BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertekanan. Saluran pipa terdiri dari pipa utama, sub-utama, dan lateral. Saluran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertekanan. Saluran pipa terdiri dari pipa utama, sub-utama, dan lateral. Saluran"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Saluran pipa pada sistem irigasi sprinkle dan trickle secara normal adalah bertekanan. Saluran pipa terdiri dari pipa utama, sub-utama, dan lateral. Saluran utama membawa air dari sumbernya ke saluran sub-utama, kemudian dibawa ke saluran lateral dan air disemburkan melalui noozle. Beberapa sistem tidak memiliki saluran sub-utama, dalam hal ini, air dari saluran utama langsung dibawa ke saluran lateral. Saluran pipa harus memasok air pada tekanan yang diinginkan kepada setiap nozzle, juga cukup kuat untuk menahan tekanan kerja dan tekanan gelombang (surge pressure) yang diperkirakan, dan memiliki sebuah perkiraan umur pakai yang sama atau melebihi komponen sistem yang lainnya. Pipa yang tertanam harus bisa menahan beban dari permukaan baik yang dinamis ataupun overburden, sedangkan pipa lateral yang portable harus ringan dan tahan remuk. Material pipa dan pembebanan dari pipa yang tertanam adalah faktor-faktor yang penting yang mempengaruhi disain dan operasional dari saluran pipa untuk sistem irigasi bertekanan. 2.1 Material Pipa Kondisi-kondisi yang dapat mempengaruhi pemilihan material pipa meliputi komposisi kimia dari tanah, jumlah bebatuan dalam tanah, dan jenis dari sistem irigasi. Pipa aluminium umumnya digunakan untuk sistem portable, dan pipa baja biasanya digunakan pada pipa lateral sistem center-pivot. Pipa asbes-semen, PVC 6

2 (polyvinyl chloride), pipa baja merupakan pilihan yang khas untuk pipa utama dan lateral yang ditanam Pipa PVC (polyvinyl chloride) Pipa PVC merupakan pipa yang paling luas digunakan karena ketahanannya terhadap korosi, bobotnya yang ringan, memiliki permukaan yang halus sehingga kehilangan energi akibat gesekan relatif kecil, memiliki perkiraan umur pakai yang lama jika diberi perlindungan terhadap tekanan gelombang (surge), dan pemasangan yang mudah. Perletakan pipa PVC di dalam tanah sebaiknya di atas tanah yang stabil dan bebas dari bebatuan, hal ini untuk mencegah kerusakan pada pipa akibat sudut dari batu yang tajam akan mengoyak pipa. PVC merupakan polymer yang diperpanjang dalam tekanan dan pemanasan menjadi termoplastik yang lemah jika bersentuhan dengan bensin, kebanyakan asam, dan alkalis Pipa asbes-semen Pipa asbes-semen dibuat dengan mencampurkan semen dengan tekanan dan pemanasan. Serat asbes berguna untuk meningkatkan tegangan tarik dari beton. Pipa ini biasanya digunakan untuk saluran pipa yang tertanam. Pipa ini mengkombinasikan kekuatan dengan bobot yang ringan, dan ketahanan terhadap korosi. Ada tiga tipe pipa asbes-semen yang dibuat. Tipe I adalah untuk penggunaan dimana air yang bersifat agresif sedang dan tanah dengan kadar sulfat sedang diperkirakan bersentuhan dengan pipa. Tipe II adalah untuk penggunaan dimana air yang bersifat agresif tinggi dan tanah atau air yang mengandung sulfat dengan kadar 7

3 yang tinggi diperkirakan bersentuhan dengan air. Tipe III adalah untuk penggunaan dimana kontak dengan air yang bersifat agresif sedang dan sulfat tidak diperkirakan. Asbes-semen merupakan bahan yang sangat rapuh, karena itu kehati-hatian sangat dibutuhkan pada saat pemasangan. Perletakan harus dilakukan diatas tanah yang stabil beserta timbunan yang bebas dari bebatuan untuk menghindari keretakan pada pipa. Keretakan dapat dihindari dengan meletakkan pipa di atas lapisan kerikil halus Pipa aluminium Pipa aluminium digunakan untuk kebanyakan saluran utama dan lateral yang portable karena bobotnya yang ringan dan ketahanannya. Pembukaan terhadap keadaan bergaram atau asam dapat menyebabkan korosi pada aluminium. Korosi pada aluminium dapat diproteksi dengan penyalutan, yaitu pengikatan secara metalurgi lapisan logam campuran pada permukaan bagian luar dan dalam pipa. Cathodic protection atau perlindungan dengan menggunakan sinar katoda yang mana merupakan sebuah aliran dari arus listrik langsung yang dibangkitkan dari elektroda yang tertanam ke pipa juga digunakan untuk mengontrol korosi pada pipa aluminium dan pipa baja yang ditanam Pipa baja Pipa baja merupakan bahan yang kuat, elastis, dan tahan patah, tetapi lemah terhadap karat, baik di bagian dalam maupun di bagian luar permukaan pipa. Serpihan karat yang lepas dari bagian dalam pipa dapat memberikan efek merugikan bagi katup maupun sprinkler. Pelapisan pada permukaan luar dan dalam dengan pelapis yang tidak tembus air sebaiknya dilakukan. 8

4 2.2 Tekanan pada Pipa Pada kebanyakan situasi, sistem irigasi harus dapat memasok air secara merata ke seluruh lahan. Karena kinerja dari kebanyakan sprinkler berhubungan dengan tekanan, keseragaman yang tinggi dari aplikasi dibutuhkan penyediaan tekanan yang optimal bagi sprinkler. Friction loss atau kehilangan energi akibat gesekan pada pipa dan sambungan, dan perbedaan elevasi menyebabkan tekanan bervariasi di lapangan. Friction loss menyebabkan tekanan menurun pada arah hilir, sedangkan perbedaan elevasi menyebabkan tekanan meningkat atau menurun tergantung arah perubahan elevasi. Persamaan 2.1 dapat digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan di antara lokasi-lokasi sepanjang saluran. ( h ± Z ) P d = P u K l (2.1) dimana : P d, P u = tekanan pada posisi hulu dan hilir (kpa) h l = kehilangan energi dalam pipa antara posisi hulu dan hilir (m) ΔZ = perbedaan elevasi antara posisi hulu dan hilir (m) K = konstanta yang bergantung kepada unit yang digunakan (K = 9,81 untuk P d dan P u dalam kpa, h 1 dan ΔZ dalam meter) (K = 0,43 untuk P d dan P u dalam psi, h 1 dan ΔZ dalam ft) Ketika perubahan pada elevasi ketika posisi hulu dan hilir menanjak, tanda didepan ΔZ adalah positif (+), sebaliknya jika elevasi hulu lebih tinggi daripada hilir didepan ΔZ adalah negatif ( ). energi h l. Persamaan 2.2 dapat digunakan untuk memperkirakan istilah kehilangan h l = FH l + M l (2.2) dimana : F = konstanta yang bergantung kepada jumlah saluran keluar 9

5 H l = kehilangan energi atau headloss akibat gesekan pada pipa (meter) M l = minor losses melalui sambungan pipa (meter) Minor losses yang diakibatkan oleh pipa penyembur adalah sangat kecil dan biasanya diabaikan. Rumus Hazen-Williams, Darcy-Weisbach, atau Chezy-Manning dapat digunakan untuk menghitung H l. Persamaaan-persamaan tersebut antara lain: Hazen-Williams 1,852 φ LQ H l = (2.3) 1,852 4,871 C D dimana : L = panjang dari pipa (m) Q = debit aliran (m 3 /det) D = diameter pipa (m) C = faktor gesekan yang bergantung kepada material pipa φ = 10,66 (SI unit) ; φ = 4,727 (Inggris Unit) Chezy-Manning 2 2 n V L H l = 4/3 β R = n β R 2 L A 4 / 3 2 Q 2 = KQ 2 (2.4) dimana : n = faktor kekasaran Manning R = jari-jari hidrolis (m) L = panjang dari pipa (m) β = 1 (SI unit) ; β = 2,21 (Inggris Unit) Persamaan Chezy-Manning berlaku untuk aliran turbulen sepenuhnya. Nilai K dapat juga diperoleh dengan Persamaan (2.5) : 2 = n L K 5, (2.5) Φ D 33 10

6 Faktor kekasaran Manning (n) dan faktor gesekan Hazen-Williams C diperoleh pada tabel berikut : Tabel 2.1 Koefisien dari Gesekan Pipa Untuk Perencanaan Material Hazen-Williams Manning (C) (n) Pipa baru atau baru dilapis Plastik atau kaca halus 150 0,009 Lapisan mortar-semen yang diputar sentrifugal 145 0,009 Lapisan mortar-semen yang dikulir di tempat 140 0,009 Besi tempa 140 0,009 Besi berlapis seng (galvanized iron) 135 0,010 Besi tuang, tidak dilapis 130 0,010 Asbes-semen, dilapis 145 0,009 Asbes-semen, tidak dilapis 140 0,009 Pipa tekanan beton yang dituang sentrifugal 135 0,010 Ten-State Standards (1978) Lapisan mortar-semen atau plastik 120 0,011 Baja atau besi daktail yang tidak dilapis 100 0,011 Pipa lama atau sudah lama dilapis [dalam perawatan biasa (20 tahun atau lebih), air yang tidak agresif] Plastik atau kaca halus Lapisan mortar-semen yang diputar sentrifugal 130 0,010 Lapisan mortar-semen yang dikulir di tempat 125 0,010 Asbes-semen, dilapis 130 0,010 Asbes-semen, tidak dilapis 125 0,010 Baja atau besi daktail yang tidak dilapis 100 0,013 Pipa tekanan beton yang dituang sentrifugal 130 0,010 Kayu susun 110 0,012 Besi terpancang (riveted steel) 80 0,016 Beton yang dibentuk 80 0,016 Tanah liat (tidak diberi tekanan) 100 0,013 11

7 Besi tempa 100 0,013 Besi yang dilapis seng (galvanized iron) 90 0,014 Sumber : Sanks (1998) Darcy-Weisbach 2 L V H l = f (2.6) D 2g dimana : L = panjang dari pipa (m) Q = debit aliran (m 3 /det) D = diameter pipa (m) g = percepatan gravitasi (9,81 m/det 2 atau 32,2 ft/det 2 ) f = faktor gesekan faktor gesekan adalah fungsi dari bilangan Reynold (R e ) dan kekasaran relatif k s /D, dimana k s adalah kekasaran tak seragam rata-rata dari pipa. Untuk aliran laminer (R e < 2000) faktor gesekan adalah : f 64 = (2.7) R e dimana : VD R e = (2.8) v v = viskositas kinematis Untuk aliran turbulen, faktor gesekan pada 1 Pipa halus : = 2Log ( R f ) 0, 8 f e untuk R e > 3000 (2.9) 10 1 D Pipa kasar : = 2Log10 + 1, 14 f ( ) k s = (k s ),14 2Log (2.10) D 1 10 Persamaan (2.7) dan (2.8) diajukan oleh von Karman dan Prandtl berdasarkan atas experimen oleh Nikuradse (1932). 12

8 Colebrook dan White (1939) mengajukan formula semi-empiris berikut : 1 f ks / D 2, 51 = 2Log + 10 (2.11) 3,7 Re f Faktor gesekan dapat juga diperoleh dengan menggunakan diagram Moody, yang dikembangkan oleh Moody (1944), menggunakan data-data eksperimen dari pipa-pipa komersial, persamaan Colebrook-White, dan data-data eksperimen dari Prandtl-Karman. Ada friction loss yang lebih sedikit sepanjang pipa dengan beberapa outlet yang dispasikan secara sama seperti pipa sub-utama dan lateral daripada sepanjang pipa dengan diameter, panjang, dan material yang sama dengan debit yang konstan. Ini terjadi karena banyaknya air dalam pipa sub-utama atau pipa lateral berkurang di arah hilir karena debit dari outlet. Istilah F pada Pers. 2.2 sama dengan 1 ketika tidak ada outlet antara lokasi hulu dan hilir sepanjang pipa. Persamaan 2.12a dan 2.12b dan Tabel 2.3 dan 2.4 dapat digunakan untuk menentukan F ketika ada lebih dari satu outlet dengan spasi yang sama, masing-masing memindahkan kurang lebih sama dengan jumlah air dalam pipa. Persamaan 2.12a dan 2.12b adalah : F 1 1 m 1 = + + (2.12a) 2 m + 1 2N 6N N = + 1 F 1 2 m ( N i) m 2N 1 (2N 1) N i= 1 (2.12b) dimana : m = 2.0 (Darcy-Weisbach); m = 1,85 (Hazen-Williams) N = banyak nozzle/sprinkler 13

9 Baik Persamaan 2.12a atau Tabel 2.2 digunakan ketika jarak dari dari saluran pipa ke outlet pertama sama dengan jarak spasi outlet. Ketika jarak ke outlet pertama setengah dari jarak spasi outlet, digunakan Persamaan 2.12b atau Tabel 2.4. Tabel 2.2 Nilai F (Pers. 2.12a) digunakan ketika jarak dari dari saluran pipa ke outlet pertama sama dengan jarak spasi outlet Banyak Outlet m = 1,85 m = 1,90 m = 2,00 1 1,0 1,0 1,0 2 0,639 0,634 0, ,535 0,528 0, ,486 0,480 0, ,457 0,451 0, ,435 0,433 0, ,425 0,419 0, ,415 0,410 0, ,409 0,402 0, ,402 0,396 0, ,397 0,392 0, ,394 0,388 0, ,391 0,381 0, ,387 0,381 0, ,384 0,379 0, ,382 0,377 0, ,380 0,375 0, ,379 0,373 0, ,377 0,372 0, ,376 0,370 0, ,374 0,368 0, ,372 0,366 0, ,370 0,364 0, ,369 0,363 0,351 14

10 30 0,368 0,362 0, ,365 0,359 0, ,364 0,357 0, ,361 0,355 0, ,356 0,350 0,338 Lebih dari 100 0,351 0,345 0,333 Sumber : James (1988) Tabel 2.3 Nilai F (Pers. 2.12b) digunakan ketika jarak dari dari saluran pipa ke outlet pertama setengah dari jarak spasi outlet Banyak Nozzle/Sprinkler pada Pipa Lateral m = 1,85 m = 1,90 m = 2,00 1 1,000 1,000 1, ,518 0,512 0, ,441 0,434 0, ,412 0,405 0, ,397 0,390 0, ,387 0,381 0, ,381 0,375 0, ,377 0,370 0, ,374 0,367 0, ,371 0,365 0, ,369 0,363 0, ,367 0,361 0, ,366 0,360 0, ,365 0,358 0, ,364 0,357 0, ,363 0,357 0, ,362 0,356 0, ,361 0,355 0, ,361 0,355 0, ,360 0,354 0,342 15

11 22 0,359 0,353 0, ,359 0,352 0, ,358 0,351 0, ,357 0,351 0, ,357 0,350 0, ,356 0,350 0, ,355 0,349 0, ,354 0,348 0, ,353 0,347 0,335 Sumber : James (1988) 2.3 Tekanan Gelombang Tekanan gelombang atau surge pressure merupakan tekanan bolak-balik yang terjadi di dalam pipa diatas atau dibawah tekanan operasi normal yang diakibatkan oleh perubahan kecepatan aliran. Pada saluran pipa, perubahan seketika pada kecepatan aliran dapat terjadi sebagai hasil dari pengoperasian pompa dan katup, keruntuhan kantong uap air, atau pengaruh dari air menyusul pengeluaran secara udara cepat keluar sebuah lubang udara atau katup yang terbuka sebagian. Hal ini sangat penting karena dapat menimbulkan efek merugikan yang cukup signifikan bagi disain saluran pipa, antara lain: keruntuhan pipa dan selubung pompa, pipa kolaps, getaran, perpindahan pipa yang berlebihan, deformasi atau keruntuhan dari fitting dan penopang saluran pipa. Desain dinding pipa yang lebih tebal, diameter pipa yang lebih besar, katup tekanan pembantu, dan atau surge tank mungkin dibutuhkan untuk melindungi saluran pipa. Penyebab khas dari perubahan kecepatan dalam pipa meliputi penyalaan dan penghentian pompa, perubahan pengaturan katup, dan operasi pompa yang tidak stabil. 16

12 Sistem pada Gambar 2.1 digunakan untuk menggambarkan fenomena water hammer. Sistem adalah pipa tunggal yang dipasok oleh reservoir. Head elevasi, H, menyebabakan air mengalir di dalam pipa dengan sebuah kecepatan, V, melaui sebuah katup yang berjarak L arah hulu reservoir. Gambar 2.1 Penggambaran fenomena water hammer Ketika pada suatu waktu t = 0 katup ditutup secara tiba-tiba, lapisan cairan terdekat dari katup terkompresi dan terhempas ke katup. Kompresi ini mengakibatkan pipa memuai dibawah tekanan yang bertambah, ΔH. Setelah lapisan pertama dari cairan terkompresi, proses berulang kepada lapisan selanjutnya. akibat rentetan lapisan air yang terhenti dan terkompresi, sebuah gelombang tekanan 17

13 muncul dan menyebar ke arah hulu. Cairan di hulu dari gelombang mengalir dengan kecepatan V. Ketika gelombang mencapai reservoir, waktu yang telah berlalu sama dengan L dibagi dengan kecepatan gelombang, a, t = L/a. Pada waktu ini semua cairan dalam pipa dalam tekanan H + ΔH dan dalam keadaan diam (V = 0). Pada reservoir, perbedaan tekanan (ΔH) antara pipa dan reservoir menyebabkan aliran ke arah reservoir dan pembentukan tekanan H dalam pipa. Sebagaimana gelombang ini bergerak ke arah katup, head tekanan tekanan dari gelombang adalah H + ΔH, dan tekanan di belakang gelombang sama dengan H. Pada saat t = 2L/a gelombang tekanan mencapai mencapai katup tekanan sama dengan H, sepanjang pipa. Sejak katup tetap tertutup dan tidak ada cairan yang ditambahkan ke pipa, aliran ke arah reservoir mengurangi tekanan di dalam lapisan cairan tepat di hulu katup menjadi H ΔH. Sebuah gelombang tekanan berjalan mengarah ke reservoir pada kecepatan a, sebagaimana tekanan pada lapisan yang berurut berkurang. Kondisi yang sangat tidak stabil, seperti pemisahan gumpalan cairan dapat terjadi jika tekanan di dalam pipa menurun di bawah tekanan uap dari cairan. Ketika gelombang tekanan rendah mencapai reservoir, gelombang tersebut dipantulkan kembali ke arah katup. Pada waktu ini tekanan dan kecepatan kembali ke keadaan semula, dan gelombang mencapai katup pada waktu t = 4L/a. Daur ini berulang setiap t = 4L/a detik sampai fluktuasi tekanan terhenti oleh gesekan dan elastisitas pipa. Persamaan 2.13 digunakan untuk menghitung besaran tekanan water hammer, ΔH. Pers didasarkan oleh prinsip momentum dan dapat ditemukan pada Streeter dan Wylie (1967). 18

14 a H = V (2.13) g dimana : ΔH = tekanan water hammer (m) a = kecepatan dari gelombang tekanan (m/det) g = percepatan gravitasi (9,81 m/det 2 ) ΔH = perubahan kecepatan dari cairan (m/det) Streeter dan Wylie (1967) menggunakan prinsip kontinuitas untuk menghasilkan Persamaan a = K B / ρ B D 1+ C E t 1 (2.14) dimana : B = bulk modulus elastisitas dari air (kn/m 2 ) ρ = kerapatan air (kg/m 3 ) K = konstanta unit (K = 1,0 untuk B dalam kn/m 2 dan ρ dalam kg/m 3 ) (K = 12 untuk B dalam psi dan ρ dalam slug/ft 3 ) D = diameter dalam dari pipa (m) t = ketebalan dinding pipa (m) E = modulus elastisitas dari material pipa (kn/m 2 ) C 1 = konstanta yang bergantung kepada bagaimana pipa terdesak. Persamaan 2.15a dapat digunakan untuk menghitung C 1 ketika pipa ditambatkan pada setiap ujung sehingga tidak ada pergerakan aksial. C 1 = 1 μ 2 (2.15a) Dimana μ merupakan ratio Poisson untuk material pipa. Nilai μ untuk material pipa yang umum dipakai disusun pada Tabel

15 Ketika pipa ditambatkan pada kedua ujung tetapi memiliki pengembangan sambungan, C 1 = 1. Persamaan 2.16b digunakan ketika pipa hanya ditambatkan pada satu ujung saja. C 1 = 5 / 4 μ (2.16b) Tabel 2.4 Modulus Elastisitas dan Rasio Poisson dari Beberapa Material Pipa Modulus Elastisitas Rasio Poisson Material (kn/m 2 ) (psi) (μ) Asbes-semen 20, ,20 Besi tuang 10, ,29 Besi daktail 16, ,29 PVC 27, ,46 Polythelene 69, ,40 Baja 20, ,30 Sumber : James (1988) Besaran dari tekanan water hammer dapat direduksi dengan mengurangi ΔV pada Pers Ketika tekanan water hammer hasil dari perubahan pengaturan katup, ΔV dapat direduksi dengan memperlambat laju dari penyesuaian katup. Untuk mengurangi besaran tekanan water hammer yang dihitung menggunakan Pers. 2.13, waktu setelan katup harus melebihi 2L/a (agar tekanan maksimum berkurang oleh gelombang yang dipantulkan). Untuk kebanyakan disain katup, aliran yang melalui katup tidak berhubungan secara linier terhadap lintasan tangkai katup. Ini ditunjukkan pada Gambar 2.2 untuk sebuah katup gerbang (gate). Sejak sebagian besar aliran terpotong, bagian terakhir dari lintasan tangkai adalah bagian yang paling efektif dari penutupan. Karena itu, sangat penting bahwa waktu penutupan katup didasarkan kepada waktu penutupan efektif katup daripada waktu penutupan aktual. Walaupun tidak ada variasi antara 20

16 tipe katup, waktu efektif biasanya diasumsikan menjadi setengah waktu penutupan katup aktual. Gambar 2.2 Lintasan tangkai katup versus penghentian pada sebuah katup gerbang (gate) Gambar 2.3 dapat digunakan untuk memperkirakan tekanan water hammer ketika waktu efektif dari penutupan katup melebihi 2L/a. Baik waktu efektif penutupan dibutuhkan untuk membatasi tekanan water hammer kepada sebuah level tertentu ataupun tekanan water hammer yang dihasilkan dari sebuah waktu penutupan efektif tertentu dapat ditentukan dengan menggunakan Gambar

17 C = 0,517 untuk area yang telah berkurang Globe Valve C = 0,486 untuk area penuh Cone Valve C = 0,392 untuk area penuh Gate Valve Gambar 2.3 Perhitungan dari waktu penutupan katup, T c, untuk membatasi tekanan gelombang (surge pressure) Dinding pipa yang lebih tebal, diameter pipa yang lebih besar, katup tekanan pembantu, dan surge tank dapat digunakan untuk memproteksi pipa dari tekanan water hammer. Dalam situasi dimana perlu perubahan yang cepat dalam perubahan kecepatan aliran, katup tekanan pembantu atau pressure relief valve seperti diilustrasikan pada Gambar 2.4, biasanya merupakan cara yang paling ekonomis untuk memproteksi pipa dari tekanan water hammer. Pressure relief valve didisain untuk membuka pada tekanan tertentu dan mengalirkan cairan untuk mengurangi gelombang. 22

18 (a) (b) Gambar 2.4 Pressure relief valve (a) Katup yang tetap tertutup selama tekanan masih dibawah tekanan maksimum yang diperbolehkan. (b) Katup yang terbuka ketika tekanan menurun dibawah tekanan yang diinginkan. Surge tank merupakan tangki terbuka yang dihubungkan dengan saluran pipa dan digunakan sebagai perlindungan terhadap tekanan gelombang. Sebuah surge tank yang sederhana biasanya dibuat sehingga level air di dalam tangki tidak berfluktuasi dalam resonansi dengan pengatur katup dan sehingga air tidak habis atau berlebihan oleh aliaran dari dan ke pipa. Beberapa surge tank memiliki orifice atau mulut yang membatasi aliran masuk dan keluar untuk menaikkan pemborosan energi dan melembabkan penggelombangan tekanan. Sering kali aliran masuk dibatasi lebih dari aliran keluar untuk mengurangi bahaya pemisahan gumpalan. Differential surge tank merupakan kombinasi antara orifice surge tank dengan surge tank sederhana pada daerah potongan melintang. 2.4 Perangkap Udara Kehadiran udara dalam saluran pipa mempengaruhi pengoperasian dengan mengurangi daerah melintang dari linasan aliran. Hal ini dapat menambah biaya pemompaan karena peningkatan head loss dan/atau mengurangi kapasitas pipa. Sebagai tambahan, pergerakan kantong-kantong udara di dalam pipa dan 23

19 pengurungan secara tiba-tiba pada titik-titik yang tinggi tinggi sepanjang saluran dapat menyebabkan water hammer dan flukutasi pada aliran. Udara mungkin memasuki pipa selama pengisian, dimana air memasuki saluran, atau melalui katup pelepas udara, penghilang kehampaan (vacuum breaker), dan sambungan yang bocor. Perubahan pada suhu dan tekanan dapat menyebabkan udara yang terlarut di dalam aliran terakumulasi di dalam saluran. Udara harus dicegah memasuki saluran. Ini dapat terpenuhi oleh perancangan pompa atau pintu masuk gaya berat (gravity inlet) yang hati-hati, menjaga kecepatan air rata-rata air dari antara 0,3 sampai 0,6 m/det selama pengisian saluran dan meletakkan pipa ke sebuah galian yang menghasilkan titik-titik tinggi yang minimum. Untuk tujuan memindahkan udara yang memasuki saluran, katup pelepas udara dan kehampaan (vacuum) yang berukuran layak sebaiknya dipasang pada semua titik-titik tinggi dan lokasi-lokasi lain yang memungkinkan udara untuk berakumulasi. Katup pelepas udara didisain untuk membuang udara dalam kondisi tekanan yang bervariasi selama operasi saluran normal ketika membatasi aliran keluar cairan. Port pembuang untuk katup demikian berdiameter sekitar 1,6 sampai 6,4 mm. Katup pelepas udara yang memiliki mulut berukuran diameter sekitar 25 sampai 200 mm didisain untuk volume besar udara selama pengisian saluran dan menutup ketika proses pengisian selesai. Baik katup pelepas udara maupun katup pelepas kehampaan akan tertutup karena tumbukan air terhadap elemen penutup katup atau karena sebuah pelampung. 24

20 2.5 Katup Katup merupakan bagian pelengkap dari saluran pipa bertekanan yag dimanfaatkan pada sistem irigasi. Katup disediakan untuk berbagai keperluan seperti surge control, throttling, pengaturan tekanan, on-off service, pelepasan udara, pressure relief, vacuum relief, dan backflow prevention Katup Isolasi Katup isolasi atau isolation valve digunakan untuk berbagai macam kegunaan. Ketika ditempatkan pada ujung hulu pipa utama, sub-utama dan lateral katup ini berfungsi sebagai on-off pada pipa. Katup ini dapat digunakan untuk sistem yang memerlukan operasi yang bergantian yang memungkinkan pengaturan peredaran air dari satu bagian ke bagian lainnya. Katup ini juga dapat digunakan untuk mengisolasi bagian dari sistem untuk keperluan perawatan atau perbaikan dimana bagian yang lain tetap beroperasi. Katup on-off otomatis pada ujung hulu dari katup memungkinkan sebuah sisitem irigasi bekerja secara otomatis. Sebuah pengontrol elektronik atau elektromekanikal yang ditempatkan di kantor, dapat diprogram untuk mengendalikan pengoperasian beberapa katup on-off otomatis. Sekali diprogramkan, pengatur atau kontroller membuka dan menutup katup sesuai dengan program yang dibuat. Komunikasi antar konteroller dengan katup adalah via kabel listrik, pipa pneumatik atau hidrolik, atau radio telemetri. Katup isolasi juga ditempatkan pada ujung hulu dari pipa permanen untuk menyediakan pembilasan sedimen. Throttle atau katup penghambat digunakan untuk menghambat mengurangi laju aliran. Proses penghambatan pada katup manual dapat dicapai dengan dengan 25

21 menutup katup secara sebagian. Katup otomatis yang menyuplai aliran konstan tanpa memperhatikan perubahan tekanan terkadang juga digunakan dengan jaringan pipa yang bertekanan. Seperti katup manual, laju aliran dapat disesuaikan dengan mengubah bukaan. Katup penghambat ditempatkan pada ujung hulu dari pipa utama, sub-utama, dan lateral. Katup isolasi terdiri beberapa tipe dari katup antara lain gate valve, butterfy valve, hydrant valve dan lainnya. Dari berbagai tipe katup isolasi yang paling umum digunakan adalah katup gerbang atau gate valve dan katup kupu-kupu atau butterfy valve. Katup gerbang memiliki satu atau dua cakram yang berfungsi sebagai penutup pada bonet yang tegak lurus terhadap arah aliran air. Cakram digerakkan membuka atau menutup oleh pemutar yang terhubung pada sebuah tangkai atau stem. Pada katup kupu-kupu cakram bergerak memutar seperempat lingkaran, sehingga posisi cakram akan sejajar arah arua aliran ketika dalam posisi membuka. Gambar 2.5 menunjukkan bentuk dari jenis-jenis katup isolasi. (a) 26

22 Gambar 2.5 Macam-macam isolation valve (a) Gate valve, (b) Butterfly valve, (c) Hydrant Valve, (d) Solenoid activated on-off valve Katup Kontrol Katup kontrol atau control valve digunakan untuk mengontrol aliran atau tekanan air dengan mengoperasikan posisi sebagian terbuka, membuat headloss atau perbedaaan tekanan antara lokasi hulu dan hilir. Jenis-jenis katup kontrol yang umum digunakan antara lain katup pengatur tekanan, katup pengatur aliran, katup ketinggian, katup pemulih tekanan. Katup pengatur tekanan atau pressure regulating valve merupakan katup otomatis yang menahan sebuah tekanan konstan ke arah hulu dengan mengabaikan perubahan aliran dan/atau tekanan hulu. Katup ini digunakan dimana fluktuasi tekanan dari sistem membuat sulit untuk menggunakan air secara seragam seperti di 27

23 lahan dimana tekanan yang tersedia bergantung pada yang lahan lain yang diairi. Dalam situasi yang sedemikian, katup pengatur tekanan menyuplai sebuah tekanan yang konstan ke lahan dengan mengabaikan lahan lain yang mana yang akan diairi. Sering kali, katup pengatur tekanan menyediakan pengontrolan gelombang (surge) dengan mempoteksi pipa arah hilir dari penggelombangan dari hulu. Gambar 2.6 Pressure Regulating Valve Katup pengatur aliran atau flow-control valve digunakan untuk mengatur karakteristik aliran pada daerah hulu dengan mempertahankan aliran yang telah diset. Katup ketinggian atau altitude valve digunakan pada reservoir atau tangki untuk penambahan air dan untuk pengontrolan gelombang pada satu arah. katup pemulih tekanan atau pressure-relief valve digunakan untuk melepaskan cairan dalam sebuah sistem tekanan sebelum tekanana yang tinggi dapat terbentuk memberi tekanan yang berlebihan pada pipa dan katup Katup kendali Katup kendali atau check valve digunakan untuk mengontrol aliran balik (backflow) pada saluran pipa. Perlindungan terhadap backflow adalah penting ketika pupuk dan/atau bahan-kimia agrikultur disuntik ke dalam sistem irigasi untuk mencegah pencemaran dari sumber air selama kegagalan pompa. 28

24 2.5.8 Katup Pengontrol Gelombang Katup pengontrol gelombang atau surge control valve merupakan katup yang berfungsi sebagai pengendali gelombang. Penggelombangan dikendalikan selama pengisian dan pengosongan saluran dengan katup yang otomatis yang dipasang di hilir pompa. Untuk pompa sentrifugal, suatu katup otomatis yang menutup secara normal membuka pelan-pelan selama pipa pengisian. Katup ini mengendalikan penggelombangan dengan membiarkan tekanan sistem penuh untuk berkembang secara berangsur-angsur. Ketika sistem sedang menutup, katup otomatis menutup secara pelan dan berangsur-angsur mengurangi aliran ketika pompa terus berjalan. Untuk pompa turbin, suatu katup otomatis yang terbuka secara normal dipasang pada suatu pipa yang pendek yang bermula dari saluran pipa utama. Suatu katup kendali dipasang ke arah hilir dari tempat permulaan. Ketika pompa dimulai, katup yang terbuka secara normal mulai menutup secara perlahan. Pada awalnya, seluruh udara dan air pada kolom pompa dialirkan ke dalam atmosfer melalui katup yang terbuka secara normal. Semakin banyak aliran keluar pompa dialihkan melalui katup kendali dan ke dalam sistem irigasi ketika katup yang otomatis menutup. Ini menyediakan kendali terhadap penggelombangan dengan membiarkan tekanan sistem untuk berkembang perlahan. Selama penutupan katup otomatis secara perlahan membuka pengalihan sebuah peningkatan nilai output pompa ke atmosfer. ini mengendalikan tekanan gelombang dengan membiarkan tekanan sistem secara bertahap menurun ketika pengosongan saluran. 2.6 Sprinkler Sprinkler atau penyembur merupakan salah satu komponen dari sistem irigasi sprinkle yang berfungsi untuk menyebarkan partikel-partikel atau butir-butir air dari 29

25 saluran pipa atau selang ke atas lahan secara merata tanpa runoff (aliran permukaan) dan atau tanpa perkolasi yang berlebihan dari daerah akar. Sprinkler telah mengalami perkembangan dari segi bentuk, kapasitas maupun nozzle menjadi beberapa tipe atau jenis sesuai dengan keperluan Jenis-Jenis Sprinkler Impact Sprinkler Impact sprinkler merupakan sprinkler yang memanfaatkan impact atau tumbukan dari semburan air sebagai gaya untuk memutar atau merubah arah dari sprinkle. Contoh impact sprinkler adalah revolving sprinkler. Revolving sprinkler dioperasikan oleh sebuah pemukul atau hammer yang mana bekerja secara horizontal di sekeliling sumbu vertikal dan diatur oleh sebuah pegas. Perputaran dari sprinkler dimulai ketika pancaran meninggalkan mulut pipa dan menubruk driving head atau kepala pengendali dari hammer. Tumbukan ini menghasilkan komponen gaya horizontal yang tegak lurus terhadap kepada kepala pengendali. Kemudian hammer yang telah diberi gaya akan berputar sampai pegas memberikan gaya momen lawan yang mengembalikan hammer pada posisi semula. Revolving sprinkler diperlihatkan pada Gambar

26 Gambar 2.7 Elemen-elemen utama dari revolving sprinkler tipe regular Ada dua macam hammer yang biasa digunakan yaitu regular atau biasa dan wedge atau baji. Hammer jenis biasa hanya dapat bergerak secara horizontal sedangkan jenis wedge dapat juga bergerak arah horizontal dengan sudut tertentu Gear-Driven Sprinkler Gear-driven sprinkler merupakan sprinkler dengan penggerak berupa turbin air kecil yang terdapat pada dasar sprinkler. Seperti impact sprinkler, gear-driven sprinkler memilki satu atau lebih pancaran yang berputar sekeliling sumbu vertikal dari sprinkler. Tidak seperti impact sprinkler yang memiliki rotasi yang dapat berhenti kemudian berganti arah, gear-driven sprinkler berputar secara halus dalam satu arah tanpa percikan yang terjadi setiap kali semburan menubruk hammer pada impact sprinkler Reaction Sprinkler Reaction sprinkler merupakan tipe sprinkler yang berputar, dan gaya perputarannya dikarenakan oleh torsi yang dihasilkan oleh reaksi dari air yang 31

27 meninggalkan sprinkler, sprinkler ini tersusun secara sederhana dan kokoh. Contoh dari reaction sprinkler adalah whirling sprinkler. Whirling sprinkler umumnya memiliki dua atau tiga lengan panjang pada ujung nozzle. Sprinkler ini biasanya dioperasikan dalam tekanan yang rendah yaitu antara 70 sampai 210 kpa dan memiliki daerah jangkauan yang relatif kecil. Perputaran dari sprinkler ini mencapai sekitar 60 rpm dan debit yang dikeluarkan mencapai 1 m³/jam. Whirling sprinkler ditunjukkan pada Gambar 2.8. Gambar 2.8 Whirling sprinkler Fixed-Head Sprinkler Fixed-head sprinkler merupakan tipe sprinkler yang beroperasi tanpa ada bagian yang bergerak. Sprinkler ini dibuat untuk menghasilkan semburan yang berbentuk lingkaran atau mendekati lingkaran. Sprinkler ini biasanya digunakan untuk irigasi tipe permanen. Sprinkler ini dioperasikan dengan tekanan yang rendah dan jarak yang berdekatan. Fixed-head sprinkler diilustrasikan pada Gambar 2.9. Gambar 2.9 Fixed-head Sprinkler 32

28 Sprinkler Tembak Sprinkle tembak atau gun sprinkler merupakan jenis sprinkle yang beroperasi pada tekanan yang tinggi, yaitu antara 480 sampai 896 kpa. Sprinkle ini menghasilkan debit yang mencapai 4700 liter per menit, dengan diameter area yang dibasahi sekitar 180 meter. Tekanan yang tinggi dalam pengoperasian sprinkler jenis ini sering mengharuskan penggunaan pompa, dimana akan menambah nilai investasi awal dan biaya perawatan. Sprinkler ini umumnya digunakan untuk lahan persegi yang luas. Sprinkler tembak diilustrasikan pada Gambar Gambar 2.10 Sprinkler tembak Kinerja Sprikler Debit Sprinkler Debit dari sprinkler merupakan volume air per unit waktu yang keluar dari mulut sprinkler. Unit yang digunakan biasanya liter per menit (l/m) dan gallon per menit (gpm). Persamaan 2.17 dapat digunakan untuk menghubungkan debit kepada tekanan. 33

29 Q = n i= 1 KC A P i i xi i (2.17) dimana : Q = debit sprinkler n = jumlah nozzle atau mulut sprinkler K = konstanta yang bergantung kepada unit yang digunakan C = koefisien yang bergantung kepada bentuk dan kekasaran dari pembukaan pada nozzle i A = penampang melintang area dari pembukaan pada nozzle i P = tekanan yang bekerja pada nozzle x = eksponen untuk nozzle Jadi, debit untuk sprikler yang memiliki lebih dari satu nozzle adalah penjumlahan debit dari nozzle. Nilai C dan x untuk setiap nozzle secara normal ditentukan secara empiris. Ketika x adalah sekitar 0,5 untuk kebanyakan sprinkler, tekanan yang lebih besar dan/atau pembukaan nozzle yang lebih besar akan meningkatkan debit dari sprinkler. Pabrikan sprikler biasanya menerbitkan data debit dan tekanan untuk diameter nozzle yang berbeda Jarak Semburan Jarak atau spasi antara sprinkler bergantung kepada jarak dari air yang disemburkan oleh sprinkler. Tekanan yang bekerja dan ukuran, bentuk, dan sudut bukaan nozzle menentukan jarak semburan air oleh sprinkler. Jarak semburan dapat meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan yang bekerja, bertambahnya ukuran nozzle dan juga bertambahnya kemiringan sudut dari nozzle. 34

30 Pola Distribusi Volume dan tingkat aplikasi air di bawah suatu sprinkler secara normal adalah bervariasi dengan jarak dari sprinkler. Pola dari variasi ini dinamakan pola distribusi, yang secara normal konsisten untuk sebuah tekanan, bentuk nozzle, dan angin yang diberikan. Ciri khas dari pola-pola disribusi di bawah sebuah impact sprinkler konvensional dengan bentuk nozzle yang tetap dan tekanan yang bervariasi diilustrasikan pada Gambar Gambar 2.11 Pola-pola pengaplikasian individual sprinkle untuk tekanan yang berbeda. (a) Tekanan terlalu rendah (b) Tekanan baik (c) Tekanan terlalu tinggi Nozzle yang beroperasi pada tekanan yang rendah yang memancarkan ukuran butiran air yang pada dasarnya sama sering memiliki pola distribusi yang berbentuk donat. Ukuran butiran air yang lebih bemacam yang dikarenakan oleh tekanan nozzle yang lebih tinggi secara normal akan menghasilkan pola distribusi yang berbentuk segitiga. Tekanan yang sangat tinggi meningkatkan persentasi dari butirbutir air yang kecil. 35

31 Application Rate Application rate atau laju penggunaan adalah paramater yang sangat penting yang digunakan untuk mencocokkan sprinkler dengan tanah, tanaman, dan medan dimana sprinkler-sprinkler tadi akan beroperasi. Ketika laju application rate terlalu besar, dapat terjadi runoff dan erosi. Application rate memiliki dimensi panjang per unit waktu. Application rate rata-rata dari sprinkle tunggal dapat dihitung menggunakan Persamaan Q A = K (2.18) a dimana : A = application rate (mm/jam) Q = debit sprinkler (l/menit) a = area basah dari sprinkler (m 2 ) K = konstanta yang bergantung kepada unit yang digunakan (K = 60 untuk A dalam mm/jam, Q dalam l/menit, dan a dalam m 2 ) (K = 96,3 untuk A dalam in/jam, Q dalam gpm, dan a dalam ft 2 ) Ketika beberapa sprinkler yang identik berjarak L, dengan grid S, Persamaan 2.19 dapat digunakan untuk menghitung application rate rata-rata. KQ A = (2.19) LS dimana : A = application rate (mm/jam) Q = debit sprinkler (l/menit) L = jarak antara sprinkler sepanjang pipa lateral (m) L = jarak antara garis sprinkler yang berdekatan (m) K = sama dengan Persamaan

32 Application rate rata-rata dibawah sebuah pipa lateral dari sebuah sprinkler dapat dihitung mengunakan Persamaan KQl A = (2.20) L S l dimana : Q l = debit aliran total kedalam ujung hulu pipa lateral (l/menit) L l = panjang pipa lateral (m) K = sama dengan Persamaan 2.18 Bagi kebanyakan sprinkler, variasi tekanan dalam pengoperasian kecil, kalaupun ada, berpangaruh kepada application rate rata-rata dari sebuah sprinkle tunggal. Sebagai contoh, saat tekanan bertambah, peningkatan Q cenderung diimbangi dengan peningkatan area basah. Application rate rata-rata dari beberapa sprinkler identik yang yang berjejer bagaimanapun cenderung untuk berhubungan secara langsung kepada tekanan sejak L dan S tetap dan Q bertambah. Application rate rata-rata untuk sebuah sprinkler tunggal bervariasi secara luas bergantung pada bentuk nozzle. Sprinkler yang memiliki plat pembelok sebagai contoh, memiliki application rate rata-rata yang relatif tinggi karena membasahi area yang relatif kecil. Sebaliknya, impact sprinkler konvensional secara normal dirancang untuk mendapatkan area basah yang maksimum dan application rate ratarata yang terendah. Application rate rata-rata biasanya akan meningkat seiring dengan meningkatnya kemiringan sudut dari nozzle. Peningkatan diameter nozzle biasanya meningkatkan application rate rata-rata sejak Q meningkat secara cepat daripada area yang dibasahi. 37

33 Ukuran Butiran Ukuran butiran merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi pembentukan lapisan air awal pada tanah kering. Ukuran butiran yang kecil memiliki power yang kurang ketika menumbuk permukaan tanah, infiltrasi yang terjadi akan lebih lambat daripada ukuran butiran yang lebih besar. Untuk alasan tersebut, penkonversian dari sprinkler yang menghasilkan ukuran butiran yang besar ke yang lebih kecil memungkinkan untuk mengurangi runoff dan erosi. Ukuran butiran juga penting pada pengoperasian dalam keadaan berangin. Pola distribusi dari sprinkler yang memancarkan ukuran butiran yang kecil berpengaruh terhadap gangguan angin dan keseragaman Karakteristik Kinerja dari Tipe-Tipe Sprinkler Karakterstik kinerja dari beberapa tipe sprinkler diperbandingkan pada Tabel Pemilihan Sprinkler Pemilihan Sprinkler pada umumnya didasarkan kepada biaya, tekanan yang dibutuhkan, dan kemampuan untuk menyediakan disain kebutuhan irigasi harian atau design daily irrigation requirement (DDIR) dengan keseragaman yang dapat diterima dan tanpa runoff Kapasitas Debit Sprinkler Sprinkler harus memiliki kapasitas yang cukup untuk menyuplai DDIR ditambah tiupan angin dan kehilangan akibat penguapan yang terjadi setelah air meninggalkan sprinkle dan sebelum mencapai tanaman atau permukaan tanah. 38

34 Tabel 2.5 Karakterstik Kinerja dari Beberapa Tipe sprinkler Tipe Sprinkler Tingkat Tekanan (kpa) (psi) Tingkat Debit (l/mnt) (gpm) Jarak Sembur (m) (ft) Application rate Relatif Ukuran Butir Relatif Impact Tekanan rendah Nozzle tunggal , Kecil Besar Nozzle ganda Sedang Besar Tekanan menengah Nozzle tunggal Kecil-Sedang Sedang Nozzle ganda Sedang Sedang Tekanan tinggi Nozzle tunggal Sedang Kecil Nozzle ganda Sedang-Tinggi Kecil Nozzle debit konstan Kecil-Sedang Sedang Nozzle jet menyebar Sedang Kecil Tipe tembak Sedang-Tinggi Kecil Sprinkler semprot 180º nozzle semprot , a Sangat Tinggi Halus b Sangat Tinggi Halus 360º nozzle semprot dengan plat , a Tinggi-Sangat tinggi Halus pembelok rata, halus b Tinggi-Sangat tinggi Halus 360º nozzle semprot dengan plat pembelok rata, bergerigi Sumber : James (1988) , a Tinggi Kecil b Sedang-Tinggi Kecil 39

35 Persamaan 2.21 dapat digunakan untuk memperkirakan debit sprinkler yang dibutuhkan. Q s ( K)( Da )( L)( S) = (2.21) ( H T )( E ) m a dimana : Q s = kapasitas sprinkler (l/menit) D a = kedalaman (mm) L = jarak antara pipa lateral (m) S = jarak antara sprinkler pada pipa lateral (m) H = interval waktu antara pemulaan dari pengairan yang berurutan (jam) T m = waktu yang dibutuhkan untuk menggerakkan perlengkapan (jam) E a = efisiensi (%) K = konstanta yang bergantung kepada unit yang digunakan (K = 1,67 untuk Q s dalam l/menit, D dalam mm, L dan S dalam m) (K = 1,04 untuk Q s dalam gpm, D dalam mm, L dan S dalam ft) Interval H pada Persamaan 2.21 dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan H ( 0,24)( Pf )( D) (2.22) DDIR dimana : P f = persentase total dari lahan yang diairi ketika sistem beroperasi D = kedalaman yang diinginkan (mm) DDIR = disain kebutuhan irigasi harian (mm/hari) Kedalaman yang digunakan, D a, pada Persamaan 2.21 dihitung dengan menggunakan Persamaan ( H )( DDIR) D a = (2.23) (0,24)( P ) f 40

36 Nilai P f pada Persamaan 2.22 dan 2.23 adalah 100 % untuk sistem sprinkle gerak menerus (continous-move sprinkle system) atau ketika seluruh sprinkler beroperasi pada waktu yang bersamaan pada sistem sprinkle solid. Persamaan 2.24 dapat digunakan untuk menentukan nilai P f untuk sistem berpindah dan untuk sistem solid yang beroperasi secara tidak serentak. ( Ll )( L)( Nl ) P f = (2.24) ( K)( A ) f dimana : L l = panjang pipa lateral (m) N l = jumlah pipa lateral yang beroperasi secara serentak A f = total area (ha) K = konstanta yang bergantung kepada unit yang digunakan (K = 100 untuk L l dan L dalam meter, dan A f dalam ha) (K = 435,6 untuk L l dan L dalam ft, dan A f dalam ac) Nilai L dan S dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan 2.25 dan L K l D (2.25) S K s D (2.26) dimana : L = jarak antara pipa lateral (m) S = jarak antara sprinkler pada pipa lateral (m) K l, K s = konstanta yang tergantung kepada pola spasi sprinkler dan angin (Tabel 2.6) D = diameter dari area yang dibasahi (m) Penggunaan nilai K l dan K s pada Tabel 2.6 menjamin keseragaman dari aplikasi yang dapat diterima untuk angin yang berbeda dan pola spasi yang beragam. 41

37 Tabel 2.6 Nilai K l dan K s Tingkatan Kecepatan Angin (m/det) (mph) 0-1, ,8-3, ,6-5, Segitiga Bujur Sangkar Persegi Panjang b K l K s K l K s K l K s a a a 0,60 0,55 0,55 0,60 0,50 0,55 0,50 0,50 0,60 0,45 0,50 0,45 0,45 0,60 0,40 a Konstan K l = 0,86 K s b Diasumsikan pipa lateral tegak lurus untuk mengatasi arah angin Sumber : Davis (1976) Persegi panjang, bujur sangkar, dan segitiga merupakan tiga bentuk dasar dari pola spasi sprinkler untuk sistem bergerak dan sistem solid. Tiga pola ini diilustrasikan pada Gambar (a) (c) L = jarak antara pipa lateral S = jarak antara sprinkler pada pipa lateral (b) Gambar 2.12 Pola-pola spasi sprinkler (a) Segitiga sama sisi (b) Bujur sangkar (c) Persegi panjang Application Rate yang Diperkenankan Secara normal, sistem irigasi sprinkle didisain sehingga tidak terjadi runoff. Kemudian, application rate pada tingkat dimana sebuah sistem sprinkle didisain 42

38 untuk memakai air kurang dari kapasitas infiltrasi dari tanah atau pengaplikasian diakhiri sebelum seluruh permukaan tanah yang dangkal terisi dengan air dan kedalaman air yang cukup untuk menyebabkan runoff di atas permukaan tanah terakumulasi. Gambar 2.13 mengilustrasikan konsep-konsep ini. Gambar 2.13 Hubungan antara kapasitas infiltrasi dari tanah dan dua application rate yang konstan Kurva A pada Gambar 2.13 menunjukkan bahwa kapasitas infiltrasi dari tanah yang paling tinggi adalah pada waktu awai infiltrasi dan kemudian berkurang secara terus-menerus dengan waktu ke arah sebuah asimtot yang sering disebut tingkat infiltrasi dasar dari tanah. Dalam sebuah tanah homogen yang sangat dalam, tingkat infiltrasi dasar sama dengan konduktivitas hidrolik jenuh dari air. Mengingat application rate yang ditunjukkan sebagai garis horizontal B pada Gambar Pada awalnya semua air yang diaplikasikan oleh sistem sprinkle memasuki tanah, karena application rate lebih besar dari kapasitas infiltrasi tanah. Runoff tidak terjadi sampai gais B melintasi garis A dan application rate melebihi kapasitas infiltrasi dari tanah. Runoff mulai terjadi jika turunan-turunan pada permukaan tanah terisi oleh air dan kedalaman air yang cukup untuk menyebabkan aliran terakumulasi pada permukaan tanah. Jumlah air yang dapat terakumulasi bergantung kepada kondisi seperti jumlah vegatasi atau kedalaman turunan. Garis C menunjukkan sebuah sistem yang memiliki application rate yang tidak pernah melebihi kapasitas infiltrasi dari tanah. 43

39 Tabel 2.7 menunjukkan tingkat infiltrasi dasar dari lima tekstur tanah untuk tanah kosong tanpa vegetasi. Appplication rate di bawah pipa lateral pada suatu titik tertentu pada irigasi sistem center-pivot meningkat sampai puncak ketika pipa lateral mendekat dan menurun sampai nol ketika pipa lateral menjauh. Sering kali application rate puncak melebihi nilai yang dianjurkan pada Tabel 2.3, terutama pada ujung hilir dai pipa lateral. Tabel 2.7 Tingkat Infiltrasi Dasar untuk Dua Keadaan Tanah Kosong Tingkat Infiltrasi Dasar Kondisi A Kondisi B Tanah (mm/jam) (Inci/jam) (mm/jam) (Inci/jam) Pasir kasar ,75-1,0 8,9 0,35 Pasir halus ,5-0,75 6,4 0,25 Pasir halus liat 8,9-13 0,35-0,50 5,1 0,20 Lanau 6,4-10,2 0,25-0,40 3,8 0,15 Lempung 2,5-7,6 0,10-0,30 2,5 0,10 Catatan : Kondisi A untuk tanah bergradasi baik, kadar bahan organik yang tinggi, struktur butiran terbuka, dan tidak ada lapisan pelindung permukaan. Kondisi B untuk tanah bergradasi buruk, kadar bahan organik yang rendah, dan lapisan pelindung permukaan yang tipis Sumber : Pair, Hinz, Frost, Sneed, Schiltz (1983) Gambar 2.14 menunjukkan application rate dari dua tititk yang berbeda sepanjang pipa lateral dari sistem center-pivot. Kurva A merupakan titik ujung hulu dari pipa lateral dimana tidak terjadi runoff, sedangkan kurva B merupakan titik ujung hilir pipa lateral dimana terjadi runoff ketika application rate melebihi tingkat infiltrasi dari tanah. 44

40 Gambar 2.14 Kedalaman air maksimum yang dapat digunakan dengan sistem center-pivot dan sistem gerak lurus per pengairan untuk SCS intake families 0.1, 0.3, 0.5, 1.0. Gilley (1984) telah mengembangkan rangkaian hubungan antara kedalaman air yang dapat diaplikasikan pada tiap-tiap pengairan tanpa runoff untuk jumlah penyimpanan permukaan 0, 0,25, 7,6, dan 12,7 mm, application rate puncak berkisar antara mm/jam dan empat tipe tanah. Empat tipe tanah tersebut adalah yang memiliki SCS (Soil Conservation Service) intake families 0.1, 0.3, 0.5, 1.0. Hubungan-hubungan ini mengasumsikan sebuah hubungan elips antara application rate dengan waktu dan variasi tingkat infiltrasi dengan waktu. Persamaan 2.26 menjabarkan tentang tingkat infiltrasi tanah. b f = at (2.26) dimana : f = tingkat infiltrasi dari tanah (mm/jam) t = waktu sejak infiltrasi dimulai (jam) a, b = konstanta (nilai a, dan b terdapat pada Tabel 2.8) 45

41 Tabel 2.8 Nilai a, dan b SCS Intake Family Sumber : Davis (1998) a untuk f dalam mm/jam a untuk f dalam inci/jam 0.1 6,83 0,269-0, ,16 0,597-0, ,77 0,857-0, ,59 1,441-0, ,90 1,886-0,290 b 46

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Irigasi Curah Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu metode pemberian air yang dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase

Bab III HIDROLIKA. Sub Kompetensi. Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase Bab III HIDROLIKA Sub Kompetensi Memberikan pengetahuan tentang hubungan analisis hidrolika dalam perencanaan drainase 1 Analisis Hidraulika Perencanaan Hidraulika pada drainase perkotaan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P ANGGAPAN YANG DIGUNAKAN ZAT CAIR ADALAH IDEAL ZAT CAIR ADALAH HOMOGEN DAN TIDAK TERMAMPATKAN ALIRAN KONTINYU DAN SEPANJANG GARIS ARUS GAYA YANG BEKERJA HANYA

Lebih terperinci

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng ALIRAN PADA PIPA Oleh: Enung, ST.,M.Eng Konsep Aliran Fluida Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa Jenis dan Viskositas. Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

Sprinkler Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat

Sprinkler Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR Teknologi Tepat Pada Lahan Kering Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Tekanan Atmosfer Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh bobot udara di atas suatu titik di permukaan bumi. Pada permukaan laut, atmosfer akan menyangga kolom air

Lebih terperinci

ALIRAN MELALUI PIPA 15:21. Pendahuluan

ALIRAN MELALUI PIPA 15:21. Pendahuluan ALIRAN MELALUI PIPA Ir. Suroso Dipl.HE, M.Eng Dr. Eng. Alwai Pujiraharjo Pendahuluan Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran dan dipergunakan untuk mengalirkan luida dengan penampang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui Teknik Perpipaan Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. Sistem ini terdiri

Lebih terperinci

BAB FLUIDA A. 150 N.

BAB FLUIDA A. 150 N. 1 BAB FLUIDA I. SOAL PILIHAN GANDA Jika tidak diketahui dalam soal, gunakan g = 10 m/s 2, tekanan atmosfer p 0 = 1,0 x 105 Pa, dan massa jenis air = 1.000 kg/m 3. dinyatakan dalam meter). Jika tekanan

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DATA

BAB III ANALISA DATA BAB III ANALISA DATA 3.1 Permasalahan 3.1.1 Penurunan Produksi Untuk memenuhi kebutuhan operasi PLTGU Blok 1 dan diperoleh suplai demin water (air demineralisasi) dari water treatment plant (WTP) PLTGU.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Pondasi Tiang digunakan untuk mendukung bangunan yang lapisan tanah kuatnya terletak sangat dalam, dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA Kegiatan perencanaan merupakan hal dasar dalam menentukan sistem distribusi air bersih. Menurut Dharmasetiawan (2004), kegiatan perencanaan terdiri

Lebih terperinci

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy Saluran Terbuka Persamaan Manning Persamaan yang paling umum digunakan untuk menganalisis aliran air dalam saluran terbuka. Persamaan empiris untuk mensimulasikan aliran air dalam saluran dimana air terbuka

Lebih terperinci

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan saluran berarti menentukan dimensi saluran dengan mempertimbangkan sifat-sifat bahan pembentuk tubuh saluran serta kondisi medan sedemikian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU Pada jaringan distribusi air bersih pipa merupakan komponen yang paling utama, pipa berfungsi untuk mengalirkan sarana air dari suatu titik simpul ke titik simpul yang

Lebih terperinci

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Sungai Cisadane 4.1.1 Letak Geografis Sungai Cisadane yang berada di provinsi Banten secara geografis terletak antara 106 0 5 dan 106 0 9 Bujur Timur serta

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA MINIMALISASI WATER HAMMER DENGAN VARIASI PEMILIHAN GAS ACCUMULATOR PADA SISTEM PERPIPAAN DI PT.

TUGAS AKHIR ANALISA MINIMALISASI WATER HAMMER DENGAN VARIASI PEMILIHAN GAS ACCUMULATOR PADA SISTEM PERPIPAAN DI PT. TUGAS AKHIR ANALISA MINIMALISASI WATER HAMMER DENGAN VARIASI PEMILIHAN GAS ACCUMULATOR PADA SISTEM PERPIPAAN DI PT. KALTIM PRIMA COAL Chairul Anwar 2107100021 Dosen Pembimbing : NUR IKHWAN, ST., M. Eng.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Pompa Hidram Prinsip kerja hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke

Lebih terperinci

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) Panduan Praktikum Fenomena Dasar 010 A. Tujuan Percobaan: Percobaan 5 Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) 1. Mengamati kerugian tekanan aliran melalui elbow dan sambungan.

Lebih terperinci

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Kriteria Desain Kriteria Desain Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan melihat kondisi sebenarnya dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc

Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc Laporan Penelitian Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc Oleh Ir. Salomo Simanjuntak, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2010 KATA PENGANTAR Pertama

Lebih terperinci

Skema umum jaringan irigasi curah diperlihatkan pada Gambar 2. Hydrant. Gambar 2. Skema jaringan irigasi curah (Prastowo, 2002).

Skema umum jaringan irigasi curah diperlihatkan pada Gambar 2. Hydrant. Gambar 2. Skema jaringan irigasi curah (Prastowo, 2002). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Irigasi Curah Irigasi curah (sprinkle irrigation) disebut juga overhead irrigation karena pemberian air dilakukan dari bagian atas tanaman terpancar menyerupai curah hujan (Prastowo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii ABSTRAK Suplai air bersih di Kota Tebing Tinggi dilayani oleh PDAM Tirta Bulian. Namun penambahan jumlah konsumen yang tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas jaringan, penyediaan dan pelayanan air

Lebih terperinci

LABORATORIUM SATUAN OPERASI

LABORATORIUM SATUAN OPERASI LABORATORIUM SATUAN OPERASI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013-2014 MODUL : Pompa Sentrifugal PEMBIMBING : Ir. Unung Leoanggraini, MT Praktikum : 10 Maret 2014 Penyerahan : 17 Maret 2014 (Laporan) Oleh :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluida Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir.

Lebih terperinci

58. Pada tail race masih terdapat kecelakaan air 1m/det serta besarnya K = 0,1. Hitung : 1) Hidrolik Losses!

58. Pada tail race masih terdapat kecelakaan air 1m/det serta besarnya K = 0,1. Hitung : 1) Hidrolik Losses! TURBIN AIR 1. Jelaskan secara singkat tentang sejarah diketemukannya turbin air sebagai tenaga penggerak mula? 2. Jelaskan perbedaan antara pembangkit tenaga listrik dengan tenaga air dan tenaga diesel?

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Penentuan kecepatan disejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Sistem Distribusi Air Bersih. Kategori kegiatan perencanaan untuk system distribusi air bersih/minum menurut Martin,D., (2004) ada dua kategori yaitu: 1. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3 BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL 3.1.Kerja Pompa Sentrifugal Pompa digerakkan oleh motor, daya dari motor diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeler yang dipasangkan pada poros tersebut. Zat cair yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrodinamika 2.1.1 Definisi Hidrodinamika Hidrodinamika merupakan salah satu cabang ilmu yang berhubungan dengan gerak liquid atau lebih dikhususkan pada gerak air. Skala

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Laju Aliran Fluida dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya berasal dari hukum kekekalan massa seperti yang terlihat pada Gambar

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan hubungan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Setiap fluida yang mengalir dalam sebuah pipa harus memasuki pipa pada suatu lokasi. Daerah aliran di dekat lokasi fluida memasuki pipa tersebut

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI Perencanaan Sistem Suplai Air Baku 4.1 PERENCANAAN SALURAN PIPA Perencanaan saluran pipa yang dimaksud adalah perencanaan pipa dari pertemuan Sungai Cibeet dengan Saluran

Lebih terperinci

Sub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan

Sub Kompetensi. Bab III HIDROLIKA. Analisis Hidraulika. Saluran. Aliran Permukaan Bebas. Aliran Permukaan Tertekan Bab III HIDROLIKA Sub Kompetensi Memberikan pengetauan tentang ubungan analisis idrolika dalam perencanaan drainase Analisis Hidraulika Perencanaan Hidrolika pada drainase perkotaan adala untuk menentukan

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING)

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) Kimia Industri (TIN 4206) PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II Size Reduction III Storage IV Reaktor V Crystallization VI Heat treatment

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar Bab II Ruang Bakar Sebelum berangkat menuju pelaksanaan eksperimen dalam laboratorium, perlu dilakukan sejumlah persiapan pra-eksperimen yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pedoman

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

I Putu Gustave Suryantara Pariartha

I Putu Gustave Suryantara Pariartha I Putu Gustave Suryantara Pariartha Open Channel Saluran terbuka Aliran dengan permukaan bebas Mengalir dibawah gaya gravitasi, dibawah tekanan udara atmosfir. - Mengalir karena adanya slope dasar saluran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Hidram Pompa merupakan salah satu jenis alat yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( ) TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS Disusun Oleh : Ricki Paulus Umbora ( 6506 040 025 ) PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -PUKULAN AIR (WATER HAMMER)- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN

HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -PUKULAN AIR (WATER HAMMER)- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN HIDROLIKA SALURAN TERTUTUP -PUKULAN AIR (WATER HAMMER)- SEBRIAN MIRDEKLIS BESELLY PUTRA TEKNIK PENGAIRAN UMUM Pukulan air/ water hammer adalah fenomena hidraulik pada suatu pipa akibat adanya penutupan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan. Waktu yang relatif lama ini sangat memegang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Gleisol Sifat fisik tanah berhubungan dengan kondisi asli tanah dan dapat menentukan jenis tanah. Pada penelitian ini digunakan tanah gleisol di Kebon Duren,

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Batasan

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS 1. Dongkrak Hidrolik Dongkrak hidrolik merupakan salah satu aplikasi sederhana dari Hukum Pascal. Berikut ini prinsip kerja dongkrak hidrolik. Saat pengisap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dasar tentang turbin air Turbin berfungsi mengubah energi potensial fluida menjadi energi mekanik yang kemudian diubah lagi menjadi energi listrik pada generator.

Lebih terperinci

Panduan Praktikum 2012

Panduan Praktikum 2012 Percobaan 4 HEAD LOSS (KEHILANGAN ENERGI PADA PIPA LURUS) A. Tujuan Percobaan: 1. Mengukur kerugian tekanan (Pv). Mengukur Head Loss (hv) B. Alat-alat yang digunakan 1. Fluid Friction Demonstrator. Stopwatch

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN...1 DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...x BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau 39 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau anorganik atau berlempung yang terdapat yang terdapat di Perumahan Bhayangkara Kelurahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran BAB IV Bab IV Hasil dan Analisis HASIL DAN ANALISIS 4.1. Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran Sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran merupakan suatu kombinasi dari berbagai sistem untuk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik.

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin Pompa air dengan menggunakan tenaga angin merupakan sistem konversi energi untuk mengubah energi angin menjadi putaran rotor

Lebih terperinci

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI). Tugas Akhir, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma,,2013

Lebih terperinci

IV. PERSAMAAN TAHANAN GESEK

IV. PERSAMAAN TAHANAN GESEK /9/06 Persamaan kehilangan tenaga pada aliran laminer: 3L h gd Persamaan tsb dapat ditulis dalam bentuk: Dengan 64 L 64 L h D D g Re D g 64 Re.. (5).... (6) Dengan demikian, untuk aliran laminer koeisien

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Sungai Sungai adalah suatu alur yang panjang diatas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan dan senantiasa tersentuh air serta terbentuk secara alamiah (Sosrodarsono,

Lebih terperinci

PERTEMUAN X PERSAMAAN MOMENTUM

PERTEMUAN X PERSAMAAN MOMENTUM PERTEMUAN X PERSAMAAN MOMENTUM Zat cair yang bergerak dapat menimbulkan gaya. Gaya yang ditimbulkan oleh zat cair dapat dimanfaatkan untuk : - analisis perencanaan turbin - mesin-mesin hidraulis - saluran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

Aliran Turbulen (Turbulent Flow) Aliran Turbulen (Turbulent Flow) A. Laminer dan Turbulen Laminer adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikelpartikel fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer,

Lebih terperinci

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... ix Abstract...

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump).

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump). BAB II DASAR TEORI 2.1. Dasar Teori Pompa 2.1.1. Definisi Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged Cabang Teluknaga Kabupaten Tangerang. Pemilihan tempat penelitian ini

Lebih terperinci

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI LAPORAN TUGAS AKHIR KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Disusun oleh : RUSWANTO

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air

Lebih terperinci

Makalah Pembangkit listrik tenaga air

Makalah Pembangkit listrik tenaga air Makalah Pembangkit listrik tenaga air Di susun oleh : Muhamad Halfiz (2011110031) Robi Wijaya (2012110003) Alhadi (2012110093) Rari Ranjes Noviko (2013110004) Sulis Tiono (2013110008) Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika terdiri dari dua (2) bagian yaitu : soal isian singkat (24 soal) dan soal pilihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin-Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air.

TINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air. TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Tetes Irigasi tetes adalah suatu metode irigasi baru yang menjadi semakin disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air. Irigasi tetes merupakan metode

Lebih terperinci