BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dinding ureter terdiri dari otot polos yang tersusun spiral, memanjang dan melingkar, tetapi batas lapisan yang jelas tidak
|
|
- Leony Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Berkemih Pengisian Kandung Kemih Dinding ureter terdiri dari otot polos yang tersusun spiral, memanjang dan melingkar, tetapi batas lapisan yang jelas tidak ditemukan. Kontraksi peristaltik yang teratur timbul 1-5 kali tiap menit akan mendorong urine dari pelvis renal menuju kandung kemih, dan akan masuk secara periodic sesuai dengan gelombang peristaltik. Ureter menembus dinding kandung kemih secara miring, dan meskipun tidak ada sfingter ureter, kemiringan ureter ini cenderung menjepit ureter sehingga ureter tertutup kecuali selama adanya gelombang peristaltik, dan refluks urine dari kandung kemih ke ureter dapat dicegah Pengosongan Kandung Kemih Otot polos kandung kemih, seperti pada ureter, tersusun secara spiral, memanjang, melingkar dan karena sifat dari kontraksinya otot ini disebut muskulus detrusor, terutama berperan dalam pengosongan kandung kemih selama berkemih. Susunan otot berada di samping kiri dan kanan uretra, dan serat ini disebut spingter uretra interna, meskipun tidak sepenuhnya melingkari uretra sepenuhnya. Lebih distal, terdapat spingter pada uretra yang terdiri dari otot rangka, yaitu spingter uretra membranosa (spingter uretra eksterna). Epitel kandung kemih tersusun
2 dari lapisan superfisial yang terdiri dari sel-sel gepeng dan lapisan dalam yang terdiri dari sel kubus. Susunan saraf pusat yang mengatur kandung kemih berpusat pada lobus frontalis pada daerah yang disebut dengan area detrusor piramidalis. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa kontrol terpenting terutama berasal dari daerah yang disebut dengan pembentukan retikular mesensefalik pontin, yang kemudian disebut sebagai pusat berkemih pontin. Sistem ini ditunjang oleh sistem reflex sakralis yang disebut dengan pusat berkemih sakralis. Jika jalur persarafan antara pusat pontin dan sakralis dalam keadaan baik, proses berkemih akan berlangsung baik akibat reflex berkemih yang menghasilkan serangkaian kejadian berupa relaksasi otot lurik uretra, kontraksi otot detrusor, dan pembukaan dari leher kandung kemih dan uretra. 4, 9 4, 8 Sistem saraf perifer dari saluran kemih bawah terutama terdiri dari sistem saraf otonom, khususnya melalui sistem parasimpatis yang mempengaruhi otot detrusor terutama melalui transmisi kolinergik. Perjalanan parasimpatis melalui nervus pelvikus dan muncul dari S2-S4. Transmisi simpatis muncul dari T10-T12 mmbentuk nervus hipogastrikus inferior yang bersama-sama dengan saraf parasimpatis membentuk pleksus pelvikus. 4, 9 Persarafan parasimpatis dijumpai terutama di kandung kemih dari dindingnya sangat kaya akan reseptor kolinergik. Otot detrusor akan berkontraksi atas stimulasi asetil kolin. Serabut simpatis-adrenergik
3 mempersarafi kandung kemih dan uretra. Reseptor adrenergik di kandung kemih terdiri dari reseptor alfa dan beta. Bagian trigonum kandung kemih tidak mempunyai reseptor kolinergik karena bagian ini terbentuk dari mesodermis, tetapi kaya akan reseptor adrenergic alfa dan sedikit reseptor beta. Sementara uretra memiliki ketiga reseptor. Berkemih pada dasarnya merupakan reflex spinal yang akan difasilitasi dan dihambat oleh pusat susunan saraf yang lebih tinggi, dimana fasilitasi dan inhibisi dapat bersifat volunteer. Urine yang memasuki kandung kemih tidak begitu meningkatkan tekanan intravesika sampai telah terisi penuh. Selain itu, seperti juga jenis otot polos lainnya, otot vesika memiliki sifat elastis, bila diregang, ketegangan yang mulamula timbul tidak akan dipertahankan. Hubungan antara tekanan intravesika dan volume vesika dapat dipelajari dengan cara memasukkan kateter dan mengosongkan vesika, kemudian dilakukan pencatatan tekanan saat vesika diisi oleh air atau udara dengan penambahan 50ml setiap kalinya (sistometri). Grafik antara tekanan intravesika dengan volume vesika urinearia disebut sistometrogram. Kurva yang dihasilkan menunjukkan adanya peningkatan kecil pada pengisian awal, kemudian disusul oleh segmen yang panjang dan hampir rata pada pengisian selanjutnya. Akhirnya timbul peningkatan tekanan yang tajam akibatnya tercetus reflex berkemih. Keinginan pertama untuk berkemih timbul bila volume kandung kemih sekitar 150cc, dan rasa penuh timbul pada pengisian sekitar 400cc. 4,8 4, 9
4 Pada kandung kemih, ketegangan akan meningkat dengan meningkatnya isi organ tersebut, tetapi jari-jarinya pun bertambah. Oleh karena itu, peningkatan tekanan hanya akan sedikit saja sampai organ tersebut relatif penuh. Selama proses berkemih, otot perineum dan spingter uretra eksterna relaksasi, otot detrusor berkontraksi dan urine akan mengalir melalui uretra. Mekanisme awal yang menimbulkan proses berkemih volunter belum diketahui secara pasti. Salah satu peristiwa awal adalah relaksasi otot-otot dasar panggul, dan hal ini mungkin menimbulkan tarikan ke bawah yang cukup besar pada otot detrusor untuk merangsang kontraksi. Kontraksi otot perineum dan spingter eksterna dapat dilakukan secara volunter, sehingga dapat menghentikan aliran urine saat sedang berkemih. Melalui proses belajar seorang dewasa dapat mempertahankan kontraksi spingter eksterna sehingga mampu menunda berkemih sampai saat yang tepat. 4, Total Vaginal Histerektomi Histerektomi vaginal adalah prosedur di mana uterus dikeluarkan secara bedah melalui vagina, tindakan ini sesuai untuk ukuran uterus yang tidak terlalu besar, maksimal uterus sebesar 12 minggu kehamilan. Operasi ini sering dikombinasikan dengan perbaikan prolaps kandung kemih dan / atau usus dan sling procedure untuk inkontinensia urin. 10 Banyak ahli bedah akan memilih untuk menambahkan jahitan dukungan tambahan pada vaginal vault pada saat operasi baik pada ligamentum uterosakral yang mendukung uterus (disebut suspensi
5 ligamentum uterosakral) atau pada struktur penyokong ke sisi uterus, (suspensi ligamentum sacrospinosa atau suspensi ileococcygeus). Ovarium dapat diangkat selama histerektomi vaginal jika diperlukan. 10 Dari 85% wanita yang menjalani histerektomi vaginal untuk prolaps uteri sembuh secara permanen. Sekitar 15% dari wanita mengalami prolaps lebih lanjut dari vaginal vault beberapa bulan atau tahun setelah operasi pertama mereka. 10 Gambar 1. Tampilan setelah histerektomi EpidemiologI TVH Histerektomi adalah operasi yang umum, sampai dengan 20% wanita menjalani prosedur ini pada usia 60 tahun. Sebagian besar histerektomi dilakukan melalui abdomen. Rasio histerektomi abdominal terhadap vaginal berkisar dari 1:1 sampai 6:1 di Amerika Utara, dan sekitar 3:1 di Kanada. Di Kanada pada tahun , 462 histerektomi dilakukan per wanita. Tingkat histerektomi bervariasi menurut
6 provinsi dari 434/ wanita di atas usia 35 tahun di British Columbia hingga 750/ wanita di Newfoundland. 11 Sebuah tinjauan Cochrane, mengenai tindakan bedah histerektomi untuk penyakit ginekologi jinak, yang melibatkan wanita dalam 27 percobaan, menyimpulkan bahwa tindakan bedah melalui vaginal lebih disukai daripada tindakan bedah melalui abdominal. Ketika histerektomi vaginal tidak memungkinkan, histerektomi laparoskopik mungkin menjadi alternatif utama untuk menghindari tindakan bedah dengan cara laparotomi. Pedoman praktek klinis SOGC pada status histerektomi bahwa rute vaginal harus dipertimbangkan untuk setiap histerektomi yang dilakukan untuk penyakit jinak, tetapi pendekatan yang dipilih tergantung pada keahlian dokter bedah, indikasi untuk operasi, sifat penyakit, 11, 12 karakteristik pasien, dan preferensi pasien. Histerektomi vaginal awalnya hanya digunakan untuk prolaps, namun indikasinya kini meningkat. Histerektomi vaginal diterima karena kurang invasif dibandingkan dengan histerektomi abdominal dan ada laporan preferensi penggunaannya karena memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan histerektomi abdominal. 13 Histerektomi cukup aman, umum, dan prosedur bedah rutin yang jarang menyebabkan kematian peri-operatif. Angka kematian keseluruhan untuk histerektomi abdominal atau vaginal adalah %.Hal ini tidak 13, 14 terkait dengan risiko kematian jangka panjang Komplikasi TVH
7 Komplikasi yang paling umum dari histerektomi dapat dikategorikan sebagai infeksi, tromboemboli vena, cedera traktus genitourinari (GU) dan gastrointestinal (GI), perdarahan, cedera saraf, dan dehisensi vaginal cuff. Komplikasi infeksi setelah histerektomi adalah yang paling umum, 13% untuk histerektomi vaginal. Tromboemboli vena kurang umum, mulai dari tingkat diagnosis klinis 1% hingga keadaan yang terdeteksi oleh metode laboratorium yang lebih sensitif yaitu 12%. Cedera pada traktus GU diperkirakan terjadi dengan tingkat 1-2% untuk semua operasi ginekologi mayor, dengan 75% dari cedera ini terjadi selama histerektomi. Cedera pada saluran pencernaan setelah histerektomi kurang umum, dengan kisaran 0,1-1%. Komplikasi perdarahan setelah histerektomi juga jarang terjadi, dengan berbagai median perkiraan kehilangan darah ml untuk histerektomi vaginal, dengan transfusi lebih mungkin setelah histerektomi laparoskopik dibandingkan dengan histerektomi vaginal. Neuropati setelah histerektomi adalah peristiwa yang jarang namun signifikan, dengan tingkat 0,2-2% setelah bedah pelvis mayor. Dehisensi vaginal cuff diperkirakan dengan tingkat 0,08% dengan histerektomi vaginal total. 15 Dalam beberapa hari pertama setelah histerektomi vaginal retensi urin dapat terjadi sampai dengan 10-15% kasus. Retensi urin pasca operasi adalah ketidakmampuan untuk berkemih setelah operasi meskipun kandung kemih telah penuh. Dalam sebagian besar kasus kondisi ini bersifat sementara, yang berlangsung beberapa hari pascaoperasi. Akan tetapi, ia dapat memanjang dalam beberapa kasus,
8 terutama di mana ia tidak teridentifikasi dan segera diobati. Retensi urin pasca operasi dapat menyebabkan beberapa komplikasi: infeksi saluran kemih, overdistensi kandung kemih, kerusakan detrusor dan dalam beberapa kasus disfungsi kandung kemih jangka panjang; yang terakhir memiliki potensi untuk menyebabkan hidronefrosis dan kerusakan ginjal 10, 16 yang mengarah pada penyakit ginjal kronis (terutama pada orang tua). Sebuah tinjauan studi literatur diidentifikasi yang menunjukkan bahwa retensi urin pasca operasi dapat dihubungkan dengan berbagai karakteristik pasien dan prosedur: usia lanjut; paritas; operasi yang lama; anestesi spinal, durasi anestesi, jumlah yang lebih tinggi dari cairan intraoperatif dan volume kandung kemih yang lebih tinggi segera setelah operasi; diabetes mellitus dan analgesia pasca operasi Retensio Urine Retensio urin adalah ketidak mampuan seseorang untuk mengeluarkan urine yang terkumpul di dalam buli-buli hingga kapasitas maksimal buli-buli terlampaui. Menurut Stanton, retensio urin adalah tidak bisa berkemih selama 24 jam yang membutuhkan pertolongan kateter, dimana produksi urin yang keluar sekitar 50% kapasitas kandung kemih. Proses miksi terjadi karena adanya koordinasi harmonik antara otot detrusor buli-buli sebagai penampung dan pemompa urine dengan uretra yang bertindak sebagai pipa untuk menyalurkan urine. Salah satu komplikasi lambat dari histerektomi biasanya melibatkan traktus urinearius. Gangguan berkemih terjadi pada 21-87%. Inkontinensia 7
9 urine terjadi pada 20-50%, dan gangguan sensasi kandung kencing terjadi pada % pasien. Karena itu, dilakukan evaluasi pascaoperasi yaitu dilakukan monitor fungsi vital secara berkala di ruang recovery, selang nasogastrik dapat diangkat jika fungsi usus membaik, kateter suprapubik diklem berkala untuk latihan berkemih yang dimulai pada hari kelima pascaoperasi. Kateter dapat diangkat apabila pasien dapat berkemih secara konsisten dengan volume residu kurang dari 100ml. Biasanya memerlukan waktu 7-10 hari. Karena sensasi berkemih dan BAB pada beberapa hari pascaoperasi masih terganggu, disarankan pasien dilatih berkemih tiap 4 jam dan BAB setiap hari jika memungkinkan. Drain pada ruang pararektal diperpendek mulai hari ketiga pascaoperasi dan diangkat jika drainase cairan kurang dari 30ml/24 jam. Drain segera diangkat jika terdapat tanda-tanda infeksi pada lokasi pemasangan drain. Diperlukan antibiotik yang sensitive terhadap staphylococci. Retensio urine pasca operasi secara umumnya disebabkan anestesi, baik umum maupun regional, nyeri pada luka insisi di dinding perut yang secara refleks sering menginduksi spasme dari otot levator yang menyebabkan konstraksi spastic pada spingter uretra. Rasa nyeri ini juga menyebabkan pasien enggan untuk mengkontraksikan otot-otot dinding perut guna mengeluarkan urine. Penyebab. 2, 9, 17, , 2,6 Rasa nyeri, dapat menyebabkan kontraksi spastik sfingter uretra Gangguan persyarafan Iatrogenic
10 Obstruksi Peradangan (inflamasi) Psikis dan umur yang tua Keita dkk secara prospektif mengevaluasi faktor risiko prediktif terhadap retensi urine pasca operasi. Tiga faktor utama prediktif terhadap retensi urine pasca operasi yaitu umur lebih dari 50 tahun, infus cairan durante operasi lebih dari 750mL dan volume urine kandung kemih lebih dari 270mL sesaat pasca operasi di ruang pemulihan. Ketidakmampuan untuk berkemih sering terjadi pasca operasi ginekologi dengan insidensi 7 sampai 80% bergantung dari kriteria dan prosedur operasi yang dilakukan. Distensi kandung kemih yang berlebihan dapat menyebabkan kesulitan miksi berkepanjangan dan bahkan menyebabkan kerusakan detrusor permanen. Retensi urine pasca operasi ginekologi (histerektomi vagina dan kolporafi anterior) disebabkan oleh rasa nyeri, edema dan spasme otot-otot pubokoksigeus yang timbul selama dan sesudah operasi. 6 Pemeriksaan klinis pada pasien dengan retensio urine didapatkan adanya massa sekitar daerah pelvik. Vesika urinearia mungkin dapat teraba transabdominal jika isinya berkisar antara mL. Pemeriksaan bimanual biasanya dapat meraba vesika urinearia bila terisi >200mL. Pemeriksaan uroflowmetri merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang sederhana untuk melihat adanya gangguan berkemih, yang pada pasien normal akan terlihat gambaran dengan flow rate >
11 ml/detik untuk volume urine minimal 150mL. Pada pasien dengan gangguan berkemih ditemukan penurunan peak flow rate dan perpanjangan waktu berkemih. 2 Pemeriksaan urine residu adalah sisa volume urine dalam kandung kemih setelah penderita berkemih spontan. Pada pasien pasca bedah ginekologi setelah kateter dilepas selama 6 jam didapatkan retensi urine jika volume urine residu > 100mL. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah dengan ultrasonografi untuk mengukur volume residu urine. Diagnosis nilai normal fungsi berkemih pada wanita adalah. Volume residu <50mL Keinginan yang kuat timbul setelah pengisian >250mL Kapasitas sistometri mL Tekanan otot detrusor <50cm H2O Flow rate>15 ml/detik 2 Penatalaksanaan retensio urin pasca bedah, yaitu penggunaan kateter menetap pasca bedah dipertahankan beberapa lama untuk mencegah peregangan kandung kemih yang berlebihan, obat-obatan yang bekerja pada sistem saraf parasimpatis; digunakan obat kolinergik yang kerjanya menyerupai asetil kolin (misoprostol), obat yang bekerja pada otot polos; yang digunakan adalah prostaglandin yang terbukti dapat mempengaruhi kerja otot-otot polos detrusor kandung kemih. Rahardjo P dalam penelitiannya di sub-bagian uroginekologi RSCM mendapatkan bahwa penggunaan Prostaglandin dapat mencegah terjadinya retensio
12 urin pasca histerektomi vaginal, atau dapat juga menggunakan obat yang bekerja pada sistem saraf simpatis; obat yang digunakan adalah antagonis reseptor alfa (fenoksibenzamin) Prostaglandin Prostaglandin adalah asam lemak tidak tersaturasi 20 karbon yang disintesis dari asam arakhidonat, dari hidrolisis membran fosfolipid yang dikatalis oleh fosfolipase A2. Asam arakhidonat dikonversi ke PGG2 dan PGH2 oleh prostaglandin H sintase (COX). PGH2 adalah intermediat PG yang tidak stabil dan akan segera dikonversi ke prostanoid bioaktif seperti PGD2, PGE2, PGF2, PGI2, dan tromboksan sintase. Biopsi kandung kemih manusia menunjukkan sekresi PGI>PGE>PGF>TXA. Detrusor adalah otot polos yang bekerja cepat, fasik, dengan isoform miosin yang memiliki adaptasi tinggi. Peran PG dalam modulasi otot polos telah banyak diteliti. Delapan tipe atau subtipe reseptor PG ditemukan adalah protein transmembran protein G yang dikode oleh gen yang bervariasi. Mekanisme yang terjadi adalah peningkatan camp sehingga, peningkatan tonus miogenik, coupling gap junction intraselular, otot polosnya relaksasi. Reseptor yang berperan meliputi DP, EP, FP, IP, dan TP, Terkecuali pengikatan pada reseptor EP3 yang dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan camp. Sensor pada urotelium kandung kemih akan berespon terhadap PG sebagai 20
13 mediator eksitatori. Serabut C aferen akan mengirimkan sinyal ke sistem saraf pusat dan otonom untuk refleks mikturisi. Korteks ginjal normal memproduksi PGE dan PGI serta sedikit TXA. Medulla renalis mesekresikan PGE 20 kali lipat dari korteks. Efeknya adalah vasodilatasi pembuluh darah ginjal dan infusi intrarenal dengan tujuan meningkakan aliran darah ke ginjal. Efek lain adalah natriuretik, inhibisi reabsorpsi sodium tubular, dan menurunkan transpor klorida pada loop of Henle , 22 Gambar 2. Peran modulasi Prostaglandin pada otot polos Misoprostol
14 Misoprostol (15-deoksi-16-hidroksi-16-metil PGE1) merupakan analog prostaglandin E1 sintetik. Dulunya ini dikembangkan untuk pencegahan dan pengobatan ulkus peptikum karena sifat anti-sekretorik asam gastrik dan berbagai sifat protektif mukosa. Ini telah menjadi obat penting dalam praktek obstetrik dan ginekologi karena kerja uterotonik dan pematangan serviks. Dibandingkan analog prostaglandin, misoprostol lebih murah, tersedia secara luas, stabil pada suhu ruangan dan memiliki sedikit efek samping. 3, 5 Misoprostol merupakan stimulator kuat kontraksi otot polos, seperti otot polos detrusor kandung kemih dan juga dapat menyebabkan kontraksi uterus dan membukanya (matangnya) serviks. Meskipun prostaglandin sangat efektif, keefektifannya bergantung pada jumlah reseptor prostaglandin di organ tersebut. 23, 24 Efek ini disebabkan karena ikatan pada G protein, meningkatkan sintesis camp, sehingga kadar kalsium berkurang. Fosforilasi/defosforilasi myosin rantai ringan menyebabkan relaksasi otot polos. Belakangan ditemukan PGE2 melakukan fungsinya pada lebih dari satu EP. Penelitian menghilangkan EP1 pada mencit menunjukkan penurunan aktivitas otot detrusor tetapi masih ditemukan adanya aktivitas dengan analisis adanya peran EP3. EP3 juga memfasilitasi pelepasan neurotransmitter parasimpatik melalui reseptor EP1 dan deporalisasi intrinsic melalui kanal SKCa Selain itu, penelitian invitro pada katak, ditemukan bahwa prostalglandin juga berperan dalam regulasi transport urea melewati epitel
15 osmoregulasi di mana permeabilitasnya lapisan ini dikontrol oleh PGE2. PGE2 berperan sebagai modulator autokrin, berperan dalam mencegah retensio urin. PGE2 50 mikrom menginduksi aktivitas kontraksi fase fasik (meningkat 85%), peningkatan frekuensi WCT (72%), dan 66% peningkatan depolarisasi spontan Retensi urin postpartum terjadi pada sekitar 10-15% wanita oleh karena penyebab yang multifactorial. Retensi urin dapat terjadi akut, subakut, maupun kronik. Pada pasien, terjadi hipotonia detrusor sehingga diperlukan obat untuk mencegah retensi urin ini. Pemberian analog prostalglandin 1,5 mg intravaginal ditemukan menurunkan insidensi retensi urin secara signifikan (37,5% vs 10%; p<0,05) Gambaran struktur misoprostol dan prostaglandin E1 yang terbentuk secara alami. Prostaglandin E alami ditemukan menghambat sekresi asam lambung pada tahun 1967 oleh Robert dkk. Namun, prostaglandin yang terbentuk secara alami memiliki tiga kelemahan yang menghambat aplikasi klinis mereka. Masalah-masalah ini adalah: (1) metabolisme yang cepat mengakibatkan kurangnya aktivitas oral dan durasi aksi yang singkat ketika diberikan secara parenteral, (2) banyak efek samping, dan (3) ketidakstabilan kimia yang mengarah pada umur simpan yang pendek. Misoprostol berbeda secara struktural dari prostaglandin E dengan adanya metil ester pada C-1, sebuah gugus metil pada C-16 dan gugus hidroksil pada C-16 bukannya di C-15. Metil ester di C-1 meningkatkan potensi anti-sekresi dan durasi kerja misoprostol, sementara gerakan dari gugus hidroksil dari C-15 ke C-16 dan
16 penambahan gugus metil pada C-16 meningkatkan aktivitas oral, 30, 31 meningkatkan durasi kerja, dan meningkatkan profil keamanan obat. Gambar 3. Struktur misoprostol dan prostaglandin E1 yang terbentuk secara alami 30 Prostaglandin berperan dalam peningkatan kontraksi otot detrusor. Prostaglandin E1, prostaglandin E2, prostaglandin α adalah prostaglandin 31, 32 F2 yang bekerja untuk meningkatkan kontraksi otot detrusor. Peran misoprostol dalam mencegah terjadinya retensio urin, yaitu dengan cara misorpostol dapat membuat saluran Ca 2+ terbuka sehingga Ca 2+ ekstrasel akan dengan mudah masuk ke intrasel dan berikatan dengan kalmodulin yang mengaktifkan pembentukan MLC kinase yang memfasilitasi pembentukan P-Myosin yang kemudian mengikat aktin yang menyebabkan kontraksi otot detrusor. Kontraksi otot detrusor menyebabkan fungsi pengosongan kandung kemih membaik dan menyebabkan risiko retensi urin dan residu pasca berkemih berkurang. 31, 32
17 2.6. Kerangka Teori TOTAL VAGINAL HISTEREKTOMI Gangguan persarafan Iatrogenic Anastesi Peradangan (inflamasi) Berkurangnya Tonus Otot Detrusor Kandung Kemih Kompensasi Fisiologis (-) Kompensasi Fisiologis (+) Residu Urin Meningkat Residu Urin Normal Retensio Urin Non Retensio Urin
18 2.7. Kerangka Total Vaginal Konsep Histerektomi Residu Urin Variable independen Variable dependen
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Berkemih Reflek berkemih adalah reflek medula spinalis yang seluruhnya bersifat otomatis. Selama kandung kemih terisi penuh dan menyertai kontraksi berkemih, keadaan ini
Lebih terperinciGANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT. Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S
GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI PADA USIA LANJUT Dr. Hj. Durrotul Djannah, Sp.S Secara biologis pada masa usia lanjut, segala kegiatan proses hidup sel akan mengalami penurunan Hal-hal keadaan yang dapat ikut
Lebih terperinciAulia Rahman, S. Ked Endang Sri Wahyuni, S. Ked Nova Faradilla, S. Ked
Authors : Aulia Rahman, S. Ked Endang Sri Wahyuni, S. Ked Nova Faradilla, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 Files of DrsMed FK UR (http://www.files-of-drsmed.tk 0 PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap wanita akan mengalami proses persalinan. Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal yaitu persalinan melalui vagina atau jalan lahir biasa (Siswosuharjo
Lebih terperincidisebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,
Fungsi normal kandung kemih adalah mengisi dan mengeluarkan urin secara terkoordinasi dan terkontrol. Aktifitas koordinasi ini diatur oleh sistem saraf pusat dan perifer. Neurogenic bladdre adalah keadaan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Bladder Retention Training 1.1. Defenisi Bladder Training Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi, penyebab, mekanisme dan patofisiologi dari inkontinensia feses pada kehamilan. INKONTINENSIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang dapat menurunkan kualitas hidup wanita. Disfungsi dasar panggul memiliki prevalensi
Lebih terperinciKanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap
Lebih terperinciGINJAL KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING
Ginjal dilihat dari depan BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,
Lebih terperinciProses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan
Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan Terdiri dari beberapa proses seperti: 1. Perubahan anatomis dan fisiologis miometrium Pertama, terjadi pemendekan otot polos miometrium
Lebih terperinciReferat Fisiologi Nifas
Referat Fisiologi Nifas A P R I A D I Definisi Masa Nifas ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir (akhir kala IV) sampai 42 hari/ 6 bulan setelah itu. Masa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan
Lebih terperincia) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, c) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Retensi urin pada wanita paling mungkin terjadi pada periode post partum atau setelah pembedahan pelvis. Menurut Stanton, retensio urin adalah ketidak-mampuan berkemih selama 24
Lebih terperinciPatologi persalinan (2)
Patologi persalinan (2) Mampu membuat diagnosis klinis, terapi pendahuluan, dan merujuk pada kasus-kasus terkait patologi persalinan Dapat menentukan diagnosis banding dan mengusulkan terapi pendahuluan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasal 1 dinyatakan bahwa seorang dikatakan lansia setelah mencapai umur 50
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TEORI 1. Lanjut Usia (Lansia) Menurut Undang-Undang nomor 4 tahun 1965 yang termuat dalam pasal 1 dinyatakan bahwa seorang dikatakan lansia setelah mencapai umur 50 tahun, tidak
Lebih terperinciAnita Widiastuti Poltekkes Semarang Prodi Keperawatan Magelang
PERBEDAAN KEJADIAN INKONTINENSIA URIN PADA PASIEN POST KATETERISASI YANG DILAKUKAN BLADDER TRAINING SETIAP HARI DENGAN BLADDER TRAINING SEHARI SEBELUM KATETER DIBUKA DI BPK RSU TIDAR MAGELANG Anita Widiastuti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan 2.1.1 Ginjal Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan setiap ginjal memiliki berat kurang lebih 125 g, terletak pada posisi di sebelah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rupture Perineum 2.1.1 Pengertian Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul yang terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prolaps organ panggul (POP) adalah turun atau menonjolnya dinding vagina ke dalam liang vagina atau sampai dengan keluar introitus vagina, yang diikuti oleh organ-organ
Lebih terperinciPENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan
PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pemasangan Kateter Urin Pemasangan kateter urin merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks merupakan salah satu organ yang fungsinya belum diketahui secara pasti. Apendiks sering menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya adalah apendisitis (Sjamsuhidayat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Konstipasi Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18 Konstipasi secara umum didefinisikan sebagai gangguan defekasi yang ditandai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari plasma darah di glomerulus. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Eliminasi Urin 1. Defenisi Eliminasi Urin Eliminasi urin normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi dari plasma darah di glomerulus. Dari 180 liter darah yang
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Induksi Persalinan a. Pengertian Induksi persalinan adalah suatu upaya atau intervensi yang dilakukan untuk memulai persalinan pada saat sebelum atau sesudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang menyebabkan kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan Alatas, 1985).
Lebih terperinciSistem Ekskresi Manusia
Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. DEFINISI Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak direncanakan, diduga atau terjadi tiba-tiba gugurnya janin dalam kandungan sebelum janin dapat
Lebih terperinciStruktur bagian dalam ginjal
Sitem perkemihan Sistem perkemihan Terdiri atas: dua ginjal, dua ureter, vesika urinaria dan uretra Fungsi ginjal pembentukan urine Yang lain berfungsi sebagai pembuangan urine Fungsi lain ginjal: Pengaturan
Lebih terperinciKEJADIAN RETENSIO URINE DAN INFEKSI SALURAN KEMIH PASCA SEKSIO SESARIA DAN OPERASI GINEKOLOGI DENGAN KATETER MENETAP 24 JAM DAN TANPA KATETER TESIS
KEJADIAN RETENSIO URINE DAN INFEKSI SALURAN KEMIH PASCA SEKSIO SESARIA DAN OPERASI GINEKOLOGI DENGAN KATETER MENETAP 24 JAM DAN TANPA KATETER TESIS OLEH : T.Mohammad Rizki DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
Lebih terperinciAtonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium
ATONIA UTERI Atonia Uteri Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium Kontraksi & retraksi menyebabkan terjadinya pembuluh darah shg aliran darah ketempat
Lebih terperinciKompresi Bimanual. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Kompresi Bimanual Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Persiapan pasien 1. Persiapan tindakan medik (informed consent) Beritahu pada ibu apa yang akan dikerjakan dan berikan kesempatan
Lebih terperincijuga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam
1. Agen Pelindung Mukosa a Sukralfat Dosis Untuk dewasa 4 kali sehari 500-1000 mg (maksimum 8 gram/hari) sewaktu lambung kosong (1 jam sebelum makan dan tidur). Pengobatan dianjurkan selama 4-8 minggu,
Lebih terperinciLAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN
LAPORAN PEDAHULUAN ABDOMINAL PAIN A. PENGERTIAN Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering terjadi pada laki-laki usia lanjut. BPH dapat mengakibatkan keadaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperplasia prostat jinak (BP H) merupakan penyakit jinak yang paling sering terjadi pada laki-laki usia lanjut. BPH dapat mengakibatkan keadaan pembesaran prostat jinak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan 1. Definisi Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari pertama sampai terakhir.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang fisiologis pada umumnya dimulai dengan adanya kontraksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
Lebih terperinci1. ATONIA UTERI. A. Pengertian
1. ATONIA UTERI A. Pengertian Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah Kehamilan aterm aliran darah ke uterus sebanyak 500-800 cc/menit.
Lebih terperinciAsuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi
Asuhan Persalinan Normal Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika: Usia cukup bulan (37-42 minggu) Persalinan terjadi spontan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Papyrus Ebers (1550 SM), dengan terapi menggunakan buah beri untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebocoran urin merupakan keluhan terbanyak yang tercatat pada Papyrus Ebers (1550 SM), dengan terapi menggunakan buah beri untuk mengatasinya. Pada tahun 2001 Asia Pacific
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Senyawa 1-(2,5-dihidroksifenil)-(3-piridin-2-il)-propenone
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Senyawa 1-(2,5-dihidroksifenil)-(3-piridin-2-il)-propenone Senyawa 1-(2,5-dihidroksifenil)-(3-piridin-2-il)-propenon adalah turunan senyawa kalkon yang tersubtitusi
Lebih terperinciPERUBAHAN SELAMA KEHAMILAN
PERUBAHAN SELAMA KEHAMILAN 1. Perubahan Fungsi Perubahan Hormonal Perubahan Mekanikal Pembesaran uterus yang menyebabkan tekanan organ, payudara menyebabkan perubahan postur dan posisi tubuh 2. Perubahan
Lebih terperinciSistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru
Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A
Lebih terperinciNeurogenic Bladder A. Pendahuluan
Neurogenic Bladder A. Pendahuluan A.1. Latar Belakang Berkemih (mikturisi) merupakan sebuah proses pengosongan kadung kemih setelah terisi dengan urin. Proses ini membutuhkan kerjasama dari fungsi sistem
Lebih terperinciGambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan
EMBRIOLOGI ESOFAGUS Rongga mulut, faring, dan esophagus berasal dari foregut embrionik. Ketika mudigah berusia kurang lebih 4 minggu, sebuah divertikulum respiratorium (tunas paru) Nampak di dinding ventral
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Sistem Perkemihan 1.1. Defenisi Sistem perkemihan merupakan suatu sistem organ tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,
Lebih terperinci11/28/2011 SISTEM URINARIA. By. Paryono
SISTEM URINARIA By. Paryono 1 KOMPONEN SISTEM URINARIA GINJAL Bentuk seperti kacang Terletak retroperitoneal cavum abdomen (antara dinding dorsal badan dan peritoneum parietal) pada daerah lumbal superior.
Lebih terperinciTUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1
TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training Oleh : Adelita Dwi Aprilia 135070201111005 Reguler 1 Kelompok 1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 1. Definisi Bladder
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Benigna prostatic hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, yang disebabkan hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar/jaringan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kehamilan ektopik yang berakhir dengan keadaan ruptur atau abortus. 12 Kehamilan
24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Kehamilan Ektopik Terganggu Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga uteri. Lokasi tersering
Lebih terperinciHUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA
HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA Elfitri Rosita Febriyany INTISARI Tingginya angka kesakitan dan kematian ibu maternal salah satunya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan uterus abnormal (PUA) menjadi masalah yang sering dialami oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan mengeluh menoragia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia laki-laki yang terletak mengelilingi vesica urinaria dan uretra proksimalis. Kelenjar prostat dapat mengalami pembesaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seksual yang sehat dan memuaskan merupakan aspek terintegrasi dari kualitas hidup yang baik. Banyak faktor yang terlibat pada fungsi seksual termasuk fisiologis,
Lebih terperinci[FARMAKOLOGI] February 21, Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS ) Pada th/ sistomatis, tidak u/ th/ kausal. Ibuprofen, asam mefenamat,
Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS ) Obat anti inflamasi terbagi 2 : 1. Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) Kronis, bekerja di saraf perifer Pada th/ sistomatis, tidak u/ th/ kausal Ex : Ibuprofen,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur disebabkan
Lebih terperinciPreeklampsia dan Eklampsia
Preeklampsia dan Eklampsia P2KS PROPINSI SUMATERA UTARA 1 Tujuan Membahas praktek terbaik untuk mendiagnosis dan menatalaksana hipertensi, pre-eklampsia dan eklampsia Menjelaskan strategi untuk mengendalikan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Rataan nilai temperatur tubuh ( 0 C) dari setiap perlakuan dan kontrol selama induksi dengan Metil-N-Nitrosourea dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 4.
Lebih terperinciTujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: a. Menentukan diagnosa kehamilan dan kunjungan ulang. b. Memonitori secara akurat dan cermat tentang kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Dalam masa kehamilan, tentunya tidak lepas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari data subjektif didapatkan hasil, ibu bernama Ny. R umur 17 tahun, dan ini merupakan
Lebih terperinciAspek Anatomis, Fisiologis, dan Klinis Vagina dan Ostium Vagina Uterus Saluran kemih Inkontinensia Peritoneum dan dinding abdomen Perubahan komposisi
NIFAS Pendahuluan Masa nifas adalah periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran. Umumnya 4-6 minggu. Terjadi banyak perubahan fisiologis, anatomis, dan klinik. Oleh karena itu, perlunya perawatan
Lebih terperincicaesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007).
A. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kateter Urin Pemasangan kateter urin merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciMANAJEMEN NYERI POST OPERASI
MANAJEMEN NYERI POST OPERASI Ringkasan Manajemen nyeri post operasi bertujuan untuk meminimalisasi rasa tidak nyaman pada pasien, memfasilitasi mobilisasi dini dan pemulihan fungsi, dan mencegah nyeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sectio caesarea (SC) merupakan prosedur operatif yang dilakukan di bawah anestesia sehingga janin, plasenta dan ketuban dilahirkan melalui insisi dinding abdomen
Lebih terperinciPENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya
MAPPING CONCEPT PENGATURAN SIRKULASI Salah satu prinsip paling mendasar dari sirkulasi adalah kemampuan setiap jaringan untuk mengatur alirannya sesuai dengan kebutuhan metaboliknya. Terbagi ke dalam pengaturan
Lebih terperinciTUGAS MADIRI BLADDER TRAINING
TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING Disusun untuk memenuhi tugas Blok Urinary Oleh: Puput Lifvaria Panta A 135070201111004 Kelompok 3 Reguler 2 PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, mencangkup beberapa komponen inflamasi, berpengaruh terhadap penyembuhan dan nyeri pascabedah.sesuai
Lebih terperinciDEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE
DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Definisi Inkontiensia Urine
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penatalaksanaan nyeri akut pascaoperasi merupakan salah satu tantangan seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003 melaporkan bahwa
Lebih terperincibiologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI
15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Denyut Jantung Itik Cihateup Fase Grower
26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Denyut Jantung Itik Cihateup Fase Grower Hasil pengamatan denyut jantung itik Cihateup fase grower yang diberi minyak buah
Lebih terperinciSISTEM PENGELUARN (EKSKRESI )
SISTEM PENGELUARN (EKSKRESI ) Ekskresi merupakan proses pengelaaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, zat warna empedu dan asam urat. Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan ekskresi :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
Lebih terperinciDr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI
Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI Mempunyai kekhususan karena : Keadaan umum pasien sangat bervariasi (normal sehat menderita penyakit dasar berat) Kelainan bedah yang
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN
Lebih terperinciANTAGONIS KOLINERGIK. Dra.Suhatri.MS.Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS
ANTAGONIS KOLINERGIK Dra.Suhatri.MS.Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS PENDAHULUAN Antagonis kolinergik disebut juga obat peng hambat kolinergik atau obat antikolinergik. Yang paling bermanfaat
Lebih terperinciJenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.
JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi
Lebih terperinciPERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN
PERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN FUNGSI PRIMER SALURAN PENCERNAAN Menyediakan suplay terus menerus pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi, tetapi sebelum zat-zat ini diperoleh, makanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per 100.000 per tahun. 1 Sekitar 250.000 kejadian fraktur femur terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri, keadaan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang The International Association for The Study of Pain menggambarkan rasa sakit sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan dihubungkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biologis atau fisiologis yang disengaja. Menopause dialami oleh wanita-wanita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah yang akan dialami setiap perempuan selain pubertas, kehamilan, dan menstruasi. Seorang perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Tingginya biaya perawatan,
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. KARIADI SEMARANG Disusun oleh : Hadi Winarso 1.1.20360 POLITEKNIK KESEHATAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Perkemihan 1. Definisi Sistem Perkemihan Sistem perkemihan merupakan suatu sistem organ tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Neonatus yang baru lahir akan ditimbang dalam beberapa menit setelah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Berat Badan pada Neonatus Berat badan merupakan gambaran status nutrisi secara umum. Neonatus yang baru lahir akan ditimbang dalam beberapa menit setelah kelahiran.
Lebih terperinciSISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA
A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan
Lebih terperinciKEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL
KEBUTUHAN ELIMINASI BOWEL DISUSUN OLEH : 1. SEPTIAN M S 2. WAHYU NINGSIH LASE 3. YUTIVA IRNANDA 4. ELYANI SEMBIRING ELIMINASI Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
Lebih terperinciSISTEM PENGELUARAN (EKSKRESI ) Rahmad Gurusinga
SISTEM PENGELUARAN (EKSKRESI ) Rahmad Gurusinga Ekskresi merupakan proses pengelaaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, zat warna empedu dan asam urat. Beberapa istilah yang erat kaitannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki angka kematian ibu (AKI) tertinggi di Asia Tenggara. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI (yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seksio sesaria adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Proses Persalinan a. Pengertian Ibu dengan pasca melahirkan adalah suatu masa yang membutuhkan perhatian khusus dari keluarga dan lingkungannnya. Bagi ibu akan
Lebih terperinci