KAJIAN KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN PADA TANAMAN KAYUPUTIH 1 Oleh : Ugro Hari Murtiono 2 dan Rahardyan NA 3

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN PADA TANAMAN KAYUPUTIH 1 Oleh : Ugro Hari Murtiono 2 dan Rahardyan NA 3"

Transkripsi

1 KAJIAN KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN PADA TANAMAN KAYUPUTIH 1 Oleh : Ugro Hari Murtiono 2 dan Rahardyan NA 3 Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jl. A. Yani PO Box 295 Pabelan. Telepon/Fax.: ( ) / bpt.kpdas@forda-mof.org 2 ugro_56@yahoo.com ; 3 dd11lb@yahoo.com ABSTRAK Prioritas utama dalam kegiatan konservasi tanah dan air suatu kawasan adalah penggunaan metode vegetatif, disamping metode mekanis untuk kebutuhan yang sangat mendesak. Dalam penerapan metode vegetatif tersebut ditemui kendala yaitu keluhan masyarakat yang menyatakan bahwa telah terjadi penurunan sumber-sumber air di suatu kawasan yang direboisasi dengan jenis tegakan hutan tanaman tertentu. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2PBPTH) Yogyakarta pada saat ini sedang mengembangkan jenis-jenis prioritas yang menjadi jenis unggulan yaitu tanaman kayuputih di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan pengembangan jenis kayuputih ini untuk mendukung pelaksanaan pembangunan tanaman hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), namun kegiatan yang dilakukan masih terbatas pada aspek perbaikan kualitas benih/ bibit melalui bioteknologi, spesies trial dan provenance trial. Untuk melengkapi kegiatan tersebut perlu kajian tentang aspek ekologisnya. Penelitian ini dilakukan pada Mikro DAS Sub DAS Gubah di Desa Katongan, Kec.Nglipar, Kab.Gunung Kidul. Tujuan kajian adalah mendapatkan informasi karakteristik hidrologis dari tanaman kayuputih. Hasil yang diperoleh : (1). Hasil pengamatan iklim mikro stasiun klimatologi Nglipar adalah sebagai berikut : (a). Pada bulan Januari - Maret : suhu udara rata-rata adalah C dengan kelembaban udara %; (b). Pada bulan April - September : suhu udara rata-rata adalah C dengan kelembaban udara %; (2) Penutupan lahan pada lokasi mikro DAS tanaman kayuputih didominasi terubusan baru sehingga rerata diameter batangnya relatif kecil. Dari rerata tinggi pohonnya berkisar antara cm, hal ini dikarenakan belum dilakukan pemanenan daun. Setelah penanenan daun maka tonggak yang tersisa ketinggiannya hanya berkisar 150 cm saja. Penutupan lahan mikro DAS berkisar antara % (sedang), sehingga masih terdapat resiko terjadinya erosi tanah yang disebabkan karena pukulan air hujan:(3) Kondisi tanah menunjukkan bahwa rerata ph 1 Makalah ini disampaikan pada Semiloka Riset Pengelolaan DAS Menuju Kebutuhan Terkini Surakarta, Juni Kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi dengan Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. 227

2 tanah adalah agak basa, rerata kandungan C organik termasuk kategori tinggi, rerata kandungan bahan organik tanah termasuk kategori tinggi, tekstur tanah adalah lempung berat kecuali pada titik pengambilan sampel tanah kedua pada kedalaman > 40 cm; (4)Kuaitas air yang dinilai dari ph menunjukkan dalam kondisi netral dengan kisaran 7,5 sampai dengan 7,7. Beberapa parameter tertentu (K, NO 3, Cl, Na, dan SO 4), hasil uji menunjukkan bahwa sampel air dari mikro DAS lebih kecil dari pada di sub DAS Oyo, sedangkan untuk parameter yang lain (kalsium, phospat, dan magnesium) lebih besar dari pada sampel air dari sub DAS Oyo. (5). Hasil pengamatan debit aliran menunjukkan bahwa dari curah hujan rerata tahunan sebesar 1330 mm, menghasilkan debit aliran reratasebesar 0,383 m3/dt atau 635,25 mm (47,70 %), sedangkan sisanya sebesar 694,75 mm (52,30 %) meresap kedalam tanah sebagai cadangan air tanah, koefisien aliran sebesar 0,47, dikategorikan dalam kondisi baik. Kata kunci : Tanaman kayuputih, karakteristik hidrologi, iklimmikro, evapotranspirasi dan hasil air dari tanaman kayuputih I. PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Ketersediaan air sering digunakan sebagai pertimbangan pokok dalam penetapan lokasi pemukiman, lahan pertanian atau bahkan dalam perencanaan pengembangan wilayah. Keberadaan air secara alami terbentuk melalui sirkulasi yang dikenal dengan daur hidrologi, yaitu merupakan aspek penting dalam menunjang kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan sumberdaya air permukaan pada saat sekarang banyak dikembangkan rencana-rencana untuk memanfaatkan, mengendalikan dan melestarikan sumberdaya air permukaan. Ketersediaan air yang terjadi pada suatu kawasan dapat ditelaah dengan model Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai satu kesatuan Daerah Aliran sungai (Asdak, C. 1995) Selama ini tanaman diyakini sangat berperan positif terhadap kelestarian sumber daya air kawasan. Setelah hutan dieksploitasi secara besar-besaran maka hasil air meningkat karena 228

3 berkurangnya evapotranspirasi. Namun secara perlahan hasil air tersebut akan berkurang karena jumlah air yang tersimpan di dalam tanah juga berkurang. Hal ini disebabkan karena air hujan yang jatuh pada areal hutan yang telah terbuka, sebagian besar langsung menjadi aliran permukaan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka prioritas utama dalam kegiatan konservasi tanah dan air suatu kawasan adalah penggunaan metode vegetatif, disamping metode mekanis untuk kebutuhan yang sangat mendesak jika diperlukan. Metode tersebut menghadapi kendala yaitu adanya keluhan masyarakat yang menyatakan bahwa telah terjadi penurunan sumber-sumber air di suatu kawasan yang direboisasi dengan jenis tegakan hutan tanaman tertentu. Beberapa kasus yang mencerminkan hal itu salah satunya adalah tanaman kayu putih yang berada di areal kebun benih dan kebun percobaan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2PBPTH) Yogyakarta pada Mikro DAS Gubah yang secara administrasi terletak di Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY, dan merupakan Kebun Pangkas Dinas Kehutanan Propinsi DIY di Petak 38. Dari adanya keluhan masyarakat yang menyatakan bahwa telah terjadi penurunan sumber-sumber air di suatu kawasan tersebut perlu dikaji lebih lanjut mengenai ketersediaan air permukaan pada tanaman kayu putih. Hasil dari kajian ini diharapkan akan menjadi informasi penting bagi penentu kebijakan, khususnya di bidang kehutanan, yaitu dalam rangka menunjang program pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan (sustainable forest management) serta penyediaan kebutuhan air bagi masyarakat sekitar lokasi/ kawasan pengembangan jenis kayuputih ini. Tujuan kajian adalah mendapatkan informasi mengenai ketersediaan air permukaan pada tanaman kayuputih. II. METODOLOGI 1. Lokasi Lokasi kegiatan dilaksanakan pada Mikro DAS Gubah secara administrasi terletak di Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY, dan merupakan Kebun Pangkas Dinas Kehutanan Provinsi DIY di Petak

4 2. Bahan dan Peralatan a. Bahan Bahan yang digunakan dalam kajian ini meliputi : Peta topografi, peta tanah, peta penggunaan lahan/forest cover), blanko-blanko pengamatan, dan alat tulis kantor. b. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam kajian, yaitu : peralatan untuk monitoring hujan, peralatan untuk monitoring air limpasan Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS); peralatan untuk monitoring iklim mikro (stasiun klimatologi); meteran, ringfender, hagameter, abneylevel, kompas, altimeter, GPS (Global Positioning System), evaporimeter, ring infiltrometer, peralatan survei tanah dan penutupan vegetasi/tegakan hutan, dan komputer 3. Pengolahan dan Analisia Data a. Pengamatan Kondisi Iklim Mikro Pengamatan kondisi iklim mikro dengan menggunakan stasiun klimatologi sederhana, meliputi pengamatan curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara, dan evaporasi. Pengamatan curah hujan dilakukan setiap hari pada jam WIB untuk mengetahui besarnya curah hujan pada hari sebelumnya, pengamatan temperatur dan kelembaban udara secara harian sepanjang tahun dengan waktu pengamatannya sebanyak 3 kali yaitu jam WIB12.00 WIB dan WIB dan pengamatan evaporasi diamati 2 kali sehari yaitu jam WIB dan jam WIB. b. Penutupan Lahan Survei penutupan lahan dilakukan dengan menggunakan plot contoh berukuran 5 x 5 meter. Titik plot contoh yang diambil untuk mewakili lereng atas (>45 %), tengah (25%) dan bawah(15%) masing-masing untuk sebelah kiri sungai dan kanan sungai. 230

5 c. Kondisi Tanah Untuk mengetahui kondisi tanah pada mikro DAS dengan cara mengambil contoh tanahnya d. Air Tersedia dalam tanah Jumlah air tersedia di dalam tanah di petak areal Mikro DAS. Kondisi air tersedia tersebut adalah merupakan kondisi air tersedia sesaat karena contoh tanah diambil hanya satu kali yaitu pada saat sebelum masuk musim penghujan sehingga belum bisa mencerminkan kondisi air tersedia selama rentang waktu tertentu (1 tahun) di areal Mikro DAS. e. Kualitas Air Untuk mengetahui kondisi kualitas air, dengan mengambil contoh air pada areal mikro DAS.Contoh air diambil pada saat musim penghujan dan lokasi pengambilan berada pada outlet Mikro DAS serta sebagai perbandingan diambil pula sampel air yang berasal dari Sungai Oyo yang merupakan muara dari alur sungai yang mengalir dalam Mikro DAS areal tanaman kayuputih. f. Pengamatan Ketersediaan Air Permukaaan Pengamatan ketersediaan air permukaan dengan menggunakan pengamatan arus sungai (SPAS) dengan tipe Cipolity dan V-notch Wier dari suatu mikro DAS dengan luasan ± 5 ha yang diatasnya ditanami dengan tanaman kayuputih dengan umur yang seragam. Dalam hal ini pengamatannya meliputi pengamatan curah hujan, tinggi muka air dan debit aliran. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Iklim Mikro Areal Hutan Tanaman Kayuputih Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari (Wisnubroto, 1983). Unsur-unsur penyusun iklim antara lain adalah curah hujan, temperatur dan kelembaban udara. Pengamatan iklim 231

6 mikro di lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan stasiun klimatologi sederhana. Unsur-unsur iklim yang diamati meliputi curah hujan, temperatur, evaporasi dan kelembaban udara. Iklim mikro dipisahkan menjadi 3 (tiga) periode musim yaitu : (1). Musim hujan I (bulan Januari Maret); (2). Musim kemarau (bulan April- September); dan (3). Musim hujan II (bulan Oktober- Desember). Hasil pengamatan adalah sebagai berikut : (a). Musim hujan I (bulan Januari Maret) : suhu udara harian pagi hari (jam WIB) berkisar C dengan kelembaban udara berkisar 70-78%, suhu udara siang hari (jam WIB) berkisar C dengan kelembaban udara berkisar 59-82%, suhu udara sore hari harian (jam WIB). berkisar C dengan kelembaban udara berkisar 58-70%; (b). Musim Kemarau (bulan April - September) : suhu udara harian pagi hari (jam WIB) berkisar C dengan kelembaban udara berkisar 81-85%, suhu udara siang hari (jam WIB) berkisar C dengan kelembaban udara berkisar 51-60%, suhu udara sore hari (jam WIB) berkisar C dengan kelembaban udara berkisar % dan (c). Musim hujan II (bulan Oktober- Desember) suhu udara harian pagi hari (jam WIB) berkisar C dengan kelembaban udara berkisar 72-80%, suhu udara siang hari (jam WIB) berkisar C dengan kelembaban udara berkisar 60-82%, suhu udara sore hari (jam WIB) berkisar C dengan kelembaban udara berkisar 60-72%. 2. Penutupan Lahan Survei penutupan lahan dilakukan dengan menggunakan contoh plot berukuran 5 x 5 meter. Titik contoh plot yang diambil untuk mewakili (lereng atas, tengah dan bawah) masing-masing untuk sebelah kiri sungai dan kanan sungai. Obyek yang diamati meliputi tanaman kayuputih dan tanaman bawahnya. Hasil survei tanaman kayuputih dalam contoh plot disajikan pada Tabel 1. berikut : 232

7 Tabel 1. Penutupan DAS oleh Tanaman Kayuputih Areal Mikro DAS di Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunung Kidul. Rerata Kepadatan Tanaman (n/ha) Diameter Batang (cm) Tinggi Pohon (cm) Penutupan ( % ) Lereng Atas 13 8, Kiri Sungai Lereng Tengah 11 11, Lereng Bawah 26 9, Kanan Sungai Lereng Lereng Lereng Atas Tengah Bawah , , , Berdasarkan data pada Tabel 1 tersebut terlihat bahwa jumlah tanaman kayuputih berkisar antara pohon dengan diameter batang berkisar antara 1,55-11,65 cm. Pada lokasi mikro DAS tanaman kayuputih didominasi terubusan baru sehingga rata-rata diameter batangnya relatif kecil. Dari rerata tinggi pohonnya berkisar antara cm, hal ini dikarenakan bekum dilakukan pemanenan daun. Setelah penanenan daun maka tonggak yang tersisa ketinggiannya hanya berkisar 150 cm saja. Penutupan lahan mikro DAS berkisar antara % (sedang), sehingga masih terdapat resiko terjadinya erosi tanah yang disebabkan karena pukulan air hujan. 3. Kondisi Tanah Untuk mengetahui kondisi tanah pada mikro DAS dengan cara mengambil contoh tanahnya. Hasil analisis contoh tanah di lahan mikro DAS disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kondisi Tanah Pada Areal Mikro DAS di Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunung Kidul Lokasi Kedalaman ( cm ) Kadar lengas ph C (0,5 mm) (2 mm) H2O (%) BO (%) Tekstur I Lempung berat Lempung berat > Geluh lempung II Lempung berat Lempung berat > Geluh pasir III Lempung berat Lempung berat 233

8 Berdasarkan Tabel 2, ph tanah di areal mikro DAS adalah agak basa. Rata-rata kandungan C organik termasuk kategori tinggi (Kategori tanah menurut Dephutbun, 1999). Sementara rata-rata kandungan bahan organik tanah di areal mikro DAS masuk kategori tinggi. Tekstur tanah adalah lempung berat kecuali pada titik pengambilancontoh tanah kedua pada kedalaman > 40 cm. 4. Kualitas Air Pengambilan contoh air pada areal mikro DAS dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitas air. Contoh air diambil pada saat musim penghujan dan lokasi pengambilan pada outlet mikro DAS serta sebagai perbandingan telah diambil pula contoh air yang berasal dari Sungai Oyo yang merupakan muara dari alur sungai yang mengalir dalam mikro DAS areal tanaman kayuputih. Perbandingan hasil analisis laboratorium antara alur sungai dalam mikro DAS dan Sungai Oyo disajikan pada Tabel 3. berikut : Tabel 3. Perbandingan Kualitas Air Pada Mikro DAS dan Sub DAS Oyo di Kecamatan Nglipar Kabupaten Gunung Kidul Parameter Satuan Mikro DAS Sub DAS Oyo (-) 7,5 7,7 NTU 1 94 ph Kekeruhan Total Dissolved Solid(TDS) Daya Hantar Listrik (DHL) Kalium (K) Kalsium (Ca +2 ) Nitrat (NO 3) Klorida (Cl) Phospat (PO 4) Biological Oxigen Demand (BOD) Chemical Oxigen Demand (COD) Natrium (Na) Sulfat (SO 4) Magnesium (Mg) Mg/l µ mhos/cm < 0,93 96,72 < 0,61 < 0,6 1,1089 6, , ,82 3,13 5,0 0,3228 2, ,37 Berdasarkan hasil analisis laboratorim (Tabel 3) di atas terindikasi bahwa nilai ph di kedua lokasi dalam kondisi netral dengan kisaran 7,5 sampai dengan 7,7. Beberapa parameter tertentu (K,

9 NO 3, Cl, Na, dan SO 4 ), hasil uji menunjukkan bahwa contoh air dari mikro DAS lebih kecil dari pada di Sub DAS Oyo, sedangkan untuk parameter yang lain (kalsium, phospat, dan magnesium) lebih besar dari pada contoh air dari Sub DAS Oyo. Hal ini disebabkan karena kondisi penutupan lahan diatas lokasi pengambilan contoh yang berbeda. Penutupan lahan pada areal mikro DAS adalah murni tanaman kayuputih yang tidak ditumpangsari dengan tanaman semusim, kondisi tanaman bawahnya berupa rumput-rumputan dan semak belukar. Pada areal tanaman kayuputih di dalam Mikro DAS tidak dilakukan perlakuan apapun (pemupukan, pengolahan tanah dan sebagainya), sedangkan penutupan lahan di atas lokasi pengambilan sampel pada Sub DAS Oyo adalah merupakan campuran antara lahan pertanian, pemukiman dan hutan sehingga kondisi penutupan lahannya sangat beragam. Disamping itu kondisi air di Sub DAS Oyo juga telah dipengaruhi oleh pencemaran terhadap badan air baik oleh pupuk yang digunakan oleh petani di lahan olahannya maupun pencemaran dari pemukiman. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai parameter BOD dan COD pada contoh dari Sub DAS Oyo yang lebih rendah dari pada contoh air yang berasal dari Mikro DAS. Selanjutnya pada parameter kekeruhan, contoh air yang berasal dari Mikro DAS nilainya jauh lebih kecil dari pada sampel air yang berasal dari Sub DAS Oyo. Hal ini menunjukkan bahwa pada areal Mikro DAS hampir tidak terdapat tanah yang tererosi oleh curah hujan yang jatuh. Kecilnya nilai parameter kekeruhan tersebut disebabkan oleh pengaruh penutupan lahan DASnya. Pada areal Mikro DAS penutupan lahannya adalah tanaman kayuputih dengan tanaman bawah berupa semak belukar dan rerumputan yang relatif menutup permukaan tanahnya. Dengan demikian hampir tidak terdapat sedimen terangkut oleh aliran air pada areal Mikro DAS, namun demikian masih akan diamati lagi kandungan sedimen terkait pada aliran alur sungai pada areal Mikro DAS dengan menggunakan suspended sampler yang telah terpasang pada Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) yang telah dibangun. 235

10 5. Ketersediaan Air pada Areal Hutan Tanaman Kayuputih Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) yang dilengkapi dengan peralatan pemantau aliran air otomatis telah dibuat untuk mengetahui ketersediaan air pada kawasan hutan tanaman kayuputih. SPAS dibangun di areal penelitian adalah model Cipoletti dengan lebar penampang 90 cm. Luas daerah tangkapan air yang diamati 5,211 Ha dengan keseluruhan jenis penutupan lahannya adalah tanaman kayuputih dengan umur tanaman yang seragam. Lokasi tangkapan air yang diamati terletak di petak 38 RPH Nglipar, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul. Lokasi pengamatan tersebut adalah merupakan tanaman kayuputih hasil terubusan baru yang ditanam pada tahun Ketersediaan air permukaan pada kawasan hutan tanaman kayuputih, diamati dengan memantau tinggi muka air pada saat mulai hujan sampai hujan berhenti. Hasil perhitungan berdasarkan rumus cipoletti disajikan pada Tabel 4 berikut : Tabel 4. Hasil Pengukuran debit aliran dengan menggunakan metode Cipolety (SPAS Gubah), Areal Mikro DAS di Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul. Curah Koefisien Debit Aliran Tahun Hujan Aliran (mm) (m 3 /dt) (mm) , ,20 0, , ,13 0, , ,50 0, , ,18 0,49 Rerata , ,252 0,48 Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil pengamatan debit aliran yang dilakukan selama 4 (empat) tahun mulai tahun , adalah curah hujan tahunan sebesar 1330 mm, rerata debit aliran sebesar 0,383 m 3 /dt atau 635,25 mm (47,70 %), sedangkan sisanya sebesar 694,75 mm (52,30%) meresap kedalam tanah sebagai cadangan air tanah. Dari hasil pengukuran data tersebut dapat dihitung koefisien aliran dengan membagi besarnya besarnya debit aliran tahunan dengan besarnya curah hujan tahunan sebesar 0,477. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan yang jatuh pada area Mikro DAS di Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul yang menjadi aliran adalah sebesar 47,70 %, sisanya 52,30 236

11 % meresap kedalam tanah sebagai cadangan air tanah yang dapat dimanfaatkan terutama pada musim kemarau, menurut (Cook dan Bansby-Williams dalam Suyono, 1996 membuat klasifikasi koefisien aliran sebagai berikut; koefisien aliran normal < 50 %, sedang 50-75% dan ekstrim > 75%. Angka-angka tersebut dapat digunakan untuk menilai kondisi hidrologi DAS. sehingga kondisi area Mikro DAS di Nglipar, Kab.Gunung Kidul dapat dikategorikan dalam kondisi normal. IV. KESIMPULAN 1. Hasil pengamatan iklim mikro stasiun klimatologi Nglipar adalah sebagai berikut : (a). Pada musim hujan I ( Januari Maret) : suhu udara harian berkisar C dengan kelembaban udara harian berkisar 58-82%; (b). Pada musim kemarau (April - September) : suhu udara harian berkisar C dengan kelembaban udara harian berkisar %; dan (c). Pada musim hujan II (Oktober Desember) : suhu udara harian berkisar C dengan kelembaban udara harian berkisar 60-82%. 2. Penutupan lahan pada lokasi Mikro DAS tanaman kayuputih didominasi terubusan baru sehingga rerata diameter batangnya relatif kecil. Dari rerata tinggi pohon berkisar antara cm, hal ini dikarenakan bekum dilakukan pemanenan daun. Setelah pemanenan daun maka tonggak yang tersisa ketinggiannya hanya berkisar 150 cm saja. Penutupan lahan mikro DAS berkisar antara % (sedang), sehingga masih terdapat resiko terjadinya erosi tanah yang disebabkan karena pukulan air hujan. 3. Kondisi tanah menunjukkan bahwa rerata ph tanah adalah agak basa, rerata kandungan C organik termasuk kategori tinggi, rerata kandungan bahan organik tanah termasuk kategori tinggi, tekstur tanah adalah lempung berat kecuali pada titik pengambilan contoh tanah kedua pada kedalaman > 40 cm. 4. Kualitas air yang dinilai dari ph menunjukkan kondisi netral dengan kisaran 7,5 sampai dengan 7,7. Beberapa parameter tertentu (K, NO 3, Cl, Na, dan SO 4 ), hasil uji menunjukkan bahwa contoh air dari Mikro DAS lebih kecil dari pada di sub 237

12 DAS Oyo, sedangkan untuk parameter yang lain (kalsium, phospat, dan magnesium) lebih besar dari pada contoh air dari Sub DAS Oyo. 5. Hasil pengamatan debit aliran menunjukkan bahwa dari rerata curah hujan tahunan sebesar 1330 mm, menghasilkan debit aliran sebesar 0,383 m 3 /dt atau 635,25 mm (47,70 %) sedangkan sisanya sebesar 694,75 mm (52,30 %) meresap kedalam tanah sebagai cadangan air tanah koefisien aliran sebesar 47,70, dikategorikan dalam kondisi normal. DAFTAR PUSTAKA Asdak, C Hidrologi dan Pengelolaan daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Kategori Tanah. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia. Suyono, Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dalam Kontek Hidrologi Dalam Kaitannya Dengan Pembangunan Berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Kepala Madya di Fakultas Geografi Unversitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Wisnusubroto Azas-asas Meteorologi Pertanian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 238

ANALISIS KUALITAS AIR PADA TANAMAN KAYUPUTIH DI MIKRO DAS GUBAH, NGLIPAR, KAB.GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh : Ugro Hari Murtiono

ANALISIS KUALITAS AIR PADA TANAMAN KAYUPUTIH DI MIKRO DAS GUBAH, NGLIPAR, KAB.GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh : Ugro Hari Murtiono ANALISIS KUALITAS AIR PADA TANAMAN KAYUPUTIH DI MIKRO DAS GUBAH, NGLIPAR, KAB.GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Ugro Hari Murtiono LATAR BELAKANG Saat ini, penurunan kualitas air sungai tidak

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 217 ISBN: 978 62 361 72-3 PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Esa Bagus Nugrahanto Balai Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas

Lebih terperinci

TINGKAT KEKERUHAN AIR SUNGAI PADA BERBAGAI VARIASI LUAS HUTAN PINUS DI SUB DAS KEDUNGBULUS, GOMBONG 1. Oleh: Irfan Budi Pramono

TINGKAT KEKERUHAN AIR SUNGAI PADA BERBAGAI VARIASI LUAS HUTAN PINUS DI SUB DAS KEDUNGBULUS, GOMBONG 1. Oleh: Irfan Budi Pramono TINGKAT KEKERUHAN AIR SUNGAI PADA BERBAGAI VARIASI LUAS HUTAN PINUS DI SUB DAS KEDUNGBULUS, GOMBONG 1 Oleh: Irfan Budi Pramono Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Jl.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

Tujuan. Peserta memahami syarat-syarat pemilihan lokasi SPAS dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pemantauan data hidrologi DAS

Tujuan. Peserta memahami syarat-syarat pemilihan lokasi SPAS dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pemantauan data hidrologi DAS MONEV TATA AIR DAS PEMASANGAN SPAS & JENIS ALAT-ALATNYA ALATNYA Oleh: Agung B. Supangat Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Jl. A.Yani-Pabelan PO Box 295 Surakarta Telp./fax. (0271)716709,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk, terutama manusia. Dua pertiga wilayah bumi terdiri dari lautan

Lebih terperinci

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik Latar Belakang: Penghutan kembali atau reboisasi telah banyak dilakukan oleh multipihak untuk menyukseskan

Lebih terperinci

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2

PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2 PEMBUATAN PETA TINGKAT KERAWANAN BANJIR SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI TINGKAT KERUGIAN AKIBAT BENCANA BANJIR 1 Oleh : Rahardyan Nugroho Adi 2 Balai Penelitian Kehutanan Solo. Jl. A. Yani PO Box 295

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Biru terletak di Kabupaten Wonogiri, tepatnya di Kecamatan Purwantoro dan Kecamatan Bulukerto. Lokasinya terletak di bagian lereng

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alamnya untuk pembangunan. Pada negara berkembang pembangunan untuk mengejar ketertinggalan dari

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA Imam Fajri D. 1, Mohamad Sakur 1, Wahyu Wilopo 2 1Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,

Lebih terperinci

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7) 7 Persamaan-persamaan tersebut kemudian dikonversi menjadi persamaan volumetrik (Persamaan 5) yang digunakan untuk mendapatkan nilai kadar air tanah dalam % volume. 3.3.5 Pengukuran Curah Hujan dan Tinggi

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG DAS BRANTAS BERDASARKAN EVALUASI KRITERIA TATA AIR

DAYA DUKUNG DAS BRANTAS BERDASARKAN EVALUASI KRITERIA TATA AIR Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 207 ISBN: 978 602 36 072-3 DAYA DUKUNG DAS BRANTAS BERDASARKAN EVALUASI KRITERIA TATA AIR Rahardyan Nugroho Adi dan Endang Savitri Balai Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologis di Sub Daerah Aliran Ci Karo, maka penulis dapat menarik

Lebih terperinci

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh. PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (214), Hal. 99-15 ISSN : 2337-824 Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh. Ishak

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani Abstrak Daerah penelitian adalah DAS Deli yang meliputi tujuh subdas dan mempunyai luas

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR..... ii DAFTAR ISI...... iv DAFTAR TABEL..... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN.... 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah. 7 C. Tujuan Penelitian......

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009, DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN

HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN Muhammad Syukri, Maulidia, dan Nurmalita Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh Email: m.syukri@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung yang meliputi area tangkapan (catchment area) seluas 142,11 Km2 atau 14.211 Ha (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi baik dalam bentuk cairan maupun es. Hujan merupakan faktor utama pengendali daur hidrologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 1.266 m di atas permukaan laut serta terletak pada

Lebih terperinci

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR R Rodlyan Ghufrona, Deviyanti, dan Syampadzi Nurroh Fakultas Kehutanan - Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Situ

Lebih terperinci

ARAH PENELITIAN MONITORING DAN EVALUASI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TAHUN

ARAH PENELITIAN MONITORING DAN EVALUASI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TAHUN ARAH PENELITIAN MONITORING DAN EVALUASI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TAHUN 2012-2021 1 Oleh : Irfan B. Pramono 2 dan Paimin 3 Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelompok Umur Pertumbuhan populasi tiram dapat dilihat berdasarkan sebaran kelompok umur. Analisis sebaran kelompok umur dilakukan dengan menggunakan FISAT II metode NORMSEP.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN EVALUASI PERTUMBUHAN SENGON DAN JABON DALAM REHABILITASI LAHAN TERDEGRADASI DI TLOGOWUNGU PATI. Tujuan

PENDAHULUAN EVALUASI PERTUMBUHAN SENGON DAN JABON DALAM REHABILITASI LAHAN TERDEGRADASI DI TLOGOWUNGU PATI. Tujuan PENDAHULUAN EVALUASI PERTUMBUHAN SENGON DAN JABON DALAM REHABILITASI LAHAN TERDEGRADASI DI TLOGOWUNGU PATI Oleh : Heru Dwi Riyanto dan Gunardjo Tjakrawarsa Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia tergolong besar. Saat ini berdasarkan survey terakhir, jumlah penduduk Indonesia adalah 230 juta lebih. Laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Merden Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.3 menunjukan bahwa luas DTA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK DAS Citarum merupakan DAS terpanjang terbesar di Jawa Barat dengan area pengairan meliputi Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Bekasi, Cianjur, Indramayu,

Lebih terperinci

UJICOBA TEKNIK REHABILITASI LAHAN KRITIS DI GUNUNG BATUR, BANGLI (HASIL AWAL) Oleh: Gunardjo Tjakrawarsa Budi Hadi Narendra

UJICOBA TEKNIK REHABILITASI LAHAN KRITIS DI GUNUNG BATUR, BANGLI (HASIL AWAL) Oleh: Gunardjo Tjakrawarsa Budi Hadi Narendra UJICOBA TEKNIK REHABILITASI LAHAN KRITIS DI GUNUNG BATUR, BANGLI (HASIL AWAL) Oleh: Gunardjo Tjakrawarsa Budi Hadi Narendra Latar Belakang Lava G.Batur batuan vulkanis beku dan pasir kesuburan rendah (kritis

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK DAS Cisadane Hulu merupakan salah satu sub DAS Cisadane yang

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. saling terkait. Peristiwa banjir, erosi dan sedimentasi adalah sebagian indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. saling terkait. Peristiwa banjir, erosi dan sedimentasi adalah sebagian indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai bagian dari pembangunan wilayah masih menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait. Peristiwa banjir,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tambang batubara merupakan salah satu penggerak roda perekonomian dan pembangunan nasional Indonesia baik sebagai sumber energi maupun sumber devisa negara. Deposit batubara

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI

BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI 3.1. Umum Danau Cisanti atau Situ Cisanti atau Waduk Cisanti terletak di kaki Gunung Wayang, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Secara geografis Waduk

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN EROSI DAN ALIRAN PERMUKAAN PADA BERBAGAI SISTEM TANAM DI TANAH TERDEGRADASI SKRIPSI. Vivin Alviyanti NIM

KAJIAN EROSI DAN ALIRAN PERMUKAAN PADA BERBAGAI SISTEM TANAM DI TANAH TERDEGRADASI SKRIPSI. Vivin Alviyanti NIM KAJIAN EROSI DAN ALIRAN PERMUKAAN PADA BERBAGAI SISTEM TANAM DI TANAH TERDEGRADASI SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Menyelesaikan Program Studi Ilmu Tanah (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kendala utama dalam kegiatan pengelolaannya. Dalam rangka memudahkan. pengelolaan DAS maka dikembangkan Model DAS Mikro menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. kendala utama dalam kegiatan pengelolaannya. Dalam rangka memudahkan. pengelolaan DAS maka dikembangkan Model DAS Mikro menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pengelolaan DAS pada dasarnya bertujuan untuk mengendalikan hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dan lingkungan dengan kegiatan manusia agar fungsi lingkungan

Lebih terperinci

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daur hidrologi merupakan perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut, air tersebut akan tertahan (sementara)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... i ii iii vi ix xi xiii xii BAB I. PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 2. Mengumpulkan data, yaitu data primer dan data sekunder

BAB III METODOLOGI. 2. Mengumpulkan data, yaitu data primer dan data sekunder Metodologi III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Perencanaan suatu jaringan transmisi air bersih suatu kawasan perlu mempertimbangkan beberapa aspek yaitu sosial budaya, teknis, biaya dan lingkungan.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO Rini Fitri Dosen pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Lahan kering di

Lebih terperinci

JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...v DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL...ix DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR PETA...xii DAFTAR LAMPIRAN...xiii

Lebih terperinci

HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG

HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG Muhammad Syukur Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email : msyukur1973@yahoo.co.id ABSTRAKS:

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN PADA HUTAN PINUS DI TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN TONGKOH KABUPATEN KARO BERDASARKAN MODEL KESEIMBANGAN AIR

ANALISIS HUJAN PADA HUTAN PINUS DI TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN TONGKOH KABUPATEN KARO BERDASARKAN MODEL KESEIMBANGAN AIR ANALISIS HUJAN PADA HUTAN PINUS DI TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN TONGKOH KABUPATEN KARO BERDASARKAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (Analysis of Rainfall in Pine Forest in Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI TATA AIR

MONITORING DAN EVALUASI TATA AIR MONITORING DAN EVALUASI TATA AIR Rahardyan Nugroho Adi BPTKPDAS Pengertian Pengertian : Air adalah semua air yang terdapat di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kadar Air Tanah Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun tanaman semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai komunitas tumbuhan juga memiliki fungsi hidrologis dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai peran yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soemarto (1999) infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,

Lebih terperinci

14/06/2013. Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor utama penyebab banjir Membuat Model Pengendalian Banjir Terpadu

14/06/2013. Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor utama penyebab banjir Membuat Model Pengendalian Banjir Terpadu Penyebab Banjir Indonesia: Iklim/curah hujan Gelobang pasang/rob Limpasan sungai OLEH: Alif Noor Anna Suharjo Yuli Priyana Rudiyanto Penyebab Utama Banjir di Surakarta: Iklim dengan curah hujan tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumber daya yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanah menjadi media utama manusia mendapatkan pangan, sandang, papan, tambang, dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEMINAR NASIONAL ke-8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi STUDI PENCEMARAN AIR DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CODE, YOGYAKARTA GUNA MENDUKUNG UPAYA KONSERVASI AIRTANAH PASCA ERUPSI MERAPI 2010 T. Listyani R.A. 1) dan A. Isjudarto 2) 1) Jurusan Teknik Geologi STTNAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian 8 3 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lahan kebun pala milik pengurus Forum Pala Aceh di Kecamatan Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan dalam 5 kali periode hujan pada lahan pertanian jagung dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan dalam 5 kali periode hujan pada lahan pertanian jagung dengan 55 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Erosi Permukaan dan Unsur Hara Tanah Hasil pengukuran erosi permukaan dan kandungan unsur hara N, P, K tanah yang ikut terbawa oleh aliran permukaan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU BAB IV TINJAUAN AIR BAKU IV.1 Umum Air baku adalah air yang berasal dari suatu sumber air dan memenuhi baku mutu air baku untuk dapat diolah menjadi air minum. Sumber air baku dapat berasal dari air permukaan

Lebih terperinci

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1 TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1 Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I Jl. Surabaya 2 A, Malang Indonesia 65115 Telp. 62-341-551976, Fax. 62-341-551976 http://www.jasatirta1.go.id

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 12 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Cagar Alam Sukawayana, Desa Cikakak, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Gambut Koordinator : Ir. Atok Subiakto, M.Apl.Sc Judul Kegiatan : Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut (Soemarto,1999). Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

PENANGANAN LAHAN PANTAI BERPASIR DENGAN TANAMAN TANGGUL ANGIN CEMARA LAUT Oleh : Beny Harjadi Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh

PENANGANAN LAHAN PANTAI BERPASIR DENGAN TANAMAN TANGGUL ANGIN CEMARA LAUT Oleh : Beny Harjadi Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh PENANGANAN LAHAN PANTAI BERPASIR DENGAN TANAMAN TANGGUL ANGIN CEMARA LAUT Oleh : Beny Harjadi Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh Pada Balai penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan berpengaruh pada pemanfaatan sumberdaya lahan dalam jumlah besar untuk memenuhi ketersediaan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan laju infiltrasi pada berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan laju infiltrasi pada berbagai 199 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan laju infiltrasi pada berbagai karakteristik lahan pada bab sebelumnya, maka penelitian Hubungan Karakteristik

Lebih terperinci

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1

KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1 KESUBURAN TANAH LAHAN PETANI KENTANG DI DATARAN TINGGI DIENG 1 Nasih Widya Yuwono, Benito Heru Purwanto & Eko Hanudin Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Survei lapangan

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS MONEV TATA AIR DAS ESTIMASI KOEFISIEN ALIRAN Oleh: Agung B. Supangat Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS Jl. A.Yani-Pabelan PO Box 295 Surakarta Telp./fax. (0271)716709, email: maz_goenk@yahoo.com

Lebih terperinci