BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Steganography Latar belakang steganography Steganograhy adalah seni menulis secara tersembunyi dengan tujuan mengadakan komunikasi secara tersembunyi dari pihak ketiga. Hal ini berbeda dengan Cryptography, yang merupakan teknik menulis rahasia yang bertujuan untuk membuat suatu tulisan menjadi sulit untuk mengerti, tanpa menyamarkan keberadaan komunikasi rahasia (Gary C. Kessler ). Walaupun berbeda, terdapat banyak penganalogian dari keduanya, dan beberapa ahli mengklasifikasikan steganography sebagai bentuk dari cryptography, hal ini dikarenakan komunikasi secara tersembunyi juga merupakan bentuk dari penulisan secara rahasia (Bauer ). Tujuan dari steganography pada dasarnya adalah untuk menghilangkan kecurigaan terhadap keberadaan pesan tersembunyi, pada komunikasi antara 2 pihak. Steganography umumnya diaplikasikan pada medium-medium umum untuk lebih menghilangkan kecurigaan terhadap keberadaan suatu pesan tersembunyi. Walaupun istilah steganography baru lahir di akhir abad ke 15, namun penggunaannya telah berlangsung selama beberapa milenium. Pada jaman dahulu, suatu pesan (rahasia) ditulis pada perut kelinci, ditato di kepala budak, bahkan menggunakan tinta yang tak terlihat. Microfilm, microdot dan potongan dari film, setelah penemuan fotografi, juga merupakan contoh lain dari penggunaan teknik ini. 7

2 8 Proses steganography pada intinya mencakup proses penempatan pesan tersembunyi pada sebuah media (Carrier). Pesan rahasia yang ditempatkan pada Carrier akan membentuk suatu medium steganography. Suatu steganography key dapat digunakan pada proses pengenkripsian pesan rahasia, atau pada saat proses pengacakan skema steganography (skema atau algoritma yang digunakan dalam penempatan pesan) dalam Carrier, kunci ini berguna untuk lebih meningkatkan keamanan dari data rahasia, melalui proses-proses diatas. Sehingga walaupun pihak ketiga mengetahui adanya pesan rahasia, dan berhasil mengekstraknya, maka ia harus memecahkan enkripsi dari pesan tersebut. Berikut adalah taksonomi dari teknik steganography: Gambar 2-1 Hierarki Steganography menurut Vlad Rabinovich Technical steganography Pengunaan metode-metode ilmiah untuk menyembunyikan pesan, seperti penggunaan tinta khusus, microdots dan metode pereduksi ukuran. Linguistic steganography

3 9 Penyembunyian pesan pada Carrier dengan cara yang tidak menonjol, dan dibagi dalam Semagram dan Open Codes. 1. Semagrams Semagrams menyembunyikan pesan dengan menggunakan simbol atau tandatanda. Visual semagram menggunakan benda sehari-hari yang tidak mencolok untuk menyampaikan pesan, sebagai contoh; penempatan posisi dari benda. Text semagram menyembunyikan pesan dengan memodifikasi tampilan dari suatu teks (Carrier), sebagai contoh; melalui perubahan kecil pada ukuran teks, font atau penambahan spasi. Pada perang dunia ke-2 pengiriman jam akan selalu dibatalkan bila beberapa jam tangan berhenti dan menunjukkan waktu yang berbeda. 2. Open Codes Open codes menyembunyikan pesan pada carrier message melalui suatu cara yang tidak mencurigakan pengamat terhadap carrier message tersebut. Berbeda dengan Semagram, metode ini tidak merubah ukuran, tipe font dan lain lain. a. Jargon Codes Seperti namanya Jargon Codes menggunakan kata kata yang hanya dimengerti kelompok tertentu dan tidak berarti bagi orang lain. Metode ini menggunakan Warchalking (simbol yang mengindikasikan kehadiran dan tipe dari wireless network signal [Warchalking 2003]), terminologi asing, atau percakapan umum yang mempunyai arti khusus oleh karena fakta yang hanya diketahui oleh orang orang tertentu. Subset dari metode ini adalah Cue Codes, dimana frase-frase tertentu mempunyai arti khusus. b. Covered Cipher

4 10 Covered Ciphers menyembunyikan pesan secara terbuka di dalam media Carrier agar dapat dipecahkan oleh siapa pun yang mengetahui rahasianya. Dibagi menjadi Null Ciphers dan Grille Ciphers. 1. Null Ciphers Null Ciphers menyembunyikan pesan langsung pada Carrier dengan cara sederhana. Penggunaan metode ini sangat populer dalam perang, karena metodanya yang sederhana namun sangat ampuh, karena tidak dapat dideteksi secara mekanis. Contoh: PRESIDENT'S EMBARGO RULING SHOULD HAVE IMMEDIATE NOTICE. GRAVE SITUATION AFFECTING INTERNATIONAL LAW. STATEMENT FORESHADOWS RUIN OF MANY NEUTRALS. YELLOW JOURNALS UNIFYING NATIONAL EXCITEMENT IMMENSELY. APPARENTLY NEUTRAL'S PROTEST IS THOROUGHLY DISCOUNTED AND IGNORED. ISMAN HARD HIT. BLOCKADE ISSUE AFFECTS PRETEXT FOR EMBARGO ON BYPRODUCTS, EJECTING SUETS AND VEGETABLE OILS. Bila teks pertama dibaca hanya huruf pertamanya saja dan teks kedua hanya dibaca huruf keduanya saja, akan diperoleh: PERSHING SAILS FROM N.Y. JUNE 1 2. Grille Ciphers (Cardan Grille) Cardan Grille menggunakan semacam kertas karton atau plastik, dimana terdapat lubang-lubang. Lubang ini digunakan untuk membaca pesan rahasia yang terdapat pada Carrier. Berikut mekanisme dari metode ini:

5 11 Gambar 2-2 Contoh Cardan Grill Steganography pada media digital Sekarang ini steganography dalam dunia digital berkembang ke 2 arah. 1 arah bertujuan untuk melindungi pesan rahasia dari deteksi (protection against detection), yang merupakan tujuan utama dari steganography. Arah yang lain, walaupun mengandung tujuan utama dari steganography (menghindari deteksi), namun bertujuan untuk melindungi pesan rahasia pada media agar tidak dapat dihilangkan (protection against removal) (Vlad Rabinovich-1999). Gambar 2-3 Hierarki Steganography pada media digital

6 12 Steganography menyediakan fungsi fungsi penting dan berguna dalam dunia digital, yang paling populer adalah digital watermarking. Aplikasi ini dapat menyembunyikan pesan rahasia di dalam sebuah file sehingga bukti kepemilikan dari karya intelektual tersebut dapat dibuktikan atau untuk memastikan integritas dari karya tersebut. Walaupun secara konsep mirip dengan steganography, namun tujuan dari digital watermarking sedikit berbeda. Secara umum hanya sedikit dari informasi yang dimasukkan dalam Carrier, penyembunyian informasi watermarking tidak terlalu perlu, dan informasi watermarking dapat ditarik / dihilangkan untuk menjaga integritas Carrier. Steganography digital yang berfokus untuk menghindari deteksi terbagi menjadi 2 tipe menurut cara menyisipkan informasi dan media yang digunakan. Metode pertama adalah dengan menyembunyikan informasi pada data volatil, metode ini banyak digunakan pada sistem jaringan dengan memanipulasi proses enkapsulasi pada sistem layer pada protokol TCP/IP maupun yang lain, contoh: misalkan dengan memanfaatkan format segment pada TCP layer. Gambar 2-4 Contoh steganography pada segmen di jaringan Pada header TCP terdapat 6 bit (hijau) yang tidak dimanfaatkan oleh TCP, bit-bit ini dapat digunakan untuk menyimpan informasi. Metode lain adalah menyimpan informasi pada user data, dalam menggunakan metode ini file Carrier/ medium harus diperhatikan (dalam hal ini data user). Metode ini terbagi dua berdasarkan file Carrier-nya yaitu

7 13 fragile dan robust. Fragile berarti informasi yang disembunyikan dalam Carrier mudah rusak/hilang bila Carrier dirubah sekecil apapun, seperti dikompres dengan metode lossy, sedangkan robust berarti informasi yang disimpan dalam Carrier tidak akan hilang dengan mudah bila Carrier dirubah (Cummins, J. Et al ). Secara umum teknik steganography pada media digital menggunakan metode penumpangan data pada byte stream data, byte stream data dapat berbentuk segment, frames, datagrams, dan lainnya. Karena steganography mempunyai tujuan utama menghindari deteksi sehingga metode penumpangan data pada file dilakukan secara tak terlihat. Berikut adalah skema prosedur steganography sederhana: Gambar 2-5 Skema steganography sederhana Pada steganography yang menggunakan media digital terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan, berikut contoh teknik-teknik tersebut dalam urutan yang menggambarkan kualitas teknik steganography tersebut dalam ketahanannya terhadap deteksi dari terburuk hingga terbaik( ): 1. Menempatkan data di akhir file carrier (contoh: Camouflage, JpegX, SecurEngine untuk JPG, Safe&Quick Hide Files 2002, Steganography 1.50).

8 14 2. Menempatkan data pada field comment, atau bagian dari file yang tidak tepakai (contoh: Invisible Secrets 2002 untuk JPG dan PNG, Steganozorus untuk JPG). 3. Menempatkan data pada byte stream file carrier dengan secara linier, sekuensial dan tetap (contoh: InPlainView, InThePicture, Invisible Secrets 2002 untuk BMP, ImageHide, JSteg). 4. Menempatkan data pada byte stream file carrier, secara acak menggunakan bilangan pseudo-random yang dihasilkan dari PassPhrase (contoh:cryptarkan, BMPSecrets, Steganos untuk BMP, TheThirdEye, JPHide). 5. Menempatkan data pada byte stream file carrier, secara acak menggunakan bilangan pseudo-random yang dihasilkan dari PassPhrase, dan merubah bit bit lain pada byte stream file carrier untuk mengkompensasi perubahan yang ditimbulkan oleh data yang disisipkan dan untuk menghilangkan perubahan secara statistik pada file carrier (contoh: Outguess, F5) File Audio Digital Digital audio / digitized sound (Audio digital) merupakan jenis file audio yang berasal dari hasil perekaman atau hasil sintesis dari komputer. Audio digital memiliki tiga karakteristik yang terutama yaitu: Sample(s), merupakan representasi aktual suara yang disimpan dalam ribuan angka individual, Resolution / bit depth, merupakan ukuran sample dalam bit (misalkan. 8-bit, 16-bit),

9 15 Sampling rate, merupakan kecepatan permrosesan bit oleh komputer (misalkan KHz untuk Compact Disc). Proses encoding pada media audio melibatkan konversi sinyal analog ke dalam rangkaian bit. Sinyal analog (suara dan musik) direpresentasikan dalam gelombang sinus dalam frekwensi yang beragam. Sistem pendengaran manusia hanya dapat menangkap frekwensi dalam rentang Hz. Karena gelombang suara bersifat analog (sinyalnya bersifat kontinyu), maka gelombang tersebut perlu dikonversikan terlebih dahulu ke dalam beberapa set sample agar dapat direpresentasikan dengan rangkaian biner (1 dan 0). Konversi dari analog ke digital dicapai dengan mengambil sample dari suatu sinyal analog dan merubah sample tersebut ke dalam tingkatan voltase. Level voltase tersebut akan dikonversikan ke dalam numerik menggunakan skema yang disebut Pulse Code Modulation. Alat pengkonversinya disebut Coder-Decoder. Gambar 2-6 Pulse Code Modulation Pulse Code Modulation (PCM) hanya dapat menyediakan perkiraan dari sinyal analog yang asli. Misalnya sinyal analog diukur pada level 4.86, akan dikonversikan ke

10 16 5 pada PCM. Hal ini disebut quantization error. Aplikasi-aplikasi audio mendefinisikan level-level yang berbeda pada PCM. Sinyal analog perlu di-sample dengan rate dua kali lebih dari frekuensi tertinggi pada sinyal, agar hasil yang asli dapat direproduksi dari sample. Sebagai contoh pada jaringan telepon, suara manusia dengan rentang frekuensi Hz (walaupun pada kenyataannya hanya Hz yang membawa suara), di-sample dengan rate 8000 Hz. Aplikasi audio musik menangani spektrum penuh dari pendengaran manusia, aplikasi ini umumnya menggunakan sampling rate 44.1 khz, dimana pada 1 detik musik digital terdapat sample (Gary C. Kessler ). Sedangkan besar dari ukuran file musik yang tidak dikompresi dapat dikalkulasikan dengan rumus : Jumlah bit per detik = S * R* C S = Sampling rate R = Resolusi Pulse Code Modulation (16 bit) C = Jumlah channel (mono = 1, stereo = 2) Sebagai contoh, pada 1 menit file audio, dengan sampling rate 44.1 khz dan menggunakan 2 channel, maka ukuran file yang tidak terkompres mencapai MB. File audio yang populer sekarang ini seperti MP3, Ogg Vorbis, dan sebagainya, menggunakan skema kompresi untuk mengurangi ukuran dari file. Untuk lebih

11 memahami media audio, terutama MP3 yang akan digunakan sebagai medium / Carrier, diperlukan pemahaman terlebih dahulu terhadap skema kompresi file audio yang ada Skema Kompresi Audio Skema kompresi Audio MPEG Dengan semakin meluasnya penggunaan Internet dan teknologi komputer modern, meningkat pula kebutuhan akan skema kompresi file audio yang tidak menurunkan kualitas suara aslinya. Saat ini sejumlah skema perceptual audio coding telah digunakan dalam beberapa aplikasi multimedia. Diantara codec (compressor decompressor) yang ada saat ini, format kompresi MP3 adalah skema pengkodean audio yang paling banyak digunakan. Secara umum, nama MP3 merujuk pada layer tiga dari skema pengkodean dari ISO/MPEG-1 dan ISO/MPEG-2 Audio specifications yang telah disusun pada tahun 1992 dan Merujuk pada standar ini, kemampuan MP3 umumnya mendukung encoding / decoding dari mono atau stereo 2 audio dengan sampling rate (16, 22.05, 24, 32, 44.1, 48kHz) dan bit-rate mencapai 320 kbit/s. Dengan demikian nama MP3 telah menjadi sinonim untuk media penyimpanan audio stereo (non-multi-chanel) dan transmisi, untuk periode lebih dari 10 tahun. Tanpa pengurangan data, suatu sinyal audio digital (umumnya) dengan 16-bit sample (resolution / bit depth), yang direkam dengan menggunakan sampling rate lebih dari dua kali ukuran bandwidth audio yang sesungguhnya (misalkan khz untuk Compact Discs), akan membutuhkan lebih dari Mbit untuk merepresentasikan hanya satu detik dari musik stereo dengan kualitas CD. Dengan menggunakan MPEG

12 18 audio coding ukuran dari data audio yang asli dari suatu CD dapat dikecilkan hingga 12 kali, tanpa mengurangi kualitas suara. MPEG audio coding bahkan mampu menghasilkan kualitas suara yang secara signifikan, melalui faktor pengecilan 24 kali bahkan lebih, masih lebih baik dari apa yang didapat melalui pengurangan sampling rate dan resolusi dari sample. Pada dasarnya, hal ini dapat direalisasikan melalui teknik Perceptual coding. Pada permulaan tahun 90-an, industri mulai tertarik pada kompresi video dan audio untuk multimedia, yang pada akhirnya menuntun pada terbentuknya suatu komite standarisasi dibawah naungan ISO (International Standarization Organization). Komite ini menamakan dirinya Motion Picture Experts Group (MPEG). Tujuan awal dari komite MPEG ini adalah mengeluarkan skema untuk pengiriman video dan audio dengan data rate 1.86 Mbps (Megabits per second). Hal ini menuntun pada terciptanya spesifikasi yang sekarang dikenal dengan nama MPEG-1, yang setelah itu diikuti dengan perluasan spesifikasinya, yaitu MPEG-2. Fokus utama dari kedua spesifikasi ini adalah kompresi video, namun mencakup pula kompresi audio. Sama seperti JPEG (Joint Picture Experts Group), spesifikasi MPEG tidak menjelaskan implementasi spesifik dari data video atau audio itu sendiri. MPEG hanya memberi penjelasan format dari kompresi data, atau bitstream, dan bagaimana cara me-dekompresi data tersebut. Tidak ditetapkan bagaimana cara data tersebut di-kompresi MPEG-1

13 19 Seperti yang telah dijelaskan diatas, MPEG-1 ditujukan pada video data streams dengan bandwidth yang relatif rendah, seperti yang diperoleh melalui CD-ROM multimedia. Spesifikasi MPEG-1 menerangkan tiga level dari kompresi audio, yaitu layer 1, layer 2, dan layer 3, level yang terakhir dari ketiga level tersebut dikenal luas sebagai MP3. Spesifikasi umum untuk kompresi audio MPEG-1 adalah; mendukung sampling rate dari 48 khz, 44.1 khz, dan 32 khz, serta menghasilkan audio dengan bit rate mencapai 384 kbps Kompresi data audio memiliki rasio perbandingan dengan rentang dari 2.7:1 hingga 24:1. Spesifikasi ini mendukung dua audio channel dalam satu sampai empat mode: Monophonic, yang berarti saluran audio tunggal. Dual monophonic, yang berarti track/lagu monophonic di tiap saluran. Ini dapat digunakan, sebagai contoh, untuk mendukung lagu dalam dua bahasa. Stereo, yang berarti saluran audio kiri dan kanan. Joint stereo, dimana elemen audio yang sama di tiap saluran diubah menjadi stream tunggal, hal ini menunjang kompresi dari MP3. Teknik kompresi pada ketiga layer dari audio MPEG-1 pada dasarnya sama, namun kompleksitas kompresi dan rasio kompresi semakin meningkat sesuai dengan urutan layer tersebut. Layer 3, sebagai contoh, memberikan kompresi yang lebih tinggi dari layer 2, dan tentunya lebih tinggi lagi dibandingkan dengan layer 1. Dari hasil ditunjukkan bahwa Layer 1 memberikan, pada umumnya, rasio kompresi 4:1 dari sinyal audio dengan frekwensi sample 48 khz, sementara layer 2 memberikan rasio 6:1, dan layer 3 dengan rasio 12:1. Terdapat pula derajat kompatibilitas pada layer-layer tersebut, yang didalamnya, sebagai contoh, layer 3 decoder dapat me-dekompresi kompresi audio

14 20 dari layer 1 atau layer 2 coder, dan layer 2 decoder dapat me-dekompresi kompresi audio dari layer 1 coder. Namun hal tersebut tidak dapat bekerja sebaliknya, layer-layer yang berada pada urutan terendah tidak dapat me-dekompresi layer-layer yang berada diatasnya. Kompresi MPEG-1 didasarkan pada konsep yang disebut Perceptual coding, yang kontras dengan Waveform coding. Waveform coding merupakan pendekatan kasar dari audio coding, dengan menyertakan pengambilan beberapa digital sample dari 8-bit, 16-bit, 32-bit, atau pada beberapa resolusi lainnya, dengan sampling rate setidaknya dua kali dari frekwensi tertinggi yang akan dipertahankan. Aturan dimana sample harus diambil pada saat dua kali dari audio rate pada Waveform coding, dikenal dengan sebutan Nyquist-Shannon criterion. Sebagai contoh, audio data dari sebuah standar CD musik, yang direkam dalam 16-bit sample dan menggunakan sampling rate khz, maka sesuai dengan aturan diatas, frekwensi tertinggi yang akan dipertahankan dari audio tersebut adalah khz, sementara seluruh frekwensi yang lebih tinggi dari batasan tersebut akan dibuang. Hal ini tidak menjadi masalah, karena riset menunjukkan bahwa, pendengaran manusia tidak dapat mendengar bunyi dengan frekwensi yang berada lebih tinggi dari frekwensi batasan tersebut. Namun, jika CD musik tersebut direkam menggunakan sampling rate khz, maka seluruh frekwensi yang berada lebih tinggi dari khz akan dibuang, dan penurunan kualitas suara akan jelas terdengar. Hal ini dikarenakan banyaknya instrumen musik yang menghasilkan frekwensi bunyi lebih tinggi dari batasan tersebut. Pada dasarnya, musik yang disimpan dengan menggunakan Waveform coding membutuhkan memori yang besar, khususnya untuk stereo, hal ini dikarenakan adanya dua audio stream yang harus direkam, yang menyebabkan dibutuhkan dua kali

15 21 bandwidth dan media penyimpanan. Namun, dengan menggunakan delta modulasi (delta modulation), sebuah kompresi dapat dihasilkan terhadap masalah tersebut. Delta modulasi tercipta dengan memberikan delta secara penuh diantara samplesample, menggunakan skema lossless encoding seperti Huffman coding untuk meningkatkan kompresi, atau melalui pendekatan pengiriman bit satu per satu. Dengan menggunakan pendekatan satu bit, bit 1 atau 0 mengindikasikan bahwa level dari sinyal telah ditingkatkan atau diturunkan satu kali. Hal ini membutuhkan sampling rate harus berada jauh diatas rata-rata maksimum dari perubahan sinyal, karena bila sinyal berubah secara drastis, pengkodean dari persamaan digitalnya hanya dapat berubah dalam satu langkah per sample clock hingga akhirnya dapat mengikuti realisasi dari analog. Kompresi dalam delta modulasi juga dapat ditingkatkan dengan menggunakan proses yang dikenal dengan nama Companding, atau Compressing-expanding. Telinga manusia tidak dapat menangkap adanya perubahan dalam sinyal-sinyal yang tinggi dalam resolusi yang sama, yang lain halnya pada perubahan dalam sinyal-sinyal yang rendah. Hal ini berarti suatu sinyal dapat disimpangkan dengan hanya menyimpan sinyal-sinyal tinggi dalam resolusi yang kasar namun sinyal-sinyal yang rendah dalam resolusi yang baik. Dan pada akhirnya sinyal-sinyal tersebut dapat dikembalikan pada rentang yang sesungguhnya dalam keluarannya. Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, jika sinyal analog yang di-delta modulasi-kan berubah terlalu drastis, delta modulator harus menghitung naik atau turun satu penambahan analog hingga akhirnya dapat menyamai dengan realita, hal ini mengakibatkan adanya string dari bit seperti atau Proses penyamaan dengan realita ini dapat dipermudah jika sistem konversi dari analog ke digital dapat mengenali string yang panjang dan terdiri dari bit 1 saja atau bit 0 saja, dan

16 22 menyesuaikan ukuran dari penambah analognya. Pendekatan ini dikenal dengan nama Adaptive Differential Pulse-code Modulation (ADPCM). Sebagai contoh, ADPCM akan mengubah ukuran dari penambah (increment size) hingga 1.5 kali dari normal jika tiga bit 1 atau bit 0 timbul dalam satu baris, dan mengembalikannya ke normal jika nilai bit berubah. Skema dari companding dan ADPCM diciptakan untuk membuang data yang berulang (redundant data). Perceptual coding, kontras dengan Waveform coding, mencari jalan untuk mekompresi audio data dengan menafsirkan cara pendengaran manusia bekerja, yang sama dengan pada prinsipnya dari companding, namun dengan pendekatan yang lebih rumit lagi. Waveform coding pada dasarnya sederhana dalam kebutuhan hardware dan software. Sementara Perceptual coding berhubungan dengan properti psychoacoustic dari bunyi, yang menerangkan bagaimana cara manusia mendengar bunyi. Yang terutama dari efek psychoacoustic adalah apa yang dikenal dengan auditory masking, dimana elemen terlemah dari bunyi secara sederhana tidak akan tertangkap oleh telinga manusia, sementara elemen yang terbesar dari bunyi tersebut yang akan tertangkap oleh telinga manusia. Pada tahun 1987, Fraunhofer IIS (Institut Integrierte Schaltungen) mulai mengerjakan konsep perceptual audio coding dalam kerangka kerja EUREKA project EU147, Digital Audio Broadcasting (DAB). Dalam suatu kerja sama dengan University of Erlangen (Prof. Dieter Seitzer), Fraunhofer IIS akhirnya menemukan suatu algoritma yang sangat kuat, yang akhirnya distandarisasikan sebagai ISO-MPEG Audio Layer-3 (IS dan IS ).

17 23 Frekwensi dalam satuan Hertz (Hz), berarti ukuran panjang gelombang (putaran) per detik. Secara umum, manusia tidak dapat mendengar bunyi dengan frekwensi dibawah 20Hz, begitu pula pada bunyi dengan frekwensi diatas 20kHz. Sementara itu kapasitas pendengaran seseorang bervariasi di antara satu dengan yang lainnya, dan secara umum manusia lebih mampu merasakan frekwensi yang berada ditengah-tengah antara 20Hz - 20kHz (midrange), daripada yang lebih tinggi atau lebih rendah dari midrange tersebut, serta kemampuan mendengar frekwensi yang berada lebih tinggi dari midrange akan berkurang seiring dengan faktor penuaan dan juga dapat pula diakibatkan oleh terlalu sering berada diantara suara-suara dengan intensitas tinggi. Dan pada umumnya pada saat beranjak dewasa kebanyakan manusia tidak dapat mendengar bunyi dengan frekwensi lebih dari 16kHz (meskipun wanita cenderung mampu mendengar frekwensi yang lebih tinggi lebih lama dalam hidupnya dibandingkan pria). Rentang pendengaran yang paling sensitif dari kebanyakan manusia adalah antara 2kHz 4kHz. Perceptual coding yang menjadi inti dari metode kompresi MP3 bekerja dengan cara yang sama dengan metode kompresi yang ada pada umumnya, yaitu penghilangan data / informasi yang berulang atau dengan kata lain, pastinya akan ada data / informasi yang hilang dari data orisinilnya, yang merupakan konsep dari lossy compression. Sama halnya pada kompresi MP3, namun informasi yang hilang / dibuang ini pada dasarnya merujuk pada kata perceptual (daya tanggap / persepsi) dari konsep Perceptual coding, dimana dianalogikan dengan cara pendengaran manusia bekerja seperti yang telah dijelaskan diatas. Sebagai contoh: pada saat mendengarkan suatu record / rekaman suatu lagu, pada saat soft passage akan terdengar suara-suara yang menonjol seperti suara pemutar rekaman bekerja, suara gesekan dan suara-suara bising lainnya. Namun pada saat loud passage suara-suara bising tersebut akan terselubungi oleh suara yang

18 24 lebih kuat, yang mana dalam hal ini adalah suara lagu itu sendiri. Melalui efek yang disebut dengan auditory masking ini, suara-suara bising (soft passage) tersebut, yang pada dasarnya masih ada, akan terselubungi (bahkan tak akan terdengar oleh telinga manusia) oleh suara lagu itu. Dengan Perceptual coding, jika pada suatu digital audio terdapat sinyal-sinyal yang lebih rendah yang terselubungi oleh sinyal-sinyal yang lebih tinggi, pada suatu saat yang bersamaan, dan secara kasarnya berada pada frekwensi yang sama, maka ukuran dari data / file tersebut dapat diperkecil dengan sama sekali tidak mengkodekan sinyal-sinyal yang lebih rendah tersebut. Dalam kompresi audio MPEG-1, proses ini dilakukan oleh sebuah Perceptual sub-band coder. Untuk memulai kompresi audio MPEG-1, sinyal analog dari audio harus terlebih dahulu di-digital-kan (sampling) dengan menggunakan sampling rate yang umum, seperti 32 khz, 44.1 khz, atau 48 khz. Sample dari audio data tersebut kemudian dibagi-bagi menjadi audio frame sesuai dengan urutan sample-sample tersebut. MPEG-1 audio frame memiliki ukuran 384 sample, yang dengan menggunakan sampling rate 44.1 khz akan memberikan interval waktu 8.71 milidetik. Namun, sementara layer 1 bekerja dengan satu audio frame per satu waktu, layer 2 dan layer 3 bekerja dengan tiga frame sekaligus pada satu waktu, meliputi frame yang sedang diproses, frame sebelumnya dan frame setelahnya (current, previous dan next frame), untuk total 1,152 sample. Dalam kompresi audio MPEG-1, tiap individual frame akan dikonversikan dari sinyal berbasis waktu (time-domain signal) menjadi sinyal berbasis frekwensi (frequency-domain spectrum) oleh sebuah FFT (Fast Fourrier Transformation), atau lebih sering oleh DCT (Discreet Cosine Transformation); kemudian spektrumnya akan dimodifikasikan sesuai aturan dari Perceptual coding; dan pada akhirnya spektrum

19 25 tersebut akan dikonversikan kembali menjadi time-domain signal oleh sebuah inverse dari FFT atau DCT. Modifikasi sinyal spektrum ini dapat dilakukan dengan menggandakan, atau me-masking, nilai-nilai harmonik, untuk secara selektif meeliminasi, mengurangi, atau meningkatkannya. Sebagai contoh, jika ingin melakukan eliminasi pada suatu bagian dari spektrum, maka harus dilakukan penggandaan / mengalikannya dengan nol dan menghilangkannya. Secara umum, rentang dari masking value menentukan spektrumnya sendiri yang berkesesuaian dengan data spektrum yang telah dipertimbangkan. Efek masking atau filter dari spektrum ini digandakan dengan data spektrum terhadap elemen individu dari basis elemen, yang merupakan operasi yang mudah. Sebagai contoh, jika diberikan data spektrum: Data Spektrum Power(dB) Frekwensi Gambar 2-7 Contoh spektrum audio dan sebuah filter spektrum yang merupakan low-pass filter:

20 26 Lowpass Filter Power(dB) Frekwensi Gambar 2-8 Spektrum filter lowpass Lalu menggandakan keduanya bersama, maka akan menghasilkan spektrum yang telah difilter sebagai berikut: Hasil Spektrum Power(dB) Frekwensi Gambar 2-9 Spektrum hasil lowpass Maka ketika spektrum yang telah difilter tersebut dikonversikan kembali menjadi persamaan berbasis waktu (time-domain equivalent) dengan menggunakan kebalikan dari operasi transformasi sebelumnya, frekwensi yang tinggi akan hilang.

21 27 Ilustrasi diatas mengasumsikan bahwa filter spektrum berpola tetap, namun dalam kompresi audio MPEG-1, filter spektrum ini sebenarnya ditentukan oleh suatu algoritma, dimana sebuah set harmonik (frekwensi) dari sebuah data spektrum berbasis frekwensi, akan dipertahankan atau dibuang, berdasarkan pertimbangan terhadap frekwensi-frekwensi tetangga lain dalam data spektrum tersebut. Setelah mengkonversikan audio frame ke dalam spektrum, coder kemudian akan membagi spektrum tersebut kedalam 32 bagian, atau yang disebut dengan subband, tiap subband memiliki 12 sample. Karena harmonik tertinggi merupakan setengah dari frekwensi dari sampling rate, maka untuk 44.1 khz sampling, tiap subband memiliki bandwidth 689 Hz. Tiap bandwidth ini merupakan pendugaan yang dikenal dengan nama critical bandwidth, yang menggambarkan rentang dari frekwensi yang orang akan cenderung mendengarnya sebagai frekwensi tunggal, oleh karenanya subband juga disebut sebagai critical bands. Ada dua bentuk utama dari auditory perceptual masking, yang dikenal dengan Fequency masking dan Temporal masking. Dalam Frequency masking, sebuah bunyi yang lemah tidak akan terdengar jika timbul bersamaan dengan bunyi yang kuat dalam frekwensi yang bertetanggaan, sama halnya jika sebuah siulan tidak akan terdengar jika pada saat yang bersamaan (pada frekwensi yang sama) terdengar pula suara sirene. Sementara dalam Temporal masking, sebuah bunyi yang lemah tidak akan terdengar jika timbul setelah sebuah sinyal yang lebih kuat, sama halnya sebuah bel atau alarm yang bunyinya lemah tidak akan terdengar jika timbul setelah bunyi klakson kapal. Dalam MPEG Layer 1 audio coding, model dari psychoacoustic hanya akan berurusan dengan Frequency masking. Hal ini disebabkan karena layer 1 hanya beroperasi dalam audio frame tunggal dengan 384 sample, sehingga tidak memiliki

22 28 pengetahuan sementara (temporal) tentang apa yang terjadi sebelum atau sesudah interval waktu dari frame sample tersebut (8.71 milidetik untuk 44.1 khz sampling). Model ini menjelaskan energi bunyi di tiap 32 frekwensi subband. Jika suatu subband berada dibawah sebuah level tertentu, atau dibawah masking treshold, yang bertetanggaan, maka subband tersebut tidak perlu disimpan, sesuai dengan prinsip dari Frequency masking, memastikan bunyi / subband tersebut tidak akan terdengar, dan subband tersebut ditandai sebagai tidak ada (tidak akan terdengar). Setelah itu sebuah frame packer akan mengambil seluruh data tersebut dan menghasilkan sebuah output bitstream yang bersih. Kompresi audio MPEG layer 2 memberikan model psychoacoustic yang lebih baik dengan memiliki kemampuan kedua-duanya dari Frequency masking dan Temporal masking. Layer 2 dapat melakukan Temporal masking karena berurusan dengan 3 audio frame pada satu waktu; yang sedang diproses, sebelumnya, dan setelahnya (current, previous, dan next audio frame). Memperbolehkannya melakukan perbandingan sementara (temporal). MPEG layer-3 atau secara umum MP3 merupakan anggota terkuat dari keluarga MPEG audio coding. Untuk suatu bitrate tertentu dapat memberikan kualitas bunyi yang tertinggi dari seluruh skema kompresi audio yang ada. Beberapa performa data yang umum dari MPEG layer 3 adalah sebagai berikut: Kualitas data Bandwidth Mode Bitrate Ratio Pengecilan Suara telepon 2.5 khz Mono 8 kbps * 96:1

23 29 Lebih baik dari 4.5 khz Mono 16 kbps 48:1 short wave Lebih baik dari 7.5 khz Mono 32 kbps 24:1 AM (radio) Setara denga 11 khz Stereo kbps :1 FM (radio) Mendekati CD 15 khz Stereo 96 kbps 16:1 CD >15 khz Stereo kbps :1 *) Fraunhofer IIS menggunakan ekstensi, yang bukan bagian dari ISO, dari MPEG Layer 3 untuk peningkatan performa/riset ( MPEG 2.5 ) Tabel 2-1 Perbandingan kualitas MP3 MPEG layer 3 juga menggunakan tiga audio frame sama seperti MPEG layer 2, dan memberikan Temporal masking yang lebih baik. layer 3 juga memberikan efisiensi dalam pemfilteran critical subband dengan menggunakan / memungkinkan variasi dalam jumlah dari sample untuk tiap subband yang berbeda. Fitur ini didasarkan pada fakta bahwa jumlah dari sample yang dibutuhkan dalam suatu subband cenderung berubah seiring dengan perubahan frekwensi, yang akan merupakan tidak efisien jika jumlah yang sama dialokasikan untuk setiap sample pada tiap subband. Setelah melalui Perceptual coding yang merupakan teknik lossy compression (penghilangan informasi), kompresi masih dapat ditingkatkan melalui penggantian informasi-informasi yang yang berulang menjadi suatu informasi yang lebih sederhana menggunakan kunci (key) dalam algoritmanya, teknik ini merupakan teknik lossless compression. Hal ini dapat direalisasikan dengan memanfaatkan ketidakmampuan pendengaran manusia dalam

24 30 menentukan lokasi dari bunyi dengan frekwensi yang tinggi melalui teknik yang disebut dengan Joint Stereo coding. Sebagai contoh, suara bass yang intensitas frekwensinya lebih tinggi dari frekwensi midrange akan lebih sulit diterjemahkan sumber bunyinya oleh telinga manusia, hal ini dimanfaatkan MP3 melalui proses Intensity stereo dimana codec dapat menyimpan frekwensi yang paling rendah dengan intensitas tinggi dalam mono. Termasuk didalam teknik Joint Stereo coding, teknik Mid/Side Stereo. Dimana sinyal tengah ((kiri + kanan)/2) dan sinyal sisi ((kiri kanan)/2) yang akan dikodekan daripada sinyal kiri dan kanan pada bunyi / suara stereo, yang pada akhirnya akan mengecilkan ukuran data dengan memerlukan lebih sedikit bit untuk mengkodekan saluran sisi / side channel. Dan ketika di-decode, MP3 player akan merekonstruksi kembali channel-channel kiri dan kanan. Layer 3 juga melakukan / menggunakan Huffman coding pada keluarannya untuk meningkatkan kompresinya. 4:1 Dengan Layer 1 (384 kbps sinyal stereo), 6:1...8:1 Dengan Layer 2 ( kbps sinyal stereo), 10:1...12:1 Dengan Layer 3 ( kbps sinyal stereo), Tabel 2-2 Perbandingan kompresi berdasarkan layer pada MPEG Semakin tinggi urutan layer, seperti yang telah disebut diatas, memberikan rasio kompresi yang semakin tinggi pula. Namun, hal ini juga menyebabkan peningkatan penundaan dari codec (codec delay), atau dengan kata lain adanya penundaan (yang semakin meningkat) antara pengkodean / coding dan peng-dekode-an (decoding) pada tiap level dari layer-layer tersebut. Untuk kompresi layer 3 waktu tunda (delay) ini bisa mencapai ratusan milidetik, yang merupakan waktu tunda terbesar dari seluruh waktu tunda untuk penyimpanan data dan pengambilan data atau transmisi data yang pernah

25 31 ada. Untuk audio hasil perekaman, hal ini tidak begitu berpengaruh, namun merupakan suatu masalah yang serius untuk realtime audio transmission. Untuk lebih mengurangi ukuran data, maka sample dalam layer 3 dikompres dengan metode scalefactor compression. Metode scalefactor compression ini mengelompokkan sample-sample yang serupa (misalkan: 2124,2000,-1952,dll) dan menghasilkan bilangan bilangan eksponensial yang mampu mewakili sample-sample tersebut agar nilai pokoknya berada antara -1 s/d 1. Lalu scalefactor compression mengkompres nilai tersebut dengan algoritma sbb: Mid Value = 0,Min Value = -1, Max Value =1 Do While Loop IF Min Value <nilai< Mid Value THEN write bit = 0 Max Value = Mid Value Min Value = Min Value Mid Value = (Max Value + Min Value)/2 ELSE IF Mid Value >= nilai >Max value THEN write bit = 1 Max Value = Max Value Min Value = Mid Value Mid Value = (Max Value + Min Value)/2

26 32 END IF End Loop Hasil representasi sample dibatasi besarnya dengan bitrate file MP3 tersebut, dan scalefactor compression-nya disimpan di dalam side info. Scalefactor compression inilah yang membuat bitrate MP3 sangat berpengaruh terhadap kualitas audio dari sebuah lagu. Struktur file MP3 adalah [TAG V2][Frame 1][Frame 2][Frame 3] [Frame N][TAG V1] dimana struktur frame itu sendiri pada MPEG1 Layer 3 dengan 2 buah channel adalah: Gambar 2-10 Struktur Frame MP3 Dalam MPEG audio layer 3 terdapat metode bit reservoir yang menghilangkan ukuran tetap dari tiap frame. Pada perulangan ke-1 proses encoding MP3 data audio yang dikuantisasi untuk memenuhi batas bit yang diperbolehkan untuk tiap frame, sehingga akan terjadi degradasi kualitas, bit reservoir berfungsi menghilangkan degradasi kualitas ini dengan memperbolehkan peningkatakan dan pengurangan batas jumlah bit tersebut dengan jumlah tertentu apabila diperlukan. Lalu untuk menyesuaikan ukuran ini dengan standar yang telah ditetapkan, maka awal dan akhir frame tidak lagi terpaku pada frame header. Sebuah frame dapat saja dimulai jauh sebelum header dari frame tersebut ditemukan, dengan syarat frame yang ditumpangi data oleh frame tersebut mempunyai ruang kosong dalam audio datanya.

27 33 Gambar 2-11 Penerapan bit reservoir pada MP MPEG-2 Seperti yang disebut diatas, komite MPEG kemudian meningkatkan spesifikasi dari MPEG-1 dengan mengeluarkan spesifikasi kelanjutannya, yang dikenal dengan MPEG-2 dan MPEG-3. Kedua spesifikasi ini terfokus pada kebutuhan pengkodean, media penyimpanan, dan transmisi untuk televisi digital (DTV), dengan data stream hingga 20 MBPS. MPEG-3 pada awalnya difokuskan untuk kebutuhan high-definition digital television (HDTV), namun ternyata spesifikasi MPEG-2 dapat menyamai spesifikasi dari MPEG-3, hingga akhirnya spesifikasi MPEG-3 ditinggalkan. MPEG-2 awalnya direncanakan menjadi standar video untuk televisi digital Amerika (US DTV) dan teknologi DVD (Digital Versatile Disk). Namun pada kenyataannya US DTV dan DVD, lebih memilih standar audio Dolby Digital. Data rate 20 Mbps yang mendasari spesifikasi MPEG-2, masih jauh lebih cepat dari data rate yang tersedia dari internet, untuk jangka waktu beberapa tahun kedepan (bahkan dekade). Namun spesifikasi MPEG-2 tidak menggantikan spesifikasi MPEG-1. Data rate 1.86 MBPS dari MPEG-1, masih lebih tinggi dari data rate yang mampu

28 34 diakses oleh kebanyakan web surfer, tapi data rate yang lebih kecil ini lebih ditujukan pada file-file yang berukuran lebih kecil yang lebih mudah untuk di-download. MPEG-2 pada konsepnya identik dengan MPEG-1 tapi dengan beberapa fitur tambahan. MPEG-2 mendukung resolusi video hingga 16,383 x 16,383 pixel, memiliki spesifikasi 24 frame per detik untuk video (khusus film), pengaturan pada antarmuka video yang lebih mudah, dan peningkatan spesifikasi pada audio. Sama seperti JPEG, MPEG juga memperbolehkan pengaturan rasio kompresi untuk kualitas gambar (image). Siaran high definition TV (HDTV) Amerika membutuhkan rasio kompresi 51:1 agar dapat sesuai dengan 6 MHz channel siaran TV, namun peneliti-peneliti MPEG menyatakan rasio kompresi yang optimal adalah dari 8:1 hingga 30:1, dan pada kenyataannya rasio kompresi cenderung meningkat untuk gambar be-resolusi tinggi. MPEG-2 mendukung dua skema kompresi audio, yang pertama adalah Backward Compatible yang dikenal sebagai MPEG-2 BC, dan yang kedua adalah Not Backward Compatible yang dikenal sebagai MPEG-2 NBC. Namun MPEG-2 NBC lebih dikenal dengan sebutan Advanced Audio Compression (AAC). MPEG-2 BC pada intinya merupakan perluasan (superset) dari MP3 dengan beberapa ekstensi, khususnya untuk audio multichannel yang dikenal sebagai audio MPEG-2 Multichannel. Beberapa ekstensi tersebut meliputi: Low Sample Rate Extension, yang memperbolehkan audio stream dengan frekwensi rendah dapat dikompresi dengan sampling rate 16, 22.05, atau 24 khz. Surround Sound audio stream, dengan lima channel yang terdiri dari; kiri, tengah, kanan, surround kiri dan surround kanan.

29 35 Sebuah Low Frequency Enhancement (LFE) channel berguna untuk / sebagai Subwoofer, atau yang lebih umum sebagai Boom Bass audio channel. Sebuah Multilingual Extension yang memungkinkan audio stream yang berhubungan dengan video stream dapat memiliki tujuh channel terpisah untuk bahasa-bahasa yang berlainan. Audio MP3 dapat di-decode dengan menggunakan decoder MPEG-2 BC, dan sebaliknya MPEG-2 BC dapat di-decode menggunakan decoder MP3 apabila ekstensiekstensi dari MPEG-2 BC tidak ada yang digunakan. Skema MPEG-2 AAC merupakan turunan dari skema MP3, tapi dengan perbaikan pada fitur-fitur dari MP3 sehingga memberikan perbandingan antara kompresi dengan kualitas audio yang lebih baik. Perbaikan pada fitur-fitur ini membuat MPEG-2 AAC benar-benar berbeda dalam kompatibilitas dengan MP3. MPEG-2 AAC memiliki skema penyimpanan filter yang telah diperbaiki, berdasarkan pada DCT yang telah dimodifikasi, yang mampu bekerja dengan 2,048 sample sekali waktu daripada 1,152 sample (MPEG-1), dan juga menggunakan algoritma prediksi Predictive Algorithm untuk meningkatkan kompresi audio. Algoritma prediksi pada intinya merupakan perluasan dari delta modulasi. Delta modulasi melakukan kompresi data dengan hanya mengkodekan perubahan / delta antara nilai yang sedang diproses (current value) dan nilai berikutnya (next value). Algoritma prediksi berusaha untuk memprediksi nilai berikutnya melalui nilai awalnya, melakukan kompresi dengan mengkodekan data berdasarkan nilai Error Delta atau delta kesalahan antara nilai berikutnya yang sebenarnya dan nilai berikutnya berdasarkan prediksi. Dan pada kenyataannya algoritma prediksi cenderung memberikan kompresi yang lebih besar

30 36 daripada menggunakan delta modulasi, karena data yang akan dikompres dapat diprediksi, dan kondisi ini telah terbukti untuk audio dengan algoritma waveform. MPEG-2 AAC memiliki beberapa ekstensi dengan kemampuan, sbb: Perluasan pada sampling rate, memperbolehkan kompresi audio stream dengan bit rate yang bervariasi dari 8 hingga 96 Kbps. Mendukung hingga 48 audio channel, dengan kemampuan Surround Sound, salah satu keunggulan dari pengembangan terhadap MPEG-2 AAC. Mendukung hingga 16 Low-Frequency Enhancement Channel. Mendukung hingga 16 channel multibahasa ( multilingual / overdubbing channel). MPEG-2 AAC memberikan kompresi yang lebih besar daripada MP3 atau MPEG-2 BC. Meskipun lambat dalam penelitiannya, dan bahkan dianggap topik yang sudah mati, namun skema MPEG-4 dibangun berdasarkan MPEG-2 AAC Skema Kompresi Audio Yang Lain Salah satu skema kompresi audio yang unggul adalah Dolby Digital, diciptakan oleh Dolby Labs dan digunakan sebagai format audio untuk film layar lebar, layaknya US DTV dan DVD (seperti yang diterangkan sebelumnya). Diperkenalkan pada tahun 1992 melalui film layar lebar BATMAN RETURNS. Dolby Digital menggunakan skema Perceptual coding AC-3, yang mampu mendukung beberapa audio stream secara luas, mulai dari channel tunggal (mono) hingga 5.1 Surround Sound. Termasuk didalam 5.1 surround sound tersebut adalah kiri depan, tengah depan, dan kanan depan ; kiri belakang dan kanan belakang ; dan sebuah Bass Boost (Low Frequency). Dolby Digital cenderung menjadi spesifikasi untuk aplikasi tingkat tinggi sementara MP3 lebih cocok pada aplikasi tingkat rendah.

31 37 Microsoft juga mengeluarkan formatnya sendiri dengan nama Windows Media Audio (WMA), sebagai alternatif dari MP3. Pada dasarnya WMA ditunjang oleh sistem operasi Microsoft Windows, meskipun beberapa user harus memperoleh lisensi. Microsoft menyatakan bahwa WMA memberikan rasio kompresi yang lebih tinggi daripada MP3 dengan kualitas yang sebanding. Kenyataan bahwa WMA menyediakan perlindungan terhadap hak-hak digital menjadi salah satu penyebab skema tersebut tidak menjadi pilihan utama bagi para pengguna, walaupun Microsoft mempromosikan fitur tersebut sebagai keuntungan bagi penyedia musik. Ketika Dolby Digital telah menjadi standar audio untuk theater / bioskop, dan pemutar musik digital genggam / portable kelihatannya lebih banyak berdasar pada format MP3 dan WMA (untuk saat ini), masih banyak standar kompresi audio lain yang telah digunakan atau masih dalam tahap pengembangan, meskipun sulit mengetahui bagaimana untuk menganggap serius standar-standar tersebut. Ada beberapa skema kompresi audio yang bersaing untuk mengungguli MP3 dan WMA. Salah satu yang paling menarik adalah yang sedang dilaksanakan oleh Xiph.org Foundation, sebuah grup dengan karyanya yang bernama Ogg, untuk menciptakan spesifikasi kompresi dan multimedia yang berbasis umum / public-domain, bukan merupakan hak milik / non-proprietary, gratis dan terbuka / open-source. Mereka menciptakan skema kompresi audio yang diberi nama Vorbis (nama tersebut diambil dari sebuah karakter novel), sebagai bagian dari karya/format Ogg. Kata Ogg sendiri bukan merupakan akronim/kependekan, melainkan diambil dari sebuah kata ucapan populer/slang dari sebuah permainan komputer dalam jaringan, yang pada akhirnya menjadi format file/ekstensi untuk Vorbis, dengan demikian sebuah file Vorbis diakhiri dengan.ogg.

32 38 Yang menjadi daya dorong untuk menciptakan Vorbis adalah semakin banyaknya ancaman hak paten dari organisasi-organisasi yang menggunakan skema MP3. Xiph. org Foundation yang merupakan sebuah grup pengembang (programmer) memutuskan untuk menciptakan solusi terhadap ancaman tersebut. Spesifikasi formal / umum dari Vorbis dikeluarkan pertama kali pada pertengahan tahun Vorbis dipromosikan lebih unggul dalam ketelitian dan rasio kompresi dari MP3, dan kenyataan bahwa Vorbis merupakan open source memberikan nilai lebih pada skema tersebut. Telah banyak pengembang dari video game yang mengadopsi skema Vorbis. Vorbis dapat melakukan kompresi pada standar sound stream dari 44.1 khz CD menjadi keluaran dengan bitrate bervariasi dari 64 hingga 400 kbps, tergantung dari pengaturan kualitas. Grup tersebut juga mengupayakan suatu skema kompresi audio lossless dengan nama Free Lossless Audio Codec (FLAC), yang masih dalam tahap awal dalam pengembangan. Pada beberapa tahun kedepan tampaknya format Ogg dan standarstandar kompresi audio yang lain akan menjadi pesaing utama dari MP3 dan WMA. Ada juga skema kompresi audio yang dibuat khusus untuk komunikasi suara. Salah satunya, yang sering digunakan dalam telepon genggam, yaitu skema VSELP (Vector Sum Excited Linear Prediction). Dimana dalam VSELP suatu perkataan / ucapan akan dimodelkan oleh suatu mesin matematis yang mensimulasikan operasi dari alat-alat / organ-organ suara pada manusia, yang dikontrol oleh suatu parameter. Sebuah codec chip dalam telepon genggam menggunakan VSELP untuk mengubah sinyal suara menjadi parameter-parameter tersebut, yang kemudian akan dikirim / ditransmisikan ke sebuah codec penerima (juga didalam telepon genggam), yang kemudian akan direkonstruksi dengan VSELP menjadi sinyal suara.

33 39 Salah satu fitur dari VSELP adalah kemampuan untuk mencapai kompresi rasio yang besar dikarenakan sifat / behavior dari mesin VSELP yang dapat diprediksi. Karena tingkah laku yang sekarang dapat diprediksi berdasarkan tingkah laku yang terdahulu, hanya koreksi terhadap pendugaan tingkah laku saja yang harus dikirim Uji Statistik Korelasi Pearson Uji statistik korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara 2 buah peubah, yang terdiri dari 1 buah peubah bebas dan 1 buah peubah tak bebas. Jenis uji Statistik Korelasi Pearson adalah jenis uji statistik korelasi yang digunakan bila nilainilai yang akan diuji bersifat numerik. Rumus korelasi pearson r = x 1 n 1 xy n [ x][ y] [ x] y [ y] 2 1 n dimana: n = Jumlah Pasangan Data x = Nilai Contoh Peubah Bebas y = Nilai Contoh Peubah Tak Bebas Hasil dari uji statistik ini berkisar antara -1 hingga 1, dimana bila hasil lebih kecil daripada 0 menggambarkan bahwa hubungan antara kedua buah peubah terbalik secara linier, hasil lebih besar daripada 0 menggambarkan bahwa hubungan antara kedua buah peubah berbanding lurus, dan bila hasil sama dengan 0 maka tidak ada hubungan secara linier antara kedua buah peubah.

34 Uji Statistik Regresi Linier Uji statistik regresi linier merupakan uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan linier antara dua peubah. Hasil dari uji ini adalah sebuah fungsi yang mampu meramalkan / mengestimasi nilai peubah tak bebas dari sebuah peubah bebas. Rumus Regresi Linier Sederhana ˆ = b + b x Y 0 1 b 1 = 1 xy n x 2 [ x][ y] 1 [ x] 2 n b0 = y b1 x dimana: n = Jumlah Pasangan Data x = Nilai Contoh Peubah Bebas y = Nilai Contoh Peubah Tak Bebas b0 = Konstanta Regresi b1 = Koefisien Regresi 2.6. Uji Hipotesa Uji hipotesa merupakan uji statistik yang digunakan untuk mengetahui apakah hasil dari sebuah uji statistik dapat dipercaya dan digunakan secara efektif pada taraf

35 41 nyata tertentu. Untuk pengujian korelasi, digunakan uji t. Rumus dari t hitung adalah t = r 2 1 r n 2 Dimana r adalah koefisien korelasi dan n adalah jumlah data yang di uji. Untuk menguji apakah suatu persamaan regresi dapat dipakai secara efektif untuk estimasi, digunakan pengujian analisa ragam regresi dimana kita menghitung jumlah kuadrat regresi dan jumlah kuadrat galatnya untuk mendapatkan f hitung. Adapun rumus-rumus yang dipakai dalam analisa ragam adalah sebagai berikut : 1 = 1 y) n JKR b ( xy x 1 n 2 JKT = y ( y) JKG = JKT JKR JKR ( n 2) f hitung = JKG dimana: n = Jumlah Pasangan Data x = Nilai Contoh Peubah Bebas y = Nilai Contoh Peubah Tak Bebas b1 = Koefisien Regresi 2

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 File Audio Digital Digital audio / digitized sound (Audio digital) merupakan jenis file audio yang berasal dari hasil perekaman atau hasil sintesis dari komputer. Audio digital

Lebih terperinci

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT.

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT. CEG4B3 Randy E. Saputra, ST. MT. Suara Bentuk gelombang yang berulang secara teratur = gelombang periodik Bentuk gelombang yang tidak menunjukkan keteraturan = kebisingan (noise) Bentuk gelombang yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kompresi File Pada dasarnya semua data itu merupakan rangkaian bit 0 dan 1. Yang membedakan antara suatu data tertentu dengan data yang lain adalah ukuran dari rangkaian bit dan

Lebih terperinci

MULTIMEDIA. Kompresi Audio / Video S1 SISTEM KOMPUTER. Semester Gasal 2009/20 UNIVERSITAS DIPONEGORO PROGRAM STUDI

MULTIMEDIA. Kompresi Audio / Video S1 SISTEM KOMPUTER. Semester Gasal 2009/20 UNIVERSITAS DIPONEGORO PROGRAM STUDI PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO MULTIMEDIA Kompresi Audio / Video Semester Gasal 2009/20 /2010 Oky Dwi Nurhayati, ST, MT email: okydn@undip.ac.id 1 Kompresi Tujuan untuk mengecilkan

Lebih terperinci

KOMPRESI AUDIO DAN VIDEO

KOMPRESI AUDIO DAN VIDEO TEKNIK KOMPRESI Multimedia KOMPRESI AUDIO DAN VIDEO Tri Wahyuni, ST KOMPRESI AUDIO/VIDEO Kompresi audio/video adalah salah satu bentuk kompresi data yang bertujuan untuk mengecilkan ukuran file audio/video.

Lebih terperinci

Kompresi Audio / Video. Week 11

Kompresi Audio / Video. Week 11 Kompresi Audio / Video Week 11 Kompresi Audio / Video Kompresi audio/video adalah salah satu bentuk kompresi data yang bertujuan untuk mengecilkan ukuran file audio/video dengan metode Lossy format : Vorbis,

Lebih terperinci

Teknologi Multimedia. Suara dan Audio

Teknologi Multimedia. Suara dan Audio Teknologi Multimedia Suara dan Audio SUARA (SOUND) Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang berubah secara kontinyu

Lebih terperinci

SUARA. Suara merupakan sinyal analog. Jenis Suara dalam Multimedia:

SUARA. Suara merupakan sinyal analog. Jenis Suara dalam Multimedia: SUARA (SOUND) SUARA Suara merupakan sinyal analog. berasal dari benda bergetar (sumber suara), media transmisi (biasanya udara), penerima (telinga) dan perceptor (otak). Jenis Suara dalam Multimedia: Pidato

Lebih terperinci

Kompresi Audio dan Video Irawan Afrianto

Kompresi Audio dan Video Irawan Afrianto Kompresi Audio dan Video Irawan Afrianto Pendahuluan (1) Kompresi audio/video adalah salah satu bentuk kompresi data yang bertujuan untuk mengecilkan ukuran file audio/video dengan metode : Lossy format

Lebih terperinci

Oleh : Page 1

Oleh : Page 1 MODUL II PRINSIP TEKNIK KOMPRESI 2.1. Mengapa Kompresi Motivasi kompresi sinyal : Dunia digital mengalami pertumbuhan yang sangat cepat : Sinyal diperoleh secara digital Sinyal analog dikonversi ke digital

Lebih terperinci

KOMPRESI AUDIO & VIDEO

KOMPRESI AUDIO & VIDEO KOMPRESI AUDIO & VIDEO Multimedia Jurusan Teknik Informatika ruliriki@gmail.com 1 Kompresi audio/video adalah salah satu bentuk kompresi data yang bertujuan untuk mengecilkan ukuran file audio/video dengan

Lebih terperinci

Studi dan Analisis Teknik-Teknik Steganografi Dalam Media Audio

Studi dan Analisis Teknik-Teknik Steganografi Dalam Media Audio Studi dan Analisis Teknik-Teknik Steganografi Dalam Media Audio Pudy Prima - 13508047 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10

Lebih terperinci

Atandho Gama M. ( )

Atandho Gama M. ( ) Atandho Gama M. (4212100140) Representasi Data Audio Dan Video Pengertian Agar suara dapat diterjemahkan ke dalam komputer, maka data harus diolah terlebih dahulu ke dalam bentuk digital, dipilah dan dikelola

Lebih terperinci

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ ~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ KOMPRESI AUDIO Pengertian kompresi audio/video Salah satu bentuk kompresi data bertujuan untuk mengecilkan ukuran file audio/video dengan metode Lossy format : Vorbis,

Lebih terperinci

REPRESENTASI DATA AUDIO dan VIDEO

REPRESENTASI DATA AUDIO dan VIDEO NAMA : Sarah Putri Ramadhani NRP : 5213100185 REPRESENTASI DATA AUDIO dan VIDEO Definisi Representasi Data Representasi data adalah metode data dan atau informasi ke dalam ukuran yang lebih kecil sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Steganografi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Steganografi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Steganografi, berasal dari bahasa Yunani yaitu stegos yang berarti atap atau tertutup dan graphia yang berarti tulisan, adalah ilmu dan seni menyembunyikan keberadaan

Lebih terperinci

KONSEP. Tujuan Kompresi:

KONSEP. Tujuan Kompresi: Kompresi Data KONSEP Tujuan Kompresi: Mengurangi ukuran file Hasil kompresi mirip dengan sinyal (file) asli Algoritma kompresi dapat di implementasi dengan mudah Handal/ tidak mudah berubah (robust) KOMPRESI

Lebih terperinci

SUARA DAN AUDIO SUARA (SOUND)

SUARA DAN AUDIO SUARA (SOUND) SUARA DAN AUDIO 1 SUARA (SOUND) SUARA DAN AUDIO Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda. getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang berubah secara kontinyu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. karunia-nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM STEGANOGRAPHY PADA

KATA PENGANTAR. karunia-nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM STEGANOGRAPHY PADA KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM STEGANOGRAPHY

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis memaparkan teori-teori ilmiah yang didapat dari metode pencarian fakta yang digunakan untuk mendukung penulisan skripsi ini dan sebagai dasar pengembangan sistem

Lebih terperinci

PROTOTIPE KOMPRESI LOSSLESS AUDIO CODEC MENGGUNAKAN ENTROPY ENCODING

PROTOTIPE KOMPRESI LOSSLESS AUDIO CODEC MENGGUNAKAN ENTROPY ENCODING PROTOTIPE KOMPRESI LOSSLESS AUDIO CODEC MENGGUNAKAN ENTROPY ENCODING Andreas Soegandi Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Bina Nusantara University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas landasan teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian citra, jenis-jenis citra digital, metode

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kompresi Data Kompresi data adalah proses mengkodekan informasi menggunakan bit atau information-bearing unit yang lain yang lebih rendah daripada representasi data yang tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kompresi data adalah suatu proses untuk mengubah sebuah input data stream (stream sumber atau data mentah asli) ke dalam aliran data yang lain yang berupa output

Lebih terperinci

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ ~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ APA ITU KOMPRESI?? Kompresi mengecilkan/memampatkan ukuran Kompresi data Teknik mengecilkan data sehingga diperoleh file dengan ukuran yang lebih kecil daripada ukuran

Lebih terperinci

BAB II DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA. 16Hz 20 khz, yang dikenal sebagai frekwensi audio. Suara menghasilkan

BAB II DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA. 16Hz 20 khz, yang dikenal sebagai frekwensi audio. Suara menghasilkan BAB II DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA 2.1 Umum Telinga manusia memiliki kemampuan menerima frekwensi dalam kisaran 16Hz 20 khz, yang dikenal sebagai frekwensi audio. Suara menghasilkan frekwensi yang sempit

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1. Analisis 3.1.1. Analisis Permasalahan Kebutuhan terhadap adanya metode pengamanan data yang reliable dan mudah diimplementasikan semakin meningkat seiring dengan bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi tidak hanya mendorong kecenderungan orang untuk saling berkomunikasi semata. Tuntutan menjadi semakin kompleks sehingga masalah

Lebih terperinci

Menjabarkan format audio digital

Menjabarkan format audio digital Menjabarkan format audio digital Mata Diklat : KKM 12 Kelas/Semester : XI Multimedia / II Standart Kompetensi : Menggabungkan audio ke dalam sajian multimedia SUARA DAN AUDIO Suara adalah fenomena fisik

Lebih terperinci

Sistem Multimedia. Materi : Audio/Suara

Sistem Multimedia. Materi : Audio/Suara Sistem Multimedia Materi : Audio/Suara Definisi i i Suara Suara (Sound) fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang berubah b secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Steganografi adalah sebuah seni menyembunyikan pesan rahasia dengan tujuan agar keberadaan pesan rahasia tersebut tidak diketahui oleh orang yang tidak berkepentingan.

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audio Suara atau bunyi adalah suatu gelombang longitudinal yang merambat melalui suatu medium, seperti zat cair, padat dan gas. Bunyi dapat terdengar oleh manusia apabila gelombang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang sedemikian pesat membuat manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang sedemikian pesat membuat manusia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi yang sedemikian pesat membuat manusia seakan-akan tidak lagi dipisahkan oleh ruang dan waktu. Berkat kemajuan teknologi, khususnya

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET KOMUNIKASI DATA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET KOMUNIKASI DATA No. LSKD/EKO/DEL221/03 Revisi : 03 Tgl : 1 April 2011 Hal 1 dari 8 1. Kompetensi Setelah melakukan praktik, mahasiswa memiliki kompetensi: dapat memahami dan melakukan pemrograman untuk membuat program

Lebih terperinci

DIGITAL IMAGE CODING. Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah

DIGITAL IMAGE CODING. Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah DIGITAL IMAGE CODING Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah KOMPRESI LOSSLESS Teknik kompresi lossless adalah teknik kompresi yang tidak menyebabkan kehilangan data. Biasanya digunakan jika

Lebih terperinci

KOMPRESI DAN TEKS. By Aullya Rachmawati,

KOMPRESI DAN TEKS. By Aullya Rachmawati, KOMPRESI DAN TEKS By Aullya Rachmawati, S.Kom @AullyaArvianto Kompresi Data Kompresi berarti memampatkan/mengecilkan ukuran. Kompresi data adalah proses mengkodekan informasi menggunakan bit atau information-bearing

Lebih terperinci

Kompresi Citra dan Video. Muhtadin, ST. MT.

Kompresi Citra dan Video. Muhtadin, ST. MT. Kompresi Citra dan Video Muhtadin, ST. MT. Outline Motivasi Redundancy & Irrelevancy Spatial Processing JPEG Temporal Processing Frame differencing Motion Estimation dan Motion Compensation Prediction

Lebih terperinci

Tujuan : v Mengetahui karakteristik beberapa format video yang sering dipakai. v Mengetahui fungsi dari masing masing komponen yang mempengaruhi

Tujuan : v Mengetahui karakteristik beberapa format video yang sering dipakai. v Mengetahui fungsi dari masing masing komponen yang mempengaruhi Tujuan : v Mengetahui karakteristik beberapa format video yang sering dipakai. v Mengetahui fungsi dari masing masing komponen yang mempengaruhi kualitas video dan audio v Mengetahui media penyimpanan

Lebih terperinci

Pertemuan V SUARA / AUDIO

Pertemuan V SUARA / AUDIO Pertemuan V SUARA / AUDIO Definisi suara/audio Suara adalah Fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda Getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang berubah secara kontinyu

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T Konversi Data Analog ke Sinyal Digital Proses transformasi data analog ke digital dikenal sebagai digitalisasi. Tiga hal yang paling umum terjadi setelah proses digitalisasi adalah: 1. Data digital dapat

Lebih terperinci

Modulasi adalah proses modifikasi sinyal carrier terhadap sinyal input Sinyal informasi (suara, gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain, siny

Modulasi adalah proses modifikasi sinyal carrier terhadap sinyal input Sinyal informasi (suara, gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain, siny Modulasi Modulasi adalah proses modifikasi sinyal carrier terhadap sinyal input Sinyal informasi (suara, gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain, sinyal tersebut harus ditumpangkan pada sinyal

Lebih terperinci

II Bab II Dasar Teori

II Bab II Dasar Teori II Bab II Dasar Teori II.1 Kriptografi Kriptografi adalah ilmu dan seni untuk menjaga keamanan pesan [SCH96]. Terdapat berbagai macam definisi mengenai kriptografi, namun pada intinya kriptografi adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penerapan algoritma Shannon-Fano untuk kompresi file audio. 2.1 Kompresi Data tidak hanya disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan hal yang paling penting bagi manusia. Komunikasi dapat diartikan sebagai berbagi pikiran, informasi dan intelijen. Segala

Lebih terperinci

* Kriptografi, Week 13

* Kriptografi, Week 13 * Kriptografi, Week 13 Sejarah Watermarking Watermarking sudah ada sejak 700 tahun yang lalu. Pada akhir abad 13, pabrik kertas di Fabriano, Italia, membuat kertas yang diberi watermark atau tanda-air

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu crypto dan graphia. Crypto berarti secret atau rahasia dan graphia berarti writing (tulisan). Terminologinya, kriptografi

Lebih terperinci

Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal

Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal dua macam sumber informasi, yaitu ide-ide yang bersumber dari

Lebih terperinci

TEKNIK KOMPRESI LOSSLESS TEXT

TEKNIK KOMPRESI LOSSLESS TEXT TEKNIK KOMPRESI LOSSLESS TEXT Teknik Elektro Unibraw Kompresi Memampatkan / mengecilkan raw data Kompresi Multimedia: memampatan raw data multimedia Kompresi multimedia adalah mutlak mengingat ukuran raw

Lebih terperinci

KOMPRESI DATA DAN TEKS. By : Nurul Adhayanti

KOMPRESI DATA DAN TEKS. By : Nurul Adhayanti KOMPRESI DATA DAN TEKS By : Nurul Adhayanti KOMPRESI DATA DAN TEKS KOMPRESI DATA Kompresi berarti memampatkan/mengecilkan ukuran Kompresi data adalah proses mengkodekan informasi menggunakan bit atau information-bearing

Lebih terperinci

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS

ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS ANALISIS METODE MASKING-FILTERING DALAM PENYISIPAN DATA TEKS Efriawan Safa (12110754) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisimangaraja No. 338 Simpang Limun www.inti-budidarma.com

Lebih terperinci

KOMPRESI SINYAL SUARA DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR MPEG-4

KOMPRESI SINYAL SUARA DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR MPEG-4 KOMPRESI SINYAL SUARA DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR MPEG-4 Disusun Oleh : Nama : Michael Darmawan Nrp : 0322130 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Prof.Drg.Suria Sumantri,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI...iv DAFTAR GAMBAR.vii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR SINGKATAN...x

DAFTAR ISI. ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI...iv DAFTAR GAMBAR.vii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR SINGKATAN...x ABSTRACT Speech coding can be defined as a method to reduce some information which is needed to represent speech signal for transmission or storage application. The main reason of speech coding is how

Lebih terperinci

PEMAMPATAN CITRA (IMA

PEMAMPATAN CITRA (IMA PEMAMPATAN CITRA (IMAGE COMPRESSION) PENGERTIAN Kompresi Citra adalah aplikasi kompresi data yang dilakukan terhadap citra digital dengan tujuan untuk mengurangi redundansi dari data-data yang terdapat

Lebih terperinci

1. Adaptive Delta Modulation (ADM) Prinsip yang mendasari semua algoritma ADM adalah sebagai berikut:

1. Adaptive Delta Modulation (ADM) Prinsip yang mendasari semua algoritma ADM adalah sebagai berikut: 1. Adaptive Delta Modulation (ADM) Adaptive delta modulation (ADM) merupakan modifikasi dari DM (Delta Modulation). ADM digunakan untuk mengatasi bising kelebihan beban yang terjadi pada modulator data

Lebih terperinci

FORMAT FILE VIDEO. 1. ASF ( Advanced Streaming Format / Advanced System Format )

FORMAT FILE VIDEO. 1. ASF ( Advanced Streaming Format / Advanced System Format ) FORMAT FILE VIDEO 1. ASF ( Advanced Streaming Format / Advanced System Format ) Merupakan format yang dikembangkan oleh Microsoft yang digunakan untuk audio video digital. Didesain untuk streaming dan

Lebih terperinci

Kata kunci: pohon biner, metode Huffman, metode Kanonik Huffman, encoding, decoding.

Kata kunci: pohon biner, metode Huffman, metode Kanonik Huffman, encoding, decoding. ALGORITMA HUFFMAN KANONIK UNTUK KOMPRESI TEKS SMS Moch Ginanjar Busiri 13513041 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Citra Digital Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, melainkan sebuah representasi dari citra asal yang bersifat analog [3]. Citra digital ditampilkan

Lebih terperinci

KOMPRESI AUDIO/VIDEO M U L T I M E D I A. Metode Kompresi Audio - Metode Transformasi

KOMPRESI AUDIO/VIDEO M U L T I M E D I A. Metode Kompresi Audio - Metode Transformasi M U L T I M E D I A Universitas Gunadarma KOMPRESI AUDIO/VIDEO Kompresi audio/video adalah salah satu bentuk kompresi data yang bertujuan untuk mengecilkan ukuran file audio/video dengan metode Lossy -*

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Steganografi Steganografi adalah suatu teknik untuk menyembunyikan keberadaan pesan sehingga pesan yang dikirim tidak akan dicurigai mengandung pesan. Umumnya teknik steganografi

Lebih terperinci

SUARA DAN AUDIO. Suara berhubungan erat dengan rasa mendengar.

SUARA DAN AUDIO. Suara berhubungan erat dengan rasa mendengar. SUARA DAN AUDIO SUARA (SOUND) Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang berubah secara kontinyu terhadap waktu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi yang terus meningkat bukan lagi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi yang terus meningkat bukan lagi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terus meningkat bukan lagi dalam hitungan tahun melainkan bulan, terutama di bidang elektronik termasuk teknologi perangkat audio. Kini

Lebih terperinci

DAFTAR SINGKATAN. : Human Auditory System. : Human Visual System. : Singular Value Decomposition. : Quantization Index Modulation.

DAFTAR SINGKATAN. : Human Auditory System. : Human Visual System. : Singular Value Decomposition. : Quantization Index Modulation. DAFTAR SINGKATAN HAS HVS SVD QIM BER MOS ODG SNR : Human Auditory System : Human Visual System : Singular Value Decomposition : Quantization Index Modulation : Bit Error Rate : Mean Opinion Score : Objective

Lebih terperinci

Kompresi. Definisi Kompresi

Kompresi. Definisi Kompresi 1 Kompresi Bahan Kuliah : Sistem Multimedia PS TI Undip Gasal 2011/2012 2 Definisi Kompresi Memampatkan/mengecilkan ukuran Proses mengkodekan informasi menggunakan bit yang lain yang lebih rendah daripada

Lebih terperinci

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Model Sistem Komunikasi Sinyal listrik digunakan dalam sistem komunikasi karena relatif gampang dikontrol. Sistem komunikasi listrik ini mempekerjakan sinyal listrik untuk membawa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kompresi 2.1.1 Sejarah kompresi Kompresi data merupakan cabang ilmu komputer yang bersumber dari Teori Informasi. Teori Informasi sendiri adalah salah satu cabang Matematika yang

Lebih terperinci

Watermarking Audio File dengan Teknik Echo Data Hiding dan Perbandingannya dengan Metode LSB dan Phase Coding

Watermarking Audio File dengan Teknik Echo Data Hiding dan Perbandingannya dengan Metode LSB dan Phase Coding Watermarking Audio File dengan Teknik Echo Data Hiding dan Perbandingannya dengan Metode LSB dan Phase Coding Roy Indra Haryanto - 13508026 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

SUARA DAN AUDIO SUARA (SOUND)

SUARA DAN AUDIO SUARA (SOUND) SISTEM MULTIMEDIA Universitas Gunadarma SUARA DAN AUDIO SUARA (SOUND) Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah pengguna komputer semakin meningkat. Peningkatan jumlah pengguna komputer mengakibatkan penggunaan data digital juga semakin meningkat. Salah satu media

Lebih terperinci

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung SINYAL & MODULASI Ir. Roedi Goernida, MT Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 1 Pengertian Sinyal Merupakan suatu perubahan amplitudo dari tegangan,

Lebih terperinci

BAB IV SINYAL DAN MODULASI

BAB IV SINYAL DAN MODULASI DIKTAT MATA KULIAH KOMUNIKASI DATA BAB IV SINYAL DAN MODULASI IF Pengertian Sinyal Untuk menyalurkan data dari satu tempat ke tempat yang lain, data akan diubah menjadi sebuah bentuk sinyal. Sinyal adalah

Lebih terperinci

Studi Dan Implementasi Steganografi Pada Video Digital Di Mobile Phone Dengan DCT Modification

Studi Dan Implementasi Steganografi Pada Video Digital Di Mobile Phone Dengan DCT Modification Studi Dan Implementasi Steganografi Pada Video Digital Di Mobile Phone Dengan DCT Modification Paul Gunawan Hariyanto (13504023) Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

EKSPLORASI STEGANOGRAFI : KAKAS DAN METODE

EKSPLORASI STEGANOGRAFI : KAKAS DAN METODE EKSPLORASI STEGANOGRAFI : KAKAS DAN METODE Meliza T.M.Silalahi Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Ganesha 10, Bandung if16116@students.if.itb.ac.id ABSTRAK Steganografi merupakan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO Oky Dwi Nurhayati, ST, MT email: okydn@undip.ac.id Materi Dasar konsep suara, Representasi komputer, Rate data maksimum, Format audio, Lingkungan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA Rachmansyah Budi Setiawan NIM : 13507014 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha

Lebih terperinci

CARA MERUBAH FORMAT VIDEO MELALUI FORMAT FACTORY

CARA MERUBAH FORMAT VIDEO MELALUI FORMAT FACTORY CARA MERUBAH FORMAT VIDEO MELALUI FORMAT FACTORY Yusnita Dewi Yusnita@raharja.info Abstrak Video adalah teknologi pengiriman sinyal elektronik dari suatu gambar bergerak. Untuk format video itu sendiri

Lebih terperinci

BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION. Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode

BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION. Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION 3.1 Kompresi Data Definisi 3.1 Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode untuk menghemat kebutuhan tempat

Lebih terperinci

Bab 8. Kompresi Audio/Video. Pokok Bahasan : Tujuan Belajar : Definisi Kompresi Audio/Video

Bab 8. Kompresi Audio/Video. Pokok Bahasan : Tujuan Belajar : Definisi Kompresi Audio/Video Pokok Bahasan : Bab 8 Kompresi Audio/Video Definisi kompresi audio/video Proses kompresi audio Metode kompresi audio Sistem kompresi audio Kompresi video Teknik pengkodean video Perbandingan teknik kompresi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang menjadi latar belakang pembuatan tugas akhir, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan metodologi penelitian serta sistematika penulisan dari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Teknik Kompresi Data

BAB II DASAR TEORI Teknik Kompresi Data BAB II DASAR TEORI 2.1. Teknik Kompresi Data Kompresi data dalam konteks ilmu komputer adalah suatu ilmu (dan seni) merepresentasikan informasi dalam bentuk yang padat[5]. Suatu proses mengubah masukan

Lebih terperinci

I M M U L T I M E D I A Semester Genap 2005/2006 Fakultas Teknik Informatika Universitas Kristen Duta Wacana SUARA DAN AUDIO

I M M U L T I M E D I A Semester Genap 2005/2006 Fakultas Teknik Informatika Universitas Kristen Duta Wacana SUARA DAN AUDIO I M 2 0 2 3 M U L T I M E D I A Semester Genap 2005/2006 Fakultas Teknik Informatika Universitas Kristen Duta Wacana SUARA DAN AUDIO SUARA (SOUND) Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan teknologi komputer memberikan banyak manfaat bagi manusia di berbagai aspek kehidupan, salah satu manfaatnya yaitu untuk menyimpan data, baik data berupa

Lebih terperinci

Implementasi Metode HUFFMAN Sebagai Teknik Kompresi Citra

Implementasi Metode HUFFMAN Sebagai Teknik Kompresi Citra Jurnal Elektro ELEK Vol. 2, No. 2, Oktober 2011 ISSN: 2086-8944 Implementasi Metode HUFFMAN Sebagai eknik Kompresi Citra Irmalia Suryani Faradisa dan Bara Firmana Budiono Jurusan eknik Elektro, Institut

Lebih terperinci

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT.

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT. CEG4B3 Randy E. Saputra, ST. MT. Video Kata video berasal dari kata Latin "melihat" teknologi pengiriman sinyal elektronik dari suatu gambar bergerak Aplikasi umum dari sinyal video adalah televisi (bidang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kompresi Data Dalam ilmu komputer, pemampatan data atau kompresi data adalah sebuah cara untuk memadatkan data sehingga hanya memerlukan ruangan penyimpanan lebih kecil sehingga

Lebih terperinci

SUARA DAN AUDIO. M U L T I M E D I A Universitas Gunadarma

SUARA DAN AUDIO. M U L T I M E D I A Universitas Gunadarma M U L T I M E D I A Universitas Gunadarma SUARA DAN AUDIO SUARA (SOUND) Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang

Lebih terperinci

Video Pertemuan 13 &14

Video Pertemuan 13 &14 Matakuliah : O0414 - Computer / Multimedia Tahun : Feb - 2010 Video Pertemuan 13 &14 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menerapkan Penggunaan Video pada Aplikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi ternyata berdampak pada perkembangan ilmu pengetahuan yang lain. Semuanya merupakan informasi yang sangat penting. Oleh karena

Lebih terperinci

Teknik Penyembunyian Pesan Rahasia Pada Berkas Video

Teknik Penyembunyian Pesan Rahasia Pada Berkas Video Teknik Penyembunyian Pesan Rahasia Pada Berkas Video Mohamad Ray Rizaldy NIM : 13505073 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if15073@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

PENGUJIAN SINYAL AUDIO MULTICHANNEL DENGAN METODE SUBJECTIVE TEST BERDASARKAN REC. ITU-R BS

PENGUJIAN SINYAL AUDIO MULTICHANNEL DENGAN METODE SUBJECTIVE TEST BERDASARKAN REC. ITU-R BS PENGUJIAN SINYAL AUDIO MULTICHANNEL DENGAN METODE SUBJECTIVE TEST BERDASARKAN REC. ITU-R BS.1116-1 FADLUR RAHMAN 0910952042 DOSEN PEMBIMBING : Dr. IKHWANA ELFITRI Blok Diagram Sampel Audio Multichannel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Internet Protocol Television IPTV (Internet Protocol TV) merupakan sebuah sistem yang mampu menerima dan menampilkan video streaming dalam satu paket internet Protocol. Sebuah

Lebih terperinci

KOMPRESI AUDIO/VIDEO

KOMPRESI AUDIO/VIDEO SISTEM MULTIMEDIA Universitas Gunadarma KOMPRESI AUDIO/VIDEO Kompresi audio/video adalah salah satu bentuk kompresi data yang bertujuan untuk mengecilkan ukuran file audio/video dengan metode Lossy format

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA Rachmansyah Budi Setiawan NIM : 13507014 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha

Lebih terperinci

TEKNOLOGI KOMPRESI AUDIO DENGAN ADVANCED AUDIO CODING (AAC) Tasri Ponta Dosen Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar

TEKNOLOGI KOMPRESI AUDIO DENGAN ADVANCED AUDIO CODING (AAC) Tasri Ponta Dosen Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar TEKNOLOGI KOMPRESI AUDIO DENGAN ADVANCED AUDIO CODING (AAC) Tasri Ponta Dosen Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar Abstrak AAC adalah singkatan dari Advanced Audio Coding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Steganografi merupakan ilmu dan seni menyembunyikan data rahasia ke dalam suatu media (cover object). Penyembunyian data tersebut dilakukan sedemikian sehingga pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keamanan Informasi Dalam era digital, komunikasi melalui jaringan komputer memegang peranan penting. Melalui komunikasi elektronis, seseorang dapat melakukan transaksi atau komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang tugas akhir, identifikasi masalah, tujuan tugas akhir, metodologi tugas akhir dan sistematika penulisan tugas akhir. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

[TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI. Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom

[TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI. Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom [TTG4J3] KODING DAN KOMPRESI Oleh : Ledya Novamizanti Astri Novianty Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom Terjadi transformasi atau revolusi dalam cara kita berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

Rijal Fadilah. Transmisi & Modulasi

Rijal Fadilah. Transmisi & Modulasi Rijal Fadilah Transmisi & Modulasi Pendahuluan Sebuah sistem komunikasi merupakan suatu sistem dimana informasi disampaikan dari satu tempat ke tempat lain. Misalnya tempat A yang terletak ditempat yang

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan satu set komputer dengan prosesor berkecepatan 1,18 GHz,

Lebih terperinci