DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR ( RPDP ) DESA SILO BARU TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR ( RPDP ) DESA SILO BARU TAHUN"

Transkripsi

1 DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR ( RPDP ) DESA SILO BARU TAHUN Pengembangan Pesisir Tangguh(PDPT) Silo Kecamatan Silo Laut Kabupaten Asahan

2 NASKAH RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR ( RPDP ) TAHUN DESA SILO BARU KECAMATAN SILAU LAUT KABUPATEN ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA 1

3 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb. Puji syukur kehadirat Allah Swt setelah melalui proses penggalian gagasan sampai musyawarah dalam rangka Menggagas Masa Depan, penyusun yang terdiri dari sebagian anggota BPD dan Perangkat Silo berhasil menyusun Dokumen RPDP. RPDP adalah bagian dari program perencanaan seluruh warga Silo yang menginginkan perubahan yang lebih baik di segala bidang. Masa Depan akan terlihat jika dimulai dengan perencanaan yang matang dan disertai kerja keras dan usaha untuk mewujudkannya. Dokumen ini mungkin masih kurang sempurna karena keterbatasan informasi dari dokumen terdahulu yang kurang lengkap, meskipun demikian dokumen ini sudah cukup mewakili aspirasi dari seluruh lapisan Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang membantu sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan Dokumen RPDP ini. Harapan kami semoga Dokumen ini bisa menjadi tolak ukur Pembangunan di Silo Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan dan semoga seluruh Rencana Pembangunan bisa terealisasi dan kemajuan pesat bisa terlihat di Slo Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan. Wassalamu alaikum Wr.Wb Silo, Tim Penyusun Pemerintah Silo 2

4 Kata Pengantar Daftar Isi DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan 1.3 Ruang Lingkup 1.4 Landasan Hukum 1.5 Pengertian BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DESA 2.1. Sejarah 2.2. Sejarah Pembangunan 2.3. Kondisi Geografis 2.4. Dampak perubahan iklim/bencana 2.5. Perekonomian 2.6. Sosial Budaya 2.7. Prasarana dan Sarana 2.8. Pemerintahan Umum 2.9. Kondisi Keadaan Ekonomi Kondisi Pemerintahan Pembagian Wilayah desa Struktur Organisasi Pemerintahan BAB III METODE PENYUSUNAN RPDP 3.1 Visi Nilai-nilai yang Melandasi Makna yang terkandung 3.2 Misi 3.3 Kerangka Perencanaan 3.4 Fokus Pengembangan Kegiatan 3.5 Pendekatan BAB IV KETERKAITAN DENGAN PERENCANAAN LAIN BAB V POTENSI DAN MASALAH 5.1 Potensi Silo 5.2 Masalah Silo 5.3 Pemecahan Masalah 5.4 Penentuan Peringkat Masalah 5.5 Pengkajian Tindakan Pemecahan Masalah 5.6 Penentuan Peringkat Tindakan Masalah BAB VI RENCANA PENGEMBANGAN DESA BAB VII MONITORING DAN EVALUASI 7.1. Konsep dan Definisi Pemantauan dan Evaluasi 7.2. Rantai Pemantauan dan Evaluasi 7.3. Pengukuran Kinerja 7.4. Evaluasi Substansi Rencana Pengembangan Silo BAB VII PENUTUP DAFTAR PUSTAKA 3

5 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 2. Program Pesisir Tangguh (PDPT) ialah Program yang di lahirkan oleh Pemerintah Pusat untuk menciptakan Masyarakat Pesisir yang Tangguh dalam menghadapi berbagai permasalahan baik berupa Bencana, Kerusakan Infrastriktur,Lingkungan, Bina Usaha dan sebagai upaya percepatan Pemerintah dalam Pembangunan wilayah pesisir Republik Indonesia dengan mempertimbangakan segala aturan dan petunjuk yang telah di atur sebagai mestinya. 3. Atas dasar realitas di atas, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia KKP RI menginisiasi kegiatan yang diharapkan mampu menjadi penghela kemajuan desa-desa pesisir di Indonesia, yakni melalui kegiatan Pengembangan Pesisir Tangguh (selanjutnya disingkat PDPT). Kegiatan PDPT ini merupakan salah satu bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri KP) yang terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. 4. PDPT mempunyai makna strategis, yaitu: pertama, wujud implementasi konkrit dari 11 prioritas. PDPT merupakan implementasi kebijakan Presiden terkait peningkatan dan perluasan program pro-rakyat; dan kedua, PDPT merupakan wujud dari intervensi KKP dalam hal: (1) menata desa pesisir dan meningkatkan kesejahteraan pesisir; (2) menghasilkan keluaran (output) yang dapat memberikan manfaat riil bagi pesisir, dengan permasalahan dan prioritas kebutuhan ; (3) pembelajaran bagi pesisir untuk menemukan cara pemecahan masalah secara mandiri; dan (4) mendorong pesisir sebagai agen pembangunan. PDPT diharapkan mampu menjawab kendala sekaligus memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir. 5. Kegiatan perencanaan dan pengembangan desa pesisir tangguh dilaksanakan melalui tiga tahapan utama. Tahapan pertama, penyusunan perencanaan pengembangan desa yang antara lain disusun berdasarkan profil desa yang memiliki rentang waktu pelaksanaan lima tahun dengan uraian waktu tiap tahunnya; Tahapan kedua, pelaksanaan program menghasilkan kegiatan fisik sesuai dengan rencana pengembangan desa di lokasi kegiatan serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan ; dan Tahapan ketiga, pelaksanaan program menghasilkan kemandirian dan keberlanjutan program oleh para 4

6 pemangku kepentingan (stakeholders). 6. Kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mempunyai potensi dampak kerusakan habitat, perubahan pada proses alami ekosistem, dan pencemaran. Disisi lain, juga terjadi berbagai permasalahan seperti konflik kepentingan pembangunan, kelembagaan, dan tingkatan pemerintahan. Pembangunan yang tidak terintegrasi dengan baik, tanpa pedoman dan mitigasi lingkungan yang tepat, akan menghasilkan permasalahan dan konflik. Oleh karena itu keterpaduan perlu dilakukan untuk mengompromikan kepentingan antar sektor, tingkatan pemerintahan, ruang darat dan laut, ilmu dan pengelolaan, serta internasional. 7. Lahirnya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, maka dipandang perlu adanya upaya mendorong pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait dalam untuk melakukan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu. Hal tersebut dalat dilakukan mulai dengan lingkup wilayah terkecil, yaitu desa yang tertuang dalam Rencana Pengembangan Pesisir. 8. Rencana Pengembangan Pesisir merupakan rencana yang tidak terpisahkan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM ). Dalam penyusunannya, rencana pengembangan desa mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku, termasuk Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan. 9. Rencana Pengembangan Pesisir Silo ini diharapkan menjadi Dokumen Perencanaan yang bermakna strategis sehingga dapat menjadi kerangka acuan pembangunan oleh instansi teknis yang terkecil baik ditingkat Pemerintah Daerah Kabupaten, Provinsi maupun Nasional yang selanjutnya akan terwujudnya Pembangunan yang lebih baik, effektif, effisiensi yang secara tidak langsung akan mewujudkan yang makmur dan berkeadilan. 5

7 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Maksud disusunnya Rencana Pengembangan Pesisir (RPDP) adalah sebagai pedoman bagi setiap Perangkat dalam menyusun sasaran, program dan kegiatan Pembangunan Pesisir Tujuan Tujuan Rencana Pengembangan Pesisir Tangguh adalah: 1. Memfasilitasi dan mengembangkan prasarana dan sarana sosial ekonomi desa pesisir. 2. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup desa pesisir. 3. Meningkatkan kapaasitas kelmbagaan dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif di desa pesisir. 4. Meningkatkan kesiapsiagaan pesisir terhadap bencana dan perubahan iklim desa pesisir. 1.3 Ruang Lingkup Dokumen Rencana Pengembangan Silo terdiri dari enam bab sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, arahan perencanaaan dan pemanfaatan, serta ruang lingkup perencanaan. Bab 2 Gambaran Umum Wilayah, mengulas tentang deskripsi umum (letak geografis dan administrasi, topografi dan penggunaan lahan, dan kondisi sosial- ekonomi), dampak perubahan iklim yang dirasakan, serta permasalahan yang ada. Bab 3 Visi dan Misi, menjabarkan tentang visi dan Misi Silo. Bab 4 Keterkaitan dengan Rencana Lain, mengurai tentang hubungan antara Rencana Pengembangan Silo Bab 5 Potensi dan Masalah, menjelaskan tentang potensi yang ada di Silo dengan permasalahan yang terjadi yang mendasari peringkat masalah dan tindakan yang layak untuk dilakukan. Bab 6 Rencana Pengembangan, menjelaskan fokus perencanaan, spirit nilai yang dijadikan dasar dalam perencanaan, serta rencana pengembangan itu sendiri yang terdiri lima rencana program, yaitu rencana program bina manusia, bina usaha, bina sumberdaya, bina lingkungan dan infrastruktur, serta bina siaga bencana dan adaptasi perubahan iklim. 6

8 Bab 7 Pemantauan dan Evaluasi, membahas tentang konsep, definisi dan rantai proses pemantauan dan evaluasi, serta pengukuran kinerja. Bab 8 Penutup 1.4 Landasan Hukum Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu menghendaki adanya keberlanjutan (sustainability) dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir. Sebagai kawasan yang dimanfaatkan untuk berbagai sektor pembangunan, wilayah pesisir memiliki kompleksitas isu, permasalahan, peluang dan tantangan. Terdapat beberapa dasar hukum pengelolaan wilayah pesisir yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) 2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421) 3. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 158 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587 ) 5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664) 6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817) 7

9 7. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan. 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan. 9. Surat Menteri Dalam Negeri nomor 414.2/1408/PMD tanggal 31 Maret 2010 tentang Petunjuk teknik Perencanaan Pembangunan. 10. Peraturan Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil No. Per.04/KP3K/2012 tentang Pedoman Teknis Pengembangan Pesisir Tangguh Tahun Peraturan Daerah Kabupaten Asahan Nomor 10 tahun 2008 tentang Pembentukan Dalam Kabupaten Asahan. 12. Peraturan Daerah Kabupaten Asahan Nomor 12 tahun 2008 tentang Organisasi Pemerintahan Pengertian 1. adalah kesatuan hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBDes) adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah dan Badan Permusyawaratan, dan ditetapkan dengan Peraturan. 3. Keuangan adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban tersebut 4. Lembaga Kean atau disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah dalam memberdayakan. 5. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MusrenbangDes) adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan (pihak berkepentingan untuk mengatasi permasalahan dan pihak akan terkena dampak hasil musyawarah) untuk menyepakati rencana kegiatan di 1(satu) tahunan. 6. Pembangunan adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan yang nyata. baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, 8

10 lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan keputusan, maupun indeks Pembangunan manusia. 7. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya. 8. Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. 9. Perencanaan Pembangunan dimaksud adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu dalam jangka waktu tertentu. Wujud Perencanaan Pembangunan adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Rencana Kerja Pembangunan. 10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMDes) adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat arah kebijakan Pembangunan, arah kebijakan keuangan, kebijakan umum, dan program, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program prioritas kewilayahan, disertai dengan rencana kerja. 11. Rencana Kerja Pembangunan (RKP-Des) adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJMDes yang memuat rancangan kerangka ekonomi, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutahirkan, program prioritas pembangunan, rencana kerja dan pendanaan serta perkiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan RPJMDes. 12. Peraturan (Perdes) adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh BPD bersama Kepala. 9

11 BAB II GAMBARAN UMUM DESA Kelurahan/ Nama Kelurahan/ Silo Kode Wilayah Kelurahan/ Nama Kecamatan Kabupaten/Kota Nama Kabupaten/Kota Propinsi Silau Laut Kabupaten Asahan Sumatera Utara Batas wilayah desa Letak Batas Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur /Kelurahan Berbatasan dengan kabupaten Batu Bara Berbatasan dengan Sei Pematang,Lubuk Palas Berbatasan Silo Bonto Berbatasan dengan Selat Malaka 2.1 Sejarah Silo Secara ringkas dapat kami paparkan sejarah terbentuknya nama Silo dan wilayahnya adalah pada dasarnya desa Silo Bonto yang mana daerah silo bonto merupakan desa dari kecamatan air joman. Dengan adanya perkembangan dan luas desa maka dengan adanya Otonomi Daerah terjadilah pemekaran Silo Bonto dengan Silo Laut menjadi dua,dan di pemerintahan Kecamatan pun di pecah menjadi dua, pada awalnya Silo Bonto dan Silo Kecamatan Air Joman menjadi kecamtan Silau Laut. Terjadinya pemekaran antara Silo Bonto dengan Silo pada tahun 1996,yang mana menjabat sebagai Kepala Bapak Zairing dan pada tahun 2001 terjadi pemilihan kepala desa yang di menangkan oleh bapak Syafaruddin. Kemudian pada tahun 2006 terjadi pemilihan kepala desa dan hasil dari pemeilihan kepala desa tersebut di menangkan oleh bapak Ahmad Sofyan sampai sekarang ini beliau masih menjadi kepala Silo Kecamatan Silau Laut. 10

12 Keadaan Sosial. Kehidupan mayarakat Silo sangat kental dengan tradisi-tradisi peninggalan leluhur. Upacara upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia (lahirdewasa/berumah tangga-mati),seperti upacara kelahiran,khitanan,perkawinan dan upacara yang berhubungan dengan kematian, hampir selalu dilakukan oleh. Selain itu, tradisi sedekah bumi,bersih desa dan semacamnya juga masih dilakukan setiap tahun. Kegotong royongan masih kental,kebiasaan menjenguk orang sakit masih dilakukan oleh. Biasanya ketika menjenguk orang sakit, bukan makanan yang di bawa, tetapi mereka mengumpulkan uang bersama sama warga untuk kemudian si sakit untuk meringankan beban biaya. Kebiasaan saling membantu memperbaiki rumah atau membantu tetangga yang mengadakan perhelatan juga masih di lakukan. Semua itu menggambarkan bahwa hubungan di desa ini masih erat/kuat. Kesenian yang paling di gemari oleh ketetanggaat adalah kesenian daerah seperti nasid,kasidah. Namun belakangan ini para pemuda cenderung lebih menyukai musik -musik modern. Kelompok - kelompok kesenian tradisional tampak mulai mengendur kegiatannya, sedangkan kelompok kelompok kesenian modern tampak bermunculan. Kondisi tergolong cukup baik, terutama setelah adanya Pustu. Namun demikian, pada musim musim tertentu warga sering mengalami gangguan kesehatan, terutama malaria. Keberadaan balita kurang gizi sudah mulai berkurang, selaras dengan semakin baiknya perekonomian. Balita ya Karena Silo, desa nelayan dan Petani maka besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayanng mengalami gizi buruk kurang pada umumnya kurang terjadi diwilayah pesisir. 2.2 Sejarah Pembangunan Tabel 2. Sejarah Pembangunan NO Tahun Kegiatan Pembangunan Keterangan Pembangunan Madrasah Swadaya Masyarakat Pembangunan Jalan Dusun I Swadaya Pembangunan Masjid Swadaya Pembangunan Benten Swadaya Masyarakat dan APBD Pembangunan SD,MDA Swadaya Masyarakat 3 Lokal Pembanguanan Jalan Protokol Sawadaya Masyarakat dan APBD Pembangunan PUKESDES APBD 11

13 Pembangunan jembatan 1996 Pembanguna Kantor Kepala Silo 2007 Pembanguan Jalan Dusun VI APBD Swadaya dan Lanjutan Pembangunan APBD 2.3 Kondisi Geografis Tabel 3. Kondisi Geografis No Uraian Keterangan 1 Luas wilayah : 3150 Ha 2 Jumlah Dusun : Batas wilayah a. Utara : Kabupaten Batu Bara b. Selatan : Pematang Sei c. Barat : Silo Bonto Topografi a. Luas kemiringan lahan (rata-rata) 1. Datar 3150 Ha b. Ketinggian di atas permukaan laut (rata-rata) 1,5 m 5 Hidrologi : Air asin dan Tawar 6 7 Klimatologi : a. Suhu : 38 0 C b. Curah Hujan : c. Kelembaban udara : Luas lahan pertanian a. Sawah teririgasi : b. Sawah tadah hujan :... 8 Luas lahan pemukiman : 85 Ha 12

14 9 Kawasan rawan bencana : a. Banjir : Dampak perubahan Iklim/bencana Perubahan iklim dan cuaca di Silo cendrung stabil dikarenakan bencana tidak merupakan hal yang terjadi. Gempa bumi seringnya hanya merupakan getaran rambatan yang terjadi di lokasi yang jauh dari desa. Keadaan perubahan yang terjadi hanya pada kondisi pantai, dikarenakan abrasi. Sehingga penanaman mangrove kelak diharapkan menjadi solusi perbikan kondisi pantai. 2.5 Perekonomian Tabel 4. Tabel Sumber Penerimaan No Sumber Penerimaan Tahun Pajak ADD , DPD/K Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa: Pajak dari dapat terpenuhi dan dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. 2.6 Sosial Budaya Tabel 5. Kondisi Sosial Budaya No. Uraian Jumlah Keterangan 1 Kependudukan : A. Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertambahan Penduduk B. Jumlah KK 685 / Tahun 0,05 % C. Jumlah laki-laki a tahun 281 b tahun 475 c. Diatas 55 tahun 385 D. Jumlah perempuan a tahun 272 b tahun 550 c. Diatas 55 tahun Kesejahteraan Sosial : 13

15 A. Jumlah KK Prasejahtera 210 B. Jumlah KK Sejahtera 292 C. Jumlah KK Kaya 60 D. Jumlah KK Sedang 292 E. Jumlah KK Miskin Tingkat Pendidikan : A. Tidak tamat SD 320 B. SD 482 C. SLTP 373 D. SLTA 352 E. Diploma/Sarjana 30 4 Mata Pencaharian : A. Buruh Tani B. Petani 98 C. Peternak/Pembudida ikan 74 D. Pedagang 50 E. Tukang Kayu F. Tukang Batu G. Penjahit 2 H. PNS 25 I. Pensiunan 3 J. TNI/Polri 1 K. Perangkat 3 L. Pengrajin M.Industri kecil N. Buruh Industri O. Nelayan 333 P. Lain-lain 5 Agama : A. Islam 560 KK B. Kristen C. Protestan D. Katolik E. Hindu F. Budha 2 KK Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Kependudukan. Pertambahan Penduduk sangat rendah disebabkan karena kebanyakan warga yang sudah dewasa atau pada tahap perkawinan membawa istri /suami ke luar daerah untuk mencari lapangan pekerjaan. 2. Kesejahteraan Tingkat Kesejahteraan belum merata pada tiap tahun karena kurangnya lapangan 14

16 pekerjaan 3. Tingkat Pendidikan Cukup Memadai walaupun pada tingkat Lanjutan Pertama dan tingkat atas para warga melanjutkan Pendidikan ke yang masih berbatas dengan Silo. 4. Mata Pencaharian Kurang Lapangan Pekerjaan / Mata Pencaharian yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari menurut standart UMR. 5. Agama Mayoritas beragama Islam 2.7 Sarana dan Prasarana Tabel 6. Sarana dan Prasarana No Jenis Prasarana dan Sarana Jumlah Keterangan 1 Kantor 1 2 Gedung SLTA 1 3 Gedung SLTP 2 4 Gedung SD 3 5 Gedung MI 1 6 Gedung TK TK 1 + PAUD1 7 Masjid 3 8 Musholla 7 9 Pasar - 10 Polindes 1 11 Panti PKK - 12 Poskamling 1 13 Jembatan Gedung... Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Tingkat kesejahteraan dari sektor kesehatan,pendidikan, agama,keamanan dan pelayanan cukup memadai Pemerintahan Umum 15

17 Tabel 7. Pemerintahan Umum No Uraian Keberadaan Ada Tidak Keterangan 1 Pelayanan kependudukan Ada - 2 Pemakaman Ada - Umum 3 Perizinan - Tidak 4 Pasar tradisional - ada 5 Ketentraman dan tibum ada - Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa : 1.Pelayanan dan keamanan cukup memadai sedangkan dari sektor kebutuhan mayarakat terhadap harga bahan pokok dapat dikategorikan stabil. 2.9 Kondisi Silo merupakan salah satu desa pesisir pantai yang ada di kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan yang mayoritas penduduknya nelayan dan petani. Berbagai aspek telah dikembangkan untuk menopang kehidupan para petani dan nelayan tersebut yang berorientasi kepada potensi yang ada,seperti pengembanngan wilayah pantai di dusun selat Malaka yang berada di sebelah utara Silo sangat potensial untuk pengambilan udang belacan atau trasi sekaligus pemasaran dan pengolahannya, namun yang menjadi kendala adalah sarana jalan dan infrastruktur ke lokasi tersebut Keadaan Ekonomi Kondisi ekonomi Silo secara kasat mata terlihat jelas perbedaannya antara rumah tangga yang berkategori miskin, sangat miskin, sedang dan kaya. Hal ini disebabkan karena mata pencahariannya di sektor-sektor usaha yang berbeda-beda pula, sebagian besar di sektor non formal seperti buruh bangunan, buruh tani, petani sawah tadah hujan dan perkebunan Kondisi Pemerintah Pembagian Wilayah Pembagian wilayah Silo dibagi menjadi 10 (sepuluh) dusun, dan masingmasing dusun tidak ada pembagian wilayah secara khusus, jadi setiap dusun ada yang memiliki wilayah pertanian dan perkebunan, sementara pusat desa berada di dusun 1 (satu, setiap dusun dipimpin oleh seorang kepala dusun. 16

18 Struktur Organisasi Pemerintah (Sopd) Struktur Organisasi Silo Menganut Sistem Kelembagaan Pemerintahan Dengan Pola Minimal, Selengkapnya Disajikan Dalam Gambar Sebagai Berikut: Kades Sekdes Kaur Pemerintahan Kaur Pembangunan Kaur Kean Kaur Umum Kaur Keuangan Kadus 1 Kadus 2 Kadus 3 Kadus 4 Kadus 5 Kadus 6 Kadus 7 Kadus 8 Kadus 9 Kadus 10 Kadus 11 : AHMAD SOFYAN : ABDUL LATIF : ROSMAWATI MANURUNG : BUDIDARMA : M.ARSYID : SITI NAISAH : HERI KADRI MANURUNG : NAZARUDDIN LUBIS : JHOHANI : HEBAT KELANA : Arifin Manurung : Supardi : Sidik,am : Kusnan : Sidik Jr : Mujio :Husin,stm :Sunarto Berikut ini dilampirkan peta situasi Silo 17

19 Gambar 1.Peta Silo 18

20 BAB III METODE PENYUSUNAN RPDP 3.1. VISI DESA Terwujutnya Silo yang Religius, makmur, aman, sejahtera, bermatabat, dan berahklakul mulia Nilai-nilai yang melandasi: 1. Masih melekatnya nilai budaya / tradisi Daerah 2. Tingkat Tatakrama serta Sopan Santun dilandasi dari tuntutan Agama Makna yang terkandung : 1. Segala sesuatu yang ingin diputuskan terlebih dahulu dibawa ke Forum Musyawarah yang melibatkan semua unsur dan lembaga termasuk Tokoh Agama,Tokoh Masyarakat,Tokoh wanita dan Pemuda. 2. Menjaga hubungan baik antara pemerintahan dengan lembaga-lembaga yang ada di. 3.2 Misi 1. Membangun tata Pemerintahan yang baik dengan bersendikan pada prinsif keterbukaan, tanggung jawab, saling percaya, dan parsitipasi. 2. Meningkatkan kwalitas hidup menuju kesejahteraan desa secara berkelajutan dan berkeadilan 3. Merawat adat istiadat dan nilai-nilai kebudayaan local yang dapat menciptakan kerukunan dan semangat kerja yang kuat dalam kehidupan ber 4. Mengembangkan dan memanfaatkatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan 5. Melakukan pendidikan Non pormal dalam sektor keagamaan yang dapat menimbulkan masyarakt menjadi santun dan berahklakul karimah 3.3. Kerangka Perencanaan Penyusunan rencana pengembangan dilaksanakan selama 1 (satu) bulan dengan 4 (empat) kali pertemuan sesuai dengan target yang telah ditentukan. Pada tahap pertama dilakukan pemetaan awal dengan melakukan proses pengamatan dan diskusi dengan terhadap Silo sebagai lokasi program serta profil desa. Pemetaan yang dilakukan berkaitan dengan pemetaan sosial, infrastruktur dan aksi di tingkat desa meliputi: analisis kebutuhan yang didasarkan potensi dan masalah, analisis institusi, 19

21 identifikasi modal sosial, identifikasi peran aktor, dan penilaian peran gender. Selanjutnya aksi di tingkat desa yang merujuk lima bina, yakni bina manusia, bina sumberdaya, bina usaha, bina lingkungan dan infrastruktur, dan bina siaga bencana. Pada pertemuan tingkat pertama, dilakukan pengkajian terhadap potensi masalah, penyebab masalah, alternative penyelesaian masalah dan tindakan yang layak yang terdapat pada masing-masing desa bersama pemerintahan desa dan kelompok - kelompok. Kajian dilakukan dengan menggunakan sketsa desa, kalender musim dan diagram Venn Pemata ng Sei. Gambar 3.1. Kerangka Rencana Pengembangan Silo Kabupaten Asahan kemudian pada tahun ketiga, diharapkan terwujudnya rehabilitasi sumberdaya dan penguatan ekonomi di Silo tentunya semua ini bertujuan untuk mewujudkan Silo yang Tangguh terhadap bencana alam dan perubahan iklim, serta ketangguhan dalam hal ekonomi. Untuk menjalankan roda aktivitas sebagaimana yang dimaksud di atas, maka dibutuhkan spirit dan institusi penggerak dalam bentuk group kerjasama (working group) yang memiliki komitmen kuat untuk membangun peisisir yang tangguh Fokus Pengembangan Kegiatan POPT merupakan aksi yang menitikberatkan pada coastal viilage community dimana partisipasi komunitas desa pesisir sangat menentukan keberhasilan dan keberlanjutan program ini. Namun demikian, peran pemerintah (pusat maupun daerah) sebagai fasilitator tidak dapat diabaikan sebagai faktor pendorong untuk mewujudkan desa pesisir yang tangguh. 20

22 pesisir memiliki kerentanan ekonomi, sosial, lingkungan dan fisiko Masyarakat pesisir rentan secara ekonomi, ditandai dengan tingginya tingkat kemiskinan pesisir. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2010 jumlah miskin di desa-desa pesisir sebesar 7,8 juta jiwa. Pengetahuan desa pesisir tentang bencana dan ancaman perubahan iklim di wilayah pesisir masih rendah, demikian pula tingkat kesehatan yang rendah, serta rendahnya tingkat kemandirian organisasi sosial desa yang semuanya itu mempertinggi tingkat kerentanan desa pesisir secara sosial. pesisir juga rentan secara lingkungan dan fisik Secara umum kualitas infrastruktur desa tergolong rendah, seperti kondisi jalan yang rusak, kekurangan energi Iistrik, kesulitan air bersih, sanitasi yang buruk, serta kondisi lingkungan yang mengalami kerusakan, baik akibat bencana maupun aktivitas manusia. Kondisi vegetasi dan ekosistem di pesisir secara umum telah mengalami kerusakan. Luas existing mangrove Indonesia telah mengalami penurunan, yaitu dari luas 3,9 juta hektar pada tahun 2003 (data Departemen Kehutanan) menjadi 3,24 juta hektar pada tahun 2009 (data Bakosurtanal). Oleh karenanya, untuk mewujudkan ketangguhan desa diperlukan kebijakan berupa fokus pengembangan kegiatan yang berorientasi pada penyelesaian persoalan-persoalan pokok yang dihadapi desa pesisir. Adapun fokus pengembangan kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Bina Manusia, yaitu kegiatan yang mencakup peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan peningkatan kapasitas kelembagaan baik formal maupun informal, memperluas dan meningkatkan kerja sama, memperbaiki budaya kerja, gotong royong, tanggung jawab, disiplin, dan hemat serta menghilangkan sifat negatif boros dan konsumtif; 2. Bina Usaha, yaitu kegiatan yang mencakup peningkatan keterampilan usaha, perluasan mata pencaharian alternatif, pengelolaan bisnis skala kecil dan penguasaan teknologi. Selain itu, program ini meningkatkan dan mempermudah akses terhadap sumber daya, teknologi, modal, pasar, dan informasi pembangunan. Dengan dilaksanakannya program ini diharapkan terbangun kemitraan dengan pelaku usaha dan terbangunnya sistem insentif administrasi serta pendanaan secara formal dan informal; 3. Bina Sumber Daya, yaitu kegiatan yang menitikberatkan pada upaya memperkuat kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya, revitalisasi hak ulayat dan hak lokal, penerapan monitoring, controlling and surveillance dengan prinsip partisipasi lokal, penerapan teknologi ramah Iingkungan, mendorong 21

23 pengembangan teknologi asli, merehabilitasi habitat, konservasi, dan memperkaya sumber daya; 4. Bina Lingkungan atau Infrastruktur, yaitu kegiatan yang mencakup pembangunan infrastruktur, rehabilitasi vegetasi pantai dan pengendalian pencemaran melalui pendekatan perencanaan dan pembangunan secara spasial dalam rangka mendorong peningkatan peran pesisir dalam penataan dan pengelolaan lingkungan sekitarnya; 5. Bina Siaga Bencana atau Perubahan Iklim, yaitu kegiatan yang mencakup usahausaha pengurangan risiko bencana dan dampak perubahan iklim, rencana aksi desa dalam pengurangan risiko bencana, penyadaran, gladi/latihan secara reguler, memudahkan akses data dan informasi bencana, pembangunan sarana dan prasarana penanggulangan bencana Cantara lain jalur evakuasi, shelter, struktur pelindung terhadap bencana, fasilitas kesehatan, dan cadangan strategis desa) yang menekankan pada partisipasi dan keswadayaan dari kelornpokkelompok sosial yang terdapat pada jkomunitas pesisir. Keberhasilan program kelima fokus pengembangan kegiatan sebagaimana tersebut di atas sangat tergantung peran aktif kelembagaan desa sehingga penguatan kelembagaan sangat perlu ditingkatkan ( Bina Kelembagaan ) Pendekatan Penyusunan Rencana Pengembangan Silo ini menggunakan pendekatan pembangunan berbasis komunitas yang memaksimalkan partisipasi dan bertumpu pada sumberdaya lokal yang dimiliki Silo dengan metode P3MD. Beberapa hal yang dilakukan dalam pendekatan penyusunan rencana pengembangan ini, sebagai berikut: a. Melakukan identifikasi sistem nilai sebagai spirit penggerak pembangunan di Silo b. Melakukan need assessment warga di Silo, meliputi: kebutuhan dan harapan, kelembagaan/institusi, dan modal sosial; c. Merumuskan bentuk program yang sesuai dengan kebutuhan warga di Silo terkait dengan perubahan iklim, bencana alam, dan aktor yang akan melaksanakan program yang dimaksud; dan d. Menyusun roadmap pengembangan pesisir di Silo. 22

24 Kemudian, untuk melakukan rumusan poin-poin di atas, maka didampingi oleh 2 (dua) orang fasilitator yang memliki pemahaman sebagai berikut: a. Memahami target pencapaian yang diharapkan; b. Memahami tahapan kerja perencanaan partisipatif pengembangan pesisir, dalam hal ini Silo. c. Memahami lima bina yang merupakan fokus pengembangan program, seperti: bina manusia, bina usaha, bina sumberdaya, bina lingkungan dan infrastruktur, dan bina siaga dan perubahan iklim; serta d. Memahami dan menguasai prinsip-prinsip partisipatif dalam mendampingi proses assessment yang dilakukan kepada warga. 23

25 BAB IV KETERKAITAN DENGAN PERENCANAAN LAIN Rencana Pengembangan Daerah Pesisir(RPDP) merupakan rencana pengembangan yang mengacu pada RPJMDes. Hal-hal yang berkenaan dengan rencana pengembangan desa yang berkaitan langsung dengan pemabangunan desa merupakan pedoman di dalam perencanaan dan tujuan fokus pembangunan. Tingkatan (hierarki) pemerintahan merupakan salah satu pertimbangan dalam penyusunan RPJP Daerah. Sesuai dengan arahan dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ tanggal 11 Agustus 2005 perihal Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah, diatur ketentuan mengenai RPJP Daerah Provinsi yang mengacu pada RPJP Nasional, RPJP Daerah Kabupaten/Kota mengacu pada RPJP Daerah Provinsi. Seperti yang di amanatkan dalam Undang-Undang No 27 Tahun 2007, Rencana Pengembangan Silo merupakan bagian yang tak terpisahkan dari RPJP Daerah Kabupaten Asahan. Dengan demikian diharapkan dapat terwujud keselarasan dan konsistensi gerak langkah dan pencapaian pembangunan antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. 24

26 BAB V POTENSI DAN MASALAH Beberapa potensi yang memungkinkan untuk dikembangkan antara lain potensi pemasaran hasil laut, hasil tanaman pesisir, serta pengembangan wisata alam beting kepah yang ada di dusun V Tanjung Berombang Silo.Secara Geografis Asahan Mati Berada di antara dua laut yaitu selat Malaka dan sungai Asahan, sehingga secara tinjauan Silo memiliki peluang manjadi Pesisir yang tangguh. Namun kondisi pada saat ini masih belum terbina. Maka dari itu dengan adanya program PDPT, Silo kembali berbenah untuk memfokuskan kegiatannya membentuk sebuah Pesisir yang kelak menjadi yang mandiri dalam hal ekonomi dan juga kemandirian. Sehingga dibentuklah mind future di dusun menjdi dusun nelayan yang kelak akan menjadi barometer bagi perkembangan daerah pesisir bagi dusun yang lainnya. Kesemuanya ini telah diangkat pada penyusunan RPJM desa dengan melibatkan tokoh pemuda dan kaum ibu yang mengacu kepada adat istiadat kebudayaan yang ada di desa. Hal yang sangat penting untuk diatasi pada saat ini adalah pemukiman penduduk yang kurang sehat terutama masalah sanitasi lingkungan yang pada saat ini lebih dari 50 rumah yang belum mempunyai WC yang standart,masih menggunakan WC galian. Inilah yang harus menjadi perhatian serius para lembaga desa dan stakeholders,apabila hal ini terpenuhi paling tidak beberapa persoalan dari permasalah nelayan dapat terjawab. Satu hal lagi yang menjadi perhatian adalah permasalahan di dusun belum masuknya yang menuju perkampungan nelayan dan sampai sekarang belum ada kepastian dari pemerintah kabupaten. Padahal kebutuhan akan listrik sudah sangat diimpikan oleh para warga mengingat pentingnya pemanfaatan listrik untuk beraktifitas keseharian. Berikut ini daftar potensi dan masalah yang ada di Silo : 4.1 Potensi Silo Tabel 8 NO BIDANG POTENSI LOKASI 1 Pertanian Adanya kebun kelapa adanya kebun sawit/pribadi 2 Perikanan adanya nelayan adanya kolam ikan 25

27 Tambak laut Habitat Kerang 3 Pariwisata adanya wisata mangruve Dusun I dan II 4.2 Masalah Silo Tabel 9 Masalah yang dihadapi Silo NO BIDANG MASALAH LOKASI 1 Pendidikan Anak putus sekolah pendidikan 9 tahun tinggi minat baca tetapi tidak adanya sarana perpustakaan desa tidak adanya honor guru TPQ Lemahnya pengetahuan anak didik SMP terhadap komputer 2 Kesehatan Sering terjadi banjir tidak memiliki JAMKESMAS Kurangnya tenaga medis rumah yang tidak layak huni kurangnya pelayanan kesehatan bagi lansia sulitnya mendapatkan air bersih 3 Sarana dan Prasarana jalan gang rusak tidak bisa dilewati saat hujan Saat musim hujan jalan tidak bisa dilalui Dusun III Rusaknya jembatan penghubung antar Dusun III dan dusun kondisi jalan yang gelap masih adanya yang belum menerima aliran listrik Dusun III dan IV 4 Lingkungan Hidup pemanfaatan SDA belum maksimal banyaknya hewan ternak berkeliaran dan kotoran ternak yang berserakan 5 Sosial budaya tidak adanya tempat untuk melaksanakan kegiatan kesenian tidak adanya sarana olahraga permanen (volly, bulutangkis, sepak bola) mesjid belum memadai 26

28 masih banyak lahan yang kepemilikannya dari luar desa masih lemahnya prilaku generasi muda terhadap sosial dan budaya masih adanya tanah yang belum mempunyai bukti kepemilikan yang sah/sertifikat NO BIDANG MASALAH LOKASI 6 Pemerintahan rendahnya kinerja aparatur desa dan BPD 7 Koperasi dan Usaha belum memiliki sumber pendapatan desa pemahaman terhadap peraturan dan perundangundangan masih lemah kurangnya modal bagi miskin kurang berkembangnya usaha sulitnya pemasaran hasil usaha oleh 4.3. Pemecahan Masalah Berdasarkan musyawarah desa beserta maka diketahui penyebab permasalahan dan telah disepakati pula beberapa alternative pemecahan masalah sebagai berikut : Tabel 10. Alternatif pemecahan masalah Silo No Masalah Penyebab Potensi Alternatif Tindakan Pemecahan masalah I Pendidikan 1 Anak putus sekolah pendidikan 9 tahun kurangnya pembiayaan untuk sekolah Ada Gedung Sekolah dasar (SD) Pemberian beasiswa bagi anak yang tidak mampu 2 tinggi minat baca tetapi tidak adanya sarana perpustakaan desa 3 tidak adanya honor guru TPQ tidak adanya sarana baca kurangnya pembiayaan Adanya Siswa dan Calon Siswa Untuk TK, SD, SMP, SMA Pengadaan bangunan gedung perpustakaan honor tetap guru TPQ 4 Lemahnya pengetahuan anak didik SMP terhadap komputer tidak tersedianya sarana komputer Ada Guru TK, SD, SMP pelatihan dan pengadaan komputer 27

29 II Kesehatan 1 Adanya yang tidak memiliki MCK kurangnya kemampuan untuk membuat MCK sendiri 2 Sering terjadi banjir tidak adanya siring penyalur banjir 3 tidak memiliki JAMKESMAS terbatasnya fasilitas Jamkesmas yang diberikan pemerintah 4 Kurangnya tenaga medis kurangnya distribusi tenaga medis dari pemerintah 5 rumah yang tidak layak huni kurangnya kemampuan membangun rumah Adanya Sumber air Bersih dari sumur gali Adanya Bidan, Mantri, dan Dukun Beranak Adanya puskesmas Pembantu (Pustu) Pembangunan WC Umum Pembangunan siring pasang (drainase) Pengadaan tambahan fasilitas JAMKESMAS Pengadaan Tenaga medis (dokter, perawat dan mantri) Bedah rumah untuk miskin No Masalah Penyebab Potensi Alternatif Tindakan Pemecahan masalah 6 kurangnya pelayanan kesehatan bagi lansia 7 sulitnya mendapatkan air bersih III Sarana dan Prasarana 1 jalan gang rusak tidak bisa dilewati saat hujan 2 Saat musim hujan jalan usaha tani/jalan setapak tidak bisa dilalui terbatasnya sarana pelayanan kesehatan tidak tersedianya fasilitas air bersih kondisi jalan yang masih berupa jalan tanah belum ada jalan usaha tani yang layak dan kondisi jalan yang masih berupa jalan tanah dan bertebing 3 Titi jembatan darurat Blum adanya alokasi 4 Jalan kabupaten,kecamatan dan dusun 5 tidak ada jembatan penghubung antar dusun Blum adanya alokasi belum tersedianya program Adanya Bidan, Mantri, dan Dukun Beranak Adanya Sumber air Bersih dari sumur gali adanya jalan penghubung antar dusun Penghubung ke kab,dan kec,dusun Adanya Jalan umum Adanya jalan gang, penghubung antar rumah (lingkungan) penyediaan posyandu pelayanan kesehatan bagi anak cacat dan lansia Pembangunan sarana air bersih Pembangunan jalan lingkungan rabat beton pembukaan jalan usaha nelayan Pembuatan jembatan Pembuatan/ pembuatan plat decker jembatan 28

30 6 kondisi jalan yang gelap penerangan lampu pengadaan lampu jalan jalan tidak ada 7 pengadaan dan pemasangan tiang listrik dan kabel IV Lingkungan Hidup 1 pemanfaatan SDA belum maksimal kurangnya keterampilan adanya sumberdaya alam Peningkatan kapasitas keterampilan desa 2 adanya sungai Pengembangan kawasan Ekowisata 3 sumber air besih berkurang kurangnya daerah resapan air memiliki konservasi alam penghijauan hutan rakyat dan DAS 4 banyaknya hewan ternak berkeliaran dan kotoran ternak yang berserakan belum ada aturan desa adanya hewan ternak penyusunan perdes pengelolaan kegiatan usaha No Masalah Penyebab Potensi Alternatif Tindakan Pemecahan masalah V Sosial Budaya 1 tidak adanya tempat untuk melaksanakan kegiatan kesenian tidak tersedianya fasilitas gedung 2 tidak adanya sarana kurangnya olahraga permanen (volly, pembiayaan bulutangkis, sepak bola) pembuatan lapangan 3 mesjid belum memadai kurangnya pembiayaan masjid 4 masih banyak lahan yang belum adanya kepemilikannya dari luar peraturan desa desa 5 masih lemahnya prilaku kurangnya aktifitas generasi muda terhadap dan keterampilan sosial dan budaya generasi muda VI Koperasi dan Usaha adanya kegiatan karang taruna. adanya grup rabana perempuan adanya lapangan volly dan klub sepakbola adanya masjid dan musholla adanya kegiatan ibu-ibu PKK pembuatan gedung serba guna pembuatan lapangan olahraga (volly, bulutangkis, bola kaki) rehab dan peningkatan sarana dan prasarana masjid pembuatan perdes tentang kepemilikan lahan dan tataguna tanah desa peningkatan kapasitas keterampilan generasi muda di bidang sosial dan seni budaya 29

31 Masyarakat 1 kurangnya modal bagi kurangnya sumber adanya kelompok penambahan modal miskin permodalan SPP Ibu Mandiri untuk kegiatan usaha 2 kurang berkembangnya kurangnya pelatihan usaha pembinaan bagi keterampilan usaha usaha kecil bagi 3 sulitnya pemasaran hasil belum adanya usaha pembentukan usaha oleh berkembangnya bengkel motor kelembagaan usaha lembaga pemasaran dan las, mebel, air isi ulang, menjahit, ternak, kolam ikan No Masalah Penyebab Potensi Alternatif Tindakan Pemecahan masalah VII Pemerintahan 1 rendahnya kinerja aparatur desa dan BPD belum adanya pelatihan aparatur desa dan BPD yang memadai 2 minimnya honor aparatur desa dan BPD 3 sarana kerja aparatur desa dan BPD belum memadai 4 Belum memiliki Balai dan Kantor 5 belum adanya sarana transportasi dinas 6 tidak adanya pakaian seragam aparatur desa dan BPD Sruktur aparatur desa dan BPD lengkap Sruktur aparatur desa dan BPD lengkap Sruktur aparatur desa dan BPD lengkap Sruktur aparatur desa dan BPD lengkap Sruktur aparatur desa dan BPD lengkap Sruktur aparatur desa dan BPD lengkap pelatihan bagi aparatur desa dan BPD Penambahan honor kades dan BPD penambahan sarana kerja bagi aparatur desa dan BPD pengadaan balai desa dan kantor desa pengadaan kendaraan dinas pengadaan pakaian seragam aparatur desa dan BPD 7 biaya operasional kantor yang rendah dan tidak mencukupi Sruktur aparatur desa dan BPD lengkap penambahan biaya operasional kantor 30

32 8 belum memiliki sumber pendapatan desa belum adanya aturan desa dan tanah kas desa penyusuan APBDes 9 pengadaan tanah kas desa 10 pemahaman terhadap peraturan dan perundangundangan masih lemah VIII Pertanian 1 sulit mendapatkan pupuk bersubsidi kurangnya sosialisasi yang diberikan Sruktur aparatur desa dan BPD lengkap Pelatihan dan sosialisasi pemahaman UU dan perda tentang desa terbatasnya pasokan pupuk adanya persawahan pengadaan pupuk bersubsidi 2 pembuatan pupuk organik 3 masih adanya lahan tidur kurangnya upaya pemanfaatan lahan adanya kebun karet pemanfaatan lahan tidur dengan usaha tani terpadu No Masalah Penyebab Potensi Alternatif Tindakan Pemecahan masalah 4 Masih banyak kurang pengetahuan tentang pemanpaatann pohon kelapa IX Perikanan 1 alat tangkap dan perahu belum memadai 2 sulitnya memasarkan hasil laut 3 nelayan sulit mendapatkan kebutuhan melaut dan saprodi 4 minimnya keterampilan kurangnya fasilitas mesin bajak (traktor) kurangnya pembiayaan pengadaan alat tangkap dan perahu kurangnya fasilitas angkut hasil perikanan kurangnya pembiayaan untuk mendirikan warung kurangnya pembinaan pengolahan hasil perikanan 5 belum adanya TPI kurangnya pembiayaan 6 sulitnya mendapatkan bibit dan pakan ikan air tawar 7 belum adanya pelabuhan nelayan pembangunan TPI kurangnya pasokan bibit dan pakan kurangnya pembiayaan pembangunan pelabuhan 31 adanya bertani adanya nelayan adanya kolam ikan adanya nelayan adanya nelayan adanya nelayan adanya kolam ikan adanya nelayan pengadaan handtractor pengadaan alat tangkap ikan dan perahu pengadaan sarana pengangkutan hasil nelayan Pembangunan sarana dan prasarana usaha warung pesisir pelatihan keterampilan pengelolaan hasil perikanan pembuatan bangunan TPI pengadaan bibit dan pakan ikan tawar pembuatan pelabuhan kecil pendaratan perahu nelayan

33 X Pariwisata 1 belum adanya tempat wisata 2 pengelolaan daerah pantai yang belum maksimal kurangnya sumber pembiayaan kurangnya sumber pembiayaan adanya pantai yang indah adanya pantai yang indah pembangunan objek wisata dan permainan pantai pengelolaan daerah pantai No Masalah Penyebab Potensi Alternatif Tindakan Pemecahan masalah XI Siaga bencana 1 Belum adanya jalur evakuasi tsunami 2 Belum adanya shelter tempat penampungan pengungsi 3 Belum adanya peta resiko bencana 4 Belum adanya peralatan penanganan bencana 5 Belum tersedia gudang logistik bencana 6 Belum adanya sistem informasi peringatan dini tsunami kurangnya sumber pembiayaan kurangnya sumber pembiayaan kurangnya sumber pembiayaan kurangnya sumber pembiayaan kurangnya sumber pembiayaan kurangnya sumber pembiayaan 7 Pantai mengalami abrasi kurangnya sumber pembiayaan 32 Memiliki daerah yang tinggi Adanya terumbu karang 8 Adanya terumbu karang 9 rusaknya ekosistem terumbu karang XII Mata pencaharian alternatif 1 Potensi kelapa yang belum dimanfaatkan kurangnya sumber pembiayaan kurangnya sumber pembiayaan Adanya terumbu karang Adanya kebun kelapa Pembangunan jalan evakuasi tsunami Pembangunan shelter tempat penampungan pengungsi Pembuatan peta resiko bencana Pengadaan peralatan penanganan bencana Pembangunan gudang logistik bencana Pengadaan alat komunikasi peringatan dini tsunami Rehabilitasi vegetasi pantai (penanaman pohon cemara dan ketapang) Pembangunan tanggul pemecah ombak Rehabilitasi terumbu karang Pelatihan dan Pengolahan sabut kelapa 2 pembuatan briket dari tempurung kelapa 3 Adanya potensi rumput laut yang belum dapat dimanfaatkan secara maksimal 4 Belum adanya keterampilan sebagai cindra mata desa pesisir Kurangnya pengetahuan dan sumber pembiayaan kurangnya pengetahuan dan sumber pembiayaan Memiliki potensi pantai dan rumput laut Banyak kerang laut yang terbuang saja Pelatihan dan Pengolahan rumput laut Pelatihan penjualan Keterampilan dan

34 Kerang Laut 4.4 Penentuan peringkat masalah Tabel 11. Penentuan peringkat masalah No Masalah Dirasakan oleh orng banyak 1 Pembuatan Jembatan DusunXII 2 Tidak ada jembatan penghubung 3 Jalan untuk kegiatan perekonomian warga rusak 4 Sarana air bersih yang belum terpenuhi 5 Usaha pemasaran hasil laut belum terbina Sangat Menghambat peningkatan pendapatan 33 Sering terjadi Tersedia Potensi memecahkan masalah ya ya ya ya Ya Kerjasama antar penduduk yang besar ya ya ya ya Ya Adanya bangunan jembatan ya ya ya ya Ya Membangun jalan setapak ya ya ya ya Ya Membangun sumur bor ya ya ya ya Ya Membangun tempat pemasaran hasil laut dan fasilitasnya 6 Abrasi di daerah pantai ya ya ya ya Ya Penanaman mangrove 7 Usaha ya ya ya ya Ya Penambahan pertanian(kelapa,kebun fasilitas pisang) pertanian 8 Belum ada MCK yang layak ya ya ya ya Ya Pembangunan MCK 9 Fasilitas ibadah belum layak ya ya ya ya Ya Renovasi 10 Lemahnya pengetahuan anak didik SMP terhadap computer 11 Anak putus sekolah pendidikan 9 tahun 12 pemanfaatan SDA belum maksimal 13 Belum adanya sea wall kurangnya modal bagi miskin alat tangkap dan perahu belum memadai sulitnya mendapatkan bibit dan pakan ikan air tawar 17 belum adanya pelabuhan nelayan mesjid ya ya ya ya Ya Pelatihan komputer Jumlah nilai ya ya ya ya Ya Biaya beasiswa ya ya ya ya Ya Pelatihan skill ya ya ya ya Ya Pembangunan sea wall ya ya ya ya Ya Pemberian bantuan modal ya ya ya ya Ya Bantuan alat tangkap perikanan ya ya ya ya Ya Adanya pembenihan dari dinas perikanan yang lebih murah ya ya ya ya Ya Pembangunan pelabuhan Urutan peingkat

35 nelayan belum adanya tempat wisata Belum adanya jalur evakuasi tsunami Adanya potensi bahan trasi Sering terjadi banjir ya ya ya ya Ya Pembangunan wisata beting kepah dan mangruve ya ya ya ya Ya Pembangunan lokasi jalur tsunami ya ya ya ya Ya Penanaman mangrove berkala ya ya ya ya Ya Pembangunan drainase yang baik Pengkajian tindakan pemecahan masalah Tabel 12. Penentuan peringkat masalah No Masalah Penyebab Potensi Alternatif tindakan pemecahan Tindakan yang layak 1 Pembuatan Badan Jalan Belum ada jln kepantai Ada Pembuatan badan jalan Pembekoan jalan 2 Jembatan Jembatan kayu Ada Pembangunan jembatan kayu Pembangunan Jembatan beton 3 Jalan con blok Jalan rusak Ada Penimbunan jalan Pembangunan jalan con blok 4 Wisata Kuliner Tdk ada sumber air bersih Ada Rumah warga Pembuatan pondok kuliner 5 Pondok Pemancingan Tidak ada tempat usaha Ada Rumah warga Pembutan ponddok pemancingan 6 Penanaman mangrove abrasi Ada Penanaman mangrove Penanaman mangrove 7 Bina usaha kemiskinan Ada Pemasaran secara manual Pemasaran yang lebih baik 8 Pembiakan bahan trasi Bahan trasi minim Ada Penanaman mangrove Penanaman mangrove 9 Usaha pertanian(kelapa,pisang) Alat tidak memadai Ada Pemberian alat pertanian Penyediaan alat 10 Fasilitas musholla Tidak adalistrik dan air bersih Ada Renovasi swadaya Pembangunan sumur bor dan masuk listrik 11 Tidak ada dana sekolah Pendidikan mahal Ada Mengurangi beban biaya beasiswa 12 Pelatihan skill SDA Skill masih minim Ada Belajar secara otodidak Adanya pelatihan Masih buta akan 13 Pelatihan komputer komputer Ada Belajar manual Adanya fasilitas belajar 14 Modal bagi kemiskinan Ada Bantuan ringan Dana hibah usaha 15 Wisata alam Belum terbina Ada Pembangunan jalan rintis Pembangunan sarana wisata 16 Bibit dan pakan air tawar Belum terbina Ada Pembiakan sendiri Adanya pelatihan dan penyediaan bibit dari dinas 17 Sering banjir Pasang Ada Pembuatan alur ke sungai Pembuatan turab 18 Wisata mangrove Belum terbina Ada Penanaman mangrove Perawatan mangrove 19 Tidak ada Sea wall Belum ada Ada Pembangunan bronjong Pembangunan sea wall Alat perahu dan Pemberian bantuan dari 20 tangkap Belum terbina Ada Pembuatan manual diskanla 21 Pelabuhan nelayan Belum ada Ada Tempat tambatan manual Pembangunan pelabuhan 34

36 4.6 Penentuan peringkat tindakan Tabel 13. Penentuan Peringkat Tindakan Peringkat Masalah Tindakan yg layak Kebutuhan orang banyak Dukungan peningkatan pendapatan warga Jumlah nilai 1 Pembuatan badan jalan Pembekoan badan jalan Ya Ada 85 Pembangunan 2 Pembuatan Jembatan Jembatan beton Ya Ada 84 3 Pembuatan Con blok Pembangunan jalan Ya Ada 83 4 Wisata kuliner Pembuatan Ya Ada 82 5 Pondok pemancingan Pembangunan pondok Ya Ada 82 6 Penanaman mangrove Penanaman mangrove Ya Ada 82 Pemasaran yang lebih 7 Bina usaha baik Ya Ada 82 8 Pembiakan bahan trasi Penanaman mangrove Ya Ada 81 9 Usaha pertanian(kelapa,pisang) Penyediaan alat Ya Ada Fasilitas musholla Pembangunan sumur bor dan masuk listrik Ya Ada Tidak ada dana sekolah beasiswa Ya Ada Pelatihan skill SDA Adanya pelatihan Ya Ada Pelatihan komputer Adanya fasilitas belajar Ya Ada Modal bagi Dana hibah usaha Ya Ada Wisata alam Pembangunan sarana wisata Ya Ada Bibit dan pakan air tawar Adanya pelatihan dan penyediaan bibit dari dinas Ya Ada Sering banjir Pembuatan turab Ya Ada Wisata mangrove Perawatan mangrove Ya Ada Tidak ada Sea wall Pembangunan sea wall Ya Ada Alat perahu dan tangkap Pemberian bantuan dari diskanla Ya Ada Pelabuhan nelayan Pembangunan pelabuhan Ya Ada 73 35

37 BAB VI RENCANA PENGEMBANGAN DESA Program Kegiatan Rencana Pengembangan Pesisir ini, kemudian digunakan sebagai salah satu referensi dalam penyusunan rencana detail kegiatan pengembangan desa pesisir, yang dapat meliputi: aspek ekologi, ekonomi, dan sosial yang dijabarkan dalam lima focus pengembangan kegiatan yaitu Bina Kesiapsiagaan terhadap Bencana dan Perubahan Iklim, Bina Lingkungan dan Infrastruktur, Bina Sumberdaya, Bina Manusia, dan Bina Usaha. Dari ketiga aspek yang telah disebutkan di atas, pada prinsipnya muatan PDPT lebih menekankan pada kegiatan penguatan kapasitas kelembagaan, pembangunan lingkungan dan infrastruktur, sumberdaya serta kemandirian ekonomi, yang diharapkan dapat mampu meningkatkan ketangguhan dengan meminimalkan dampak kerugian akibat beneana dan perubahan iklim di desa-desa pesisir. Adapun fokus pengembangan kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Bina Manusia, yaitu kegiatan yang mencakup peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan peningkatan kapasitas kelembagaan baik formal maupun informal, memperluas dan meningkatkan kerja sama, memperbaiki budaya kerja, gotong royong, tanggung jawab, disiplin, dan hemat serta menghilangkan sifat negatif boros dan konsumtif; 2. Bina Usaha, yaitu kegiatan yang mencakup peningkatan keterampilan usaha, perluasan mata pencaharian alternatif, pengelolaan bisnis skala kecil dan penguasaan teknologi. Selain itu, program ini meningkatkan dan mempermudah akses terhadap sumber daya, teknologi, modal, pasar, dan informasi pembangunan. Dengan dilaksanakannya program ini diharapkan terbangun kemitraan dengan pelaku usaha dan terbangunnya system insentif administrasi serta pendanaan secara formal dan informal; 3. Bina Sumber Daya, yaitu kegiatan yang menitikberatkan pada upaya memperkuat kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya, revitalisasi hak ulayat dan hak lokal, penerapan monitoring, controlling and surveillance dengan prinsip 36

38 partisipasi lokal, penerapan teknologi ramah lingkungan, mendorong pengembangan teknologi asli, merehabilitasi habitat, konservasi, dan memperkaya sumber daya; 4. Bina Lingkungan atau Infrastruktur, yaitu kegiatan yang mencakup pembangunan infrastruktur, rehabilitasi vegetasi pantai dan pengendalian pencemaran melalui pendekatan perencanaan dan pembangunan secara spasial dalam rangka mendorong peningkatan peran pesisir dalam penataan dan pengelolaan lingkungan sekitarnya; 5. Bina Siaga Bencana atau Perubahan Iklim, yaitu kegiatan yang mencakup usahausaha pengurangan risiko bencana dan dampak perubahan iklim, rencana aksi desa dalam pengurangan risiko bencana, penyadaran, gladi/latihan secara reguler, memudahkan akses data dan informasi bencana, pembangunan sarana dan prasarana penanggulangan bencana Cantara lain jalur evakuasi, shelter, struktur pelindung terhadap bencana, fasilitas kesehatan, dan cadangan strategis desa) yang menekankan pada partisipasi dan keswadayaan dari kelompok-kelompok sosial yang terdapat pada /komunitas pesisir. Berikut ini tabel penjelasan tentang program pelaksanaan kegiatan RPDP beserta waktu pelaksanaan, lokasi, sasaran,tujuan kegiatan, target dan juga sumber pendanaan program Silo : 37

39 Tabel. Program kegiatan perencanaan pembangunan Silo No Program Kegiatan Tujuan Kegiatan Lokasi sasaran Target Sifat Waktu Pelaksanaan Biaya Ket. B L R P Rp (x.1000) Sumber A. BINA LINGKUNGAN DAN INFRASTRUKTUR 1 Peningkatan ruas jalan 2 Pembuatan jembatan beton 3 Pembuatan jalan cone blok 4 Peningkatan badan jalan Memudahkan tranfortasi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Mempermuda h hubungan desa lain Penimbunan jalan Jalan protoko l silo baru Dusun X desa silo baru Dusun X desa silo baru Dusun X desa silo baru Memudahk an tranfortasi dan meningkatk an pertumbuh an ekonomi Memudah kan tranfortasi dan meningkat kan pertumbu han ekonomi Memudah kan jalan keluar desa dan menuju wisa mangruve Memudah kan jalan ke wisata mangruve 6000 m x x x x 2.000,0 00 PDPT, 8 m x 3 m x PDPT 380 m x 3 m x o,6 m x PDPT 1000 m x PDPT 38

40 5 Pembuatan jembatan komposisi plat beton 6 Pembangunan siring pasang (drainase) 7 Perumahan nelayan 8 Pembangunan sarana air bersih 9 Tutup penahan tanah 10 Pembuatan gorong gorong adanya saluran pembuangan yang lancar agar tidak terjadi genangan air Meningkatkan kesejahteraan nelayan memperoleh air bersih untuk kebutuhan rumah tangga 11 Pemadasan Penyambung jalan menuju desa lubuk palas Dusun x desa silo baru Dusun VI s/d dsn X silo baru Dusun XI,XIII,I II s/d VII Dusun I s/d X Dusun I s/d X Dusun V Memudahk an tranfortasi dan meningkatk an pertumbuh an ekonomi t Silo Untuk mengentas kan kemiskinan t t Silo Penguatan badan jalan dari longsor Untuk pembuang an air Sebagai penghubun g antar desa 4 m 30 m x x x PDPT, dibangunny a siring pasang pada tiap ruas jalan desa sepanjang 2000 m direhabnya minimal 8 rumah warga per tahun seluruh rumah warga mendapatka n pasokan air bersih x x x x 700,000 PDPT, x x x 400,000 PDPT, x x x x x 800,000 PDPT, 12 Km x x x PDPT, 1,20 m x1,50 m x x x PDPT, 3 x 750 m x x x PDPT, 39

41 12 Pembuatan Jembatan Jembatan kayu VII Sebagai penyebera ngan desa 13 Gapura desa Dusun I Batas wilayah antar desa 14 Pembuatan Tanggul Penahan Banjir 90 m x5x5 m x x x PDPT, 15,000 PDPT, VII 6000 m x PDPT No Program Kegiatan Tujuan Kegiatan Lokasi sasaran Target Sifat Waktu Pelaksanaan Biaya Ket. B L R P Rp (x.1000) Sumber pembuatan tembok penahan tanah (TPT) 17 pembuatan plat decker jembatan 18 pengadaan lampu jalan No Program Kegiatan Tembok penahan tanah memperlancar jalur transportasi ke lokasi kebun terwujudnya lingkungan yang nyaman bagi pengguna jalan Tujuan Kegiatan Dusun VI Dusun III & IV Untuk mencegah erosi air pasang t Silo t Silo dibangunny a TPT sepanjang 30 m dibangunny a 4 unit jembatan penghubung antar dusun dibangunny a lampu jalan seluruh ruas jalan desa x x 30,000 PDPT, x x x 250,000 PDPT, x x 25,000 PDPT, Lokasi sasaran Target Sifat Waktu Pelaksanaan Biaya Ket. B L R P Rp (x.1000) Sumber

42 19 pengerasan jalan dan pengaspalan penetrasi B. BINA MANUSIA 1 Pemberian beasiswa bagi anak yang tidak mampu 2 honor tetap guru TPQ 3 pelatihan dan pengadaan komputer 4 Pengadaan tambahan fasilitas JAMKESMAS tersedianya sarana jalan yang layak dan nyaman untuk menolong anak -anak yang tidak mampu meneruskan sekolah guru honorer mendapatkan penghasilan tetap anak-anak sekolah mempunyai keterampilan teknologi komputer tersedianya jaminan layanan kesehatan bagi t desa anak usia sekolah yang tidak mampu guru-guru TPQ pelajar SD, SLTP dan SLTA t Silo dilaksanaka nnya pengerasan jalan sepanjang 3000 m dan pengaspala n 9000 m tersedianya beasiswa tiap tahun untuk 12 orang anak kel. Miskin diberikanny a honor tetap tiap tahun untuk guru TPQ tersedianya 2 unit komputer tiap sekolah dislenggara kannya pelatihan bagi siswa Seluruh tidak mampu mendapat fasilitas Jamkesmas X x x x 535,000 PDPT, x x x x 45,000 PDPT, x x x x x 15,000 PDPT, x x 95,000 PDPT, x x 200,000 PDPT, No Program Kegiatan Tujuan Kegiatan Lokasi sasaran Target Sifat Waktu Pelaksanaan Biaya Ket. 41

43 B L R P Rp (x.1000) Sumber Pengadaan Tenaga medis (dokter, perawat dan mantri) 6 penyediaan posyandu pelayanan kesehatan bagi anak cacat dan lansia 7 Peningkatan kapasitas keterampilan 8 pembuatan gedung serba guna 9 pembuatan lapangan olahraga (volly, bulutangkis, bola kaki) memperoleh layanan kesehatan yang baik menyediakan tempat pelayanan kesehatan bagi lansia dan anak cacat meningkatkan keterampilan dalam mengelola SDA menyediakan sarana bagi aktifitas seni budaya menyediakan sarana olahraga yang representatif anak cacat dan lansia anak cacat dan lansia t Silo remaja dan karang taruna remaja dan karang taruna bertambahn ya tenaga medis yang melayani kesehatan warga seluruh warga lansia dan anak cacat mendapat pelayanan kesehatan terselenggar anya pelatihan keterampila n usaha dibangunny a 1 unit gedung serbaguna lengkap dengan tendanya dibangunny a 1 unit lapangan bola volly dan 1 unit lapangan bulutangkis dan lapangan sepakbola x x x x x 200,000 PDPT, x x 100,000 PDPT, x x 20,000 PDPT, x x x 275,000 PDPT, x x 150,000 PDPT, 42

44 No Program Kegiatan Tujuan Kegiatan Lokasi sasaran Target Sifat Waktu Pelaksanaan Biaya Ke t. B L R P Rp (x.1000) Sumber rehab dan peningkatan sarana dan prasarana masjid 11 peningkatan kapasitas keterampilan generasi muda di bidang sosial dan seni budaya 12 pelatihan bagi aparatur desa dan BPD 13 Penambahan honor kades dan BPD meningkatkan peran masjid sebagai sarana ibadah meningkatkan peran generasi muda dalam bidang sosial dan budaya Meningkatnya peran kelembagaan desa untuk partisipasinya dalam pembangunan desa Kades dan aparat desa dan BPD bisa bekerja dengan lebih baik warga desa dan jemaah masjid remaja dan karang taruna aparat desa dan BPD aparat desa dan BPD terlaksanan ya perbaikan dan penambaha n saranaprasarana masjid terlaksanan ya kegiatan peningkatan keterampila n generasi melalui pendidikan dan pelatihan bidang sosial dan seni budaya terlaksanan ya pelatihan bagi seluruh aparatur desa dan BPD tersedianya tambahan honor perangkat desa dan BPD x x x 250,000 PDPT, X x 20,000 PDPT, X x 10,000 PDPT, x x x x 114,000 PDPT, 43

45 No Program Kegiatan Tujuan Kegiatan Lokasi sasaran Target Sifat Waktu Pelaksanaan Biaya Ket. B L R P Rp (x.1000) Sumber penambahan sarana kerja bagi aparatur desa dan BPD 15 pengadaan pakaian seragam aparatur desa dan BPD 16 penambahan biaya operasional kantor 17 penyusuan APBDes 18 Pelatihan dan sosialisasi pemahaman UU dan perda tentang desa Kades dan aparat desa dan BPD bisa bekerja dengan lebih baik Menciptakan kedisiplinan dan keseragaman dalam bertugas Membantu kelancaran administrasi desa Agar arah pendapatan dan pembelanjaan desa bisa lebih terarah Aparatur desa dan BPD memahami tentang UU dan Perda/des aparat desa dan BPD aparat desa dan BPD aparat desa dan BPD t desa Silo aparat desa dan BPD tersedianya sarana kerja berupa ATK dan komputer untuk Kantor dan BPD tersedianya pakaian seragam seluruh perangkat desa dan anggota BPD bertambahn ya biaya operasional kantor desa dari tahun sebelumnya tersusunnya Perdes APBDes setiap tahun terlaksanan ya sosialisasi UU dan Perda bagi seluruh perangkat desa dan BPD x x x x 25,000 PDPT, X x 10,000 PDPT, x x x x 30,000 PDPT, X x 15,000 PDPT, X x 15,000 PDPT, 44

46 No Program Kegiatan Tujuan Kegiatan Lokasi sasaran Target Sifat Waktu Pelaksanaan Biaya Ket. B L R P Rp (x.1000) Sumber pelatihan keterampilan pengelolaan hasil perikanan meningkatkan nilai jual hasil tangkapan nelayan C. BINA SIAGA BENCANA DAN PERUBAHAN IKLIM t nelayan dan perempuan nelayan desa Silo terlaksanan ya pelatihan keterampila n pengolahan ikan bagi kelompok nelayan dan wanita nelayan x x 15,000 PDPT, 1 Pembangunan jalan evakuasi tsunami 2 Pembangunan shelter tempat penampungan pengungsi 3 Pembuatan peta resiko bencana 4 Pengadaan peralatan penanganan bencana memudahkan proses evakuasi saat terjadi bencana menyediakan tempat penampungan sementara bagi pengungsi akibat bencana memberikan informasi bagi tentang lokasi rawan bencana membantu kelancaran proses penanganan bencana t desa Silo t desa Silo t desa Silo t desa Silo dibangunny a jalan evakuasi tsunami dibangunny a shelter penampung an pengungsi dibuatnya peta resiko bencana di 2 dusun diadakanny a peralatan penanganan bencana x x 300,000 PDPT, x x x 300,000 PDPT, x x 50,000 PDPT, x x 400,000 PDPT, 45

47 5 Pembangunan gudang logistik bencana 6. Pembangunan jalan rabat beton No Program Kegiatan tempat penyimpanan peralatan penanganan bencana dan logistik Mencegah abrasi/banjir ke area Tujuan Kegiatan t desa Silo dibangunny a gudang logistik bencana x x 200,000 PDPT, Masyaraka t silo baru Dibangunny a jalan rabat beton x x x desa x Silo PDPT, Lokasi sasaran Target Sifat Waktu Pelaksanaan Biaya Ket. B L R P Rp (x.1000) Sumber Pengadaan alat komunikasi peringatan dini tsunami 7 Pembangunan tanggul pemecah ombak D. BINA SUMBERDAYA 1 Pengembangan kawasan Ekowisata 2 Penanaman pohon mangruve membantu kelancaran proses penanganan bencana mencegah abrasi pantai optimalisasi pemanfaatan potensi SDA Pembibitan/ penanaman Pinggir an sungai / kuala t desa Silo t desa Silo t Silo Wisata mangrove dan mengatasi abrasi dan penghijaua n diadakanny a peralatan komunikasi untuk penanganan bencana dibangunny a tanggul pemecah ombak sepanjang 300 m dibangunny a sarana dan prasarana objek wisata pantai Mencegah abrasi x x 200,000 PDPT, x x x 300,000 PDPT, x x x 150,000 PDPT, x x x x x 50,000 PDPT 46

48 3 pembuatan biogas No Program Kegiatan memanfaatkan kotoran ternak sebagai sumber energi Tujuan Kegiatan warga desa yang memiliki ternak dibangunny a reaktor biogas di setiap dsn x x 50,000 PDPT, Lokasi sasaran Target Sifat Waktu Pelaksanaan Biaya Ket. B L R P Rp (x.1000) Sumber pembuatan perdes tentang kepemilikan lahan dan tataguna tanah desa 5 Penanaman mangruve 6 pengadaan tanah kas desa 7 pengelolaan daerah pantai mengatur kepemilikan lahan oleh pihak luar dan pemanfaatan lahan desa Mencegah terjadinya abrasi pada badan jalan desa memperoleh sumber pendapatan sendiri untuk pembangunan Menjadikan areal Pantai sebagai tujuan wisata yang dapat menambah pendapatan dan desa t dan pendatang Agar masyarak at tidak terkena dampak air pasang dan abrasi lahan desa Silo kawasan pantai desa Silo dikeluarkan nya perdes untuk pengaturan kepemilikan lahan dan tataguna tanah desa Melestarika n pohon mangrove dan lingkungan tersedianny a lahan usaha produktif untuk kas desa kawasan pantai dikelola secara profesional oleh desa x x 10,000 PDPT, x x PDPT x x 100,000 PDPT, x x x 100,000 PDPT, 47

49 8 Rehabilitasi vegetasi pantai (penanaman pohon cemara dan ketapang) menahan pecahnya ombak di pantai yang menyebabkan abrasi t desa Silo terlaksanan ya penanaman vegetasi seluruh pantai x x 85,000 PDPT, No Program Kegiatan Tujuan Kegiatan Lokasi sasaran Target Sifat Waktu Pelaksanaan Biaya Ket. B L R P Rp (x.1000) Sumber Rehabilitasi habitat kerang 10 Penanaman Mangruv E. BINA USAHA 1 Pembuatan usaha mengurangi hempasan ombak sehingga dapat mencegah abrasi pantai Pembibitan dan penanaman Lesehan kuliner Dusun X desa silo baru t desa Silo Masyaraka t desa silo baru Menumbu hkan lapangan pekerjaan dilakukanny a rehabilitasi terumbu karang yang telah rusak Mencegah abrasi x x 150,000 PDPT, x , 000 PDPT 15 mx 25 m x x PDPT 2 Pembuatan usaha 3 penyusunan perdes pengelolaan kegiatan usaha Wisata pemancingan mengatur dan menata usaha termasuk penataan usaha ternak Pinggir an aliran sungai /kuala Peningkat an pendapata n masyarak at t Silo yang memiliki usaha 10 pondok x PDPT keluarnya Perdes untuk pengaturan usaha x x 10,000 PDPT, 48

50 4 penambahan modal untuk kegiatan usaha 5 pelatihan keterampilan usaha bagi meningkatkan kemampuan usaha membuka peluang usaha t desa yang memiliki usaha t desa yang memiliki usaha tersedianya modal usaha melalui koperasi perbankan dengan bunga ringan terlaksanan ya pelatihan keterampila n usaha bagi x x 100,000 PDPT, x x 20,000 PDPT, No Program Kegiatan Tujuan Kegiatan Lokasi sasaran Target Sifat Waktu Pelaksanaan Biaya Ket. B L R P Rp (x.1000) Sumber pembentukan kelembagaan usaha 7 pengadaan pupuk bersubsidi 8 pembuatan pupuk organik membantu kelancaran pemasaran usaha menyediakan pupuk bersubsidi bagi petani memberikan pupuk alternatif bagi t desa yang memiliki usaha t petani Silo t petani Silo dibentuknya lembaga usaha pemasaran untuk mempermu dah pemasaran produk tersedianya pupuk bersubsidi yang cukup dan kontinyu mampu membuat pupuk organik secara 49 x x 15,000 PDPT, x x x x x 200,000 PDPT, x x 15,000 PDPT,

51 mandiri 9 pemanfaatan lahan tidur dengan usaha tani terpadu Agar desa bisa menambah pendapatan Diluar APBD t petani Silo dimanfaatka nnya semua lahan tidur yang ada di Merpas x x 50,000 PDPT, N o Program Kegiatan Tujuan Kegiatan Loka si sasara n Target Sifa t Waktu Pelaksanaan B L R P Rp (x.1000) Sumbe r pengadaa n handtracto r 11 pembuata n irigasi desa 12 pengadaa n mesin sedot air meningka tkan produktivi tas petani memenu hi kebutuha n pasokan air untuk pertanian memenu hi kebutuha n pasokan air untuk pertanian masyar akat petani Silo masyar akat petani Silo masyar akat petani Silo tersedia nya hand traktor untuk pengola han lahan usaha tani yang cukup dibangu nannya irigasi desa sekitar 2500 m diadaka nnya mesin sedot air pada kawasa n 50 Biay a Ket. x x x 50,000 PDPT, APBD, PNPM, APBN, DAK x x x 350,000 PDPT, APBD, PNPM, APBN, DAK x x 10,000 PDPT, APBD, PNPM, APBN, DAK

52 pertania n 13 pengadaa n alat tangkap ikan dan perahu 14 pengadaa n sarana pengangk utan hasil nelayan meningka tkan produktifit as nelayan desa mempero leh sumber pendapat an sendiri untuk pembang unan masyar akat nelaya n desa Silo masyar akat nelaya n desa Silo tersedia nya bantuan alat tangkap ikan dan perahu bagi kelomp ok nelayan tersedia nya 2 unit alat angkut hasil tangkap an nelayan x x x 1000,000 PDPT, APBD, PNPM, APBN, DAK x x 50,000 PDPT, APBD, PNPM, APBN, DAK No Program Kegiatan Tujuan Kegiatan Lokasi sasaran Target Sifat Waktu Pelaksanaan Biaya Ket. B L R P Rp (x.1000) Sumber pembuatan bangunan TPI 16 pembuatan pelabuhan kecil pendaratan perahu nelayan menyediakan tempat pendaratan hasil tangkapan nelayan menyediakan fasilitas tambat labuh perahu nelayan t nelayan desa Silo t nelayan desa V dibangunny a 1 unit TPI dibangunny a fasilitas tambat labuh perahu 51 x x 250,000 PDPT, x x x 125,000 PDPT,

53 nelayan 17 pembangunan objek wisata dan permainan pantai 18 Pelatihan dan Pengolahan sabut kelapa 19 pembuatan briket dari tempurung kelapa Menjadikan areal Pantai sbg Obyek wisata yang dapat menambah pendapatan dan desa memberikan mata pencaharian alternatif bagi pesisir memberikan mata pencaharian alternatif bagi pesisir kawasan pantai desa Silo t desa Silo t desa Silo tersedianny a lokasi wisata dengan sarana permainan dan hiburan di pantai dilaksanaka nnya pelatihan dan pengemban gan usaha sabut kelapa berkembang nya usaha briket dari tempurung kelapa x x x x 250,000 PDPT, x x 175,000 PDPT, x x 50,000 PDPT, No Program Kegiatan Tujuan Kegiatan Lokasi sasaran Target Sifat Waktu Pelaksanaan Biaya Ket. B L R P Rp (x.1000) Sumber Pelatihan dan Pengolahan rumput laut memberikan mata pencaharian alternatif bagi pesisir t desa Silo dilaksanaka nnya pelatihan dan pengemban gan usaha rumput laut x x 50,000 PDPT, 52

54 21 Pelatihan dan penjualan Keterampilan Kerang Laut 22 Pembangunan sarana dan prasarana usaha warung pesisir memberikan mata pencaharian alternatif bagi pesisir menyediakan kebutuhan nelayan untuk melaut dan kebutuhan akan suku cadang alat tangkap dan mesin t desa Silo kelompok usaha t dilaksanaka nnya pelatihan dan pengemban gan usaha souvenir dari kerang laut berdirinya 2 unit warung pesisir x x 50,000 PDPT, x 200,000 PDPT, 53

55 TIM PENYUSUN RENCANA PENGEMBANGAN DESA DESA SILO BARU KECAMATAN SILAU LAUT KABUPATEN ASAHAN 1. AHMAD SOFYAN Kepala Ketua tim 2. Abdul Latif Seketaris Seketaris Tim 3. TARMIJI PANJAITAN Ketua BPD Anggota Tim 4. ABDUL WAHID MANGUNSONG Seketaris BPD Anggota Tim 5. SAFRIN LPM Anggota Tim 6. ROSMAWATI MANURUNG Kaur Pemerintah Anggota Tim 7. BUDI DARMA Kaur Pembangunan Anggota Tim 8. SITINAISAH Kaur Umum Anggota Tim 9. M. ARSID Kaur Kesra Anggota Tim 10. HERI KADRI MANURUNG Tokoh Pemuda Anggota Tim 11. DEWIANA Tokoh Perempuan Anggota Tim 12. AMINUDDIN SITORUS Wakil Masyarakat Anggota Tim 13. ISKANDAR Wakil Masyarakat Anggota Tim 14. NAZARUDDIN Kepala Dusun Anggota Tim 15. JOHANI Kepala Dusun Anggota Tim 16. HEBAT KELANA Kepala Dusun Anggota Tim 17. ARIFIN MANURUNG Kepala Dusun Anggota Tim 18. SUPARDI Kepala Dusun Anggota Tim 19. SIDIK AM Kepala Dusun Anggota Tim 20. KUSNAN Kepala Dusun Anggota Tim 21. SIDIK JR Kepala Dusun Anggota Tim 22. MUJITO Kepala Dusun Anggota Tim 23. HUSIN SITUMORANG Kepala Dusun Anggota Tim 24. SUNARTO Kepala Dusun Anggota Tim 54

56 BAB VII MONITORING DAN EVALUASI 7.1. Konsep dan Definisi Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan (monitoring) dan Evaluasi (evaluation) adalah suatu proses yang tidak dapat dipisahkan dengan perencanaan dan implementasi dari sebuah program kegiatan atau program kerja. Dengan demikian, Pemantauan dan Evaluasi (PE) adalah salah satu unit kegiatan penting dalam konteks rencana strategis karena salah satu keluaran rencana strategis adalah indikasi program yang merupakan turunan dari stratagi yang telah ditetapkan. Secara umum, tujuan PE adalah mengukur (measurement) dan menduga (assessment) kinerja dari sebuah program agar dapat mengelola hasil (outcomes) dan keluaran (outputs) program tersebut dengan lebih efisien (UNDP, 2002). Dengan demikian kata kunci penting dalam tujuan PE ini adalah kinerja program (perfomances) yang didefinisikan sebagai kemajuan atau hasil yang telah dicapai. Secara tradisional, tujuan dari PE menitikberatkan pada perkiraan input dan implementasi dari sebuah program, namun dalam konteks modern, PE lebih memfokuskan diri pada proses pengukuran dan pendugaan dari faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kinerja yang sedang diteliti. Secara standar, tujuan PE terdiri dari empat unsur utama seperti yang disajikan pada Gambar 7.1berikut ini. belajar dari pengalaman membangun kapasitas Meningkatkan akuntabilitas dan kemampuan reposisi Membuat keputusan yang berbasis informasi Gambar 7.1. Tujuan pemantauan dan evaluasi (diadopsi dari UNDP, 2002 dalam Adrianto, 2005) 55

57 Sementara itu, per definisi, pemantauan (monitoring) adalah sebuah fungsi atau proses yang berkelanjutan dengan tujuan utama menyediakan indikasi awal dari kemajuan atau kemunduran dari kinerja sebuah program kepada pihak pengelola (manajemen). Ada delapan prinsip pemantauan yang baik (good principles of monitoring) yaitu (UNDP, 2002): (1) fokus pada hasil dan follow-up-nya; (2) disain pemantauan yang baik; (3) kunjungan reguler terhadap program yang dipantau; (4) melakukan analisis reguler terhadap setiap pencapaian hasil; (5) dilakukan dengan prinsip partisipatif; (6) dilakukan dengan menggunakan pendekatan indikator dan pengembangan garis dasar (baselines) program; (7) menduga relevansi dan keberhasilan dari setiap titik pencapaian hasil dari program; dan (8) menjadikan setiap proses pemantauan sebagai pembelajaran (lesson learned). Sedangkan menurut definisinya, evaluasi (evaluation) adalah upaya atau proses selektif yang bertujuan untuk memperkirakan kemajuan (progress) dari sebuah program secara sistematik dan berorientasi pada hasil (UNDP, 2002). Ruang lingkup dari evaluasi mencakup empat hal yaitu (1) status hasil (outcomes status) yaitu apakah hasil sudah dicapai atau belum dan apabila belum apakah terdapat kemajuan untuk mencapai hasil yang sudah diperkirakan; (2) faktor yang berpengaruh (underlying factors) yaitu sebuah analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil; (3) kontribusi pengelola (proponent contribution) yaitu kontribusi dari pengelola terhadap proses pencapaian hasil; dan (4) strategi kemitraan (partnership strategy) yaitu apakah dalam evaluasi dilakukan proses kemitraan antara pengelola dengan seluruh stakeholder yang terlibat dalam program yang sedang dievaluasi serta efektivitas pelaksanaannya Rantai Pemantauan dan Evaluasi Dalam konteks proses, rantai pemantauan dan evaluasi (PE) secara diagram dapat digambarkan seperti yang dapat dilihat pada Gambar

58 SCOPE OF INPUTS Tenaga ahli (experts) Perlengkapan (equipments) Dana (funds) SCOPE OF OUTPUTS SCOPE OF OUTCOMES Studies completed People trained Peningkatan pendapatan Penciptaan lapangan kerja baru SCOPE OF IMPACTS Kondisi kesehatan meningkat Angka harapan hidup meningkat Gambar 7.2. Rantai proses pemantauan dan evaluasi Rantai PE yaitu terdiri dari rantai ruang lingkup input (scope of inputs), ruang lingkup keluaran (scope of outputs), ruang lingkup hasil (scope of outcomes), dan ruang lingkup dampak (scope of impacts) dari sebuah program yang sedang mendapatkan perlakuan PE. Dengan demikian, rantai proses PE dimulai dari pendugaan dan estimasi input yang diperlukan dalam implementasi sebuah program yang telah direncanakan di mana prinsip dasar dari estimasi input ini adalah azas efisiensi. Proses ini kemudian dilanjutan dengan menentukan prakiraan keluaran yang diharapkan, hasil program sekaligus dampak yang dapat ditimbulkan dari implementasi sebuah program. 57

59 7.3. Pengukuran Kinerja Salah satu faktor penting dalam PE adalah pengukuran kinerja dari sebuah program yang telah ditetapkan. Dalam konteks rencana pengembangan desa pesisir tangguh, maka pengukuran kinerja ini dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan indikator seperti yang dapat dilihat secara diagram pada Gambar 7.3. Indikator yang digunakan harus dapat diukur, mudah pengukurannya dan jumlahnya tidak terlalu banyak proporsional terhadap tujuan pengukuran kinerja itu sendiri. PERFORMANCE MEASUREMENT Sistem Rating (Pemeringkatan) Pengukuran Efisiensi PEMILIHAN INDIKATOR Langkah kunci dalam pemilihan indikator Perencanaan indikator PENGGUNAAN INDIKATOR Pelibatan stakeholders Pemanfaatan indikator dalam monitoring Gambar 7.3. Pentingnya pendekatan indikator dalam pengukuran kinerja Menurut DKP (2004), indikator kinerja dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis yaitu indikator masukan (input), indikator keluaran (output), indikator hasil (outcome), indikator manfaat (benefit) dan indikator dampak (impact). Indikator untuk masing-masing kelompok tersebut harus diestimasi dan ditentukan berdasarkan beberapa prinsip seperti yang ditentukan oleh UNDP (2002) yaitu : (1) estimasi indikator dilakukan dengan basis atau target tertentu; (2) menggunakan indikator proxy apabila perlu; (3) menggunakan data disagregat; (4) melibatkan stakeholder untuk menentukan indikator; (5) membedakan antara indikator kuantitatif dan kualitatif; (6) membatasi jumlah indikator; (7) menggunakan timelines yang tepat sehingga indikator yang diestimasi tepat sasaran dan waktu program. Menurut Thia-Eng (2006) dalam buku the Dynamic of Integrated Coastal Management, salah satu indikator yang disarankan dalam pengelolaan pesisir terpadu adalah dengan 58

60 menggunakan kerangka kerja (framework) DPSIR seperti pada Gambar 7.4. Dalam model ini, indikator monitoring dan evaluasi terhadap komponen faktor pendorong (driving force), tekanan (pressure), status atau kondisi (state), dampak suatu tekanan (impact) dan upaya atau kebijakan yang telah diambil (response) dianalisis secara sistimatis dan berkesinambungan. Gambar 7.4. Konsepsi kerangka kerja (framework) Driving force-pressure-state-impact- Response (DPSIR) dan indikator dalam melakukan pengelolaan wilayah pesisir, dari proses identifikasi issu hingga monitoring dan evaluasi dalam upaya penyempurnaan secara terusmenerus (continued improvement) (UNESCO, 2003; AIDEnvironement et al. 2004; IOC 2005) Indikator Driving forces didefinisikan sebagai perkembangan ekonomi, demograsi dan sosial dalam suatu yang terkait dengan perubahan pola produksi dan konsumsi. Atau dapat didefinisikan sebagai berbagai kegiatan ekonomi dan sosial yang berpotensi mempengaruhi sistem alam dan manusia (termasuk wilayah pesisir) di suatu lokasi dan waktu 59

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR ( RPDP ) DESA ASAHAN MATI TAHUN

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR ( RPDP ) DESA ASAHAN MATI TAHUN DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR ( RPDP ) DESA ASAHAN MATI TAHUN 2014-2016 Pengembangan Pesisir Tangguh(PDPT) Asahan Mati Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan 2014-2016 NASKAH RENCANA PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA YOPMEOS

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA YOPMEOS DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA YOPMEOS 2012-2016 KABUPATEN TELUK WONDAMA 2012 RPDP Yopmeos 2012-2016 1 Tabel 12. Program kegiatan perencanaan pembangunan Yopmeos 2012-2016 No Program

Lebih terperinci

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR ( RPDP ) DESA PEMATANG SEI BARU TAHUN

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR ( RPDP ) DESA PEMATANG SEI BARU TAHUN DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR ( RPDP ) DESA PEMATANG SEI BARU TAHUN 2014-2016 Pengembangan Pesisir Tangguh(PDPT) Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan 2014-2016 NASKAH RENCANA PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir

Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir i Kata Pengantar Kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mempunyai potensi dampak kerusakan habitat, perubahan pada proses

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAUR PROVINSI BENGKULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAUR PROVINSI BENGKULU PEMERINTAH KABUPATEN KAUR PROVINSI BENGKULU DOKUMEN REVIEW RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR ( RPDP ) TAHUN 2012-2016 DESA BATU LUNGUN KECAMATAN NASAL P E N G E M B A N G A N D E S A P E S I S I R T A

Lebih terperinci

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA SOMBOKORO

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA SOMBOKORO DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA SOMBOKORO 0-06 KABUPATEN TELUK WONDAMA 0 RPDP Sombokoro 0-06 Tabel. Program kegiatan perencanaan pembangunan Sombokoro 0-06 No Program Kegiatan Tujuan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DAFTAR KEWENANGAN GAMPONG BERDASARKAN HAK ASAL USUL

DAFTAR KEWENANGAN GAMPONG BERDASARKAN HAK ASAL USUL LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN GAMPONG BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA GAMPONG DALAM KABUPATEN BIREUEN DAFTAR KEWENANGAN GAMPONG

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan :

MEMUTUSKAN : Menetapkan : SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN BINTAN

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Pesisir di Indonesia dihadapkan pada empat persoalan pokok, yakni: (1) tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir; pada tahun 2010 kemiskinan di desa-desa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa 1. Sejarah Desa Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam gunung berapi di Magelang Kecamatan Serumbung Jawa tengah. Pada

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA KLEPU TAHUN DITETAPKAN DENGAN PERATURAN DESA KLEPU NO TAHUN 2014

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA KLEPU TAHUN DITETAPKAN DENGAN PERATURAN DESA KLEPU NO TAHUN 2014 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA KLEPU TAHUN 2014-2018 DITETAPKAN DENGAN PERATURAN DESA KLEPU NO TAHUN 2014 DESA KLEPU KECAMATAN KRANGGAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PERATURAN DESA KLEPU NOMOR

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Hasil identifikasi kerentanan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SERANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SERANG BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 23 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SERANG

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA SERTA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG -1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG DAFTAR KEWENANGAN GAMPONG BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA GAMPONG DI KABUPATEN ACEH TIMUR

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2094,2014 KEMENDAGRI. Desa. Pembangunan. Pedoman. MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN BUPATI LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU,

Lebih terperinci

Mengingat :.1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003 tentang

Mengingat :.1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003 tentang BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR Y TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.158, 2015 KEMENDESA-PDT-TRANS. Kewenangan. Hak Asal-Usul. Lokal. Berskala Desa. Pedoman. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia 14 Desember 2015 PROGRAM PENGUATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 BAB V RENCANA PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN Prioritas pembangunan Kabupaten Lingga Tahun diselaraskan dengan pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan sesuai dengan amanat dari Peraturan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 6.1. STRATEGI Untuk mewujudkan visi dan misi daerah Kabupaten Tojo Una-una lima tahun ke depan, strategi dan arah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 63 Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

Disampaikan pada: SOSIALISASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA dan TRANSISI PNPM MANDIRI Jakarta, 30 April 2015

Disampaikan pada: SOSIALISASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA dan TRANSISI PNPM MANDIRI Jakarta, 30 April 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERMENDES NO.1: Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa PERMENDES NO.5: Penetapan

Lebih terperinci

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN DESA DENGAN

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan

Lebih terperinci

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160.2015 KEMENDESA-PDT-TRANS. Desa. Pendampingan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang :

Lebih terperinci

Oleh: Bito Wikantosa Kasubdit Perencanaan dan Pembangunan Partisipatif

Oleh: Bito Wikantosa Kasubdit Perencanaan dan Pembangunan Partisipatif Oleh: Bito Wikantosa Kasubdit Perencanaan dan Pembangunan Partisipatif LATAR BELAKANG MASALAH Definisi Desa menurut UU Desa Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

Lebih terperinci

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG KEPALA DESA CABAK KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI PERATURAN DESA CABAK NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP-Desa) DESA CABAK TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR (KMP) BINTANG NELAYAN PROGRAM PENGEMBANGAN DESA PESISIR TANGGUH TAHUN 2014

RENCANA KEGIATAN KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR (KMP) BINTANG NELAYAN PROGRAM PENGEMBANGAN DESA PESISIR TANGGUH TAHUN 2014 RENCANA KEGIATAN KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR (KMP) BINTANG NELAYAN PROGRAM PENGEMBANGAN DESA PESISIR TANGGUH TAHUN 2014 DESA SILO BARU KECAMATAN SILAU LAUT 2014 KEPENGURUSAN KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

DAFTAR BIDANG KELOMPOK KEGIATAN APBD DESA

DAFTAR BIDANG KELOMPOK KEGIATAN APBD DESA DAFTAR BIDANG KELOMPOK KEGIATAN APBD DESA Kode Uraian 1 BIDANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA 1 1 Operasional Pemerinthan Desa 1 1 1 Penghasilan Tetap dan Tunjangan 1 1 2 Operasional Perkantoran 1 1

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 58 Tahun 2010 TENTANG PROGRAM DESA MANDIRI DALAM PERWUJUDAN DESA PERADABAN DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia. Indonesia

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMK Aceh Tamiang Tahun 2013-2017, baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum 1.3. Gambaran Umum 1.3.1. Kondisi Geografis Daerah 1.3.2. Gambaran Umum Demografis 1.3.3.

Lebih terperinci

MATRIK RANCANGAN RPJM DESA TAHUN :

MATRIK RANCANGAN RPJM DESA TAHUN : DESA KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI N o : BINTANG ARA : BINTANG ARA : TABALONG : KALIMANTAN SELATAN / Jenis Kegiatan Jenis Kegiatan MATRIK RANCANGAN RPJM DESA TAHUN : 201-2020 Tahun 201 (Rp. 000,-) Tahun

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2032 DISEBARLUASKAN OLEH : SEKRETARIAT DEWAN SUMBER

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Luas wilayah ha. 33 kecamatan 12 kelurahan 378 desa Rukun Warga (RW) Rukun Tetangga (RT).

GAMBARAN UMUM. Luas wilayah ha. 33 kecamatan 12 kelurahan 378 desa Rukun Warga (RW) Rukun Tetangga (RT). GAMBARAN UMUM Luas wilayah 353.486 ha. 33 kecamatan 12 kelurahan 378 desa 3.156 Rukun Warga (RW) 14.695 Rukun Tetangga (RT). Jumlah penduduk 2.544.315 (Pertumbuhan 0.68%) Laki-laki 50.25% Perempuan 49.75%

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Kata Pengantar Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, maka dapatlah disusun Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Akhir Tahun Anggaran 2015

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS TAHUN 2015 Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Pekalongan Tahun 2015 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD Kabupaten Pekalongan tahun 2011-2016.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Cover Kata Pengantar... ii DaftarIsi... iv Daftar Gambar... v Daftar Tabel... vi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Maksud dan Tujuan... 2 1.3 Kegiatan utama program... 3 1.4 Ruang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG GERAKAN MEMBANGUN DESA MANGGATANG UTUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kapur IX adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota,

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kapur IX adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota, BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis dan demografi Kapur IX adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia. Kapur IX adalah salah satu dari tiga

Lebih terperinci

selama 12 jam. Pendapatan mereka rataratanya 1.5 juta rupiah sebulan. Saat ini, mata Nelayan 1.000.000 kerja masyarakat adalah nelayan selama 4 jam.

selama 12 jam. Pendapatan mereka rataratanya 1.5 juta rupiah sebulan. Saat ini, mata Nelayan 1.000.000 kerja masyarakat adalah nelayan selama 4 jam. Datar Luas Gambaran Umum Desa Datar Luas terletak di Kecamatan Krueng Sabee dengan luas 1600 Ha terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Makmur Jaya, Dusun Damai dan Dusun Subur. Desa yang dipimpin oleh Andalan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Pada dasarnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2011-2016 diarahkan untuk menjadi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA ( RPJM-DESA ) DAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA ( RKP-DESA ) DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Desa Sripendowo terdiri dari 8 dusun, yang masing-masing dikepalai oleh kepala

IV. GAMBARAN UMUM. Desa Sripendowo terdiri dari 8 dusun, yang masing-masing dikepalai oleh kepala IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Desa Sripendowo Desa Sripendowo terdiri dari 8 dusun, yang masing-masing dikepalai oleh kepala dusun. Desa Sripendowo berada di tengah Kecamatan Bandar Sribhawono, berada di

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Kebijakan Umum adalah arahan strategis yang berfungsi sebagai penunjuk arah pembangunan Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk jangka panjang. Kebijakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 04 TAHUN 2009 T E N T A N G PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DESA TENTANG PENYELENGGARAN PEMERINTAHAN DESA DESA : KARANGSONO KECAMATAN : BARAT KABUPATEN : MAGETAN TAHUN : 2016 Ds. Karangsono, Kec. Barat,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunianya, penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci