UNIVERSITAS INDONESIA MAKNA RITUAL SEMEDI DALAM BUDAYA JAWA : STUDI KASUS DI PANDAN KUNING PETANAHAN KEBUMEN SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA MAKNA RITUAL SEMEDI DALAM BUDAYA JAWA : STUDI KASUS DI PANDAN KUNING PETANAHAN KEBUMEN SKRIPSI"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA MAKNA RITUAL SEMEDI DALAM BUDAYA JAWA : STUDI KASUS DI PANDAN KUNING PETANAHAN KEBUMEN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) SIRILIN MEGALUH FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI SASTRA DAERAH UNTUK SASTRA JAWA DEPOK JULI 2012

2 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di. Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh kepada saya. Depok, 10 Juli 2012 Sirilin Megaluh

3 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Sirilin Megaluh NPM : Tanda Tangan : Tanggal : 10 Juli 2012

4 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Sirilin Megaluh NPM : Program Studi : Sastra Daerah untuk Sastra Jawa Judul : Makna Makna Ritual Semedi dalam Budaya Jawa: Studi Kasus di Pandan Kuning Petanahan Kebumen Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,. DEWAN PENGUJI Pembimbing : Darmoko, S.S., M. Hum. (... ) Penguji 1 : Prapto Yuwono, S.S., M. Hum. (... ) Penguji 2 : Dyah Widjayanty Darmono, S.S., M. Si. (... ) Panitera : Murni Widyastuti, S.S., M. Hum. (... ) Ditetapkan di : Depok Tanggal : 10 Juli 2012 oleh Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Dr. Bambang Wibawarta NIP

5 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan karunia-nya, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk syarat untuk mencapai gelar Sarjana Humaniora Jurusan Sastra Daerah untuk Sastra Jawa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, sungguh tidak mungkin bagi saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini. Ucapan tulus terima kasih saya persembahkan kepada: (1) Bapak Darmoko, S.S., M.Hum. selaku dosen pembimbing saya yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran disela-sela kesibukannya untuk melayani saya dalam berkonsultasi. Terima kasih untuk senyum kesabaran yang selalu diberikan di setiap pertemuan. (2) Dewan penguji, Bapak Prapto Yuwono, M. Hum. dan Ibu Dyah Widjayanty Darmono, S.S., M. Si., serta Ibu Murni Widyastuti, M. Hum. selaku Panitera sidang skripsi saya. Terima kasih telah menjadi inspirator bagi saya. (3) Pembimbing akademik saya, Ibu Ratnawati Rachmat M.Hum. yang penuh perhatian menuntun saya dan telah menyediakan waktu untuk konsultasi halhal mengenai perkuliahan, serta seluruh dosen Program Studi Sastra Jawa yang telah membantu dalam kegiatan akademik dan memberikan segudang ilmu pengetahuan dan berbagai pengalaman yang tak ternilai kepada saya. (4) Kedua orang tua saya, Ibu Siti Asiyah, yang telah membuat saya menangis haru karena rela menemani saya turun ke lapangan penelitian. Sepertinya tidak cukup hanya kata terima kasih untukmu Ibu. Kepada Bapak saya, Bapak Hadi Sura, yang tidak akan mungkin hadir dalam acara wisuda saya nanti. Skripsi ini khusus dipersembahkan untukmu dengan serangkaian mawar kuning yang harum. Rasa rindu tak akan pernah pupus dan akan senantiasa terkenang sosokmu di hati ini, tetaplah berikan senyummu dari sana untuk putri mungilmu ini.

6 (5) Kakak-kakak saya: Wahyu Handoko, Edi Nugroho, Restu Dodi Maryadi, Teguh Imam Suprayogi, Sirikit Marlina, dan seluruh anggota keluarga yang selalu memberikan dukungan moril dan materiil serta memberikan bantuan yang sungguh luar biasa dalam penyusunan skripsi ini. (6) Sahabat-sahabat yang saya sayangi, Anwar Firdaus, Ayu Muzayyanah, dan Wahid Setiawan. Kalian kadang begitu menyebalkan, namun tanpa kalian mungkin penyelesaian skripsi ini akan tertunda. (7) Rekan-rekan saya angkatan 2008: Aglis, Anggraini, Atin, Ayu Muzayyanah, Ayu Pratiwi, Ayu Puspa, Christisia, Desi, Hamidah, Fitri, Lintang, Mashita, Majda, Miranti, Nurul, Ovie, Prita Ayu, Nindya, Rintan, Siti Uswatun, Siti Noerlia, Umiatun, Yuli, Abu, Arief, Ar Rummy, Afrizal, Arienda, Amri, Andaru, Angga, Ari, Ardhita, Ayis, Dimas, Dwi Agus, Fahmi, Habby, Harry, Herman, Herendra, Ibnu Fadl, Irvan Maher, M.Ayatullah, Reza, Satrianto, Sigit, yang senantiasa berbagi canda, tawa, tangis, dan haru bersama. Rasa rindu tak akan pernah terhapus untuk kalian selamanya. (8) Kakak-kakak angkatan 2005, 2006 dan 2007 serta adik-adik angkatan 2009, 2010 dan 2011, yang bersama-sama suka dan duka menjalani berbagai kegiatan perkuliahan. (9) Masyarakat Pandan Kuning Petanahan Kebumen dan seluruh informan yang dengan kebaikan hatinya telah membantu penelitian ini. (10) Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat balasan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa. Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini sungguh terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memperluas ilmu dan wawasan pengetahuan kita, khususnya kebudayaan di Indonesia. Depok, 10 Juli 2012

7 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Sirilin Megaluh NPM : Program Studi : Sastra Daerah untuk Sastra Jawa Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya Jenis Karya : Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:... Makna Ritual Semedi dalam Budaya Jawa: Studi Kasus di Pandan Kuning Petanahan Kebumen... beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 10 Juli 2012 Yang menyatakan (Sirilin Megaluh)

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Batasan Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sumber Data Penelitian Penelitian Terdahulu Metode Penelitian Kerangka Teori Penelitian Sistematika Penyajian BAB 2 SEKILAS TENTANG MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN PANDAN KUNING PETANAHAN KEBUMEN Lokasi dan Keadaan Alam Penduduk Latar Belakang Sosial Budaya Sekilas Sejarah Pandan Kuning Peta Keagamaan Masyarakat (Sistem Religi) Pandan Kuning; Antara Wisata dan Religi Motif Ekonomi Ritual Semedi di Pandan Kuning BAB 3 RITUAL SEMEDI SEBAGAI SEBUAH LAKU Pandangan Dunia Jawa Tentang Kosmos Laku dalam Budaya Jawa Ritual Semedi sebagai Sebuah Laku Ritual Semedi dalam Budaya Jawa BAB 4 ANALISIS MAKNA RITUAL SEMEDI DI PANDAN KUNING PETANAHAN KEBUMEN Sarana, Ruang, dan Waktu Semedi Sikap, Ucapan, dan Tindakan Semedi Tujuan Semedi Semedi dengan Motif Kasampurnan Dumadi... 62

9 4.3.2 Semedi dengan Motif Ekonomi Implementasi Hasil Semedi Mitos Antara Ritual Semedi di Pandan Kuning dengan Ratu Kidul BAB 5 SIMPULAN DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN... 81

10 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga Perincian Penduduk Desa Karanggadung Menurut Pekerjaan Tahun Perincian Penduduk Desa Karanggadung Menurut Pendidikan Tahun

11 ABSTRAK Nama : Sirilin Megaluh Program Studi : Sastra Daerah untuk Sastra Jawa Judul : Makna Ritual Semedi dalam Budaya Jawa: Studi Kasus di Pandan Kuning Petanahan Kebumen Skripsi ini membahas mengenai makna ritual semedi dalam budaya Jawa, dengan melakukan studi kasus di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif interpretatif, dengan menggunakan teori interpretasi (Jan van Luxemburg) dan mengaplikasikan konsepsi simbolik (Suwaji Bastomi). Hasil dari penelitian ini adalah berupa gambaran secara komperhensif mengenai konsep dan makna ritual semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Beberapa aspek dalam semedi yang meliputi sarana, ruang, dan waktu semedi; ucapan, sikap, dan tindakan semedi; tujuan semedi; implementasi hasil semedi; serta mitos antara ritual semedi di Pandan Kuning dengan Ratu Kidul; akan dianalisis secara deskriptif interpretatif. Semedi merupakan wujud laku untuk memperoleh kesempurnaan hidup (kasampurnan dumadi). Kata Kunci: Semedi, Pandan Kuning, Kasampurnan Dumadi

12 ABSTRACT Name Study Program Title : Sirilin Megaluh : Ethnic Literature of Javanese : The Meaning of Meditation Ritual in Javanese Culture : Case Studies at Pandan Kuning Petanahan Kebumen The focus of this study is about the meaning of ritual meditation in Javanese culture, by conducting a case study at Pandan Kuning Petanahan Kebumen. This research using interpretative descriptive method, by using interpretation theory (Jan van Luxemburg) and applying symbolic conception (Suwaji Bastomi). The results of this study is a comprehensive overview about the concept and the meaning of meditation ritual at Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Several aspects of meditation, which includes facilities, spaces, and time of meditation; words, attitudes, and actions of meditation; purpose of meditation; the implementation of meditation results; and the myth of ritual meditation in Pandan Kuning with Ratu Kidul; will be descriptively interpretative analyzed. Meditation is the form of behavior to gain the perfection of life (kasampurnan dumadi). Keywords: Meditation, Pandan Kuning, Kasampurnan Dumadi

13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Jawa sebagai salah satu suku yang besar memiliki konsep pemikiran budaya yang khas. Konsep pemikiran masyarakat Jawa pada umumnya memang kental dengan hal-hal berbau religius atau mistik. Dewasa ini, sebenarnya mistik dan praktek-praktek magis-mistis senantiasa merupakan arus bawah yang amat kuat kalau bukan malah esensi dari kebudayaan mereka (Mulder, 1984:1). Di era globalisasi berbau teknologi seperti sekarang, masih banyak orang Jawa yang melakukan praktek-praktek magis atau upacara-upacara ritual di tempat-tempat yang dipandang keramat. Hal tersebut terjadi karena masih mengentalnya paham-paham animistis pada paham masyarakat Jawa saat ini, sehingga tidak dapat disangkal bahwa gagasan pokok ajaran agama suku, yaitu bahwa manusia mewujudkan kesinambungan tokoh dewa tertinggi masih tetap menggema dalam masyarakat Jawa (Mulder, 1984:22). Prinsip-prinsip yang melandasi pandangan dunia mistik Jawa tampak sebagai berikut: tata cara eksistensi adalah kemanunggalan yang tersusun dari dua ciri yang berbeda tetapi merupakan satu kesatuan, yaitu segi lahiriah dan segi batiniah (Mulder, 1984:22). Setiap manusia memiliki kewajiban untuk menciptakan keselarasan antara aspek-aspek lahir dan aspek-aspek batin dari hidup ini agar tercipta keseimbangan kosmos. Salah satu upaya untuk menggapai keseimbangan kosmos, masyarakat Jawa seringkali melakukan kegiatan ritual dalam kehidupan mereka. Melakukan sebuah upacara atau ritual di tempat-tempat yang dianggap keramat adalah suatu tindakan religius yang merupakan salah satu bagian dari unsur kebudayaan. Masyarakat primitif seringkali mengadakan ritus (upacara) suci dengan tujuan untuk menciptakan kesejahteraan dunia. Dalam hal ini, Huizinge menyebutkan bahwa ritus adalah suatu perbuatan ritual yang menggambarkan kejadian-kejadian kosmos, peristiwa dalam proses alam dan 1

14 2 efeknya menyebabkan pemuja ikut serta di dalam peristiwa suci itu sendiri (Wahjono, 103:1988). Sebuah tindakan religius pada dasarnya merupakan cara manusia dalam mencari jati dirinya atau mencari hubungan dengan Tuhan maupun makhlukmakhluk alam gaib. Tindakan religius tersebut pada prinsipnya dilakukan karena dorongan emosi keagamaan. Semua aktivitas yang bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa disebut emosi keagamaan atau religious emotion (Koentjaraningrat, 1981:371). Emosi keagamaan ini biasanya pernah dirasakan oleh setiap manusia, walaupun getaran emosi itu mungkin hanya berlangsung untuk beberapa saat dan kemudian menghilang. Emosi keagamaan itulah yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan-tindakan religius. Tindakan religius yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Jawa merupakan sebuah tradisi. Tradisi berbau mistik tersebut berasal dari paham animisme (pemujaan roh) dan dinamisme (benda-benda mati) yang dianut oleh masyarakat Jawa sejak zaman prasejarah tersebut diyakini sebagai mitos dan magis (Pitaloka, 2008:2). Salah satu diantara ritual sebagai tidakan religius yang masih senantiasa dilakukan oleh masyarakat Jawa adalah ritual semedi. Semedi merupakan salah satu upaya manusia untuk mencari keselamatan hidup dan memperoleh ketenangan batin (Suseno, 1993:135). Semedi dilakukan pada tempat-tempat tertentu, misalnya pada tempat yang dianggap keramat atau dipengaruhi oleh mitos masyarakat setempat. Selain itu, para pelaku semedi dapat melakukan semedi di tempat-tempat yang cocok atau hening, seperti puncak gunung, gua di hutan, sungai, dan pantai. Menurut gambaran Anderson tentang lensa pembakar: semakin banyak cahaya matahari di tampung semakin banyak panas yang dihasilkan, sehingga semakin besar konsentrasi yang dicapai melalui semedi, semakin banyak kekuatan kosmos yang dapat dipusatkan dalam dirinya sendiri (Suseno, 1993:104). Dalam tradisi Jawa ada cara-cara untuk memusatkan kekuasaan kosmos dalam dirinya sendiri. Orang Jawa banyak yang melakukan semedi demi mendapatkan kekuatan gaib untuk berbuat baik dalam masyarakat, seperti menyembuhkan penyakit, menolong orang lain, dan sebagainya. Namun pada

15 3 kenyataanya, masih ada orang yang menggunakan kekuatan itu untuk kepentingan-kepentingan sendiri bahkan merugikan orang lain. Semedi yang seringkali disamakan dengan tapa 1 pada hakekatnya bertujuan untuk membersihkan diri (Mulder, 1980:25). Keseimbangan antara makrokosmos dan mikrokosmos akan dapat tercapai apabila manusia dapat menjalakan laku 2. Usaha dengan menjalankan laku termasuk usaha batin, sehingga pelaksanaannya pada umumnya juga disebut laku batin (Hadikoesoemo, 1985:89). Salah satu bentuk laku itu adalah dengan menjalankan tapa, seperti tapa brata yaitu menjauhi keduniawian dan keramaian; lelana brata yaitu menjauhi keduniawian dan keramaian dengan berkelana atau mengembara (Darmoko, 2007:4). Dalam pandangan dunia Jawa, tujuan semedi sejatinya adalah untuk mencapai ketenangan batin atau menyatukan diri dengan Tuhannya (Manunggaling Kawula Gusti). Manunggaling Kawula Gusti dalam pandangan Jawa merupakan pandangan yang menganggap bahwa kewajiban moral manusia adalah mencapai harmoni dengan kekuatan terakhir dan pada kesatuan terakhir, yaitu manusia menyerahkan dirinya selaku kawula terhadap Gustinya (Sujamto, 1997:70). Pada kehidupan masyarakat Jawa, banyak ditemukan jenis-jenis semedi dengan berbagai konsep. Ritual semedi banyak dilakukan malam hari pada tanggal-tanggal tertentu, juga pada siang hari dan tidak terikat pada tanggal tertentu. Ritual semedi dalam masyarakat Jawa diyakini memang merupakan salah satu jalan untuk memperoleh petunjuk atau wahyu dari Tuhan. Dalam melakukan semedi untuk mencapai tujuannya tidak sembarang melakukan saja, namun ada beberapa tahapan yang harus dijalani sebelum atau ketika menjalankan semedi. Untuk memberikan gambaran secara komperhensif tentang semedi dalam ranah budaya Jawa, maka dilakukan studi kasus di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Pandan Kuning adalah pesisir pantai selatan yang merupakan salah satu tempat wisata spiritual yang paling terkenal di Kebumen Jawa Tengah. 1 Tapa adalah melakukan suatu tindakan mematikan raga dengan menyingkir dari keramaian hidup (Poerwadarminta, 1939:592) 2 Laku dalam bahasa Jawa ada yang berarti jalan dan perbuatan. Lelaku adalah salah satu cara atau usaha untuk mendapatkan sesuatu hal. Lelaku sering dikaitkan dengan dunia spiritual. Lelaku dalam dunia spiritual dianggap sebagai jalan untuk menguasai suatu kemampuan dan kekuatan (Ciptoprawiro, 1986:74).

16 4 Secara khusus, ada beberapa masyarakat Kejawen yang sering melakukan semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Penelitian tentang semedi khususnya semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen dewasa ini belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk menjelaskan bagaimana para pelaku spiritual semedi melakukan semedi dan memaknai semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Dalam penelitian ini juga akan mengangkat seluk-beluk semedi serta pencatatan sejarah mengenai Pandan Kuning Petanahan Kebumen yang dilakukan dengan pengamatan dan wawancara. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya lebih banyak mengungkap tentang konsep semedi yang mengarah pada tujuan Manunggaling Kawula Gusti. Sedangkan semedi yang dilakukan di Pandan Kuning Petanahan Kebumen tidak hanya mengarah pada konsep Manunggaling Kawula Gusti, namun sebagian besar tujuan para pelaku semedi adalah untuk memperoleh wangsit dalam ngalap berkah yaitu mencari nomor togel. Antara semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen dengan kasus ngalap berkah mencari nomor togel menjadi sebuah objek yang menarik untuk dikaji. Kasus tersebut memberikan citra yang berbeda untuk Pandan Kuning dari tempat-tempat semedi lain, seperti di Kraton Bulu Pitu Kutowinangun Kebumen atau di Petilasan Syeh Baribin Grenggeng Karanganyar Kebumen. Aktivitas pelaku semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen menyimbolkan bahwa seseorang harus berusaha untuk mencapai tujuan hidup. Manusia adalah makhluk budaya dan budaya manusia sarat akan simbol. Demikian pula dengan kegiatan ritual semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen yang kaya akan simbol. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini digunakan teori simbol untuk menganalisis makna ritual semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Hasil penelitian ini diharapkan dapat merumuskan makna simbolik dari aspek-aspek dan kasus atau masalah yang terdapat di dalam ritual semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Peneliti juga berharap dengan adanya penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu religi Jawa bagi masyarakat dan

17 5 memberikan referensi ilmiah tentang budaya lokal di Indonesia bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana ritual semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen? 2. Apakah makna ritual semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen? 1.3 Batasan Masalah Penelitian Dalam penelitian ini hanya akan membahas makna dan fungsi semedi dalam ranah budaya Jawa dengan melakukan studi kasus di Pandan Kuning Petanahan Kebumen yang ditinjau dari aspek pemaknaan masyarakat Jawa pada umumnya dan masyarakat sekitar Pandan Kuning Kebumen pada khususnya. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan ritual semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. 2. Menganalisis makna ritual semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian ini adalah: 1. Menjadi masukan dan memberikan referensi ilmiah tentang budaya lokal di Indonesia bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. 2. Menjadi rujukan bagi penelitian-penelitian budaya lokal di Indonesia yang berkaitan dengan semedi. 1.6 Sumber Data Penelitian Sumber data penelitian ini adalah berupa cerita atau penuturan masyarakat lokal dan pelaku semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen (teks lisan). Sumber data penelitian diperoleh melalui metode wawancara dengan beberapa informan (narasumber). Data-data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif interpretatif.

18 6 1.7 Penelitian Terdahulu Penelitian yang berorientasi pada ritual semedi atau tapa menurut pengamatan peneliti, belum banyak dilakukan. Penelitian ilmiah menyeluruh tentang situs Pandan Kuning Petanahan Kebumen sebagai sarana kebudayaan, khususnya mengenai semedi juga belum dilakukan. Adapun penelitian yang terkait seperti Ragil Pamungkas (2006) mengenai kungkum yang merupakan laku yang mengawali semedi. Sebagian besar juga diawali pengetahuan mengenai wacana semedi dari Niels Mulder (1984) dan Frans Magnis Suseno (2003). Penelitian tentang ritual semedi sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Diah Pitaloka dari program studi Sastra Jawa FIB UI. Diah Pitaloka menulis tentang semedi melalui sebuah skripsinya yang berjudul Semedi dalam kebudayaan Jawa: studi kasus di Tempuran Gadog sebuah tinjauan semiotik, tahun Penelitian atau tulisan yang pernah dilakukan sebelumnya tersebut kiranya dapat memberikan gambaran penelitian perihal ritual semedi. Penelitian yang akan dilakukan selanjutnya akan menekankan pada kajian simbolis dan menyoroti secara lebih khusus perihal makna dan fungsi semedi dalam ranah budaya Jawa dengan pemaknaan makna semedi pada daerah tertentu yakni dengan melakukan studi kasus di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Temuan atau hasil objek penelitian ini berbeda dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Pada penelitian Diah Pitaloka, objek penelitian dikaji secara semiotik. Ritual semedi yang dilakukan di Tempuran Gadog adalah tapa kungkum dan keseluruhan semedi mengarah pada tujuan Manunggaling Kawula Gusti. Sedangkan objek penelitian ini dimaknai secara simbolik. Semedi yang dilakukan di Pandan Kuning Petanahan Kebumen tidak hanya mengarah pada konsep Manunggaling Kawula Gusti atau Kasampurnan Dumadi, namun sebagian besar tujuan para pelaku semedi adalah untuk memperoleh wangsit dalam ngalap berkah yaitu mencari nomor togel. Hasil penelitian ini diharapkan dapat merumuskan makna simbolik dari aspek-aspek dan kasus atau masalah yang terdapat di dalam ritual semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen.

19 7 1.8 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang lebih berorientasi kepada pemahaman terhadap berbagai gejala sosial. Peristiwa atau tindakan yang dilakukan manusia itu adalah bermakna bagi pelakunya, sehingga esensi dari tingkah laku manusia adalah bahwa tingkah lakunya itu mempunyai makna. Makna-makna disini menyangkut seluruh keinginan, ide, kepercayaan, nilai, maksud, dan motivasi para pelakunya. Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian lapangan ini dikarenakan berguna untuk menggali lebih banyak informasi melalui wawancara dengan informan yang terdiri dari masyarakat, para pinisepuh dan pemuka masyarakat Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Metode penelitian kualitatif mencakup metode-metode yang dapat menjawab pertanyaan penelitian yaitu metode pengamatan dan wawancara (Thohir, 2007:54). Pengamatan dilakukan dengan tujuan untuk menangkap makna-makna dibalik peristiwa yang dimaksud. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian kualitatif cenderung tidak formal dan dikembangkan oleh penelitinya sendiri. Sumber data penelitian kualitatif budaya adalah kata-kata dan tindakan. Menurut Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa kajian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku orang-orang yang dapat diamati (Endraswara, 2006:85-86). Disamping itu, penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif interpretatif. Deskriptif adalah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat disampaikan secara jelas dan tepat dengan tujuan supaya dapat dimengerti oleh orang yang tidak secara langsung mengalaminya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:439), interpretatif adalah bersifat adanya kesan, pendapat, dan pandangan; berhubungan dengan adanya tafsiran. Jadi, deskriptif interpretatif adalah menafsirkan data menjadi sesuatu yang dapat disampaikan dengan jelas dan tepat dengan tujuan supaya dapat dimengerti oleh orang yang tidak secara langsung mengalaminya. Adapun tahap penelitian yang dilakukan sebagai berikut; pencarian dan pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik pengamatan, wawancara, dan studi kepustakaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti akan melakukan

20 8 pengamatan lapangan dan studi kepustakaan, agar memperoleh data pustaka dan lapangan yang relevan untuk dianalisis. Setelah itu, data yang terkumpul kemudian dideskripsikan; data diolah sehingga tergambar secara jelas dan dapat dimengerti oleh orang lain yang tidak secara langsung mengalaminya. Tahap yang terakhir, menganalisis data secara deskriptif interpretatif. Pendeskripsian data secara sistematis dan faktual diharapkan dapat memperoleh gambaran secara komperhensif mengenai konsep dan makna ritual semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Setelah melakukan analisis deskriptif interpretatif, kemudian menyimpulkan intisari penelitian. 1.9 Kerangka Teori Penelitian Ritual 3 semedi merupakan salah satu usaha manusia untuk mencari keselamatan, sekaligus untuk menjaga keseimbangan antara dunia makrokosmos dengan dunia mikrokosmos. Bagi mistik Jawa, makrokosmos atau jagad gedhe dianggap sebagai paradigma bagi manusia selaku mikrokosmos atau jagad cilik (Mulder, 1984:14). Keteraturan di dalam makrokosmos dan mikrokosmos terkoordinasi dan apabila masing-masing berusaha keras kearah kesatuan serta keseimbangan, maka hidup akan lebih tentram dan harmonis (Darmoko, 2002:30). Pandangan hidup dan aktivitas sosial orang Jawa sangat dipengaruhi dengan sisi siritual-batin yang menjadi landasan bagi orang Jawa sebagai mikrokosmos untuk menempatkan dirinya dengan makrokosmos. Melalui semedi, manusia dapat memasuki kosmos dan meraih kekuasaan dan ilham dari kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi (Mulder, 1980:26). Ritual semedi merupakan salah satu tindakan religius yang dapat dimaknai secara simbolis. Dalam budaya jawa dikenal adanya simbolisme, yaitu suatu paham yang menggunakan lambang atau simbol untuk membimbing pemikiran manusia kearah pemahaman terhadap suatu hal secara lebih dalam. Manusia menggunakan simbol sebagai media pengantar komunikasi. Segala sesuatu yang dilakukan manusia merupakan perlambang dari tindakan dari manusia itu sendiri. Ilmu pengetahuan adalah simbol-simbol dari Tuhan yang diturunkan kepada manusia. Oleh manusia, simbol-simbol tersebut dianalisis yang 3 Ritual adalah acara yang selalu dan setiap kali diperlukan, misalnya berkaitan dengan panen, kesuburan, inisiasi anak muda ke dalam kebudayaan masyarakat, dan upacara kematian (Wellek dan Warren, 1990: 243).

21 9 selanjutnya diubah menjadi simbol-simbol yang lebih mudah dipahami agar bisa diterima oleh manusia lain yang memiliki pencitraan yang berberda-beda. Tindakan simbolis dalam religi merupakan penghubung antara komunikasi manusia dengan kosmos serta komunikasi religius lahir dan batin. Tindakan simbolis dalam dalam religi adalah bagian yang sangat penting dan tidak mungkin dibuang begitu saja, karena ternyata bahwa manusia harus bertindak dan berbuat sesuatu yang melambangkan komunikasinya dengan Tuhan. Religi secara umum adalah kepercayaan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Bastomi, 1992:7). Religi adalah salah satu unsur kebudayaan. Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikannya milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990:180). Sistem religi memiliki wujud sebagai sistem keyakinan dan gagasan-gagasan (gagasan tentang Tuhan, dewa-dewa, roh-roh halus; upacara; benda-benda suci dan religius), serta sistem tindakan (Koentjaraningrat, 1990:204). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan ingin mengungkap makna dan fungsi semedi yang merupakan bagian dari kebudayaan Jawa yang secara khusus mengangkat tentang studi kasus di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Aktivitas pelaku semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen menyimbolkan bahwa seseorang harus tepat dalam mencapai tujuan hidup. Manusia adalah makhluk budaya dan budaya manusia sarat akan simbol. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa budaya manusia diwarnai dengan berbagai simbolisme. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori simbol menurut Bastomi (1992:55). Dengan menggunakan teori tersebut, dapatlah dicari sistem penandaan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu yang melatari semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Kata simbol berasal dari kata Yunani symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Simbol merupakan sesuatu hal atau keadaan yang merupakan perantara pemahaman terhadap obyek. Simbol atau lambang dalam budaya Jawa adalah suatu acuan untuk berperilaku dan mempunyai fungsi sebagai petunjuk jalan yang memberi arah terhadap pengalaman hidup manusia (Bastomi, 1992:55).

22 10 Simbolisme adalah suatu paham atau tata pemikiran yang mendasarkan diri kepada simbol atau lambang. Simbol-simbol memperlihatkan sesuatu dari kaidah yang berlaku dalam perbuatan manusiawi, pengertian dan ekspresi (Peurseun, 1986). Kaidah-kaidah tersebut tidak hanya bertalian dengan akal budi dan pengertian manusia, tetapi dengan seluruh pola kehidupannya, seluruh perbuatan dan harapan manusia. Simbol adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain. Simbol muncul dalam konteks yang sangat beragam dan digunakan untuk berbagai tujuan. Di dalam bahasa Yunani, dalam kata simbol terdapat unsur kata kerja yang berarti mencampurkan, membandingkan, dan membuat analogi antara tanda dan objek yang diacu (Wellek dan Warren, 1990:239). Apa yang dikehendaki dan dengan cara apa dan bagaimana kehendak itu diwujudkan, dapat dilihat dari bentukbentuk simbolik yang berada di balik tindakan dan ucapan serta benda-benda dan para pelakunya. Sejumlah instrumen melambangkan makna-makna yang menggambarkan posisi manusia dalam hubungannya dengan yang gaib, serta harapan-harapan yang ingin dicapai di balik itu. Oleh sebab itu maka simbolisme dapat difungsikan sebagai alat untuk memahami perilaku semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Untuk melihat lebih jauh makna dan fungsi di balik tindakan, ucapan serta benda-benda dan para pelakunya maka harus diarahkan pada simbol tertentu. Agar memperoleh aspek-aspek serta makna simbolik yang terkandung dalam ritual semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen, maka digunakan pula teori penafsiran (interpretasi) teks dari Jan van Luxemburg (1989). Interpretasi teks merupakan usaha untuk mengartikan teks secara tepat dan memadai. Bahasa merupakan salah satu alat untuk menentukan arti primer sebuah teks, adanya arti karena pembaca memberi arti kepada satu atau lebih banyak tanda (Luxemburg, 1989:65). Berkaitan dengan penelitian ini, pendekatan mitos juga akan digunakan sebagai tambahan cara untuk menganalisis. Mitos adalah bagian ritual yang diucapkan, cerita yang diperagakan oleh ritual (Wellek dan Warren, 1990:243). Manfaat mitos yaitu sebagai acuan hidup dan memberikan arah dalam kaitannya dengan sikap dan tindakan manusia. Mitos dapat berupa lambang-lambang yang

23 11 menggambarkan tentang kehidupan atau kematian; lambang mengenai baik dan buruk; pengalaman manusia pada masa lalu; dan sebagainya. Makna secara simbolis berhubungan dengan laku sebagai tindakan untuk mencapai tujuan tertentu, untuk itu perilaku semedi Pandan Kuning Petanahan Kebumen perlu dimaknai. Semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen dapat disebut sebagai kebudayaan mentalistik apabila tujuan utamanya berkaitan dengan sopan santun, akhlak dan sebagainya, namun dapat pula disebut sebagai kebudayaan materialistik apabila tujuan yang hendak dicapai menyimpang atau salah, semisal pesugihan, dan lainnya (Masinambow, dkk., 2001:25). Ritual semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen termasuk kebudayaan mentalistik dan kebudayaan materialistik karena selain memiliki tujuan untuk memperoleh ketenangan batin, ada pula tujuan yang disertai oleh nafsu duniawi Sistematika Penyajian Bab 1 Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sumber data penelitian, alasan penelitian, penelitian terdahulu, metode penelitian dan kerangka teori, serta sistematika penyajian. Bab 2 Sekilas tentang Masyarakat dan Kebudayaan Pandan Kuning Petanahan Kebumen, berisi tentang penjelasan mengenai masyarakat dan Pandan Kuning Petanahan Kebumen ditinjau dari segi geografis, penduduk, sosialbudaya, dan sistem religinya, serta motif ekonomi ritual semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Bab 3 Ritual Semedi Sebagai Sebuah Laku, berisi tentang penjelasan mengenai pandangan dunia Jawa tentang kosmos, laku dalam budaya Jawa, semedi sebagai sebuah laku, dan mengenai semedi dalam budaya Jawa. Bab 4 Analisis Makna Ritual Semedi di Pandan Kuning Petanahan Kebumen, berisi tentang pemaparan hasil penelitian secara komperhensif tentang analisis mengenai semedi yang meliputi sarana, ruang, dan waktu semedi; ucapan, sikap, dan tindakan semedi; tujuan semedi; implementasi hasil semedi; serta mitos antara semedi di Pandan Kuning dengan Ratu Kidul. Bab 5 Simpulan, berisi intisari hasil penelitian.

24 BAB 2 SEKILAS TENTANG MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN PANDAN KUNING PETANAHAN KEBUMEN 2.1 Lokasi dan Keadaan Alam Pandan Kuning secara administratif termasuk ke dalam Desa Karanggadung Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Letak daerah Pandan Kuning sekitar 3 km dari Ibukota Kecamatan dan dapat ditempuh sekitar 10 menit menuju daerah Pandan Kuning dari Ibukota Kecamatan. Sedangkan jarak dari Ibukota Kabupaten sekitar 21 km dan memakan waktu tempuh sekitar 45 menit untuk sampai ke daerah Pandan Kuning dari Ibukota Kabupaten. Bila ditinjau dari segi ketinggian terhadap permukaan air laut, desa Karanggadung tingginya hanya 6 meter. Suhu wilayah rata-rata harian di desa Karanggadung adalah 23 C dan jumlah bulan hujan adalah 6 bulan dengan ratarata curah hujan sekitar 33 mm. Desa Karanggadung yang memiliki visi Terwujudnya Desa Sejahtera, Aman, dan Damai serta Sumber Daya yang Berkualitas ini memiliki tipologi berupa pantai atau pesisir, begitu pula dengan daerah Pandan Kuning yang berada di wilayah pesisir pantai. Batas wilayah Desa Karanggadung ini berbatasan dengan Desa Munggu untuk sebelah utara, Desa Tegalretno untuk sebelah timur, Samudra Indonesia untuk sebelah selatan, dan Desa Karangrejo untuk sebelah barat. Secara geografis, bentuk wilayah Desa Karanggadung merupakan daerah datar yang terdiri dari berbagai jenis tanah yang meliputi tanah tegal/ ladang dengan luas Ha, tanah pemukiman dengan luas Ha, dan tanah rawa dengan luas 80 Ha. Luas seluruh wilayah Desa Karanggadung adalah Ha. 12

25 13 Gambar 2.1 Peta Kecamatan Petanahan Kebumen Jawa Tengah Sumber: Monografi Desa Karanggadung Penduduk Berdasarkan data statistik tahun 2012, jumlah penduduk Desa Karanggadung tercatat jiwa, dengan jumlah kepala keluarga 748 kepala keluarga yang terdiri dari jiwa adalah laki-laki dan jiwa adalah perempuan. Secara rinci jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan Kepala Keluarga dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:

26 14 Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga Dusun Jumlah Penduduk Jumlah Jumlah (RW) Laki-laki Perempuan L+P KK Gadung Gadung Karangcengis Jumlah Sumber: Monografi Desa Karanggadung 2012 Untuk mata pencaharian, sebagian besar penduduk Desa Karanggadung bekerja sebagai petani. Hal ini bisa dilihat pada tabel 2.2 berikut ini: Tabel 2.2 Perincian Penduduk Desa Karanggadung Menurut Pekerjaan Tahun 2012 Pekerjaan Frekuensi % Petani ,54 Buruh Tani ,41 Buruh/ Swasta 6 0,31 Pegawai Negeri 11 0,57 Pengrajin 11 0,57 Pedagang 34 1,76 Nelayan 30 1,55 POLRI/ ABRI 8 0,41 Pensiunan 5 0,26 Perangkat Desa 12 0,62 Jumlah ,00 Sumber: Monografi Desa Karanggadung 2012

27 15 Dari tabel 2.2 tampak bahwa sebagian besar mata pencaharian mereka adalah sebagai petani. Sesuai dengan kondisi desa yang merupakan daerah agraris, struktur ekonominya lebih dominan kepada sektor pertanian, disamping sektorsektor lainnya seperti perkebunan, peternakan, perikanan, dan industri. Selain sebagai petani, mereka juga berternak yaitu berternak sapi, ayam, bebek, dan kambing. Sektor peternakan dengan beberapa jenis populasi ternak tersebut merupakan sebuah usaha yang memberikan sumber pendapatan pemiliknya dan desa pada umumnya. Selain pada sektor peternakan, sektor perkebunan juga merupakan sebuah usaha produktif masyarakat Desa Karanggadung yaitu berupa tanaman kelapa. Kepemilikan tanaman kelapa rata-rata dimiliki oleh masyarakat atau oleh kepala keluarga adalah pohon dan produksi rata-rata setiap tahun 810 ton dengan harga per-kg Rp 6.000,00. Sedangkan usaha sampingan yang dilakukan masyarakat Desa Karanggadung yaitu pada sektor perikanan dan sektor industri. Sektor perikanan merupakan kegiatan sampingan yang dimiliki oleh sebagian rumah tangga yang berprofesi sebagai nelayaan ikan tangkap laut. Sedangkan pada sektor industri yang dimaksudkan adalah industri rumah tangga dengan mayoritas jenis kegiatan yang dikelola oleh ibu rumah tangga (IRT) yaitu sebagai pengrajin produksi gula merah (gula jawa). Demikianlah beberapa usaha yang dilakukan masyarakat Desa Karanggadung. Tingkat pendidikan penduduk Desa Karanggadung sebagian besar sampai tingkat sekolah dasar (SD). Namun demikian tingkat pendidikan masyarakat dari tahun ke tahun terus berkembang kejenjang lebih tinggi, dengan hasil capaian dalam tahun 2009 yang lulus dari jenjang tingkatan pendidikan dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini:

28 16 Tabel 2.3 Perincian Penduduk Desa Karanggadung Menurut Pendidikan Tahun 2009 Tingkat Pendidikan Frekuensi % Tidak/ Belum Sekolah ,65 Belum Tamat SD/ MI 237 9,16 Tamat SD/ MI ,94 Tamat SLTP ,80 Tamat SLTA ,17 Tamat Perguruan Tinggi 33 1,28 Jumlah ,00 Sumber: Monografi Desa Karanggadung 2009 Prasarana bidang pendidikan Desa Karanggadung terdapat gedung TK dan SD serta Lembaga Pendidikan Agama. Jika ingin melanjutkan ke jenjang SLTP/ SLTA, mereka sekolah di kecamatan Petanahan atau kecamatan lainnya. Apabila ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi, mereka ke kota Kebumen, Yogyakarta atau kota lainnya. Berdasarkan agama yang dianutnya, kebanyakan penduduk Desa Karanggadung menganut agama Islam dengan jumlah orang dan agama Kristen Protestan 139 orang. Sedangkan berdasarkan etnis, tercatat orang merupakan etnis Jawa, 2 orang etnis Batak, 1 orang etnis Papua, dan 1 orang etnis Sunda. 2.3 Latar Belakang Sosial Budaya Sekilas Sejarah Pandan Kuning Pesanggarahan Pandan Kuning sampai saat ini masih diselimuti mitos dan legenda. Nama Pandan Kuning berkaitan erat dengan kisah cinta Raden Sujono dengan dewi Sulastri yang terjadi sekitar tahun 1601, yakni pada masa Kerajaan Mataram dengan raja Sutawijaya. Dewi Sulastri adalah putri Bupati Pucang Kembar, Citro Kusumo.

29 17 Dewi Sulastri ketika itu telah dijodohkan oleh ayahnya dengan Joko Puring, seorang Adipati di Bulupitu. Namun, Dewi Sulastri sebenarnya tidak memiliki perasaan cinta kepada Joko Puring. Ia justru jatuh cinta kepada seorang anak Demang dari Wonokusumo yang menjadi abdi dalem di Pucang Kembar, bernama Raden Sujono. Ternyata Raden Sujono diam-diam juga memiliki perasan cinta kepada Dewi Sulastri. Cinta segitiga antara Joko Puring dan Raden Sujono dengan Dewi Sulastri menjadi sebuah masalah yang pelik di Kabupaten Pucang Kembar sehingga diadakan sayembara untuk memenangkan Dewi Sulastri. Sayembara tersebut akhirnya dimenangkan oleh Raden Sujono. Ia berhasil mempersunting Dewi Sulastri sekaligus menggantikan Citro Kusumo sebagai bupati Pucang Kembar. Walaupun Dewi Sulastri sudah bersuami, namun Joko Puring masih berkeinginan untuk memiliki Dewi Sulastri. Ketika Raden Sujono pergi menangkap berandalan di Gunung Tidar, Joko Puring memanfaatkan kesempatan itu. Ia membawa lari Sulastri sampai ke Pantai Petanahan dan diikat di sebuah pohon pandan. Untuk mengulur waktu, Dewi Sulastri bersedia menjadi istri Joko Puring dengan syarat ia bisa mendapatkan anggur merah untuk Dewi Sulastri. Setelah beberapa lama kemudian, Raden Sujono mengetahui bahwa istrinya telah disandera oleh Joko Puring. Kemudian ia segera pergi ke tempat dimana Joko Puring menyandera istrinya. Kedua orang itu akhirnya bertarung dan Raden Sujono berhasil mengalahkan Joko Puring. Ketika Raden Sujono sedang menyelamatkan Dewi Sulastri, terjadi sebuah keajaiban yaitu pohon pandan tempat mengikat Dewi Sulastri berubah menjadi berwarna kuning, sehingga fenomena itu dijadikan sebagai nama tempat tersebut, yaitu Pandan Kuning. Pada saat itu, Kanjeng Ratu Kidul mendatangi Dewi Sulastri dan Raden Sujono. Kanjeng Ratu Kidul memberikan pakaian baru kepada Dewi Sulastri karena pakaian yang dikenakan sebelumnya sudah tidak pantas pakai. Setelah memakai pakaian yang baru, pakaian yang telah kusut dilarung ke lautan. Kemudian tempat itu diminta menjadi tempat peristirahatan atau pesanggrahan Kanjeng Ratu Kidul. Sejak saat itu pula, tempat tersebut dimanfaatkan banyak orang untuk semedi atau bermeditasi.

30 Peta Keagamaan Masyarakat (Sistem Religi) Manusia hidup di dunia telah dilengkapi dengan akal, pancaindera serta nurani di dalam dirinya. Oleh karena itu ia dapat menyaksikan kejadian alam dalam segala sifat dan lakunya, seperti keindahan alam, keajaiban alam, dan sebagainya. Di dalam diri manusia terdapat perasaan bahwa ada sesuatu yang mengatur dan menguasai alam ini, itulah yang menyusun perjalanannya. Dia yang menjadikan segalanya. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kesan seperti itu merata pada seluruh pemikiran manusia. Kesan tersebut tumbuh setelah akalnya mulai berfungsi bahwa ada sesuatu kekuatan tersembunyi di alam yang nyata ini yang selalu diakui adanya tapi tidak diketahui tempatnya. Di zaman primitif, kesan tentang seperti itu diberi bentuk dan rupa dalam rangka menunjukkan keberadaan yang Maha Kuasa. Hal tersebut menjadi simbol atau lambang perwujudan dari perasaannya sendiri. Demikian juga halnya pada masyarakat Jawa, mereka yakin dan percaya adanya Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Dalam perjalanan kehidupan manusia yang berasal dari zaman batu sampai dengan zaman modern dengan teknologi yang maju, terjadi sesuatu yang sangat berpengaruh dalam perasaan manusia sehingga akhirnya ia dapat menemukan bagaimana hakikat yang sebenarnya. Dalam kepercayaaan Islam, disebutkan bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa mengirimkan utusannya yaitu orang-orang pilihan (Nabi) dari kelompok manusia itu sendiri untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya karena memang hal itu tidak sanggup ditembus oleh akal dan ilmu manusia yang canggih sekalipun. Untuk itu manusia harus meninggalkan kekeliruannya selama ini. Namun tidak semua orang bersedia menanggalkan pandangan lamanya terhadap alam dan terhadap Tuhan. Untuk melepaskan pandangan itu dirasa agak sulit karena memang sudah terbiasa dan menjadi sebuah paham yang terlanjur melekat di dalam alam pikir mereka. Namun, ada pula yang taat kepada keyakinan agama yang dibawa oleh Rasul dan Nabi. Bagi mereka, semua tradisi lama dalam pengembaraan hidupnya ditinggalkan. Berdasarkan hal tersebut, maka Koentjaraningrat membagi kepercayaan atau sistem religi orang Jawa kepada dua bagian, pertama disebut agama Jawi yang bersifat sinkretis yaitu mentolerir dan menyatukan unsur lama, baik kepercayaan

31 19 lama maupun Hindu Budha dengan Islam. Kedua, agami Islam santri yaitu agama Islam purisan atau yang mengikuti ajaran agama secara lebih taat (Koentjaraningrat, 1984:310). Bentuk agama Islam orang Jawa yang disebut agami Jawi atau Kejawen adalah suatu keyakinan yang kompleks, dengan konsep-konsep Hindu Budha yang cenderung ke arah mistik yang tercampur menjadi satu dan diaku menjadi agama Islam santri. Menurut Koentjaraningrat bahwa orang Kejawen dan santri terdapat didalam segala lapisan masyarakat Jawa. Demikian halnya tempat-tempat yang didominasi oleh orang kejawen juga diakui oleh orang santri. Pada umumnya atau hampir semua penduduk Desa Karanggadung menganut agama Islam dengan jumlah orang dan sisanya menganut agama Kristen Protestan 139 orang. Sekalipun sebagian besar penduduknya beragama yaitu Islam tetapi sebagai orang Jawa kadang-kadang secara penuh tidak dapat meninggalkan kepercayaan aslinya, karena memang sisa-sisa kepercayaan asli ini masih terdapat di Jawa. Sebelum Islam masuk ke Indonesia atau ke Jawa, rakyatnya sudah mempunyai kepercayaan asli. Seperti telah disebutkan di atas bahwa kesan pertama dari manusia adalah adanya perasaan dalam dirinya akan adanya yang berkuasa, dalam hal ini manusia bersikap lemah dan tak kuasa berbuat sesuatu. Berkaitan dengan hal di atas, Mulder berpendapat bahwa kekuasaan manusia atas alam sangat lemah, kekuasaan tertinggi terletak pada komponen yang tertinggi yang mengatur alam dan manusia, sehingga dalam menghadapi hal ini orang harus religius (Mulder, 1981:51). Komponen tertinggi yang mengatur jagat raya itulah yang belum diketahui dan ditemukan manusia tetapi diyakini ia Ada. Sehubungan dengan itu maka timbulah berbagai pikiran tentang yang Maha Kuasa itu. Kadang timbul perasaan takut atau terharu melihat keindahan dan kebesarannya, sehingga diadakanlah pemujaan kepada benda-benda yang terlihat menakutkan, seperti kepada batu, pohon beringin, gunung, pantai, dan lain-lain. Dalam ilmu antropologi terjadinya perkembangan pemujaan kepada yang gaib itu adalah karena pengaruh dari keadaan atau lingkungannya pada saat itu. Pada masa kehidupan gua, orang menyembah kayu dan batu, setelah kehidupan berpindah ke tepi sungai maka disembahlah air, dipuja air yang pasang surut di

32 20 Laut Selatan, setelah pindah pada zaman perburuan lalu dipuja binatang-binatang yang ada hubungan dengan suku, setelah kehidupan berpindah kepada bercocok tanam maka mulai dirasakan eratnya hubungan antara langit dan bumi, karena kesuburan tanah dan panen tumbuh-tumbuhan ditemukan oleh hujan dari langit, maka mulai orang menyembah yang dilangit, yang menjadikan langit dan bumi. Di lingkungan Pandan Kuning Karanggadung masih terdapat kepercayaan tentang adanya makhluk gaib penguasa Pantai Selatan. Masyarakat sering melakukan upacara pemberian sesajen (sedekah laut) sebagai bentuk rasa hormat mereka kepada Sang Penguasa Pantai Selatan. Di samping itu ada suatu tindakan keagamaan yang terpenting di Pandan Kuning Karanggadung yang berkaitan dengan berbagai upacara yaitu makan bersama (selametan) dilaksanakan sebelum suatu upacara dilaksanakan seperti grebeg Syawal ataupun yang menyangkut pemujaan roh nenek moyang, seperti selametan kematian, lalu upacara penting sepanjang lingkaran hidup seperti kehamilan dan perkawinan. Dalam upacaraupacara tersebut diadakan berbagai jenis sajian (sesajen). Upacara-upacara yang terdapat di Pandan Kuning dilaksanakan secara Islam, namun tidak menghilangkan tradisi lama. 2.4 Pandan Kuning; Antara Wisata dan Religi Daerah Pandan Kuning Petanahan Kebumen merupakan bagian dari kawasan wisata Pantai Petanahan Kebumen. Pada awalnya tempat ini hanya dikunjungi oleh para wisatawan yang ingin menikmati suasana heningnya pantai, namun dalam perkembangannya tempat ini tidak hanya bermakna sebagai tempat wisata saja, melainkan menjadikan objek ritual bagi masyarakat Jawa. Oleh karena itu, saat ini Pandan Kuning menjadi salah satu tempat wisata spiritual yang paling terkenal di Kebumen. Selain pesona keindahan alam, ada sisi lain yang menarik di Pantai Petanahan Kebumen. Banyak orang justru lebih merasakan aroma mistik di Pesanggrahan Pandan Kuning daripada merasakan deburan ombak laut selatan. Seiring dengan perjalanan waktu, masyarakat Jawa juga melakukan proses pemaknaan terhadap daerah Pandan Kuning Petanahan Kebumen. Mitos yang berkembang dalam masyarakat merupakan bentuk konkret dari upaya masyarakat

33 21 tradisional untuk memahami dan menjelaskan teks Pandan Kuning Petanahan Kebumen serta perilaku para pelaku spiritualnya. Melalui proses pemaknaan kembali, mitos-mitos tersebut dapat diabstraksikan sebagai cerminan nilai-nilai budaya masyarakat Jawa dan bentuk aktivitas sosial masyarakat Jawa, yakni nilai-nilai kejawen yang sangat mempercayai kekuatan adikodrati, pemujaan terhadap arwah nenek moyang, pola pikir yang irasional, dan mitis. Menurut cerita turun temurun yang ada, Pandan Kuning adalah tempat dimana Ratu Kidul memberi wangsit kepada Dewi Sulastri dan Raden Sujono, bahwa barang siapa orang yang sedang susah hatinya lalu bertapa atau menyepi di Pandan Kuning, maka dengan seizin Tuhan, orang tersebut akan diberi kemudahan. Dengan berpegang pada mitos yang menyebar tersebut, banyak masyarakat Jawa yang memfungsikan daerah Pandan Kuning sebagai tempat sakral untuk melakukan semedi dengan tujuan yang beragam. Tujuan yang beragam ini tentunya didorong oleh faktor-faktor tertentu dengan latar belakang yang berbeda dari para pelaku semedi yang bersangkutan. Meskipun agama Islam sudah mendasari sebagian besar masyarakat Karanggadung khususnya daerah Pandan Kuning, namun masyarakat masih memiliki kepercayaan atau keyakinan terhadap roh-roh halus yang mempunyai kekuatan gaib. Roh-roh halus tersebut mereka personifikasikan sebagai leluhur yang harus dihormati dan diberi sesaji. Mereka juga percaya pada tempat-tempat yang dianggap keramat. Salah satunya adalah di daerah Pandan Kuning, yaitu pantai pesisir Petanahan yang sering dijadikan sebagai tempat bersemedi. Setiap malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon banyak orang yang melakukan tirakatan untuk ngalap berkah mencari berkah, meminta nomor togel, naik pangkat, menyembuhkan orang sakit, dan sebagainya. Mereka memberi sesaji berupa kembang tujuh rupa, kelapa hijau, dan menyan. Ada juga kepercayaan bagi mereka yang biasa mencari ikan dipantangkan turun ke laut pada hari Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon. Pantangan ini selalu dipatuhi dan jika dilanggar akan mendatangkan bencana atau kemalangan.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Jawa pada umumnya masih melestarikan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran terdahulu dari nenek-moyang mereka. Ajaran-ajaran ini akan terus diamalkan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspek-aspek laku..., Lulus Listuhayu, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspek-aspek laku..., Lulus Listuhayu, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan hasil pikiran dari kehidupan manusia. Selain itu kebudayaan melatarbelakangi segala aspek kehidupan dan karenanya tidak dapat dipisahkan satu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA TRANSFER ARSIP DINAMIS INAKTIF : STUDI KASUS DI PUSTAKA BOGOR SKRIPSI HUTAMI DEWI

UNIVERSITAS INDONESIA TRANSFER ARSIP DINAMIS INAKTIF : STUDI KASUS DI PUSTAKA BOGOR SKRIPSI HUTAMI DEWI UNIVERSITAS INDONESIA TRANSFER ARSIP DINAMIS INAKTIF : STUDI KASUS DI PUSTAKA BOGOR SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora HUTAMI DEWI 0705130257 FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA CANDRASENGKALA SEBAGAI REPRESENTAMEN KEBUDAYAAN KERATON YOGYAKARTA SKRIPSI MEIRISSA RAMADHANI Y

UNIVERSITAS INDONESIA CANDRASENGKALA SEBAGAI REPRESENTAMEN KEBUDAYAAN KERATON YOGYAKARTA SKRIPSI MEIRISSA RAMADHANI Y UNIVERSITAS INDONESIA CANDRASENGKALA SEBAGAI REPRESENTAMEN KEBUDAYAAN KERATON YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora MEIRISSA RAMADHANI 070502037Y

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masuknya berbagai agama sebelum kedatangan Islam di pulau Jawa berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara hidup, maupun praktik keagamaan sehari-hari orang Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

POSISI SISWA SEBAGAI SUBJEK DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL: TELAAH KRITIS DALAM KERANGKA FILSAFAT PENDIDIKAN PAULO FREIRE SKRIPSI ANDI SETYAWAN

POSISI SISWA SEBAGAI SUBJEK DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL: TELAAH KRITIS DALAM KERANGKA FILSAFAT PENDIDIKAN PAULO FREIRE SKRIPSI ANDI SETYAWAN i POSISI SISWA SEBAGAI SUBJEK DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL: TELAAH KRITIS DALAM KERANGKA FILSAFAT PENDIDIKAN PAULO FREIRE SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana humaniora

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakat. hidup berdampingan merupakan kekayaan dalam khasanah budaya

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakat. hidup berdampingan merupakan kekayaan dalam khasanah budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keragaman dari budaya, suku bangsa, agama, hingga aliran-aliran kepercayaan. Semua keragaman tersebut tumbuh di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan mengandung nilai-nilai luhur. Aktivitas yang terdapat dalam tradisi secara turuntemurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah bagian dari suatu ekosistem yang harus diperhatikan eksistensinya. Manusia harus menciptakan lingkungan budayanya menjadi enak dan nyaman. Orang yang

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PANDANGAN KOMPAS DAN MEDIA INDONESIA ATAS KONFLIK ISRAEL-PALESTINA: SEBUAH TINJAUAN ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP WACANA BERITA SKRIPSI PURI YUANITA 0705010332 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat berwujud sebagai komunitas desa, sebagai

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Oleh: Riana Anggraeni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rianaanggraeni93@yahoo.com

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA SISTEM NILAI BUDAYA DAN AJARAN SEKS DALAM SERAT NITIMANI SKRIPSI MASTIUR PHARMATA

UNIVERSITAS INDONESIA SISTEM NILAI BUDAYA DAN AJARAN SEKS DALAM SERAT NITIMANI SKRIPSI MASTIUR PHARMATA UNIVERSITAS INDONESIA SISTEM NILAI BUDAYA DAN AJARAN SEKS DALAM SERAT NITIMANI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana MASTIUR PHARMATA 0705020354 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193).

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193). 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perubahan Perubahan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti, hal (keadaan) berubah, peralihan, pertukaran. Dalam hal ini perubahan didefinisikan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA TEMA PENDIDIKAN DALAM EMPAT ESAI RASYID RIDA SKRIPSI ARIEF HARIWIBOWO NPM Y

UNIVERSITAS INDONESIA TEMA PENDIDIKAN DALAM EMPAT ESAI RASYID RIDA SKRIPSI ARIEF HARIWIBOWO NPM Y UNIVERSITAS INDONESIA TEMA PENDIDIKAN DALAM EMPAT ESAI RASYID RIDA SKRIPSI ARIEF HARIWIBOWO NPM 070407011Y FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ARAB DEPOK DESEMBER 2008 UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial yang berlaku dan berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Aspek-aspek religiusitas..., Dhanang 1 Pramudito, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Aspek-aspek religiusitas..., Dhanang 1 Pramudito, FIB UI, 2009 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koentjaraningrat (1990:2) menyebutkan, bahwa dalam kebudayaan Jawa terdapat 7 unsur kebudayaan universal, unsur-unsur kebudayaan tersebut ialah:1. sistem religi dan

Lebih terperinci

Cerita Rakyat Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen (Kajian Folklor)

Cerita Rakyat Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen (Kajian Folklor) Cerita Rakyat Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen (Kajian Folklor) Oleh: Rini Widiyanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa riniwidiyanti91@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam ritual yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Karo pada masa dahulu percaya akan kekuatan mistis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan satu ekspresi mengenai apa yang sekelompok manusia pahami, hayati, dan yakini baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) Oleh: Dyah Susanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa shanti.kece@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual yang dilaksanakan dan dilestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upacara Adat Labuh Saji berlokasi di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, pada tahun ini upacara dilaksanakan pada tanggal 13 Juni hal tersebut dikarenakan

Lebih terperinci

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Malang Press, 2008, hlm Ahmad Khalili, M.Fiil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, UIN

BAB IV ANALISIS. Malang Press, 2008, hlm Ahmad Khalili, M.Fiil.I, Islam Jawa Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, UIN 60 BAB IV ANALISIS A. Pantangan diyakini Masyarakat Karanggadung Lazimnya manusia yang hidup di tengah-tengah alam liar yang bebas beraktifitas. Penduduk pulau Jawa adalah para pengembara handal di alam

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN KETERSEDIAAN KOLEKSI BAHAN AJAR STUDI KASUS DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN KETERSEDIAAN KOLEKSI BAHAN AJAR STUDI KASUS DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU TESIS UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN KETERSEDIAAN KOLEKSI BAHAN AJAR STUDI KASUS DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU TESIS RASDANELIS NPM 0706306996 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA GEMEKSEKTI

BAB II KONDISI DESA GEMEKSEKTI 55 BAB II KONDISI DESA GEMEKSEKTI A. Kondisi Geografis Desa Gemeksekti Kondisi geografis, sosial dan ekonomi, sedikit banyak memberikan terhadap daya kreatif dan imajinasi pada suatu komunitas masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai budaya baik melalui adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini semakin mendukung terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa. Lunturnya kesadaran akan nilai budaya

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Siti Nurfaridah program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa flowersfaragil@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut. BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT Bab ini merupakan pembahasan atas kerangka teoritis yang dapat menjadi referensi berpikir dalam melihat masalah penelitian yang dilakukan sekaligus menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang menggambarkan ciri khas daerah tersebut. Seperti halnya Indonesia yang banyak memiliki pulau,

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya Islam masyarakat Indonesia masih percaya akan kekuatan roh nenek moyang yang merupakan sebuah kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum masuknya agama-agama besar dunia ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah bertuhan dan menjunjung tinggi prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Prof. Dr. Purbatjaraka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa. Hal itu menjadikan Indonesia negara yang kaya akan kebudayaan. Kesenian adalah salah satu bagian dari kebudayaan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PROSES PENINGKATAN MINAT BACA MELALUI PEMBERIAN PENGHARGAAN: STUDI KASUS DI PERPUSTAKAAN MADRASAH PEMBANGUNAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH SKRIPSI RISNA PRIDAJUMIGA 0705130508 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Keadaan Umum Desa Sukapura 1. Keadaan Geografis Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai. 36 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.1. Keadaan Geografis 4.1.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Sungai Jalau merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Kampar Utara, Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat.kepercayaan ini menimbulkan perilaku tertentu seperti berdo a,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat.kepercayaan ini menimbulkan perilaku tertentu seperti berdo a, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya kehidupan beragama merupakan keyakinan adanya kekuatan gaib, luar biasa atau supranatural yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat.kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa

Lebih terperinci

pernah dialami oleh sesepuh dalam kelompok kejawen dilakukan sebagai bentuk

pernah dialami oleh sesepuh dalam kelompok kejawen dilakukan sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dari tahun ke tahun banyak sekali membawa perubahan bagi generasi muda media elektronik dan media cetak sebagai penyampai pesan modern banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan. Upacara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi menyambut bulan Suro merupakan hal yang sudah menjadi salah satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di Jawa maupun yang

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

PEMBERIAN NAMA DIRI ORANG JAWA DI DESA BENDUNGAN SKRIPSI. Oleh Aisa Nur Rohmah NIM

PEMBERIAN NAMA DIRI ORANG JAWA DI DESA BENDUNGAN SKRIPSI. Oleh Aisa Nur Rohmah NIM PEMBERIAN NAMA DIRI ORANG JAWA DI DESA BENDUNGAN SKRIPSI Oleh Aisa Nur Rohmah NIM.060210402079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan keanekaragaman kebudayaan, setiap suku bangsa memiliki bermacam-macam tradisi dan keunikan

Lebih terperinci

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan BAB IV Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan Jika kita kembali melihat kehidupan jemaat GKJW Magetan tentang kebudayaan slametan mau tidak mau gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Letak dan Luas Wilayah Kelurahan Pagaruyung merupakan salah satu dari sekian banyak kelurahan yang ada dikecamatan Tapung yang terbentuk dari program Transmigrasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan. Budaya dan manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk memahami hakikat kehidupan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009 33 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16 4.1 Keadaan Wilayah Desa Sedari merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Luas wilayah Desa Sedari adalah 3.899,5 hektar (Ha). Batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip luhur yang harus di junjung tinggi keberadaannya. Nilai-nilai

Lebih terperinci

EVALUASI DAN ANALISIS KONSEKUENSI ALAT PEMADAM API RINGAN DI GEDUNG A FKM UI TAHUN 2009 DENGAN METODE EVENT TREE ANALYSIS SKRIPSI

EVALUASI DAN ANALISIS KONSEKUENSI ALAT PEMADAM API RINGAN DI GEDUNG A FKM UI TAHUN 2009 DENGAN METODE EVENT TREE ANALYSIS SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI DAN ANALISIS KONSEKUENSI ALAT PEMADAM API RINGAN DI GEDUNG A FKM UI TAHUN 2009 DENGAN METODE EVENT TREE ANALYSIS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia memiliki keanekaragaman suku yang tersebar diseluruh bagian tanah air. Masing-masing dari suku tersebut memiliki sejarahnya tersendiri. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pengobatan modern telah berkembang pesat di masa sekarang ini dan telah menyentuh hampir semua lapisan masyarakat seiring dengan majunya ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO PUSAT BUDAYA DAN PARIWISATA KARESIDENAN MADIUN TUGAS AKHIR FARY NUR FAIZAL

UNIVERSITAS DIPONEGORO PUSAT BUDAYA DAN PARIWISATA KARESIDENAN MADIUN TUGAS AKHIR FARY NUR FAIZAL UNIVERSITAS DIPONEGORO PUSAT BUDAYA DAN PARIWISATA KARESIDENAN MADIUN TUGAS AKHIR FARY NUR FAIZAL 21020110120060 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN/PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEMARANG OKTOBER 2014 UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK DAN FRAKSI DARI EKSTRAK n-heksana BUAH KETAPANG DAN PENAPISAN FITOKIMIA DARI FRAKSI TERAKTIF SKRIPSI

UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK DAN FRAKSI DARI EKSTRAK n-heksana BUAH KETAPANG DAN PENAPISAN FITOKIMIA DARI FRAKSI TERAKTIF SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK DAN FRAKSI DARI EKSTRAK n-heksana BUAH KETAPANG (Terminalia catappa L.) SEBAGAI INHIBITOR α-glukosidase DAN PENAPISAN FITOKIMIA DARI FRAKSI TERAKTIF

Lebih terperinci

REPRESENTASI DALAM UNDANG-UNDANG PORNOGRAFI: ANALISIS WACANA KRITIS SKRIPSI

REPRESENTASI DALAM UNDANG-UNDANG PORNOGRAFI: ANALISIS WACANA KRITIS SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA REPRESENTASI DALAM UNDANG-UNDANG PORNOGRAFI: ANALISIS WACANA KRITIS SKRIPSI YOSELDA MALONA 070501048Y FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI INDONESIA DEPOK JULI 2009 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS LAYANAN PERPAJAKAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (STUDI KASUS SAMSAT KOTA BEKASI) SKRIPSI

ANALISIS KUALITAS LAYANAN PERPAJAKAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (STUDI KASUS SAMSAT KOTA BEKASI) SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KUALITAS LAYANAN PERPAJAKAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (STUDI KASUS SAMSAT KOTA BEKASI) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA SILABUS PENGAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING DI UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA SILABUS PENGAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING DI UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA TESIS UNIVERSITAS INDONESIA SILABUS PENGAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING DI UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA TESIS LUCIA TYAGITA RANI CAESARA NPM 0706307102 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji, yang berarti ini dan Mena

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji, yang berarti ini dan Mena IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah dan Asal-Usul Desa Hajimena Secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji, yang berarti ini dan Mena yang berarti duluan (dalam Bahasa Lampung).

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN. di Kota Pekanbaru dan merupakan Kecamatan tertua di Kota Pekanbaru dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN. di Kota Pekanbaru dan merupakan Kecamatan tertua di Kota Pekanbaru dengan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH KAJIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Kajian 4.1.1. Keadaan Geografis Kecamatan Pekanbaru Kota merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kota Pekanbaru dan merupakan Kecamatan tertua

Lebih terperinci

PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif) SKRIPSI. Oleh. Ari Yogo Prasetya NIM

PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif) SKRIPSI. Oleh. Ari Yogo Prasetya NIM PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG (Suatu Kajian Antropologis, Sosiologis, dan Edukatif) SKRIPSI Oleh Ari Yogo Prasetya NIM 060210302230 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci