BAB II LETTER OF CREDIT BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP SYARIAH. merupakan suatu perjanjian yang dapat berdiri sendiri. L/C lahir dari adanya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LETTER OF CREDIT BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP SYARIAH. merupakan suatu perjanjian yang dapat berdiri sendiri. L/C lahir dari adanya"

Transkripsi

1 BAB II LETTER OF CREDIT BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP SYARIAH A. Tinjauan Umum Tentang Letter of Credit 1. Letter Of Credit Pada Umumnya Letter of Credit atau yang biasa disingkat dengan L/C bukanlah merupakan suatu perjanjian yang dapat berdiri sendiri. L/C lahir dari adanya perjanjian lain, biasanya jual beli barang jarak jauh antara penjual dan pembeli yang belum saling mengenal dengan baik, bahkan tidak pernah bertemu sebelumnya. Perjanjian atau kontrak inilah yang menjadi dasar lahirnya L/C. Menurut C.F.G. Sunaryati Hartono, secara harfiah L/C dapat diterjemahkan sebagai Surat Hutang atau Surat Piutang atau Surat Tagihan, tetapi sebenarnya L/C lebih merupakan suatu janji akan dilakukannya pembayaran, apabila dan setelah terpenuhinya syarat-syarat tertentu. 74 Sementara, UCP mengatakan bahwa L/C adalah janji dari bank penerbit untuk melakukan pembayaran atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima atas penyerahan dokumen-dokumen (misalnya konosemen, faktur, sertifikat asuransi) yang sesuai dengan persyaratan L/C. Inti dari pengertian L/C menurut UCP ialah bahwa L/C merupakan janji pembayaran. Bank penerbit melakukan pembayaran kepada penerima baik 74 Ramlan Ginting, Op.cit, hal.15

2 langsung ataupun melalui bank lain atas instruksi pemohon yang berjanji membayar kembali kepada bank penerbit. 75 Ketentuan tentang L/C diatur dalam Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCP) International Chamber of Commerce (ICC) Pulication No.600 pasal 1 yang berbunyi sebagai berikut: The Uniform Customs and Practce for Documentary Credits, 2007 Revision,ICC Publication No.600 (UCP) are rules that apply to any documentary Credit (credit) including, to the extent to which they may be applicable, any standby letter of credit when the text of the credit expressli indicates that it is subject to this rules.they are binding on all parties thereto unless expressly modified or excluded by the credit 76 L/C berdasarkan fungsi, terdiri dari 2 (dua) klasifikasi yaitu L/C sebagai alat pembayaran dan L/C sebagai alat penjaminan. Sebagai alat pembayaran., L/C memberi rasa aman kepada pihak penerima, sedangkan sebagai alat penjamin, L/C memberi rasa aman kepada pihak terjamin.l/c sebagai alat pembayaran dapat dilaksanakan jika semua dokumen yang telah diminta L/C telah dipenuhi penerima, sebaliknya L/C sebagai alat penjaminan dapat dilaksanakan jika pelaksanaan kontrak dasar yang dijamin L/C tidak dapat dilakukan oleh pihak yang terjamin. 77 Lebih jelas berikut ini diuraikan keuntungan masing-masing pihak yang terlibat dalam transaksi yang menggunakan L/C sebagai berikut: 1. Bagi pembeli/pembuka L/C, dengan menggunakan sarana L/C, kepentingannya akan terjamin, karena ia akan memperoleh kepastian dalam 75 Ibid 76 Uniform Customs and practice for Documentary Credit (UCP),2007 Revision,ICC Publication No Ibid

3 penerimaan barang yang dibelinya sesuai yang dipersyaratkan dalam L/C (jumlah/jenis barang/kualitas, waktu pengapalan/penyerahan, harga dan dokumen-dokumen), sepanjang semua persyaratan L/C dipenuhi oleh beneficiary. Dengan demikian pembeli benar-benar terjamin kepentingannya karena memiliki hak untuk menolak membayar dan atau menolak untuk menerima barang apabila persyaratan dalam L/C tidak dipenuhi. 2. Bagi penjual/beneficiary, dengan menggunakan sarana L/C ia akan terjamin kepentingannya, karena ia akan memperoleh kepastian penerimaan pembayaran atas barang yang dijualnya, sepanjang ia dapat memenuhi semua persyaratan yang diminta dalam L/C. 3. Bagi bank pembuka L/C (opening bank),dengan L/C bank akan terjamin keamanannya karena uang telah dan atau akan dibayarkan kepada eksportir melalui korespondennya (negotiating bank) akan dapat diterima kembali dari pembuka L/C (pembeli), sepanjang semua persyaratan L/C telah dipenuhi. 4. Bagi negotiating bank, dengan L/C bank akan terjamin keamanannya karena uang yang telah/akan dibayarkan kepada beneficiry/penjual akan dapat diterima kembali dari opening bank, sepanjang semua persyaratan L/C dipenuhi Tjarsim Adisasmita,Op.cit, hal.32

4 2. Independensi L/C Terhadap Kontrak Dasar Secara hukum L/C merupakan perjanjian yang terpisah (independen) dari kontrak dasarnya, yaitu kontrak (perjanjian) pembelian dan perjanjian pembukaan L/C itu sendiri. Namun demikian eksistensi L/C sangat tergantung pada adanya kedua kontrak dasar tersebut, sebab perjanjian L/C tidak mungkin ada tanpa adanya kontrak penjualan dan perjanjian pembukaan L/C. Dengan kata lain. Kontrak penjualan merupakan dasar penerbitan permintaan pembukaan L/C, dan penerbitan pembukaan L/C menjadi dasar bagi perjanjian L/C itu sendiri. Independensi L/C terhadap kontrak dasarnya dapat dilihat dari ketentuan UCP 600 pada artikel 4 yang berbunyi sebagai berikut: a credit by its nature is a separate transaction from the sale or other contract on which it may be based. Banks are in no way concern with or bound by such contract, even if any reference whatsoever to it is included in the credit. Consequently, the undertaking of a bank to honour, to negotiate or to fulfil any other obligation under the credit is not subject to claims or defences by the applicant resulting from its relationships with the issuing bank or the beneficiary... Independensi L/C dapat dilihat dari realisasinya yang hanya berkaitan dengan pemenuhan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam L/C. Secara hukum apabila pelaksanaan kontrak penjualan tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka L/C tetap harus dilaksanakan. Sepanjang semua dokumen yang dipersyaratkan L/C dapat dipenuhi oleh penerima, maka bank penerbit atau kuasanya wajib membayar L/C tersebut, walaupun barang yang menjadi objek dalam perjanjian dasar(kontrak penjualan) tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikan dalam kontrak

5 penjualan tersebut. Mengenai hal ini, UCP 600 secara tegas menyatakan pada artikel 5: Banks deal with documents and not with goods, services or performance to which the documents may relate. Ketentuan artikel 5 tersebut mencerminkan bahwa bank hanya berurusan dengan dokumen-dokumen, sedangkan barang-barang, pelayanan maupun performa yang mungkin berhubungan dengan dokumen itu sendiri, tidak menjadi urusan bagi bank yang bersangkutan. 3. Pihak-pihak yang terkait dengan transaksi L/C Pihak-pihak yang terkait dengan transaksi L/C diatur dalam pasal 2 UCP 600 tentang definisi, yaitu: 1. Applicant Applicant/pemohon/pembuka L/C adalah pihak yang meminta dan memerintahkan kepada bank untuk membuka L/C untuk keuntungan penerima L/C (beneficiary/penjualbarang/eksportir). Dalam perintah kepada bank untuk membuka L/C, pemohon menyatakan bertanggungjawab untuk membayar dokumen sepanjang semua persyaratan yang tertera di dalam L/C dipenuhi. 2. Opening Bank Opening/issuing Bank yaitu bank yang membuka L/C untuk kepentingan beneficiary (penerima L/C). Di dalam L/C dicantumkan persyaratan yang diminta oleh pembuka, persyaratan mana harus dipenuhi oleh beneficiary (penerima L/C).

6 3. Advising Bank Advsing Bank adalah bank yang menerima dan meneruskan L/C kepada beneficiary 4. Beneficiary Beneficiary (penerima L/C) adalah penjual/eksportir yang diberi hak untuk menarik sejumlah uang yang tertera dalam L/C dengan memenuhi semua persyaratan yang diminta. 5. Negotiating Bank Negotiating Bank adalah bank yang mengambil alih dokumen yang dipersyaratkan dalam L/C. Menegosiasi/mengambil alih adalah membayar terlebih dahulu kepada beneficiary atas dokumen yang disyaratkan dalam L/C dan kemudian menagih (mereimburs) kepada bank pembuka L/C dengan mengirimkan dokumen yang telah diambil alih. 6. Confirming Bank Confirming Bank adalah bank yang ikut menjamin terhadap suatu L/C atas permintaan atau otorisasi dari issuing bank Mekanisme Letter of Credit Adapun mekanisme transaksi menggunakan sarana L/C sebagai berikut: 1. Eksportir / penjual/ beneficiary menandatangani kontrak jual beli (sales contract) dengan pembeli/importir luar negeri. 79 Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCP),2007 Revision, ICC Publication No.600

7 2. Importir /pembeli/account meminta kepada banknya (bank devisa) untuk membuka suatu L/C untuk dan atas nama eksportir. Dalam hal ini, importir bertindak sebagai opener. Bila importir sudah memenuhi ketentuan yang berlaku untuk impor seperti keharusan adanya surat ijin impor, maka bank melakukan kontrak valuta (KV) dengan importir dan melaksanakan pembukaan L/C atas nama importir. Bank dalam hal ini bertindak sebagai opening/issuing bank. Pembukaan L//C ini dilakukan melalui salah satu koresponden bank di laur negeri. Koresponden bank yang bertindak sebagai perantara kedua ini disebut sebagai advising bank atau notifying bank. Advising bank memberitahukan kepada eksportir mengenai pembukaan L/C tersebut. Eksportir yang menerima L/C disebut beneficiary. 3. Eksportir menghubungi instansi terkait dalam rangka pengiriman/pengapalan barang dan pengurusan perijinan serta dokumen-dokumen yang diperlukan. 4. Eksportir menerima konosemen (Bill of Lading) setelah menyerahkan barang ke Carrier. 5. Eksportir menyerahkan dokumen yang disyaratkan dalam L/C (Wesel,Faktur, Konosemen/Airway bill, Certificate of Origin, Certificate of Quality,dll) kepada negotiating bank. 6. Bank membayar kepada eksportir setelah melakukan pemeriksaan dokumen yang diserahkan oleh eksportir, bahwa semua persyaratan L/C dipenuhi (tidak ada discrepancy)

8 7. Bank dalam negeri (sebagai negotiating bank) mengirimkan dokumen ke bank pembuka L/C di luar negeri dan menginstruksikan untuk membayar dan mentransfer pembayaran kepada bank yang ditunjuk. 8. Bank di luar negeri memeriksa dokumen dan menyerahkannya kepada importir untuk mengambil barang di pelabuhan tujuan. Penyerahan dokumen dilakukan setelah importir memenuhi kewajibannya Klasifikasi Letter of Credit Menurut Ramlan Ginting, berdasarkan fungsinya L/C terdiri dari 2(dua) klasifikasi yaitu L/C sebagai alat pembayaran dan L/C sebagai alat penjaminan. Sebagai alat pembayaran, L/C memberi rasa aman kepada penerima, sedangkan L/C sebagai alat penjamin, L/C memberi rasa aman bagi pihak terjamin. L/C sebagai alat pembayaran dapat dilaksanakan jika semua dokumen yang diminta L/C telah dipenuhi oleh penerima. Sebaliknya L/C sebagai alat penjamin dapat dilaksanakan jika kontrak dasar yang dijamin L/C tidak dapat dilakukan oleh pihak yang dijamin. 81 a. L/C Sebagai Alat Pembayaran Terdiri Dari: 1. Irrevocable L/C Irrevocable L/C adalah L/C yang tidak dapat dibatalkan selama jangka berlaku (validity) yang ditentukan dalam L/C tersebut dan opening bank tetap menjamin untuk menerima wesel-wesel yang ditarik atas L/C tersebut. Pembatalan hanya dapat dilakukan jika atas persetujuan semua pihak yang 80 Tjarsim Adisasmita,Op.Cit, hal Ramlan Ginting, op.cit,hal 36.

9 bersangkutan dengan L/C tersebut. 82 Dalam UCP 600, hanya dikenal L/C jenis ini sebagaimana tertera pada pasal 2 tentang definisi: Credit means any arrangement, however named or described, that is irrevocable and thereby constitutes a definite presentation Revocable L/C Revocable L/C adalah L/C yang sewaktu-waktu dapat dibatalkan atau diubah secara sepihak oleh opener atau oleh issuing bank tanpa memerlukan persetujuan dari beneficiary. 3. Irrevocable dan confirmed L/C L/C ini dianggap paling sempurna dan paling aman dari sudut penerima L/C (beneficiary) karena pembayaran atau pelunasan wesel yang ditarik atas L/C ini dijamin sepenuhnya oleh opening bank maupun oleh advising bank, bila segala syarat-syarat dipenuhi, serta tidak mudah dibatalkan karena sifatnya yang irrevocable. 4. Confirmed L/C Adalah L/C yang atas permintaan Bank pembuka L/C dibubuhi konfirmasi/penegasan dari bank lainnya yang ditunjuk (confirming bank), penegasan mana menyatakan bahwa bank tersebut ikut bertanggungjawab untuk membayar dokumen yang diserahkan sepanjang seluruh persyaratan L/C dipenuhi. Confirming bank akan membubuhkan kalimat we confirm the 82 of credit 83 Tjarsim Adisasmita,Op.cit, hal.36

10 credit and hereby undertake that all draft drawn and presented will be honored dalam L/C yang diadviskan ke beneficiary. 5. Clean Letter of Credit Dalam L/C ini tidak dicantumkan syarat-syarat lain untuk penarikan suatu wesel. Artinya, tidak diperlukan dokumen-dokumen lainnya, bahkan pengambilan uang dari kredit yang tersedia dapat dilakukan dengan kuitansi biasa. 6. General L/C Adalah L/C yang dapat dinegosiasi di bank mana saja, biasanya terdapat dalam klausul this credit can be negotiated at any bank in Indonesia. 7. Restricted L/C Restricted L/C adalah L/C yang hanya dapat dinegosir oleh bank tertentu yang ditunjuk dalam L/C, biasanya terdapat klausul this credit negotiable with bank A only atau negotiation of this credit is restricted to bank A 8. Sight Payment L/C Sight Payment L/C adalah L/C yang mensyaratkan adanya penyerahan sight draft dan dokumen yang disyaratkan. UCP tidak mengatur lebih lanjut mengenai sight payment L/C ini. Jika bank penerbit menerbitkan sight payment L/C, maka bank penerus diisntruksikan untuk melakukan

11 pembayaran kepada penerima seketika (at sight) pada saat pengajuan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan L/C Usance L/C Usance L/C adalah L/C yang mensyaratkan adanya penyerahan wesel berjangka (usance draft) dan dokumen yang disyaratkan dalam L/C. Bank penerbit L/C akan melakukan akseptasi pada wesel berjangka sepanjang semua persyaratan L/C dipenuhi dan akan melakukan pembayaran pada waktu jatuh tempo wesel (on maturity date) berjangka tersebut. Dalam wesel biasanya tertera kalimat pay at 60 days after B/L date, atau kalimat serupa yang menunjukkan kapan wesel tersebut harus dibayar. 85 Usance L/C disebut juga dengan acceptance L/C. UCP tidak mengatur mekanisme pembayaran dengan akseptasi. Pada prakteknya akseptasi dilakukan atas wesel berjangka yang ditarik oleh penerima. Akseptasi atas wesel berjangka berarti jaminan pembayaran pada saat jatuh tempo Negotiation L/C UCP memberikan batasan pengertian negotiation berikut ini: Negotiation means the purchase by the nominated bank of drafts (drawn on a bank other than the nominated bank) and/or documents under a complying presentation, by advancing or agreeing to advance fund to the beneficiary on or before the banking day on which reimbursement is due to the nominated bank Ramlan Ginting, Op.cit, hal Tjarsim Adisasmita, Op.cit, hal Ramlan Ginting, Op.cit, hal UCP No.600, artikel 2

12 Dari ketentuan UCP tersebut diatas dapat diartikan bahwa negotiation L/C adalah L/C yang pembayarannya dengan cara membeli wesel dan/atau dokumen-dokumen yang diajukan penerima.tujuan negosiasi adalah untuk memberi kesempatan kepada bank untuk menegosiasi (membeli) wesel dan atau dokumen-dokumen dari penerima dan kemudian mengajukannya kepada bank penerbit untuk memperoleh pembayaran sesuai dengan persyaratan L/C. Penerima dapat pembayaran segera dan bank penegosiasi dijanjikan untuk memperoleh pembayaran dari bank penerbit sepanjang diajukan dokumendokumen sesuai dengan persyaratan L/C Transferable L/C pengertian transferable L/C terdapat dalam pasal 38 huruf b UCP 600 yang berbunyi sebagai berikut: transferable credit means a credit that spesifically states it is transferable. A transferable credit may be made available in whole or in a part to another beneficiary (second beneficiary) at the request of the beneficiary (first beneficiary). Dengan demikian transferable L/C memberikan hak kepada beneficiary untuk memindahkan atau menguasakan haknya kepada pihak lain (beneficiary kedua) 12. Red clause L/C Red clause L/C ini termasuk jenis-jenis L/C yang tidak diatur dalam UCP namun berkembang dalam praktek. 88 Ramlan Ginting, Op.cit, hal.41

13 Red Clause L/C adalah L/C yang mengandung syarat bahwa beneficiary diberi hak untuk menerima sebagian atau seluruh jumlah L/C sebelum pengiriman barang (dibayar dimuka). 89 fasilitas pembayaran dimuka dilakukan dengan penyerahan kuitansi biasa atau dengan penarikan wesel tanpa memerlukan dokumen lainnya, sedangkan sisanya dilaksanakan seperti dalam hal L/C pada umumnya Revolving L/C Revolving L/C juga termasuk salah satu jenis L/C yang tidak diatur dalam UCP. Revolving L/C adalah L/C yang memberikan hak kepada beneficiary untuk memakai ulang kredit yang tersedia tanpa harus mengadakan perubahan syarat khusus pada L/C tersebut. Misalnya untuk jangka waktu enam bulan, kredit tersedia setiap bulannya US$ 1.200, berarti secara otomatis setiap bulan (selama enam bulan) kredit tersedia sebesar US$!.200, tidak persoalan apakah jumlah itu dipakai atau tidak Back to Back L/C Adalah L/C yang dibuka berdasarkan dan dijamin dengan L/C yang diterima (master L/C). Semua persyaratan yang tertera dalam back to back L/C (jumlah, jenis dan kualitas barang, pelabuhan tujuan serta jenis-jenis dokumen dll) sama dengan persyaratan yang diminta dalam master L/C, kecuali harga yang tertera dalam wesel dan faktur tidak sama. 92 Dalam L/C ini, penerima 89 Tjarsim Adisasmita, Op.cit, hal of credit 91 Ibid. 92 Tjarsim Adisasmita, Op.cit.

14 (beneficiary) biasanya bukan pemilik barang, tetapi hanya perantara. Oleh karena itu, penerima L/C ini terpaksa meminta bantuan banknya untuk membuka L/C untuk pemilik barang yang sebenarnya dengan menjaminkan L/C yang diterimanya dari luar negeri. 93 b. L/C Sebagai Alat Penjaminan 1. Standby L/C Adalah jaminan yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan pemohon (applicant) untuk menjamin kepentingan beneficiary bahwa apabila pihak yang dijamin wan prestasi maka bank penerbit akan membayarnya atas beban pemohon Demand Guarantee Demand guarantee adalah jaminan yang dibayar berdasarkan pengajuan dokumen-dokumen tertentu kepada bank, gunanya menjamin kewajiban penerima dan pemohon. Pembayaran demand guarantee bukan disebabkan adanya wan prestasi atas kontrak dasar,tetapi pembayaran dilakukan atas dasar pengajuan klaim dilengkapi persyaratan formal dari demand guarantee itu sendiri of credit 94 Tjarsim Adisasmita, Op.cit. 95 Ramlan Ginting, Op.cit, hal.54.

15 B. L/C Menurut Hukum Islam 1. L/C Sebagai Salah Satu Bentuk Akad Dalam Hukum Islam L/C merupakan perjanjian yang dalam konteks hukum Islam dinamakan akad, dan akad termasuk dalam lapangan muamalat. Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang ditentukan lain oleh Al Quran dan sunnah Rasul. 96 Jadi sepanjang tidak ada larangan dalam al Quran maupun dalam sunnah Rasul, segala bentuk muamalat diperbolehkan, karena hukum Islam memberi kesempatan luas perkembangan bentuk dan macam muamalat baru sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat. 97 Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa L/C merupakan perjanjian yang mubah hukumnya, yaitu boleh dilaksanakan selama memenuhi syarat dan rukun akad, serta dalam pelaksanannya tidak mengandung halhal yang diharamkan. Akan tetapi mekanisme transaksi L/C impor maupun L/C ekspor yang merupakan salah satu jasa perbankan dinilai tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Penentuan biaya pelaksanaan L/C yang kurang transparan dan adanya unsur bunga demi keuntungan bank terkait pemberian fasilitas pinjaman bagi importir yang tidak mempunyai dana yang cukup di bank merupakan suatu hal yang bertentangan dengan konsep muamalat. Maka untuk memenuhi prinsip bermuamalat tersebut, dan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat untuk penerapan prinsip syariah 96 KH. Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), (Yogyakarta: UII Press, 2000), hal Ibid.

16 dalam kegiatan bisnis, termasuk dalam perdagangan internasional kemudian muncul L/C dalam perbankan syariah yang berbasis hukum syariah. 98 L/C yang syar i haruslah memenuhi prinsip-prinsip muamalat. KH. Ahzar Basyir mengemukakan prinsip-prisip muamalat sebagai berikut: Pada dasarnya segala bentuk muamalat adalah mubah, kecuali yang ditentukan lain oleh Al quran dan Sunah rasul. Berdasarkan prinsip ini maka dalam perjanjian L/C Syariah hukumnya adalah mubah atau boleh, namun apabila dalam perjanjian L/C tersebut mengandung hal-hal yang dilarang maka hukumnya menjadi haram. 2. Muamalat dilakukan atas dasar sukarela tanpa adanya unsur paksaan. Berdasarkan prinsip ini maka dalam perjanjian L/C harus diperhatikan kebebasan kehendak pihak-pihak yang bersangkutan. Pelanggaran terhadap kebebabasan kehendak berakibat tidak dapat dibenarkannya perjajian L/C tersebut. 3. Muamalat dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindari mudharat dalam hidup masyarakat. Berdasarkan prinsip ini maka L/C haruslah memberi manfaat kepada para pihak dalam perjanjian, yaitu memberikan rasa aman pada beneficiary bahwa ia akan memperoleh kepastian pembayaran demikian pula sebaliknya, pembeli (importir) mendapatkan 98 Alamsyah, Eksistensi Letter Of Credit dan Permasalahan Hukumnya, 99 KH.Ahzar Basyir, Op.Cit, hal.16.

17 kepastian akan penyerahan barang-barangnya dan pihak bank memperoleh manfaat berupa keuntungan dari upah yang ditentukandalam perjanjian L/C. 4. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara unsur-unsur keadilan, menghindari unsur pengambilan kesempatan dalam kesempitan. Misalnya dalam perjanjian L/C, bank tidak boleh mengambil keuntungan yang berbentuk riba yang memberatkan pembuka L/C, sebagai contoh apabila importir pembuka L/C tidak mampu membayar L/C nya dalam jangka waktu yang ditentukan, maka hutang tersebut diubah menjadi bentuk kredit yang pembayarannya menggunakan bunga yang tidak ditentukan sebelumnya di awal perjanjian. Apabila hal ini terjadi maka L/C tersebut tidak dapat dibenarkan secara syariah karena mengandung unsur penindasan. Menurut Syed Nawab Heidar Naqwi, prinsip-prinsip ekonomi Islam meliputi: Tauhid Tauhid adalah asas filsafat ekonomi Islam yang menjadi orientasi dasar dari ilmu ekonomi dan praktek bank syariah. Nilai-nilai Tauhid ini harus diaplikasikan dalam berbagai praktek transaksi ekonomi Islam, termasuk perjanjian L/C. Dengan aplikasi tauhid dalam perjanjian L/C, maka para pihak harus berkeyakinan bahwa perjanjian yang mereka buat bukan hanya bertendensi duniawi namun juga ukhrawi, sehingga masing-masing pihak dalam perjanjian dituntut tanggungjawabnya untuk melaksanakan hak dan 100 Muhamad, Aspek Hukum dalam Muamalat, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hal.82.

18 kewajibannya, karena dengan dilandasi tauhid tentunya para pihak sadar bahwa Allah juga menjadi saksi atas perjanjian yang mereka buat bersama. 2. Keseimbangan Prinsip keseimbangan dalam ekonomi menuntut para pelaku ekonomi untuk meyakini bahwa setiap transaksi yang mereka buat memiliki fungsi sosial. Demikian dengan perjanjian L/C harus berdampak bagi kemaslahatan para pihak pada khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan proses pelaksanaan L/C yang syar i dan profesional, diharapkan mampu mendorong laju ekspor impor yang tentunya menguntungkan bagi negara, karena dengan perdagangan yang saling menguntungkan, akan meningkatkan utility (manfaat) bagi pihak-pihak yang terlibat. 3. Kehendak Bebas Kehendak bebas adalah prinsip yang mengantar manusia meyakini bahwa Allah telah menganugerahkan manusia untuk berfikir dalam memilih jalan yang baik atau yang buruk. Dalam melakukan kegiatan ekonomi, tentunya banyak pilihan yang dapat ditempuh untuk mencari keuntungan, apakah dengan jalan yang halal, syubhat, maupun haram. Manusia telah dibekali Allah SWT akal fikiran untuk memutuskan bagi dirinya sendiri akan menempuh jalan yang terbaik. Demikian halnya dengan perjanjian L/C, para pihak dituntut untuk lebih berhati-hati menilai L/C yang syar i, yang tidak mengandung unsur-unsur yang bertentangan dengan prinsip syariah.

19 2. Klasifikasi L/C Berbasis Syariah Dalam ranah pembahasan L/C berbasis syariah dikenal dua jenis L/C yaitu L/C impor syariah dan L/C ekspor syariah. Pengaturan kedua jenis L/C tersebut hanya berupa Fatwa Dewan Pengawas Syariah, yaitu Fatwa Dewan Pengawas Syariah Nasional No.34/DSN-MUI/IX/2002 tentang L/C Impor Syariah dan Fatwa Dewan Pengawas Syariah Nasional No.35/DSN-MUI/IX/2002 tentang L/C Ekspor Syariah. Berdasarkan Fatwa Dewan Pengawas Syariah MUI No.34/DSN-MUI /IX/2002 tentang L/C Impor Syariah, yang dimaksud dengan L/C Impor Syariah adalah surat pernyataan akan membayar kepada eksportir yang diterbitkan oleh bank untuk kepentingan importir dengan pemenuhan syarat tertentu sesuai dengan prisip syariah. Sedangkan L/C Ekspor Syariah menurut Fatwa Dewan Pengawas Syariah MUI No.35/DSN-MUI/IX/2002 tentang L/C Ekspor syariah adalah surat pernyataan akan membayar kepada eksportir yang diterbitkan oleh bank untuk memfasilitasi perdagangan ekspor dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan prinsip syariah. 3. Dasar Hukum L/C Syariah Berdasarkan fatwa Dewan Pengawas Syariah No.34/DSN-MUI/IX/2002 tentang L/C Impor Syariah dan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 35/DSN- MUI/IX/2002 tentang L/C Ekspor Syariah,dasar hukum L/C Syariah adalah:

20 1. Firman Allah QS. Nisa (4):29: Hai orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta saudaramu dengan cara yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang saling rela diantara kalian Firman Allah QS. Al Maidah (5) :1: Hai orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu Firman Allah QS. Al Kahfi (18) ;19: Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini. Dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan yang lebih baik bagimu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.. 4. Firman Allah QS Yusuf (12):55: Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengalaman. 5. Firman Allah QS Al Baqarah (2): 283:...Maka jika sebagian kamu mempercayai sebahagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya Firman Allah QS. Al Qashash (28): 26 Salah seorang dari kedua wanita itu berkata : Hai ayahku ambillah ia sebagai orang yang bekerja pada kita, karena sesungguhnya orang yang paling baik kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dipercaya. 7. Firman Allah QS. Yusuf (12):72: Penyeru-penyeru itu berseru : Kami kehilangan piala raja, dan barang siapa yang dapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan (seberat) unta, dan aku menjamin terhadapnya. 8. Firman Allah QS. Al Baqarah (2):275:...Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...

21 9. Firman Allah QS. Shad (38):24:...dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang bersyarikat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan amat sedikitlah mereka ini Hadist Nabi SAW riwayat at Thabrani dari Ibn Abbas: Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharibnya, agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasululullah, beliau membenarkannya (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas). 11. Hadis Riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib: Nabi bersabda: Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jejawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual. 12. Hadis Nabi Riwayat Abd ar Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Said al Khudri, Nabi SAW, bersabda: Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya. 13. Hadis Nabi Riwayat Dawud dan Al-Tirmidzi: Nabi SAW menyerahkan satu dinar kepada Hakim bin Hizam untuk membeli hewan qurban. 14. Hadis Nabi Riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf: Perjanjian dapat dilakukan diantara kaum muslimin, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. 15. Kaidah Fiqh: Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

22 16. Kaidah Fiqh : Dimana terdapat kemaslahatan disana terdapat hukum Allah. 17. Kaidah Fiqh : Kesulitan dapat menarik kemudahan. 18. Kaidah Fiqh : Keperluan dapat menduduki posisi darurat. 19. Kaidah Fiqh : Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat kebiasaan sama dengan sesuatu yang berlaku berdasarkan syara (selama tidak bertentangan dengan syariat). 4. Beberapa Kontrak/Akad Yang Berkaitan Dengan L/C Syariah a. Wakalah Pengertian wakalah Secara etimologi wakalah berasal dari kata wakil yang artinya menjaga. Pengertian tersebut diambil dari firman Allah: Wa qaalu hasbunallahu wa ni mal wakiil yang artinya: Maha Suci Allah Dialah yang memberikan segala nikmat dan Allah adalah sebaik-baik wakil.(qs, Ali Imran:173). Kata wakil disini berarti Al Hafizh: Yang Menjaga 101 wakalah juga dapat diartikan tafwiidh, yaitu mempercayakan, menyerahkan mandat atau menjadikan wakil. Dengan mewakilkan sesuatu urusan kepada seseorang, maka orang yang diwakili akan merasa cukup 101 HM.Hasballah Thaib, Op.cit, hal.91.

23 dengannya, pengertian ini diambil dari firman Allah dalam QS Hud:56 yang berbunyi: Inni tawakkaltu alallahi rabbi wa rabbikum, yang artinya sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. 102 Ada dua definisi yang dikemukakan para ahli fikih tentang wakalah. Menurut ulama mazhab Hanafi, al wakalah adalah pendelegasian suatu tindakan hukum kepada orang lain yang bertindak sebagai wakil. Sementara menurut ulama mazhab Syafi i, al wakalah yaitu pendelegasian hak kepada seseorang dalam hal-hal yang bisa diwakilkan kepada orang lain selagi ia hidup. Ungkapan selagi dia hidup dalam definisi mazhab Syafi i menunjukkan ada perbedaan antara al wakalah dengan wasiat. 103 Menurut Abu Bakar Jabir El-Jazairi, al wakalah adalah mewakilkan seseorang atas wewenangnya dalam hal yang dibolehkan untuk diwakilkan, seperti dalam jual beli dan lain-lainnya. 104 Menurut naskah akademik Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yang disusun oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia, pada pasal 516 menyatakan bahwa ijin dan persetujuan sama dengan pemberian kuasa untuk bertindak sebagai penerima kuasa. Persepakatan Ulama dalam Hukum Islam mengartikan wakalah sebagai mewakilkan seseorang atas wewenangnya dalam hal yang dibolehkan untuk diwakilkan, seperti dalam jual beli dan lain-lain Ibid 103 Abdul Azis Dahlan, Op.cit, hal Abu Bakar El-Jazairi, Op.cit, hal.102.

24 Hukum Wakalah Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.10/DSN-MUI/IV/2000 yang menjadi dasar hukum wakalah adalah: 1. Firman Allah QS. Al Kahfi (18):19: Dan demikianlah Kami bangkitkan mereka agar saling bertanya diantara mereka sendiri. Berkata salah seorang diantara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada (disini)? Mereka menjawab: kita sudah berada disini satu atau setengah hari. berkata yang lain lagi: Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lama kamu disini. Maka suruhlah salah seorang kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah sekalikali menceritakan halmu kepada seseorangpun. 2. Firman Allah dalam QS. Yusuf (12):55 tentang ucapan yusuf kepada Raja: Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengalaman. 3. Firman Allah QS.al-Baqarah (2):283:...maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya Firman Allah QS.Almaidah (5):2: Dan tolong menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam (mengerjakan) dosa dan pelanggaran. 5. Hadis-hadis Nabi, antara lain: Rasulullah SAW mewakilkan kepada Abu Rafi dan seorang Anshar untuk mengawinkan (qabul perkawinan Nabi dengan) Maimunah ra. (HR. Malik dalam Muwaththa ) 105 Persepakatan Ulama dalam Hukum Islam, op.cit, hal.102.

25 Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW untu menagih hutang kepada beliau dengan cara kasar, sehingga para sahabat berniat untuk menanganinya. Beliau bersabda; biarkan dia, sebab pemilik hak berhak untuk berbicara, lalu sabdanya, Berikanlah (bayarkanlah) kepada orang ini unta seumur setahun seperti untanya (yang dihutang itu). mereka menjawab, kami tidak mendapatkannya kecuali yang lebih tua. Rasulullah kemudian bersabda: berikanlah kepadanya. Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik di dalam membayar. (HR. Bukhari dari Abu Hurairah). Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. (HR. Tirmidzi dari Amr bin Auf). 6. Ijma umat Islam atas bolehnya wakalah, bahkan memandangnya sebagai sunnah, karena hal itu termasuk jenis ta awun (tolong menolong) atas dasar kebaikan dan taqwa, yang diperintahkan oleh al Qur an dan Hadis. 7. Kaidah fiqh: Pada dasarnya semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Menurut Persepakatan Ulama dalam hukum Islam, hukum wakalah adalah boleh, berdasarkan Al Quran dan Sunnah. 106 Demikian pula pendapat Abu Bakar El Jazairi yang menyatakan bahwa menurut ijma umat, wakalah adalah jaiz dan masyru (disyariatkan) Persepakatan Ulama dalam HUkum Islam, Op.cit, hal Abu bakar El-Jazairi, Op.cit, hal.783.

26 Berakhirnya Wakalah Ulama fikih menyatakan bahwa akad al wakalah dianggap berakhir apabila terdapat hal-hal sebagai berikut: Wakil diberhentikan oleh orang yang mewakilkannya. Dalam hal ini ulama mazhab hanafi mengemukakan beberapa syarat dalam memberhentikan wakil tersebut, yaitu (a) wakil mengetahui bahwa tugasnya dicabut, baik secara lisan maupun tulisan; (b)dalam perwakilan itu tidak ersangkut hak orang lain, seperti perwakilan dalam menjual harta yang digadaikan untuk membayar utang orang yang diwakilkan. Dalam kasus ini, orang yang mewakilkan tidak boleh mencabut wakilnya kecuali atas seijin orang yang mempunyai piutang. 2. Orang yang mewakilkan melakukan suatu tindakan hukum terhadap objek yang telah diwakilkan. 3. Tujuan yang ingin dicapai dari pewakilan telah tercapai atau dengan kata lain masa perwakilannya telah berakhir. 4. Salah satu pihak (wakil atau yang mewakilkan) berubah status menjadi tidak cakap bertindak hukum seperti gila atau dikenakan status dibawah pengampuan. 5. Salah satu pihak (wakil) atau yang mewakilkan meninggal dunia. 6. Orang yang mewakilkan itu, menurut ulama mazhab hanafi, keluar dari agama Islam (murtad), maka perjanjian perwakilan menjadi batal dengan sendirinya. 7. Wakil murtad. Menurut ulama mazhab maliki perwakilan yang demikian batal, akan tetapi menurut ulama mazhab syafi i, hanafi dan hambali, perwakilan tidak batal. 8. Wakil mengumumkan pengunduran dirinya sebagai wakil dan diketahui oleh yang mewakilkan. 9. Hilangnya barang yang menjadi objek perwakilan. 10. Barang yang menjadi objek perwakilan tidak lagi menjadi milik yang mewakilkan. 11. Orang yang mewakilkan jatuh pailit. 12. Terjadinya penipuan oleh masing-masing pihak. Hal ini dikemukakan oleh ulama mazhab Hanafi dan Syafi i. 13. Munculnya tindakan sewenang-wenang dari masing-masing pihak terhadap objek yang diwakilkan. Hal ini dikemukakan oleh mazhab Syafi;i dan Hambali. 108 Abdul Azis Dahlan, Op.cit, hal.1915

27 14. Menurut ulama mazhab Syafi i dan hambali, perwakilan akan berakhir apabilawakil menjadi orang yang fasik dalam hal akad yang mensyaratkan wakil tidak fasik. 15. Kedua belah pihak sepakat mengakhiri masa perwakilan. Larangan Dalam Wakalah Abu Bakar Jabir El Jazairi berpendapat mewakilkan jual beli kepada orang kafir dilarang karena dikhawatirkan akan melakukan yang haram, begitu pula seorang muslim tidak diperbolehkan menjadi wakil orang kafir, karena dikhawatirkan si kafir akan merasa lebih unggul daripadanya. 109 Mengenai larangan mengadakan perjanjian wakalah dengan orang kafir juga diperkuat oleh Persepakatan Ulama dalam Hukum Islam 110 Ketentuan Wakalah Fatwa Dewan Syariah Nasional no.10/dsn-mui/iv/2000 memberikan ketentuan tentang wakalah: 1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad). 2. Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak. Wakalah juga harus diatasnamakan kepada orang yang memberi kuasa, hal ini dapat dilihat dari naskah akademik Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal 525 ayat (2): 109 Abu Bakar Jabir El Jazairi, Op.cit, hal Persepakatan Ulama dalam Hukum Islam, Op.cit.

28 jika transaksi tersebut diatas tidak merujuk untuk diatasnamakan kepada orang yang memberikan kuasa, maka transaksi itu tidak sah. Wakalah juga harus dilaksanakan sendiri oleh penerima kuasa, sebagaimana terdapat dalam naskah akademik Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal 531 ayat (1): seseorang yang telah ditunjuk sebagai penerima kuasa untuk suatu masalah trertentu, tidak berhak menunjuk yang lain sebagai penerima kuasa tanpa izin yang memberikan kuasa. Rukun dan Syarat Wakalah Adapun rukun dan syarat wakalah dinyatakan pada bagian kedua Fatwa Dewan Syariah Nasional No.10/DSN-MUI/IV/2000 tentang wakalah, yaitu: 1. Syarat-syarat muwakkil (yang mewakilkan), adalah: a. Harus pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang ia wakilkan. b. Orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni dalam hal-hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainya. 2. Syarat-syarat wakil (yang mewakili) a. Cakap hukum. b. Dapat mengejakan tugas yang diwakilkan kepadanya. c. Wakil adalah orang yang diberi amanat. 3. Hal-hal yang diwakilkan a. Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili. b. Tidak bertentangan dengan syariat Islam. c. Dapat diwakilkan menurut syariat Islam. Perjanjian pembukaan L/C pada bank syariah pada prisipnya merupakan perjanjian (akad) al wakalah, dimana nasabah menunjuk bank sebagai wakil dalam hal pengurusan dokumen-dokumen transaksi impor hingga urusan pembayaran kepada beneficiary (penerima L/C). Secara sederhana prinsip ini dapat terlaksana apabila nasabah memiliki dana cukup dan membayar lunas tepat waktu sehingga

29 proses L/C selesai dan bank memperoleh keuntungan berupa upah atau fee atau ujrah yang sudah disepakati bersama sejak awal perjanjian, dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase. Sehingga terdapat kejelasan upah atau keuntungan yang diperoleh bank melalui akad wakalah. Tetapi dalam praktek tidak selalu proses L/C berjalan sederhana seperti itu, seringkali nasabah tidak mempunyai cukup dana sehingga akad wakalah yang ada menjadi lebih kompleks, sehingga akad yang dipergunakan dalam perjanjian L/C dikembangkan dalam berbagai bentuk akad. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan Fatwa Dewan Pengawas Syariah MUI No. 34/DSN-MUI/IX/2002 tentang L/C Impor Syariah pada bagian pertama tentang Ketentuan Umum huruf kedua yang berbunyi: L/C Impor Syariah dalam pelaksanaannya menggunakan akad-akad: wakalah bil ujrah, Murabahah, Salam/Istishna Mudharabah, Musyarakah, dan Hawalah. Sedangkan untuk L/C Ekspor Syariah Fatwa Dewan Pengawas Syariah MUI No. 35/DSN-MUI/IX/2002 menyatakan pada bagian pertama tentang Ketentuan Umum huruf kedua: L/C Ekspor Syariah dalam pelaksanaannya menggunakan akadakad:wakalah bil Ujrah, qardh, Mudharabah, Musyarakah dan Al Bai b. Murabahah Pengertian Murabahah Menurut beberapa kitab fiqih, murabahah adalah salah satu dari bentuk jual beli yang bersifat amanah. Pelaksanaan akad murabahah adalah berdasarkan harga barang dimana harga asli pembelian si penjual yang diketahui pembeli dan

30 keuntungan si penjual pun diberitahu kepada pembeli. Dalam transaksi murabahah ini tidak ada tawar menawar sebagaimana jual beli musawwamah. 111 Menurut Kodifikasi Produk Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, yang dimaksud dengan akad murabahah adalah: 112 transaksi jual beli suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak, dimana penjual menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada pembeli. Dalam keuangan Islam, dimana jalur kredit berbunga dilarang, jalur kredit alternatifnya adalah murabahah, yang menggunakan jual beli barang dengan kenaikan harga sebagai keuntungan dimasukkan ke dalam harganya. Tambahan marjin laba tersebut dapat mencakup apa saja yang dipilih penjual untuk dimasukkan ke dalam harga, tanpa harus dipersoalkan atau diperlukan pembenaran. 113 Mengenai hal ini, empat Mazhab sepakat membolehkan pembebanan biaya langsung yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga menjadi komponen biaya. Para ulama empat azhab ini juga sepakat tidak membolehkan pembebanan biaya langsung yang berkaitan dengan pekerjaan yang semestinya dilakukan oleh penjual. Pembebanan biaya tidak langsung yang dibayarkan kepada pihak ketiga dan pekerjaan itu memang harus dikerjakan oleh pihak ketiga. Bila pekerjaan tersebut dilakukan sendiri oleh penjual, maka menurut ulama mazhab Maliki, tidak boleh dimasukkan sebagai komponen 111 HM.Hasballah Thaib,Op.cit, al Kodifikasi Produk Perbankan Syariah,Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Frank E.Vogel, Samuel L.Hayes,III,Op.cit,hal 34.

31 biaya, sedangkan ketiga ulama mazhab lainnya membolehkan. Para ulama empat mazhab ini sepakat bahwa pembebanan biaya tidak langsung bila tidak menambah nilai barang atau tidak berkaitan dengan hal-hal yang berguna tidak diperbolehkan. 114 Murabahah merupakan salah satu bentuk muamalah yang paling populer digunakan oleh perbankan syariah. Transaksi murabahah ini lazim dilakukan oleh Rasulullah SAW beserta para sahabatnya. 115 Dasar Hukum Murabahah 1. Firman Allah QS An Nisa(4):29: Hai orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu Firman Allah QS.al Baqarah(2) :275:...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Firman Allah QS.al Maidah (5):1: Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu Firman Allah Qs al Baqarah (2):280: Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, berilah tangguh sampai ia berkelapangan Adiwarman A. Karim, Op.cit, hal Ibid, hal.113.

32 5. Hadis-hadis Nabi: Dari Abu Sa id al-khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka. (HR.al-Baihaqi dan Ibnu Majah,dan dinilai shahih oleh Ibnu hiban). Nabi bersabda: ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai,muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual. (HR.Ibnu Majah dari Shuhaib) Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan menghalakan yang haram. (HR Tirmidzi dari Amr bin Auf) Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah kezaliman... (HR. Jama ah) Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan pemberian sanksi kepadanya. (HR.Nasa i Abu dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad) Rasulullah ditanya tentang urban (uang muka) dalam jual beli, maka beliau menghalalkannya. (HR. Abd al-raziq dari Zaid bin Aslam). 6. Ijma mayoritas ulama tentang kebolehan jual beli dengan cara murabahah 7. Kaidah fiqh: Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

33 Ketentuan Murabahah Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 ketentuan umum murabahah dalam bank syariah adalah: 1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharaman oleh syariat Islam. 3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. 4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. 5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. 6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. 8. Untuk mencegah terjadinya penyalah gunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. 9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank. Ketentuan murabahah kepada nasabah: 1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada bank. 2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang. 3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli) nya sesuai dengan perjanjian yangtelah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontak jual beli. 4. Dalam jual beli inibank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan. 5. Jika kemudian nasabah menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut. 6. Jika uang muka kurang dari keruian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. 7. Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka:

34 a) jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga. b) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut, dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya. Rukun dan Syarat Murabahah Rukun-rukun murabahah terdiri dari: 1. Ba i, yaitu penjual (pihak yang memiliki barang) 2. Mustari, yaitu pembeli (pihak yang akan membeli barang) 3. Mabi, yaitu barang yang akan diperjualbelikan 4. Tsaman yaitu harga 5. Ijab qabul, yaitu pernyataan timbang terima. 116 Sedangkan syarat-syaratnya adalah: Pihak yang berakad yaitu ba i dan musytari harus cakap hukum atau balig (dewasa), dan mereka saling meridhai (rela). Abu Bakar Jabir El Jazairi menambahkan untuk penjual haruslah pemilik harta barang yang dijualnya atau orang yang diberi kuasa untuk menjualnya Khusus untuk Mabi persyaratannya harus jelas dari segi sifat, jumlah, jenis yang akan ditransaksikan dan juga tidak termasuk dalam kategori barang haram. 3. Harga dan keuntungan harus disebutkan begitu pula sistem pembayarannya, semuanya ini dinyatakan di depan sebelum akad resmi (ijab qabul) dinyatakan tertulis. Aplikasi akad murabahah dalam perjanjian L/C adalah, bank bertindak sebagai pembeli yang mewakilkan kepada importir untuk melakukan transaksi, namun pengurusan dokumen serta pembayaran dilakukan oleh bank. Setelah barang diterima dan menjadi milik bank, maka bank menjual kembali barang tersebut kepada 116 Hasballah Thaib, Op.cit, hal Ibid. 118 Abu Bakar Jabir El-Jazairi, Op.cit, hal.40.

35 importir dengan pembayaran tunai atau cicilan. Dalam hal ini, untuk keuntungan bank maka biaya-biaya yang telah dikeluarkan akan diperhitungkan sebagai harga perolehan barang. c. Salam Pengertian salam Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.05/DSN-MUI/IV/2000 yang dimaksud dengan salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan terlebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu. Di dalam Kodifikasi Produk Perbankan Syariah terdapat pengertian akad salam, yaitu transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebh dahulu secara penuh. Dasar Hukum Salam 1. Firman Allah QS. Al Baqarah (2):282: Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu amalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis Firman Allah QS. Al-maidah(5):1: Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu Hadis Nabi SAW Dari Abu Sa id Al- Khudri bahwa Rasulullah bersabda, Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka. (HR. Al Baihaqi dan Ibnu Majah, serta dishahihkan oleh Ibnu Hibban)

36 Barangsiapa melakukan salaf (Salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas, untuk jangka waktu yang diketahui. (HR.Bukhari) Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang yang mampu adalah suatu kezaliman... (HR.Jama ah) Menunda-nunda ( pembayaran ) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga diri dan pemberian sanksi kepadanya. Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali pedamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram. (HR. Tirmzi dari Amr bin Auf) 4. Ijma. Menurut Ibnul Munzir, ulama sepakat (Ijma ) atas kebolehan jual beli dengan cara salam. Disamping itu, cara tersebut juga diperlukan oleh masyarakat. 5. Kaidah fiqh: Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Ketentuan Salam Ketentuan tentang salam diatur oleh Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang salam sebagai berikut: Ketentuan tentang pembayaran: 1. Alat bayar harus diketahui bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat. 2. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati. 3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

37 Ketentuan tentang barang: 1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang. 2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya. 3. Penyerahannya dilakukan kemudian. 4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan. 5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya. 6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang L/C Impor Syariah, aplikasi perjanjian L/C dengan menggunakan akad salam adalah : 1. Bank melakukan akad salam atau istishna dengan mewakilkan kepada importir untuk melakukan transaksi tersebut. 2. Pengurusan dokumen dan pembayaran dilakukan oleh bank. 3. Bank menjual barang secara murabahah kepada importir, baik dengan pembayaran tunai maupun cicilan. 4. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank akan diperhitungkan sebagai harga perolehan barang. d. Istishna Pengertian Istishna Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 06/DSN-MUI/IV/2000 yang dimaksud dengan istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mushtashni ) dan penjual (pembuat, shani ). Pengertian sejalan juga terdapat dalam Kodifikasi Produk Perbankan Syariah yang menyatakan istishna sebagai transaksi jual beli barang dalam bentuk

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle L/C Impor Syariah Kontribusi dari Administrator Sunday, 16 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle L/C Ekspor Syariah Kontribusi dari Administrator Sunday, 16 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Murabahah Kontribusi dari Administrator Saturday, 15 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Majelis

Lebih terperinci

uang perakmu ini. Dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan yang lebih baik bagimu, dan hendaklah ia b

uang perakmu ini. Dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan yang lebih baik bagimu, dan hendaklah ia b DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 34/DSN-MUI/IX/2002 Tentang LETTER OF CREDIT (L/C) IMPOR SYARIAH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang : a. bahwa salah

Lebih terperinci

lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan yang lebih baik bagimu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah

lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan yang lebih baik bagimu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 35/DSN-MUI/IX/2002 Tentang LETTER OF CREDIT (L/C) EKSPOR SYARIAH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang BAB II DASAR TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Bank Syariah Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang operasional dan

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Mudharabah (Qiradh) Kontribusi dari Administrator Saturday, 15 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 29/DSN-MUI/VI/2002 Dewan Syari ah Nasional, setelah Tentang PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI LEMBAGA KEUANGAN SYARI AH Menimbang

Lebih terperinci

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):278 45)& %*('! Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang b

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):278 45)& %*('! Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang b DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 37/DSN-MUI/IX/2002 Tentang PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARI AH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 57/DSN-MUI/V/2007 Tentang LETTER OF CREDIT (L/C) DENGAN AKAD KAFALAH BIL UJRAH

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 57/DSN-MUI/V/2007 Tentang LETTER OF CREDIT (L/C) DENGAN AKAD KAFALAH BIL UJRAH FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 57/DSN-MUI/V/2007 Tentang LETTER OF CREDIT (L/C) DENGAN AKAD KAFALAH BIL UJRAH Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), setelah: Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 58/DSN-MUI/V/2007 Tentang HAWALAH BIL UJRAH

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 58/DSN-MUI/V/2007 Tentang HAWALAH BIL UJRAH FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 58/DSN-MUI/V/2007 Tentang HAWALAH BIL UJRAH Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN_MUI) setelah: Menimbang : a. bahwa fatwa DSN No.12/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Lebih terperinci

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI 22 BAB II MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI A. Mura>bah}ah 1. Pengertian Mura>bah}ah Terdapat beberapa muraba>h}ah pengertian tentang yang diuraikan dalam beberapa literatur, antara lain: a. Muraba>h}ah adalah

Lebih terperinci

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2): dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):27

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2): dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):27 DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 38/DSN-MUI/X/2002 Tentang SERTIFIKAT INVESTASI MUDHARABAH ANTAR BANK (SERTIFIKAT IMA) Dewan Syari ah Nasional, setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan antar negara atau pedagangan luar negeri merupakan salah satu kegiatan yang penting sebagai bagian dari perdagangan internasional. Kegiatan ini juga merupakan

Lebih terperinci

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 31/DSN-MUI/VI/2002 Dewan Syari ah Nasional, setelah Tentang PENGALIHAN HUTANG Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk jasa

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL

FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 78/DSN-MUI/IX/2010 Tentang MEKANISME DAN INSTRUMEN PASAR UANG ANTARBANK BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia setelah: Menimbang :

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pembiayaan Multijasa Kontribusi dari Administrator Thursday, 18 May 2006 Terakhir kali diperbaharui Thursday, 18 May 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), setelah: Menimbang : a. bahwa salah

Lebih terperinci

$!%#&#$ /0.#'()'*+, *4% :;< 63*?%: #E Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya

$!%#&#$ /0.#'()'*+, *4% :;< 63*?%:  #E Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 32/DSN-MUI/IX/2002 Dewan Syari ah Nasional, setelah Tentang OBLIGASI SYARIAH Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk instrumen

Lebih terperinci

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 46/DSN-MUI/VII/2005 Tentang POTONGAN TAGIHAN MURABAHAH (AL-KHASHM FI AL-MURABAHAH) Dewan Syariah Nasional setelah, Menimbang : a. bahwa sistem pembayaran dalam akad murabahah

Lebih terperinci

STUDI ATAS FATWA DSN-MUI TERHADAP AKAD-AKAD DALAM LETTER OF CREDIT (L/C) IMPOR DAN EKSPOR SYARIAH. Oleh: Khoiruddin

STUDI ATAS FATWA DSN-MUI TERHADAP AKAD-AKAD DALAM LETTER OF CREDIT (L/C) IMPOR DAN EKSPOR SYARIAH. Oleh: Khoiruddin STUDI ATAS FATWA DSN-MUI TERHADAP AKAD-AKAD DALAM LETTER OF CREDIT (L/C) IMPOR DAN EKSPOR SYARIAH Oleh: Khoiruddin ABSTRACT The existence of letter of credit which is really accordance with Islamic syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern sekarang ini, menyebabkan orang-orang serta para pengusaha menginginkan segala sesuatunya bersifat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Implementasi Produk Jasa Letter of Credit (L/C) di Bank Syariah

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Implementasi Produk Jasa Letter of Credit (L/C) di Bank Syariah BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Implementasi Produk Jasa Letter of Credit (L/C) di Bank Syariah Mandiri Cabang Pekalongan Letter of Credit (L/C) di Bank Syariah Mandiri Cabang Pekalongan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah semakin besar.

Lebih terperinci

Konversi Akad Murabahah

Konversi Akad Murabahah Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Konversi Akad Murabahah Kontribusi dari Administrator Thursday, 18 May 2006 Terakhir kali diperbaharui Thursday, 18 May 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

(dari mengambil riba), maka bagiannya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang me

(dari mengambil riba), maka bagiannya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang me FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 49/DSN-MUI/II/2005 Tentang KONVERSI AKAD MURABAHAH Dewan Syariah Nasional setelah, Menimbang : a. bahwa sistem pembayaran dalam akad murabahah pada Lembaga Keuangan Syari

Lebih terperinci

Khoiruddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Bandar Lampung Abstract:

Khoiruddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Bandar Lampung Abstract: Letter of Credit (L/C) dalam Produk Bank Syariah Khoiruddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Bandar Lampung alfan_abiya@yahoo.co.id Abstract: The existence of letter of credit which is really

Lebih terperinci

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3 Orang yang makan (mengambil) riba ti DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 30/DSN-MUI/VI/2002 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARI AH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang : a. bahwa salah

Lebih terperinci

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 48/DSN-MUI/II/2005 Tentang Dewan Syariah Nasional setelah, PENJADWALAN KEMBALI TAGIHAN MURABAHAH Menimbang : a. bahwa sistem pembayaran dalam akad murabahah pada pembiayaan

Lebih terperinci

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang MURABAHAH ب س م االله الر ح من الر ح ي م Dewan Syari ah Nasional setelah Menimbang : a. bahwa masyarakat banyak memerlukan bantuan penyaluran

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 61/DSN-MUI/V/2007 Tentang PENYELESAIAN UTANG DALAM IMPOR

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 61/DSN-MUI/V/2007 Tentang PENYELESAIAN UTANG DALAM IMPOR FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 61/DSN-MUI/V/2007 Tentang PENYELESAIAN UTANG DALAM IMPOR Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) setelah, Menimbang : a. bahwa fatwa DSN No. 34/DSN-MUI/IX/2002

Lebih terperinci

c. QS. al-ma idah [5]: 6: 78.9&:;8&<,-.,, &DEF2 4A0.0BC 78#1 #F7"; 1, 4&G5)42 # % J5#,#;52 #HI Hai orang yang beriman, janganlah ke

c. QS. al-ma idah [5]: 6: 78.9&:;8&<,-.,, &DEF2 4A0.0BC 78#1 #F7; 1, 4&G5)42 # % J5#,#;52 #HI Hai orang yang beriman, janganlah ke FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 47/DSN-MUI/II/2005 Tentang PENYELESAIAN PIUTANG MURABAHAH BAGI NASABAH TIDAK MAMPU MEMBAYAR Dewan Syariah Nasional setelah, Menimbang : a. bahwa sistem pembayaran dalam

Lebih terperinci

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD MURA>BAH{AH DENGAN TAMBAHAN DENDA PADA KELOMPOK UKM BINAAN DI BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL (BTPN) SYARIAH SURABAYA A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah{ah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok BAB II LANDASAN TEORI A. Murabahah 1. Pengertian Murabahah Murabahah berasal dari kata ribhun yang artinya keuntungan. Murabahah adalah jual beli barang harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik. BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP DISKON PEMBELIAN BARANG DALAM TRANSAKSI MURA>BAH}AH DI BMT MANDIRI SEJAHTERA JL. RAYA SEKAPUK KECAMATAN UJUNG PANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK I. PENDAHULUAN Pada umumnya dalam kontrak-kontrak bisnis selalu terdapat klausula tentang tata cara pembayaran. Pembayaran (penyerahan sejumlah uang) merupakan

Lebih terperinci

CARA PEMBAYARAN JUAL BELI: JENIS, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DR. YETTY KOMALASARI DEWI KULIAH 5

CARA PEMBAYARAN JUAL BELI: JENIS, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DR. YETTY KOMALASARI DEWI KULIAH 5 CARA PEMBAYARAN JUAL BELI: JENIS, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DR. YETTY KOMALASARI DEWI KULIAH 5 PERTIMBANGAN CARA PEMBAYARAN: BUYER: SELLER: O Resiko kegagalan transaksi O Resiko fluktuasi valuta O Resiko

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pensiun 1. Pengertian Pensiun Dana pensiun adalah sekumpulan aset yang dikelola dan dijalankan oleh suatu lembaga untuk menghasilkan suatu manfaat pensiun, yaitu suatu pembayaran

Lebih terperinci

Dan Janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfa at) sampai ia dewasa penuhilah janji; sesungguhnya janji

Dan Janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfa at) sampai ia dewasa penuhilah janji; sesungguhnya janji FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO. 45/DSN-MUI/II/2005 Tentang LINE FACILITY (AT-TASHILAT) Dewan Syariah Nasional setelah, Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

GG(%#C 4FCDE")-"& J H)I Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai Mudharabah ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak mengarungi la

GG(%#C 4FCDE)-& J H)I Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai Mudharabah ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak mengarungi la DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 33/DSN-MUI/IX/2002 Tentang OBLIGASI SYARIAH MUDHARABAH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 49 Materi Minggu 7 Prosedur Dasar Pembayaran Internasional Cara-cara melakukan penyelesaian akhir hutang piutang antar negara, yaitu tidak lain adalah apa yang kita

Lebih terperinci

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga. FATWA DSN MUI Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro Pertama: Giro ada dua jenis: 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga. 2. Giro yang dibenarkan secara

Lebih terperinci

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13 Pembayaran Transaksi Ekspor Impor Pertemuan ke-13 2 CARA-CARA PEMBAYARAN 1. Pembayaran dilakukan di muka, 2. Pembayaran dg sight letter of credit (Atas unjuk), 3. Pembayaran dilakukan dg wesel inkaso (Collection

Lebih terperinci

Sekretariat : Gedung MUI Lt.3 Jl. Proklamasi No. 51 Menteng - Jakarta Telp. (021) Fax: (021)

Sekretariat : Gedung MUI Lt.3 Jl. Proklamasi No. 51 Menteng - Jakarta Telp. (021) Fax: (021) Sekretariat : Gedung MUI Lt.3 Jl. Proklamasi No. 51 Menteng - Jakarta 10320 Telp. (021) 392 4667 Fax: (021) 391 8917 FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 71/DSN-MUI/VI/2008 Tentang SALE AND LEASE BACK ( )

Lebih terperinci

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah. Murabahah Leni Rusilawati (20120730002) Alvionita (20120730010) Jamal Zulkifli (20120730066) Intan C Tyas (20120730135) Laili A Yunina W (20120730150) Maulida Masruroh (20120730218) PENGERTIAN MURABAHAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Interdependensi telah menjadi ciri dari pola perkembangan dunia modern dalam hubungan internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA 54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor Sebelum menganalisa praktek makelar yang ada di lapangan, terlebih dahulu akan menjelaskan makelar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA 51 BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA A. Aplikasi Pemberian Upah Tanpa Kontrak Di UD. Samudera Pratama Surabaya. Perjanjian (kontrak) adalah suatu peristiwa

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 59/DSN-MUI/V/2007 Tentang OBLIGASI SYARIAH MUDHARABAH KONVERSI

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 59/DSN-MUI/V/2007 Tentang OBLIGASI SYARIAH MUDHARABAH KONVERSI FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 59/DSN-MUI/V/2007 Tentang OBLIGASI SYARIAH MUDHARABAH KONVERSI Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), setelah: Menimbang : a. bahwa obligasi syariah

Lebih terperinci

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI 60 BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI AH BEN IMAN LAMONGAN A. Pandangan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Akad

Lebih terperinci

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pengalihan Hutang Kontribusi dari Administrator Sunday, 16 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH A. Analisis Terhadap Aplikasi Pembiayaan Ekspor Impor Melalui Leter of Credit (L/C) di Bank Mandiri Syari ah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Pembayaran Hutang dengan Batu Bata yang Terjadi di Kampung Bangunrejo Kecamatan Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan pemaparan terkait Pembayaran Hutang dengan

Lebih terperinci

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan BAB IV ANALISIS FATWA MUI NO.04/DSN-MUI/IV/2000 DAN PERATURAN BANK INDONESIA NO.7/46/PBI/2005 TERHADAP IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MODAL KERJA MURA>BAH}AH BIL WAKA>LAH DI PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dapat menjadi data pendukung dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011)

Lebih terperinci

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga

Lebih terperinci

PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH. Oleh : Rega Felix, S.H.

PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH. Oleh : Rega Felix, S.H. PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH Oleh : Rega Felix, S.H. Pendahuluan Pembiayaan dengan skema murabahah merupakan pembiayaan yang paling sering

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagai mana diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 : a. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut

Lebih terperinci

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Pengertian ADALAH jual beli barang pda harga asal dengan tembahan keuntungan yanng disepakati. Dalam istilah teknis perbankan syari ah murabahah ini diartikan sebagai suatu perjanjian yang disepakati antara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000 48 BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000 A. Analisis praktik pembiayaan murabahah di BMT El Labana Ngaliyan Semarang Dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI (QARD} DAN MURA>BAH}AH) DI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM A. Analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN Kehidupan manusia selalu mengalami perputaran, terkadang penuh dengan

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri Tim Penyusun Ramlan Ginting Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Zulkarnain Sitompul

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA 59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA Lembaga-lembaga keuangan muncul karena tuntutan obyek yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN AKAD SIMPANAN QURBAN MENJADI PEMBIAYAAN QURBAN DI KJKS DAARUL QUR AN WISATAHATI SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN AKAD SIMPANAN QURBAN MENJADI PEMBIAYAAN QURBAN DI KJKS DAARUL QUR AN WISATAHATI SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN AKAD SIMPANAN QURBAN MENJADI PEMBIAYAAN QURBAN DI KJKS DAARUL QUR AN WISATAHATI SURABAYA A. Analisis Peralihan Akad Simpanan Qurban Menjadi Pembiayaan Qurban

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Penyaluran dana dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani, BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Ba i Al-wafa di Desa Sungai Langka Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harta selama yang demikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang

Lebih terperinci

b. Undang-undang RI. Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. c. Surat dari PT. Danareksa Investment Management, nomor S-09/01/DPS- DIM. d. Pendapat pe

b. Undang-undang RI. Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. c. Surat dari PT. Danareksa Investment Management, nomor S-09/01/DPS- DIM. d. Pendapat pe DEWAN SYARI AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 20/ DSN-MUI/IX/2000 Tentang PEDOMAN PELAKSANAAN INVESTASI UNTUK REKSA DANA SYARIAH Dewan Syari ah Nasional, setelah Menimbang

Lebih terperinci

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA A. Perbankan Syari ah Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO 59 BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO A. Analisis Pelaksanaan Akad Mudharabah Pada Simpanan Serbaguna di BMT Bismillah Sukorejo 1. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS 21 BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS A. Latar belakang Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO A. Aplikasi Akad Mura>bah}ah pada Pembiayaan di BMT UGT Sidogiri Cabang Larangan

Lebih terperinci

AL MURABAHAH DOSEN PENGAMPU H. GITA DANUPRANATA OLEH MELINDA DWIJAYANTI ( ) DHYKA RACHMAENI ( )

AL MURABAHAH DOSEN PENGAMPU H. GITA DANUPRANATA OLEH MELINDA DWIJAYANTI ( ) DHYKA RACHMAENI ( ) AL MURABAHAH DOSEN PENGAMPU H. GITA DANUPRANATA OLEH MELINDA DWIJAYANTI (20120730041) DHYKA RACHMAENI (20120730045) PRODI MUAMALAT KONSENTRASI EKONOMI DAN PERBANKAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN BARANG JAMINAN DENGAN SISTEM BAGI HASIL DI DESA PENYENGAT KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA KEPULAUAN RIAU A. Analisis Terhadap Akad Pemanfaatan Barang Jaminan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PEAKSANAAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN

BAB II LANDASAN TEORI PEAKSANAAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN BAB II LANDASAN TEORI PEAKSANAAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN A. Pengertian Pembiayaan Qardhul Hasan Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN UANG MUKA DALAM PRODUK CICIL EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI GRESIK A. Analisa Pembayaran Uang Muka dalam Produk Cicil Emas di Bank Syariah Mandiri Gresik Produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dalam kegiatannya mengeluarkan produk-produk syari ah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dalam kegiatannya mengeluarkan produk-produk syari ah dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Keuangan Syari ah Lembaga Keuangan Syari ah atau LKS merupakan suatu badan usaha yang dalam kegiatannya mengeluarkan produk-produk syari ah dan operasional kerjanya berdasarkan

Lebih terperinci

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang Rahn Secara bahasa berarti tetap dan lestari. Sering disebut

Lebih terperinci

MUSYARAKAH MUTANAQISHAH

MUSYARAKAH MUTANAQISHAH MUSYARAKAH MUTANAQISHAH Nadratuzzaman Hosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Ir. H. Juanda 95 Ciputat Jakarta Abstrak: Musyarakah mutanaqishah (diminishing partnership) adalah

Lebih terperinci

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY Ya Allah, cukupkanlah diriku dengan rizki-mu yang halal dari rizki-mu yang haram dan cukupkanlah diriku dengan keutamaan-mu dari selain-mu. (HR. At-Tirmidzi dalam Kitabud

Lebih terperinci

FATWA MUI TENTANG TRADING FOREX

FATWA MUI TENTANG TRADING FOREX FATWA MUI TENTANG TRADING FOREX Fatwa MUI Tentang Jual Beli Mata Uang (AL-SHARF) Pertanyaan yang pasti ditanyakan oleh setiap trader di Indonesia : 1. Apakah Trading Forex Haram? 2. Apakah Trading Forex

Lebih terperinci

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ب س م االله الر ح من الر ح ي م FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL NO: 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang MURABAHAH ب س م االله الر ح من الر ح ي م Dewan Syari ah Nasional setelah Menimbang : a. bahwa masyarakat banyak memerlukan bantuan penyaluran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL 17 BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL 2.1. Transaksi Perdagangan Internasional Produksi suatu Negara ada kalanya belum dapat dikonsumsi seluruhnya di dalam negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh orang lain. Penulis ingin melakukan pembahasan dan penelitian terhadap pengaruh prinsip jual

Lebih terperinci

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk BAB III Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) A. Pengertian Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) Koperasi adalah suatu kerja sama dalam lapangan perekonomian. Kerjasama ini karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup.

Lebih terperinci

Sekretariat : Jl. Dempo No. 19 Pegangsaan - Jakarta Pusat Telp. (021) Fax: (021)

Sekretariat : Jl. Dempo No. 19 Pegangsaan - Jakarta Pusat Telp. (021) Fax: (021) Sekretariat : Jl. Dempo No. 19 Pegangsaan - Jakarta Pusat 10320 Telp. (021) 390 4146 Fax: (021) 3190 3288 FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang PENGEMBALIAN DANA TABARRU BAGI PESERTA

Lebih terperinci

!9 5 :#; )*' < "6 = '> A0 #>

!9 5 :#; )*' < 6 = '> A0 #> FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 60/DSN-MUI/V/2007 Tentang PENYELESAIAN PIUTANG DALAM EKSPOR Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) setelah, Menimbang Mengingat : : a. bahwa fatwa DSN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA A. PEMBIAYAAN MURABAHAH 1. Pengertian Murābahah Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang bermakna tumbuh dan

Lebih terperinci

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang BAB II TINJAUAN TENTANG MURA>BAHAH,WADI AH, ISTISHNA A. Mura>bahah 1. Pengertian Mura>bahah Secara umum Mura>bahah diartikan sebagai akad jual beli barang dengan menyatakan tsaman (harga perolehan) dan

Lebih terperinci

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat BAB IV ANALISIS PANDANGAN TOKOH NAHDLATUL ULAMA (NU) DAN MUHAMMADIYAH KOTA MADIUN TENTANG BPJS KESEHATAN A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Nahdlatul Ulama NU) Dan Muhammadiyah Kota Madiun

Lebih terperinci

Pedoman Umum Asuransi Syariah

Pedoman Umum Asuransi Syariah Halal Guide.INFO Guide to Halal and Islamic Lifestyle Pedoman Umum Asuransi Syariah Kontribusi dari Administrator Sunday, 16 April 2006 Terakhir kali diperbaharui Saturday, 22 April 2006 Fatwa Dewan Syari'ah

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperlancar transaksi perdagangan dalam negeri perlu

Lebih terperinci

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 14: Akuntansi Sharf Wadiah - Wakalah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA AKAD SHARF TUKAR MENUKAR VALAS 2 Definisi Sharf Bahasa: penambahan, penukaran, penghindaran, atau

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah bentuk kata lain dari kredit. Secara etimologi istilah kredit berasal dari bahasa latin yaitu credere yang berarti kepercayaan. Dalam Kamus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA A. Analisa Hukum Islam Terhadap Sanksi Denda Pada Nasabah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA A. Tata Cara Pelaksanaan Akad Pelaksanaan akad deposito di BNI Syari ah dimulai pada waktu pembukaan rekening

Lebih terperinci