POTENSI WISATA RELIGIUS DI VIHARA BUDDHAGAYA WATUGONG SEMARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI WISATA RELIGIUS DI VIHARA BUDDHAGAYA WATUGONG SEMARANG"

Transkripsi

1 1 POTENSI WISATA RELIGIUS DI VIHARA BUDDHAGAYA WATUGONG SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Oleh : Dewi Kartikawati C FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan rangkaian lebih dari pulau yang sangat srategis di antara benua Asia dan Australia serta di antara samudra Indonesia dan samudra Pasifik. Oleh karena itu Indonesia merupakan salah satu negara yng mempunyai banyak sumber daya alam, terdapat banyak suku bangsa yang berbeda-beda, kemajemukan peradaban kepercayaan dan kebudayaan yang sebagaimana kekayaan ini bisa menjadi obyek dan daya tarik dalam dunia kepariwisataan yang kemudian dapat dikembangkan dalam industri pariwisata. Dalam pengembangan pariwisata yang merupakan sektor andalan berpotensi umtuk meningkatkan devisa negara, mendorong pertumbuhan ekonomi bangsa, memberdayakan perekonomian masyarakat serta menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa. Pariwisata pada hakekatnya berlandaskan pada keindahan alam, flora, fauna, air laut khatulistiwa yang hangat sepanjang masa, kebudayaan multietnis, adat-istiadat, busana dan makanan, way of live yang ramah, situs dengan benda-benda sejarah purbakala dan sebagainya. (Nyoman S. Pendit,2005:51) Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang lengkap di dunia ini, telah mengadakan perhubungan dengan berbagai negeri tetangga. Salah satunya adalah hubungan dagang dan ahli teknologi serta sastra budaya yang selaras dan seimbang dengan nafas hidup masyarakat nusantara. 1

3 3 Dunia usaha dan pariwisata sebagai motor utama penggerak perekonomian di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah yang dapat dikembangkan secara luas dan mendalam. Jawa Tengah merupakan pangsa pasar yang sangat potensial dan dinamis. Potensi pariwisata yang beragam baik wisata alam, budaya, religi maupun sejarah. Demikian juga dengan kota Semarang yang merupakan ibu kota Jawa Tengah penduduknya sangat heterogan, terdiri dari campuran etnis Jawa, Cina, Arab dan keturunannya. Juga etnis lain dari beberapa daerah di Indonesia yang datang ke Semarang untuk berusaha, menuntut ilmu maupun menetap di Semarang. Kendati warganya sangat heterogen, namun sosial masyarakat kota Semarang sangat damai. Toleransi kehidupan umat beragama sangat dijunjung tinggi. Kota Semarang merupakan kota yang beraktivitas padat, maka penduduk terutama Kota Semarang sering merasa kejenuhan dengan kehidupan sehari-hari. Maka untuk menghilangkan rasa kejenuhan tersebut adalah dengan berwisata Biasanya, setelah berwisata akan merasa segar dan siap untuk kembali menekuni aktivitas sehari-hari. Namun, sebenarnya dapat memperoleh manfaat lebih dengan melakukan rekreasi. Melalui wisata religi, selain menyegarkan pikiran, juga dapat menambah wawasan bahkan mempertebal keyakinan kita kepada Sang Pencipta. Wisata religi dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat beragama, biasanya berupa tempat ibadah yang memiliki kelebihan. Kelebihan ini misalnya dilihat dari sisi sejarah,

4 4 adanya mitos dan legenda mengenai tempat tersebut, ataupun keunikan dan keunggulan arsitektur bangunannya. Potensi wisata religi di negara kita sangatlah besar. Hal ini dikarenakan sejak dulu Indonesia dikenal sebagai negara religius. Banyak bangunan atau tempat bersejarah yang memiliki arti khusus bagi umat beragama. Selain itu, besarnya jumlah penduduk Indonesia, dimana hampir semuanya adalah umat beragama, merupakan sebuah potensi tersendiri bagi berkembangnya wisata religi. Kota Semarang nampaknya akan terus berkembang selain sebagat kota perdagangan juga menjadi kota pariwisata. Pariwisata di kota Semarang meliputi beberapa jenis wisata di antaranya wisata sejarah, wisata budaya, wisata alam, wisata kuliner dan wisata religi. Wisata religi di Kota Semarang meliputi Masjid Agung Jawa Tengah, bangunannya meneladani prinsip gugus model kluster dari Nabawi di madinah. Gereja Blenduk, gereja pertama kali di semarang karena kubahnya yanga seperti irisan bola sehingga orang mengatakan Mblenduk. Klenteng Gedung Batu (Sam Poo Kong) dibangun oleh seorang bernama Sam Poo Tay Djien dalam lawatanya ke Semarang, klenteng ini memberikan inspirasi bagi berkembangnya berbagai leganda mengenai semarang. Vihara BuddhaGaya Watugong, yang merupakan komplek dari suatu vihara dan pembangunannya dilatarbelakangi oleh kebutuhan dan kehidupan buddha di Indonesia. Pada saat itulah Buddha Dhamma ikut mengukir sejarah perkembangan agama buddha yang sebagaimana dapat kita jumpai dari

5 5 peninggalan bangunan yang tersebar seperti Candi Mendut, Candi Borobudur yang menjadi kebanggaan riwayat buddha. Namun sayang, sumbangsih peradaban buddha pada nusantara Indonesia tertidur pulas maka praktis tidak ada lagi kegiatan religius bernuansa budhia selama beratus tahun kemudian. Indonesia menggunakan semboyan Mitreka Satata yang berarti Persahabatan dengan dasar saling menghormati, khususnya untuk dapat mengadakan kerjasama yang menguntungkan dengan para penguasa Indonesia. Semboyan tersebut mampu menempatkan nusantara diperhitungkan oleh konstelasi politik berbagai negara di asia tenggara. Vihara Buddhagaya Watugong yang terletak di JI Perintis Kemerdekaan Semarang tepatnya di depan Makodam IV/ Diponegoro Semarang. Vihara ini menempati lahan seluas 2,3 ha. Peresmian Vihara Buddhagaya ini dilakukan secara bertahap mulai dari bangunan utama sampai bangunan pendukung/fasilitas lainnya. Yang jelas Pagoda Avalokitesvara atau yang lebih dikenal dengan Pagoda Kwan Im dibangun tahun 2004 dan diresmikan tanggal 14 juli 2005, tetapi ada bangunan utama lain yang lebih dahulu dibangun sekitar tahun 2002 yaitu Dhammasala. Komplek Vihara Buddhagaya Watugong tersebut terdiri dari 2 bangunan induk utama dan beberapa bangunan lain. Banguna induk utama adslah Pagoda Avalokitesvara yang mempunyai nilai artistik tinggi, dengan tinggi bangunan 45 meter. Vihara tersebut ditetapkan sebagai pagoda tertinggi di Indonesia. Di dalamnya terdapat patung Dewi Kwan Shem Im Po Sat dengan tinggi 5 meter. Sedangkan Dhammasala terdiri dari 2 lantai yang mana

6 6 lantai dasar digunakan sebagai ruang aula serbaguna untuk kegiatan pertemuan dan lantai atas digunakan untuk upacara keagamaan yang terdapat patung Sang Buddha Duduku. Vihara ini salah satu kebanggaan bagi warga Kota Semarang pada khususnya dan Jawa Tengah pada umummnya. Dikembangkan menjadi obyek dan daya tarik wisata. Pada mulanya Vihara Buddhagaya hanya digunakan sebagai tempat ibadah. Dengan melihat arsitektur bangunan yang sangat kental dengan etnik Tiongkok Cina dan Thailand. Semua ini merupakan potensi wisata yang dapat diandalkan dan dikembangkan menjadi dearah tujuan wisata. Melalui POTENSI WISATA RELIGIUS DI VIHARA BUDDHAGAYA WATUGONG SEMARANG. B. PERUMUSAN MASALAH Ada beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. Mengapa Vihara Buddhagaya Watugong dibangun di Desa Pudak Payung Semarang? 2. Potensi apa saja yang dikembangkan untuk dijadikan obyek dan daya tarik wisata? 3. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan obyek wisata di Vihara Buddhagaya Watugong Semarang?

7 7 C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui munculnya Vihara Buddhagaya Watugong dibangun di Desa Pudak Payung Semarang. 2. Untuk mengetahui potensi apa saja yang dapat dikembangkan untuk dijadikan obyek dan daya tarik wisata. 3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pengembangan obyek wisata di Vihara Buddhagaya Watugong Semarang. D. MANFAAT PENELITIAN Di dalam mengadakan suatu penelitian sudah pasti ingin mendapatkan sesuatu manfaat yang berguna bagi penulis bagi obyek itu sendiri maupun bagi akademik. 1. Manfaat Teoritis a. Untuk meningkatkan pengetahuan pembaca pada umumnya dan mahasiswa UPW pada khususnya serta menghasilkan lulusan yang professional di bidang pariwisata. b. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah dengan keadaan yang sebenarnya yang berada di lapangan. 2. Manfaat Praktis Sebagai upaya pengenalan obyek wisata kepada pembaca dan usaha dalam menarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk datang mengunjungi obyek wisata Vihara Buddhagaya Watugong serta

8 8 mengetahui sejarah perkembangan vihara tersebut sehingga dapat dikembangkan secara optimal sebagai potensi pariwisata. E. KAJIAN PUSTAKA Dalam buku Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana yang ditulis oleh Nyoman S. Pendit tahun 2003 telah dibahas berhubungan dengan istilah pariwisata yang terlahir dari bahasa Sanskerta dengan kompnenkomponennya yang terdiri dari, Pari : penuh, lengkap, komunitas. Wis (man): rumah, property, kampung, komunitas. Ata: pergi, terus menerus, mengembara Kemudian yang dirangkai menjadi satu kata melahirkan istilah pariwisata, berarti : pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus menerus. Istilah pariwisata sebagai pengganti istilah asing tourism atau travel diberi nama oleh pemerintah Indonesia: Mereka yang meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari nafkah ditempat-tempat yang dikunjungi sambil menikmati kunjungan mereka. (Nyoman S.Pendit, 2003:1) Dalam UU No.10/2009 kepariwisataan didefinisikan keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta miltidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antar wisatawan dan masyarakat setampat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha. Secara umum kepariwisataan adalah semua kegiatan dan urusan yang kaitannya dengan perencanaan, pelaksanaan dam pengawasan pariwisata baik

9 9 dilakukan pemerintah maupun masyarakat. Secara khusus pariwisata adalah segala yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan obyek dan daya tariknya serta usaha dengan penyelenggaraan pariwisata Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal disuatu negara tanpa memandang kewarganegaraan, berkunjung ke suatu tempat pada negara yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan pada salah satu hal berikut ini : a. Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, pendidikan, keagamaan, kesehatan dan olahraga. b. Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga Darmawisata adalah pengunjung sementara yang menetap kurang dari 24 jam di Negara yang dikunjungi. Pengertian wisatawan tercantum dalam instruksi Presiden RI No. 9 tahun 1969, yaitu setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Untuk tujuan praktisnya Departemen pariwisata menggunakan definisi wisatawan sebagai berikut wisatawan bisa saja adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dan menetap ditempat lain selain tempat tinggalnya, untuk salah satu atau beberapa alasan, selain mencari pekerjaan (Happy Marpaung, 2002:36-37) Menurut Nyoman S. Pendit dalam bukunya berjudul Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana tahun 2003 telah dibahas berkaitan dengan bentuk-bentuk pariwisata yang dapat dibedakan menjadi :

10 10 a. Menurut asal wisatawan Pertama-tama perlu diketahui apakah wisatawan berasal dari dalam atau luar negeri kalau asalnya dari dalam negeri berarti maka disebut pariwisata domestik, sedangkan kalau ia datang dari luar negeri disebut pariwisata internasional. b. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayarannya Kategori wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing ini berarti memberi dampak positif terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjunginya yang ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian orang warga negara ke luar negeri memberikan dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar negerinya, disebut pariwisata pasif. c. Menurut jangka waktu Kedatangan seorang wisatawan disuatu tempat/negara diperhitungkan pula waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. d. Menurut jumlah wisatawan Perbedaan ini diperhitungkan dalam jumlah wisatawan yang datang sendiri /rombongan. Maka timbulah istilah-istilah pariwisata tinggal dan rombongan. e. Menurut alat angkut yang digunakan Dilihat dari segi penggunaan alat pengangkutan yang dipergunakan untuk seorang wisatawan. Maka dapat dikategorikan menjadi pariwisata udara, laut, atau darat.

11 11 Selain itu juga Nyoman S. Pendit membahas berkenaan dengan jenis pariwisata antara lain : a. Wisata Budaya Ini dimaksudkan agar perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seorang dengan jalan mengadakan kunjungan/peninjauan ke tempat lain/keluar negeri. Mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup, budaya dan seni mereka. b. Wisata kesehatan Hal ini dimaksudkan perjalanan seorang wisatawan dengan tersebut untuk menemukan keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan kesehatan baginya dalam arti jasmani dan rohani, dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai ikllim udara menyehatkan/tempat yang menyediakan fasilitasfasilitas kesehatan lainnya. c. Wisata konvensi Wisata yang dekat dengan wisata politik adalah wisata konvensi. Bagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan menyediakan fasilitas bangunan ruangan dan suatu konferensi, musyawarah, konvensi dan pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional.

12 12 d. Wisata Pertanian Wisata pertanian adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan keproyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembimbitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur mayur dan palawija disekitar perkebunan. e. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga air, lebih-lebih di danau, bengawan, pantai, teluk, atau laut lepas seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, berkeliling melihatlihat taman laut dengan pemandangan indah dibawah permukaan air. f. Wisata Pilgrim Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan sejarah, agama, adat istiadat dan kepercayaan umat/kelompok dalam masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan/rombongan ke tempat-tempat suci, makam-makam orang besar/pimpinan yang diagungkan, bukit/gunung yang dianggap keramat. Tempat pemukiman tokoh/pimpinan sebagai manusia ajaib penuh legenda. Wisata ini banyak dihubungkan dengan niat/hasrat sang wisatawan. Untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pula untuk memperoleh berkah kekayaan melimpah.

13 13 g. Wisata Petualangan Seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum pernah dijelajahi penuh binatang buas, mendaki tebing teramat terjal, terjun ke dalam sungai yang sangat curam, arum jeram disungai yang arusnya liar masuk goa penuh misteri dan sebagainya. Dalam buku Istilah-istilah dunia pariwisata oleh Damardjati tahun 2001 telah diuraikan pengertian potensi. Potensi pariwisata merupakan segala hal dan keadaan baik nyata dan dapat diraba maupun yang tidak teraba, yang digarap, diatur dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat/dimanfaatkan/diwujudkan sebagai kemampuan, faktor dan unsur yang diperlukan /menentukan bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan baik itun berupa suasana, kejadian, benda maupun layanan/jasa-jasa. (Damardjati 2001:128) Dalam Kamus Pariwisata dan Perhotelan ditulis oleh Kodhya,Ramaini tahun 1992 analisis diartikan penguraian suatu pokok menjadi bagianbagiannya dan penelaahan suatu bagian secara tersendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia edisi kedua tahun 1989, wihara diartikan biara yang didiami oleh para biksu (umat budha). Vihara adalah tempat ibadah agama budha, kata vihara berasal dari bahasa Pali (bahasa India Kuno) yang berarti tempat tinggal atau tempat puja bhakti. Vihara juga dijabarkan sebagai kompleks yang terdiri dari :

14 14 1. Dhammasala adalah tempat puja bhakti, upacara keagamaan dan pembabaran Dhamma (ajaran Sang Buddha). Di tempat ini umat budha melakukan puja bhakti, upacara keagamaan dan mendengarkan pembabran Dhamma yang disampaikan dan dipimpin oleh para bhiksu, pandita dan dhammaduta (umat yang menyampaikan dhamma). Tempat ini merupakan tempat utama vihara yang bersifat umum. 2. Uposathagara adalah gedung tempat uposatha (persamuan para bhiku), yang berfungsi sebagai tempat pentabisan bhikku, tempat upagara resmi keagamaan, pembacaan patimokka, yaitu 227 peraturan kebhikkuan yang dilakukan setiap bulan gelap (tidak ada bulan) dan bulan terang (bulan purnama), penyelesaian pelanggaran bhikku dan penentuan hak kathina dan sebagai tempat meditasi bersama umat Budha. Tempat ini bersifat tidak untuk umum hanya untuk para bhikku, samanera dan pandita saja meskipun tidak ada larangan untuk umat secara langsung. 3. Kuthi adalah tempat tinggal para bhikku, bhikkuni (bhikku wanita), samanera (calon bhikku) dan samneri (calon bhikkuni). ( 8 april 2010.) F. METODE PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Vihara Buddhagaya Watugong terletak di depan Makodam IV Diponegoro Semarang, yang beralamatkan di Jalan Perintis kemerdekaan km 14 di Desa Pudak Payung Kecamatan

15 15 Banyumanik Kota Semarang. Dibuka untuk umum setiap hari. Dari pusat Kota Semarang memerlukan waktu 45 menit. Dalam perjalanan dari Semarang menuju Solo atau Jogjakarta di kiri jalan sebelum Kota Ungaran, kita dapat melihat Vihara Buddhagaya Watugong. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penyusunan penelitian ini untuk mendapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka disini penulis mengumpulkan data dengan teknik pengumpulan data sebagai : a. Observasi Observasi dilakukan dengan mengamati keadaan sebenarnya dengan usaha yang disengaja untuk memperoleh dan mengatur tanpa memanipulasi. Dalam hal ini langsung ke objek wisata Vihara Buddhagaya watugong pada tanggal 16 februari - 5 april 2010 untuk mengamati keadaan sekitar obyek penelitian sehingga dapat diperoleh data yang akurat. Antara lain mengenai sejarah vihara, bentuk bangunan, kegiatan yang ada di vihara dan lain sebagainya yang berhubumgan dengan vihara tersebut. b. Wawancara Teknik pengunpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara mengenai hal-hal yang berhubungan dengan objek wisata tersebut. (Kusmayadi, Endar Sugiarto.2000:150).

16 16 Dalam hal ini wawancara dilakukan penulis dengan narasumber yaitu orang-orang yang benar-benar tahu tentang sejarah dan perkembangan Vihara Buddhagaya ini. Narasumber tersebut adalah : 1. Pak Wahyudi Agus sebagai Wakil sekretaris Vihara Buddhagaya Watugong Semarang. 2. Pak Edi sebagai petugas yang menjelaskan mengenai sejarah Vihara Buddhagaya Watugong Semarang. 3. Pak Dharma sebagai Petugas perpustakaan Vihara Budhagaya Watugong Semarang. 4. Ibu Ratna sebagai petugas bagian pemasaran di Disbudpar Kota Semarang c. Studi Dokumen Studi dokumen adalah mengumpulkan data dengan memanfaatkan dokumen yang ada. (Kusmayadi dan Endar Sugiarto 2000: 85) Dalam studi dokumen ini penulis memperoleh data secara langsung dari tempat penelitian meliputi : laporan kegiatan tahun 2008 dan 2009 Vihara Buddhagaya Watugong, foto-foto dan data-data yang relevan di Vihara Buddhagaya Watugong. d. Studi Pustaka. Untuk menunjang data dalam pengembangan karya tulis ini, penulis lakukan dengan membaca dan mempelajari sumber dari buku referensi DIII UPW, perpustakaan pusat, booklet, karya tulis dan

17 17 sumber lainnya yang sehingga diperoleh data yang mendukung penelitian di Vihara Budhagaya Watugong tersebut. 3. Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa diskriftif yaitu penelitian yang mendiskripsikan atau menggambarkan, melukiskan fenomena yang diteliti dengan sistematis, aktual dan akurat. Penelitian ini tidak selalu mambutuhkan hipotesis, demikian pula dengan perlakuan atau memanipulasi terhadap variabel-variabel penelitian. (Kusmayadi, Endar Sugiarto 2000 :59) Data yang telah dikumpulkan dari wawancara dan observasi. Kemudian data dianalisis maka dapat dibuat kesimpulan sebagai hasil pernelitian. G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN Bab I Pendahuluan yang meliputi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian dan sistematika penilisan. Bab II Gambaran umum Kota Semarang yang antara lain dari sejarah Kota Semarang, keadaan geografi dan demografi Kota Semarang, potensi obyek wisata di Kota Semarang. Bab III Potensi Vihara BuddhaGaya Watugong sebagai obyak wisata religidan sejarah. Yang berisi sejarah vihara, organisasi vihara, potensi dan daya tarik vihara, aktivitas yang dilakukan pengunjung di vihara, potensi dan daya tarik vihara yang dilihat dari pendekatan 4A dan 1P, laporan

18 18 junjungan tahun Vihara Buddhagaya Watugong, rencana pembangunan dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan vihara, Bab IV Yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

19 19 BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG A. SEJARAH KOTA SEMARANG Semarang sebagai kota raya dan lbu kota Jawa Tengah, memiliki sejarah yang panjang. Mulanya dari dataran lumpur, kemudian berkembang pesat menjadi lingkungan maju dan menampakkan diri sebagai kota yang penting. Sebagai kota besar, ia menyerap banyak pendatang. Mereka menetap, kemudian mencari penghidupan di Kota Semarang sampai akhir hayatnya. Lalu susul menyusul kehidupan generasi berikutnya. Di masa dulu, ada seorang dari kesultanan Demak bernama pangeran Made Pandan bersama putranya Raden Pandan Arang, meninggalkan Demak menuju ke daerah Barat Disuatu tempat yang kemudian bernama Pulau Tirang, membuka hutan dan mendirikan pesantren dan menyiarkan agama Islam. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang. ( 14 februari 2010) Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II. Di bawah pimpinan Pandan Arang, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan 18

20 20 daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Akhirnya Pandan Arang oleh Sultan Pajang melalui konsultasi dengan Sunan Kalijaga, juga bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H atau bertepatan dengan tanggal 2 Mei 1547 masehi dinobatkan menjadi Bupati yang pertama. Pada tanggal tersebut "secara adat dan politis berdirilah kota Semarang". Masa pemerintahan Pandan Arang II menunjukkan kemakmuran dan kesejahteraan yang dapat dinikmati penduduknya. Namun masa itu tidak dapat berlangsung lama karena sesuai dengan nasihat Sunan Kalijaga, Bupati Pandan Arang II mengundurkan diri dari hidup keduniawian yang melimpah ruah. la meninggalkan jabatannya, meniggalkan Kota Semarang bersama keluarga menuju arah selatan melewati Salatiga dan Boyolali, akhirnya sampai ke sebuah bukit bernama Jabalekat di daerah Klaten. (http :// 14 Februari 2010) Di daerah Klaten, beliau menjadi seorang penyiar agama Islam dan menyatukan daerah Jawa Tengah bagian Selatan dan bergelar Sunan Tembayat. Beliau wafat pada tahun 1553 M dan dimakamkan di puncak Gunung Jabalekat. Sesudah Bupati Pandan Arang mengundurkan diri lalu diganti oleh Raden Ketib, Pangeran Kanoman atau Pandan Arang III ( ), kemudian disusul pengganti berikutnya yaitu Mas R.Tumenggung Tambi ( ), Mas Tumenggung Wongsorejo ( ), Mas Tumenggung Prawiroprojo ( ), Mas Tumenggung Alap-alap ( ), Kyai Mertonoyo, Kyai Tumenggung. Yudonegoro atau Kyai Adipati Suromenggolo ( ), R.Maotoyudo atau R.Summmgrat ( ), Marmowijoyo atau Sumowijoyo atau Sumonegoro atau

21 21 Surohadmienggolo ( ), Surohadimenggolo IV (1773-?), Adipati Surohadimenggolo V atau kanjeng Terboyo (?), Raden Tumenggung Surohadiningrat (?-1841), Putro Surohadimenggolo ( ), Mas Ngabehi Reksonegoro ( ), RTP Suryokusurno ( ), RTP Reksodirjo ( ), RMTA Purbaningrat (1891-?), Raden Cokrodipuro (?-1927), RM Soebiyono ( ), RM Amin Suyitno ( ), RMAA Sukarman Mertohadinegoro ( ), R. Soediyono Taruna Kusumo ( ), hanya berlangsung satu bulan, M. Soemardjito Priyohadisubroto (tahun 1946, yaitu masa Pemerintahan Republik Indonesia) pada waktu Pemerintahan RIS yaitu pemerintahann federal diangkat Bupati RM.Condronegoro hingga tahun Sesudah pengakuan kedaulatan dari Belanda, jabatan Bupati diserah terimakan kepada M. Sumardjito. M. Sumardjito digantikan oleh R. Oetoyo Koesoemo ( ). Kedudukannya sebagai Bupati Semarang bukan lagi mengurusi kota melainkan mengurusi kawasan luar kota Semarang. Hal ini terjadi sebagai akibat perkembangnya Semarang sebagai Kota Praja. (http :// 14 Februari 2010) Pada tahun 1906 dengan Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah Pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester (Walikota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda berakhir pada tahun 1942 dengan datangnya pemerintahan pendudukan Jepang. Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang di kepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, pemerintahan daerah Kota Semarang belum dapat menjalankan tugasnya karena pendudukan

22 22 Belanda. Tahun 1946 lnggris atas nama Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda. Ini terjadi pada tangga l6 Mei Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, walikota Semarang sebelum proklamasi kemerdekaan. ( 14 Februari 2010) Pada tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan tersebut dikenal dengan nama Pertempuran Lima Hari. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada pemerintahan daerah kota Semarang. Namun para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian di luar kota sampai dengan bulan Desember Daerah pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R.Patah, R.Prawotosudibyo dan Mr Ichsan. Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti di masa kolonial dulu di bawah pimpinan RSlamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementrian Dalam Negeri di Yogyakarta. Mr. Koesoedibyono menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan. Sejak tahun 1945 para walikota yang memimpin kota besar Semarang yang kemudian menjadi Kota

23 23 Praja dan akhirnya menjadi Kota Semarang adalah sebagai berikut : ( 14 Februari 2010) 1. Mr. Moch.lchsan 2. Mr. Koesoebiyono ( Juli 1951) 3. RM. Hadisoebeno Sosrowardoyo ( 1 Juli Januari 1958) 4. Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat ( 7Januari Januari 1960) 5. RM Soebagyono Tjondrokoesoemo ( 1 Januari April 1964) 6. Mr. Wuryanto ( 25 April September 1966) 7. Letkol. Soeparno ( 1 September Maret 1967) 8. Letkol. R.Warsito Soegiarto ( 6 Maret Januari 1973) 9. Kolonel Hadijanto ( 2 Januari Januari 1980) 10. Kol. H. Imam Soeparto Tjakrajoeda SH ( 15 Januari Januari 1990) 11. Kolonel H.Soetrisno Suharto ( 19 Januari Januari 2000) 12. H. Sukawi Sutarip SH. ( 19 Januari Januari 2010) 13. Drs. H. Soemarmo Hadi saputro ( 19 Juli Juli 2015) B. KEADAAN GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI KOTA SEMARANG 1. Geografi Kota Semarang terletak diantara LS dan BT. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kendal, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Demak, dan Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa dengan panjang gaaris pantai ± 13,6 km dan garis sempadan pantai 25 km (Bappeda

24 24 Kota Semarang). Daeraah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit yakni sekitar 4 km dari garis pantai. Dataran rendah ini dikenal dengan sebutan Kota Bawah. Di Kota Bawah hampir seluruh aktivitas ekonomi Kota Semarang berlangsung, seperti, kawasan Simpang Lima yang terkenal dengan aktivitas belanja dan kulinernya, atas kawasan Pandanaran dan Pemuda dengan gedunggedung perkantoran. Untuk daerah industri ditempatkan di pinggir baatas Kota Kendal ataupun daerah Kaligawe yang berbatasan dengan Demak. Kota Atas disebelah Selatan yang merupakan dataran tinggi. Di beberapa titik Kota Atas dapat digunakan untuk melihat pemandangan Kota Semarang seperti kawasan Gombel yang sudah sangat terkenal, karena kelebihannya itu di Gombel pada malam hari sangat aktif dengan kegiatan kulinernya yaitu beberapa restoran dan kafe kecil memanfaatkan pemandangan Kota Semarang pada malam hari untuk disajikan pada tamu-tamunya ( Kota Semarang.com 20 Februari 2010). 2. Demografi Jumlah Penduduk Kota Semarang pada tahun 2009 (data terbaru dari BPS) sebesar jiwa. Dengan jumlah tersebut Kota Semarang termasuk 5 besar Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah. Jumlah penduduk pada tahun 2009 tersebut terdiri dari penduduk lakilaki dan penduduk perempuan. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Semarang Selatan sebesar orang per km2, sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Mijen sebesar 786 orang per km2. Jumlah usia produktif cukup besar, mencapai 69.30% dari jumlah

25 25 penduduk. Ini menunjukkan potensi tenaga kerja dan segi kuantitas amat besar, sehingga kebutuhan tenaga kerja bagi mereka yang tertarik menanamkan investasinya di sini tidak menjadi masalah lagi. Belum lagi penduduk dari daerah hinterlandnya. Sementara itu jika kita lihat mata pencaharian penduduk tersebut tersebar pada pegawai negeri, sektor industri, ABRI, petani, buruh tani, pengusaha, pedagang, angkutan dan selebihnya pensiunan. Dari aspek pendidikan dapat dilihat, bahwa rata-rata anak usia sekolah di Kota Semarang dapat melanjutkan hingga batas wajar sembilan tahun, bahkan tidak sedikit yang lulus SLTA dan Sarjana. Meskipun masih ada sebagian yang tidak mengenyam pendidikan formal, namun demikian dapat dicatat bahwa sejak tahun 2003 penduduk Kota Semarang telah bebas dan 3 buta (buta aksara, buta angka dan buta pengetahuan dasar). Dengan komposisi struktur pendidikan demikian ini cukup mendukung perkembangan Kota Semarang, apalagi peningkatan kualitas penduduk yang selalu mendapat prioritas utama didalam upaya peningkatan kesejahteraan. Tingkat kepadatan penduduk memang belum merata. Penduduk lebih tersentral di pusat kota. Pertumbuhan penduduk rata-rata 1,43% /tahun. Ini berarti laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan, setidaknya terkendali dan kesejahteraan umum segera terealisasi. ( kota semarang.co.id 20 Februari 2010) C. POTENSI OBYEK WISATA DI KOTA SEMARANG Kota Semarang pada saat sekarang menjadi salah satu tujuan pariwisata, baik domestik maupun mancanegara. Berbagai peninggalan yang ada di kota

26 26 semarang tidak lepas dari perjalanan sejarah yang panjang. Oleh sebab itu terdapat berbagai macam potensi objek wisata yaitu diantaranya : 1.Obyek Wisata Alam Wisata alam di Kota Semarang antara lain : a. Goa Kreo Goa Kreo adalah sebuah goa yang dipercaya sebagai petilasan Sunan Kalijaga saat mencari kayu jati untuk membangun Masjid agung Demak. Menurut legenda Sunan Kalijaga bertemu dengan sekawanan kera yang kemudian disuruh menjaga kayu jati tersebut. Kata Kreo berasal dari kata Mangrebo yang berarti peliharalaah atau jagalah. Kata inilah yang kemudian menjadikan goa ini disebut Goa Kreo dan sejak itu kawanan kera yang menghuni kawasan ini dianggap sebagai penunggu. Selain menikmati pemandangan alam yang indah dan udara yang sejuk serta bercanda dengan kera penunggu kawasan ini. Obyek wisata ini terletak di Dukuh talunkacang, Kelurahan Kendi, Kecamatan Gunung Pati kurang lebih 8 km dari Tugu Muda, dibuka untuk umum jam sampai dengan WIB. Dan setiap tanggal 3 syawal diadakan upacara sesaji Rewonda. (Disbudpar Kota Semarang 2009 : 4) b. Pantai Marina Merupakan taman rekreasi. Pantai yang dilengkapi dengan kolam renang, sky air, speed boat, dan arena bermain anak-anaak. Dibuka setiap hari pukul selama 24 jam. Pantai Marina terletak di bagian utara kota Semarang tepatnya di Jalan Yos Sudarso kurang lebih 4 km dari Tugu Muda,

27 27 bersebelahan dengan area PRPP dan Maerokoco. (Disbudpar Kota Semarang 2009 : 5) c. Gardu Pandang Gombel Taman yang berada di tanjakan Gombel ini dahulu dikenal dengan Taman Tabanas sebagai daerah perbukitan, daerah ini lebih sejuk dari Semarang bawah. Pengunjung / wisatawan bisa menikmati pemandangan Kota Bawah dan terletak di Jl. Setiabudi berjarak kurang lebih 8 km dari Tugu Muda. Terbuka untuk umum dan setiap saat. (Disbudpar Kota Semarang 2009 : 6) 1. Obyek Wisata Sejarah Kota Semarang mempunyai berbagai macam wisata sejarah antara lain : ( www. wisata sejarah kota semarang.com. 27 juli 2010) a..tugu Muda Sebuah tugu berbentuk lilin tegak di tengah persimpangan Jl. Sutomo, Jl. Pandanaran, Jl. Imam Bonjol. Tugu ini dibangun sebagai monument untuk mengenang heroisme perjuangan Semarang dari tanggal Oktober Peletakan batu pertama dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah Budiyono dan diresmikan oleh Presiden RI pertama Soekarno pada tanggal 20 Mei Pada kaki monument terdapat relief yang menggambarkan kesengsaraan raakyaat Indonesia di jaman penjajahan Jepang seperti relief pertempuran, relief penyerangan, relief korban dan relief kenangan.

28 28 b. Lawang Sewu Terletak di komplek Tugu Muda, dahulu merupakan gedung megah bergaya art deco, yang digunakan Belanda sebagai Kantor Pusat Kereta Api (Trem), atau lebih dikenal dengan Nederlandsch Indische Spoorweg Maschaappij (NIS). Bangunan karya Arsitek Belanda Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J Queendag menurut catatan sejarah dibangun tahun kemudian diresmikan pada tanggal 1 Juli masyarakat Semarang lebih mengenal gedung ini dengan sebutan Gedung Lawang Sewu, mengingat gedung ini memiliki jumlah pintu dalam jumlah banyak, yang dalam bahasa jawa Lawang Sewu yaitu Lawang berarti pintu dan sewu berarti seribu. c. Kota Lama Semarang telah menjadi strategis di wilayah pesisir utara pulau Jawa sejak penjajahan Belanda sebagai Kota Perdagangan maupun Ibukota Pemerintahan Kolonial Belanda. Peninggalan Belanda berupa gedunggedung tua di sudut kota masih tetap berdiri kokoh hingga sekarang. Diantaranya ada yang difungsikan sebagai hotel, rumah tinggal dan perkantoran perusahaan Jawatan. Kawasan Kota Lama telah direvitalisasi dan dijadikan kawasan cagar budaya tidak terkena banjir dan rob air laut. Di kawasan tersebut wisatawan dapat menyaksikan peninggalan pusat perdagangan pada jaman dulu. Terletak di Jl. Letjen Soeprapto kuraang lebih 3 km dari arah timut, dibuka untuk umum setiap hari. d. Museum Ronggowarsito

29 29 Museum yang terletak di Jl. Abdurrahman Saleh ini merupakan museum terlengkap di Semarang yang memiliki koleksi sejarah, alam, arkeologi, kebudayaan, era pembangunaan dan wawasan nusantara. Dengan nama yang diambil dari nama salah satu pujangga Indonesia, yang terkenal dengan hasil karyanya dalam bidang filsafat dan kebudayaan, museum ini menempati luas tanah 1,8 hektare, museum ini dibuka setiap hari pukul WIB. Berjarak kurang 3 km dari Tugu Muda. Dapat dijangkau dengan transportasi umum maupun pribadi. 2. Obyek Wisata Religi Selain sebagai kota wisata, Kota Semarang juga dikenal sebagai kota religi. Oleh karena itu terdapat berbagai macam objek wisata religi antara lain : a. Gereja Blenduk Terletak di Jl. Letjen Soeprapto No. 32 merupakan bangunan yang memiliki gaya arsitektur Phantheon didirikan pada tahun 1753 sebagai gereja pertama di Semarang dan dipugar tahun 1894 oleh arsitek Belanda bernama HPA de Wilde dan Westmaas. Disebut Gereja Blenduk karena bentuk kubahnya yang seperti irisan bola, sehingga orang mengatakan mblenduk. Bangunan berbentuk segi delapan beraturan (hexagonal) dengan keunikan interiornya. Sebagai salah satu bangunan kuno di lingkungan Kota Lama yang banyak dikunjungi wisatawan dan sampai sekarang merupakan tempat ibadah. (Disbudpar Kota Semarang 2009: 13) b. Masjid Agung Jawa Tengah

30 30 Masjid Agung Jawa Tengah bangunannya meneladani prinsip gugus model kluster dari Masjid Nabawi di Madinah. Bentuk penampilan arsitekturnya merupakan gubahan baru yang mengambil model dari tradisi para wali dengan membubuhkan corak universal arsitektur Islam pada bangunan pusatnya dengan menonjolkan kubah utama yang dilengkapi dengan minaret runcing menjulang di keempat sisinya. Masjid beserta fasilitas pendukungnya terletak di Jl. Gajah Raya, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari menempati tanah babad Masjid Agung Semarang seluas 10 ha dan mampu menampung jemaah lebih kurang orang. Di samping bangunan masjid disini juga dilengkapi fasilitas-fasilitas yang lain seperti : ruang kantor, ruang kursus, dan pelatihan, ruang perpustakaan, ruang akad nikah, dan auditorium. Dalam upaya penggalian dana dalam kompleks juga dibangun galeri pertokoan, ruang kantor yang disewakan, hotel dan toko cinderamata. (Disbudpar Kota Semarang 2009 :14) a. Makam Ki Ageng Pandanaran Ki Ageng Panandaran adalah Adipati Semarang yang pertama dan tanggal diangkatnya beliau sebagai Adipati dijadikan hari jadi kota Semarang. Dengan demikian beliau dianggap sebagai pelopor berdirinya kota Semarang. Ki Ageng Pandan Arang atau Panandaran meninggal pada tahun tempat ini banyak dikunjungi oleh peziarah terutama pada acara Khol meninggalnya beliau setiap bulan Muharam setahun sekali.

31 31 Makam Ki Ageng Panandaran tersebut berada di Jalan Mugas Dalam 11/4, kelurahan Mugasari kurang lebih 1 km dari Tugu Muda, dibuka untuk umum setiap hari dan setiap saat. (Disbudpar Kota Semarang 2009 :16) b. Klenteng Gedung Batu (Sam Poo Kong) Dibangun oleh seorang Tiongkok bernama Sam Poo Djien dalam lawatannya ke Semarang klenteng tersebut memberikan inspirasi bagi berkembangnya berbagai legenda mengenai kota Semarang. Tiap tahun baru bertepatan tanggal 29 lak Gwee penanggalan Tionghoa, diadakan upacara ritual memperingati hari ulang tahun Sam Poo Tay Kak Sie Gong Lombok menuju klenteng Sam Poo Kong. Terletak di jalan Simongan 129 kurang lebih 2 km dari Tugu Muda kea rah Barat Daya, dibuka untuk umum setiap saat selama 24 jam penuh. ( Disbudpar Kota Semarang 2009 : 17) c. Vihara Buddha Gaya Setelah agama budha mengalami kemunduran selama beratus tahun lamanya maka vihara ini pertama kali berdiri secara formal dan terorganisasi di Indonesia setelah tenggelamnya agama Budha pada saat kerajaan Majapahit yang didalamnya terdapat bangunan utama, Pagoda Avalokitesvara merupakan bangunan indah terdiri dari 7 tingakat. Sebelumnya di tempat tersebut hanya ada vihara kecil yang sudah berdiri sejak kemudian pada tahun 2005 dibangunlah pagoda Avalokitesvara yang rencana pembangunannya hanya membutuhkan waktu 8 bulan tetapi karena menunggu barang-barang dan patung dari Cina penyelesaiannya mundur menjadi 10 bulan. Pagoda ini mempunyai banyak keistimewaan

32 32 karena dari mulai genteng, aksesoris, relief tangga dari batu (9 naga), kolam naga, lampu naga, air mancur, naga hingga patung burung Hong dari lilin, seluruhnya diambil dari Cina. Terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan terbuka untuk umum setiap hari. (Disbudpar Kota Semarang 2009 :17) 3. Obyek Wisata Budaya dan Seni Bermacam - macam budaya yang ada di Kota Semarang dapat dilihat dari upacara - upacara tradisional dan kesenian daerah antara lain : ( budaya kota semarang.com 22 Februari 2010) a. Puri Maerokoco Sebuah obyek wisata yang berada di Jl. Yos Sudarso kurang labih 5 km dari Tugu Muda, satu komplek dengan PRPP. Sebagai Taman Mini Jawa Tengah yang merangkum semua rumah adat yang disebut anjungan dari 35 Kabupaten dan kota di Jawa Tengah. Di dalam rumah-rumah tersebut digelar hasil untuk industri kerajinan yang diproduksi oleh masing-masing daerah. Dibuka untuk umum jam WIB. Dapat dijangkau dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. b. Dugderan Dugderan adalah sebuah acara yang menandai bahwa bulan puasa telah datang, dulu dugderan merupakan sarana informasi Pemerintah kota Semarang kepada masyarakatnya tentang datangnya bulan Ramadhan. Dugderan dilaksanakan tepat 1 hari sebelum bulan puasa. Kata Dugderan,

33 33 diambil dari perpaduan bunyi dudug dan bunyi meriam yang mengikuti kemudian diasumsikan dengan der. Ciri khas acara tersebut adalah warak Ngendok sejenis binatang rekaan yang bertubuh kambing berkepala naga kulit sisik emas, visualisasi warak ngendok dibuat dari kertas warna-warni. Acara ini dimulai jam sampai magrib di hati yang sama juga diselenggarakan festival warak dan Jipin Blantenan. a. Gambang Semarang Keseniaan gambang semarang merupakan perpaduan antara tari dengan diiringi alat musik dari bilah-bilah kayu dan gamelan Jawa yang biasa disebut Gambang. Muncul pada event-event tertentu : Festival Dugderan, Festival Jajan Pasar, Gombang Semarang telah ada tahun 1930 dengan bentuk paguyuban yang anggotanya terdiri dari pribumi dan peranakan Cina dengan mengambil tempat pertunjukan di gedung pertemuan Bian Hian Tiong di Gang Pinggir. Jenis alat musik yang dipakai adalah kendang, boning, kempul, gong, suling, kecrek, gombang serta alat musik gesek. Disamping musik ada penari dan penyanyi / vokalis. 4. Obyek Wisata Buatan dan Hiburan Untuk lebih meningkatkan kunjungan wisatawan dan mengembangkan berbagai maka dibuat obyek wisata buatan dan hiburan di Kota Semarang yang antara lain : (Observasi wisata buatan Kota Semarang 22 Februari 2010) a. Simpang Lima

34 34 Salah satu tempat yang menjadi ciri khas Kota Semarang adalah Simpang Lima. Berkembangnya fungsi Simpang Lima menjadi alun-alun merupakan saran Presiden Pertama RI yang menyarankan pengadaan alunalun di Semarang sebagai ganti dari Kanjengan (alun-alun lama). Sebagai pusat kota, Simpang Lima juga merupakan pusat perbelanjaan karena telah menjadi pusat pertokoan, banyak mall, dan pusat akomodasi Simpang Lima merupakan tempat untuk upacara resmi dan juga menjadi tempat berlangsungnya pertunjukan, tempat rekreasi, bahkan sebagai pasar tiban pada waktu-waktu tertentu. Berbagai jenis makanan baik makanan berat maupun makanan ringan dijual dengan gaya lesehan mengambil tempat sekitar trotoar dan sekeliling alun-alun. Sementara itu souvenir, aalat sekolah sampai alat rumah tangga, sandal, dll. b. Taman Margasatwa Semarang Taman Maargasatwa Wonosari Mongkong merupakan relokasi dari kebun binatang Tinjomoyo. Sebagian besar satwa yang sebelumnya berada di Tinjomoyo, telah dipindah ditempat tersebut. Tempat rekreasi tersebut berada di pintu masuk kota semarang, tepatnya di Jalan Raya Semarang Kendal km 17. dibuka untuk umum, mulai jam WIB. Transportasi mudah karena berada di pinggir jalan raya. c. Kampoeng Wisata Taman Lele Obyek wisata tersebut dulu dikenal dengan Taman Lele. Di tempat ini terdapat danau buatan yang dikelilingi gazebo, sepeda air, kolam renang untuk anak, permainan anak, dan beberapa satwa peliharaan, seperti ular

35 35 phython, buaya dan berbagai jenis burung. Terletak di tepi jalan raya Tugu kurang lebih 10 km dari Tugu Muda kearah barat, dibuka setiap hari pukul WIB. d. Taman Rekreasi Wonderia Tempat rekreasi tersebut berada di Jl. Sriwijaya. Ditempat tersebut terdapat beragam anjungan permaainan anak-anak seperti bom-bom car, jet coaster, bianglala, rumah hantu, kereta mini, draimohen, dll. Bagi kalangan remaja dan orang dewasa, dapat menikmati sajian live musik dari berbagai aliran dan jenis. 5. Wisata Kuliner Di Kota Semarang terdapat berbagai macam kuliner yang menjadi ciri khas Kota Semarang, wisata kuliner tersebut adalah : (Disbudpar kota semarang :27-32) a. Pusat Oleh oleh Kota Semarang Masyarakat yang ingin membeli makanan dan oleh-oleh khas Semarang bisa datang di sepanjang Jl. Pandanaran. Bagi para wisatawan yang datang / melewati kota Semarang rasanya kurang lengkap jika tidak mampir di Pusat Jajan Pandanaran untuk membeli oleh-oleh. Di tempat tersebut tersedia Bandeng lunak, wingkobabat, lumpia, otak-otak, moci, cinderamata dan aneka jajan lainnya. Oleh-oleh yang dijual ditoko oko sepanjang jalan Pandanaran selain dijamin higienis, kualitas terjaga dan harga tercantum.

36 36 b. Lumpia Lumpia terbuat dari rebung yang dibungkus dengan lembaran tepung, biasa disajikan dengan digoreng lebih dahulu atau tanpa digoreng. Lumpia selain berisi rebung dapat diisi dengan daging ayam atau sapi yang dirajang kecil-kecil. Juga biasa disajikan dengan saos. Sebagai oleh-oleh, makanan yang hanya dapat bertahan selama 1 hari, dapat dibeli di sepanjang Jalan Pandanaran, Jl. Pemuda di depan Pasar Raya Sri Ratu atau sepanjang jalan MT. Haryono. c. Wingko Babat Berasal dari kota Babat, Jawa Timur, makanan yang terbuat dari bahan kelapa dan beras ketan kemudian menjadi makanan khas andalaan Semarang. Seiring dengan perkembangan jaman wingko diberi citarasa yang lebih beraneka ragam seperti coklat, durian, nangka, dan lain-lain. Makanan ini dapat ddibeli di pusat jajanan tradisional di Jalan Pandanaran, Stasiun Tawang, Stasiun Poncol dan pusat penjualan wingko Babat di Jalan Cendrawasih. d. Bandeng Presto Bandeng Presto adalah ikan bandeng yang dimasak dengan panci bertekanan tinggi biasanya disebut presto. Cara tersebut dilakukan untuk membuat duri ikan bandeng tersebut menjadi lunak sehingga enak untuk dimakan. Tempat penjualan bandeng presto tersebut juga menyediakan yang dipepes, otak-otak, dipanggang ataaupun digoreng kremes. Untuk bandeng presto biasa cara memasaknya cukup digoreng dengan memakai

37 37 minyak panas. Bandeng dengan kondisi tersebut dapat disimpan dalam lemari pendingin dalam waktu yang cukup lama. Makanan tersebut dapat diperoleh di pusat jajan tradisional di sepanjang jalan Pandanaran.

38 38 BAB III POTENSI VIHARA BUDDHAGAYA WATUGONG SEBAGAI OBYEK WISATA RELIGI DAN WISATA SEJARAH A. Sejarah dan Latar belakang berdirinya Vihara Buddhagaya Watugong Vihara buddhagaya Watugong merupakan suatu komplek bangunan religi yang terletak di Desa Pudak Payung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang yang mempunyai sejarah panjang hingga perkembangan yang besar pada saat ini. Kurang lebih 500 tahun sesudah keruntuhan Kerajaan Majapahit, muncullah berbagai kegiatan dan peristiwa yang menyadarkan berbagai kalangan penduduk akan warisan luhur nenek moyang yaitu Buddha Dhamma agar dapat kembali dipraktekkan oleh para pemeluknya. Usaha yang semula banyak digagas di zaman Hindia-Belanda. Akhirnya harapan akan adanya orang yang mampu untuk mengajarkan Buddha Dhamma pada para umat dapat terwujud dengan kehadiran Bhikkhu Narada Thera dari Negeri Srilanka pada tahun Gayungpun bersambut kehadiran Dharmmadutta Berjubah kuning dimanfaatkan umat dan simpatisan untuk mengembangkan diskusi dan memohon pembabaran Dhamma lebih luas lagi. Puncaknya muncullah putra pertama Indonesia yang mengabdikan diri secara penuh pada penyebaran Buddha Dhamma kembali, yakni pemuda Bogor bernama The Boan An yang kemudian menjadi Bhikkhu Ashin Jinarakhita yang ditahbiskan di Mahasi sasana yeikha, Rangoon, Burma, pada tanggal 23 januari 38

39 Pada tahun 1955 Bhikku Ashin memimpin perayaan waisak 2549 di Candi Borobudur, pada saat itu juga ada seorang hartawan yang menjadi tuan tanah dari semarang yang bernama Boci Thawan Ling dengan latar belakang agama Budha yang terkesan pada batinnya karena kepiawan dan kepribadian dari Bhikku Ashin, maka Boci Thawan Ling menghibahkan dan mempersembahkan sebagian tanah miliknya untuk digunakan sebagai pusat dan pengembangan Buddha Dhamma. Tempat itulah yang kemudian diberi nama Vihara Buddhagaya dan pada 19 oktober 1955 didirikan yayasan Buddhagaya untuk menaungi aktivitas vihara. Dari vihara inilah kemudian satu episode baru pengembangan Buddha Dhamma berlanjut. Mulai tahun 1955, Bhikkhu Ashin Jinarakhita sang pelopor kebangkitan Buddha Dhamma di nusantara menetap di Vihara Buddhagaya Semarang. Banyak sejarah besar beliau torehkan bersama Vihara Buddhagaya seperti Upasika lndonesia saat perayaan Asidha pada bulan juli tahun 1955, menggagas perayaan Buddha jayanti yang diperingati oleh umat Buddha diseluruh dunia tahun 1956, penanaman pohon Buddhi pada tanggal 24 Mei 1956 dan pendirian Sima Internasional pertama di KASAP (Belakang Makodam IV/ Diponegoro) untuk penahbisan Bhikkhu. Kemudian beberapa saat selama kurang lebih 8 tahun vihara ini sempat terlantar, namun sekarang bangkit kembali di bawah binaan Sangha Theravada. Maka pada bulan pebruari 2001 dilakukan revitalisasi dan renovasi pada vihara ini yang dimulai terlebih dahulu dengan pembangunan Gedung Dhammasala yang diresmikan pada tanggal 3 november 2002 oleh gubenur Jawa Tengah yaitu

40 40 H.Mardiyanto. Selanjutnya dibangun pula bangunan yang lain yaitu Pagoda Avalokitesvara pada bulan November 2004 dan diresmikan pada tanggal 14 juli 2005 oleh gubenur Jawa Tengah H.Mardiyanto. (Sumber brosur Vihara Buddhagaya 2009) B. Organisasi di Vihara Buddhagaya Watugong Dalam memajukan dan mengembangkan vihara Buddhagaya ini sebagai bangunan dan tempat yang berguna untuk semua kalangan, maka diperlukan suatu pengelolaan yang bertanggung jawab dan benar. Pengelolaan tersebut disusun dalam suatu organisasi sebagai berikut : (Yayasan Buddhagaya 2009 : 67)

SEJARAH KOTA SEMARANG

SEJARAH KOTA SEMARANG SEJARAH KOTA SEMARANG Sebagai salah satu kota besar di Indonesia dan telah menyandang kota metropolitan, lbu Kota Provinsi Jawa Tengah ini memiliki sejarah yang panjang. Mulanya dari dataran lumpur, yang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Kawasan Semarang sebagai lbu kota Jawa Tengah, memiliki sejarah yang panjang. Mulanya dari dataran lumpur yang kemudian hari berkembang pesat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berani mempromosikan diri untuk meningkatan citra dan perekonomian Kota

BAB I PENDAHULUAN. berani mempromosikan diri untuk meningkatan citra dan perekonomian Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang sebagai Ibu Kota Jawa Tengah memiliki daya tarik wisata yang sekarang ini meluncurkan slogan Ayo Wisata ke Semarang yang mulai berani mempromosikan diri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan terhadap dunia kepariwisataan di Indonesia menjadi salah satu komoditas dan sumber pendapatan devisa negara yang cukup besar dan usaha untuk mengembangkan

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh: STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR Oleh: WINARSIH L2D 099 461 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang berbeda. Ini menjadi variasi budaya yang memperkaya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Budaya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi negara-negara diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

Pulau Lombok. Sedangkan saluran informasi melalui audiovisual diperoleh dari televisi, compact disk (rekaman lokasi dan gambaran berbagai macam obyek

Pulau Lombok. Sedangkan saluran informasi melalui audiovisual diperoleh dari televisi, compact disk (rekaman lokasi dan gambaran berbagai macam obyek 23 KERANGKA PEMIKIRAN Pemasaran suatu produk barang dan jasa tidak akan bisa lepas dari konteks komunikasi. Transaksi tersebut tidak saja menyangkut komunikasi satu arah tetapi menyangkut dua arah. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Suara Merdeka, Senin, 10 Oktober 2011, Semarang Mampu Menjadi Kota MICE

BAB I PENDAHULUAN. 1 Suara Merdeka, Senin, 10 Oktober 2011, Semarang Mampu Menjadi Kota MICE BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Semarang merupakan ibukota propinsi Jawa Tengahyang pada tahun ini telah menginjak usia 465 tahun. Semarang sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Tari Seni tari merupakan seni menggerakkan tubuh secara berirama, biasanya sejalan dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu gagasan

Lebih terperinci

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Surakarta atau sering disebut dengan nama kota Solo adalah suatu kota yang saat ini sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas kota dengan berbagai strategi. Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Menurut Suharyono (1994:26) Geografi adalah pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan muka bumi (gejala geosfer)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Buddhism atau yang biasa dikenal sebagai ajaran Agama Buddha, merupakan salah satu filsafat tua dari timur yang ikut berkembang di Indonesia sejak abad ke 5. Pada

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam budaya yang jarang ditemui di daerah manapun. Keberagaman Budaya ini merupakan sebuah dayatarik khusus bagi wisatawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D

STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR. Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D STUDI PENGEMBANGAN PECINAN LASEM SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA TUGAS AKHIR Oleh : Indri Wahyu Hastari L2D 304 155 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara dua benua Asia dan Autralia serta antara Samudera Pasifik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ±

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Negara Indonesia memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat unik, karena pariwisata bersifat multidimensi baik fisik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. bersifat unik, karena pariwisata bersifat multidimensi baik fisik, sosial, 8 (PIS) adalah : barongsai, wayang orang dan wayang potehi yang bercerita tentang kerajaan cina kuno dan atraksi tersebut akan terus dikembangkan agar tetap menarik bagi pengunjung. BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT ' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Diskripsi Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka setiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Berkembangnya pariwisata pada suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR JUDUL PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PERAHU WARAG SEMARANG

JURNAL TUGAS AKHIR JUDUL PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PERAHU WARAG SEMARANG JURNAL TUGAS AKHIR JUDUL PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL PERAHU WARAG SEMARANG LATAR BELAKANG Semarang adalah kota raya dan merupakan Ibu kota dari Jawa Tengah dan sebagai kota metropolitan kelima di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN SELATAN 2.1.1. Kondisi Wisata di Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obyek wisata adalah sesuatu yang ada didaerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung. Obyek wisata dapat berupa bangunan seperti

Lebih terperinci

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA Diajukan oleh : ARDHANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah menjadi sektor industri yang sangat pesat dewasa ini, pariwisata sangat berpengaruh besar di dunia sebagai salah satu penyumbang atau membantu

Lebih terperinci

B A B I V U r u s a n P i l i h a n P a r i w i s a t a L K P J W A L I K O T A S E M A R A N G A K H I R T A H U N A N G G A R A N

B A B I V U r u s a n P i l i h a n P a r i w i s a t a L K P J W A L I K O T A S E M A R A N G A K H I R T A H U N A N G G A R A N 4.2.4 URUSAN PILIHAN PARIWISATA 4.2.4.1 KONDISI UMUM Pariwisata adalah industri terbesar dan paling cepat berkembang di dunia dewasa ini, dan merupakan segmen industri yang semakin populer dan semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari

Lebih terperinci

Dimana saja tempat yang bisa dikunjungi di surabaya?

Dimana saja tempat yang bisa dikunjungi di surabaya? Dimana saja tempat yang bisa dikunjungi di surabaya? Tempat rekreasi di surabaya, tempat wisata dan tempat yang tepat untuk memanfaatkan waktu liburan bersama keluarga, ada beberapa catatan tempat wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Medan merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Utara. Pada awalnya kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan catatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh beberapa negara di seluruh dunia. Negara menggunakan pariwisata sebagai penyokong ekonomi dan juga devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan negara dan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan negara dan daerah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan negara dan daerah, pengembangan destinasi baru pariwisata menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. World Tourism

Lebih terperinci

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Perkembangan Pariwisata di Indonesia Wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan terbesar di sekitar garis khatulistiwa. Indonesia terdiri lebih dari 17.508

Lebih terperinci

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian masyarakatnya. Tidak heran jika dewasa ini banyak masyarakat bersikap positif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang terdiri dari beberapa pulau dengan potensi alam dan budaya yang berbeda-beda antara satu pulau dengan pulau lainnya. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Kepulauan Nusantara dengan sebutan untaian zamrud di khatulistiwa, penuh dengan keindahan alam beserta flora dan faunanya, kaya dengan aneka ragam budaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia membutuhkan hiburan untuk melepaskan diri dari padatnya aktivitas sehari-hari. Pekerjaan dan rutinitas yang dilakukan setiap hari membutuhkan konsentrasi

Lebih terperinci

PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DI KABUPATEN KARANGANYAR

PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DI KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (PPA) PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DI KABUPATEN KARANGANYAR Diajukan Sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUBJENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUBJENIS USAHA 1. Daya Tarik Wisata No. PM. 90/ HK. 2. Kawasan Pariwisata No. PM. 88/HK. 501/MKP/ 2010) 3. Jasa Transportasi Wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, produk atau jasa yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan pasar. Sehingga terjadilah persaingan antar produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari jumlah wisatawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Pengertian judul : MUSEUM MUSIK TRADISONAL JAWA TENGAH DI BENTENG VASTENBURG SURAKARTA adalah sebagai berikut : Museum : Gedung yang digunakan sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber penghasilan suatu daerah. Dengan pengelolaan yang baik, suatu obyek wisata dapat menjadi sumber pendapatan yang besar.menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Latar belakang masalah digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

MAILISA ISVANANDA, 2015 POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

MAILISA ISVANANDA, 2015 POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,

Lebih terperinci

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel. Wisata Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kepariwisataan (Irawan, 2010:11) menjabarkan kata kata yang berhubungan dengan kepariwisataan sebagai berikut: Wisata : Perjalanan, dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum di ketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dunia yang 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhuan pariwisata saat ini merupakan bentuk nyata dari perjalanan sebuah bisnis global yang memang sangat menjanjikan karena pertumbuhan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan sektor pariwisata terjadi secara global dalam beberapa tahun belakangan ini. Sektor pariwisata menjadi tulang punggung suatu negara, dalam arti salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci