bahwa kelas setiap tabel mencerminkan indeks negara-negara Asia dalam menghadapi krisis.
5 Kelas pertama mewakili index negara Birma Kelas kedua mewakili index negara Pakistan Kelas Ketiga mewakili index negara Indonesia Kelas keempat mewakili index negara India Kelas kelima mewakili index negara Filipina Kelas keenam mewakili index negara Thailand Kelas ketujuh mewakili index negara RRC Kelas kedelapan mewakili index negara Malaysia Kelas kesembillan mewakili index negara Singapura Dari tabel diatas maka harus dimodifikasi I sebagai berikut: Indeks (fiktif) Kekuatan Nasional Negara-Negara Asia Untuk Keluar dari Krisis Kelas X F F.x Negara , Birma , Pakistan , ,5 Indonesia , India , Filipina , ,5 Thailand , RRC , Malaysia , ,5 Singapura ,5 berikut: Dari tabel di atas maka kita bisa merumuskan untuk mencari meannya sebagai
6 M = F.X n M = , M = 98,72 Setelah kita menemukan angka meannya maka kita bisa memodifikasi tabel tersebut untuk mencari skore Standar Deviasinya. Sehingga akan menghasilkan tabel sebagai berikut: Dari tabel diatas maka harus dimodifikasi II sebagai berikut: Indeks (fiktif) Kekuatan Nasional Negara-Negara Asia Untuk Keluar dari Krisis Kelas X F F.x X X 2 F.x 2 Negara , , , ,9 Birma , , , ,7 Pakistan , ,5-23,22 539, ,2 Indonesia , ,22 174, ,2 India , ,22 10,4 145,2 Filipina , ,5 +6,78 45, ,9 Thailand , ,78 281, ,9 RRC , ,78 717, ,4 Malaysia , ,5 +36, , ,9 Singapura , ,9 Sehingga dari tabel di atas kita bisa mencari skore standar deviasi sebagai berikut: SD = F.x n SD = ,
7 121 SD = SD = 20,97 Guna memudahkan dalam proses analisis maka kita bisa buatkan posisi negara Asia dalam menghadapi krisis, di mana mengasumsikan bahwa Mean merupakan ukuran suatu negara keluar dari krisis atau masih dilanda krisis. - 3 Sd -2Sd -1Sd +1Sd +2Sd +3Sd 35,81 56,78 77,75 98,72 119,69 140,6 161,63 Mean Dari kurva normal di atas, maka kita bisa menarik beberapa kesimpulan posisi negara-negara Asia terhadap krisis: 1). Negara-negara yang masih dilanda krisis meliputi: Filipina, India, Indonesia, Pakistan dan Birma 2). Sedangkan negara yang sudah keluar dari krisis meliputi: Thailand, RRC, Malaysia, dan Singapura Bagaimana agar Indonesia, Pakistan dan Thailand keluar dari krisis, bagaimana pula jika ketiga negara ini menghendaki posisi bergeser menuju posisi Singapura dalam kurva standar deviasinya? Jawaban sederhananya adalah Indonesia, Pakistan dan Thailand harus melakukan mobilitas, sehingga angka Standar deviasinya diatas angka 98,72. Dalam rumusan matematik mobilitas yang harus dilakukan oleh negara-negara tersebut adalah sebagai berikut: Indonesia membutuhkan 4 SD untuk menuju SD seperti Singapura Pakistan membutuhkan 4 SD untuk menuju SD seperti Singapura India membutuhkan 3 SD untuk menuju SD seperti Singapura
8 Secara matamatik pula kita harus memerinci indeks standar deviasi tersebut dalam konteks yang lebih operasional, dalam hal ini kita break-down dalam bentuk indikator. Misal 1 standar deviasi merepresentasikan indikator sebagai berikut: 1. Bantuan internasional sebesar 100 Juta US$ 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi 3% 3. Pemberantasan Korupsi 5% 4. Pembentukan Good Governance 5% 5. 2 Tahun berjalan Dengan angka indikator ini kita bisa mengolah lebih jauh usaha-usaha yang harus dilakukan 3 negara di atas jika ingin keluar dari krisis dan menempati posisi seperti Singapura adalah sebagai berikut. Sebelum membahas strategi perencanaan marilah kita lihat posisi 3 negara tersebut dalam kurva normal standar deviasi: Pakistan India Indonesia Singapura - 3 Sd -2Sd -1Sd +1Sd +2Sd +3Sd 35,81 56,78 77,75 98,72 119,69 140,6 161,63 Mean Dari kurva ini terlihat bahwa Pakistan dan Indonesia pada ruang standar deviasi yang sama yakni di 2SD, sedangkan India berada di ruang 1SD. Seperti yang sudah dikemukakan di depan untuk mencapai SD dari Singapura yang berada pada +3SD maka Indonesia dan Pakistan harus merencanakan mobilitas sebesar 4 SD, sedangkan India jauh lebih sedikit yakni 3 Sd saja. Dari sini maka kita bisa menghitung secara matematika sederhana beberapa Indikator SD tersebut. Indonesia dan Pakistan dalam hal ini harus melakukan upaya-upaya berikut:
9 1. Mencari dan senantiasa terus melobi agar mendapat bantuan internasional sebesar 400 juta US$, hal ini diperoleh dari 1 SD seharga 100 juta US$, sedangkan Indonesia dan Pakistan membutuhkan 4 SD. 2. Indonesia dan Pakistan dengan bantuan internasional tersebut harus menggenjot pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Hal ini di peroleh dari 1 SD dalam indikator pertumbuhan ekonomi setara dengan 2%, sedangkan Indonesia dan Pakistan membutuhkan 4SD 3. Secara internal Indonesia harus serius memanfaatkan bantuan internasional tersebut secara baik, sehingga ruang koropsi harus ditekan sedemikian rupa. Dalam hal ini Indonesia dan pakistan harus memberantas koropsi sampai angka 20%, hal ini diperoleh bahwa 1 SD setara dengan pemberantasan koropsi sebesar 5%. 4. Dari ketiga indikator tersebut maka langkah terakhir yang sudah terakumulasi sebelumnya yakni proses pembentukan good governance sebesar 20%, angka ini diperoleh dari 1 SD setara dengan 5% pembentukan good governance. 5. Berapa lama yang dibutuhkan agar Indonesia mencapai posisi seperti Singapura. Kalau 1 SD setara dengan 2 tahun, maka minimal Indonesia dan Pakistan harus bersungguhsungguh selama kurun waktu 8 tahun merencanakan sekaligus mengimplementasikan program-programnya. Bagaimana dengan kasus India? India harus melaksanakan program: 1. Mencari dan senantiasa terus melobi agar mendapat bantuan internasional sebesar 300 juta US$, hal ini diperoleh dari 1 SD seharga 100 juta US$, sedangkan India membutuhkan 3 SD. 2. India dengan bantuan internasional tersebut harus menggenjot pertumbuhan ekonomi sebesar 6%. Hal ini di peroleh dari 1 SD dalam indikator pertumbuhan ekonomi setara dengan 2%, sedangkan Indsi membutuhkan 3SD 3. Secara internal India harus serius memanfaatkan bantuan internasional tersebut secara baik, sehingga ruang koropsi harus ditekan sedemikian rupa. Dalam hal ini India harus memberantas koropsi sampai angka 15%, hal ini diperoleh bahwa 1 SD setara dengan pemberantasan koropsi sebesar 5%.
10 4. Dari ketiga indikator tersebut maka langkah terakhir yang sudah terakumulasi sebelumnya yakni proses pembentukan good governance sebesar 15%, angka ini diperoleh dari 1 SD setara dengan 5% pembentukan good governance. 6. Berapa lama yang dibutuhkan agar India mencapai posisi seperti Singapura. Kalau 1 SD setara dengan 2 tahun, maka minimal India harus bersungguh-sungguh selama kurun waktu 6 tahun merencanakan sekaligus mengimplementasikan programprogramnya untuk menggejar ketertinggalannya dari Singapura Dari sini kita bisa menggulas dan mengolah lebih jauh dari fakta ekonomi internasional dengan menggunakan statistik.
PENGUKURAN DATA DALAM DISTRIBUSI TUNGGAL DAN BERGOLONG
PENGUKURAN DATA DALAM DISTRIBUSI TUNGGAL DAN BERGOLONG PENGUKURAN DATA DALAM DISTRIBUSI TUNGGAL DAN BERGOLONG Dalam proses pengolahan data, statistik memberikan metode yang beragam dan aplkatif sesuai
Lebih terperinciPENGUKURAN DATA DALAM DISTRIBUSI TUNGGAL DAN BERGOLONG
PENGUKURAN DATA DALAM DISTRIBUSI TUNGGAL DAN BERGOLONG Dalam proses pengolahan data, statistik memberikan metode yang beragam dan aplkatif sesuai dengan kebutuhan dan karakter data itu sendiri. Dalam proses
Lebih terperinciMEMBUAT KLASIFIKASI FAKTA
MEMBUAT KLASIFIKASI FAKTA Dalam pembahasan sebelumnya proses klasifikasi fakta dibuat berbasiskan kelas. Dari persebaran data yang acak agar bisa diolah kemudian diklasifikasikan ke dalam kelas sesuai
Lebih terperinciQUIZ PENGANTAR STATISTIK SOSIAL
BEBERAPA LATIHAN SOAL: QUIZ PENGANTAR STATISTIK SOSIAL Terdapat sejumlah data (fiktif) dari sikap fraksi di MPR dalam merespon terhadap amandemen UUD 1945 yang tercermin dalam score berikut: 07 11 29 30
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu negara saat ini tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mengatur perekonomian untuk mencapai kesejahteraan sosial (Social Walfare) bagi
Lebih terperinciUKURAN PEMUSATAN DATA STATISTIK
UKURAN PEMUSATAN DATA STATISTIK Pengantar Dari setiap kumpulan data, terdapat tiga ukuran atau tiga nilai statistik yang dapat mewakili data tersebut, yaitu rataan (mean), median, dan modus. Ketiga nilai
Lebih terperinciKWARTIL, DESIL DAN PERSENTIL
KWARTIL, DESIL DA PERSETIL 1. KWARTIL Kwartil merupakan nilai yang membagi frekuensi distribusi data menjadi empat kelompok yang sama besar. Dengan kata lain kwartil merupakan nilai yang membagi tiaptiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, masih mengalami permasalahan yang serius. Kunandar (2011:7), menjelaskan bahwa bangsa Indonesia kini
Lebih terperinciTENDENSI SENTRAL DALAM POLITIK LUAR NEGERI
TENDENSI SENTRAL DALAM POLITIK LUAR NEGERI Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam perbincangan politik. Siapa yang bisa mengambil keputusan yang cepat dan tepat akan menempatkan aktor
Lebih terperinciOUTLINE BAGIAN I Statistik Deskriptif
UKURAN PENYEBARAN 1 OUTLINE BAGIAN I Statistik Deskriptif Pengertian Statistika Penyajian Data Ukuran Pemusatan Ukuran Penyebaran Angka Indeks Deret Berkala dan Peramalan Range, Deviasi Rata-rata, Varians
Lebih terperinciIlmu Komunikasi Marketing Communication & Advertising
Modul ke: Fakultas 06Ilmu Komunikasi UKURAN DISPERSI (PENYEBARAN) Memberikan informasi tentang sebaran nilai pada data tersebut dan dapat membandingkan sebaran data dari dua distribusi nilai Dra. Yuni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat sulit mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Reformasi dilakukan
Lebih terperinciDeviasi rata-rata (rata-rata simpangan) data yang belum dikelompokkan
Statistik Deskriptif DEVIASI RATA-RATA / RATA-RATA SIMPANGAN Mean Deviasi atau Average Deviation atau Deviasi Mean dari deviasi nilai-nilai dari Mean dalam suatu distribusi, diambil nilainya yang absolut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Korupsi merupakan hal yang tidak asing lagi terdengar di telinga rakyat Indonesia. Sepuluh tahun belakangan ini korupsi menjadi isu yang selalu panas dan tidak
Lebih terperinciSTRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1
STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1 Handoko Soetomo 2 Peran organisasi masyarakat sipil (OMS) di Indonesia tak dapat dilepaskan dari konteks dan tantangan
Lebih terperinciUKURAN TENGAH DAN UKURAN DISPERSI
UKURAN TENGAH DAN UKURAN DISPERSI UKURAN TENGAH Ukuran tengah nilai tunggal yang representatif untuk keseluruhan nilai data. Ukuran tendensi sentral nilainya cenderung terletak di urutan paling tengah
Lebih terperinciNEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG
NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Salah satu ciri dari negara berkembang adalah sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Kegiatan pertanian yang dilakukan masih menggunakan peralatan tradisional,
Lebih terperinciUkuran tendensi sentral seperti mean, median, dan modus seringkali tidak mempunyai cukup informasi untuk menyimpulkan data yg ada.
Azimmatul Ihwah Ukuran tendensi sentral seperti mean, median, dan modus seringkali tidak mempunyai cukup informasi untuk menyimpulkan data yg ada. Ada cara yg lebih baik untuk menginterpretasi data yg
Lebih terperinciKORUPSI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
54 IV. KORUPSI DAN PEMBANGUNAN EKONOMI Selanjutnya pada bab ini akan memberikan uraian secara rinci terkait dengan aspek-aspek korupsi, pembangunan manusia dan investasi di delapan negara kawasan ASEAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur dan karakter ekonomi yang didominasi oleh pelaku usaha tergolong kategori usaha kecil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rate in the United Kingdom yang dimuat pada jurnal Economica, menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan antara inflasi dan pengangguran mulai menarik perhatian para ekonom pada akhir tahun 1950an, ketika A W Phillips dalam tulisannya dengan judul The Relationship
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor
Lebih terperinciUkuran tendensi sentral seperti mean, median, dan modus seringkali tidak mempunyai cukup informasi untuk menyimpulkan data yg ada.
Azimmatul Ihwah Ukuran tendensi sentral seperti mean, median, dan modus seringkali tidak mempunyai cukup informasi untuk menyimpulkan data yg ada. Ada cara yg lebih baik untuk menginterpretasi data yg
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan pelajaran yang sukar, dan masih banyak siswa yang bertanya tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masih banyak siswa di sekolah menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sukar, dan masih banyak siswa yang bertanya tentang manfaat yang dapat dirasakan
Lebih terperinciMuhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI
Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Survei syariah terbaru yang diselenggarakan SEM Institute menunjukkan mayoritas rakyat Indonesia (72 persen) menginginkan tegaknya syariah hingga level negara. Ini mengkonfirmasi
Lebih terperinciBAB III UKURAN TENGAH DAN DISPERSI
BAB III UKURAN TENGAH DAN DISPERSI Dalam pembicaraan yang lalu kita telah mempresentasikan data dalam bentuk tabel dan grafik yang bertujuan meringkaskan dan menggambarkan data kuantitatif, untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan
Lebih terperincipenduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang kemudian menimbulkan masalah yang harus dihadapi pemerintah yaitu permasalahan gizi. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era global saat ini, sistem internasional telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Era globalisasi yang muncul bukan hanya memudarkan batas-batas negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan sekarang ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia menghadapi persoalan dalam membangun ekonomi maka suatu daerah harus membangun perekonomian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama pasca krisis ekonomi global tahun 2008 yang melanda dunia, perekonomian dunia mengalami berbagai penurunan ekspor non migas. Beberapa negara di dunia membatasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciIndeks Kepercayaan Konsumen Indonesia Tertinggi dan Optimisme Masyarakat Jumat, 14 Juni 2013
Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia Tertinggi dan Optimisme Masyarakat Jumat, 14 Juni 2013 Consumer confidence Index (Indeks Kepercayaan Konsumen) merupakan salah satu indikator ekonomi yang mengukur
Lebih terperincimencerdaskan kehidupan bangsa, dan proaktif melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
BAB 1 PENDAHULUAN Globalisasi telah memicu peningkatan kesadaran secara global di semua sektor kehidupan masyarakat dunia yang mewujud dalam bentuk pergeseran cara berpikir dan bertindak sehingga memengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dari hari ke hari semakin pesat dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan tersebut meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang berkaitan dengan efektifitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan negara, dimana pembangunan mengarah pada proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilai ujian statistik 5 mahasiswa kelas A adalah 71,75,79,77,73 Nilai ujian statistik 5 mahasiswa kelas B adalah 45,60, 90,85,95
BAB I PENDAHULUAN Dalam penyelidikan data sering kali kita membutuhkan informasi yang lebih banyak dari pada hanya mengetahui salah satu tendensi sentral saja. Misal kita ingin mengetahui bagaimana penyebaran
Lebih terperinciPENGANTAR STATISTIK Pusat Data dan Satistik Pendidikan-Kebudayaan Setjen, Kemdikbud 2014
PENGANTAR STATISTIK Pusat Data dan Satistik Pendidikan-Kebudayaan Setjen, Kemdikbud 2014 Daftar Isi: 1. Definisi Statistik 2. Unit Analisis & Lingkup Analisis 3. Pengukuran Nilai Sentral 4. Pengukuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdebatan telah disampaikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Studi mengenai pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang menjadi pembahasan yang sangat menarik. Berbagai perdebatan telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang telah berlangsung lama dan mendapat pembenaran
Lebih terperinciBAB I DISTRIBUSI FREKUENSI
BAB I DISTRIBUSI FREKUENSI A. Pengertian Distribusi Frekuensi adalah penyajian data yang telah digolongkan dalam kelas-kelas menurut urutan tingkatannya beserta jumlah individu pada masing-masing kelas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Menurut Soembodo (2011),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup
Lebih terperinciPEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS)
9 BAB 2 PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS) SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK DARI PROSES MAKRO GLOBALISASI (MACROPROCESS OF GLOBALIZATION) 2.1 Globalisasi Munculnya arus migrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpengaruh di dunia. Bursa saham New York (New York Stock Exchange)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amerika Serikat memiliki salah satu pasar keuangan terbesar dan paling berpengaruh di dunia. Bursa saham New York (New York Stock Exchange) merupakan bursa terbesar
Lebih terperinciUkuran Simpangan/Penyebaran
Ukuran Simpangan/Penyebaran Anief Fauzan Rozi, S. Kom., M. Eng. Phone/WA: 0856 4384 6541 PIN BB: 29543EC4 Sertakan idenotas Anda keoka akan add contact Email : anief.umby@gmail.com Blog: anief.mercubuana-
Lebih terperinciGood Party Governance Solusi Tuntas Menuju Indonesia Baru
Good Party Governance Solusi Tuntas Menuju Indonesia Baru Mas Achmad Daniri Ketua Komite Nasional Kebijakan Governance Kekuasaan diperoleh dari kegiatan berpolitik dengan menggunakan kendaraan partai politik
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia periode
BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia periode 2002-2010 Ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia di pasar nontradisional
Lebih terperinciBESARAN STATISTIK (UKURAN TENGAH DAN UKURAN
BESARAN STATISTIK (UKURAN TENGAH DAN UKURAN DISPERSI) UKURAN TENGAH Ukuran tengah nilai tunggal yang representatif untuk keseluruhan nilai data. Ukuran tendensi sentral nilainya cenderung terletak di urutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses terjadinya kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan kekuatan ekonomi potensial yang diarahkan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di
Lebih terperinciSTATISTIK. Rahma Faelasofi
STATISTIK Rahma Faelasofi 1 BAB 3 VARIABILITAS Pengertian Jangkauan Mean deviasi Standar deviasi 2 Pengertian Pengukuran penyebaran adalah pengukuran tingkat penyebaran nilai dalam suatu kumpulan data
Lebih terperinciANALISIS DATA SECARA RANDOM PADA APLIKASI MINITAB DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUSI PELUANG
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PENGANTAR METODE STATISTIKA MODUL 3 ANALISIS DATA SECARA RANDOM PADA APLIKASI MINITAB DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUSI PELUANG Oleh : Diana Nafkiyah 1314030028 Nilamsari Farah Millatina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup peserta didik secara optimal dalam rangka mewujudkan bangsa Indonesia yang berperadaban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membuat perusahaan merasa tidak aman bahkan di wilayah negaranya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar ekonomi dunia yang semakin terbuka di era globalisasi sekarang ini menuntut para pelaku usaha untuk lebih kreatif dan inovatif dalam rangka memenangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Iyan Setiono, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum yang demokratis, namun perilaku korupsi semakin meluas yang dilakukan secara terorganisir dan sistematis memasuki seluruh aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi merupakan suatu tujuan utama. Hal ini juga merupakan tujuan utama negara kita, Indonesia. Namun,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatkan peranan publik ataupun pembangunan, dapat dikembangkan melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita yang kompleks namun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan
BAB 1 PENDAHULUAN Penelitian ini akan mengkaji strategi pembangunan Zona Integritas yang dilakukan oleh Pemkot Yogyakarta hingga mampu mendapatkan predikat Wilayah Bebas Korupsi untuk dua unit kerjanya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai
Lebih terperinciPengukuran Deskriptif
Pengukuran Deskriptif 2.2 Debrina Puspita Andriani E-mail : debrina.ub@gmail.com / debrina@ub.ac.id 2 Outline Pendahuluan Tendensi Sentral Ukuran Dispersi 3 Pendahuluan Pengukuran Deskriptif 4 Definisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi negara merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia
Lebih terperinciMEMBANGUN TIM EFEKTIF
MATERI PELENGKAP MODUL (MPM) MATA DIKLAT MEMBANGUN TIM EFEKTIF EFEKTIVITAS TIM DAERAH DALAM MEMASUKI ERA ASEAN COMMUNITY 2016 Oleh: Dr. Ir. Sutarwi, MSc. Widyaiswara Ahli Utama BPSDMD PROVINSI JAWA TENGAH
Lebih terperinciMEMPERKUAT PENGORGANISASIAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK MEMPERCEPAT DEMONOPOLISASI DI POLITIK DAN EKONOMI
Publikasi Hasil Riset Indeks Demokrasi Asia: Kasus Indonesia Tahun 2015 MEMPERKUAT PENGORGANISASIAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK MEMPERCEPAT DEMONOPOLISASI DI POLITIK DAN EKONOMI Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL)
Lebih terperinciMatakuliah : EK 432/Perekonomian Indonesia Tahun : 2005 Versi : Revisi 1. Pertemuan 6 Kemiskinan dan kesenjangan
Matakuliah : EK 432/Perekonomian Indonesia Tahun : 2005 Versi : Revisi 1 Pertemuan 6 Kemiskinan dan kesenjangan 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Mahasiswa
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tukar bebas. Salah satu karakteristik dari nilai tukar paska era Bretton-Woods adalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejak runtuhnya sistem Bretton Woods di awal tahun 1970an, berbagai negara industri telah melakukan reformasi rezim nilai tukar nominal tetap mereka menjadi nilai tukar
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu tempat yang mempertemukan pihak-pihak yang kelebihan dana (investor) dengan pihak yang kekurangan dana (perusahaan). Maka
Lebih terperinciBab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian
12 Rapat Dengan Wakil Presiden (Membahas Special Economic Zone) Dalam konteks ekonomi regional, pembangunan suatu kawasan dapat dipandang sebagai upaya memanfaatkan biaya komparatif yang rendah untuk meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan
Lebih terperinciPOLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR
POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Politik dan Pembangunan Pertanian OLEH: SUGIARTO 09.03.2.1.1.00013 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok kepentingan yang berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesarbesarnya dengan upaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan dunia pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya
Lebih terperinciPengukuran Deskriptif. Debrina Puspita Andriani /
Pengukuran Deskriptif 3 Debrina Puspita Andriani E-mail : debrina.ub@gmail.com / debrina@ub.ac.id 2 Outline Pendahuluan Tendensi Sentral Ukuran Dispersi 3 Pendahuluan Pengukuran Deskriptif 4 Definisi Pengukuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tak jarang masyarakat juga menyukai gaya hidup yang bisa dibilang berfoya-foya dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di masa kini banyak manusia yang mengeluh tentang biaya hidup yang semakin tinggi sehingga barang kebutuhan manusia semakin tinggi pula. Tetapi dibalik itu semua tak
Lebih terperinciKOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN
KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN Dasar Hukum Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 : Setiap warga negara mempuyai hak untuk memperoleh pengajaran Undang-Undang Nomor 20 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. murah sehingga ekspor Indonesia ke sebagian besar negara meningkat, ceteris paribus.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional dapat mempengaruhi tingkat harga, pendapatan nasional, dan tingkat kesempatan kerja suatu negara. Perdagangan internasional sejatinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia
Lebih terperinciTIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN Ulasan IKHTISAR Inti dari tulisan ini adalah: 1. Data survei menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin terus mengalami penurunan; 2. Analisis sensitivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah berita mengenai negara dengan direksi wanita terbanyak. Disebutkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Awal tahun 2015, sebuah media masa terkemuka di Indonesia menulis sebuah berita mengenai negara dengan direksi wanita terbanyak. Disebutkan bahwa berdasarkan
Lebih terperinciDISPERSI DATA. - Jangkauan (Range) - Simpangan/deviasi Rata-rata (Mean Deviation) - Variansi (Variance) - Standar Deviasi (Standart Deviation)
DISPERSI DISPERSI DATA Ukuran penyebaran suatu kelompok data terhadap pusat data. - Jangkauan (Range) - Simpangan/deviasi Rata-rata (Mean Deviation) - Variansi (Variance) - Standar Deviasi (Standart Deviation)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram di segala bidang secara menyeluruh, terarah, terpadu, dan berlangsung secara terus menerus dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi prasyarat untuk memperoleh peluang partisipasi, adaptasi dalam hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era informasi saat ini, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi prasyarat untuk memperoleh peluang partisipasi, adaptasi dalam hal eksistensi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Seperti yang terjadi pada saat krisis keuangan Subprime Mortage yang
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bursa saham suatu negara dapat dianggap menjadi cerminan keadaan ekonomi dari negara tersebut. Semua faktor yang mempengaruhi perekonomian suatu negara
Lebih terperinciModal Insani (Human Capital) dan Pembangunan Ekonomi
Modal Insani (Human Capital) dan Pembangunan Ekonomi Prof. H. Lincolin Arsyad, M.Sc., Ph.D Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Guru Besar FEB Universitas Gadjah Mada Disampaikan pada acara University
Lebih terperinciPendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan
Distribusi Pendapatan Berdasarkan data BPS, 40% penduduk berpendapatan terendah, telah menerima 21,74% pada tahun 2002, sehingga apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan RENSTRA sebesar 20,17%
Lebih terperinci1.0 Distribusi Frekuensi dan Tabel Silang
ANALISIS DESKRIPTIF 1.0 Distribusi Frekuensi dan Tabel Silang 1.1 Pengantar Statistik deskriptif Statistika deskriptif adalah bidang statistika yang mempelajari tatacara penyusunan dan penyajian data yang
Lebih terperinci