PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (KAT)
|
|
- Vera Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (KAT) ( Studi Kasus di Desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato) OLEH: ADAM RAJAK NIM : Gorontalo, 12 Januari 2015 PEMBIMBING I PEMBIMBING II Dr.H. Rauf A. Hatu.,M.Si Sainudin Latare S.Pd., M.Si NIP NIP
2 Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program KAT Di Desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato (Suatu Studi di Desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato) ABSTRAK ADAM RAJAK, NIM Penanggulangan Kemiskinan Melalui program Komunitas Adat Terpencil (Studi Kasus Pada Masyarakat Penerima bantuan rumah di Desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato). Skripsi, Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo 2014, di bawah bimbingan bapak Dr. Rauf A. Hatu M.Si selaku pembimbing I dan Sainudin Latare, S.Pd, M.Si selaku pembimbing II. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat sebelum dan sesudah mendapat bantuan rumah di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato saat ini yakni dengan menggunakan teori Kemiskinan dan penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (Masyarakat penerima bantuan rumah) ini merupakan wujud usaha pemerintah untuk meringankan beban kebutuhan keluarga, juga membantu masyarakat dalam hal pembangunan rumah yang layak untuk masyarkat yang tidak mempunyai tempat tinggal dan yang tidak layak untuk dihuni). Hal ini telah terwujud, dimana masyarakat penerima bantuan rumah sangat bersyukur pemerintah telah meringankan beban mereka dalam hal pembangunan tempat tinggal yang layak ditempati. Kata Kunci: Masyarakat, KAT, penerima bantuan rumah. Adam Rajak. Nim , Pembimbing I, Dr. H.Rauf A. Hatu., M.Si Dan Pembimbing II, Sainudin Latare., S. Pd., M. Si
3 ABSTRACT ADAM Rajak, NIM Poverty Through Remote Indigenous Communities "(A Case Study Community Beneficiaries house in the village of Huta Moputi District of Dengilo Pohuwato). Thesis, Department of Sociology, Faculty of Social Sciences, University of Gorontalo, 2014, under the guidance of Mr. Dr. Rauf A. Hatu M.Si as mentors I and Sainudin Latare, S. Pd, M.Si as mentors II. This study was conducted to determine how people's lives before and after receiving home help in the village of Huta Moputi District of Dengilo Pohuwato this time by using the theory of poverty and this study used a qualitative method with descriptive approach. The research concludes that (beneficiary communities home) is a form of government efforts to ease the burden on the family's needs, it also helps the community in the development of decent housing for the community who do not have a place to stay and are not eligible for occupancy). This has been realized, where the beneficiaries are very grateful to the government house has lighten their burden in terms of the construction of adequate housing is occupied. Keywords: Public housing assistance recipients. PENDAHULUAN Kemiskinan merupakan permasalahan utama yang harus dipecahkan. Penanggulangan secara sinergis dan sistematis harus dilakukan agar seluruh warga negara mampu mengembangkan dan menikmati kehidupan yang bermartabat. Oleh karena itu, peran seluruh pemangku kepentingan sangat diperlukan. Kemiskinan sebagai masalah global, tidak dapat hanya diselesaikan oleh sepihak pemerintah lewat berbagai kebijaksanaan pembangunan, Tetapi juga harus menjadi tanggung jawab bersama bagi semua pelaku pembangunan termasuk masyarakat itu sendiri. Menurut hemat penulis Memang ironis bahwa walaupun kemiskinan merupakan sebuah fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam penglihatan kita, tetapi pemahaman terhadapnya dan upaya mengentaskannya belum menunjukkan hasil yang menggembirakan baik dilakukan oleh pihak pemerintah maupun oleh pihak pribadi itu sendiri.
4 Selain itu Miller berpendapat bahwa kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan sekitar daripada lingkungan keluarga. Pengertian ini dinamakan kemiskinan relatif. Kemiskinan relatif diperkirakan dengan memperhatikan masyarakat golongan berpendapatan rendah dari suatu pola pendapatan masyarakat secara keseluruhan. 1 Manusia memiliki berbagai kebutuhan yang memerlukan pemenuhan sesegera mungkin. Salah satu kebutuhan dimaksud, yaitu kebutuhan dasar, dan oleh karena itu kebutuhan dasar ini berkaitan dengan hidup dan kelangsungan hidup (survival) manusia. Apabila kebutuhan dasar tersebut tidak dapat dipenuhi segera, maka akan menimbulkan permasalahan pada manusia, dimana manusia tersebut tidak mampu melaksanakan fungsi sosialnya, atau manusia tersebut tidak sejahtera secara sosial. 2 Kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal menjadi problematika universal yang di hadapi oleh hampir seluruh Negara berkembang dewasa ini. Perumahan adalah salah satu masalah penting pemerintah yang melibatkan aspek ekonomi, sosial, dan politik. Pertambahan jumlah penduduk yang sangat pesat menuntut ketersediaan rumah serta sarana dan prasarana lainnya. Sementara di lain pihak, terbatasnya anggaran pemerintah untuk penyediaan perumahan menjadi antitesa usaha tersebut. Idealnya, sebuah rumah yang layak huni merupakan syarat mutlak yang harus di wujudkan oleh setiap keluarga sebagai penghuninya. Namun dalam prakteknya, keterbatasan ekonomi dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang rumah yang layak huni menyebabkan masih banyak rumah kumuh dengan sanitasi yang buruk yang dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Memiliki rumah layak huni yang berada di lingkungan yang sehat merupakan dambaan semua orang. Mereka menginginkan memiliki rumah untuk tinggal dengan 1 Lihat Miller dalam Usman Kaharu, (2004) Ekonomi Pembangunan, Btm Nurul Jannah; hl Sosiokonsepsia 206 Vol. 17, No
5 nyaman, terlindung dari sengatan matahari, guyuran air hujan, dan debu. Di rumah itu mereka dapat berkumpul dan menjalin komunikasi dengan keluarga, serta membangun masa depan. Namun, karena keterbatasan ekonomi tidak semua orang, khususnya warga yang berekonomi lemah, mampu memperbaiki rumahnya. Menurut Medgley kebutuhan tempat tinggal (rumah) merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, yang sekaligus sebagai unsur di dalam konsep kesejahteraan sosial. 3 Komunitas Adat Terpencil (Kat) Berdasarkan buku Proyek dan Sistem Pelayanan Proyek Pengembangan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (1981), pemerintah memandang indigenous people (masyarakat adat) sebagai suatu masalah sosial. Lihat pernyataannya secara tegas masyarakat terasing adalah merupakan sebagian dari masalah sosial di Indonesia (1981). Mereka dianggap sebagai suatu permasalahan sosial karena dengan keterasingan dan keterbelakangannya akan membuat mereka menjadi kelompok masyarakat yang rawan sosial. Paradigma pembangunan yang digunakan adalah pembangunan yg sifatnya top-down, istilah yang dipakai adalah pembinaan. Untuk melaksanakan pembinaan itu maka dibuatlah Proyek Pengembangan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT). Berbeda dengan kebijakan sebelumnya, dalam kebijakan baru ini Depsos sudah mengambil Konvensi ILO 169 tentang indigenous people sebagai bahan acuan, sehingga dengan demikian ada keinginan pemerintah utk mulai menunjukan sikap penghormatan kepada hak-hak azasi manusia. Dan itu diwujudkan dengan mengganti nama masyarakat terasing dengan komunitas adat terpencil berdasarkan Keppres 111 tahun 1999 tentang PKSKAT (Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil). Komunitas Adat Terpencil (KAT) itu diartikan sebagai kelompok orang yang hidup dalam kesatuan-kesatuan sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang/belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial, 3
6 ekonomi maupun politik (Panduan Umum Pengembangan Kesejahteraan Sosial KAT,2001,hlm.4). Dalam peraturan yang baru ini, terlihat pemerintah tidak lagi melihat masyarakat terasing sebagai potensi pembuat atau penyandang masalah sosial, tetapi lebih pada konsep pemberdayaan yang menekankan pada pembangkitkan kesadaran akan kemandirian. Sedangkan sasaran pemberdayaannya sendiri juga berbeda. Kalau pada masa-masa sebelumnya sasaran ditekankan kepada masyarakat terasing yang dianggap sebagai masalah sosial, kini sasaran pemberdayaan KAT tidak hanya diarahkan kepada mereka saja tetapi juga pada masyarakat sekitar lokasi pemukiman KAT. Hartati Soleha, ada 3 tahapan yang dilakukan Kemensos dalam penanggulangan KAT dari kemiskinan yang merupakan rangkaian proses pemberdayaan secara berkesinambungan yaitu, satu, penyediaan rumah dan pemberian jaminan hidup. Kedua, penyediaan sarana sosial dan lanjutan jaminan hidup yaitu penguatan hasil-hasil yang telah dicapai pada tahun sebelumnya dengan asumsi perlu dimantapkan eksistensinya untuk tetap tinggal menetap di lokasi pemukiman. Dan ketiga, kelanjutan upaya-upaya penguatan hasil-hasil yang telah dicapai pada tahun-tahun sebelumnya pada aspek lingkungan dan manusianya dari pola pemberdayaan tersebut. Penyebab Kemiskinan Penyebab kemiskinan dapat terjadi karena kondisi alamiah dan ekonomi, kondisi struktural dan sosial, serta kondisi kultural (budaya). Kemiskinan alamiah dan ekonomi timbul akibat keterbatasan sumber daya alam, manusia, dan sumber daya lain sehingga peluang produksi relatif kecil dan tidak dapat berperan dalam pembangunan. Kemiskinan struktural dan sosial disebabkan hasil pembangunan yang belum merata, tatanan kelembagaan dan kebijakan dalam pembangunan. Sedangkan kemiskinan kultural (budaya) disebabkan sikap atau kebiasaan hidup yang merasa kecukupan sehingga menjebak seseorang dalam kemiskinan (Nugroho dan Dahuri, 2004: ; Soegijoko, 1997:137; dan Nasution, 1996: 48-50).
7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Propenas menyebutkan berdasarkan penyebabnya kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan kronis (chronic poverty) yang disebabkan: (1) sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak produktif; (2) keterbatasan sumber daya dan keterisolasian; dan (3) rendahnya taraf pendidikan dan derajat kesehatan, terbatasnya lapangan kerja, dan ketidakberdayaan masyarakat, dan kemiskinan sementara (transient poverty) yang disebabkan (1) perubahan siklus ekonomi (socio economic of poverty) dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi; (2) perubahan yang bersifat musiman seperti kasus kemiskinan nelayan dan pertanian tanaman pangan; dan (3) bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan. METODE PENELITIAN Sesuai dengan judul penelitian yang menyangkut tentang penanggulangan kemiskinan melalui program komunitas adat terpencil (KAT), maka penelitian ini akan mengunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku individu, kelompok dan keadaan atau kehidupan sosial budaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Selitz (dalam Tan, 1984:42), bahwa penelitian deskriptif mencoba menggambarkan tentang sifat-sifat individu, keadaan, gejala-gejala dalam kelompok tertentu, menentukan adanya hubungan tertentu antara satu gejala dengan gejala lainya dalam masyarakat. 4 Rusidi (1991:23) menyebutkan penelitian jenis ini bertujuan membuat deskripsi mengenai fakta dan sifat suatu gejala sosial yang teramati pada suatu daerah tertentu sistemik, factual dan teliti. Pendekatan kualitatif berguna untuk menggambarkan suatu realita dan kondisi sosial dalam masyarakat. Lokasi penelitian ini adalah di Desa Hutamoputih Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato. Adapun alasan di pilihnya lokasi tersebut sebagai lokasi 4 Selitz (dalam Tan, 1984:42) Muliyana, Deddy. 2001s.d Metodologi penelitian kualitatif, Bandung. PT Remaja Posdarkarya.
8 penelitian karena di Desa Hutamotih adalah salah satu Desa di Kabupaten Pohuwato yang masyarakatnya 100 KK menerima bantuan rumah layak dari melalui penanggulangan kemiskinan melalui program komunitas adat terpencil (KAT). Dan waktu yang di butuhkan untuk penelitian ini, peneliti menyesuaikan dengan keadaan di lapangan nantinya. Agar peneliti mendapatkkan data yang sesuai dengan yang di harapkan dalam penelitian ini. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer hasil wawancara yang diperoleh dari para informan yang telah ditetapkan serta guna keperluan pengembangan, dalam hal ini informan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 15 informan, di antaranaya adalah pemerintah Desa, masyarakat penerima bantuan, tokoh adat, dan tidak menutup kemungkinan akan diperluas lagi kepada informan lainnya yang terkait dengan permasalahan penelitian ini. Data sekunder tertuju pada data-data kognitif (the cognitive data) yaitu pengetahuan ilmiah yang berupa data monografi desa, data responden, laporan penelitian, keadaan lingkungan dan peta lokasi penelitian, dan dokumen-dokumen resmi lainnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Fokus utama dalam penelitian ini adalah program penanggulangan kemiskinan melalui program komunitas adat terpencil (KAT). Sebelum masyarakat mendapatkan bantuan sampai masyarakat menerima bantuan tersebut. Sehingganya peneliti mendapatkan hasil dari lapangan sesuai dengan hasil observasi dan wawancara kepada masyarakat dengan analisis kualitatif dengan beberapa pertnyaaan sebagai berikut: Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Penerima Bantuan Rumah Melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Komunitas Adat Terpencil (KAT). Pada dasarnya masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Perbedaannya adalah, ada suatu masyarakat yang berubah dengan sangat cepat dan ada masyarakat
9 lain yang berubah dengan sangat lambat. Ekonomi dikenal sebagai suatu usaha dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaanya yang berhubungan dengan pengalokasian sumberdaya masyarakat (rumahtangga dan pembisnis/perusahaan) yang terbatas diantara berbagai anggotanya, dengan mempertimbangkan kemampuan, usaha,dan keinginan masing-masing. Dengan kata lain ekonomi merupakan usaha sadar yang mau tidak mau masyarakat tidak lepas dengan yang namanya ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian tentang pola Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat yang menerima bantuan rumah dari program KAT di desa Huta Moputi Sebelum mendapat bantuan rumah, maka didapatkan hasil penelitian berupa keadaan kehidupan yang meliputi. Kondisi Sosial, Keadaan Ekonomi, Keadaan pendidikan, yang dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini. Kehidupan masyarakat sebelum mendapat rumah bantuan dari penanggulangan kemiskinan melalui program komunitas adat terpencil (KAT). Secara ekonomis, komunitas Adat Terpencil di Desa Huta Moputi masih terbatas dalam memenuhi kebutuhan sosial dasar, terutama untuk pemenuhan kebutuhan makan, tempat tinggal dan kesehatan. Hal ini berdasarkan temuan penelitian, dimana dilihat dari frekuensi dan menu makanan yang dikonsumsi, dan kondisi rumah tinggal, sebelum mendapat bantuan rumah belum mencerminkan kondisi yang layak. Kemudian terkait dengan permsalahan kesehatan, pada umumnya mereka belum membuang kotoran di WC. Mandi, cuci dan kakus (MCK) dilaksanakan di sungai. Kondisi ini menggambarkan, bahwa komunitas Adat Terpencil di Desa Huta Moputi masih relatif rendah dalam hal kebutuhan ekonomi maupun kesadarannya akan kesehatan keluarga dan lingkungannya. Hal ini terlihat dari keadaan rumah komunitas adat terpencil sebelum menerima bantuan rumah seperti gambar berikut. Kondisi rumah Bapak Idris sebelum mendapat rumah dari penanggulangan kemiskinan melalui program Komunitas Adat Terpencil (KAT).
10 Terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok ini, penelitian ini mencoba mencermati aspek teknologi, interaksi sosial dan nilai-nilai. Khusus untuk peralatan memasak, Komunitas adat Terpencil di Desa Huta Moputi untuk alat keperluan memasak masih sangat sederhana. Dengan demikian, untuk keperluan memasak, mereka sudah mengkombinasikan antara bahan bakar minyak tanah dan kayu bakar. Seperti pada gambar berikut. Selain itu masyarakat Komunitas Adat Terpencil dalam memenuhi kebutuhannya mereka bekerja sebagai petani sawah, kebun. Dalam bekerja mereka menggunakan alat pekerjaan yang tradisional untuk bekerja. Masyarakat memperlihatkan adanya ketergantungan pada sumber daya alam lokal. Ketergantungan terhadap sumber daya alam ini teramati dari jenis mata pencaharian penduduk di sektor pertanian. Hal tersebut yang bisa digunakan oleh Komunitas Adat Terpencil untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. 5 Dalam upaya memenuhi kebutuhan pokok tersebut, pada umumnya mereka mengembangkan komunikasi dan interaksi sosial dengan komunitas dari luar atau etnis lain. Bentuk komunikasi dan interaksi sosial tersebut, dalam bentuk jual beli, atau bekerja pada etnis lain. Mereka sudah mulai menerima pengetahuan baru tentang kesehatan, pertanian dan keterampilan ekonomis dari instansi pemerintah terkait. Dengan demikian, mereka relatif sudah terbuka terhadap budaya orang luar. Hal ini, memungkinkan mereka untuk mengalami proses belajar sosial mengenai budaya dan pengetahuan baru dari komunitas luar. Keterbukaan terhadap budaya luar ini, merupakan kondisi yang dapat mendukung upaya perubahan pada komunitas. 5 Bekerja dengan menggunakan alat tradisional seperti, parang, skop, pacul.
11 Kehidupan masyarakat sesudah mendapat rumah bantuan dari penanggulangan kemiskinan melalui program komunitas adat terpencil (KAT). Hakikat pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas kesejahteraan sosial perorangan, keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mengambil peran dan menjalankan fungsinya dalam kehidupan. Sehingga dalam penanggulangan kemiskinan melalui profram komunitas adat terpencil tujuannya adalah untuk memberdayakan masyarakat khususnya mereka komunitas adat terpencil dalam hal peningkatan ekonomi masyarakat serta sarana dan prasarana. Fungsi Sosial Rumah Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga tidak saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial. Untuk menunjang fungsi rumah sebagai tempat tinggal yang baik maka harus dipenuhi syarat fisik yaitu aman sebagai tempat berlindung, secara mental memenuhi rasa kenyamanan dan secara sosial dapat menjaga privasi setiap anggota keluarga, menjadi media bagi pelaksanaan bimbingan serta pendidikan keluarga. Dengan terpenuhinya salah satu kebutuhan dasar berupa rumah yag layak di tempati, diharapkan tercapai ketahanan keluarga. Kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal menjadi problematika universal yang di hadapi oleh hampir seluruh Negara berkembang dewasa ini. Perumahan adalah salah satu masalah penting pemerintah yang melibatkan aspek ekonomi, sosial, dan politik. Pertambahan jumlah penduduk yang sangat pesat menuntut ketersediaan rumah serta sarana dan prasarana lainnya. Sementara di lain pihak, terbatasnya anggaran pemerintah untuk penyediaan perumahan menjadi antitesa usaha tersebut. Idealnya, sebuah rumah yang layak huni merupakan syarat mutlak yang harus di wujudkan oleh setiap keluarga sebagai penghuninya. Namun dalam prakteknya, keterbatasan ekonomi dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang rumah yang
12 layak huni menyebabkan masih banyak rumah kumuh dengan sanitasi yang buruk yang dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Di Desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato pengadaan bantuan rumah dari kementrian sosial dari penanggulangan kemiskinan melalui program komunitas adat terpencil (KAT) sudah membantu masyarakat untuk bisa menggunakan rumah mereka sebagai fungsi sosial rumah. Pola kehidupan Masyarakat (penerima bantuan rumah ) di Desa Huta Moputi Berbicara mengenai pola hidup masyarakat dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk masyarakat di suatu desa diduduki oleh kaum petani yang merupakan pencaharian utama mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta sebagian untuk kepentingan sosial. Selain itu juga di ketahui pula bahwa biasanya dalam suatu desa pola hidup mereka selain dari petani, perkebunan dan sebagian sebagai tukang kayu. Menurut W.W Rostow dalam masyarakat tradisional sistem ekonomi yang mendominasi masyarakat tradisional adalah pertanian, dengan cara-cara bertani yang tradisional. Produktivitas kerja manusia lebih rendah bila dibandingkan dengan tahapan pertumbuhan berikutnya. Masyarakat ini dicirikan oleh struktur hirarkis sehingga mobilitas sosial dan vertikal rendah. Pada masyarakat tradisional ilmu pengetahuan belum begitu banyak dikuasai,karena masyarakat pada saat itu, masih mempercayai kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan diluar kekuasaan menusia atau hal gaib. 6 Dari uraian di atas, dapat dikategorikan bahwa pola hidup masyarkat di suatu desa untuk mencari nafkah yaitu sebagai petani. Dan hal ini merupakan standar bahwa pola hidup dalam masyarakat untuk mencari nafkah beraneka ragam. Hal demikian yang mendominasi pola hidup masyarakat penerima bantuan rumah layak di Desa Huta moputih kec. Dengilo kab. Pohuwato. 6
13 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Program penanggulangan kemiskinan melalui program Komunitas Adat Terpencil (KAT) ini tepat hanya diberikan kepada masyarakat yang benarbenar kurang mampu dalam tataran ekonomi. 2. Masyarakat yang mendapat bantuan rumah dari program penaggulangan kemiskinan melalui program komunitas adat terpencil benar-benar tidak mampu membiayai pembangunan rumah. 3. Pola kehidupan masyarakat penerima bantuan rumah di Desa Huta Moputi sebelum dan setelah mendapat rumah bantuan rumah sudah mengalami perubahan. Tujuan pemerintah dalam hal pemberian bantuan rumah tersebut, mengetahui sejauh mana program ini dilaksanakan dan benar-benar dapat membantu meringankan kesulitan keluarga miskin untuk memiliki rumah yang layak untuk di huni. Hal tersebut terlihat dari tujuan target yang akan dicapai dari program ini adalah: a) Bagaimana peningkatan perekonomian masyarakat b) Mempercepat sara prasarana c) Akses sosial dasar d) Sumber koperasi ekonomi Program bantuan rumah untuk masyarakat Komunitas Adat Terpencil (KAT) Sangat berguna bagi masyarakat terutama khusus masyarakat yang tidak mampu membangun rumah yang layak di tempati seperti mereka Komunitas Adat Terpencil (KAT). Pola kehidupan masyarakat penerima bantuan sebelum dan sesudah mendapat bantuan mereka tetap sebagai buruh tani dengan kehidupan pas-pasan setiap harinya. Hal tersebut terlihat dari sumber daya manusi yang tidak mendukung terumata dalam
14 bidang pendidikan dikarekan mereka rata-rata hanya lulusan sekolah dasar dan ada sebagian yang tidak pernah bersekolah. Kemudian dalam program penanggulangan kemiskinan melalui program Komunitas Adat Terpencil terdapat pengadaan rumah dan peralatan pekerjaan. Sehingga pada saat peneliti melakukan wawancara kepada masyarakat atau Komunitas Adat terpencil yang mendapat bantuan rumah mereka sudah senang dan sangat berguna bagi mereka mendapat rumah teutama mereka yang tidak mampu membangun rumah yang layak di tempati sendiri tetapi pola kehidupan mereka tetap sebagai buruh tani. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah Bagi pemerintah hendaknya memperhatikan dan memberikan bimbingan bagi masyarakat penerima bantuan rumah untuk dapat mengembangkan pertumbuhan perekonomian masyarakat. 2. Bagi Peneliti lain Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan sehingga mampu mengembangkan hasil dengan lebih baik, sehingga dapat lebih menyempurnakan hasil penelitan ini.
15 DAFTAR PUSTAKA Black, James A dan Dan J. champion. (1992), Metode Dan masalah Penelitian Sosial, PT Refika. Horton, Paul B dan Chester L. Hunt, (1996) Sosiologi. Pt Erlangga. Kaharu, Usman, (2004) Ekonomi Pembangunan. PT Btm Nurul Jannah. Maleong, LJ, (2008), Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Muliyana, Deddy, (2001s.d 2006). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung. PT Remaja Posdarkarya. Nasution, Lutfi I. (ed) Memahami dan Menanggulangi Kemiskinan di Indonesia- 70 Tahun Prof. Sajogyo. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional. Jurnal Andika Putra, Iplementasi program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP) Setiyoko, Gesang Dwi, pengelolaan keuangan daerah terhadap progam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten ponorogo berdasarkan peraturan presiden no. 15 tahun 2010, Ponorogo. Internet HYPERLINK " Adat-Terpencil-" ekonomimenurut-rostow/.
BAB I PENDAHULUAN. karena itu, peran seluruh pemangku kepentingan sangat diperlukan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan utama yang harus dipecahkan. Penanggulangan secara sinergis dan sistematis harus dilakukan agar seluruh warga negara mampu mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya
PENDAHULUAN Latar Belakang Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya secara individu maupun kelompok bila berhadapan dengan penyakit atau kematian, kebingungan dan ketidaktahuan pada
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk dapat menggambarkan sifat-sifat individu, kelompok,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara, fenomena kesenjangan perkembangan antara wilayah selalu ada sehingga ada wilayah-wilayah yang sudah maju dan berkembang dan ada wilayah-wilayah yang
Lebih terperinciPenilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal
JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Banyak permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial budaya, politik, ekonomi serta pertumbuhan penduduk yang cukup cepat telah mempengaruhi tatanan nilai dan budaya suatu bangsa. Banyak permasalahan-permasalahan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan
Lebih terperinciKata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI LINGKUNGAN DI PESISIR PANTAI SINDULANG SATU KECAMATAN TUMINTING TAHUN 2014 Jessy Desiere*, Henky Loho*, Johan Josephus* *Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN 2 010 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,
27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemiskinan Masyarakat miskin adalah masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk mengakses sumberdaya sumberdaya pembangunan, tidak dapat menikmati fasilitas mendasar seperti
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di abad 21 ini tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan dimana-mana sudah semakin cepat dan kompleks, guna memenuhi kebutuhan manusia yang juga semakin banyak. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu indikator dari pemberdayaan masyarakat adalah kemampuan dan kebebasan untuk membuat pilihan yang terbaik dalam menentukan atau memperbaiki kehidupannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah pembangunan diberbagai bidang yang ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak berdayaan. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan hipotesis. A. Latar Belakang Masalah. Kemiskinan seringkali
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( PNPM ) MANDIRI DI KELURAHAN PETEMON KECAMATAN SAWAHAN KOTA SURABAYA (studi mengenai Pengelola Lingkungan) SKRIPSI Diajukan untuk
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota di Indonesia merupakan sumber pengembangan manusia atau merupakan sumber konflik sosial yang mampu mengubah kehidupan dalam pola hubungan antara lapisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian
Lebih terperinciANALISIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG PARTISIPATIF (STUDI KASUS DI DESA DOLOK MERAWAN) SKRIPSI
ANALISIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG PARTISIPATIF (STUDI KASUS DI DESA DOLOK MERAWAN) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Program Studi Ilmu Administrasi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dari penelitian ini didapati kesimpulan dan temuan-temuan sebagai berikut: 1. Karakteristik fisik permukiman kampung
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk mendorong terjadinya perubahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak penduduk dengan berbagai macam ragam mata pencaharian. Dimana mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk dapat memperoleh taraf hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibahas karena tidak hanya menyangkut kehidupan seseorang, tetapi akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan sosial yang sangat kompleks di Indonesia adalah kemiskinan. Dari tahun ke tahun kemiskinan menjadi topik yang hangat untuk dibahas karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersangkutan dapat hidup secara wajar baik jasmani, rohani, maupun sosial. sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lokasi tempat tinggal suku bangsa yang terasing atau terpencil mengakibatkan akses terhadap pelayanan publik menjadi terhambat dan menjadi rendah. komunitas adat terpencil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya
Lebih terperinciCONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)
Perancangan Kota CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) OLEH: CUT NISSA AMALIA 1404104010037 DOSEN KOORDINATOR IRFANDI, ST., MT. 197812232002121003 PEREMAJAAN KOTA Saat ini, Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan internasional yang lazim disebut dengan Global Governance. Peranan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan Pembangunan nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dari perkembangan internasional yang lazim disebut dengan Global Governance. Peranan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minyak bumi merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta jumlah dan persediaan yang terbatas.
Lebih terperinciPLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT
BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS 3.1. ekonominya. RT. 37 ini merupakan salah satu kantong "PAKUMIS" (Padat, Kumuh, Miskin) dari seluruh kawasan Kelurahan Basirih yakni pada RT. 37 ini pula yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangS Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah Indonesia terdiri dari wilayah lautan dan sebagian besar masyarakat pesisir bermata pencaharian
Lebih terperinciASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 1 Oleh: Almasdi Syahza 2 Email: asyahza@yahoo.co.id Website: http://almasdi.staff.unri.ac.id Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : IRMA NURYANI L2D 001 436 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciPERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR PENYEBABNYA
PERKEMBANGAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN FAKTOR PENYEBABNYA The Development of Total Poor Population and Its Causing Factor Sunaryo Urip Badan Pusat Statistik Jl. Sutomo, Jakarta Pusat ABSTRACT There is
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset sosial, ekonomi, dan fisik. Kota berpotensi memberikan kondisi kehidupan yang sehat dan aman, gaya hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir
Lebih terperinciVI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH
59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. air sudah menjadi komoditi ekonomi. Sesuai dengan Undang-undang nomor 32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang semakin langka. Saat ini air sudah menjadi komoditi ekonomi. Sesuai dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2004, penyediaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dari Pembangunan ekonomi merupakan upaya-upaya yang dilakukan
16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangunan Ekonomi Pengertian dari Pembangunan ekonomi merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut para ahli, kemiskinan masih menjadi permasalahan penting yang harus segera dituntaskan, karena kemiskinan merupakan persoalan multidimensional yang tidak saja
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam perekonomian Indonesia karena beberapa alasan antara lain: (1) sumberdaya perikanan, sumberdaya perairan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam terbesar di Asia Tenggara. Semestinya tidak diragukan lagi bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan mengenai sumber daya air yang terjadi di Indonesia Mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan alam
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012
1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) atau Support for Poor and Disadvantaged Area (SPADA) merupakan salah satu program dari pemerintah
Lebih terperinciEFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG
EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (PKP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG (EFFECTIVENESS AND PARTICIPATION SOCIETY AGAINST THE URBAN POVERTY ERADICATION
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang kehidupan masyarakat, telah memungkinkan para pelaku usaha untuk memproduksi berbagai macam barang dan atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini sesuai dengan kondisi wilayah Republik Indonesia sebagai negara agraris. Sektor pertanian memberikan
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE
IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara
Lebih terperinciKata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan lingkungan di pemukiman nelayan Bandengan Kabupaten Kendal terkait dengan kondisi sanitasi yang tidak sesuai untuk kondisi standar layak suatu
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Stiufi Sosiaf'Elipnmi Masyardijft Ling^ngan Xumufi 'Kpta
Lebih terperinciVIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah
Lebih terperinciVIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA
92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang
Lebih terperinciEksplorasi Karakteristik Pembangunan Ekonomi Desa Melalui Unsur-Unsur Budaya Universal di Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
Eksplorasi Karakteristik Pembangunan Ekonomi Desa Melalui Unsur-Unsur Budaya Universal di Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Endro Pebi Trilaksono Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan struktural dalam bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah
Lebih terperinciProgram Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan
Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan I. PENDAHULUAN Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang mencakup perubahan orientasi dan organisasi sistem sosial,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bogor merupakan bagian dari Propinsi Jawa Barat yang memiliki berbagai potensi yang belum dikembangkan secara optimal. Kabupaten Bogor dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI SAWAH (Studi Kasus Pada Masyarakat Petani Di Desa Mengkang, Kecamatan Lolayan )
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI SAWAH (Studi Kasus Pada Masyarakat Petani Di Desa Mengkang, Kecamatan Lolayan ) VINNY ALVIYONITA BAKUNG, Dr. Rauf A Hatu M.SiYowan Tamu S.Ag., MA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
Lebih terperinciKontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)
Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT
Lebih terperincipenelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang dijadikan landasan teori penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian adalah.
8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini akan diuraikan beberapa konsep yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia dimana dua pertiga wilayahnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia dimana dua pertiga wilayahnya merupakan wilayah laut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Status negara berkembang dengan kesejahteraan materials tingkat rendah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Status negara berkembang dengan kesejahteraan materials tingkat rendah menjadikan Indonesia belum lepas dari masalah kemiskinan. Kemiskinan bersifat kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan yang cukup luas dan banyaknya sungai-sungai yang cukup besar. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan untuk mencapai Lumbung
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan penulisan untuk
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian. Penelitian memerlukan suatu metode untuk memudahkan penulisan untuk proses pengumpulan dan menampilkan data hasil penelitian yang dilakukan. memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola
Lebih terperinciKEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.
KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi
Lebih terperincipengolahan produksi serta menunjang pembangunan wilayah (Antonius,1993).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia masih merupakan Negara agraris (pertanian) oleh karenanya prioritas pembangunan hingga saat ini tetap diletakkan pada sektor pertanian. pembangunan
Lebih terperinciUNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Interaksi Sosial Warga Kompleks Perumahan (Studi Deskriptif di Perumahan Bukit Johor Mas, Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah dan memiliki jumlah penduduk nomor empat di dunia. Saat ini penduduk Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah merupakan suatu manifestasi yang diraih oleh masyarakat tersebut yang diperoleh dari berbagai upaya, termasuk
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG
STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Perumnas Banyumanik dan Perumahan Bukit Kencana Jaya) TUGAS AKHIR Oleh: ARIEF WIBOWO
Lebih terperinciPENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh
Lebih terperinciPENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus: Kampung Kanalsari Semarang) Tugas Akhir Oleh : Sari Widyastuti L2D
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kekayaan sumber daya alam yang begitu besar, seharusnya Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara garis besar merupakan negara kepulauan yang luas lautnya mencapai 70% total wilayah. Kondisi laut yang demikian luas disertai dengan kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik. Andalas OLEH : ETRIO FERNANDO
PERANAN INSTITUSI DALAM IMPLEMENTASI PERATURAN WALI KOTA BUKITTINGGI NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG STRATEGI DAERAH DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN (SDPK) TAHUN 2006-2010 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN
PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN RENSTRA ( RENCANA STRATEGIS ) DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2011 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Sejalan dengan arah
Lebih terperinci