MODUL LINEAR AMPLIFIER SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN PADA PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI NUKLIR
|
|
- Sugiarto Halim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODUL LINEAR AMPLIFIER SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN PADA PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI NUKLIR ABSTRAK Nugroho trisanyoto STTN BATAN MODUL LINEAR AMPLIFIER SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN PADA PRAKTIKUM PEMELIHARAAN INSTRUMENTASI NUKLIR. Telah dilakukan pembuatan modul linear amplifier yang merupakan bagian dari sistem Spektroskopi Nuklir, sebagai sarana praktikum pemeliharaan instrumentasi nuklir pada Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) Batan di Yogyakarta. Alat ini pernah dibuat saudara Arifin istafara sebagai tugas akhir. Sedangkan modul ini dibuat untuk memudahkan pemahaman rangkaian dan cara kerja alat. Kemudahan diberikan dengan menambahkan saklar pemutus pada setiap bagian sebagai pelacak sinyal pada rangkaian tersebut. Modul linear amplifier ini terdiri dari pole zero (Pz), pulse shapping (PS), rangkaian base line restorer (BLR), dan gain atau penguatan. Praktikum ini dilakukan pada laboratorium Instrumentasi Nuklir STTN dengan cara simulasi memberi masukkan pulsa dari pulser. Dengan menggunakan modul diharapkan mahasiswa dapat mengenal, memahami dan mengetahui cara kerja dari linear amplifier dengan bentuk pulsa keluaran samigaussian dan tingga maksimum 10volt, sehingga mahasiswa dapat melakukan pemeliharaan alat dengan benar. Kata kunci: modul, linear Amplifier, pembelajaran dan instrumentasi abstrack LINEAR AMPLIFIER MODULE AS A MEANS OF LEARNING IN PRACTICUM MAINTENANCE NUCLEAR INSTRUMENTATION. Has made the manufacture of linear amplifier modules are part of the nuclear spectroscopy systems as a means of maintenance of nuclear instrumentation lab at the Polytecnic Institute of Nuclear Technology (STTN) Batan di Yogyakarta. This module is designed to facilitate the understanding and ways of working so that in some parts of given switch circuit breaker as the tracer signal. This amplifier module consists of a pole zero (Pz), pulse shaping (PS), a series of base line restorer (BLR), and the gain or reinforcement. This lab work done at the laboratory of nuclear Instrumentation STTN by giving input pulse of Pulser. By using the amplifier module students are expected to know, understand and know the workings of the amplifier so that it can perform maintenance tool correctly. Keywords : module, linear Amplifier, learning and instrumentation 129
2 PENDAHULUAN Instrumentasi Nuklir merupakan instrumentasi yang menggunaan detektor nuklir yang umumnya digunakan untuk pengukuran atau pendeteksian gejala radioaktivitas. Untuk dapat melakukan pengukuran radioaktivitas diperlukan detektor yang dapat berinteraksi secara efisien dengan sinar radioaktif yang diselidiki. Komponen dari keseluruhan sistem pengukur yang mendeteksi radiasi dan mengubahnya ke sinyal listrik adalah detektor radiasi, sedangkan unit yang mengolah dan mencatat sinyal dari detektor disebut sebagai alat ukur adalah Sistem spektroskopi nuklir. Sistem spektroskopi nuklir berfungsi untuk menyelidiki dan menganalisa suatu radioisotop, atau sumber radiasi dengan cara mengukur distribusi energi radiasi tersebut, serta varibel lainnya yang mempunyai ikatan kuat dengan sumber radiasi. Sistem terdiri dari dua kelompok yaitu bagian sensor pengolahan dan pengukuran data. Radiasi dan tranduster yang biasa dikenal sebagai detektor nuklir dan spektofotometer untuk pengukuran dan pengolahan data. Teknik ini telah dipakai secara luas dalam berbagai bidang, misalnya dalam menganalisis radiasi alfa, beta, gamma, sinar-x dan neutron. Spektroskopi nuklir berfungsi untuk analisis sumber radiasi atau radioisotop dengan mengukur distribusi energinya, sedangkan Linear Amplifier pada spektroskopi nuklir berfungsi sebagai pengolah pulsa keluaran dari detektor sehingga dapat dibaca oleh penganalisis tinggi pulsa. Spektroskopi nuklir mempunyai prinsip untuk mengetahui energi dari suatu sumber radiasi alpa, beta dan gamma. Pada spektroskopi nuklir terdiri dari : detektor, catu daya tegangan tinggi (HV), pre- Amplifier, linear Amplifier, single chanal analyser (SCA), pencacah (Counter dan Timer) (1). DASAR TEORI 1. Pole Zero Concellation (PZC) Pole Zero Cancellation adalah suatu rangkaian elektronik yang berfungsi untuk menghilangkan/menekan pulsa under shoot atau pulsa yang berada dibawah level ground agar apabila Linear Amplifier digunakan untuk keperluan spektroskopi dapat mempunyai tingkat akurasi yang tinggi (2). 2. Pulse Shaping Pada sistem spektrometer linear Amplifier adalah merupakan bagian dari system instrumentasi nuklir yang berfungsi sebagai penguat pulsa dan berfungsi sebagai pembentuk pulsa (pulse shaping). Untuk membentuk pulsa cepat keluaran detektor menjadi pulsa semigaussian seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Pada keluaran linear Amplifier prinsipnya diperoleh dengan melambatkan rise time dengan rangkaian integral dan mempercepat decay time dengan rangkaian differential. Gambar 1. Pulsa Semigaussian (1) 3 Base Line Restorer (BLR) Rangkaian BLR untuk cacah radiasi yang cukup besar, BLR masih mempunyai bagian pulsa negative sedikit dan juga ada efek penyearahan derau yang akan terkumpul sehingga mengurangi resolusi sistem spektroskopi. Untuk mengatasi hal ini digunakan rangkaian gate base line stabilization, yang mana kerjanya selalu mengembalikan garis aras ke level nol (3). 4 Rangkaian Penguat (Gain) Kemampuan suatu penguat untuk memperkuat pulsa disebut gain. Dalam rangkaian penguat ini terdiri dari sebuah rangkaian yang mampu melipatkan tegangan keluaran dengan tegangan maksimum 10 volt. TATA KERJA Dalam bidang teknologi nuklir banyak instrumen yang mendukung berbagai keperluan penelitian, keselamatan kerja dan 130
3 pendidikan. Salah satu instrumen itu adalah spektroskopi amplifier, yang berfungsi sebagai pengolahan pulsa dari keluaran detektor sehingga dapat dibaca oleh penganalisa tinggi pulsa.rangkaian ini terdiri dari Pole-zero Concelation dan Penguat Transresistance. 1. Rangkaian Pole-zero Concelation dan Penguat Transresistance Pada pembentukan pulsa, keluaran dari penguat awal yang berupa pulsa ekor akan menghasilkan suatu pulsa yang mempunyai bagian di bawah garis nol (zero cross over). Pergeseran ini jika terlalu besar tidak dikehendaki karena akan memberikan kesalahan dalam pengukuran tinggi pulsa yang datang dibelakangnya. Maka dari itu perlu sebuah rangkaian pole-zero concelation yang dapat mereduksi pergeseran tersebut, hasilnya seperti tampak pada Gambar Pembentukan Pulsa (Pulse Shapping) Pulsa berbentuk Gaussian adalah pulsa yang diharapkan dari linear amplifier maka diperlukan rangkaian differensiator yang akan mempercepat waktu meluruh pulsa ekor dan rangkaian integrator yang akan memperlambat waktu bangkit pulsa. Kedua rangkaian tersebut dapat dibuat dari komponen pasif C dan R. Rangkaian Differensiator Rangkaian differensiator terdiri dari komponen resistor dan kapasitor. Jika V i (t) adalah tegangan yang tergantung dari waktu yang diberikan suatu rangkaian seperti pada Gambar 4, maka hubungan dari nilai nilai tegangannya adalah terlihat pada persamaan : q ( t) q( t) dq( t) + RI C C dt v i (t)...(1) Sebelum waktu waktu sesudah Gambar 2 Kompensasi pole-zero (4) Dalam perancangan rangkaian polezero concelation dan penguat transresistence ini, nilai-nilai kapasitor dan resistornya dapat ditentukan sesuai dengan setting serta menyesuaikan dari timing pulsa keluaran penguat awal detektor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3 Yang mana q(t) adalah muatan kapasitor pada saat t. jika sinyal masukan adalah fungsi undak, maka fungsi tegangan keluaran adalah : Seperti pers: 2 dq ( t) V o (t)=r V i e t/rc...(2) dt t=0 t=t Vi... RC=T t=0 RC=T/10 waktu Gambar 3. Pole zore concelation Gambar 4. Rangkaian CR differensiator 131
4 A. Rangkaian Integrator Rangkaian integrator juga terdiri dari resistor dan kapasitor, tetapi sinyal keluaran dari rangkaian ini melintang pada kapasitor seperti pada Gambar 3., untuk sinyal keluaran dari rangkaian pengintegral sebagai hasil dari masukan undak diberikan oleh persamaan (3) : V o (t)= q ( t) C V i (1-e -t/rc ) (3) Jika RC >T maka sinyal keluarannya tampak seperti integral dari masukannya. Dengan nilai untuk tegangan keluarannya seperti pers, V dq I = i maka dq = I dt R dt q= Idt (4) q 1 V o = Idt C C (5) 1 V o = CR dt i (6) T T=0 t=t waktu Gambar 5. Rangkaian Intregrator Gambar 6. Rangkaian pulse shapping 6. Rangkaian Base Line Restorer Gambar 7. Base Line Restorer (BLR) Bila radiasi yang datang cukup besar maka rangkaian BLR dapat dipergunakan untuk cacah, akan tetapi BLR masih mempunyai bagian pulsa negative sedikit dan juga ada efek penyearahan derau yang akan terkumpul sehingga mengurangi resolusi sistem spektroskopi. Untuk mengatasi hal ini digunakan rangkaian gate base line stabilization, yang mana kerjanya selalu mengembalikan garis aras ke level nol. Dalam modul ini, dibuat dengan cara merangkai seperti pada rangkaian BLR yang ada pada Gambar 7. Sebuah blok rangkaian dalam instrument Diskriminator Bias Modulation, yang mana prinsip kerjanya adalah sama dengan BLR yang terangkai dalam berbagai instrumen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 8 5. Perancangan Pulse Shapping Rangkaian pulse shapping sangat diperlukan agar pulsa dapat dibaca oleh penganalisa tinggi pulsa, maka haruslah pulsa tersebut dibentuk sesuai setting yang dikehendaki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 6 : 132
5 Gambar 8. Rangkaian BLR Untuk mendapatkan posisi pulsa pada aras nol, maka untuk keseimbangannya nilai V b harus setara dengan tegangan supply pada transistor. Yang mana dapat diselesaikan dengan persamaan (7) : V b = ( Vk. R R 9 ) ( Vl. R7 ) 7 R 9 (7) 7. Rangkaian Penguat Dalam rangkaian penguat ini terdiri dari sebuah IC Op-Amp dan resistor, dimana rangkaian tersebut dikonfigurasikan sebagai penguat. Tampak seperti pada Gambar. 9 adalah rangkaian penguat maka berlaku persamaan (8) sebagai berikut : Gambar 10. Rangkaian penguat HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui keluaran dari linear amplifier perlu adanya masukan dari pulser, agar tidak terjadi kejenuhan pada keluaran, yang perlu untuk diperhatikan adalah pulsa masukkan. Adapun hasil dari percobaan tersebut diharapkan seperti pada Gambar 11. Pengujian ini dilakukan dengan simulasi dengan pulser sebagai pulsa masukkan dan bertujuan untuk melihat bentuk keluaran dari linear amplifier. amp 90 % V o = - Rf R V i (8) FWHM τr τf waktu 10% τ Gambar 11. Pengukuran pulsa Gambar. 9. Rangkaian penguat Untuk rangkain lengkap dalam pembuatan rangakain penguat maka dapat dilihat dalam Gambar 10 : Keterangan gambar : Τr : rise time(waktu bangkit pulsa) τf : fall time (waktu jatuh pulsa) τ : lebar pulsa FWHM : Full wave half maximum(lebar pulsa dari setengahpulsa maksimum) 133
6 Gambar 12. Pulsa masukan dari pulser. Gambar 15. Bentuk pulsa Setelah melewati differensiator dan integrator Gambar 13. Bentuk pulsa ekor Gambar 14. Bentuk pulsa yang telah melewati rangkaian BLR Gambar 16. Pulsa keluaran PEMBAHASAN Modul linear amplifier ini adalah alat praktikum yang memberikan pengetahuan tentang prinsip kerja dari alat, dan mengetahui bagian dari amplifier serta dapat mengukur keluaran pulsa pada tiap bagian. Modul ini digunakan untuk mempermudah pemahaman tentang linear amplifier serta pulsa gaussian, kemudahan ini diberikan dengan cara menambahkan saklar pada tiap bagian sebagai penelusuran pulsa keluaran. Penelusuran yang dilakukan adalah jika ada pulsa masukkan dari detektor yang diganti dengan pulser dalam orde milivolt seperti pada Gambar 12 ditelusur pada tiap keluaran yang disiapkan pada modul tersebut. Dalam pembentukan pulsa keluaran dari penguat awal atau pulser yang berupa pulsa ekor akan menghasilkan suatu pulsa yang mempunyai bagian di bawah garis nol (zero cross over). Jika pergeseran ini terlalu besar tidak dikehendaki karena akan memberikan 134
7 kesalahan dalam pengukuran tinggi pulsa yang datang dibelakangnya. Maka dari itu perlu sebuah rangkaian pole-zero concelation yang dapat mereduksi pergeseran tersebut yang hasilnya untuk direduksi tampak pada Gambar 13. Sedangkan bentuk dan analisa pulsa adalah seperti Gambar 10. Agar pulsa tersebut menjadi pulsa berbentuk semigaussian diperlukan rangkaian differensiator yang akan mempercepat waktu meluruh pulsa ekor dan rangkaian integrator yang akan memperlambat waktu bangkit pulsa. Kedua rangkaian tersebut dapat dibuat dari komponen pasif yaitu C dan R seperti pada Gambar 15. Untuk cacah radiasi yang cukup besar, BLR masih mempunyai bagian pulsa negative sedikit dan juga ada efek penyearahan derau yang akan terkumpul sehingga mengurangi resolusi sistem spektroskopi. Untuk mengatasi hal ini digunakan rangkaian gate base line stabilization,rangkaian ini bekerja untuk mengembalikan garis aras ke level nol seperti pada Gambar 16. Dengan melewati pemrosesan sinyal melalui PZC,BLR dan Pulseshaping serta penguat yang terdiri dari sebuah IC Op-Amp dan resistor, dari pulsa masukkan dengan orde millivolt dan bentuk pulsa keluaran adalah pulsa semigaussian dengan yang dapat diatur seperti yang diharapkan. KESIMPULAN 1. Modul linear amplifier bagi mahasiswa adalah dapat untuk mengetahui bagian bagian alat serta prinsip kerja sehingga dapat merawat alat dengan baik. 2. Pole-zero concelation dapat mereduksi pergeseran, pulsa berbentuk semigaussian serta diperlukan rangkaian differensiator yang akan mempercepat waktu meluruh pulsa ekor dan rangkaian integrator yang akan memperlambat waktu bangkit pulsa. Dengan pemrosesan sinyal melalui, BLR dan penguat yang terdiri dari sebuah IC Op- Amp dan resistor, dari pulsa masukkan dengan orde millivolt dengan bentuk pulsa keluaran adalah semigaussian dengan yang dapat diatur. DAFTAR PUSTAKA 1. Setiawan, W., Santoso, W., 2002, Petunjuk Praktikum Elektronika Nuklir, Laboratorium Elektronika Nuklir Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2. Tsoulfanidis, N., 1983, Measurement and Detection of Radiation, Hemisphere Publishing Corporation, New York. 3. Darsono, Santoso, A, Irianto, 2003, Petunjuk Praktikum Instrumentasi Nuklir, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Yogyakarta. 4. Susetyo, Wisnu, 1988, Spektrometri Gamma Dan Penerapannya Dalam Analisis Pengaktifan Neutron, Gajah Mada Unifersity Press, Yogyakarta. 135
PEMBUATAN LINEAR AMPLIFIER MENGGUNAKAN LM318 UNTUK SPEKTROMETRI GAMMA
PEMBUATAN LINEAR AMPLIFIER MENGGUNAKAN LM318 UNTUK SPEKTROMETRI GAMMA JUMARI, SRI PRIHARTINTO, MURSITI Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010 Telp. 0274.488435,
Lebih terperinciSistem Pencacah dan Spektroskopi
Sistem Pencacah dan Spektroskopi Latar Belakang Sebagian besar aplikasi teknik nuklir sangat bergantung pada hasil pengukuran radiasi, khususnya pengukuran intensitas ataupun dosis radiasi. Alat pengukur
Lebih terperinciRANCANG BANGUN LINIER AMPLIFIER UNTUK SPEKTROSKOPI NUKLIR
RANCANG BANGUN LINIER AMPLIFIER UNTUK SPEKTROSKOPI NUKLIR JOKO SUNARDI, TOTO TRIKASJONO Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010 Telp. 0274.489716, Faks.489715 Abstrak
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT PULSA SIMULASI DETEKTOR NUKLIR
RANCANG BANGUN SISTEM PEMBANGKIT PULSA SIMULASI DETEKTOR NUKLIR ABSTRAK Nugroho Tri Sanyoto 1 Zumaro 2, Sudiono 3, 1) STTN BATAN, Yogyakarta, Indonesia, trisanyotonugroho@yahoo.co.id 2) STTN BATAN, Yogyakarta,
Lebih terperinciEKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA
Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R4 EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza
Lebih terperinciEKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD
Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R3 EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza Andiana
Lebih terperinciRANCANG BANGUN MODUL PENGKONDISI SINYAL DENGAN PENGANALISA KANAL TUNGGAL PADA SISTEM SPEKTROSKOPI GAMMA
RANCANG BANGUN MODUL PENGKONDISI SINYAL DENGAN PENGANALISA KANAL TUNGGAL PADA SISTEM SPEKTROSKOPI GAMMA Joko Sumanto 1, Toto Trikasjono 2, Sigit Bachtiar 1 1 PRPN BATAN Kawasan Puspiptek gd.71 Serpong
Lebih terperinciMODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018
MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA & INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA, INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi Rev. 07-06-2017
Lebih terperinciRANCANG BANGUN PEMBANGKIT PULSA GELOMBANG LINEAR PADA PERANGKAT INSTRUMENTASI NUKLIR SKRIPSI RIADY A. P. SITANGGANG
1 RANCANG BANGUN PEMBANGKIT PULSA GELOMBANG LINEAR PADA PERANGKAT INSTRUMENTASI NUKLIR SKRIPSI RIADY A. P. SITANGGANG 100801064 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciAMPLIFIER DETEKTOR CsI(TI) UNTUK SPECTROSKOPI GAMMA
28 ISSN 0216-3128 Setyadi WS, dkk. AMPLIFIER DETEKTOR CsI(TI) UNTUK SPECTROSKOPI GAMMA Setyadi WS, RiIIlsaris' Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, BATAN-Yogyakarta ABSTRAK AMPLIFIER DETEKTOR
Lebih terperinciMODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER
MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI
LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI NAMA : REZA GALIH SATRIAJI NOMOR MHS : 37623 HARI PRAKTIKUM : SENIN TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012 LABORATORIUM
Lebih terperinciMODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)
P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) 1 TUJUAN Memahami prinsip kerja Operational Amplifier.
Lebih terperinciyaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali
BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian
Lebih terperinciINSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)
INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai
Lebih terperinciWorkshop Instrumentasi Industri Page 1
INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 1 (PENGUAT NON-INVERTING) I. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik penguat non-inverting b. Mahasiswa dapat merancang,
Lebih terperinciJOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING
JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.
Lebih terperinciUJI BANDING SISTEM SPEKTROMETER GAMMA DENGAN METODA ANALISIS SUMBER Eu-152. Nugraha Luhur, Kadarusmanto, Subiharto
Uji Banding Sistem Spektrometer (Nugroho L, dkk) Abstrak UJI BANDING SISTEM SPEKTROMETER GAMMA DENGAN METODA ANALISIS SUMBER Eu-152 Nugraha Luhur, Kadarusmanto, Subiharto UJI BANDING SPEKTROMETER GAMMA
Lebih terperinciPenentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer)
Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer) 1 Mei Budi Utami, 2 Hanu Lutvia, 3 Imroatul Maghfiroh, 4 Dewi Karmila Sari, 5 Muhammad Patria Mahardika Abstrak
Lebih terperinciElektronika. Pertemuan 8
Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga
Lebih terperinciRANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR
SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 RANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR NOGROHO TRI SANYOTO, SUDIONO, SAYYID KHUSUMO LELONO Sekolah
Lebih terperinciRangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206
Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email : eddynurraharjo@gmail.com Abstrak Sebuah sinyal dapat dihasilkan dari suatu pembangkit sinyal yang berupa sebuah rangkaian
Lebih terperinciKARAKTERISASI COUNTER 5X16 BIT PADA PERANGKAT RIA SAMPLE CHANGER AUTOMATIC MULTI DETECTOR
KARAKTERISASI COUNTER 5X16 BIT PADA PERANGKAT RIA SAMPLE CHANGER AUTOMATIC MULTI DETECTOR Riswal Nafi Siregar, Wahyuni ZI, Joko Sumanto, Nuning DS., Benar Bukit Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN) BATAN
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan
III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya
Lebih terperinciBABV INSTRUMEN PENGUAT
BABV INSTRUMEN PENGUAT Operasional Amplifier (Op-Amp) merupakan rangkaian terpadu (IC) linier yang hampir setiap hari terlibat dalam pemakaian peralatan elektronik yang semakin bertambah di berbagai bidang
Lebih terperinciPengkondisian Sinyal. Rudi Susanto
Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan
Lebih terperinciSINGLE CHANNEL ANALYZER MENGGUNAKAN LM-311 SEBAGAI KOMP ARA TOR
MODIFIKASI SINGLE CHANNEL ANALYZER MENGGUNAKAN LM-311 SEBAGAI KOMP ARA TOR Jumari, Djuningran, Nurhidayat S Puslitbang Teknologi Maju - BATAN Yogyakarta ABSTRAK MOlJlFIKASI SINGLE CHANNEL ANAL YZER MENGGUNAKAN
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH MENGETAHUI DAN MENGANALISA KELUARAN PENGUAT INTEGRATOR (INTEGRATOR AMPLIFIER)
KARYA TULIS ILMIAH MENGETAHUI DAN MENGANALISA KELUARAN PENGUAT INTEGRATOR (INTEGRATOR AMPLIFIER) Ir. Ida Bagus Sujana Manuaba, M.Sc Nyoman Wendri, S.Si., M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
Lebih terperinciANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR
Akhmad Dzakwan, Analisis Sistem Kontrol ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR (DC MOTOR CONTROL SYSTEMS ANALYSIS AS A FUNCTION OF POWER AND VOLTAGE OF HEAT) Akhmad
Lebih terperinciUJI FUNGSI SISTEM SPEKTROMETER GAMMA MODEL : BEM - IN1001
UJI FUNGSI SISTEM SPEKTROMETER GAMMA MODEL : BEM - IN1001 BATAN, Yogyakarta e-mail : jumari@batan.go.id ABSTRAK UJI FUNGSI SISTEM SPEKTROMETER GAMMA MODEL : BEM - IN1001. Telah dilakukan uji fungsi terhadap
Lebih terperinciGambar 1.1 Rangkaian Dasar Komparator
JOBSHEET PRAKTIKUM 2 A. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian komparator sebagai aplikasi dari rangkaian OP AMP. 2. Mahasiswa dapat merangkai rangkaian komparator sebagai aplikasi dari
Lebih terperinciRANCANG BANGUN PENGANALISIS KANAL TUNGGAL. Herry Mugirahardjo dan Eddy Santoso
p~ ~ N~ H~ N~ ~ ~X ~ c" ISSN 1c,10-')6g6 RANCANG BANGUN PENGANALISIS KANAL TUNGGAL Herry Mugirahardjo dan Eddy Santoso Puslitbang Iptek Bahan BATAN, Kawasan PuspiptekSerpong, Tangerang ABSTRAK RANCANG
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap
Lebih terperinciQ POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED
Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG 01 P-05 KOMPARATOR SMT. GENAP 2015/2016 A. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian komparator sebagai
Lebih terperinciPARALEL INVERTER 1 FASA UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS KELUARAN
PARALEL INVERTER 1 FASA UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS KELUARAN LAPORAN TUGAS AKHIR OLEH: ALBERT RUDY HERDIAN 07.50.0007 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
Lebih terperinciANALISIS KERUSAKAN X-RAY FLUORESENCE (XRF)
ISSN 1979-2409 Analisis Kerusakan X-Ray Fluoresence (XRF) (Agus Jamaludin, Darma Adiantoro) ANALISIS KERUSAKAN X-RAY FLUORESENCE (XRF) Agus Jamaludin, Darma Adiantoro Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir
Lebih terperinciJOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI
JOBSHEET 6 PENGUAT INSTUMENTASI A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Instrumentasi ini adalah :. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat instrumentasi sebagai aplikasi dari rangkaian
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH MEMPELAJARI DAN MENGANALISIS KELUARAN PENGUAT INSTRUMENTASI (INSTRUMENTATION AMPLIFIER)
KARYA TULIS ILMIAH MEMPELAJARI DAN MENGANALISIS KELUARAN PENGUAT INSTRUMENTASI (INSTRUMENTATION AMPLIFIER) I Wayan Supardi, S.Si., M.Si Ir. Ida Bagus Sujana Manuaba, M.Sc JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciRANCANG BANGUN TIME-COUNTER SPEKTROMETER NUKLIR BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51
RANCANG BANGUN TIME-COUNTER SPEKTROMETER NUKLIR BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 Skripsi Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu S-1 Fisika, Fakultas Matematika
Lebih terperinciQ POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED
Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG 01 P-01 DIODA CLIPPER DAN CLAMPER SMT. GENAP 2015/2016 A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat menguji karakteristik dioda clipper
Lebih terperinciPENGUAT DAYA BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang
PENGUAT DAYA BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk terus dikaji dan dikembangkan. Perkembangan ilmu Fisika akan sangat berpengaruh bagi kehidupan
Lebih terperinciBAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk
BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS 3.1. Pendahuluan Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk menghidupkan HPL (High Power LED) dengan watt
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan medan magnet untuk mengetahui karakteristik sistem sensor magnetik. Tahapan
Lebih terperinciGambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.
BAB II DASAR TEORI Thyristor merupakan komponen utama dalam peragaan ini. Untuk dapat membuat thyristor aktif yang utama dilakukan adalah membuat tegangan pada kaki anodanya lebih besar daripada kaki katoda.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, Laboratorium
Lebih terperinciBAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN. 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen
BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen Operasional Amplifier (Op-Amp). Adapun komponen yang akan digunakan
Lebih terperinciRANCANGAN SISTEM MONITORING RADIASI GAMMA LINGKUNGAN STACK MONITOR RSG
RANCANGAN SISTEM MONITORING RADIASI GAMMA LINGKUNGAN STACK MONITOR RSG Benar Bukit 1 1 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN ABSTRAK Rancangan Sistem Monitoring Radiasi Gamma Lingkungan Stack Monitor RSG.
Lebih terperinciKOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62
Jurnal Forum Nuklir (JFN), Volume 6, Nomor 2, November 2012 KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62 Alan Batara Alauddin 1, Argo Satrio Wicaksono 2, Joko Sunardi
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR
Lebih terperinciPEMBUATAN COUNTER/TIMER UNTUK SISTEM SPEKTROMETER GAMMA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89C52
Surakarta, Selasa 9 Agustus 016 PEMBUATAN COUNTER/TIMER UNTUK SISTEM SPEKTROMETER GAMMA MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89C5, BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1601 ykbb, Yogyakarta email: jumari@batan.go.id
Lebih terperinciPerbandingan Kinerja Detektor NaI(Tl) Dengan Detektor CsI(Tl) Pada Spektroskopi Radiasi Gamma
Jurnal Gradien Vol.3 No.1 Januari 2007 : 204-209 Perbandingan Kinerja Detektor NaI(Tl) Dengan Detektor CsI(Tl) Pada Spektroskopi Radiasi Gamma Syamsul Bahri Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciOPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP)
MODUL II Praktikum OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) 1. Memahami cara kerja operasi amplifiers (Op-Amp). 2. Memahami cara penghitungan pada operating amplifiers. 3. Mampu menggunakan IC Op-Amp pada rangkaian.
Lebih terperinciPENGUKURAN RADIOAKTIF MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI, STUDI KASUS LUMPUR LAPINDO
PENGUKURAN RADIOAKTIF MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI, STUDI KASUS LUMPUR LAPINDO Insan Kamil Institut Teknologi Bandung Abstrak Pengukuran radioaktif dengan metode scintillation menggunakan detektor NaI untuk
Lebih terperinciRANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGONTROLAN INTENSITAS PENERANGAN LAMPU PIJAR MENGGUNAKAN PENGATURAN FASA SILICON CONTROLLED RECTIFIER (SCR)
RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGONTROLAN INTENSITAS PENERANGAN LAMPU PIJAR MENGGUNAKAN PENGATURAN FASA SILICON CONTROLLED RECTIFIER (SCR) Tugas Akhir Untuk memenuhi persyaratan mencapai pendidikan Diploma
Lebih terperinciSISTEM PENCACAH RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI BERBASIS MIKROKOMPUTER
SISTEM PENCACAH RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI BERBASIS MIKROKOMPUTER Widya A. Gammayani dan Didi Gayani Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, Jl. Tamansari 71, Bandung, 40132 Email: widya_a9@yahoo.com
Lebih terperinciPEREKAYASAAN PENCACAH RIA IP10.1 UNTUK DIAGNOSIS KELENJAR GONDOK
PEREKAYASAAN PENCACAH RIA IP10.1 UNTUK DIAGNOSIS KELENJAR GONDOK Hari Nurcahyadi 1, I Putu Susila 2, Wahyuni Z Imran 3 1,2,3 Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung 71, Tangerang
Lebih terperinciRANCANG BANGUN PENYEDIA DAYA TEGANGAN TINGGI DC BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51
RANCANG BANGUN PENYEDIA DAYA TEGANGAN TINGGI DC BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51 SUDIONO, TOTO TRIKASJONO Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010 Telp. 0274.489716,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN PENGKONDISI SINYAL UNTUK SURVEY METER DIGITAL
RANCANG BANGUN PENGKONDISI SINYAL UNTUK SURVEY METER DIGITAL TOTO TRIKASJONO, NUGROHO TRI SANYOTO,WISNU MEGA WIJAYA Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN Yogyakarta Jl. Babarsari Kotak Pos 1008 DIY 55010
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT
39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan
Lebih terperinciRANCANGAN KONTROL GERAKAN SAMPLE CHANGER PADA PERANGKAT RADIOIMMUNOASSAY-RIA IP8 BERBASIS USB.
RANCANGAN KONTROL GERAKAN SAMPLE CHANGER PADA PERANGKAT RADIOIMMUNOASSAY-RIA IP8 BERBASIS USB. Joko Sumanto, Sukandar, Abdul Jalil, Cukarya PRPN BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, Gedung 71, Tangerang Selatan,
Lebih terperinciBAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci
Lebih terperinciGambar 1 UVTRON R2868. Gambar 2 Grafik respon UVTRON
Sensor-sensor Keperluan Khusus Sensor-sensor jenis ini adalah merupakan sensor yang digunakan secara spesifik untuk robot-robot dengan tujuan tertentu. Contohnya, sensor api untuk robot yang difungsikan
Lebih terperinciSAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA
ISSN: 1693-6930 39 SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA Adi Wisaksono Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang
Lebih terperinciPraktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA
MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem digital merupakan salah satu sistem yang digunakan dalam pemrosesan sinyal atau data. Sebelum dimulainya era digital, pemrosesan sinyal atau data dilakukan
Lebih terperinciDESAIN DASAR PERANGKAT SCINTIGRAPHY
DESAIN DASAR PERANGKAT SCINTIGRAPHY WIRANTO BUDI SANTOSO Pusat Rekayasa Perangakat Nuklir, BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK Desain Dasar Perangkat Scintigraphy.
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik
Lebih terperinciRANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER
P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 03 RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER 1 TUJUAN Menentukan hubungan antara sinyal input dengan sinyal
Lebih terperinciSIMULASI KERJA PENGUAT AWAL SISTEM SPEKTROSKOPI NUKLIR DENGAN ISIS PROTEUS
SIMULASI KERJA PENGUAT AWAL SISTEM SPEKTROSKOPI NUKLIR DENGAN ISIS PROTEUS Widya Arrum Gammayani 1,2, Zaki Su ud 2, Mitra Djamal 2, Nanda Nagara 1 1 Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri, Jl. Tamansari
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM
BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 2 Rangkaian Integrator dan Rangkaian Diferensiator
LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 2 Rangkaian Integrator dan Rangkaian Diferensiator Vera Kamila NS(1137030074) Reva Wiratama (1137030058) Siti Patimah (1137030066) Asisten Lab : Nurfaizah Amatillah
Lebih terperinciSatuan Acara Perkuliahan
Satuan Acara Perkuliahan Mata kuliah : ELEKTRONIKA DASAR Kode : F1 442 SKS : 3 SKS Nama Dosen : 1. Drs Purwanto Fajar HM,M.Pd 2. Drs.Agus Danwan, M.Si. 3. Dra.Yiyu R Tayubi, M.Si. Standar Kompetensi :
Lebih terperinciFABRIKASI BAGIAN-BAGIAN PERANGKAT SCINTIGRAPHY UNTUK TIROID
FABRIKASI BAGIAN-BAGIAN PERANGKAT SCINTIGRAPHY UNTUK TIROID Wiranto Budi Santoso PRPN BATAN, Kawasan Puspiptek, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK FABRIKASI BAGIAN-BAGIAN PERANGKAT SCINTIGRAPHY
Lebih terperinciLAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER)
LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER) A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan karakteristik rangkaian ADC 8 Bit. 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian ADC
Lebih terperinciPemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu
Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan
Lebih terperinciBAB III RANGKAIAN PEMICU DAN KOMUTASI
BAB III RANGKAIAN PEMICU DAN KOMUTASI KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai prinsip kerja rangkaian pemicu dan rangkaian komutasi. Menguasai
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler
Lebih terperinciPERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP
PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP TUJUAN Mempelajari penggunaan operational amplifier Mempelajari rangkaian rangkaian standar operational amplifier PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul
Lebih terperinciPENGERTIAN THYRISTOR
PENGERTIAN THYRISTOR Thyristor merupakan salah satu devais semikonduktor daya yang paling penting dan telah digunakan secara ekstensif pada rangkaian elektronika daya.thyristor biasanya digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) 1.2 Alat Alat Yang Digunakan Kit praktikum karakteristik opamp Voltmeter DC Sumber daya searah ( DC
Lebih terperinciRANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGISIAN DAN PENGONTROLAN SUHU AIR HANGAT PADA BATHTUB MENGGUNAKAN DETEKTOR FASA. Tugas Akhir
RANCANG BANGUN OTOMASI SISTEM PENGISIAN DAN PENGONTROLAN SUHU AIR HANGAT PADA BATHTUB MENGGUNAKAN DETEKTOR FASA Tugas Akhir Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya pada program Studi
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka
59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog
Lebih terperinciBAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI
BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI 3.1 Pendahuluan Pada tugas akhir ini akan membahas tentang pengisian batere dengan metode constant current constant voltage. Pada implementasinya mengunakan rangkaian konverter
Lebih terperinciPRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI 1 / RANGKAIAN LISTRIK / 2015 PERATURAN PRAKTIKUM. 1. Peserta dan asisten memakai kemeja pada saat praktikum
PERATURAN PRAKTIKUM 1. Peserta dan asisten memakai kemeja pada saat praktikum 2. Peserta dan asisten memakai sepatu tertutup (untuk perempuan diizinkan menggunakan flat shoes) 3. Peserta mengerjakan dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL KERJA PRAKTEK
BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK 4.1 Dasar Teori Pengertian rangkaian dan sistem digital erat kaitannya dengan pengertian rangkaian dan sistem pada bidang elektronika. Rangkaian elektronika didefinisikan sebagai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar
Lebih terperinciMODUL - 04 Op Amp ABSTRAK
MODUL - 04 Op Amp Yuri Yogaswara, Asri Setyaningrum 90216301 Program Studi Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung yogaswarayuri@gmail.com ABSTRAK Pada percobaan praktikum Op Amp ini digunakan
Lebih terperinciLEMBAR KERJA V KOMPARATOR
LEMBAR KERJA V KOMPARATOR 5.1. Tujuan 1. Mahasiswa mampu mengoperasikan op amp sebagai rangkaian komparator inverting dan non inverting 2. Mahasiswa mampu membandingkan dan menganalisis keluaran dari rangkaian
Lebih terperinciBab III. Operational Amplifier
Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja
Lebih terperinciOsiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.
OSILOSKOP Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. Gambar 1. Osiloskop Tujuan : untuk mempelajari cara
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM SISTEM PENGUKURAN (TKF 2416) LAB. SENSOR & TELEKONTROL LAB. TEKNOLOGI ENERGI NUKLIR LAB. ENERGI TERBARUKAN
MODUL PRAKTIKUM SISTEM PENGUKURAN (TKF 2416) LAB. SENSOR & TELEKONTROL LAB. TEKNOLOGI ENERGI NUKLIR LAB. ENERGI TERBARUKAN JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014
Lebih terperinciOPERATIONAL AMPLIFIERS
OPERATIONAL AMPLIFIERS DASAR OP-AMP Simbol dan Terminal Gambar 1a: Simbol Gambar 1b: Simbol dengan dc supply Standar operasi amplifier (op-amp) memiliki; a) V out adalah tegangan output, b) V adalah tegangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. resistor, kapasitor ataupun op-amp untuk menghasilkan rangkaian filter. Filter analog
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filter merupakan suatu perangkat yang menghilangkan bagian dari sinyal yang tidak di inginkan. Filter digunakan untuk menglewatkan atau meredam sinyal yang di inginkan
Lebih terperinciOPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA
OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA NOVIARTY, DIAN ANGGRAINI, ROSIKA, DARMA ADIANTORO Pranata Nuklir Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Abstrak OPTIMASI
Lebih terperinciBAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog
DIKTAT KULIAH Elektronika Industri & Otomasi (IE-204) BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha JURUSAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada rancang bangun pengukur kecepatan kendaraan menggunakan sensor GMR adalah metode deskriftif dan eksperimen. Melalui
Lebih terperinciX-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)
X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) Philips Venus (Picture from http://www.professionalsystems.pk) Alat X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) memanfaatkan sinar
Lebih terperinciRANCANGAN KONTROL GERAKAN SAMPLE CHANGER BERBASIS USB PADA PERANGKAT RADIOIMMUNOASSAY-RIA IP8.
RANCANGAN KONTROL GERAKAN SAMPLE CHANGER BERBASIS USB PADA PERANGKAT RADIOIMMUNOASSAY-RIA IP8. ABSTRAK Joko Sumanto, Sukandar, Abdul Jalil, Cukarya Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN Kawasan Puspiptek
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,
41 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, bertempat di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciKOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR LUDLUM 44-62
KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR LUDLUM 44-62 Alan Batara Alauddin 1, Argo Satrio Wicaksono 2, Joko Sunardi 3 1,2,3
Lebih terperinci