KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN"

Transkripsi

1

2 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jln. Jenderal Gatot Subroto Kav 52-53, Telp/fax: , Jakarta Selatan PEDOMAN UMUM DALAM IMPLEMENTASI KONSERVASI ENERGI DAN PENGURANGAN EMISI CO 2 DI SEKTOR INDUSTRI (FASE 1) PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI (BPKIMI) 2011 i

3 PEDOMAN UMUM DALAM IMPLEMENTASI KONSERVASI ENERGI DAN PENGURANGAN EMISI CO 2 DI SEKTOR INDUSTRI (FASE 1) PEMBINA Menteri Perindustrian M.S Hidayat PENANGGUNG JAWAB Arryanto Sagala TIM PENGARAH Tri Reni Budiharti Shinta D. Sirait TIM PENYUSUN Rafles Simatupang Muhammad Hafiz Nugroho Adi Sasongko TIM EDITOR Sangapan Denny Noviansyah Yuni Herlina Harahap Wiwiek Sari Wijiastuti Patti Rahmi Rahayu DITERBITKAN OLEH Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri DICETAK OLEH KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN ii

4 PEDOMAN UMUM DALAM IMPLEMENTASI KONSERVASI ENERGI DAN PENGURANGAN EMISI CO 2 DI SEKTOR INDUSTRI (FASE 1) Edisi I. Jakarta : Kementerian Perindustrian, Januari 2011 vi + 85 hlm. Disajikan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris Alamat Penerbit: Kementerian Perindustrian Jl. Gatot Subroto Kav Jakarta Selatan ISBN:... iii

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga Pedoman Umum Implementasi Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi CO 2 di Sektor Industri (Fase 1) ini dapat diselesaikan pada waktunya. Pedoman Umum ini disusun untuk meningkatkan pengetahuan dalam pelaksanaan konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 di sektor industri yang telah dibahas oleh unsur pemerintah, tenaga ahli dan praktisi. Diharapkan Pedoman Umum ini bermanfaat bagi para pihak yang berkepentingan dalam menerapkan konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 di sektor industri. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Pedoman ini. Jakarta, Januari 2011 Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri Kepala, Arryanto Sagala iv

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Perundangan Definisi Hasil, Keluaran dan Aktivitas Hasil Keluaran Aktivitas Sasaran Lokasi Sasaran Sasaran Penerima Manfaat BAB II KOMPONEN PROGRAM Prinsip Dasar Program Kerangka Kerja Langkah Pelaksanaan Program Persiapan Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi BAB III ORGANISASI PROGRAM NPD (National Project Development) National Project Director (NPD) Deputi National Project Director (DNPD) Sekretaris National Project Director (SNPD) Pejabat Pembuat Komitment Pemerintah Daerah PMU (Project Management Unit) Tugas Teknis dan Tanggung Jawab PMU Tugas Managemen & Administrasi dan Tanggung Jawab PMU Struktur Organisasi PMU Tugas dan Tanggung Jawab PMU v

7 NPM (National Project Manager) DNPM (Deputi National Project Manager) Pejabat Keuangan Pejabat Administrasi PIU (Project Implementation Unit) Konsultan Lapangan NMC (National Management Consultant) Tugas dan Tanggung Jawab Teknis NMC Tugas dan Tanggung Jawab Manajemen NMC RC (Regional Consultant) Tugas dan Tanggung Jawab Teknis RC Tugas dan Tanggung Jawab Manajemen RC EC (Evaluation Consultant) Tugas dan Tanggung Jawab Teknis EC Tugas dan Tanggung Jawab Administrasi EC BAB IV PENUTUP TRANSPARANSI AKUNTABILITAS PELAPORAN 56 DAFTAR PUSTAKA 58 LAMPIRAN A LAMPIRAN B LAMPIRAN C LOKASI SASARAN DAN NAMA PERUSAHAAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEGIATAN ICCTF KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN PROSEDUR PEMBAYARAN TAGIHAN JASA KONSULTAN vi

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Mitigasi perubahan iklim melalui konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 telah diantisipasi oleh pemerintah Indonesia melalui penyusunan regulasi terkait dan menetapkan target untuk tujuan tersebut. Kementerian Perindustrian mengembangkan sistem terintegrasi untuk pemantauan penggunaan energi melalui konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 di sektor industri. Dalam UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi disebutkan bahwa konservasi energi merupakan upaya yang sistematis terencana dan terpadu guna melestarikan Sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatannya. Efisiensi penggunaan energi memberi banyak keuntungan, diantaranya adalah untuk mengurangi biaya operasional dan biaya produksi. Konservasi energi menjadi penting di Indonesia, dimana aktivitas penggunaan energi pada kebanyakan industri dianggap tidak efisien. Salah satu penyebabnya adalah teknologi yang digunakan tergolong tua dan kurangnya restrukturisasi infrastruktur di sektor industri. Penggunaan energi yang tidak efisien tersebut mempunyai kontribusi cukup besar dalam peningkatan jumlah emisi CO 2 di Indonesia. Konsumsi energi pada tahun 2008 untuk sektor industri adalah sebesar 49.14% dari total konsumsi Halaman 1 dari 83

9 nasional (MEMR, 2009). Kenyataannya, beberapa survei mengindikasikan konsumsi energi di sektor ini masih mungkin dihemat sekitar % (PT. EMI, 2006). Sementara itu, walaupun cadangan energi fosil nasional Indonesia semakin terbatas namun Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar untuk menggantikan bahan bakar fosil. Dengan penerapan energy mix di sektor industri yang umumnya memakai gas, diharapkan diversifikasi energi di bidang industri dapat mengurangi emisi CO 2 karena koefisien emisi gas alam yang lebih rendah daripada koefisien emisi produk pertambangan atau perminyakan (TNA, 2009). Oleh karena itu, Presiden Indonesia telah mencanangkan target pengurangan emisi sebesar 26% dengan kemampuan sendiri dan sebesar 41% dengan bantuan lembaga internasional. Dari sejumlah target tersebut sektor Industri mempunyai share dengan proporsi sebesar 2%. Analisis Pareto telah dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian (2007) menunjukkan bahwa 80% dari pemakaian listrik nasional terpusat pada 29 pabrik yang merupakan 20% dari 336 pabrik. Ke 29 pabrik tersebut di definisikan sebagai pabrik dengan penggunaan energi yang cukup besar dapat diklasifikasikan menjadi 8 grup, yaitu, Baja, Semen, Pulp & Kertas, Tekstil, Petrokimia, Makanan & Minuman, Pupuk, Keramik. Pemakaian energi dari industri Pulp & Paper dan industri Baja adalah Petra Joule dan Petra Joule berturut-turut (TNA, 2009). Dengan total 27.12% untuk pemakaian energi pada bidang industri dari kedua sektor tersebut ( Petra Joule). Oleh karena itu, industri-industri tersebut perlu dilakukan Halaman 2 dari 83

10 perbaikan dalam penggunaan energi dan efisiensi energi. Didalam kerangka kerja United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Bali Conference of the Parties (COP) 13, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan program Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dengan bantuan dari UNDP (United Nations Development Program) dan BAPPENAS (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) dalam rangka mengurangi emisi gas CO 2. UNDP dan BAPPENAS menyediakan bantuan teknis kepada Kementerian Perindustrian (MoI) untuk meninjau ulang konsep roadmap pengurangan emisi CO 2 di sektor Industri Baja dan Pulp & Kertas. Lingkup dari bantuan teknis pada industri-industri tersebut diharapkan mencakup regulasi yang mengakomodir pengurangan emisi CO 2. Kementerian Perindustrian menetapkan strategi utama dengan tujuan pengurangan emisi CO 2 pada sektor industri, yang mencakup 4 komponen: 1. Implementasi dari Konservasi Energi dan Pengurangan Emisi CO 2 pada sektor industri. 2. Promosi dalam penanganan pengurangan CO 2 pada sektor industri. 3. Implementasi ESCO (Energy Service Company) model pada sektor industry; 4. Implementasi Carbon Foot Print dan Energy Consumption Intensity di sektor industri; Kegiatan tersebut di bagi dalam 4 bagian, dalam jangka panjang yang tidak dapat di pisahkan satu dengan yang lain. Untuk disahkan sebagai aktivitas nasional, Kementerian Perindustrian telah Halaman 3 dari 83

11 mengesahkan Grand Strategy (Gambar 1) dan telah dimasukan dalam dalam Government Blue Book. Program IECIS ini diutamakan pada implementasi konservasi energi pada subsektor industri Baja dan industri Pulp & Kertas melalui penanganan emisi dan energi. Dimana hasil yang dipakai dapat mewakili data dari tiap subsektor yang telah dipilih, yang selanjutnya diteruskan sampai ke tahap akhir. Ditargetkan hasil pencapaian dari sektor industri dapat mendukung peraturan pemerintah pada target pengurangan emisi CO 2 sebesar 2% dari 41% pada tahun Untuk itu, Kementerian Perindustrian harus: 1) memperkuat kapasitasnya dalam mengembangkan sistem terintegrasi untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 di Industri Baja dan Industri Pulp dan Kertas, 2) meningkatkan partisipasi dari perusahaan industri dalam konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2, 3) meningkatkan kesadaran dan keterlibatan pemerintah daerah dan provinsi dalam konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2, dan 4) menguatkan kerangka kerja untuk konservasi energi dan pengurangan emisi gas rumah kaca di industri. Perencanaan dan strategi kegiatan ICCTF di MoI telah diuraikan dengan: 1) RPJM (Rencana Program Jangka Menengah) yang sejalan dengan Rencana Strategis/Renstra Badan Penelitian dan Pengembangan Industri/BPPI, Kementerian Perindustrian Halaman 4 dari 83

12 2) ICCSR (Indonesian Climate Change Sectoral Roadmap) di sektor Industri, di mana konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 berdasarkan pada pendekatan sektoral. 3) GRK RAN (Rencana Aksi Nasional - Gas Rumah Kaca) dari saham industri, yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan sejalan dengan konservasi energi yang berarti efisiensi energi dan diversifikasi menghasilkan perbaikan lingkungan dan masyarakat. Pelaksanaan peraturan pemerintah tentang konservasi energi harus dikelola secara sistematis dan melibatkan seluruh stakeholder, jika tidak, dikhawatirkan target dan tujuan tidak akan tercapai. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Kementerian Perindustrian (MoI) mengembangkan suatu sistem yang terintegrasi dan handal untuk mengelola dan membina industri, sehingga dapat meningkatkan kinerja industri. Industri yang terlibat akan dipantau, dievaluasi, dan dilaporkan. Harapannya, mereka dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2, industri harus mempunyai manajer energi, tim aksi energi, dan dokumen pendukung (Road Map, pedoman teknis, prosedur operasional standar, dan peta teknologi). Manajer Energi akan memiliki tanggung jawab dalam mengelola pemakaian energi dan dengan sendirinya melaksanakan konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 sementara Tim Aksi Energi akan membantu manager energi untuk bekerjasama dengan konsultan yang dipilih dalam melaksanakan pekerjaan spesifik, yaitu audit energi, audit karbon, dan TNA. Halaman 5 dari 83

13 Selain itu, Kementerian Perindustrian juga harus memberikan perhatian lebih dalam mempromosikan pentingnya konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 kepada pemerintah daerah. Pemerintah daerah akan memiliki peranan penting dalam mendukung pelaksanaan kebijakan MOI. Dalam hal ini, pemerintah setempat dapat didorong untuk membuat peraturan daerah dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor industri. Terkait dengan pengembangan mekanisme dan kerjasama antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kemen ESDM/MEMR) dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin/MOI), proyek ini harus secara proporsional memposisikan peran dan tanggung jawab masing-masing kementerian. ESDM telah melaksanakan pengkajian energi dan program konservasi sejak tahun 2003 dengan target pada bangunan dan beberapa perusahaan industri. Terkait dengan tugas Kementerian Perindustrian dalam peningkatan daya saing industri melalui peningkatan kesadaran pelaku usaha terhadap kebijakan emisi, maka Kementerian Perindustrian lebih memfokuskan untuk bekerja secara langsung dengan pelaku usaha dalam penerapan kebijakan energi konservasi. Berdasarkan kondisi dan situasi tersebut, program ini diharapkan dapat: 1) memiliki data dasar (baseline) yang dapat diandalkan untuk memungkinkan pengembangan perencanaan strategis untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2, 2) memiliki sistem informasi yang terupdate dengan baik dan dapat terdiseminasikan kepada seluruh stakeholder, Halaman 6 dari 83

14 3) Road Map dan pedoman teknis dalam penerapan penghematan energi dan pengurangan emisi CO 2 pada industri, 4) memiliki sistem untuk memperkuat partisipasi industri dalam melakukan pemantauan yang efektif terhadap konsumsi energi dan produksi emisi CO 2, 5) mengembangkan peraturan untuk menjamin pelaksanaan yang berkelanjutan dari sistem terpadu, dan 6) mendorong keterlibatan pemerintah daerah dalam mendukung pelaksanaan program dan mitigasi perubahan iklim sektor industri. Halaman 7 dari 83

15 Gambar 1. Skema Strategi Utama Promosi Konservasi Energi dan Emisi Gas Rumah Kaca untuk di Sektor Industri Lahap Energi Halaman 8 dari 83

16 1.2. PERATURAN DAN PERUNDANGAN Mengingat pentingnya konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2, Pemerintah Indonesia telah menetapkan: 1. Undang Undang tentang Energi (UU No. 30/1997) 2. Peraturan Presiden No. 28 tahun 2008 mengenai Kebijakan Pengembangan Industri Nasional. 3. Keputusan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, 4. Peraturan Pemerintah No. 70/2009 tentang Konservasi Energi Pada PP No. 70 tersebut ditetapkan pemakaian Sumber energi dan pengguna energi yang memakai energi lebih besar atau setara 6000 TOE/tahun, harus menetapkan manajer energi. Pengurangan emisi CO 2 dalam sektor industri juga telah ditetapkan dalam rencana strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Kementerian Perindustrian melalui Rencana Program dan Jangka Menengah (RPJM) Tahun melalui Program di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya, Lingkungan dan Energi (Sekarang Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup) DEFINISI Program ICCTF (Indonesian Climate Change Trust Fund) merupakan salah satu mekanisme pendanaan untuk perubahan iklim. Program ini memiliki 2 tujuan utama, yaitu: Halaman 9 dari 83

17 1. Untuk mencapai Ekonomi Karbon Rendah (Low Carbon Economy) melalui ketahanan terhadap mitigasi dan adaptasi perubahan iklim 2. Untuk menyusun langkah inovatif yang bertujuan menghubungkan Sumber financial internasional dengan strategi investasi nasional, dan secara simultan dapat menjadi contoh bentuk finansial alternatif bagi mitigasi perubahan iklim dan program adaptasi yang dikelola Pemerintah secara transparan dan akuntabel. Pada tahapan ini, ICCTF memiliki tujuan yang spesifik, yaitu: 1. Memfasilitasi dan mempercepat proses investasi di bidang energi terbarukan dan efisiensi energi, dan secara simultan dapat menurunkan emisi gas rumah kaca di Indonesia dari sektor energi. 2. Untuk menurunkan emisi akibat penggundulan hutan dan degradasi hutan yang nantinya akan mengarah kepada managemen hutan berkelanjutan. 3. Untuk mengurangi kerentanan pada ekosistem pesisir, pertanian dan sektor perairan. 4. Untuk menjembatani gap finansial yang ditujukan untuk mitigasi dan adapatasi perubahan iklim. 5. Untuk meningkatkan keefektifan dan dampak dari bantuan finansial dari luar negeri bagi perubahan iklim di Indonesia HASIL, KELUARAN DAN AKTIVITAS Hasil a. Untuk memperkuat kapasitas Kementerian Perindustrian dalam mengkoordinasikan, Halaman 10 dari 83

18 mengembangkan dan mendukung pelaksanaan konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 pada industri baja dan pulp dan kertas; b. Untuk merevisi kerangka regulasi dan memfasilitasi peningkatan kesadaran efisiensi energi dan konservasi energi dalam industri sasaran; c. Untuk meningkatkan kapasitas perusahaan industri sasaran untuk mewujudkan konservasi energi dan pengurangan emisi CO Keluaran a. Basis untuk konservasi energi dan produksi emisi CO 2 di industri baja dan industri pulp dan kertas; b. Sistem informasi konservasi energi terpadu; c. Sumber daya manusia dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 ; d. Prosedur Operasional Standar, Technology Need Assessment untuk setiap industri dalam menerapkan konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 ; e. Pedoman Nasional dan Peraturan Menteri untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 ; f. Lesson learned dari Pilot Project Tanpa Biaya & Biaya Rendah dan Konsep Pilot Project Biaya Menengah & Biaya Tinggi untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 g. Peningkatan kesadaran pemerintah propinsi dan daerah tentang isu perubahan iklim. Halaman 11 dari 83

19 Aktivitas a. Menetapkan tim penasihat, ahli dan fasilitator untuk energi, pengurangan emisi CO 2 dan audit teknologi dengan mengadakan pelatihan; b. Mengumpulkan data tentang konsumsi energi, emisi CO 2 dan teknologi yang digunakan melalui pelaksanaan audit energi/karbon dalam industri baja dan industri pulp dan kertas. c. Mengembangkan sistem informasi untuk memfasilitasi distribusi informasi kepada stakeholders. d. Meningkatkan keterampilan staf industri perusahaan melalui pelatihan, pembinaan dan pelatihan kerja di perusahaan industri untuk konservasi energi dan emisi CO 2 di industri baja dan pulp & kertas. e. Mengembangkan Standard Operational Procedures (SOP) untuk konservasi energi dan emisi CO 2 di industri baja dan pulp & kertas. f. Mengembangkan roadmap dan pedoman teknis untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 di industri baja dan industri pulp dan kertas. g. Membuat Pedoman Nasional dan Peraturan Menteri untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 di industri baja dan pulp & kertas. h. Mengembangkan Pra Studi Kelayakan dan Bussiness Plan untuk meningkatkan Technology Need Assessment untuk konservasi energi dan emisi CO 2 di Baja dan pulp & kertas. i. Pelaksanaan Pilot Project Tanpa Biaya & Biaya Rendah dan Mempersiapkan Pilot Project Biaya Menengah & Biaya Tinggi. Halaman 12 dari 83

20 j. Mempromosikan konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 kepada pemerintah provinsi dan daerah dengan mengadakan workshop dan penyebaran pelajaran yang dipetik dari pelaksanaan proyek untuk memperkuat kapasitas Kementerian Perindustrian dalam mengkoordinasikan, mengembangkan dan mendukung pelaksanaan konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 di industri baja dan pulp/kertas; 1.5. SASARAN Lokasi Sasaran Industri sasaran akan terdiri dari 35 perusahaan industri baja dan 15 perusahaan industri pulp dan kertas. Dalam pengelolaannya akan dibuat 3 kantor Regional Consultant sebagaimana tertera pada Tabel Sasaran Penerima Manfaat Industri, kelompok sasaran penerima manfaat adalah Industri yang mampu melaksanakan konservasi energi dan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca untuk mendukung mitigasi perubahan iklim. Pemerintah Daerah (Dinas/Instansi bersama Masyarakat), Pemerintah Kota/Kabupaten yang menjadi lokasi sasaran ICCTF Kementerian Perindustrian. Halaman 13 dari 83

21 Wilaya h Tabel 1. Target Industri Jumlah Perusahaan Area Baja * Pulp dan Kertas I Jakarta 3 - Banten 4 1 Jawa Barat 5 4 II Jawa Timur 12 4 Jawa Tengah 4 1 III Sumatera 7 5 Total Halaman 14 dari 83

22 BAB II KOMPONEN PROGRAM 2.1. PRINSIP DASAR PROGRAM 1. Prinsip Tata Kelola (Good Governance). Partisipasi; Transparansi Akuntabilitas Desentralisasi; Demokrasi; 2. Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Perlindungan Lingkungan Pengembangan Masyarakat Industri Pengembangan Ekonomi 2.2. KERANGKA KERJA Halaman 15 dari 83

23 Halaman 16 dari 83

24 Halaman 17 dari 83

25 Halaman 18 dari 83

26 Halaman 19 dari 83

27 Halaman 20 dari 83

28 Halaman 21 dari 83

29 Halaman 22 dari 83

30 Halaman 23 dari 83

31 Halaman 24 dari 83

32 Halaman 25 dari 83

33 Tabel 4. Keterkaitan Kerangka Kerja Logis Hasil/Tujuan Keluaran Kegiatan Detil Kegiatan/ Aksi 1. Untuk memperkuat kapasitas Kementerian Perindustrian dalam mengkoordinasi, mengembangankan dan mendukung implementasi dari konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 di Industri Baja dan Pulp dan Kertas. 2. Untuk meninjau kembali peraturan kerangka kerja dan meningkatkan kesadaran dalam memfasilitasi efisiensi energi dan konservasi energi di Industri target. 1. Acuan Dasar untuk konservasi energi dan produksi emisi CO 2 di Industri Baja dan Pulp dan Kertas. 2. Sistem informasi konservasi energi yang terintegrasi 1. Sumber daya manusia dengan pengetahuan dan keahlian yang cukup dalam hal konservasi energi dan pengurangan emisi CO Standard Operational Procedure, Technology Need Assessment untuk - Membentuk Tim Penasihat, Tim Ahli dan fasilitator untuk konservasi energi, pengurangan emisi CO 2 dan Audit teknologi dengan melakukan pelatihan; -Menyiapkan Jadwal Rinci Pelaksanaan Pekerjaan, kuesioner serta menyiapkan prosedur pelaksanaan audit energy dan audit emisi CO 2 di Industri baja dan pulp dan kertas. -Mengembangkan sistem informasi untuk memfasilitasi distribusi informasi ke pihak-pihak yang terlibat. - Meningkatkan keahlian dari staf perusahaan Industri dengan memberikan pelatihan, pembinaan dan kerja praktek di Industri Baja dan Pulp dan Kertas dalam hal konservasi energi dan emisi CO 2. -Mengembangkan Standard Operational Procedures untuk konservasi energi dan emisi CO 2 di Industri Baja dan Pulp dan Kertas. - TOT - Konsultasi dengan Staf PMU - Perlengkapan/ Kantor/Perjala nan Keluar - Perjalanan domestik - NMC (1.2) - RC (1.2) - NMC (2.1) - RC (2.1) - NMC (2.2) - RC (2.2) Halaman 26 dari 83

34 3. Untuk Meningkatkan kapasitas dari Industri target dalam hal kesadaran terhadap konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 masing-masing Industri untuk implementasi konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2. 1.Pedoman Nasional dan Peraturan Menteri untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2. 2.Bahan Pembelajaran dari Pilot Project tanpa biaya dan berbiaya rendah serta konsep dari Pilot Project berbiaya menengah dan berbiaya tinggi. 3. Meningkatkan Kesadaran dari Pemerintah daerah dan provinsi terkait dengan isu Perubahan Iklim. - Mengembangkan roadmap dan Panduan Teknis untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 di Industri Baja dan Pulp dan Kertas. - Menyusun Pedoman Nasional dan Peraturan Menteri untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 di Industri Baja dan Pulp dan Kertas. - Mengembangkan pra Studi Kelayakan dan Rencana Bisnis dengan tujuan meningkatkan Penilaian Kebutuhan Teknologi untuk konservasi konservasi energi dan emisi CO 2 di Industri Baja dan Pulp dan Kertas. - Mengimplementasi Pilot Project tanpa biaya dan berbiaya rendah dan mempersiapkan Pilot Project berbiaya menengah dan berbiaya tinggi. - Mempromosikan konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 kepada Pemerintah daerah dan provinsi dengan mengadakan workshop dan pertemuan ilmiah dengan membawa hasil pembelajaran dari implementasi proyek. - Workshop untuk menyusun Pedoman - Timeline MOE, - NMC (3.1) - RC (3.1) - NMC (3.2) - RC (3.2) - NMC (3.3) - RC (3.3) Halaman 27 dari 83

35 2.3. LANGKAH PELAKSANAAN PROGRAM PERSIAPAN Tabel 5. Tahap Persiapan No Kegiatan Pelaku Hasil Keterangan 1 Serangkaian pertemuan/ lobby, koordinasi di tingkat nasional dan kelompok strategis 2 Perumusan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis 3 Road Show Kegiatan Implementation of Energy Conservation and Emission Reduction (Phase 1) 4 Pelatihan dasar audit energi untuk Pegawai Pemerintah 5 Workshop Pedoman Umum dan Pedoman Teknis - Penyelenggara: Kementerian Perindustrian - Peserta: Pemerintah, Asosiasi Industri, Pelaku Usaha, Perguruan Tinggi, LSM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi, kelompok Strategis lainnya - Penyelenggara: NPD dan PIU - Peserta: Pemerintah, Asosiasi Industri, Pelaku Usaha. - Penyelenggara: Kementerian Perindustrian - Peserta: Pemerintah, Asosiasi Industri, Pelaku Usaha, Perguruan Tinggi, LSM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi, kelompok Strategis lainnya - Penyelenggara: NPD - Peserta: PNS di lingkungan kemenperin. - Fasilitator: Konsultan - Penyelenggara: NPD dan PIU - Peserta: Pemerintah, Asosiasi Industri, Pelaku Usaha. 5.a Pedoman Umum Perumus : NPD Penerimaan perangkat pemerintah dan stakeholder s lain terhadap program Terumuskan nya Konsep Pedoman Disperind Propinsi, Disperind Kota/Kab dan Pelaku Usaha memahami program ICCTF Tersedianya SDM yang memahami audit energi Tersosialisa sikannya Pedoman Umum dan Pedoman Teknis Lihat Kerangka Acuan Kerja Lihat Kerangka Acuan Kerja Lihat Kerangka Acuan Kerja Lihat Kerangka Acuan Kerja Halaman 28 dari 83

36 5.b Pedoman Pembentukan Energy Action Team 5.c Pedoman Pra Feasibility Study 5.d Pedoman Teknis Energy dan Emission Management Information System 5.e Pedoman Teknis Penilaian Partisipatif Industri 5.f Pedoman Teknis Membangun Kemampuan Pemerintah Provinsi/Lokal 5.g Pedoman Teknis Pemetaan Teknologi Industri Pulp dan Kertas 5.h Pedoman Teknis Tata Cara Penghitungan Karbon Pada Industri Pulp dan Kertas 5.i Pedoman Teknis Pemetaan Teknologi Industri Baja 5.j Pedoman Teknis Tata Cara Penghitungan Karbon Pada Industri Baja Perumus: NPD dan Tenaga Ahli Konsultan Perumus: NPD dan Tenaga Ahli Konsultan Perumus: NPD dan Tenaga Ahli Konsultan Perumus: NPD dan Tenaga Ahli Konsultan Perumus: NPD dan Tenaga Ahli Konsultan Perumus: PIU BBPK Perumus: PIU BBPK Perumus : PIU BBLM Perumus: PIU BBLM Halaman 29 dari 83

37 PELAKSANAAN Tabel 6. Tahap Pelaksanaan No Kegiatan Pelaku Hasil Keterangan 1 Mobilisasi National Management Consultant (NMC) dan Regional Consultant (RC) - Penyelenggara: NPD - Peserta: Konsultan Pemenang Pengadaan Barang/Jasa Tersiapkannya SDM yang akan memfasilitasi program Lihat Kerangka Acuan Kerja 2 Sosialisasi Program di tingkat Pemerintah Daerah - Penyelenggara: RC - Peserta: Dinas Perindustrian Provinsi, Kota, Kabupaten dan Pelaku Usaha - Fasilitator: TA RC dan NPD Terlaksananya sosialisasi program kepada stakeholder di daerah dan meminta kembali komitmen Pemerintah dan Pelaku usaha untuk mendukung program Bagian dari kontrak RC Sumber: Pedoman Peran Pemerintah Daerah 3 Pelatihan dasar audit energi untuk Tim Fasilitator - Penyelenggara : NPD - Peserta: Pelaku Usaha, asosiasi, universitas dan stakheolders lain. - Fasilitator: Konsultan Tersedianya SDM yang memahami audit energi Lihat Kerangka Acuan Kerja 4 Perumusan Kuesioner dan Instrumen unutk pelaksanaan Audit dan Asessment Energi pada Industri - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, asosiasi, - Fasilitator: TA NMC Tersiapkannya konsep teknis untuk pelaksanaan audit energi Bagian dari kontrak NMC Halaman 30 dari 83

38 5 Pelaksanaan Audit dan Asessment Energi pada Industri 6 Pelaksanaan reffreshment untuk Audit Energi 7 Pelaksanaan reffreshment untuk Audit Energi di tingkat perusahaan 8 Pelaksanaan mengenai Konsep Pembentukan Energy Action Team 9 Pelaksanaan refreshment mengenai Pembentukan Energy Action Team di Perusahaan 10 Pelaksanaan reffreshment untuk Participatory Industrial Appraisal - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha, asosiasi, - Fasilitator: TA RC - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator:TA NMC - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator: TA RC - Penyelenggara: NMC - Peserta : Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator : TA NMC - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator: TA NMC - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator: TA NMC Terlaksana dan terkumpulnya Data data konsumsi energi dan pengurangan emisi CO 2 termasuk teknologi yang digunakan Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha, Tim Fasiltiator dan Tenaga lapangan mengenai audit energy Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha mengenai audit energy Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha, Tim Fasiltiator dan Tenaga lapangan mengenai pembentukan energy action team Terbentuknya energy action team di perusahaan Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha, Tim Fasiltiator dan Tenaga lapangan mengenai Participatory Industrial Appraisal Bagian dari kontrak RC Bagian dari kontrak NMC Sumber : Pedoman Audit Energy Bagian dari kontrak RC Bagian dari kontrak NMC Sumber : Pedoman Energy Action Team Bagian dari kontrak NMC Sumber : Pedoman Energy Actio Team Bagian dari kontrak NMC Sumber: Pedoman Participatory Industrial Appraisal Halaman 31 dari 83

39 11 Pelaksanaan reffreshment untuk Participatory Industrial Appraisal di tingkat perusahaan 12 Pelaksanaan audit / asessment energi oleh RC 13 Pelaksanaan Monitoring, Measure, Realibility dan Validity - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha - Fasilitator: TA RC - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha - Fasilitator: Tim Fasilitator - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, RC - Fasilitator: TA NMC Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha mengenai Participatory Industrial Appraisal Terkumpulnya data energi Monitoring validitas data Bagian dari kontrak RC Sumber : Pedoman Participatory Industrial Appraisal Bagian dari kontrak RC Bagian dari Kontrak NMC 14 Perumusan dan mempublikasikan Sistem Management Information System - Penyelenggara: NMC - Peserta: Tim Perumus, Pusdatin KEmenperin, Sekretariat BPKIMI, - Fasilitator: TA NMC Terumuskan dan terpublishnya Sistem Informasi Bagian dari kontrak NMC Sumber: Pedoman EEMIS 15 Pelaksanaan Pelatihan Sistem Management Energi - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, - Fasilitator: TA NMC Tersosialisasikann ya Sistem Management Energi Bagian dari kontrak NMC 16 Pelaksanaan upgrade Sistem Management Energi di tingkat perusahaan - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha, - Fasilitator: TA RC Terumuskannya Sistem Management Energi di tingkat perusahaan Bagian dari kontrak RC Halaman 32 dari 83

40 17 Pendampingan Dinas Perindustrian untuk membangun cara pandang pola pikir mitigasi dan perubahan iklim sektor industri 18 Pelaksanaan training Audit Carbon 19 Pelaksanaan reffreshment untuk Audit Carbon 20 Pelaksanaan reffreshment untuk Audit Carbon di tingkat perusahaan 21 Pelaksanaan training technology Map 22 Pelaksanaan reffreshment untuk Audit TNA - Penyelenggara: RC - Peserta: Dinas Perindustrian, - Fasilitator: TA RC - Penyelenggara: BBLM & BBPK - Peserta: Pelaku Usaha, Konsultan - Fasilitator: BBLM, BBPK - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator : BBLM dan BBPK - Penyelenggara : RC - Peserta: Pelaku Usaha - Fasilitator: TA RC - Penyelenggara: BBLM & BBPK - Peserta: Pelaku Usaha, Konsultan - Fasilitator: BBLM, BBPK - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator: BBLM dan BBPK Terumuskannya Sistem Management Energi di tingkat perusahaan Tersiapkannya SDM yang memahami mengenai tata cara audit carbon Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha, Tim Fasiltiator dan Tenaga lapangan mengenai audit karbon Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha mengenai audit karbon Tersiapkannya SDM yang memahami mengenai technology map dan mampu merumuskan TNA Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha, Tim Fasiltiator dan Tenaga lapangan mengenai audit teknologi Bagian dari kontrak RC Lihat Kerangka Acuan Kerja Bagian dari kontrak NMC Bagian dari kontrak RC Lihat Kerangka Acuan Kerja Bagian dari kontrak NMC Halaman 33 dari 83

41 23 Pelaksanaan reffreshment untuk Audit TNA di tingkat perusahaan - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha - Fasilitator: TA RC Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha mengenai audit TNA Bagian dari kontrak RC 24 Workshop konsep mekanisme insentif bagi pengurangan emisi CO 2 pada industri baja dan pulpkertas - Penyelenggara : NMC - Peserta: Pelaku Usaha, stakeholder - Fasilitator: NMC Terlaksananya konsep mekanisme insentif bagi konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 Bagian dari kontrak NMC 25 Workshop konsep Peraturan Menteri mengenai Road Map pengurangan emisi CO 2 pada industri baja dan pulpkertas - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, stakeholder - Fasilitator: NMC Terlaksananya sosialisasi upgrading bagi Pelaku Usaha mengenai konsep Peraturan Menteri Bagian dari kontrak NMC 26 Workshop perumusan Road Map pengurangan emisi CO2 pada industri baja dan pulpkertas - Penyelenggara: PIU Direktorat - Peserta: Pelaku Usaha, stakeholder - Fasilitator: NPD dan PIU Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha mengenai audit TNA Lihat Kerangka Acuan Kerja 27 Pelaksanaan reffreshment untuk Pengembangan Pra FS - Penyelenggara: NMC - Peserta : Pelaku Usaha, Tim Fasilitator, Tenaga Ahli RC, - Fasilitator: TA NMC - Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha, Tim Fasiltiator dan Tenaga lapangan mengenai pengembangan Pra FS Bagian dari kontrak NMC Halaman 34 dari 83

42 28 Pelaksanaan reffreshment untuk Pengembangan Pra FS di tingkat perusahaan 29 Pelaksanaan audit / asessment Pra FS RC 30 Pelaksanaan Monitoring, Measure, Realibility dan Validity 31 Pelaksanaan perumusan investment grade audit (IGA) - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha - Fasilitator: TA RC - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha - Fasilitator: Tim Fasilitator - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, RC - Fasilitator: TA NMC - Penyelenggara : NMC - Peserta: Pelaku Usaha, RC - Fasilitator: TA NMC Terlaksananya upgrading bagi Pelaku Usaha mengenai Pembentukan Pra FS Terumuskannya FS untuk setiap industri Monitoring validitas data FS untuk setiap industry Perumusan IGA setiap industri Bagian dari kontrak RC Bagian dari kontrak RC Bagian dari Kontrak NMC Bagian dari Kontrak NMC Halaman 35 dari 83

43 MONITORING DAN EVALUASI Tabel 7. Tahap Monitoring dan Evaluasi No Kegiatan Pelaku Hasil Keterangan 1 Monitoring Bersama - Penyelenggara: NPD - Peserta: Kemenperin, ESDM - Fasilitator: TA RC 2 Uji Petik - Penyelenggara: NPD - Peserta: Pelaku Usaha, Dinas PRovinsi/ Kabupaten - Fasilitator : NPD Monitoring progres pelaksanaan program Monitoring kesesuaian antara data tertulis dengan pelaksanaan program Lihat Kerangka Acuan Kerja Lihat Kerangka Acuan Kerja 3 Workshop Evaluasi di tingkat Regional - Penyelenggara: RC - Peserta: Pelaku Usaha, Dinas Propinsi/ Kabupaten - Fasilitator : TA RC Evaluasi akhir pelaksanaan program Bagian dari kontrak RC 4 Workshop Evaluasi di tingkat nasional - Penyelenggara: NMC - Peserta: Pelaku Usaha, Dinas PRovinsi/ Kabupaten - Fasilitator: TA NMC Evaluasi akhir pelaksanaan program Bagian dari kontrak NMC 5 Workshop Evaluasi ICCTF Kementerian Perindustrian - Penyelenggara: NPD - Peserta: Pelaku Usaha, Staikeholder tingkat Nasional - Fasilitator: NPD Evaluasi akhir pelaksanaan program Lihat Kerangka Acuan Kerja Halaman 36 dari 83

44 BAB III ORGANISASI PROGRAM 3.1. NPD (National Project Development): Kementerian Perindustrian menunjuk Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya, Lingkungan Hidup dan Energi sekarang menjadi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup untuk membentuk National Project Director (NPD). Secara garis besar, NPD dapat dijelaskan sebagai berikut: NPD terdiri dari staf-staf dari Kementerian Perindustrian. Komite yang dibentuk untuk mengkoordinasi kegiatan ICCTF di Kementerian Perindustrian. Bertanggung jawab secara penuh di dalam proses dan pelaksanaan proyek. Dalam pelaksanaannya, NPD membentuk PMU yang bertugas membantu secara administrasi NPD dalam pelaksanaan pekerjaan. Secara fungsi, NPD dibagi atas: National Project Director (NPD) NPD sebagai penanggung jawab kegiatan mempunyai kewenangan mengelola program di tingkat nasional yang bertindak sebagai perwakilan executive agency atau penyelenggara program. 1. Untuk pelaksanaan administrasi keuangan direkrut Project Management Unit dan pelaksanaan tugas sehari hari ditunjuk DNPD dan sekertaris NPD. Halaman 37 dari 83

45 2. Untuk melaksanakan tugas lapangan substansi/ program NPD dibantu oleh NMC yang membantu pelaksanaan pengawasan, pengorganisasian, pembinaan dan pengendalian RC. 3. Untuk pelaksanaan administrasi akan dibantu oleh PMU dan PPK. 4. Tugas pokok, bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan program memfasilitasi penerbitan buku pedoman umum dan teknis dibantu oleh PIU, mengarahkan memantau dan menilai kinerja PMU, NMC, RC/AM, EC. 5. Melaksanakan sosialisasi secara nasional 6. bertanggung jawab atas perencanaan pengelolaan dana grant Deputi National Project Director (DNPD) DNPD membantu NPD dalam hal: 1. Mewakili NPD ketika berhalangan cuti, sakit, sesuai dengan penugasan dari NPD. 2. Deputi mengarahkan verifikasi. 3. Mengarahkan, memantau, kinerja dari consultant. 4. Melakukan tanda tangan cek atas persetujuan NPD. 5. Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan dan evaluasi serta (pengendalian terhadap kinerja program sesuai dengan AWP) merujuk kepada project document. 6. Menyiapkan mengkoordinasikan perencanaan tindak lanjut program. 7. Mengarahkan langsung consultant evaluasi. 8. Mengarahkan PMU. 9. Mengarahkan pelaksanaan verifikasi tagihan. Halaman 38 dari 83

46 Sekretaris National Project Director (SNPD) Tugas sekretaris NPD adalah: 1. Sebagai quality control pelaksanaan program consultan pelaksana dengan AWP. 2. Merekomendasikan kepada NPD/DNPD tentang pelaksanaan program. 3. Melakukan evaluasi kinerja, memantau, menilai kinerja consultan pelaksana. 4. Menyiapkan dokumen perencanaan tindak lanjut program berdasarkan grantd strategy. 5. Melakukan koordinasi dengan PMU dalam rangka sesuai dengan target pencapaian. 6. Mengkoordinasikan dengan staf sekretariat NPD dalam rangka kelancaran program Pejabat Pembuat Komitmen Menetapkan pengeluaran anggaran dan bertanggungjawab atas tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja pada kegiatan yang bersangkutan 3.3. Pemerintah Daerah 1. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program konservasi energy dan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca di lingkup daerah masingmasing. 2. Menyusun konsep kebijakan Pemerintah Daerah, yang meliputi usulan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Konsep Peraturan Daerah (Perda) yang memuat mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor industry. 3. Merencanakan tindak lanjut pelaksanaan konservasi energio dan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca di tingkat Daerah. Halaman 39 dari 83

47 4. Melakukan koordinasi dan pembinaan terhadap manajer energy dan energy action team dalam rangka peningkatan daya saing industry melalui konservasi energy dan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca PMU (Project Management Unit) PMU memiliki tanggung jawab dalam memonitor, mengevaluasi dan melaporkan seluruh aktivitas kepada NPD/DNPD melalui sekretais NPD selama masa proyek. Pejabat PMU akan berkoordinir dengan PMU dan PIU dalam mengamankan substansi materi selama implementasi proyek Tugas Teknis dan Tanggung Jawab PMU 1. Mengembangkan analisis SWOT dari program yang sedang berjalan. 2. Untuk mengevaluasi dengan cara mendapatkan umpan balik, data dan informasi mengenai program dan aktivitasnya. 3. Evaluasi dari program akan menghasilkan informasi yang berguna untuk membantu dalam menentukan lingkup dari program kerja dan area yang membutuhkan perbaikan. 4. Memberikan tujuan Evaluasi yang harus spesifik dan terukur. 5. Untuk mengembangkan dan memonitor rencana kerja dan jadwal program yang cukup terperinci. 6. Membantu NPD dalam memastikan pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditetapkan. 7. Membantu NPD dalam mengatur kurun waktu yang realistik untuk proyek. 8. Untuk mengevaluasi semua pelaporan dari NMC dan RC selama implementasi dari program. Halaman 40 dari 83

48 9. Mengembangkan laporan evaluasi untuk keseluruhan aktivitas Tugas Managemen & Administrasi dan Tanggung Jawab PMU 1. Mengembangkan koordinasi yang efektif dan efisien dengan NPD dalam semua aktivitas. 2. Mengembangkan koordinasi yang efektif dan efisien dengan RC dalam aktivitas audit konservasi energi dan emisi. 3. Mempersiapkan template dan panduan teknis untuk monitoring dan evaluasi dari program NPD, PMU, NMC dan RC. 4. Membuat laporan yang ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dilaporkan ke NPD Struktur Organisasi PMU Struktur Project Management Unit, terdiri atas: 1. National Project Manager (NPM) 2. Deputi National Project Manager (DNPM) 3. Administration Officer 4. Financial Officer 5. Asisten dan Supporting Staf Tugas dan Tanggung Jawab PMU NPM 1. Bertanggung jawab atas kelancaran administrasi dan keuangan program, dalam menjalankan tugasnya PMU dan dibantu oleh deputi dan officer serta asisten. 2. Mengarahkan dan bertanggung jawab pelaksanaan program yang meliputi tata admin dan keuangan yang sesuai dengan UNDP standard dan pemerintah RI. 3. Merumuskan SOP dan tata kerja PMU. Halaman 41 dari 83

49 4. Memberikan rekomendasi kepada NPD/DNPD melalui sekretaris NPD mengenai pelaksanaan program, administrasi dan rencana anggaran keuangan sesuai program yang akan dilakukan. 5. Bertanggungjawab terhadap tersedianya laporan program, laporan administrasi dan keuangan sesuai dengan standard UNDP dan Pemerintah RI (PP No. 2 Tahun 2006); 6. Memberikan laporan progress program, administrasi dan keuangan kepada NPD/DNPD/SNPD. 7. Berkoordinasi dengan NMC, RC dan EC dalam pelaksanaan program dengan sepengetahuan NPD/DNPD/SNPD. 8. Mengkoordinasikan Deputi NPM, Officer dan asisten serta staf pendukung. 9. Bertanggung jawab kepada NPD/DNPD DNPM 1. Melakukan Check and re-check sebagai bagian dari quality control pelaksanaan program. 2. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program merujuk kepada Letter of Agreement (LoA), Project Document, dan Annual Work Plan (AWP). 3. Menyiapkan rencana tindak lanjut pelaksanaan program; 4. Membantu sebagian tugas NPM, meliputi : i. Menyiapkan rekomendasi pelaksanaan program. ii. Mengkoordinasikan dan menyusun laporan program sesuai dengan standar UNDP. iii. Mengkoordinasikan dan menyusun laporan program sesuai dengan standar PP No. 2 Tahun Halaman 42 dari 83

50 iv. Berkoordinasi dengan NMC, RC dan EC dalam pelaksanaan program dengan sepengetahuan NPD/DNPD/SNPD dan NPM. 5. Membantu NPD dalam pelaksanaan tugas lain di dalam pelaksanaan proyek. 6. Mengkoordinasikan Officer serta asisten. 7. Bertanggung jawab kepada NPM Pejabat Keuangan 1. Membantu NPM dalam penyusunan perencanaan dan pertanggungjawaban anggaran rutin dan program; 2. Menerima alokasi dana untuk keperluan operasional; 3. Menerima, menyimpan, membayarkan uang, dan mempertanggungjawabkan alokasi dana yang ada dalam pengelolaannya; 4. Melaksanakan proses administrasi pembayaran secara efisien, responsif, akurat, transparan, dan akuntabel; 5. Melakukan pengendalian dan pengawasan realisasi anggaran dalam rangka menjaga likuiditas keuangan dalam kondisi sehat; 6. Mengkoordinir dokumen pengeluaran keuangan; 7. Menandatangani dan mempertanggungjawabkan semua dokumen pengeluaran sesuai dengan AWP; 8. Menyusun SOP Bidang Keuangan 9. Membantu Bendahara dalam pemotongan dan penyetoran pajak sesuai dengan ketentuan Undang-undang perpajakan yang berlaku dan mengoordinasikan laporan. 10. Membantu NPD/DNPD/SNPD dalam pelaksanaan tugas lain di dalam pelaksanaan proyek. 11. Bertanggung jawab kepada NPM. Halaman 43 dari 83

51 12. Mengkoordinasikan asisten akuntansi dan asisten verifikasi Pejabat Administrasi 1. Menyusun rencana anggaran dan program kerja; 2. Menyusun juklak dan juknis di bidang Kesekretariatan di PMU; 3. Melaksanakan tata alir surat masuk dan keluar dan mendokumentasikannya; 4. Menyusun laporan pelaksanaan program kerja termasuk jadwal kerja program 5. Mengoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan program termasuk jadwal kegiatan kerja; 6. Memfasilitasi pencatatan dan dokumentasi serta notulensi keputusan rapat; 7. Menyusun SOP Bidang Administrasi dan Program. 8. Membantu NPD/DNPD/SNPD dalam pelaksanaan tugas lain di dalam pelaksanaan proyek. 9. Bertanggung jawab kepada NPM melalui Deputi NPM. 10. Mengkoordinasikan asisten di bawahnya PIU (Project Implementation Unit): Untuk mengamankan substansi materi dari proyek, PMU akan dibantu oleh Project Implementation Units (PIU), meliputi: 1. Direktorat Industri Logam Dasar dan, 2. Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan; Mempunyai tugas : - Mengkoordinasikan sektor industri dan perusahaan yang dibina; Halaman 44 dari 83

52 - melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program sesuai kebutuhan di sektor industri. 1. Balai Besar Logam dan Mesin. 2. Balai Besar Pulp dan Kertas, Mempunyai tugas : - Menyusun panduan teknis untuk sektor industri baja dan sektor industri pulp dan kertas. - Melaksanakan pelatihan sesuai dengan panduan teknis yang disusun. Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap industri dan RCs merujuk dari panduan teknis yng telah disusun Halaman 45 dari 83

53 Gambar 2. Struktur Organisasi Proyek Halaman 46 dari 83

54 3.5. Konsultan Lapangan NMC (National Management Consultant): NMC memiliki tanggung jawab dalam mengkoordinir, memonitor, mengevaluasi dan melaporkan keseluruhan aktivitas kepada NPD selama masa proyek. NMC akan berkoordinasi dengan PMU dan PIU dalam penerapan substansi materi selama implementasi proyek. NMC akan mengkoordinasikan RC dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi standard dan kinerja program Tugas dan Tanggung Jawab Teknis NMC 1. Menganalisa data yang berasal dari penilaian energi dan emisi oleh RC dari semua perusahaan terpilih. 2. Menyiapkan baseline mengenai intensitas dan konsumsi energi dari semua perusahaan terpilih. 3. Mempersiapkan baseline dari faktor emisi dari semua perusahaan terpilih. 4. Melakukan verifikasi terhadap dokumen yang difasilitasi oleh RC. Adapun dokumen-dokumen tersebut, adalah : i. Data hasil Audit dan Asesmen Energi; ii. Data baseline; iii. Technology Need Assesment setiap Perusahaan; iv. Bussiness Plan; v. SOP pelaksanaan No Cost dan Low Cost vi. Pre-Feasibility Study setiap perusahaan; 5. Mengevaluasi Pra-Studi Kelayakan (Pre-FS) untuk semua perusahaan yang telah difasilitasi RC yang melingkupi kemungkinan audit investasi yang potensial. Halaman 47 dari 83

55 6. Menyusun Studi Kelayakan (FS) dan Investment Grade Audit (IGA) untuk semua dokumen Pre-FS yang telah difasilitasi RC. 7. Memperkirakan potensi penghematan biaya dan energi serta pendapatan dari carbon finance dari kegiatan efisiensi energi berkoordinasi dengan RC dan EC. 8. Menilai kelayakan pengurangan emisi gas rumah kaca di industri terpilih berkoordinasi dengan RC dan EC. 9. Menyusun konsep roadmap pengurangan emisi gas rumah kaca. 10. Melaksanakan dan mempersiapkan pelatihan untuk pengaturan tim penggerak energi (Energy Action Team) di masing-masing perusahaan. 11. Mempersiapkan dan mengembangkan Sistem Manajemen Informasi untuk Energi dan Emisi (SMIEE) yang akan dipublikasikan melalui website Kementerian Perindustrian. 12. Membantu penyusunan rencana kerja tindak lanjut Program ICCTF fase selanjutnya. 13. Finalisasi target pengurangan emisi dan konsep Pilot Project Tanpa Biaya dan Berbiaya Rendah terkait konservasi energi dan pengurangan emisi CO Tugas dan Tanggung Jawab Manajemen NMC 1. Mengembangkan koordinasi yang efektif dan efisien dengan NPD di semua kegiatan. 2. Mengembangkan koordinasi yang efektif dan efisien dengan RC dalam kegiatan audit energi dan emisi 3. Mempersiapkan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis Audit Energi dan Emisi untuk RC. Halaman 48 dari 83

56 4. Mengadakan konsultasi dengan perwakilan dari industri terpilih dalam rangka menetapkan langkahlangkah yang akan dicapai untuk pengurangan intensitas konsumsi energi dan emisi. 5. Memastikan RC untuk berkomunikasi dengan industri terpilih dalam menilai kemungkinan implementasi Pilot Project Energy Services Company (Tanpa Biaya, Biaya Rendah, Biaya Menengah dan Biaya Tinggi) 6. Membuat laporan tertulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dan dilaporkan ke NPD melalui PMU RC (Regional Consultant) RC mempunyai tanggung jawab memberikan layanan teknis dalam mengkoordinasi, memonitor, mengevaluasi dan melaporkan keseluruhan aktivitas di tingkat daerah ke NMC dan NPD. RC harus membangun komunikasi dengan pemerintah daerah mengenai pentingnya program dan mendorong pemerintah untuk berkontribusi dalam keberhasilan program, diharapkan pemerintah daerah dapat berkontribusi dengan menyusun peraturan daerah terkait. RC didukung oleh Manajer Area dalam mengelola kegiatan di industri terpilih. Manajer Area mempunyai tanggung jawab untuk mengkoordinir implementasi kegiatan berkoordinasi dengan auditor dan fasilitator. Tim auditor dan fasilitator bekerja dengan tim aksi energi di industri terpilih. Manajer Area membantu RC untuk mengkomunikasikan program ini dengan pemerintah lokal dan mengawasi tim fasilitator. Halaman 49 dari 83

57 Tugas dan Tanggung Jawab Teknis RC 1. Mengimplementasikan pedoman umum dan pedoman teknis yang disiapkan oleh NPD. 2. Melakukan semua rangkaian audit energi yang terdiri dari audit energi, konservasi energi dan kalkulasi inventarisasi emisi di perusahaanperusahaan terpilih. 3. Melakukan semua rangkaian audit emisi yang terdiri dari mengumpulkan data emisi dari energi, proses produksi dan limbah yang dihasilkan di perusahaanperusahaan terpilih. 4. Mengidentifikasi pelaksanaan potensi penghematan energi dan merekomendasikan rencana aksi perusahaan terkait efisiensi energi. 5. Mengidentifikasi dan menghitung emisi gas rumah kaca di perusahaan-perusahaan terpilih. 6. RC bertindak sebagai fasilitator dan pendamping industri untuk membuat dokumen berikut : i. Data hasil Audit dan Asesmen Energi; ii. Data baseline; iii. Technology Need Assesment setiap Perusahaan; iv. Bussiness Plan; v. SOP pelaksanaan No Cost dan Low Cost; vi. Pra-Study Kelayakan setiap perusahaan; 7. Mengorganisir rekomendasi yang dihasilkan dari pelaksanaan efisiensi energi berdasarkan kriteria proyek tanpa biaya, berbiaya rendah, berbiaya menengah dan berbiaya tinggi. 8. Menetapkan tingkat prioritas dari implementasi konservasi energi dan pengurangan emisi lebih lanjut untuk kemudian diikuti dengan pra studi kelayakan. Pra-Studi Kelayakan mengandung Halaman 50 dari 83

58 informasi dan analisis keuangan, tekno ekonomi dan disain teknis. 9. Menyiapkan pelatihan untuk pembentukan Energy Action Team (EAT) di masing-masing perusahaan. Melalui tugas ini, RC perlu mengumpulkan informasi dan hasil audit energy sebelumnya untuk diuji coba di sektor industri yang berbeda dan mengkaji kesesuaian rekomendasi apabila tidak sesuai, RC mengidentifikasi hambatan seperti keterbatasan keuangan. Untuk mendukung data diatas beberapa informasi berikut harus dikumpulkan, yaitu: - Langkah-langkah efisiensi energi dan pengurangan emisi CO 2 yang sudah diimpelementasikan oleh industri terpilih. - Implementasi teknologi baru yang sudah ada maupun yang sedang direncanakan Tugas dan Tanggung Jawab Managemen RC 1. Mengembangkan koordinasi yang efektif dan efisien dengan NPD dan Konsultan (PMU, NMC dan RC) di semua kegiatan. 2. Mengembangkan koordinasi yang efektif dan efisien dengan industri terpilih di semua tingkatan aktivitas audit 3. Melakukan konsultasi dengan perwakilan dari perusahaan terpilih untuk menentukan rencana aksi perusahaan terkait pengurangan intensitas konsumsi energi dan emisi. Halaman 51 dari 83

59 4. Mengumpulkan semua informasi yang berhubungan emisi dan energi di perusahaan terpilih. 5. Mempersiapkan laporan berdasarkan format pelaporan yang telah diberikan NMC. 6. Mempersiapkan laporan bulanan perihal kemajuan proyek kepada NMC. 7. Mempersiapkan Pra-Studi Kelayakan untuk masingmasing perusahaan terpilih. 8. Mempersiapkan laporan pengeluaran untuk survey energi dan emisi kepada NPD. 9. Semua laporan audit ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris EC (Evaluation Consultant) EC mempunyai tanggung jawab melakukan evaluasi kesesuaian antara rencana program dan pelaksanaannya yang dilakukan oleh NMC dan RC untuk masing-masing sektor industri. Berdasarkan Project Document, AWP dan TOR layanan teknis, EC mengkoordinasikan, memonitor, mengevaluasi dan melaporkan keseluruhan aktivitas di tingkat daerah kepada NMC dan NPD. EC harus membangun komunikasi yang efektif dan efisien dengan NMC dan RC Tugas dan Tanggung Jawab Teknis EC Melakukan evaluasi pelaksanaan program sesuai dengan : 1. Rencana dan pelaksanaan program untuk masingmasing sektor industri yang dilakukan oleh NMC dan RC berdasarkan Project Document, AWP dan TOR. Halaman 52 dari 83

60 2. Pelaksanaan pedoman teknis yang disiapkan oleh NPD di lapangan. 3. Tata cara pelaksanaan audit energi dan konservasi energi & kalkulasi inventarisasi emisi yang dilakukan oleh NMC dan RC. 4. Rekomendasi dan masukan untuk perbaikan Tugas dan Tanggung Jawab Administrasi EC 1. Mengembangkan koordinasi yang efektif dan efisien dengan NPD/DNPD/PMU, NMC dan RC. 2. Melakukan evaluasi pelaksanaan program di NMC dan RC untuk seluruh output. 3. Menyiapkan semua laporan dalam Bahasa Indonesia dna Bahasa Inggris. Halaman 53 dari 83

61 BAB IV PENUTUP 4.1. TRANSPARANSI Pelaksanaan Kegiatan ICCTF Kementerian Perindustrian secara administratif maupun operasional mengacu kepada: 1. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri. 2. Pelaksanaan program yang dibiayai UNDP mengacu kepada Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Kegiatan Hibah UNDP (Project Management Implementation Guideline - PMIG) Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa mengacu kepada Keputusan Presiden No. 80 tahun 2003 dan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah yang bertujuan untuk mengatur pelaksanaan pengadaan barang/jasa, untuk yang sebagian atau seluruhnya dibiayai APBN/APBD sehingga pelaksanaan pengadaan barang/jasa dapat dilakukan secara efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. Halaman 54 dari 83

62 Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yakni : Efisien berarti pelaksanaan program termasuk pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggung jawabkan. Efektif berarti pelaksanaan program termasuk pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai program, pengadaan barang/jasa, administrasi dan kontrak yang dipublikasikan melalui portal resmi Kementerian Perindustrian. Transparansi dalam pelaksanaan program harus dilaksanakan para pelaku, yaitu dari tingkat National Project Director (NPD), Project Management Unit (PMU) dan dapat diakses oleh semua pihak yang berkepentingan untuk memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan seperti konsep program, kebijakan & keputusan yang dibuat, kegiatan-kegiatan, dana yang diperoleh, dan pihak yang mendapat manfaat dari program AKUNTABILITAS Selain wajib menerapkan prinsip transparansi, program ini juga menerapkan prinsip akuntabilitas dalam proses Halaman 55 dari 83

63 pengambilan keputusan dan pengelolaan kegiatan serta keuangan. Penerapan prinsip akuntabilitas harus ditaati secara konsisten oleh semua pelaku program, tanpa terkecuali. Akuntabilitas ini pada dasarnya dapat dilakukan dengan memberikan peluang kepada semua pihak yang berkepentingan untuk melakukan audit, bertanya dan atau menggugat pertanggungjawaban para pengambil keputusan terkait dengan kepentingan umum. Adapun aktivitas yang akan dilakukan, diantaranya adalah: a. Konsultasi Publik b. Rapat Koordinasi c. Rapat Bulanan d. Audit dan Pemeriksaan 4.3. PELAPORAN Format laporan dan kesimpulan ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang kemudian akan disampaikan kepada NPD. Laporan-laporan tersebut harus dirumuskan sebagai Laporan Khusus yang terdiri atas sebagai berikut: 1. Laporan Triwulan Informasi yang tertuang dalam laporan triwulan, menjadi dasar bagi program manager untuk melaksanakan: Update Issues Log. Pelaporan triwulanan yang disampaikan oleh NPD akan menjadi input dalam sistem ATLAS dalam rangka memutakhirkan Issues Log. Hal ini bertujuan untuk memantau penyelesaian permasalahan (jika ada) yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan. Halaman 56 dari 83

64 Update Risks Log. Pelaporan triwulanan juga harus disertakan pada Risks Log yang muktahir sesuai Project Document. Jika ada potensi risiko yang baru ditemukan dan mendapatkan kesepakatan dari Project Board untuk dilaporkan ke UNDP karena akan sangat mempengaruhi pelaksanaan kegiatan, perlu segera dicantumkan dalam sistem ATLAS supaya bisa termonitor dengan baik. Lessons-learned Log. Agar proses pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan kegiatan ini perlu dicatat dengan baik untuk perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan program selanjutnya. 2. Laporan Tahunan Laporan tahunan disusun oleh project/programme manager sesuai arahan NPD dan disampaikan kepada Project Board untuk mendapatkan pengesahan. Format laporan tahunan menggunakan format yang digunakan dalam penyusunan laporan triwulan. Hal ini dimaksudkan agar setiap progres pencapaian kegiatan untuk setiap komponen pada setiap triwulan dapat tercatat secara berlanjut dan dilaporkan, termasuk permasalahan dan pembelajarannya. Berdasarkan laporan tahunan, Project Board melakukan review atas pelaksanaan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Hasil review dapat menjadi bagian dari laporan akhir kegiatan. Laporan tahunan dan hasil review-nya menjadi salah satu masukan dalam penyusunan rencana kerja tahun berikutnya. Laporan Halaman 57 dari 83

65 tahunan tersebut selanjutnya disampaikan kepada Bappenas, instansi yang bersangkutan dan UNDP. Dalam hal keuangan kegiatan, seluruh pengeluaran kegiatan selama tahun yang bersangkutan baik dari komponen yang menjadi tanggung jawab NPD maupun UNDP harus dituangkan ke dalam Combined Delivery Report (CDR). CDR bersumber dari sistem manajemen ATLAS dan mendapatkan pengesahan dari NPD. Pembagian pencatatan bagian pendanaan yang menjadi tanggung jawab NPD harus dipisahkan secara jelas dengan bagian yang menjadi tanggung jawab UNDP. 3. Laporan Akhir Final Report Setelah kegiatan berakhir, Programme/Project Manager atas supervisi dari NPD menyusun laporan akhir kegiatan. Ruang lingkup laporan ini mencakup substansi pencapaian output kegiatan, permasalahan dan upaya penyelesaian permasalahan tersebut, dan rekomendasi upaya yang harus terus dilaksanakan untuk menjamin keberlangsungan program/proyek. Laporan akhir kegiatan disampaikan kepada semua pihak yang terkait seperti Bappenas, UNDP, instansi yang bersangkutan dan Departemen Keuangan. Halaman 58 dari 83

66 DAFTAR PUSTAKA Department Pekerjaan Umum Pedoman Umum PNPM Perkotaan Dirjen Cipta Karya. Jakarta P2KP Pedoman Pelaksanaan Tata Cara Invoice. Jakarta. BAPPENAS UNDP Project Management Implementation Guideline / Pedoman Pengelolaan Kegiatan Hibah UNDP. Jakarta Kementerian Lingkungan Hidup Standar Prosedur Operasional Proyek dana Hibah. Jakarta. Halaman 59 dari 83

67 LAMPIRAN A LOKASI SASARAN DAN NAMA PERUSAHAAN Halaman 60 dari 83

68 Halaman 61 dari 83

69 LAMPIRAN B PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEGIATAN ICCTF DAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 1. Administrasi Keuangan 1.1. Persyaratan umum pengeluaran dana Pengeluaran dana dilakukan apabila memenuhi unsur-unsur berikut: 1. Tujuan pengeluaran sesuai dengan yang telah ditetapkan dan tercakup dalam anggaran yang telah direncanakan. Tujuan pengeluaran harus sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai sebagaimana yang tercantum dalam dokumen rencana alokasi anggaran. 2. Pengeluaran dana harus disetujui oleh NPM, DNPD atau NPD. 3. Pelaksanaan pengeluaran anggaran harus dilaksanakan secara hemat, riil, dan transparan Penyimpanan, pengeluaran dan pelaporan keuangan 1. Penerimaan dan penyimpanan dana dilakukan melalui rekening koran yang dibuka di bank milik Pemerintah dengan menggunakan nama Program ICCTF-MOI. 2. Untuk pencairan dana, FA menerbitkan voucher pembayaran (Surat Perintah Membayar) yang ditanda tangani oleh NPM, diperiksa/review oleh NPD/DNPD atau petugas yang ditunjuk dan disetujui oleh NPD/DNPD sesuai dengan besaran Halaman 62 dari 83

70 pengeluaran. 3. Pembayaran kepada pihak ketiga dengan besaran melebihi 5 juta rupiah harus ditransfer melalui bank. 4. Seluruh transaksi perbankan termasuk penerimaan, pengiriman, pengembalian serta penarikan uang tunai dari bank harus dicatat dalam buku bank. 5. Rekonsiliasi laporan bank dengan pembukuan dilakukan setiap bulan. 6. Persediaan uang tunai sebagai kas kecil pada kantor unit ICCTF-MOI ditetapkan sebesar Rp. 10,000,000 dan menganut sistem pengelolaan kas kecil yang diakui oleh prinsip akuntansi pemerintah dengan pengelolaan diatur oleh NPM. 7. Pengeluaran keuangan yang dapat dilakukan melalui kas kecil adalah pengeluaran untuk operasional harian kantor (tidak termasuk gaji dan biaya perjalanan dinas). Semua pengeluaran dari kas kecil harus disetujui oleh NPM sebelum transaksi dilakukan. 8. Semua bentuk pengeluaran kas kecil harus diajukan ke FA, kemudian FA meminta persetujuan NPM sebelum dana dikeluarkan. 9. Pengisian kembali (replenishment) dilakukan setiap actual saldo kas kecil minimal Rp (dua juta lima ratus ribu rupiah), dengan melampirkan laporan penggunaan kas kecil, permintaan pengisian dana kas kecil yang diajukan oleh FA kepada NPM. 10. Semua bentuk pengeluaran dan pembayaran Halaman 63 dari 83

71 harus dipertanggungjawabkan dalam bentuk kwitansi pengeluaran, pembayaran dan penerimaan serta dilaporkan di dalam laporan keuangan bulanan. 11. Laporan Keuangan per kwartal ICCTF-MOI, harus dilengkapi dengan copy Bank Book, Bank Reconciliation dan Statement, Money Expenditure, Financial Report dan Face Form, serta Cash Book dan laporan penggunaan Petty Cash. Laporan keuangan yang dilengkapi dengan copy dokumen pendukung dapat dikirim ke UNDP setelah direview oleh NPD/DNPD atau petugas yang ditunjuk dan disetujui oleh NPD/DNPD Periode Pengiriman Laporan Keuangan 1. PMU ICCTF-MOI berkewajiban mengirimkan laporan keuangan bulanan, tiga bulanan dan tahunan kepada UNDP. 2. Laporan keuangan bulan berjalan harus disampaikan ke UNDP setiap tanggal 10 pada bulan berikutnya.. 3. Laporan keuangan tiga bulanan dan laporan keuangan tahunan harus dilengkapi dengan Rencana Kegiatan periode berikutnya 4. Laporan tahunan tahun berjalan disampaikan pada tanggal 10 Januari tahun berikutnya Batas waktu pengiriman laporan tiga bulanan dan workplan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Halaman 64 dari 83

72 Timeline Pengiriman Laporan Keuangan dan Workplan Periode Kegiatan Timeline (diterima di UNDP) Workplan Laporan Keuangan Q1 (Kwartal 1): Des 10 April Januari 31 Maret Q2 (Kwartal 2): 01 April 10 April 10 Juli 30 Juni Q3 (Kwartal 3): 01 Juli 10 Juli 10 Okt 30 Sept. Q4 (Kwartal 4): 01 Okt. 10 Okt 10 Des 31 Desember 2. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Monitoring dan Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan realisasi pelaksanaan kegiatan, mengetahui permasalahan yang muncul di dalam pelaksanaan, sehingga alternatif pemecahannya dapat dilakukan secepat mungkin, sehingga memperlancar pelaksanaan kegiatan dan pencapaiaan sasaran. 1. Monitoring pelaksanaan kegiatan program dan administrasi dilakukan secara berjenjang, ditingkat NPM evaluasi dilakukan terhadap FO, AA, FA dan AA; di tingkat NPD evaluasi terhadap NPM dilakukan setiap 6 bulan. 2. Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap laporan yang disampaikan oleh NPM kepada NPD dan UNDP. 3. Laporan terdiri dari laporan kegiatan, dan output yang dihasilkan, notulensi pertemuan, serta laporan keuangan. Halaman 65 dari 83

73 4. Pelaporan kegiatan dilakukan setiap berakhirnya kegiatan seperti yang tertera di dalam workplan. 5. Waktu pelaporan kegiatan paling lambat 1 (satu) minggu setelah pelaksanaan, sedangkan laporan keuangan disampaikan sesuai jadwal yang sudah disepakati antara KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN dan UNDP. 6. Pelaporan kegiatan per triwulan dilakukan setelah berakhirnya kuartal, paling lambat 3 minggu setelah kwartal berakhir. 7. Kompilasi pelaporan harus dikonsolidasikan dan disetujui oleh NPD sebelum disampaikan ke UNDP. 3. Tata Tertib Pengadaan Barang dan Inventarisasi 1. Pengajuan pengadaan barang dilakukan oleh NPM dan disetujui oleh NPD, serta barang yang dibeli harus sesuai dengan yang tertera pada AWP. 2. Cara Pengadaan barang/barang inventaris harus dilakukan mengikuti peraturan yang berlaku. 3. Seluruh barang yang dibeli harus dicantumkan dalam daftar inventaris dan diberi penomoran mengikuti standar yang berlaku di UNDP dan kondisinya dilaporkan kepada NPD dan UNDP setiap bulannya. Laporan inventori ini disiapkan oleh AA, disetujui oleh NPM dan DNPD. 4. Barang inventaris program yang dibeli dengan dana NEX, setelah mendapat persetujuan UNDP dapat diserahkan kepada Kementerian Perindustrian setelah proyek selesai. 5. Kewenangan dan persetujuan pencairan dana untuk pembelian barang dilakukan oleh NPD. 6. Barang di dalam daftar inventori ICCTF-MOI tidak Halaman 66 dari 83

74 diasuransikan. 7. Pada akhir masa proyek semua barang di dalam daftar inventori ini akan diserahkan ke Kementerian Perindustrian. 4. Tata Administrasi Kantor Secara umum peraturan operasional kantor mengikuti peraturan yang berlaku, dan diberlakukan kepada Seluruh Staf PMU, yaitu: 1. Jam kerja dimulai pkl dan berakhir pkl Senin sampai Jum at. Total jam kerja adalah 40 jam per minggu, termasuk istirahat makan siang antara jam Total jam kerja tersebut di atas termasuk jam kerja yang dilakukan di luar kantor, sepanjang disetujui oleh Kepala NPD/DNPD. 2. Absensi kehadiran harus ditandatangani NPM, FA dan AA setiap hari kehadiran dan diperiksa oleh DNPD atau petugas yang ditunjuk. 3. Ijin sakit lebih dari dua hari kerja berturut-turut harus disertai dengan surat keterangan dokter. Jumlah hari tidak hadir lebih dari 4 hari per bulan akan dipotong dari 12 hari hak cuti per tahun. 4. Gaji dibayarkan setiap tanggal 25 setiap bulan, dilampiri dengan daftar hadir. 5. Cuti tahunan staf program sebanyak 12 hari kerja selama satu tahun, diajukan sebulan sebelumnya, dan harus diambil paling banyak pada 2 periode pelaksanaan. NPM, FA dan AA dapat menggunakan hak cutinya setelah 6 bulan bekerja. 6. Cuti nikah dan cuti melahirkan mengikuti aturan dari Depnaker. 7. Ketidak hadiran diluar peraturan yang berlaku harus Halaman 67 dari 83

75 sepengetahuan NPM (untuk AA dan FA) dan sepengetahuan NPD/DNPD atau petugas yang ditunjuk NPD (untuk NPM). Resources yang dibutuhkan untuk kelancaran pelaksanaan projek harus dibuat available pada saat AA, FA atau NPM tidak hadir. Biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan kelalaian melakukan ini menjadi tanggung jawab masing-masing dan tidak dapat diambil dari projek. 8. Kantor sekretariat dimungkinkan menyediakan kendaraan roda empat untuk operasional kantor. Jika tidak menggunakan kendaraan operasional kantor, maka akan diganti sebesar ongkos taxi. Jika menggunakan kendaraan pribadi maka pergantian biaya perjalanan dapat dilakukan dengan menggunakan rate penyewaan kendaraan, biaya supir, bahan bakar dan tol. 9. NPM, AA dan FA harus dapat bekerja sama dengan baik dalam melaksanakan kegiatan yang mendukung program secara profesional, transparant dan bertanggung jawab. 10. Semua bentuk pengeluaran petty cash, harus seijin NPM terlebih dahulu sebelum dikeluarkan. NPM dapat meminta AA dan FA mengganti pengeluaran yang dikeluarkan untuk projek yang dilakukan tanpa sepengetahuan NPM. 11. AA dan FA bertanggung jawab terhadap NPM, NPM bertanggung jawab terhadap NPD. Tugas dan wewenang masing-masing tertuang didalam kontrak kerja. Halaman 68 dari 83

76 LAMPIRAN C Prosedur Pelaksanaan Pembayaran Tagihan Jasa Konsultan 1. Klasifikasi Berdasarkan Jenis Kegiatan Prosedur pembayaran tagihan jasa konsultan yang memakai mekanisme at cost dibagi atas : 1. Remunerasi Tenaga Ahli (Remuneration); PPh pasal 21 dan asuransi 2. Biaya Transportasi dan Biaya Perjalanan Dinas Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung; 3. Biaya Sewa Kantor; PPh pasal Biaya Operasional Kantor; 5. Sewa Peralatan Kerja; PPh pasal Biaya Komunikasi; 7. Tunjangan Perumahan; PPh pasal Sewa Kendaraan; PPh pasal Biaya Pembuatan Laporan Hasil Kegiatan Konsultan; 10. Biaya Lain-Lain. 2. Remunerasi 2.1. Tujuan Verifikasi 1. Remunerasi yang dibayarkan sesuai dengan waktu yang sebenarnya digunakan oleh tenaga ahli yang bersangkutan; dan didukung dengan dokumen penagihan yang sah/valid; 2. Tenaga ahli yang dipekerjakan sesuai dengan daftar tenaga ahli yang diusulkan dalam dokumen teknis atau tenaga ahli pengganti yang telah disetujui pihak proyek. Halaman 69 dari 83

77 2.2. Langkah Kerja 1. Remunerasi dibayarkan sesuai dengan waktu yang digunakan oleh tenaga ahli yang bersangkutan; dan didukung dengan dokumen penagihan yang sah/valid; 2. Periksa dokumen Daftar Hadir (Time Sheet) tenaga ahli; bandingkan dengan kuantitas (waktu) yang diperhitungkan dalam tagihan pembayaran periode yang bersangkutan; Perhatikan kemungkinan tenaga ahli yang bersangkutan cuti, sakit, melakukan perjalanan ke luar kota, sedangkan remunerasi tetap ditagihkan/dibayarkan; 3. Bandingkan tanda tangan tenaga ahli dalam Daftar Hadir (time sheet) dengan tanda tangan dalam CV. 4. Lakukan perhitungan kembali atas jumlah-jumlah dalam tagihan gaji tenaga ahli. 5. Untuk tenaga ahli asing, mintakan copy passport dari tenaga ahli yang bersangkutan; Lakukan analisis terhadap data kehadiran dan jumlah waktu yang ditagihkan, dengan data keberadaan konsultan di Indonesia, untuk mendeteksi kemungkinan personel yang bersangkutan berada di luar negeri atau cuti, tetapi tetap diperhitungkan dalam tagihan biaya remunerasinya, karena biaya remuneration sudah terkandung biaya sosial berupa : cuti, sakit, dan home leave. Periksa data Arrival dan Departure pada passport, untuk mendapatkan data keberadaan personel di Indonesia. 6. Tenaga ahli yang dipekerjakan sesuai dengan daftar tenaga ahli yang diusulkan dalam dokumen teknis atau tenaga ahli pengganti yang telah disetujui pihak proyek. Halaman 70 dari 83

78 7. Pembayaran remunerasi kepada tenaga ahli, telah dilengkapi dengan pembayaran PPh pasal 21 atas penghasilan tenaga ahli yang bersangkutan. Surat Setoran Pajak terlampir sebagai data pendukung. 8. Kesimpulan atas langkah kerja tersebut, meliputi kelengkapan dokumen pendukung. 3. Transportasi dan Perjalanan Dinas 3.1. Tujuan Verifikasi 1. Biaya transportasi dan perjalanan dinas dibayarkan dalam jumlah yang benar sesuai dengan kontrak dan orang-orang yang melakukan perjalanan dinas adalah nama-nama yang tercantum dalam kontrak (didukung dokumen yang valid); 2. Kegiatan transportasi dan perjalanan dinas (tujuan maupun lama perjalanan) dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam kontrak. 3. Untuk meyakini bahwa tarif DSA telah diperhitungkan dengan benar 3.2. Langkah Kerja Biaya transportasi dan perjalanan dinas dibayarkan dalam jumlah yang benar sesuai dengan nama-nama yang tercantum dalam kontrak (didukung dokumen yang valid); 1. Hitung jumlah pembayaran biaya transportasi dan perjalanan dinas tenaga ahli dan tenaga pendukung; 2. Setiap perjalanan dinas oleh tenaga ahli telah didukung dengan dokumen perjalanan dinas sesuai dengan nama-nama yang tercantum Halaman 71 dari 83

79 dalam kontrak atau bukti dokumen keberadaannya di tujuan perjalanan; 3. Kegiatan transportasi dan perjalanan dinas (tujuan maupun lama perjalanan) dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam kontrak; bandingkan waktu dan tujuan perjalanan dinas konsultan yang ditagihkan dengan rencana perjalanan serta lokasi pekerjaannya yang terdapat dalam kontrak. 4. Tarif DSA telah diperhitungkan dengan benar, dan perhitungan DSA telah sesuai dengan biaya hotel bintang III setempat (lokasi tujuan). 5. Dapatkan informasi mengenai tariff hotel di kota tujuan perjalanan melalui media cetak atau media lain yang valid. Berdasarkan informasi tersebut, lakukan analisis terhadap kewajaran tarif DSA. 6. Kesimpulan atas langkah kerja tersebut, meliputi kelengkapan dokumen pendukung. 7. Periksa keabsahan dokumen pendukung perjalanan antara lain: Keabsahan dokumen perjalanan dinas dan pihak yang menandatangani surat jalan; keabsahan tiket perjalanan. Untuk tiket pesawat udara, teliti keabsahan tiket dengan memeriksa pertinggal lembaran tiket dan menganalisis data tiket seperti data agen, tahun penerbitan tiket, nomor seri tiket dan cap agen, serta Boarding Pass. Halaman 72 dari 83

80 4. Sewa Kantor 4.1. Tujuan Verifikasi 1. Tagihan biaya sewa kantor diperhitungkan berdasarkan harga pasar yang berlaku setempat/wajar, serta didukung dengan dokumen pendukung yang memadai; 2. Jumlah tagihan telah sesuai dengan periode penggunaan kantor oleh pihak konsultan Langkah Kerja 1. Lakukan penghitungan kembali jumlah yang mendukung pembayaran biaya sewa kantor; 2. Lakukan analisis kewajaran tarif sewa kantor dengan: a. membandingkan harga sewa kantor pada kontrak dengan kontrak lain pada lokasi yang sama dan waktu yang sama atau tahun sebelumnya; b. mendapatkan informasi harga sewa kantor pada lokasi kegiatan dengan melakukan konfirmasi di lapangan, atau dari media lain (media cetak) yang valid jika dianggap perlu; kemudian membandingkannya dengan tarif sewa pada kontrak; c. Amati kondisi ruang kantor dan perlengkapannya, apakah layak atau tidak berlebihan/tidak mewah; d. Verifikasi, apakah penyewaan kantor oleh pihak konsultan telah didukung dengan dokumen kontrak sewa menyewa yang sah (copy KTP pemilik kantor dan pihak konsultan harus dilampirkan); Halaman 73 dari 83

81 e. Wawancara/konfirmasi kepada pemilik kantor yang disewakan guna meyakini kebenaran besar sewa dan keabsahan penyewaan kantor oleh konsultan. f. Jumlah tagihan telah sesuai dengan periode penggunaan kantor oleh pihak konsultan; lakukan analisis untuk meyakinkan bahwa jumlah waktu yang diperhitungkan dalam tagihan kontrak telah sesuai dengan periode penggunaan kantor yang sesungguhnya, dengan membandingkan dengan data terkait seperti saat dimulainya mobilisasi, dokumen tiket mobilisasi, bukti lapor diri, laporan bulanan kegiatan konsultan, daftar hadir personel, dan kegiatan pelatihan awal.; g. Kesimpulan atas langkah kerja tersebut, meliputi kelengkapan dokumen pendukung h. Teliti kemungkinan penggunaan satu kantor oleh dua perusahaan konsultan, dengan meneliti alamat kantor untuk perusahaanperusahaan konsultan yang beroperasi di lokasi yang sama atau dengan melakukan pengamatan fisik ke lokasi ataupun dengan wawancara/konfirmasi dengan pegawai konsultan. 5. OPERASIONAL KANTOR 5.1. Tujuan Verifikasi 1. Biaya operasional kantor dibayarkan dalam jumlah dan tarif yang benar serta didukung dengan dokumen pendukung yang memadai Halaman 74 dari 83

82 2. Biaya operasional kantor diperhitungkan sesuai dengan periode yang sesungguhnya terpakai 5.2. Langkah kerja 1. Biaya operasional kantor dibayarkan dalam jumlah dan tarif yang benar serta didukung dengan dokumen pendukung yang memadai, lakukan: a. penghitungan kembali jumlah yang mendukung pembayaran biaya operasional kantor b. pemeriksaan, apakah tarif biaya telah diperhitungkan sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan dalam kontrak/anggaran biaya. 2. Biaya operasional kantor diperhitungkan sesuai dengan periode yang sesungguhnya terpakai, lakukan: a. Periksa, apakah biaya diperhitungkan berdasarkan periode yang sebenarnya dipergunakan, khususnya pada awal dan akhir periode kontrak. b. Lakukan analisis dengan data mobilisasi, laporan kedatangan konsultan, dan daftar hadir. 3. Kesimpulan atas langkah kerja tersebut, meliputi kelengkapan dokumen pendukung 6. SEWA PERALATAN KERJA 6.1. Tujuan Verifikasi 1. Untuk meyakini bahwa tagihan biaya sewa peralatan kerja dibayarkan dalam jumlah dan tarif yang wajar serta didukung dengan dokumen pendukung yang memadai. Halaman 75 dari 83

83 2. Untuk meyakini bahwa jumlah tagihan telah sesuai dengan periode penggunaan peralatan kerja oleh pihak konsultan 6.2. Langkah kerja 1. Untuk meyakini bahwa tagihan biaya sewa peralatan kerja dibayarkan dalam jumlah dan tarif yang benar serta didukung dengan dokumen pendukung yang memadai; lakukan prosedur Verifikasi sebagai berikut: a. Lakukan penghitungan kembali jumlah yang mendukung pembayaran biaya sewa peralatan kerja; b. Periksa apakah tarif sewa peralatan kerja telah ditetapkan secara wajar dengan melakukan pembandingan pada kontrak lain, atau melakukan konfirmasi harga jika dianggap efektif; c. Lakukan analisis, apakah jumlah dan jenis peralatan kerja yang diperhitungkan dalam tagihan dalam batas-batas yang wajar sesuai dengan kapasitas/kebutuhan pekerjaanya; d. Verifikasi, apakah penyewaan peralatan kerja oleh pihak konsultan telah didukung dengan dokumen kontrak sewa peralatan kerja yang sah; e. Lakukan wawancara/konfirmasi dengan pemilik peralatan kerja guna meyakini kebenaran besar sewa dan keabsahan penyewaan peralatan kerja oleh konsultan. Halaman 76 dari 83

84 2. Untuk meyakini bahwa jumlah tagihan telah sesuai dengan periode penggunaan peralatan kerja oleh pihak konsultan; lakukan analisis untuk meyakinkan bahwa jumlah waktu yang diperhitungkan dalam tagihan kontrak telah sesuai dengan periode penggunaan peralatan kerja yang sesungguhnya, bandingkan dengan data terkait dokumen mobilisasi,bukti lapor diri, laporan bulanan kegiatan konsultan, daftar hadir personel, dan kegiatan pelatihan awal. 7. KOMUNIKASI 7.1. Tujuan Verifikasi 1. Untuk meyakini bahwa tagihan biaya komunikasi didukung dengan dokumen pendukung yang memadai. 2. Untuk meyakini bahwa jumlah tagihan telah sesuai dengan periode penggunaan komunikasi kantor oleh pihak konsultan dan berdasarkan keperluan yang wajar/hemat Langkah Kerja 1. Untuk meyakini bahwa tagihan biaya komunikasi didukung dengan dokumen pendukung yang memadai. a. Lakukan penghitungan kembali jumlah yang mendukung pembayaran biaya komunikasi; b. Verifikasi, apakah penyewaan alat komunikasi (jika ada) oleh pihak konsultan telah didukung dengan dokumen kontrak yang sah; Halaman 77 dari 83

85 c. Lakukan wawancara/konfirmasi dengan pemilik alat guna meyakini kebenaran besar sewa dan keabsahan penyewaan alat komunikasi oleh konsultan (jika ada). 2. Untuk meyakini bahwa jumlah tagihan telah sesuai dengan periode penggunaan komunikasi kantor oleh pihak konsultan dan berdasarkan keperluan yang wajar/hemat. a. Lakukan analisis untuk meyakinkan bahwa jumlah waktu yang diperhitungkan dalam tagihan kontrak telah sesuai dengan periode penggunaan kantor yang sesungguhnya, dengan membandingkan dengan data terkait seperti saat dimulainya mobilisasi, dokumen tiket mobilisasi, bukti lapor diri, laporan bulanan kegiatan konsultan, daftar hadir personel, dan kegiatan pelatihan awal; b. Lakukan penilaian atas kewajaran penggunaan komunikasi dibandingkan dengan kapasitas dan intensitas kegiatan yang dilakukan konsultan; Pastikan bahwa tidak terjadi penggunaan biaya komunikasi yang berlebihan/boros. 3. Kesimpulan atas langkah kerja tersebut, meliputi kelengkapan dokumen pendukung 8. TUNJANGAN PERUMAHAN 8.1. Tujuan Verifikasi 1. Untuk meyakini bahwa tagihan tunjangan perumahan dibayarkan berdasarkan harga pasar yang wajar/berlaku setempat serta didukung dengan dokumen pendukung yang memadai; Halaman 78 dari 83

86 2. Untuk meyakini bahwa jumlah tagihan telah sesuai dengan periode tunjangan perumahan oleh tenaga ahli konsultan; 3. Untuk meyakini bahwa tunjangan perumahan telah diterima oleh tenaga ahli yang benar-benar berhak sesuai ketentuan; 8.2. Langkah Kerja 1. Untuk meyakini bahwa tagihan tunjangan perumahan dibayarkan berdasarkan harga pasar yang wajar/berlaku setempat serta didukung dengan dokumen pendukung yang memadai; a. Lakukan penghitungan kembali jumlah yang mendukung pembayaran tunjangan perumahan; b. Periksa apakah tarif tunjangan perumahan telah diperhitungkan berdasarkan harga pasar yang berlaku setempat/wajar. Dapatkan informasi mengenai harga sewa rumah melalui informasi pasar di lokasi, konfirmasi, atau Sumber lain yang valid. Lakukan analisis kewajaran tarif tunjangan perumahan dalam kontrak dengan informasi tersebut; Teliti apakah personel yang bersangkutan berstatus keluarga atau single, berkaitan ketentuan yang memberlakukan tunjangan perumahan berlaku paling sedikit untuk tiga orang (untuk single) atau satu keluarga; c. Verifikasi, apakah tagihan tunjangan perumahan telah didukung dengan dokumen kontrak sewa rumah yang sah. 2. Untuk meyakini bahwa jumlah tagihan telah sesuai dengan periode tunjangan perumahan oleh tenaga Halaman 79 dari 83

87 ahli konsultan; lakukan analisis untuk meyakinkan bahwa jumlah waktu yang diperhitungkan dalam tagihan kontrak telah sesuai dengan periode waktu yang sesungguhnya, dengan membandingkan dengan data-data terkait seperti saat dimulainya mobilisasi, dokumen tiket mobilisasi, bukti lapor diri, laporan bulanan kegiatan konsultan, daftar hadir personel, dan kegiatan pelatihan awal. 3. Untuk meyakini bahwa tunjangan perumahan telah diterima oleh tenaga ahli yang benar-benar berhak sesuai ketentuan; Lakukan analisis/penelitian terhadap data domisili konsultan tesebut melalui data curriculum vitae atau usulan teknis. 9. KENDARAAN VEHICLE 9.1. Tujuan Verifikasi 1. Untuk meyakini bahwa tagihan biaya sewa kendaraan diperhitungkan berdasarkan harga pasar yang berlaku/wajar, serta didukung dengan dokumen pendukung yang memadai; 2. Untuk meyakini bahwa jumlah tagihan telah sesuai dengan periode penggunaan kendaraan oleh pihak konsultan; 3. Untuk meyakini bahwa konsultan tenaga ahli yang menggunakan kendaraan tersebut benar-benar yang berhak sesuai dengan ketentuan Langkah Kerja 1. Untuk meyakini bahwa tagihan biaya sewa kendaraan diperhitungkan berdasarkan harga pasar yang berlaku/wajar, serta didukung dengan Halaman 80 dari 83

88 dokumen pendukung yang memadai; lakukan prosedur Verifikasi sebagai berikut: a. Hitung kembali bukti yang mendukung pembayaran biaya sewa kendaraan; b. Periksa apakah tarif sewa kendaraan telah diperhitungkan berdasarkan harga pasar yang berlaku dengan harga yang wajar. Lakukan analisis kewajaran harga sewa dengan membandingkan pada tarif sewa kendaraan pada kontrak sejenis atau tarif sewa berdasarkan hasil konfirmasi atau informasi harga dari Sumber lain (seperti media cetak) yang valid; c. Periksa apakah penggunaan jenis dan kuantitas kendaraan yang diperhitungkan dalam tagihan tidak melebihi dari jumlah yang boleh diganti yaitu satu kendaraan roda empat untuk empat staf tenaga ahli, kecuali untuk team leader; d. Verifikasi, apakah penyewaan kendaraan oleh pihak konsultan telah didukung dengan dokumen kontrak dan bukti kepemilikan yang sah serta lakukan pemeriksaan fisik terhadap kendaraan tersebut. 2. Untuk meyakini bahwa jumlah tagihan telah sesuai dengan periode penggunaan kendaraan oleh pihak konsultan; Lakukan analisis untuk meyakinkan bahwa jumlah waktu yang diperhitungkan dalam tagihan kontrak telah sesuai dengan periode penggunaan kendaraan yang sesungguhnya, dengan membandingkan dengan data terkait seperti saat dimulainya mobilisasi, dokumen tiket mobilisasi, bukti lapor diri, laporan bulanan kegiatan Halaman 81 dari 83

89 konsultan, daftar hadir personel, dan kegiatan pelatihan awal. 3. Untuk meyakini bahwa konsultan tenaga ahli yang menggunakan kendaraan tersebut benar-benar yang berhak sesuai dengan ketentuan; lakukan Verifikasi sebagai berikut: a. Periksa jenis kendaraan yang digunakan bandingkan dengan status/jabatan dan nama konsultan pemakainya. b. Lakukan konfirmasi kepada konsultan pemakai kendaraan tersebut 10. PEMBUATAN LAPORAN HASIL KEGIATAN KONSULTAN Tujuan Verifikasi Untuk meyakini bahwa tagihan biaya pelaporan dibayarkan sesuai dengan keperluannya dan berdasarkan harga pasar yang berlaku/wajar, serta didukung dengan dokumen pendukung yang memadai Langkah kerja 1. Hitung kembali jumlah yang mendukung pembayaran biaya pelaporan; 2. Periksa apakah kuantitas laporan yang diperhitungkan dalam tagihan tidak melebihi dari jumlah yang ditetapkan dalam kontrak; 3. Buat simpulan atas langkah-langkah kerja tersebut, apakah tagihan yang diajukan telah dilengkapi dengan dokumen pendukung seperti yang disyaratkan dalam langkah-langkah di atas. Halaman 82 dari 83

90 11. LAIN-LAIN Tujuan Verifikasi 1. Untuk meyakini bahwa tagihan biaya lain-lain seperti: lokakarya, seminar, pelatihan dan biaya lainnya dibayarkan dalam jumlah yang wajar, serta didukung dengan dokumen pendukung yang memadai 2. Untuk meyakini bahwa jumlah tagihan telah sesuai dengan periode kegiatan oleh pihak konsultan Langkah kerja 1. Hitung kembali jumlah yang mendukung pembayaran biaya lain-lain; 2. Periksa apakah penagihan biaya lain-lain telah didukung dengan dokumen-dokumen pengeluaran dan dokumen pendukung lainnya yang sah seperti kuitansi pembayaran, faktur pembelian, daftar hadir, laporan kegiatan, dan tidak bertentangan dengan peraturan yang mendasar; 3. Pastikan bahwa jumlah tagihan telah sesuai dengan periode kegiatan oleh pihak konsultan, lakukan analisis untuk meyakinkan bahwa kuantitas, waktu, dan jenis kegiatan yang diperhitungkan dalam tagihan kontrak telah sesuai dengan periode yang sesungguhnya, dan sesuai dengan kontrak dan TOR. Halaman 83 dari 83

91

92 MINISTRY OF INDUSTRY Jln. Jenderal Gatot Subroto Kav 52-53, Telp/fax: , Jakarta Selatan GENERAL GUIDELINE For IMPLEMENTATION OF ENERGY CONSERVATION AND CO 2 EMISSION REDUCTION IN INDUSTRIAL SECTOR (PHASE 1) CENTER FOR GREEN INDUSTRY AND ENVIRONMENT ASSESSMENT AGENCY FOR INDUSTRIAL POLICY, CLIMATE AND QUALITY ASSESSMENT 2011 i

93 GENERAL GUIDELINE For IMPLEMENTATION OF ENERGY CONSERVATION AND CO 2 EMISSION REDUCTION IN INDUSTRIAL SECTOR (PHASE 1) FOUNDER Industry Ministry M.S Hidayat ADVISOR Arryanto Sagala STEERING COMMITEE Tri Reni Budiharti Shinta D. Sirait AUTHORS Rafles Simatupang Muhammad Hafiz Nugroho Adi Sasongko EDITORS Sangapan Denny Noviansyah Yuni Herlina Harahap Juwarso Gading Wiwiek Sari Wijiastuti Patti Rahmi Rahayu PUBLISHED BY Center for Green Industry and Environment Assessment Agency for Industrial Policy, Climate and Quality Assessment PRINTED BY MINISTRY OF INDUSTRY ii

94 GENERAL GUIDELINE For IMPLEMENTATION OF ENERGY CONSERVATION AND CO 2 EMISSION REDUCTION IN INDUSTRIAL SECTOR (PHASE 1) 1 st Edition. Jakarta : Ministry of Industry, January 2011 vi + 85 hlm. Version: Presented in Bahasa Indonesia and English Publisher Address: Ministry of Industry Jl. Gatot Subroto Kav Jakarta Selatan ISBN:... iii

95 FOREWORD Praise the Lord giving us His mercy and grace so this General Guideline within the framework of Implementation of Energy Conservation and CO 2 Emission Reduction in Industrial Sector (Phase 1) can be finalized in time. This General Guideline is structured to enhance knowledge in implementation of energy conservation and reduction of CO 2 emission and discussed with among stakeholders comprising of representatives from governments, experts and practitioners. It is expected that this General Guideline is useful for the related parties to implement energy conservation and reduction of CO 2 emission. Finally, we would like to thank all those who have participated in the preparation of this guideline. Jakarta, January 2011 Head of Agency for Industrial Policy, Climate and Quality Assessment Arryanto Sagala iv

96 LIST OF CONTENTS CHAPTER I INTRODUCTION Background Regulatory Definition Results, Outputs And Activities Results Outputs Activities Target Target Location Target Beneficiaries CHAPTER II PROGRAM COMPONENTS Basic Principles Of Program Framework Program Implementation Stages Preparation Implementation Monitoring and Evalution CHAPTER III PROGRAM ORGANIZATIONAL NPD (National Project Development) National Project Director (NPD) Deputy National Project Director (DNPD) National Project Director s Secretary (NPDS) Commitment Officer Local Government Project Management Unit (PMU) Technical Assignment and Responsibility Management and Administration Assignment and Responsibility PMU Structure Organization PMU Job Description and Responsibility NPM (National Project Manager) Deputy NPM Finance Officer Administration Officer PIU (Project Implementation Unit) v

97 3.5. Site Consultant NMC (National Management Consultant) Technical Assignments and Responsibilities of NMC Management Responsibilities and Job Descriptions of NMC RC (Regional Consultant) Technical Assignments and Responsibilities of RC Management Responsibilities and Job Descriptions of RC EC (Evaluation Consultant) Technical Assignments and Responsibilities of EC Management Responsibilities and Job Descriptions of EC CHAPTER IV CLOSING REMARKS Transparency Accountability Reporting REFERENCES APPENDIX A Target Location And Company s Names APPENDIX B Implementation Of Activities Management ICCTF - Ministry Of Industry. 61 APPENDIX C Procedure Of Bills Payment For Consultant Service. 66 vi

98 CHAPTER I INTRODUCTION 1.1. BACKGROUND Climate change mitigation through energy conservation and CO 2 emission reduction has been anticipated by the government of Indonesia through the preparation of relevant regulations and set targets for the purpose. Ministry of Industry develops an integrated system for monitoring energy use trough energy conservation and CO 2 emission reduction in industrial sector. In the Act No. 30 year of 2007 concerning energy states that energy conservation is a systematic effort which planned and integrated in order to preserve domestic energy resources and improve efficiency in utilization. The efficiency of energy use creates many advantages, such as to reduce operating and production costs. Energy conservation becomes important in Indonesia, where the activities of energy use in most industries considered inefficient due to using of old and obsolete technology and insufficient of infrastructure re-structurization in industrial sector. Inefficient energy use is creating significant contribution in increasing the amount of CO 2 emission in Indonesia. Energy consumption in 2008 for industry is amounted to 49.14% of national energy consumption total (MEMR, 2009). In fact, some surveys indicate opportunity energy saving from based on energy consumption in this sector is about 15-30% (PT. EMI, 2006). Meanwhile, Page 1 of 76

99 despite Indonesia's national reserves of energy fossil become more limited, Indonesia has substantial gas reserves to replace fossil fuels. By implementation of energy mix in industrial sector which generally using gas, energy diversification in industry is expected to reduce CO 2 emission due to coefficient of natural gas emission is lower than coefficient of mining or petroleum products emission (TNA, 2009). Therefore, the President of Indonesia has set up target to reduce 26% greenhouse gases emission by national budget and 41% by assisting international donors. Of that figure, target of industry has a share with the proportion of 2%. Pareto analysis which had been conducted by the Agency for Industrial Research and Development Ministry of Industry (2007) showed that 80% of national electricity consumption was concentrated on 29 factories which represent 20% of 336 mills. These 29 factories which are defined as plants with huge energy usage can be classified into 8 groups, i.e. Steel, Cement, Pulp & Paper, Textiles, Petrochemicals, Food & Beverages, Fertilizers, and Ceramics. Energy consumption of Pulp & Paper industry and Steel Industry are Petra Joule and Petra Joule respectively (TNA, 2009), or equal to 27.12% of energy consumption total for all industries ( Petra Joule). Therefore, these industries need to be improved in energy use and energy efficiency. Within the framework of the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Bali Conference of the Parties (COP) 13, the Government of Indonesia has launched the Climate Change Trust Fund Indonesia (ICCTF) program in assistance with the UNDP Page 2 of 76

100 (United Nations Development Program) and BAPPENAS (National Development Planning Agency) in order to reduce CO2 emission. UNDP and BAPPENAS provide technical assistance for the Ministry of Industry (MOI) to review the roadmap draft on reducing CO 2 emission in Steel and Pulp & Paper Industries. The scope of the program is expected to cover regulations regarding to CO 2 emission reduction. Ministry of Industry has been set up a grand strategy with the aim of reducing CO2 emission in industrial sector, which includes 4 components: 1. Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector; 2. Promotion of CO2 emission reduction for energy intensive industry sector; 3. ESCO model implementation on industrial sector; 4. Implementation of Carbon Footprint and Energy Consumption Intensity instruments in industrial sector. Activities mentioned above are organized into 4 parts, which are going to obtained in long term and supposed not to be separated from one another. For further setting up as as a national activity, the Ministry of Industry has approved a Grand Strategy (Figure 1) and put which in the Government Blue Book. Implementation of Energy Conservation in Industrial Sector program is focused on implementation of energy conservation in Steel Industry and Pulp & Paper Industry through the handling of emission and energy, by which the results are used to represent data from each sub-sector that has been selected, then forwarded through to the final Page 3 of 76

101 stage. It is targeted that achievement results of industrial sector will support government regulations on CO2 emission reduction target by 2% of 41% in Furthermore, the Ministry of Industry should: (1) strengthen its capacity to develop integrated systems for energy conservation and CO2 emission reduction in Steel Industry and Pulp & Paper Industry; (2) increase participation of industrial enterprises in energy conservation and CO2 emission reduction; (3) increase awareness and involvement of local and provincial governments in energy conservation and CO2 emission reduction, and (4) strengthen the framework for energy conservation and reduction of greenhouse gas emission in industry. Planning and strategy of ICCTF s activities in the Ministry of Industry have been quoted in: 1) Medium-Term Program Plan which is in line with the Strategic Plan/Strategic Plan of Industrial Policy, Climate and Quality Research Agency, Ministry of Industry; 2) ICCSR (Indonesian Sectoral Climate Change Roadmap) in industrial sector, where energy conservation and reduction of CO2 emission are implemented based on sectoral approaches. 3) GHG NAP (National Action Plan - Greenhouse Gases), focuses on sustainable development in line with energy conservation in which energy efficiency and diversification create environmental improvements and community. Page 4 of 76

102 Implementation of governmental regulations on energy conservation should be managed systematically by involving all stakeholders, if not, it is supposed those targets and goals will not be obtained. In order to anticipate above matter, the Ministry of Industry develops an integrated and reliable system to manage and develop the industry, where to improve industrial performance. Involved industry will be monitored, evaluated, and reported. Ideally, to give significant contribution in energy conservation and CO2 emission reduction, industry must have an energy manager, energy action team (energy action team), and supporting documents (roadmap, technical manuals, standard operating procedures, and map technology). Energy Manager has responsibility in managing energy usage and implementation of energy conservation and CO2 emission reduction. Meanwhile the Energy Action Team will assist the energy manager to work with the selected consultant in carrying out specific work, i.e. energy audits, carbon audits, and technical need assessment (TNA). On the other hand, the Ministry of Industry should pay more attention on promoting the importance of energy conservation and CO2 emission reductions to local governments, so that local governments have a vital role in supporting the implementation of MoI policy. Subjected to this case, local governments can be encouraged to formulate local laws in mitigation and adaptation context to address climate change from industry. Page 5 of 76

103 Associated with development of mechanisms and cooperation between the Ministry of Energy and Mineral Resources (MEMR) and MoI, the project should be proportional to place position of role and responsibilities of each ministry. MEMR has conducted an energy assessment and conservation program since 2003 with the target of building sector and several industrial companies. Associated with the task and role of the Ministry of Industry in enhancing industrial competitiveness through increased awareness of business doer to emission policy, the Ministry of Industry is more focused to work directly with business doer in implementation of energy conservation policy. Based on those conditions and circumstances, this program is expected to: (1) has the basic data (baseline), which can be relied upon to enable the development of strategic planning for energy conservation and CO2 emission reduction; (2) has an updated information system well and can be disseminated to all stakeholders; (3) Roadmap and technical guidance in implementation of energy saving and CO2 emission reduction in the industry; (4) has a system to strengthen the participation of industry in conducting effective monitoring of energy consumption and CO2 generating, (5) develop regulations to ensure sustainable implementation of integrated systems; and (6) encourage local government involvement in supporting program implementation and mitigation climate change in industrial sectors. Page 6 of 76

104 Figure1. Main Strategy Scheme of Promotion for Energy Conservation and Greenhouse Gas Emission in the Voracious Energy Industrial Sector Page 7 of 76

105 1.2. LAWS AND REGULATIONS Given the importance of energy conservation and reduction of CO2 emission, the Government of Indonesia has stipulated: Act No. 30 year 1997 concerns on Energy; Presidential Regulation No. 28 year 2008 concerns on National Industrial Development Policy; Presidential Decree No. 5 year 2006 on concerns on National Energy Policy; Government Regulation No. 70 year 2009 concerns on Energy Conservation; In the Government Regulation No. 70 year 2009 is stated that energy sources user and energy users who use energy source and or energy greater than or equal to 6000 tones oil equivalent per year conduct energy conservation through energy management. Reduction of CO2 emission in the industry has been provised upon the strategic plan of Industrial Research and Development Agency, Ministry of Industry which of emerged in Medium Term Plan and Program (RPJM) year through program at Center for Research and Resource Development, Environment and Energy (now Green Industry and Environment Center Assessment) DEFINITIONS ICCTF Program (Indonesia Climate Change Trust Fund) is one of the funding mechanisms for climate change. This program has 2 main objectives, i.e.: Page 8 of 76

106 1. To achieve Low Carbon Economy through the resilience to climate change mitigation and adaptation; 2. To develop innovative measures which of aim at connecting the international financial sources with a national investment strategy, so that, simultaneously can be an alternative finance model forms for climate change mitigation and adaptation program for which government manage transparently and accountable. In this circumstance, ICCTF has specific goals, i.e.: 1. To facilitate and accelerate investment process in renewable energy and energy efficiency, and simultaneously to reduce greenhouse gas emission from energy sector in Indonesia; 2. To reduce emission from deforestation and forest degradation to reach sustainable forest management; 3. To reduce the vulnerability in coastal, agriculture and aquatic ecosystems; 4. To bridge the financial gap which aim at mitigation and adaptation to climate change; 5. To improve the effectiveness and impact of international financial aid for climate change in Indonesia RESULTS, OUTPUTS AND ACTIVITIES Results a. To strengthen the capacity of the Ministry of Industry in coordinating, developing and supporting the implementation of energy conservation and Page 9 of 76

107 reduction of CO2 emission in Steel Industry and Pulp & Paper Industry; b. To revise the regulatory framework and facilitate awareness increasing of energy efficiency and energy conservation in targeted industries; c. To increase the capacity of target industry companies to achieve energy conservation and CO2 emission reduction Outputs a. Basis for energy conservation and production of CO2 emission in Steel Industry and Pulp & Paper Industry; b. Integrated information system for energy conservation; c. Human resources with adequate knowledge and skills on energy conservation and CO2 emission reduction; d. Standard Operating Procedures, Technology Need Assessment for each industry in implementing energy conservation and reduction of CO2 emission; e. National Guidelines and Ministrial Regulation for energy conservation and CO2 emission reduction; f. Lessons learned from No-Cost & Low Cost Pilot Project and Concept of Medium & High Cost for energy conservation and CO2 emission reduction; g. Increased awareness of provincial and local governments on climate change issues Page 10 of 76

108 Activities a. Establishing advisors, experts and facilitators team for energy, CO2 emission reduction and auditing technology by conducting training; b. Collecting data on energy consumption, CO2 emission and technology used by the implementation of energy audit/carbon in Steel Industry and Pulp & Paper Industry; c. Developing information systems to facilitate information distribution to stakeholders; d. Improving skills of personal industry through training, coaching within industry for energy conservation and CO2 emission in Steel Industry and Pulp & Paper Industry; e. Developing Standard Operational Procedures (SOP) for energy conservation and CO2 emission reduction in Steel Industry and Pulp & Paper Industry; f. Developing roadmap and technical guidelines for energy conservation and reduction of CO2 emission in Steel Industry and Pulp & Paper Industry; g. Formulating National Guidelines and Ministrial Regulation for energy conservation and CO2 emission reduction in Steel Industry and Pulp & Paper; h. Developing Pre-Feasibility Study and Business Plan for Technology Need Assessment to improve energy conservation and CO2 emission in Steel Industry and Pulp & Paper Industry; i. Implementation of Pilot Project No-Cost & Low Cost Pilot Project and Preparing Medium & High Cost. j. Promoting energy conservation and CO2 emission reduction to provincial and local government by Page 11 of 76

109 organizing workshops and dissemination of lessons learned from project implementation to strengthen the capacity of the Ministry of Industry in coordinating, developing and supporting the implementation of energy conservation and CO2 emission reduction in Steel Industry and Pulp & Paper Industry TARGET Target Location Targeted industries consist of 35 companies and 15 companies of Steel Industry and Pulp & Paper Industry. In management of which, there will be established 3 offices Regional Consultant (RC) as listed in Table Target Beneficiaries Industries, targeted beneficiary group are industries of which able to carry out energy conservation and reduction of greenhouse gases emission to combat support climate change mitigation. Local Government (Office/Institution along with the Community), and the City/County which done as the target location ICCTF Ministry of Industry Page 12 of 76

110 Table 1. Industries Target Region Area Number of Indutries Steel Pulp and Paper I Jakarta 3 - Banten 4 1 West Java (Jawa Barat) 5 4 II East Java (Jawa Timur) 12 4 Central Java (Jawa Tengah) 4 1 III Sumatera 7 5 Total Page 13 of 76

111 CHAPTER II PROGRAM COMPONENTS 2.1. BASIC PRINCIPLES OF PROGRAM Principles of Corporate Governance (Good Governance). - Participation; - Transparency - Accountability; - Decentralization; - Democracy; Principles of Sustainable Development - Environment Protection - Development of Industrial Society (Social Development); - Economic Development 2.2. LOGICAL FRAMEWORK Page 14 of 76

112 Page 15 of 76

113 Page 16 of 76

114 Page 17 of 76

115 Page 18 of 76

116 Page 19 of 76

117 Page 20 of 76

118 Page 21 of 76

119 Page 22 of 76

120 Page 23 of 76

Steel and Pulp & Paper Industries (Phase I) merupakan program yang

Steel and Pulp & Paper Industries (Phase I) merupakan program yang Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 8-1 BAB VIII PELATIHAN / CAPACITY BUILDING 8.1 MAKSUD DAN TUJUAN Kegiatan Implementation of Energy Conservation and CO 2 Emission Reduction in Steel and Pulp

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI

PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI TRI RENI BUDIHARTI KEPALA PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA,22 OKTOBER 2012 1 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan suatu negara ditandai dengan pertumbuhan sektor industri. Indonesia dikenal sebagai negara berkembang dan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI

KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SDM SEKTOR INDUSTRI NASIONAL DALAM MENDUKUNG MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

PENGEMBANGAN SDM SEKTOR INDUSTRI NASIONAL DALAM MENDUKUNG MITIGASI PERUBAHAN IKLIM PENGEMBANGAN SDM SEKTOR INDUSTRI NASIONAL DALAM MENDUKUNG MITIGASI PERUBAHAN IKLIM Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian Green Jobs National Conference Jakarta, 16-17

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012 1. Kondisi Industri I. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor industri di Indonesia yang telah

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam Forum Diskusi Nasional Menuju Kota Masa Depan yang Berkelanjutan dan Berketahanan

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dr. Medrilzam Direktorat Lingkungan Hidup Kedeputian Maritim dan Sumber Daya Alam Diskusi Koherensi Politik Agenda Pengendalian Perubahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G20 di Pittsburg pada bulan September 2009, telah mencanangkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia akan menurunkan emisi Gas

Lebih terperinci

STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR INDUSTRI HIJAU Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MONITORING EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR INDUSTRI

SISTEM INFORMASI MONITORING EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR INDUSTRI SISTEM INFORMASI MONITORING EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR INDUSTRI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP, KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2017 OUTLINE 1. SISTEM INFORMASI MONITORING

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2018, No rangka penurunan emisi dan peningkatan ketahanan nasional terhadap dampak perubahan iklim; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima

2018, No rangka penurunan emisi dan peningkatan ketahanan nasional terhadap dampak perubahan iklim; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.162, 2018 KEMEN-LHK. Pengendalian Perubahan Iklim. Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi Aksi dan Sumberdaya. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PERDAGANGAN SERTIFIKAT PENURUNAN EMISI KARBON HUTAN INDONESIA ATAU INDONESIA CERTIFIED EMISSION REDUCTION

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sosialisasi Program ICCTF 2010-2011 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga

telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga KEYNOTESPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIC INDONESIA PADA PENGANUGERAHAN PAMERAN FOTO INDUSTRI HIJAU Plaza Industri Kementerian Perindustrian, Jakarta 7 Mei 2013 Yang saya hormatl, para hadirin sekalian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Kementerian Perindustrian pada Tahun Anggaran 2010 mendapat alokasi pagu definitif sebesar Rp.1.665.116.721.000. Kegiatan Prioritas Tahun 2010 Pembangunan sektor industri tahun 2010 akan difokuskan pada

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pada tahun 2003 pemerintah meluncurkan program kemitraan konservasi energi. Program kemitraan ini merupakan kese

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pada tahun 2003 pemerintah meluncurkan program kemitraan konservasi energi. Program kemitraan ini merupakan kese BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan meningkatnya pembangunan yang diikuti dengan pertumbuhan dan perekembangan perekonomian Indonesia, kebutuhan energi nasional juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.915, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BAPPENAS. Lembaga Wali Amanat. Dana Perwakilan. Perubahan Iklim. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintah. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Penyelenggaraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Slide 1 Pada pertemuan G-20 di Pittsburg tahun 2009, Pemerintah

Lebih terperinci

EFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI

EFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA EFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI oleh : Maryam Ayuni Direktorat Disampaikan

Lebih terperinci

PROGRAM KONSERVASI ENERGI

PROGRAM KONSERVASI ENERGI PROGRAM KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada: Lokakarya Konservasi Energi DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Bandung,

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kementerian PPN/Bappenas Dalam kasus perubahan iklim, kota menjadi penyebab, sekaligus penanggung

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan. BAB XX DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 400 Susunan organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1.

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH YANG DIPEROLEH DARI INDUSTRI EKSTRAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SINGKIL DAN TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN ACEH TENTANG DUKUNGAN PROGRAM SEDIA UNTUK PENGUATAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

Lebih terperinci

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Oleh : Kunaefi, ST, MSE

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015 Posisi Geografis Indonesia sangat rentan terhadap dampak dan perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN

Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Indonesia Climate Change Trust Fund

Kerangka Acuan Kerja (KAK) Indonesia Climate Change Trust Fund Kerangka Acuan Kerja (KAK) Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Undangan Untuk Memasukkan Usulan Program Mitigasi Perubahan Iklim Program ICCTF UKCCU Bagian 1: Pendahuluan The Indonesia Climate

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam

Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam PELUNCURAN ICCTF MEDIA AWARD 2015 Jakarta, 8 September 2015 Perubahan Iklim dan Pembangunan

Lebih terperinci

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian GREEN CHILLER POLICY IN INDUSTRIAL SECTOR Disampaikan pada: EBTKE CONEX Jakarta Convention Center 21 Agustus 2015 Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Menimbang ; a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37

Menimbang ; a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37 MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 3940 K/08/MEM/2017 TENTANG PROSES BISNIS LEVEL 0 DAN LEVEL 1 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.90/MENLHK/SETJEN/SET.1/11/2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MASYARAKAT PADA POS-POS FASILITAS PUBLIK DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH PERATURAN PRESIDEN NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TRANSPARANSI PENDAPATAN NEGARA DAN PENDAPATAN DAERAH YANG DIPEROLEH DARI INDUSTRI EKSTRAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN Deputi Bidang SDA dan LH

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK

PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Pembahasan Pedoman Penyusunan RAD GRK Jakarta, 12 Januari 2012 www.bappenas.go.id 1 PENURUNAN EMISI GAS RUMAH

Lebih terperinci

BAB XI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB XI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 11-1 BAB XI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 11.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pelaksanaan audit energi yang dilakukan dan kajian terhadap kebutuhan teknologi Konservasi

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD - GRK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek Oleh: Dini Ayudia, M.Si Kepala Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada

Lebih terperinci

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS JAKARTA 2017 PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban. Fasilitas Dana. Geothermal. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PMK.011/2012

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 75 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA LAKSANA PUSAT PRODUKSI BERSIH NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 75 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA LAKSANA PUSAT PRODUKSI BERSIH NASIONAL SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 75 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA LAKSANA PUSAT PRODUKSI BERSIH NASIONAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KOMITMEN INDONESIA DALAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

PELAKSANAAN KOMITMEN INDONESIA DALAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional PELAKSANAAN KOMITMEN INDONESIA DALAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Wahyuningsih Darajati Direktur Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA Disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Dalam acara Rapat Kerja Kementerian Perindustrian tahun

Lebih terperinci

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi

Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, yaitu: mobilisasi kelompok tani dan perencanaan desa, pengembangan kelembagaan, dan investasi fasilitas umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/M-IND/PER/11/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TIM KOORDINASI PERUNDINGAN PERDAGANGAN KARBON ANTAR NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung Siklus Proyek Policy & Strategy Pre-project discussion & activities Project Identification Pre-feasibility

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Rencana

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04/PRT/M/2009 TENTANG SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04/PRT/M/2009 TENTANG SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04/PRT/M/2009 TENTANG SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia Juli 2014 Komitmen Pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi risiko perubahan iklim tercermin melalui serangkaian

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

Lebih terperinci

Prof. Dr. Singgih Riphat

Prof. Dr. Singgih Riphat REPUBLIK INDONESIA Kementerian Keuangan POTENSI PENDANAAN UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN REDD+ Prof. Dr. Singgih Riphat Bogor, 21 Desember 2011 LatarBelakang Kemenkeu sebagai Bendahara Negara dan Otoritas Fiskal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

PENGALAMAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM

PENGALAMAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM PENGALAMAN PENANDAAN ANGGARAN PERUBAHAN IKLIM Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim & Multilateral Disampaikan pada Workshop Sinkronisasi Sistem Perencanaan & Penganggaran dalam Mendukung Pengurangan

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa Edisi Desember 2016 PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

50001, BAB I PENDAHULUAN

50001, BAB I PENDAHULUAN Rancangan Penilaian Sistem Manajemen Energi di PT. Semen Padang dengan Menggunakan Pendekatan Integrasi ISO 50001, Sistem Manajemen Semen Padang (SMSP) dan Permen ESDM No. 14 Tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA RENCANA AKSI PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) By: TIM P2RUED-P Pedoman Penyusunan dan Petunjuk Teknis RUED Penjelasan Pokok-Pokok

Lebih terperinci

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN KYOTO PROTOCOL TO THE UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE (PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PERSERIKATAN

Lebih terperinci

BAB VII MONITORING DAN EVALUASI

BAB VII MONITORING DAN EVALUASI 7.1. Pengertian BAB VII MONITORING DAN EVALUASI Dalam konteks penyelenggaraan Program BERMUTU, kegiatan Monitoring dan Evaluasi (M&E) diartikan sebagai kegiatan memantau dan melakukan evaluasi berbagai

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BLITAR

Lebih terperinci