Tes Surja untuk Mendeteksi Kerusakan Belitan pada Motor Induksi Tiga Fasa Tegangan Rendah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tes Surja untuk Mendeteksi Kerusakan Belitan pada Motor Induksi Tiga Fasa Tegangan Rendah"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) Tes Surja untuk Mendeteksi Kerusakan Belitan pada Motor Induksi Tiga Fasa Tegangan Rendah Pradika Sakti (1), Dimas Anton Asfani (2), dan I Made Yulistya Negara (3) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya pradika.sakti@gmail.com (1), anton@ee.its.ac.id (2), yulistya@ee.its.ac.id (3) Abstrak Kegagalan belitan atau turn fault pada motor induksi akibat kerusakan isolasi belitan stator merupakan kegagalan yang biasa terjadi. Menurut beberapa penelitian, kerusakan mesin listrik akibat hubung singkat pada stator mempunyai presentase yang cukup besar, mendapatkan peringkat kedua penyebab kerusakan motor listrik setelah kegagalan bearing. Pada kasus ini, motor induksi yang mengalami kegagalan belitan dengan nilai kecil mempunyai nilai arus yang sama seperti keadaan normal. Sehingga tidak dapat diidentifikasi bahwa motor tersebut mengalami kegagalan belitan, namun kegagalan tersebut mampu diidentifikasi dengan baik menggunakan tes surja. Pada umumnya, peralatan untuk melakukan tes surja sudah dalam bentuk modul pabrikan. Sehingga pada penelitian ini, tes surja dilakukan dengan menggunakan beberapa handmade circuit yang lebih ekonomis untuk mendeteksi terjadinya kegagalan belitan. Kata Kunci Motor induksi, turn fault, stator, kegagalan belitan, tes surja, impuls. M I. PENDAHULUAN ESIN-MESIN listrik merupakan komponen penting bagi kelangsungan dunia industri. Banyak orang mengasumsikan, 65-70% energi listrik pada sebuah industri digunakan untuk konsumsi mesin-mesin listrik [1]. Di beberapa industri, kerusakan mesin listrik yang terjadi dapat mengakibatkan penghentian seluruh kinerja produksi pabrik, sehingga mengganggu proses produksi. Oleh karena itu, penghentian proses secara tidak terjadwal pada industri yang disebabkan oleh kerusakan mesin listrik dapat mengakibatkan kerugian finansial yang cukup besar [2]. Sebagian kerusakan pada mesin listrik rata-rata disebabkan oleh kegagalan bearing dan kegagalan isolasi stator [3]. Menurut catatan, kerusakan mesin listrik akibat hubung singkat pada stator mempunyai presentase yang cukup besar, mendapatkan peringkat kedua penyebab kerusakan motor listrik setelah kegagalan bearing [3], [4]. Sekitar 80% dari kegagalan stator pada mesin listrik disebabkan oleh lemahnya isolasi antar belitan [5]. Salah satu kerusakan yang umum terjadi pada belitan motor induksi adalah kegagalan isolasi stator yang disebabkan oleh kegagalan antar belitan (turn-turn fault). Hal ini terjadi ketika isolasi antara dua belitan dalam kumparan yang sama, biasanya juga dalam slot yang sama, rusak sehingga mengurangi kemampuan kumparan untuk menghasilkan medan magnet yang seimbang. Ketidakseimbangan medan magnet yang terjadi dapat menghasilkan getaran, yang kemudian dapat menyebabkan degradasi isolasi serta kegagalan bantalan (bearing failures). [6] Turn fault yang terjadi pada belitan stator ternyata menyerap energi, dan energi tersebut berubah menjadi panas. Sehingga dapat menyebabkan pemanasan lokal pada belitan yang mengalami turn fault [7]. Jika dilakukan operasi dalam waktu yang panjang, pemanasan lokal ini dapat merusak isolasi belitan yang berada ada di sekitar belitan yang mengalami turn fault. Sehingga dapat mengakibatkan kegagalan belitan atau turn fault yang lebih besar maupun kegagalan belitan antar fasa (phase-phase fault) [6]. Kerusakan tersebut semua bisa diawali hanya dari kegagalan belitan dengan nilai yang kecil dan mempunyai kemungkinan yang dapat mengakibatkan kerusakan motor yang lebih besar bahkan memungkinkan motor untuk terbakar. Untuk hubung singkat antar belitan, dapat dideteksi dengan melakukan tes surja pada motor induksi [8]. Peralatan untuk melakukan tes surja biasanya sudah dalam bentuk modul pabrikan, tetapi kali ini untuk melakukan tes surja pada motor induksi digunakan handmade circuit yang lebih simpel dan lebih ekonomis. Tes surja biasanya dilakukan secara offline. Dengan melakukan tes surja, tidak hanya hubung singkat antar belitan yang mampu dideteksi, penurunan rating isolasi sebelum terjadi kerusakan juga dapat dideteksi dengan baik. II. TES SURJA Tes surja merupakan pengujian yang digunakan untuk mengetahui kondisi isolasi antar belitan. Tes surja tidak hanya mampu mendeteksi hubung singkat antar belitan, pengetesan tersebut juga mampu mendeteksi penurunan rating isolasi sebelum terjadi kerusakan [9]. Biasanya, tes surja pada mesin listrik dilakukan dalam kondisi offline atau tidak ada sumber listrik yang mensuplai mesin listik tersebut. Pada prinsipnya, tes surja dilakukan dengan mengalirkan pulsa short current, yang memiliki rise time tertentu, ke belitan stator motor induksi tegangan rendah. Pada dasarnya, untuk melakukan tes surja membutuhkan beberapa rangkaian. Yang pertama, dibutuhkan pembangkit tegangan tinggi DC, kemudian dibutuhkan charging circuit untuk pengisian kapasitor surja. Dan yang terakhir dibutuhkan rangkaian switch capacitor untuk melakukan penyaklaran dalam pengisian dan pelepasan muatan pada kapasitor surja. Dari rangkaian-rangkaian tersebut kita mampu menghasilkan surge generator atau bisa juga disebut dengan generator impuls. Skematik konfigurasi rangkaian pengetesan surja pada motor induksi tegangan rendah dapat dilihat pada Gambar 1.

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) (EAR) untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antar tiap variasi yang dilakukan. Gelombang surja dari belitan yang diuji dibandingkan dengan gelombang surja referensi untuk mengetahui perbedaannya. Persamaan Error Area Ratio (EAR) yang digunakan sebagai berikut [9] : E R Gambar 1. Skematik konfigurasi rangkaian tes surja pada motor induksi tiga fasa. Pada Gambar 1, R dan L merupakan resistansi dan induktansi pada motor induksi, sedangkan C merupakan kapasitor surja, dan S merupakan saklar. Ketika dilakukan pengetesan, pertama-tama saklar S 1 akan menutup sehingga kapasitor surja dimuati oleh tegangan tinggi. Setelah muatan pada kapasitor surja sudah mencapai nilai tegangan yang diinginkan, maka secara bersamaan saklar S 1 akan terbuka dan saklar S 2 akan menutup. Hal ini mengakibatkan terjadinya perpindahan muatan dari kapasitor menuju belitan stator motor induksi tiga fasa. Hal ini disebut peluahan kapasitor menuju impedansi motor. Jika tegangan tersebut melebihi batasan tegangan maksimum dari isolasi, dapat muncul busur api dan menyebabkan perubahan nilai induktansi pada belitan dalam waktu yang singkat. Proses ini dapat dideteksi dengan mengamati respon impuls motor, yang disebut juga gelombang surja [2]. Dari rangkaian ekivalen antara kapasitor surja dan motor induksi membentuk rangkaian RLC seri. Sehingga jika terjadi short circuit antar belitan karena penurunan level isolasi, perubahan yang terjadi pada frekuensi dan magnitud dari respon impuls dapat diamati. Dari rangkaian RLC seri tersebut, frekuensi resonansinya dapat diketahui dengan menggunakan persamaan berikut [10] : ( ) dimana f menunjukkan frekuensi resonansi, C menunjukkan nilai kapasitansi kapasitor surja, L menunjukkan induktansi motor, dan R resistansi total pada rangkaian tes surja. Jika terjadi kerusakan belitan, maka nilai induktansi dan resistansi akan menjadi lebih kecil. Sehingga dari (1), dapat diketahui bahwa nilai frekuensi resonansi akan semakin besar dikarenakan nilai induktansi pada belitan motor induksi yang menjadi lebih kecil. III. ERROR AREA RATIO Error Area Ratio (EAR) merupakan sebuah metode analisa gelombang yang sangat sensitif terhadap perbedaan dalam dua gelombang, sehingga metode ini digunakan untuk mendeteksi perbedaan antara dua gelombang yang sulit dibedakan dengan kasat mata [8]. Pada gelombang surja yang sudah didapat, dilakukan analisa gelombang dengan metode Error Area Ratio dimana, menunjukkan poin ke-i pada gelombang surja referensi, menunjukkan poin ke-i pada gelombang surja pengujian, dan N menujukkan poin data yang dibandingkan. Dengan menggunakan analisa EAR, dapat ditentukan kelayakan kerja dari belitan stator motor listrik. IV. TES SURJA UNTUK MENDETEKSI KERUSAKAN BELITAN Pada pengetesan surja yang sudah dilakukan terdapat beberapa komponen penting yang dbutuhkan, yaitu autotransformer, rangkaian voltage multiplier (Cockcroft- Walton Multiplier), rangkaian switch capacitor, NI PXIe- 1073, NI PXIe-5122, motor induksi dengan external tabs untuk turn fault, dan LabVIEW. Pengetesan surja pada motor induksi dilakukan dengan mengkombinasikan komponenkomponen di atas seperti diagram blok pada Gambar 2. Tes surja pada motor pada motor induksi tiga fasa dilakukan dalam keadaan offline atau dalam keadaan motor induksi tidak beroperasi. Susunan komponen-komponen tes surja pada motor induksi tegangan rendah dapat dilihat pada Gambar 3. Autotransformer akan memberikan suplai tegangan, kemudian tegangan tersebut dikonversi dan dinaikkan oleh rangkaian voltage multiplier. Sehingga tegangan keluaran dari rangkaian voltage multiplier menjadi tegangan tinggi DC yang mempunyai nilai sebesar [11], [12] : V out = 2 N V input-peak (3) dimana, V input-peak merupakan nilai tegangan puncak input dan N menunjukkan jumlah stage pada rangkaian Voltage Multiplier. Pada perancangan tes digunakan rangkaian Cockcroft- Walton Multiplier dengan 2 tingkat atau 2 stage, sehingga dibutuhkan empat buah diode dan empat buah kapasitor. Gambar 2. Diagram blok dari sistem tes surja pada motor induksi

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) telah diakuisisi. Gambar 4 menunjukkan tampilan software LabVIEW yang digunakan untuk akuisisi data. Gambar 3. Susunan komponen tes surja pada motor induksi tiga fasa. V. PENGUJIAN DAN ANALISA DATA A. Pengujian Turn Fault pada Motor Induksi Tiga Fasa Dilakukan pengujian dengan variasi turn fault untuk mengetahui arus yang timbul ketika motor induksi tiga fasa beroperasi tanpa beban dan mengalami turn fault pada salah satu belitan fasanya. Variasi turn fault dilakukan dari turn fault 1 belitan hingga 25 belitan. Nilai arus hasil pengujian variasi turn fault pada motor induksi dapat dilihat pada Gambar 5. Dari hasil pengujian turn fault yang sudah dilakukan, dapat dilihat pada Gambar 5(a). Jika pada motor induksi tiga fasa terjadi turn fault hingga 5 belitan, maka arus pada fasa yang mengalami turn fault mempunyai nilai yang sama seperti arus Gambar 4. Tampilan LabVIEW untuk tes surja pada motor induksi tiga fasa. Sehingga rangkaian tersebut mempunyai tegangan output, dengan asumsi setiap komponen bekerja dengan kondisi yang ideal, adalah empat kali tegangan input puncak. Dengan menggunakan spesifikasi motor yang ditunjukkan pada Table 1, belitan fasa R dirusak beberapa isolasi belitannya dan dihubungkan ke beberapa external tabs untuk memudahkan dalam pengujian turn fault. Untuk melakukan tes surja, digunakan kapasitor surja sebesar 10 nf dan resistor sebesar 20 Ω. Resistor tersebut digunakan untuk mengurangi arus surja yang masuk ke motor dan meredam resonansi yang terjadi. NI PXIe-1073 dan NI PXIe-5122 digunakan sebagai modul pengakuisisi gelombang impuls respon dari tes surja pada motor induksi tiga fasa tegangan rendah. Modul ini terintegrasi dengan LabVIEW untuk melakukan pembacaan gelombang impuls respon motor. Channel ADC pada NI PXIe-5122 terhubung dengan rangkaian voltage sensor melalui probe tegangan untuk membaca nilai tegangan. Gelombang surja yang muncul, dibaca oleh modul ini dan kemudian diakuisisi. Sedangkan LabVIEW berfungsi untuk menampilkan dan mengkonversi data gelombang surja yang Tabel 1. Spesifikasi motor induksi tiga fasa P rated 2 HP Poles 4 V rated 220/380 V I rated 5,94/3,44 A N rated 1380 rpm R m 8,39 Ω L m 46,27 mh Number of turn per phase 366 (a) (b) (c) Gambar 5. Arus fasa R pada motor induksi tiga fasa dengan variasi turn fault (a) 1-5 belitan (b) 10 belitan (c) 25 belitan.

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) motor induksi normal. Sedangkan untuk turn fault 10 belitan, motor tersebut mulai mengalami kenaikan arus. Semakin banyak belitan yang mengalami kegagalan, maka arus motor induksi pada fasa yang mengalami turn fault akan semakin besar. Hal ini terlihat dari Gambar 5 (b) dan Gambar 5 (c), pada gambar tersebut terlihat bahwa motor induksi ketika mengalami turn fault 25 mempunyai nilai arus yang lebih besar dari variasi turn fault sebelumnya. Dari pengujian yang sudah dilakukan, dapat dilihat jika kerusakan belitan pada motor induksi tiga fasa tidak dapat diidentifikasi dengan efektif hanya dengan memonitor arus kerja pada motor tersebut. Hal ini disebabkan, karena tidak semua motor induksi tiga fasa mengalami kenaikan arus ketika terjadi turn fault dengan nilai yang kecil. B. Tes Surja pada Motor Induksi Tiga Fasa Tes surja pada motor induksi tiga fasa dilakukan dengan mengalirkan tegangan impuls pada belitan motor tersebut, pengetesan dilakukan ketika motor dalam keadaan offline atau tidak beroperasi. Variasi turn fault juga dilakukan untuk mendeteksi perbedaan yang terjadi pada gelombang surja yang didapat. Dari hasil pengujian tersebut, gelombang surja pada motor induksi dengan kondisi belitan normal dijadikan sebagai gelombang surja referensi. Berdasarkan aturan praktis dari Baker Instrument Company, pengujian impuls dilakukan dengan tegangan maksimal sebesar [13] : (a) max e Berdasarkan (4), maka motor induksi tiga fasa yang digunakan mempunyai batas maksimal tegangan impuls yang masuk ke stator sebesar 1760 V untuk tetap menjaga isolasi belitan. Setelah penentuan batas tegangan maksimal pengujian, peralatan disusun untuk melakukan tes surja. Untuk pengetesan digunakan tegangan pengujian sebesar 390 V sedangkan untuk gelombang surja referensi diambil tegangan pengujian sebesar 420 V. Belitan fasa R pada motor induksi tiga fasa dikondisikan mengalami turn fault 1 belitan sampai 25 belitan melalui external tabs. Variasi turn fault tersebut dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi ketika terjadi turn fault, sehingga dapat dilakukan identifikasi terhadap setiap variasi turn fault pada belitan stator motor induksi tiga fasa. Ketika dilakukan tes surja maka akan timbul resonansi RLC seri, akibat hubungan seri yang terjadi antara kapasitor surja dengan impedansi belitan motor induksi. Gambar 6 menunjukkan hasil tes surja pada motor induksi dengan kondisi belitan normal, turn fault 1 belitan hingga turn fault 25 belitan. Dari hasil tersebut, dapat dilihat jika tes surja mampu mengidentifikasi kondisi kesehatan belitan motor induksi walau terjadi turn fault dengan nilai yang kecil. Hal ini terlihat dari perbedaan yang terjadi pada hasil gelombang surja yang didapat. Ketika motor induksi tiga fasa dalam keadaan normal, walaupun dilakukan tes surja dengan nilai tegangan impuls yang berbeda akan menghasilkan gelombang surja dengan nilai frekuensi resonansi yang sama. Hanya mengalami (b) Gambar 6. Hasil tes surja pada motor induksi tiga fasa (a) kondisi belitan normal, turn fault 1 belitan, turn fault 2 belitan, dan turn fault 3 belitan. (b) kondisi belitan turn fault 5 belitan, turn fault 10 belitan, dan turn fault 25 belitan. perbedaan pada nilai amplitudo gelombang surja. Untuk motor induksi tiga fasa yang mengalami turn fault, ketika terjadi turn fault pada belitan stator, maka nilai impedansi pada belitan motor akan berkurang. Dan jika dilihat dari hasil yang sudah didapat, semakin banyak belitan yang mengalami turn fault, maka gelombang surja yang didapat mempunyai nilai frekuensi resonansi yang semakin besar Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai induktansi belitan motor berbanding terbalik dengan besar nilai frekuensi gelombang surja yang terjadi. Hal ini sesuai dengan (1). Sedangkan berkurangnya nilai resistansi pada belitan mempengaruhi nilai damping factor atau faktor redaman pada gelombang surj. Semakin kecil nilai resistansinya, maka nilai faktor redamannya juga semakin kecil. Sehingga dapat dilihat jika semakin besar jumlah belitan yang mengalami turn fault, maka gelombang surja semakin tidak teredam. Hal ini yang menyebabkan nilai amplitudo gelombang surja semakin besar,

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) Tabel 2. Hasil analisa Error Area Ratio (EAR) pada gelombang surja Waveform Error Area Ratio (%) jika terjadi turn fault dengan nilai yang semakin besar. Dengan memanfaatkan terjadinya perubahan frekuensi dan amplitudo gelombang surja akibat pengurangan nilai impedansi belitan motor, tes surja mendeteksi terjadinya turn fault pada belitan stator motor induksi tiga fasa. Pada gelombang surja yang sudah didapat, dilakukan analisa dengan metode Error Area Ratio (EAR), yang dapat dilihat pada (3), untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antar tiap variasi yang dilakukan. Gelombang surja pada Gambar 6 mempunyai gelombang referensi yaitu gelombang surja dengan tegangan impuls sebesar 420 V pada motor induksi tiga fasa dengan kondisi belitan normal. Hasil gelombang surja tiap variasi turn fault dibandingkan dengan gelombang referensi tersebut. Dengan begitu dapat ditentukan presentase error yang terjadi. Dari hasil analisa gelombang surja dengan menggunakan metode EAR, dapat diketahui kondisi kelayakan belitan motor induksi tersebut. Berdasarkan Baker Instrument Company AWA Surge Test pass/fail criteria, dapat ditentukan bahwa belitan stator dalam kondisi layak, jika hasil gelombang surja belitannya mempunyai nilai EAR 5-15% [14]. Pada Tabel 2 ditunjukkan hasil analisa gelombang surja dengan metode Error Area Ratio (EAR). Berdasarkan standar yang sudah ditetapkan oleh Baker Instrument Company, ditunjukkan Tabel 2, belitan stator motor induksi tersebut sudah dinyatakan tidak layak operasi walaupun hanya terjadi turn fault 1 belitan. Dari Tabel 2, semakin banyak belitan yang mengalami turn fault akan mempunyai nilai EAR yang semakin besar. Dapat dikatakan bahwa nilai EAR berbanding lurus dengan banyaknya belitan stator motor induksi yang mengalami turn fault. Tes surja ini menjadi tes yang sangat penting untuk menjamin keandalan dan umur dari motor induksi. Tes ini berfungsi dalam mendeteksi kerusakan isolasi belitan stator walaupun terjadi dengan nilai kerusakan yang kecil. Dengan berjalannya waktu, kerusakan kecil yang terjadi pada motor induksi tersebut dapat menyebabkan motor terbakar jika tidak terdapat penanganan secara tepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa tes surja merupakan cara yang efektif untuk mengidentifikasi turn fault, walaupun banyak kemungkinan belitan yang mengalami turn fault mempunyai persentase yang sangat kecil dari total belitan dalam satu fasa. VI. KESIMPULAN Pass/Fail Normal 8,96 Pass 1 Turn 24,41 Fail 2 Turn 51,85 Fail 3 Turn 54,05 Fail 5 Turn 58,05 Fail 10 Turn 62,84 Fail 25 Turn 65,91 Fail Dengan melakukan tes surja pada belitan stator motor induksi tiga fasa, dimana digunakan beberapa handmade circuit dan dilakukan variasi turn fault, akan didapat gelombang surja yang kemudian diakuisisi dan dianalisa. Sehingga dapat diketahui perbedaan gelombang surja pada tiap variasi. Dari penelitian ini dapat dilihat, jika rangkaian Cockcroft-Walton Multiplier dua tingkat mampu menghasilkan output tegangan tinggi DC mendekati 4 kali nilai puncak tegangan input. Pada kasus ini, motor induksi tiga fasa yang mengalami turn fault dengan nilai kecil mempunyai nilai arus operasi yang sama dengan motor normal. Sehingga pengidentifikasian kerusakan belitan pada motor induksi tiga fasa dengan memonitor arus operasi bukan merupakan cara yang efektif. Pendeteksian kerusakan belitan pada motor induksi dengan tes surja merupakan cara yang efektif, karena proses pengidentifikasian turn fault dilakukan dengan memanfaatkan perubahan nilai frekuensi dan amplitudo pada gelombang surja yang dipengaruhi oleh perubahan nilai impedansi belitan stator. Sehingga tes surja mampu mendeteksi turn fault dengan nilai kerusakan belitan yang sangat kecil. Metode Error Area Ratio (EAR) merupakan sebuah metode analisa gelombang surja yang tepat untuk menentukan kelayakan kerja sebuah belitan stator motor induksi tiga fasa. DAFTAR PUSTAKA [1] B. Mecrow and. Jack, Efficiency trends in electric machines and drives, Energy Policy, vol. 36, no. 12, pp , Dec [2] S. Grubic, J. Restrepo, J. M. Aller, B. Lu, and T. G. Habetler, New Concept for Online Surge Testing for the Detection of Winding Insulation Deterioration in Low-Voltage Induction Machines, IEEE Trans. Ind. Appl., vol.47, No. 5, Sept./Oct [3] O. V. Thorsen and M. Dalva, survey of faults on induction motors in offshore oil industry, petrochemical industry, gas terminals, and oil refineries, IEEE Trans. Ind. Appl., vol. 31, no. 5, pp ,Sep./Oct [4] O.V. Thorsen, and M. Dalva, "Failure Identification and Analysis for High Voltage Induction", IEEE Trans. Industry Appl., Vol. 35, No. 4, pp , [5] J. Geiman, DC Step-Voltage and Surge Testing Motors, Fort Collins, CO : Baker Instrum.Co., Mar [6] N. P. Bethel, Identifying Motor Defects Through Fault Zone Analysis, PdMA Corporation. Available: Fault_Zone_Analysis.pdf [7]. Naegeli, Electrical Test Procedures for rmatures, Stators, and Motors, in Electrical Manufacturing and Coil Winding Asia, Hongkong, June 18-25, [8] J. Wilson, Current State of Surge Testing Induction Machines, Baker Instrum.Co., Jun [9] E. Wiedenbrug, G. Frey, and J. Wilson, Impulse testing and turn insulation deterioration in electric motors, in Conf. Rec. Annu. IEEE Pulp Paper Ind. Tech. Conf., Jun. 2003, pp [10] Guide for Testing Turn-to-Turn Insulation on Form Wound Stator Coils for Alternating Current Rotating Electrical Machines, IEEE , [11] C.K Dwivedi. M.B. Daigvane, Multi-purpose Low Cost DC High Voltage Generator (60kV Output), Using Cockcroft-Walton Voltage multiplier circuit, in 3rd Int. Conf. on Emerging Trends in Engineering and Technology (ICETET), [12] Voltage Multiplier Circuit, Available : 12 Des [13] User Manual Digital Surge/DC Hipot/Resistance Tester Models d3r/d6r/d12r, Baker Instrum. Co., Fort Collins, CO, [14] Baker Instrument Company AWA Surge Test pass/fail criteria, Baker Instrum. Co.

Tes Surja untuk Mendeteksi Kerusakan Belitan pada Motor Induksi Tegangan Rendah

Tes Surja untuk Mendeteksi Kerusakan Belitan pada Motor Induksi Tegangan Rendah Tes Surja untuk Mendeteksi Kerusakan Belitan pada Motor Induksi Tegangan Rendah Oleh : Pradika Sakti 2211106027 Pembimbing 1 Dimas Anton Asfani, ST, MT, Ph.D Pembimbing 2 Dr.Eng. I Made Yulistya Negara,

Lebih terperinci

Deteksi Kerusakan Insulasi Belitan Antar Fasa pada Motor Induksi Menggunakan Tes Surja

Deteksi Kerusakan Insulasi Belitan Antar Fasa pada Motor Induksi Menggunakan Tes Surja 1 Deteksi Kerusakan Insulasi Belitan Antar Fasa pada Motor Induksi Menggunakan Tes Surja Tegar Succliftom (1), Dimas Anton Asfani (2), dan I Made Yulistya Negara (3) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

DIAGNOSA KERUSAKAN ISOLASI TRAFO MENGGUNAKAN ANALISA RESPON TEGANGAN UJI SURJA

DIAGNOSA KERUSAKAN ISOLASI TRAFO MENGGUNAKAN ANALISA RESPON TEGANGAN UJI SURJA TUGAS AKHIR TE 141599 DIAGNOSA KERUSAKAN ISOLASI TRAFO MENGGUNAKAN ANALISA RESPON TEGANGAN UJI SURJA Muhammad Infaq Dahlan NRP. 2215 105 016 Dosen Pembimbing Dimas Anton Asfani, ST., MT., Ph.D. Dedet C.

Lebih terperinci

Penurunan Rating Tegangan pada Belitan Motor Induksi 3 Fasa dengan Metode Rewinding untuk Aplikasi Kendaraan Listrik

Penurunan Rating Tegangan pada Belitan Motor Induksi 3 Fasa dengan Metode Rewinding untuk Aplikasi Kendaraan Listrik Penurunan Rating Tegangan pada Belitan Motor Induksi 3 Fasa dengan Metode Rewinding untuk Aplikasi Kendaraan Listrik Muhammad Qahhar 2209 100 104 Dosen Pembimbing: Dedet Candra Riawan, ST., M.Eng., Ph.D.

Lebih terperinci

Simulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Starting

Simulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Starting Simulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Starting Simulation and Detection of High Impedance Short Circuit on Stator Induction Motor Using Starting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton Waluyo 1, Syahrial 2, Sigit Nugraha 3, Yudhi Permana JR 4 Program Studi

Lebih terperinci

Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control

Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control Denny Prisandi, Heri Suryoatmojo, Mochamad Ashari Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR

ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR Wangto Ratta Halim, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL

PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL Arwadi Sinuraya*) Abstrak Pembangunan pembangkit listrik dengan daya antara 1kW 10 kw banyak dilaksanakan

Lebih terperinci

HIGH VOLTAGE (equipment & testing) HASBULLAH, M.T

HIGH VOLTAGE (equipment & testing) HASBULLAH, M.T HIGH VOLTAGE (equipment & testing) HASBULLAH, M.T TEKNIK PEMBANGKITAN PENGUJIAN TEGANGAN TINGGI Tegangan Tinggi Normal Tegangan yang dapat ditahan oleh sistem tersebut untuk waktu tak terhingga Tegangan

Lebih terperinci

Desain Peralatan Pendeteksi Gangguan Hubung Singkat Belitan Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Online Berbasis Mikrokontroler

Desain Peralatan Pendeteksi Gangguan Hubung Singkat Belitan Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Online Berbasis Mikrokontroler JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-211 Desain Peralatan Pendeteksi Gangguan Hubung Singkat Belitan Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Online Berbasis Mikrokontroler

Lebih terperinci

Desain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC)

Desain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC) Desain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC) Dimas Bagus Saputra, Heri Suryoatmojo, dan Arif Musthofa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Pengujian Dan Simulasi Sistem Isolasi Motor Pada Beberapa Kondisi Lingkungan Di Laboratorium

Pengujian Dan Simulasi Sistem Isolasi Motor Pada Beberapa Kondisi Lingkungan Di Laboratorium JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (214) 1-5 1 Pengujian Dan Simulasi Sistem Isolasi Motor Pada Beberapa Kondisi Lingkungan Di Laboratorium Siti Sudatul Aisyah Novianti, I Made Yulistya Negara 1), Dimas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa peluahan sebagian (PD) merupakan sebuah fenomena yang menjadi penyebab kerusakan atau penuaan sistem isolasi listrik. PD menyebabkan degradasi atau penurunan

Lebih terperinci

Desain Konverter DC/DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik

Desain Konverter DC/DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik Desain Konverter DC/DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik BAGUS PRAHORO TRISTANTIO, MOCHAMAD ASHARI, SOEDIBJO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO, FAKULTAS

Lebih terperinci

Yanti Kumala Dewi, Rancang Bangun Kumparan Stator Motor Induksi 1 Fasa 4 Kutub dengan Metode Kumparan Jerat

Yanti Kumala Dewi, Rancang Bangun Kumparan Stator Motor Induksi 1 Fasa 4 Kutub dengan Metode Kumparan Jerat RANCANG BANGUN KUMPARAN STATOR MOTOR INDUKSI 1 FASA 4 KUTUB DENGAN METODE KUMPARAN JERAT (DESIGN OF 4 POLE 1 PHASE INDUCTION MOTOR STATOR WINDING WITH COIL MESHES METHODE) Yanti Kumala Dewi, Widyono Hadi,

Lebih terperinci

Mesin Arus Bolak Balik

Mesin Arus Bolak Balik 1 Mesin Arus Bolak balik TE091403 Institut Teknologi Sepuluh Nopember August, 01 ACARA PERKULIAHAN DAN KOMPETENSI Pertemuan ke- Kompetensi Dasar 13-16 Memahami Motor Induksi Materi Pokok Indikator keberhasilan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK 86 Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK Tegangan lebih adalah

Lebih terperinci

BAB II SALURAN DISTRIBUSI

BAB II SALURAN DISTRIBUSI BAB II SALURAN DISTRIBUSI 2.1 Umum Jaringan distribusi adalah salah satu bagian dari sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit listrik ke konsumen. Secara umum, sistem penyaluran tenaga listrik

Lebih terperinci

Mesin Arus Bolak Balik

Mesin Arus Bolak Balik 1 Mesin Arus Bolak balik TE091403 Part 0 : PENDAHULUAN Institut Teknologi Sepuluh Nopember August, 2012 Informasi dan Letak mata Kuliah 2 TE091403 : Mesin Arus Bolak balik TE091403 : Alternating Current

Lebih terperinci

Analisis Karakteristik Perangkat Keras Pengubah Frekuensi ke Tegangan untuk Pengukuran Kecepatan MASTS

Analisis Karakteristik Perangkat Keras Pengubah Frekuensi ke Tegangan untuk Pengukuran Kecepatan MASTS JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa, Vol. 1, No. 1, Desember 2016, Hal. 47-52 ISSN 2548-737X Analisis Karakteristik Perangkat Keras Pengubah Frekuensi ke Tegangan untuk Pengukuran Kecepatan MASTS Arif Sumardiono

Lebih terperinci

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik JURNA TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil istrik A. M. Husni, M. Ashari Prof,

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Elektro Vol. 2, No. 1, Maret 2002: 22-26

Jurnal Teknik Elektro Vol. 2, No. 1, Maret 2002: 22-26 Analisa Perbandingan Efisiensi Energi Dari Penempatan Rangkaian Pengontrol Kecepatan Motor Induksi Kapasitor Running Satu Fasa, 220 Volt, 30 Watt, 1370 RPM, Yang Terhubung Pada Suplai Dengan Yang Terhubung

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Generator Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Ahmad Qurthobi, MT. (Teknik Fisika Telkom University) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) 1 / 35 Outline 1

Lebih terperinci

FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT

FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT Nama : Andyka Bangun Wicaksono NRP : 22 2 111 050 23 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Mesin Arus Bolak Balik

Mesin Arus Bolak Balik Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id 1 Mesin Arus Bolak balik TE091403 Part 3 : Dasar Mesin Listrik Berputar Institut Teknologi Sepuluh Nopember August, 2012 Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id

Lebih terperinci

Pemodelan Dinamik dan Simulasi dari Motor Induksi Tiga Fasa Berdaya Kecil

Pemodelan Dinamik dan Simulasi dari Motor Induksi Tiga Fasa Berdaya Kecil Pemodelan Dinamik dan Simulasi dari Motor Induksi Tiga Fasa Berdaya Kecil Nyein Nyein Soe*, Thet Thet Han Yee*, Soe Sandar Aung* *Electrical Power Engineering Department, Mandalay Technological University,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-130

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-130 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-130 Studi Pemasangan Reaktor untuk Mengatasi pada Incoming 20 kv GIS Tandes Satria Seventino Simamora, I Made Yulistya Negara,

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Umum Untuk menganalisa kegagalan pengasutan pada motor induksi 3 fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung ( visual ) terhadap motor induksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang berguna untuk memisahkan dua buah penghantar listrik yang berbeda potensial, sehingga

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melalui beberapa tahap dalam pembuatan alat pengatur kecepatan motor induksi satu fasa melalui pengaturan frekuensi Menggunakan Multivibrator Astable, yaitu dimulai dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

Pengujian Dan Simulasi Sistem Isolasi Motor Pada Beberapa Kondisi Lingkungan Di Laboratorium

Pengujian Dan Simulasi Sistem Isolasi Motor Pada Beberapa Kondisi Lingkungan Di Laboratorium Presentasi Sidang Tugas Akhir (Gasal 2013-2014) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS Pengujian Dan Simulasi Sistem Isolasi Motor Pada Beberapa Kondisi Lingkungan Di Laboratorium Siti Sudatul

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh

Simulasi dan Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh B-468 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) Simulasi dan Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh David Firdaus,

Lebih terperinci

RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA

RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA Yogyakarta, 0 Nopember 2007 RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA Sofian Yahya, Toto Tohir Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Listrik, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TANPA MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR

ANALISIS PERBANDINGAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TANPA MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR ANALISIS PERBANDINGAN REGULASI TEGANGAN GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI TANPA MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI DAN DENGAN MENGGUNAKAN KAPASITOR KOMPENSASI (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KOMUNIKASI RADIO SEMESTER V TH 2013/2014 JUDUL REJECTION BAND AMPLIFIER GRUP 06 5B PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA PEMBUAT

Lebih terperinci

OSILASI ELEKTROMAGNETIK & ARUS BOLAK-BALIK

OSILASI ELEKTROMAGNETIK & ARUS BOLAK-BALIK OSILASI ELEKTROMAGNETIK & ARUS BOLAK-BALIK 1 Last Time Induktansi Diri 2 Induktansi Diri Menghitung: 1. Asumsikan arus I mengalir 2. Hitung B akibat adanya I tersebut 3. Hitung fluks akibat adanya B tersebut

Lebih terperinci

Kajian Generator Impuls Tegangan Rendah Menggunakan Analysis Transient Program

Kajian Generator Impuls Tegangan Rendah Menggunakan Analysis Transient Program Kajian Generator Impuls Tegangan Rendah Menggunakan Analysis Transient Program Agung Trihasto, Teknik Elektro Untidar Jln. Kapten Suparman 39 magelang 565 INDONESIA Abstrac- An electric motor is one of

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu kondisi tertentu motor harus dapat dihentikan segera. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu kondisi tertentu motor harus dapat dihentikan segera. Beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pada umumnya industri memerlukan motor sebagai penggerak, adapun motor yang sering digunakan adalah motor induksi,karena konstruksinya yang sederhana, kuat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Bagian 9: Motor Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Outline Pendahuluan Konstruksi Kondisi Starting Rangkaian Ekivalen dan Diagram Fasor Rangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mentransmisikan dan mendistribusikan tenaga listrik untuk dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mentransmisikan dan mendistribusikan tenaga listrik untuk dapat dimanfaatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem tenaga listrik pada dasarnya untuk membangkitkan, mentransmisikan dan mendistribusikan tenaga listrik untuk dapat dimanfaatkan oleh para konsumen [1].

Lebih terperinci

Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya

Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya 1 Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya Dimas Setiyo Wibowo, Mochamad Ashari dan Heri Suryoatmojo Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

KONVERTER KY INVERSE BIDIRECTIONAL SEBAGAI PENCATU DAYA KENDARAAN LISTRIK

KONVERTER KY INVERSE BIDIRECTIONAL SEBAGAI PENCATU DAYA KENDARAAN LISTRIK JURNA TEKNIK EEKTRO FTI-ITS VO.1, No.1, (2013) 1-6 1 KONVERTER KY INVERSE BIDIRECTIONA SEBAGAI PENCATU DAYA KENDARAAN ISTRIK Maya Saphira Citraningrum, Dedet C.Riawan dan Mochamad Ashari Jurusan Teknik

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: B-97

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: B-97 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-97 Evaluasi Harmonisa dan Perencanaan Filter Pasif pada Sisi Tegangan 20 Akibat Penambahan Beban pada Sistem Kelistrikan Pabrik Semen Tuban

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengendalian Kecepatan Motor Pompa Air Tekanan Konstan

Perancangan Sistem Pengendalian Kecepatan Motor Pompa Air Tekanan Konstan Perancangan Sistem Pengendalian Kecepatan Motor Pompa Air Tekanan Konstan Hari Widagdo Putra¹, Ir. Wijono, M.T., Ph.D ², Dr. Rini Nur Hasanah, S.T., M.Sc.³ ¹Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, ² ³Dosen Jurusan

Lebih terperinci

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto Putra Agus S, Putranto, Desain Sensorless (Minimum Sensor) Kontrol Motor Induksi 1 Fasa Pada DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI Toni Putra Agus Setiawan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1. Untuk meneliti sifat-sifat listrik dielektrik yang baru ditemukan, sebagai usaha dalam menemukan bahan isolasi yang lebih murah.

PENDAHULUAN. 1. Untuk meneliti sifat-sifat listrik dielektrik yang baru ditemukan, sebagai usaha dalam menemukan bahan isolasi yang lebih murah. PENDAHULUAN Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan diukur dalam pengujian

Lebih terperinci

PEMODELAN UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA PADA KONDISI UNDER VOLTAGE TIDAK SEIMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB/SIMULINK

PEMODELAN UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA PADA KONDISI UNDER VOLTAGE TIDAK SEIMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB/SIMULINK E.9 PEMODELAN UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA PADA KONDISI UNDER VOLTAGE TIDAK SEIMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB/SIMULINK Nasrullah 1,2, Muhamad Haddin 1, Supari 1 1 Magister Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP Oleh : Augusta Wibi Ardikta 2205.100.094 Dosen Pembimbing : 1. I

Lebih terperinci

Voltage sag atau yang sering juga disebut. threshold-nya. Sedangkan berdasarkan IEEE Standard Voltage Sag

Voltage sag atau yang sering juga disebut. threshold-nya. Sedangkan berdasarkan IEEE Standard Voltage Sag 2.3. Voltage Sag 2.3.1. Gambaran Umum Voltage sag atau yang sering juga disebut sebagai voltage dip merupakan suatu fenomena penurunan tegangan rms dari nilai nominalnya yang terjadi dalam waktu yang singkat,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN Pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat suatu alat yang dapat mengkonversi tegangan DC ke AC.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Proteksi Pada suatu sistem tenaga listrik, meliputi pelayanan umum, industri, komersil, perumahan maupun sistem lainnya, mempunyai maksud yang sama yaitu menyediakan energi

Lebih terperinci

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah Mochammad Abdillah, Endro Wahyono,SST, MT ¹, Ir.Hendik Eko H.S., MT ² 1 Mahasiswa D4 Jurusan Teknik Elektro Industri Dosen

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 ANALISA VARIASI KAPASITOR UNTUK MENGOPTIMALKAN DAYA GENERATOR INDUKSI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBANG LAUT (PLTGL) Dosen Pembimbing: Oleh: Tri Indra Kusuma 4210 100 022 Ir. SardonoSarwito, M.Sc

Lebih terperinci

KINERJA RANGKAIAN R-C DAN R-L-C DALAM PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS

KINERJA RANGKAIAN R-C DAN R-L-C DALAM PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS KINERJA RANGKAIAN R- DAN R-L- DALAM PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS Tofan Bimatara *), Juningtyastuti, and Mochammad Facta Departemen Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH,

Lebih terperinci

ANALISA HARMONISA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TORSI ELEKTROMAGNETIK PADA MOTOR INDUKSI JENIS ROTOR BELIT PADA SISTEM PEMAKAIAN SENDIRI PT PJB GRESIK

ANALISA HARMONISA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TORSI ELEKTROMAGNETIK PADA MOTOR INDUKSI JENIS ROTOR BELIT PADA SISTEM PEMAKAIAN SENDIRI PT PJB GRESIK TUGAS AKHIR RE1599 ANALISA HARMONISA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TORSI ELEKTROMAGNETIK PADA MOTOR INDUKSI JENIS ROTOR BELIT PADA SISTEM PEMAKAIAN SENDIRI PT PJB GRESIK IRMA PRIMASARI NRP 2202 100 057 Dosen

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci

Desain Dan Implementasi Penyeimbang Baterai Lithium Polymer Berbasis Dual Inductor

Desain Dan Implementasi Penyeimbang Baterai Lithium Polymer Berbasis Dual Inductor B272 Desain Dan Implementasi Penyeimbang Baterai Lithium Polymer Berbasis Dual Inductor Darus Setyo Widiyanto, Heri Suryoatmojo, dan Soedibyo Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

Studi Gangguan Hubung Tanah Stator Generator Menggunakan Metoda Harmonik Ketiga di PT. Indonesia Power UP. Saguling

Studi Gangguan Hubung Tanah Stator Generator Menggunakan Metoda Harmonik Ketiga di PT. Indonesia Power UP. Saguling Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Juli 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.4 No.2 Studi Gangguan Hubung Tanah Stator Generator Menggunakan Metoda Harmonik Ketiga di PT.

Lebih terperinci

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) Tri Prasetya F. Ir. Yahya C A, MT. 2 Suhariningsih, S.ST MT. 3 Mahasiswa Jurusan Elektro Industri, Dosen Pembimbing 2 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI UNIT PEMBANGKITAN PAITON No. Dokumen : FMP

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI UNIT PEMBANGKITAN PAITON No. Dokumen : FMP TERM OF REFERENCE (TOR) Halaman : 1 dari 5 1. Pendahuluan Nama Program : Remaining Life Assesment Motor FD fan, PA fan, ID fan #2 Klasifikasi Program : Keandalan Lokasi : PLTU UP Paiton Unit 2 Sumber Dana

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: B-91

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: B-91 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-91 Desain dan Simulasi Switched Filter Compensation Berbasis Tri Loop Error Driven Weighted Modified Pid Controller untuk Peningkatan Kualitas

Lebih terperinci

MOTOR INDUKSI SPLIT PHASE SEBAGAI GENERATOR INDUKSI SATU FASA

MOTOR INDUKSI SPLIT PHASE SEBAGAI GENERATOR INDUKSI SATU FASA MOTOR INDUKSI SPLIT PHASE SEBAGAI GENERATOR INDUKSI SATU FASA Sofian Yahya 1), Toto Tohir ) Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung 1,) Jln. Gegerkalong Hilir, Ds

Lebih terperinci

STUDI PEMODELAN ELECTRONIC LOAD CONTROLLER SEBAGAI ALAT PENGATUR BEBAN II. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO-HIDRO

STUDI PEMODELAN ELECTRONIC LOAD CONTROLLER SEBAGAI ALAT PENGATUR BEBAN II. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO-HIDRO STUDI PEMODELAN ELECTRONIC LOAD CONTROLLER SEBAGAI ALAT PENGATUR BEBAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO-HIDRO Anggi Muhammad Sabri Saragih 13204200 / Teknik Tenaga Elektrik Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

Desain dan Simulasi Average Model Voltage Source Inverter pada Generator Induksi

Desain dan Simulasi Average Model Voltage Source Inverter pada Generator Induksi Desain dan Simulasi Average Model Voltage Source Inverter pada Generator Induksi Siti Aisyah 2209100179 Dosen Pembimbing Dedet Candra Riawan ST,M.Eng, PhD Ir. Arif Musthofa MT. Latar Belakang Proses ON/OF

Lebih terperinci

Proteksi Motor Menggunakan Rele Thermal dengan Mempertimbangkan Metode Starting

Proteksi Motor Menggunakan Rele Thermal dengan Mempertimbangkan Metode Starting JURNA TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Proteksi Motor Menggunakan Rele Thermal dengan Mempertimbangkan Metode Starting esita Dewi Rizki Wardani, Dedet C. Riawan, Dimas Anton Asfani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif Resonansi paralel sederhana (rangkaian tank ) Kondisi resonansi akan terjadi pada suatu rangkaian tank (tank circuit) (gambar 1) ketika reaktansi dari kapasitor dan induktor bernilai sama. Karena rekatansi

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Penggunaan Proteksi Power Bus di Sistem Kelistrikan Industri Gas

Studi Perencanaan Penggunaan Proteksi Power Bus di Sistem Kelistrikan Industri Gas JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Studi Perencanaan Penggunaan Proteksi Power Bus di Sistem Kelistrikan Industri Gas Sandi Agusta Jiwantoro, Margo Pujiantara, dan Dedet Candra Riawan Teknik

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

KONTROLLER MOTOR BLDC MENGGUNAKAN MICROCHIP Yohan Averian Bethaputra Loe 1

KONTROLLER MOTOR BLDC MENGGUNAKAN MICROCHIP Yohan Averian Bethaputra Loe 1 KONTROLLER MOTOR BLDC MENGGUNAKAN MICROCHIP Yohan Averian Bethaputra Loe 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jln. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transformator Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah tenaga listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya,

Lebih terperinci

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.4 No.1 Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober 2013 1 STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI Bangkit Wahyudian Kartiko, I

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROTOTIPE MONITORING PARAMETER PARAMETER TRANSFORMATOR DAYA SECARA ONLINE BERBASIS MIKROKONTROLER

PERANCANGAN PROTOTIPE MONITORING PARAMETER PARAMETER TRANSFORMATOR DAYA SECARA ONLINE BERBASIS MIKROKONTROLER JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 PERANCANGAN PROTOTIPE MONITORING PARAMETER PARAMETER TRANSFORMATOR DAYA SECARA ONLINE BERBASIS MIKROKONTROLER Nata Khakima Adhuna, Prof. Dr. Ir. Mauridhi

Lebih terperinci

Studi Analisis dan Mitigasi Harmonisa pada PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh

Studi Analisis dan Mitigasi Harmonisa pada PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh B-456 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Studi Analisis dan Mitigasi Harmonisa pada PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh Stefanus Suryo Sumarno, Ontoseno Penangsang, Ni

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGAMAN MOTOR INDUKSI 3 FASA TERHADAP UNBALANCE VOLTAGE DAN OVERLOAD DENGAN SISTEM MONITORING

RANCANG BANGUN PENGAMAN MOTOR INDUKSI 3 FASA TERHADAP UNBALANCE VOLTAGE DAN OVERLOAD DENGAN SISTEM MONITORING RANCANG BANGUN PENGAMAN MOTOR INDUKSI 3 FASA TERHADAP UNBALANCE VOLTAGE DAN OVERLOAD DENGAN SISTEM MONITORING I.P. Sudiarta 1, I.W.Arta Wijaya 2, I.G.A.P. Raka Agung 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi dapat berfungsi melokalisir gangguan dan mengamankan peralatan instalasi terhadap gangguan. Ini berarti apabila terjadi gangguan di suatu bagian

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan

BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR III.1 Umum Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan arus yang tidak melalui pembumian disebut arus gangguan fasa.

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH (Aplikasi pada PLTU Labuhan Angin, Sibolga) Yohannes Anugrah, Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP KARAKTERISTIK KELUARAN GENERATOR INDUKSI 1 FASE ABSTRAKSI

PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP KARAKTERISTIK KELUARAN GENERATOR INDUKSI 1 FASE ABSTRAKSI Jurnal Emitor Vol. 14 No. 02 ISSN 1411-8890 PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP KARAKTERISTIK KELUARAN GENERATOR INDUKSI 1 FASE Agus Supardi, Joko Susilo, Faris Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perangkat Keras Sistem Perangkat Keras Sistem terdiri dari 5 modul, yaitu Modul Sumber, Modul Mikrokontroler, Modul Pemanas, Modul Sensor Suhu, dan Modul Pilihan Menu. 3.1.1.

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (R.U.) VI Balongan Jawa Barat

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (R.U.) VI Balongan Jawa Barat JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (013) 1-6 1 Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (R.U.) VI Balongan Jawa Barat Syahrul Hidayat, Ardyono

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I ORDE PERTAMA RANGKAIAN RL DAN RC (E6)

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I ORDE PERTAMA RANGKAIAN RL DAN RC (E6) Orde Pertama Rangkaian RL dan (E6) Eka Yuliana, Andi Agusta Putra, Bachtera Indarto Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: ekayuliana1129@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan tentang gangguan pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi tenaga listrik, dan metoda proteksi pada transformator daya. 2.1 Gangguan dalam Sistem Tenaga

Lebih terperinci