Pasien pria 39 tahun dengan demam 2 minggu dan jaundice

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pasien pria 39 tahun dengan demam 2 minggu dan jaundice"

Transkripsi

1 Pasien pria 39 tahun dengan demam 2 minggu dan jaundice Seorang pria berusia 39 tahun datang ke Unit Gawat Darurat dengan keluhan demam tinggi hilang timbul sejak 2 minggu yang lalu. Demam disertai dengan menggigil, sakit kepala, mual muntah dan nyeri otot. Pasien juga mengaku sudah beberapa hari ini badan dan mata menguning disertai dengan buang air kecil seperti teh. Pasien diketahui sebagai pekerja World Wildlife Fund di taman nasional Ujung Kulon. Pasien sebelumnya telah beberapa dirawat oleh sebuah rumah sakit dengan diagnosis demam berdarah dengue. Pada hari ke lima dirawat, pasien tersebut baru diperiksa lebih lanjut dan dinyatakan menderita malaria. Pasien dimanajemen dengan Quinine per drip 500mg setiap 8 jam. Pemeriksaan fisik mengambarkan pasien dalam keadaan sakit berat namun masih sadar dan berorientasi penuh. Hemodinamik pasien stabil dengan hipotensi minimal (90/50 mmhg), sesak napas (respiratory rate 33x/menit), nadi dan suhu dalam batas normal (98x/menit dan 36,5 C). Konjungtiva pasien tampak anemis dan sklera tampak ikterik, disertai dengan lidah berselaput putih tanpa pembesaran kelenjar getah bening regional. Pemeriksaan paru tidak menunjukkan adanya kelainan selain penggunaan otot-otot napas tambahan serta pergerakan paru cepat dan dalam (pernapasan Kussmaul) sedangkan jantung tidak ada kelainan. Abdomen pasien nampak adanya distensi dengan nyeri tekan epigastrium dan pembesaran hepar 3-4 cm di bawah arkus kosta, sedang lien tidak teraba membesar dan bising usus positif normal. Ekstremitas teraba hangat, kulit nampak ikterik dan ada edema pada kedua tungkai bawah. Jenis Pemeriksaan Laboratorium Hasil Pemeriksaan Nilai Referensi Normal * Jenis Pemeriksaan Laboratorium Hasil Pemeriksaan Nilai Referensi Normal * Hemoglobin 9,6 g/dl Alanin Transferase 359 U/L U/L g/dl (ALT) Leukosit Aspartat 369 U/L U/L Transferase (AST) Trombosit Bilirubin total 23.6 mg/dl mg/dl Laju Endap Darah 64 <20 Bilirubin direk mg/dl mg/dl ph 7, Bilirubin Indirek 5.74 md/dl pco2 29,6 mmhg mmhg Gamma GT 99 U/L 7-47 U/L po2 79,5 mmhg >80 mmhg Ureum 187 mg/dl 40 mg/dl HCO3-16,3 meq/l meq/l Kreatinin 7.3 mg/dl mg/dl Base Excess -7,6 mmol/l >2 mmol/l HS-C Reactive 117 mg/dl <0.8 mg/dl Protein Natrium 134 meq/l Glukosa darah 101 mg/dl < 200 mg/dl meq/l Sewaktu Kalium 4,9 meq/l 3,6-5,8 meq/l * nilai referensi normal diambil dari Frances Fisbach s A Manual of Laboratory and Diagnostic Tests 7 th edition, Lippincott William Wilkins 2003.

2 Pertanyaan dan Jawaban Tanya : Apakah diagnosis kerja saudara terhadap pasien ini? Malaria berat dengan asidosis metabolik terkompensasi, hiponatremia ringan, gangguan fungsi hati e.c. hepatitis malaria, gagal ginjal akut e.c. deposisi pigmen bilirubin. Malaria sebagai diagnosa kerja dapat ditegakkan melalui riwayat pasien yang berasal dari daerah endemik, suhu tubuh di atas 38.5 C, menggigil, trombositopenia dan peningkatan kadar bilirubin total (lihat tabel). Kecurigaan atas infeksi malaria harus selalu diutamakan pada pasien-pasien demam dengan riwayat bepergian atau tinggal di daerah endemik, dalam hal ini Ujung Kulon. Indonesia sendiri masih menjadi daerah endemik untuk malaria, terutama daerah Jawa Tengah seperti perbukitan Menoreh, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan, Maluku, sebagian Sulawesi dan Papua. 1,2,3,4 Tabel. Faktor prediksi independen untuk Malaria 6 Odds Ratio** 95% Confidence Interval Mengunjungi daerah endemik* Suhu 38.5 C Menggigil Trombositopenia < /μL Bilirubin total 1.05 md/dl Malaria sendiri dapat dibagi menjadi dua, yaitu malaria tanpa komplikasi dan malaria berat. Diagnosis malaria berat ditegakkan apabila terjadi komplikasi pada pasien dengan infeksi malaria yang telah terbukti. Komplikasi pada malaria berat dapat berupa malaria serebral, anemia berat, gagal ginjal akut, respiratory distress, gangguan sistem pembekuan darah, renjatan dan hipoglikemia. Selain itu kombinasi keadaan klinis seperti penurunan kesadaran, kelemahan umum, pasien tampak sakit berat dan mual muntah hebat pada pasien dengan malaria falsiparum juga dapat dikategorikan sebagai malaria berat. Pada pasien ini diagnosis malaria berat ditegakkan atas dasar gagal ginjal akut, adanya anemia hemolitik, asidosis metabolik, penurunan saturasi O2 dan kombinasi keadaan klinis pasien. 2,3,4,5 Tanya : Apakah diferensial diagnosis saudara terhadap pasien ini? Typhoid dengan hepatitis typhosa, Leptospirosis berat, Hepatitis viral fulminan, dan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Malaria berat merupakan suatu infeksi dengan manifestasi sistemik, dengan adanya pelepasan pigmen malaria secara luas dan pengikatannya dengan antibodi reaksi peradangan pada malaria dapat terjadi secara luas. Reaksi peradangan yang terjadi dapat berupa sindroma respons inflamasi sistemik sampai ke renjatan septik, oleh karena itu malaria juga harus dibedakan dengan infeksi-infeksi sistemik lainnya seperti typhoid, leptospirosis berat dan DHF. Khusus untuk demam typhoid perlu mendapatkan perhatian oleh karena pasien ini berasal dari daerah dengan hygienitas yang buruk. Profil klinis penderita ini seperti demam lama, leukosit yang normal, trombositopenia dan peningkatan tes fungsi hepar dapat pula mengarahkan diagnosis kepada hepatitis typhosa. Pasien-pasien

3 dengan DHF juga dapat memberikan gambaran klinis dan laboratoris yang serupa, namun seperti telah diketahui, pada DHF yang terpenting adalah peningkatan hematokrit (hemokonsentrasi) lebih dari 20% nilai dasar pasien dan bukan semata-mata bergantung pada trombositopenia. Kesalahan menggantungkan diagnosa DHF pada trombositopenia dan tidak didukung oleh hemokonsentrasi ataupun pemeriksaan IgM dan IgG anti Dengue, seperti pada pasien ini, dapat mengarahkan kita pada misdiagnosis. Pasien dengan infeksi berat yang disertai dengan jaundice dan trombositopenia, terlebih yang berasal dari daerah kumuh atau pedalaman harus dicurigai juga untuk terinfeksi leptospirosis. Hepatitis fulminan juga dapat memberikan gambaran yang sama. Tanya : Pemeriksaan penunjang apa yang akan saudara minta untuk menegakkan dan menyingkirkan diagnosis pada pasien ini? Hapusan darah tebal dan tipis, IgM/IgG anti leptospira, HbsAg, anti HAV, IgM-IgG anti Dengue, serologi disertai kultur Salmonella typhii, dan rontgen thorax PA/Lateral. Diagnosis definitif untuk malaria ditegakkan dengan penemuan parasit pada sediaan darah tebal dan tipis. Pengambilan sediaan darah tidak perlu menunggu sampai puncak demam, karena parasit selalu diketemukan di dalam darah setiap saat. Sebelum pengambilan sampel, semua kemoprofilaksis malaria harus dihentikan terlebih dahulu, karena dapat menekan jumlah parasit di darah perifer dan menyulitkan diagnosis. Hapusan darah tebal terutama berguna untuk menyingkirkan diagnosis malaria oleh karena sensitivitasnya yang tinggi. Hapusan darah tipis sebaliknya berguna untuk penentuan spesies dan indeks parasitemia. Tingkatan maturasi parasit pada sediaan darah tepi juga berguna untuk menentukan prognosis, adanya parasit dalam stadium matur menandakan sekuestrasi parasit dan derajat penyakit yang berat. Adanya pigmen malaria pada >5% neutrofil juga mengindikasikan adanya beban parasit yang tinggi serta menandakan prognosa yang buruk. 2,3,5 Pemeriksaan IgM dan IgG antileptospira ditujukan untuk menyingkirkan diagnosis diferensial Leptospirosis berat, begitu juga dengan pemeriksaan serologi hepatitis viral dan S.typhii. Pemeriksaan rontgen thorax PA/Lateral diperlukan untuk menilai keadaan paru pasien, dikarenakan pada pasien dengan malaria berat mempunyai kemungkinan untuk menderita edema pulmonar non hipo-albuminemia. Kombinasi antara pemeriksaan rontgen thorax dan analisa gas darah akan menentukan kebutuhan pasien akan pemasangan ventilator. Pada pasien-pasien malaria berat dengan resiko tinggi untuk mengalami gagal napas, disarankan untuk pemasangan ventilator dini. Tanya : Bagaimana manajemen yang saudara anjurkan untuk pasien ini? Manajemen : 2,7 a. Rawat dalam ICU, pasang monitoring fungsi jantung, hemodinamik dan EKG baseline. Periksa kadar enzim G6PD. b. Infusi lambat quinine 20mg/kgBB sebagai loading dose kemudian dilanjutkan 10mg/kgBB dalam dekstrosa 5% setiap 8 jam bila tidak ada defisiensi enzim G6PD. Monitoring efektivitas terapi dengan indeks parasitemia, bila sudah bersih minimal 3 x 24 jam dan pasien bisa intake oral pindahkan ke regimen oral. Tambahkan doksisiklin 200mg dosis awal dan 100 mg/hari bersama dengan regimen quinine. Setelah regimen quinine selesai tutup dengan Fansidar 3 tablet untuk mencegah kekambuhan.

4 c. Monitoring hemoglobin, glukosa darah, analisa gas darah dan indeks parasitemia secara periodik. d. Pertimbangkan transfusi sulih bila indeks parasitemia >10% atau bila disertai dengan gangguan kesadaran. e. Manajemen masalah pernapasan, fungsi ginjal dan fungsi hepar sesuai dengan prosedur yang berlaku. f. Cegah dan atasi komplikasi yang mungkin timbul, seperti sepsis, anemia berat dan malaria serebral. Manajemen di atas merupakan standar manajemen yang disetujui oleh WHO, namun pada prakteknya seringkali terapi dengan menggunakan quinine di Indonesia banyak mengalami kegagalan. Quinine dalam dosis loading dose (20mg/kgBB) juga seringkali dikaitkan dengan banyak efek samping seperti gangguan ginjal dan aritmia. Derivat artemisinin yaitu artesunate dapat menjadi alternatif terapi yang aman dan efektif. Artesunate dapat diberikan sebagai berikut, dimulai dengan dosis 150mg I.V. per 12 jam dalam 24 jam pertama, kemudian dilanjutkan dengan 150 mg I.V. per 24 jam sampai tidak didapatkan lagi parasitemia di dalam darah selama 3 x 24 jam. Fungsi pernapasan pada pasien ini patut mendapatkan perhatian khusus, adanya alkalosis repiratorik dan asidosis metabolik (pco2 rendah, po2 rendah, ph terkompensasi, HCO3 rendah dan BE rendah) membuat pasien ini mempunyai resiko tinggi untuk mengalami gagal napas. Pemasangan ventilator untuk membantu fungsi pernapasan pada pasien dengan ARDS sangat dianjurkan. Fungsi ginjal yang menurun, disertai dengan tingginya kadar pigmen bilirubin di dalam darah membuat pasien ini juga mempunyai resiko tinggi mengalami gagal ginjal karena deposisi pigmen malaria dan eritrosit terinfeksi pada ginjal. Permasalahan ini dapat diatasi dengan menggunakan hemodialise dini, terutama apabila terjadi uremia, edema paru, asidosis metabolik, hiperkalemia,oliguria dan anuria menetap. Resistensi obat 4 Resistensi P.falciparum terhadap klorokuin pertama kali diamati 50 tahun yang lalu, kini hampir semua lokasi di dunia telah timbul P.falciparum yang resisten. Galur-galur falsiparum telah menimbulkan resistensi pada hampir semua antimalaria yang lazim digunakan termasuk pirimetamin-sulfadoksin (Fansidar) dan meflokuin. Di Indonesia daerah Jawa, Sumatera barat, Sulawesi, Kalimantan (kecuali Kalimantan Selatan) dan Papua secara umum resisten terhadap klorokuin namun masih sensitif terhadap yang lainnya. Daerah Sumatera utara, Aceh, Kalimantan Selatan dan perbatasan Papua dengan Papua Nugini resisten terhadap Fansidar. Sumatera Selatan, Jambi dan Riau termasuk kepulauan Riau telah mengalami multi-drug resistant. Plasmodium vivax di Indonesia lebih mudah ditangani, dengan resistensi terhadap klorokuin hanya terjadi pada daerah Papua, dan beberapa daerah di Indonesia secara sporadis. Secara umum klorokuin masih dapat digunakan sebagai terapi lini pertama untuk infeksi P. vivax. Tanya : Apa sajakah komplikasi yang harus diwaspadai pada pasien ini? Seperti telah disebutkan di atas, untuk malaria berat harus diwaspadai anemia hemolitik berat, gagal ginjal akut, gangguan sistem pembekuan darah, gagal napas, malaria serebral, hipoglikemia dan renjatan. Anemia dapat disebabkan oleh penghancuran eritrosit berlebihan oleh karena lisis sel oleh parasit, lisis sel sehat karena sensitisasi antibodi dan peningkatan aktivitas sistem retikuloendothelial seperti splenomegali. Pada malaria juga terdapat gangguan pada

5 pembentukan eritropoiesis baik oleh karena penekanan fungsi sumsum tulang (hipoplasia) maupun karena gangguan morfologi eritrosit (dis-eritropoiesis). Gangguan fungsi ginjal dengan berbagai tingkatan hampir selalu terjadi pada malaria, seringkali karena hipovolemia. Gagal ginjal akut dapat terjadi pada semua fase baik pada fase parasitik maupun pada saat fase penyembuhan. Demam blackwater walaupun tampak dramatis namun jarang menyebabkan terjadinya gagal ginjal akut. Demam ini sendiri disebabkan oleh karena defisiensi G6PD dan juga pada pasien semi-immun yang diterapi dengan klorokuin. Gagal napas pada malaria ditandai dengan pernapasan cepat dan dalam, terkadang dapat disertai dengan gangguan irama respirasi. Sebagain besar kasus terjadi karena kompensasi asidosis metabolik, namun harus diperhatikan penyebab lain seperti peningkatan tekanan intrakranial, invasi parasit ke otak, infeksi sekunder, anemia berat, edema paru dan penggunaan atikonvulsan berlebihan. Manajemen sesuai dengan faktor penyebab. Malaria serebral merupakan suatu keadaan klinis di mana penderita malaria jatuh ke dalam keadaan koma, biasa didahului dengan kejang. Onset dapat berlangsung tiba-tiba namun dapat pula terjadi secara berangsur-angsur selama beberapa hari. Mayoritas kasus tidak memiliki gejala neurologis fokal, namun manifestasi neurologis dapat bervariasi. Koma malaria serebral terjadi bukan hanya karena kerusakan neurologis primer, namun juga dapat disebabkan oleh periode post-iktal berkepanjangan, status epileptikus, atau kelainan metabolik berat seperti asidosis dan hipoglikemia. Hipoglikemia pada malaria dapat timbul tanpa gejala klinis yang jelas karena pasien sudah tidak sadar dari awal. Penegakkan diagnosis membutuhkan tingkat kewaspadaan yang tinggi, dianjurkan pemeriksaan glukosa darah secara rutin terutama pada pemakaian klorokuin (menyebabkan hiperinsulinemia) dan pada saat pemeriksaan pertama kali. Lanjutan kasus Gambar. Skema keadaan harian dari suhu, nadi dan pernapasan pasien. Pasien dirawat selama 26 hari (10 hari ICU, 11 hari HCU dan 5 hari ruangan) dengan Malaria berat dengan gangguan fungsi hati e.c. hepatitis malaria, gagal ginjal akut e.c deposisi pigmen bilirubin dan asidosis metabolik ringan. Diagnosis malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan hapus darah tebal dan tipis, diketemukan P.falciparum stadium gametosit dengan indeks parasitemia 3%. Infeksi parasit malaria diterapi dengan menggunakan Quinine(kina) HCl per-infus 500mg/8 jam, setelah sebelumnya dilakukan pemeriksaan enzim G6PD dengan hasil 102 U/g. Peningkatan enzim G6PD jauh di atas nilai normal (8-18.6) di duga disebabkan oleh karena hemolysis berlebihan akibat infeksi malaria. Setelah pengobatan dengan quinine selama 48 jam ternyata parasitemia pasien masih

6 positif dan keadaan klinis memburuk (masih demam, sesak napas, ikterik, hemoglobin turun menjadi 8.3g/dL, bilirubin dan AST/ALT meningkat serta tidak ada perbaikan dari fungsi ginjal). Berdasarkan keadaan tersebut maka terapi Quinine di stop dan digantikan dengan Artesunate 150 mg/12 jam per infus untuk 24 jam pertama dan dilanjutkan 150mg/24 jam sampai parasitemia bersih dari dalam darah selama 3x24 jam. Terapi ini berhasil menurunkan parasitemia sampai tidak terdeteksi dalam hapusan tipis dalam waktu 48 jam, sedangkan dalam hapusan tebal dalam waktu 96 jam kemudian. Terapi antimalaria intravena pada kasus-kasus malaria berat juga harus didukung dengan pemantauan dan penanganan komplikasi yang mungkin timbul. Gagal ginjal pada pasien ini harus diterapi dengan hemodialise dini, pada kasus-kasus malaria berat hemodialise dini terbukti mampu menurunkan angka mortalitas dan morbiditas. Penanganan suportif terhadap sistem pernapasan juga sangat penting untuk diperhatikan, edema paru akut harus ditangani dengan pemasangan ventilator. Perhatian juga harus diberikan kepada kemungkinan timbulnya komplikasi sepertia anemia berat, sindroma koagulasi intravaskular diseminata, malaria serebral, hipoglikemia dan renjatan (lihat tabel). Tabel. Manifestasi malaria berat dan definisinya 2 Malaria serebral Koma dengan parasitemia perifer dan penyebab ensefalopati lainnya telah disingkirkan. Anemia berat Anemia normositik dengan Hb <5g/dL dan parasitemia. Respiratory distress Edema pulmonar dan ARDS Gagal ginjal akut Output urine <400 cc/24 jam dan kreatinin serum >3mg/dL. Hipoglikemia Glukosa darah sewaktu <40mg/dL. Shock Tekanan darah sistolik <70mmHg. Gangguan pembekuan darah Perdarahan spontan atau hasil lab mengindikasikan DIC. Keberhasilan dalam menghilangkan parasitemia pada pasien ini diikuti dengan membaiknya parameter fungsi hati dan kenaikan trombosit, sedangkan gagal ginjal yang mengikutinya dapat diterapi secara memuaskan dengan menggunakan hemodialise dan manajemen cairan elektrolit. Namun demikian, keadaan klinis pasien tersebut belum mengalami perbaikan yang berarti, seperti dapat dilihat pada gambar di atas, suhu tetap tinggi, pernapasan tidak stabil dan pada hari ke 6 perawatan pasien mengalami leukositosis. Status hematologik pasien juga mengalami perburukan, hemoglobin berangsur-angsur menurun sehingga mencapai nilai terendah 6.8 g/dl pada hari ke 15 perawatan, pada pemeriksaan hapusan darah tepi didapatkan adanya eosinofilia (9%) dan anisositosis eritrosit. Status hemostasis pasien juga mengalami gangguan dengan adanya peningkatan pada PT (24.9 dtk), APTT (45.4 dtk), Fibrinogen (575 mg/dl) dan D dimer (1600 μg/l) disertai adanya peningkatan hs-crp (117 mg/dl) mengarahkan kecurigaan akan adanya kelainan inflamatorik. Tanggal 23/02/07 28/02/06 05/03/06 09/03/06 13/03/06 17/03/06 Hemoglobin 9,6 g/dl 9.3 g/dl 8.6 g/dl 6.8 g/dl 7.6 g/dl 8.5 g/dl Hematokrit 26% 26% 25% 20% 22% 25% Leukosit Trombosit

7 Pada pasien ini dengan kecurigaan reaksi inflammatorik akhirnya dilakukan pemeriksaan kadar Immunoglobulin E (IgE), dan didapatkan hasil yang meningkat secara signifikan (1957 IU/mL) dibandingkan dengan normal (<130 IU/ml). Peningkatan IgE yang sangat signifikan ini disebabkan oleh karena eksposure berkepanjangan terhadap malaria, mengingat pasien ini bekerja di daerah Ujung Kulon. 8,9 Malaria telah lama dikaitkan dengan peningkatan kadar Immunoglobulin G (IgG) dan peningkatan ini menghasilkan kekebalan terhadap malaria, namun mengenai peningkatan IgE baru akhir-akhir ini mendapatkan perhatian. Pada tahun 2003, Callisano dkk menunjukkan bahwa peningkatan kadar IgE pada penderita malaria menyebabkan peningkatan keparahan penyakit secara signifikan. 8 Immunoglobulin E diketahui menyebabkan perubahan keseimbangan antar rasio sel T helper (Th) menjadi lebih berpihak ke peningkatan Th2. Peningkatan kadar Th2 ini sendiri menyebabkan peningkatan kadar Interleukin (IL)-4 dan IL-13 secara berlebihan. Lebih lanjut lagi deposisi IgE dan pigmen malaria pada otak menyebabkan jaringan otak secara berlebihan memproduksi Tumor Necrotizing Factor (TNF)-α, sehingga berkontribusi terhadap reaksi inflamasi dalam hal ini demam secara berkepanjangan. Selain menyebabkan rangsangan peningkatan suhu (akibat pirogen endogen) secara berkepanjangan, penumpukan pigmen malaria dan IgE dalam jaringan otak juga berkaitan erat dengan insidensi dan keparahan malaria serebral. 9 Prinsip manajemen dari sindroma hyper IgE adalah dengan menekan sistem immun penderita menggunakan kortikosteroid dosis tinggi. Penggunaan kortikosteroid dosis tinggi mempunyai resiko menurunkan daya tahan pasien terhadap infeksi, terutama infeksi nosokomial, oleh karena itu penggunaannya harus dengan pengawasan yang ketat. Pasien ini berespons baik terhadap terapi dengan menggunakan kortikosteroid, secara berangsurangsur keadaan klinis pasien membaik (lihat ilustrasi) dan akhirnya pasien pulang pada hari ke 26 perawatan dengan dinyatakan sembuh. Referensi 1Barcus M, Laihad F et al. Epidemic malaria in the menoreh hills of central java. Am. J. Trop. Med. Hyg., 66(3), 2002, pp Pasvol G. Malaria. In Cohen s Infectious Disease 2 nd edition: Ch.166: Mosby. Elsevier Limited. Edinburgh Carter R., Mendis K N. Evolutionary and historical aspects of the burden of malaria. Clinical Microbiology Reviews (2002)15;4: Wongsrichanalai C, Pickard AL et al. Epidemiology of drug-resistant malaria. The Lancet : Infectious Disease (2002) 2: Weatherall D J, Miller LH et al. Malaria and the red cell. Hematology (2002) Casalino E, Bras J L et.al. Predictive factors of malaria in travelers to areas where malaria is endemic. Arch Intern Med (2002);162: Griffith K S, Lewis L, et al. Treatment of Malaria in the United States. JAMA (2007) 297;20: Calissano C, Modiano D et al. IgE antibodies to plasmodium falciparum and severity of malaria in children of one ethnic group living in Burkina Faso. Am. J. Trop. Med. Hyg., 69(1), 2003, pp Maenno Y, Perlmann P et al. IgE depositions on brain microvessels and parasitized erythrocytes from cerebral malaria patients. Am. J. Trop. Med. Hyg., 63(3, 4), 2000, pp Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Konsensus penanganan malaria tahun PAPDI. Jakarta. Agustus 2003.

8 Lampiran. Algoritme Pengobatan Malaria 7 Riwayat bepergian ke daerah endemik atau kecurigaan klinis Pemeriksaan hapusan darah tipis dan tebal. Baca <12 jam Hasil Positif? Ulang setiap jam sampai jam Hitung indeks parasitemia Hasil Positif? Evaluasi status klinis dan keparahan penyakit Diagnosis Alternatif? Malaria tanpa komplikasi Malaria berat Tentukan spesies dengan hapusan darah tipis Non Falsiparum P.malariae P.ovale / P.vivax di luar Indonesia P.vivax dari Indonesia Klorokuin Klorokuin Atovaquone / Proguanil Atau Quinine plus Doksisiklin Atau Meflokuin Falsiparum atau spesies belum bisa ditentukan Dari daerah Klorokuin Sensitif Dari daerah Klorokuin resisten Klorokuin Atovaquone / Proguanil Atau Quinine plus Doksisiklin Atau Meflokuin Quinine intravena plus doksisiklin. Masukkan ke unit rawat intensif. Monitor fungsi jantung berkelanjutan dan monitor tekanan darah sering. Monitor parasitemia, glukosa, hemoglobin, dan AGD secara periodik. Cegah dan obati komplikasi. Pertimbangkan transfusi sulih apabila parasitemia >10% atau bila kesadaran terganggu, pulmonary edema, dan gangguan ginjal. Ubah ke oral bila mungkin. Primakuin bila tidak defisiensi G6PD Bila G6PD defisien jelaskan mengenai kemungkinan relaps Rawat inap Monitor harian Ulangi pemeriksaan setiap hari sampai parasitemia bersih atau hari ke 7 Ulangi hapusan darah bila gejala kambuh

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman : Revisi Halaman Kepala 1. Pengertian Malaria adalah suatu infeksi penyakit akut maupun kronik yang disebakan oleh parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual

Lebih terperinci

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI) PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI) Pembicara/ Fasilitator: DR. Dr. Dedi Rachmadi, SpA(K), M.Kes Tanggal 15-16 JUNI 2013 Continuing Professional

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies

Lebih terperinci

TATALAKSANA MALARIA. Dhani Redhono

TATALAKSANA MALARIA. Dhani Redhono TATALAKSANA MALARIA Dhani Redhono Malaria, masalah kesehatan utama di dunia Malaria: problema kesehatan masyarakat di Indonesia Ancaman bagi ± 40% penduduk dunia Angka kematian 1 1,5 juta orang per tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

GDS (datang) : 50 mg/dl. Creatinin : 7,75 mg/dl. 1. Apa diagnosis banding saudara? 2. Pemeriksaan apa yang anda usulkan? Jawab :

GDS (datang) : 50 mg/dl. Creatinin : 7,75 mg/dl. 1. Apa diagnosis banding saudara? 2. Pemeriksaan apa yang anda usulkan? Jawab : Seorang laki laki 54 tahun datang ke RS dengan keluhan kaki dan seluruh tubuh lemas. Penderita juga merasa berdebar-debar, keluar keringat dingin (+) di seluruh tubuh dan sulit diajak berkomunikasi. Sesak

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT. dr. Agung Biworo, M.Kes

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT. dr. Agung Biworo, M.Kes FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT dr. Agung Biworo, M.Kes ANTELMINTIK Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk membrantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia

Lebih terperinci

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI PARASIT dr. Agung Biworo, M.Kes ANTELMINTIK Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk membrantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

Elly Herwana Departemen Farmakologi dan Terapi FK Universitas Trisakti

Elly Herwana Departemen Farmakologi dan Terapi FK Universitas Trisakti Elly Herwana Departemen Farmakologi dan Terapi FK Universitas Trisakti SIKLUS HIDUP PARASIT PLASMODIUM: P. vivax, P. ovale, P. falciparum, P. malariae, P. knowlesi (zoonosis) SIKLUS SEKSUAL dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica

Lebih terperinci

dr. Agustyas Tjiptaningrum, SpPK

dr. Agustyas Tjiptaningrum, SpPK dr. Agustyas Tjiptaningrum, SpPK TUJUAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan laboratorium pada infeksi bertujuan: 1. Menegakkan diagnosis penyakit 2. Dasar pengobatan penyakit 3. Pemantauan perjalanan

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II Catatan Fasilitator Rangkuman Kasus: Agus, bayi laki-laki berusia 16 bulan dibawa ke Rumah Sakit Kabupaten dari sebuah

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria masih menjadi masalah kesehatan di daerah tropis dan sub tropis terutama Asia dan Afrika dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Patel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti pada kasus demam tifoid di

Lebih terperinci

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan FKUI, 2002:Hal

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sepsis dan Gagal Sistem Organ Multipel Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory Response Syndrome / SIRS) yang disebabkan oleh infeksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut pada saluran pencernaan yang masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian demam tifoid di

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Infeksi dengue merupakan penyakit akut yang. disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini dikenal

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Infeksi dengue merupakan penyakit akut yang. disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini dikenal BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Infeksi dengue merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini dikenal ada empat macam serotipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF. oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF. oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopticus.

Lebih terperinci

Divisi Infeksi Tropis Bagian IKA FK USU Medan

Divisi Infeksi Tropis Bagian IKA FK USU Medan DENGUE HEMORRHAGIC FEVER ( D H F ( Divisi Infeksi Tropis Bagian IKA FK USU Medan DHF adalah suatu demam akut yang disebabkan oleh 4 serotipe dari virus Dengue PENYEBAB : Group : B. Arbovirus Sub group

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN Niken Andalasari PENGERTIAN Hipoglikemia merupakan keadaan dimana didapatkan penuruan glukosa darah yang lebih rendah dari 50 mg/dl disertai gejala autonomic dan gejala neurologic.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit menular masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang termasuk di Indonesia. Penyakit menular ini terkait erat dengan

Lebih terperinci

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed. Author : Hirawati, S.Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk Definisi Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rumah sakit di Indonesia dengan angka kematian 5,7%-50% dalam tahun

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rumah sakit di Indonesia dengan angka kematian 5,7%-50% dalam tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sindrom syok dengue (SSD) adalah manifestasi demam berdarah dengue (DBD) paling serius. Angka morbiditas infeksi virus dengue mencapai hampir 50 juta kasus per tahun

Lebih terperinci

Medan Diduga Daerah Endemik Malaria. Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan

Medan Diduga Daerah Endemik Malaria. Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan Medan Diduga Daerah Endemik Malaria Umar Zein, Heri Hendri, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan Fakultas Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Dalam Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez. Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI SELAMA DIALISIS DIALYSIS DISEQUILIBRIUM SYNDROME (DDS) Imam Hadi Yuwono PD. IPDI Jawa Tengah

PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI SELAMA DIALISIS DIALYSIS DISEQUILIBRIUM SYNDROME (DDS) Imam Hadi Yuwono PD. IPDI Jawa Tengah PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI SELAMA DIALISIS DIALYSIS DISEQUILIBRIUM SYNDROME (DDS) Imam Hadi Yuwono PD. IPDI Jawa Tengah imamhadiyuwono@yahoo.com Pendahuluan Pasien dengan keadaan uremia yang tinggi saat

Lebih terperinci

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu

Bab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama,

Lebih terperinci

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u m a h S a k i t I s l a m J a k a r t a, P o n d o k

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori. digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi telah didapatkan data-data penelitian yang disajikan dalam tabel pada Bab IV. Pada penelitian ini didapatkan sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda dan gejala klasik apendisitis akut pertama kali dilaporkan oleh Fitz pada tahun 1886 (Williams, 1983). Sejak saat itu apendisitis akut merupakan salah satu kegawatdaruratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) merupakan salah satu penyakit di bidang hematologi yang terjadi akibat reaksi autoimun. AIHA termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam dengue / DD dan Demam Berdarah Dengue / DBD (Dengue Haemorrhagic Fever / DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia karena prevalensinya yang cenderung meningkat serta penyebarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi) (Kidgell

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (KLB). Penyakit ini termasuk common source yang penularan utamanya melalui

BAB I PENDAHULUAN. (KLB). Penyakit ini termasuk common source yang penularan utamanya melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis A merupakan infeksi hati akut. Karena sifat menularnya maka penyakit ini disebut juga hepatitis infeksiosa. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid (enteric fever) merupakan penyakit infeksi akut pada saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella enterica serotipe Typhi. Bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhage Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Infeksi serius dan kelainan lain yang bukan infeksi seperti pankreatitis, trauma dan pembedahan mayor pada abdomen dan kardiovaskular memicu terjadinya SIRS atau sepsis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GEA DI RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT dr. SUYOTO PUSREHAB KEMHAN

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GEA DI RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT dr. SUYOTO PUSREHAB KEMHAN 92 PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GEA DI RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT dr. SUYOTO PUSREHAB KEMHAN MONITORING OF DRUG THERAPY IN PATIENTS GEA ON PATIENTS IN dr. SUYOTO Satya Candra Indra Yanih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh survei ASNA (ASEAN Neurological Association) di 28 rumah sakit (RS) di seluruh Indonesia, pada penderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Antipiretik digunakan untuk membantu untuk mengembalikan suhu set point ke kondisi normal dengan cara menghambat sintesa dan pelepasan prostaglandin E2, yang distimulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, yang hampir ditemukan di seluruh bagian dunia terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang ditransmisikan oleh nyamuk Ae. Aegypti. 1 Menyebabkan banyak kematian pada anakanak sekitar 90 % dan biasanya

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

BUKU SAKU TATALAKSANA KASUS MALARIA

BUKU SAKU TATALAKSANA KASUS MALARIA BUKU SAKU TATALAKSANA KASUS MALARIA Subdit Malaria Direktorat P2PTVZ KEMETENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2017 SAMBUTAN Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama hampir dua abad penyakit Demam Berdarah (DB) disejajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Selama hampir dua abad penyakit Demam Berdarah (DB) disejajarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama hampir dua abad penyakit Demam Berdarah (DB) disejajarkan dengan pilek atau diare yaitu sebagai penyesuaian diri seseorang terhadap iklim tropis. Namun sejak

Lebih terperinci

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Hipertensi dalam kehamilan Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi DEFINISI Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmhg sistolik atau 90 mmhg diastolik pada dua kali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ginjal adalah salah satu penyebab paling penting dari kematian dan cacat tubuh di banyak negara di seluruh dunia (Guyton & Hall, 1997). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa Plasmodium sp. dan merupakan penyakit dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi dan masalah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian pada anak. 1,2 Watson dan kawan-kawan (dkk) (2003) di Amerika Serikat mendapatkan

Lebih terperinci

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING Pasaribu AS 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ABSTRAK Latar Belakang. Kejang adalah peristiwa yang

Lebih terperinci

Ind t KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 2011

Ind t KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 2011 66.9 Ind t KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DIREKTORAT BINA GIZI 0 CETAKAN KEENAM 0 (EDISI REVISI) Sumber Foto : Training course on the

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian (Keilmuan) Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Ruang Lingkup Tempat Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Non Goverment Organization (NGO) Forum on Indonesian Development (INFID) menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara dengan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang. Penyakit malaria telah menjangkiti 103 negara di dunia. Populasi orang

Lebih terperinci

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic

Lebih terperinci

Profil pasien MRS : 24/02/20014 Nama : Ny. Dartik Umur : 40 tahun Keluhan utama : Sesak nafas Riwayat penyakit sekarang : - batuk sejak 1 bulan

Profil pasien MRS : 24/02/20014 Nama : Ny. Dartik Umur : 40 tahun Keluhan utama : Sesak nafas Riwayat penyakit sekarang : - batuk sejak 1 bulan Profil pasien MRS : 24/02/20014 Nama : Ny. Dartik Umur : 40 tahun Keluhan utama : Sesak nafas Riwayat penyakit sekarang : - batuk sejak 1 bulan terakir, memberat 2 minggu terakir - disertai diare kurang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui jenis-jenis efek samping pengobatan OAT dan ART di RSUP dr.

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui jenis-jenis efek samping pengobatan OAT dan ART di RSUP dr. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam, dengan fokus untuk mengetahui jenis-jenis efek samping pengobatan OAT dan ART di RSUP dr. Kariadi

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. A. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. A. Latar Belakang BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Malaria masih merupakan penyakit yang belum bisa diberantas tuntas sampai saat ini, bahkan merupakan penyakit infeksi parasit yang paling penting. Diperkirakan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue adalah salah satu penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang ada diseluruh daerah tropis dan subtropis.

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT PEMBERIAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN DHF DI SMF PENYAKIT DALAM RSUD DR. SOEBANDI JEMBER SKRIPSI

ANALISIS MANFAAT PEMBERIAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN DHF DI SMF PENYAKIT DALAM RSUD DR. SOEBANDI JEMBER SKRIPSI //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //digilib.unej.a //digilib.unej.ac. //d //d //d ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius. yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius. yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit infeksius disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit menjadi penyakit endemis di negara-negara tropis, salah penyertanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperglikemia sering terjadi pada pasien kritis dari semua usia, baik pada dewasa maupun anak, baik pada pasien diabetes maupun bukan diabetes. Faustino dan Apkon (2005)

Lebih terperinci

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent BAB 1 PENDAHULUAN Hiperglikemia adalah istilah teknis untuk glukosa darah yang tinggi. Glukosa darah tinggi terjadi ketika tubuh memiliki insulin yang terlalu sedikit atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi penyakit endemis di beberapa daerah tropis dan subtropis dunia. Pada tahun 2006, terjadi 247 juta kasus malaria,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas di seluruh dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60 Lintang Utara dan

Lebih terperinci

LAPORAN JAGA 24 Maret 2013

LAPORAN JAGA 24 Maret 2013 LAPORAN JAGA 24 Maret 2013 Kepaniteraan Klinik Pediatri Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta 2013

Lebih terperinci

CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI

CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI Oleh : Dr.Prasetyo Widhi Buwono,SpPD-FINASIM Program Pendidikan Hematologi onkologi Medik FKUI RSCM Ketua Bidang advokasi

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala diabetes sering kali tidak terlihat secara jelas di awalnya. Kadang kita baru sadar atau terindikasi diabetes ketika sudah mengalami komplikasi diabetes.

Lebih terperinci