PENGARUH YOGA TERHADAP TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL WENING WARDOYO UNGARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH YOGA TERHADAP TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL WENING WARDOYO UNGARAN"

Transkripsi

1 PENGARUH YOGA TERHADAP TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL WENING WARDOYO UNGARAN Indah Rosmaniar Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT Insomnia is a certain condition when somebody feels difficult to sleep. One of the efforts to evercome this is by using yoga. Yoga can make the mind to concentrate on controlling the senses. The purpose of this research is to investigate the influence of yoga to decrease the level of insomnia in the elderly people at Wening Wardoyo Social Rehabilitation Unit Ungaran. The research design used Quasy Experimental Design by using Pretest-Posttest Control Goup Design, with the population of 71 people. The sampling method used purposive sampling with the samples of 30 people who were divided into intervention and control groups. Data collecting used questionnaires of the study group of Psychiatry biology in Jakarta-Insomnia Rating Scale (KSPBJ- IRS). The results showed the t p-value of 7,268 for the intervention group with p-value of whereas for the control group, it got t value -0,001 with p-value of 0,334. The p-value for the intervention group is smaller than the value (0.05), whereas in the control group p-value was bigger than α value (0.05). It could be concluded that there was a significant influence of yoga to decrease the level of insomnia in elderly people at Wening Wardoyo Social Rehabilitation Unit Ungaran. Wening Wardoyo Social Rehabilitation Unit Ungaran the can apply yoga as in intervention to cope with insomnia in elderly people. Keywords : Yoga, Insomnia in elderly people PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lansia adalah kelompok orang yang berumur 60 sampai dengan 74 tahun. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa penduduk usia lanjut atau sering juga disebut lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Tahun 2020 diperkirakan akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 11,34 % dari total penduduk pada tahun 2020 dan menjadi 41,4 % pada tahun 2025 (Darmodjo, 2006). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), menyatakan data jumlah penduduk Indonesia 237,5 juta jiwa. Komposisi jumlah lansia usia lebih dari 59 tahun sebanyak jiwa. Provinsi Jawa Tengah terdapat warga dan memiliki jumlah lansia usia 59 sampai diatas 75 tahun sebanyak jiwa. Kabupaten Semarang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Semarang tercatat jiwa, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Jumlah penduduk lanjut usia di Kabupaten Semarang mulai dari usia 55 sampai 75 tahun ke atas sebanyak orang, dengan perincian jumlah penduduk lakilaki orang dan jumlah penduduk perempuan orang (BPS, 2013). Lansia membutuhkan kualitas tidur yang baik untuk meningkatkan kesehatan dan memulihkan kondisi dari sakit. Proses menua merupakan proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik dengan terlihat adanya penurunan fungsi organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara Pengaruh Yoga Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran 1

2 psikologis dan kemunduran kognitif seperti suka lupa, dan hal-hal yang mendukung lainnya seperti kecemasan yang berlebihan, kepercayaan diri menurun, insomnia, juga kondisi biologis yang semuanya saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia (Maryam, 2008). Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan pada lansia di Indonesia. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang lansia melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup besar yaitu sekitar 67%. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah di dignosa oleh dokter (Amir, 2007). Menurut National Sleep Foundation dalam sebuah poling tahun 2002 di Amerika ditemukan sebanyak 47 juta orang lansia tidak mendapatkan jumlah minimal tidur yang mereka butuhkan setiap malam. Rata - rata efesiensi tidur sekitar 80-95% pada dewasa, sedangkan pada lansia hanya sekitar 70% saja. Berdasarkan survey dibuktikan bahwa lebih dari 50% mengeluh tentang kesulitan tidur, dimulai pada usia 40 tahun. Survey lain mendapatkan bahwa wanita lebih sering untuk melaporkan masalah tidurnya dari pada pria (Kozier, 2004). Insomnia merupakan salah satu gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur di kalangan lansia. Insomnia didefinisikan sebagai suatu keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh satu dari sulit memasuki tidur, sering terbangun malam kemudian kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak (Joewana, 2005). Menurut Maryam (2008), Siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti adrenocorticotropic hormone (ACTH), growth hormon (GH), tyroid stimulating hormone (TSH), dan luteinizing hormone (LH). Hormon ini masing-masing disekresi oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus path way. Sistem ini secara teratur mempengaruhi dan bertugas mengatur mekanisme tidur. Pada lansia, keadaan hormonal yang menurun akan mengakibatkan pola tidur berubah. Ketidakcukupan kualitas dan kuantitas tidur dapat merusak memori dan kemampuan kognitif. Bila hal ini berlanjut hingga bertahuntahun, akan berdampak pada tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, hingga masalah psikologis seperti depresi dan gangguan perasaan lain. Hal tersebut akan membuat kualitas hidup lansia yang semakin rendah (Maryam, 2008). Metode penatalaksanaan yang bertujuan mengurangi tingkat insomnia pada lansia pada umumnya terbagi atas terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis memiliki efek yang cepat. Namun demikian, penggunaan obat-obatan ini menimbulkan dampak jangka panjang yang berbahaya bagi kesehatan lansia. Dengan demikian diperlukan terapi non farmakologis yang efektif dan aman untuk meningkatkan kualitas tidur lansia (Stanley & Beare, 2007). Prinsip penatalaksanaan non farmakologis untuk mengatasi gangguan tidur adalah peningkatan kenyamanan dan penurunan kecemasan (Potter & Perry, 2006). Salah satu terapi non farmakologi yang berpotensi mengurangi tingkat insomnia adalah melakukan yoga. Yoga merupakan terapi non farmakologi yang efektif dibandingkan dengan terapi non farmakologi lainnya untuk mengatasi insomnia. Gerakan yoga dapat membantu penderita insomnia untuk dapat tidur dengan nyenyak karena memberikan pengaruh positif pada pusat saraf otak yang akan melepaskan rasa kaku pada otot di tubuh dan memberikan ketenangan pikiran dan pada akhirnya membantu untuk tidur (Sindhu, 2013). Melakukan yoga secara umum merupakan cara yang baik untuk mengatasi insomnia. Latihan yoga membantu mengalahkan stress yang merupakan penyebab utama gangguan tidur, yoga menurunkan aktivitas tubuh dan pikiran yang akhirnya akan mendorong kita untuk tidur (Pangkalan, 2008). Lansia yang sedang mengalami kecemasan atau stress (ketegangan emosional) maka beberapa otot akan mengalami ketegangan sehingga mengaktifkan system saraf simpatis. Pada kondisi stres, hipotalamus, bagian kecil otak yang terletak di bawah otak besar dan talamus, akan mengeluarkan kortisol, hormone stres. Padahal, produksi kortisol secara simultan akibat ketegangan dan beban psikologis akan merusak dinding 2 Pengaruh Yoga Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran

3 pembuluh darah, yang juga bakal mengganggu aliran darah ke otak (Pangkalan, 2008). Meningkatnya produksi hormone stress ini memacu kerja neurotransmitter, saraf pembawa pesan di otak yang berkaitan dengan emosi, akibat dopamine terstimulasi. Dopamine berperan dalam melakukan tindakan dan kesadaran kognitif, seperti menentukan aktivitas fisik, perasaan dan motivasi diri, perhatian, serta proses tidur (Lebang, 2013). Menurut Widyantoro (2010), berlatih yoga seiring dengan kesadaran yang meningkat, pikiran yang bergejolak akan diredam. Yoga adalah suatu metode untuk menenangkan pikiran yang resah untuk kemudian diarahkan pada saluran yang konstruktif. Perasaan tenang dan nyaman dapat memunculkan rasa kantuk sehingga lansia dapat dengan mudah mengawali tidur. Kemudahan dalam mengawali tidur akan berdampak pada lama tidur, dengan tidur lebih awal dari biasanya dan masa memasuki tidur yang lebih pendek secara langsung akan memperlama jam tidur. Lama tidur bukan salah satu ukuran standart apakah seseorang harus tidur 8 jam atau tidak, namun bagi penderita insomnia peningkatan lama tidur cukup berarti. Latihan yoga yang diberikan kepada lansia sesuai dengan kondisi fisik lansia, latihan yoga dengan gerakan yang pelan-pelan yang dikombinasikan dengan latihan pernapasan yang terkontrol dan rangkaian kontraksi peregangan otot serta relaksasi kelompok otot. Latihan yoga dapat menstimulasi respon relaksasi baik fisik maupun psikologis. Respon tersebut dikarenakan terangsangnya aktivitas sistem saraf otonom parasimpatis nuclei rafe yang terletak di separuh bagian bawah pons dan di medula sehingga mengakibatkan penurunan metabolisme tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan dan peningkatan serotonin (Lebang, 2013). Dengan melakukan yoga membungkukkan badan ke depan memiliki efek mendinginkan tubuh sehingga orang sulit tidur jadi lebih tenang sehingga tidur pun jadi lebih mudah dan melakukan pranayama duduk dengan membungkukkan tubuh ke depan bisa memindahkan sistem saraf sympathetic (yang membuat tubuh dalam kondisi tegang atau terstimulasi secara impulsif) ke parasympathetic (pengontrol kerja organ voluntary (otomatis) tubuh dan identik dengan rasa tenang dan nyaman). Ini membuat penderita insomnia memasuki alam tidur dengan lebih mudah (Lebang, 2013). Berlatih yoga tiga kali dalam satu minggu dapat mengurangi tingkat insomnia ( Sindhu, 2013 ). Sejalan dengan penelitian, Ahmad Saroji (2010) yaitu tentang Efektifitas Relaksasi Progesif terhadap Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia menghasilkan, bahwa Latihan Relaksasi Progesif sebelum tidur dapat menurunkan tingkat insomnia. Setelah dilaksanakan wawancara kepada petugas Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran, jumlah lansia wanita sebanyak 71 dan 75% mengalami gangguan pola tidur. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang pada tanggal 30 April Hasil wawancara dari 10 orang lansia yang ditemui mengalami keluhan susah tidur (insomnia), 3 orang lansia mengalami insomnia berat, 5 orang lansia mengalami insomnia sedang dan 2 orang lansia mengalami insomnia ringan. Upaya yang dilakukan perawat yang bertugas di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo dalam menangani masalah ini adalah dengan memberikan obat tidur, sedangkan pemberian obat tidur dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping, kacanduan dan bila overdosis dapat membahayakan pemakainya. Selama ini pihak pengelola Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran belum pernah melakukan pemberian terapi yoga untuk mengatasi susah tidur (insomnia) pada lansia. Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh yoga terhadap tingkat insomnia pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperimental Design yaitu suatu desain penelitian yang tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas dan tidak memiliki ciri-ciri rancangan yang sebenarnya karena variabel-variabel yang seharusnya di kontrol (Notoatmodjo, 2012). Pengaruh Yoga Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran 3

4 Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah intervensi atau perlakuan yang berupa pemberian terapi yoga dapat mempengaruhi tingkat insomnia pada lansia atau tidak dengan mengguanakan pendekatan rancangan penelitian Pretest-Posttest Control Group Design. Rancangan penelitian ini dibuat dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini sudah dilakukan pada lansia wanita yang tinggal di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran selama dua minggu pada tanggal Oktober Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Sedangkan populasi dalam penelitian sebanyak 71 lansia wanita yang tinggal di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran pada tanggal 30 April Sampel Tehnik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling yaitu tehnik yang digunakan dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012). Kriteria sampel dalam penelitian dapat meliputi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini peneliti antara lain: 1) Lansia wanita yang berusia 60 tahun ke atas mengalami insomnia yang tinggal di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran; 2) Masih bisa berkomunikasi agar mempermudah proses penelitian; 3) Tidak mengalami gangguan pendengaran; 4) Belum pernah mendapatkan terapi yoga; 5) Bersedia menjadi responden. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini: 1) Mengkonsumsi obat tidur; 2) Merokok; 3) Lansia yang dalam keadaan sakit. Berdasarkan tujuan penelitian, serta lamanya waktu penelitian sehingga pada penelitian ini sampel untuk kelompok eksperimental sejumlah orang lansia sebanding dengan kelompok kontrolnya yaitu orang lansia sehingga totalnya adalah 30 responden. Alat yang digunakan untuk yoga adalah, musik slow. Instrumen yang digunakan untuk perlakuan ini adalah yoga dengan tehnik pranayama, dimana pranayama terdiri dari 4 gerakan sederhana, masing-masing gerakan berdurasi antara 7 menit diberikan selama 3 kali dalam seminggu. Kuesioner insomnia pada lansia menggunakan alat ukur (instrument) Kelompok Study Psikiatri Biologi Jakarta Insomnia Rating Scale (KSPBJ IRS). Analisis Data Analisa Univariat Variabel yang dianalisis adalah tingkat insomnia lansia setelah dilakukan yoga di Unit Analisa Bivariat Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel-variabel penelitian yaitu variabel independent dengan variabel dependent. Hal ini berguna untuk membuktikan atau menguji hipotesis yang telah dibuat. Guna mengetahui adanya pengaruh yoga terhadap tingkat insomnia pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran dilakukan uji perbedaan tingkat insomnia lansia sesudah diberikan yoga antara kelompok intervensi dan kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Jika terdapat perbedaan diantara kelompok intervensi dan kontrol (P-value < 0,05), maka ada pengaruh yoga terhadap insomnia lansia. Berdasarkan uji t independen, diperoleh nilai t hitung sebesar -3,163 dengan p-value sebesar 0,004. Oleh karena p-value 0,004 < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada sesudah melakukan yoga antara kelompok intervensi dan kontrol pada lansia di Unit Ini juga berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan yoga terhadap tingkat insomnia lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. 4 Pengaruh Yoga Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran

5 HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Tingkat Insomnia Lansia Sebelum Diberikan Yoga pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum Diberikan Yoga pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran, 2014 Intervensi Kontrol Tingkat Insomnia Ringan Sedang Berat Sangat Berat Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) 2 13,3 3 20, ,7 9 60,0 3 20,0 3 20,0 0 0,0 0 0,0 Jumlah Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa sebelum diberikan yoga sebagian besar lansia pada kelompok intervensi mengalami insomnia sedang sejumlah 10 orang (66,7%), sedangkan pada kelompok kontrol juga mengalami insomnia sedang, sejumlah 9 orang (60,0%). Tingkat Insomnia Lansia Sesudah Diberikan Yoga pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Insomnia Lansia Sesudah Diberikan Yoga pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran, 2014 Tingkat Intervensi Kontrol Insomnia Ringan Sedang Berat Sangat Berat Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) 8 53,3 3 20,0 7 46, ,7 0 0,0 2 13,3 0 0,0 0 0,0 Jumlah Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa sesudah diberikan yoga, sebagian besar lansia pada kelompok intervensi sudah mengalami insomnia ringan sejumlah 8 orang (53,3%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar masih mengalami insomnia sedang, sejumlah 10 orang (66,7%). Analisis Bivariat Uji Kesetaraan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum Diberikan Yoga antara Kelompok Intervensi dan Kontrol Tabel 3 Uji Kesetaraan Kualitas Tingkat Insomnia Lansia Sebelum Diberikan Yoga antara Kelompok Intervensi dan Kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran, 2014 Variabel Kelompok N Mean SD T p-value Insomnia Intervensi Kontrol 14,60 13,60 4,532 4,983 0,575 0,570 Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa sebelum diberikan yoga, rata-rata skor insomnia lansia kelompok intervensi sebesar 14,60, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 13,60. Dari rata-rata tersebut menunjukkan bahwa tingkat insomnia kedua kelompok tidak jauh berbeda. Berdasarkan uji t independen, didapatkan nilai t hitung sebesar 0,575 dengan p-value 0,570. Oleh karena p-value 0,570 > (0,05), Pengaruh Yoga Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran 5

6 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada lansia sebelum diberikan yoga antara kelompok intervensi dan kontrol di Unit Hal ini juga menunjukkan bahwa sebelum perlakuan kedua kelompok dapat dinyatakan setara atau homogen. Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Yoga pada kelompok intervensi Tabel 4. Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Yoga pada Kelompok Intervensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran, 2014 Variabel Intervensi N Mean SD T p-value Insomnia Sebelum Sesudah 14,60 9,07 4,532 3,826 7,268 0,000 Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi, rata-rata skor insomnia lansia sebelum melakukan yoga sebesar 14,60, kemudian skor tersebut turun menjadi 9,07 sesudah melakukan yoga. Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebesar 7,268 dengan p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < (0,05), ini menunjukkan bahwa ada lansia sebelum dan sesudah melakukan yoga pada kelompok intervensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol Tabel 5 Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran, 2014 Variabel Intervensi N Mean SD T p-value Insomnia Sebelum Sesudah 13,60 14,00 4,983 4,675-1,000 0,334 Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol yang tidak melakukan yoga, rata-rata skor insomnia lansia sebelum perlakuan sebesar 13,60, skor tersebut sedikit naik sebesar 14,00 setelah perlakuan. Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebesar -1,000 dengan p-value sebesar 0,334. Terlihat bahwa p-value 0,334 > (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada lansia sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Pengaruh Yoga terhadap Tingkat Insomnia pada Lansia Tabel 6 Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sesudah Melakukan Yoga antara Kelompok Intervensi dan Kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran, 2014 Variabel Kelompok N Mean SD T p-value Insomnia Intervensi Kontrol 9,07 14,00 3,826 4,675-3,163 0,004 Berdasarkan Tabel 6, rata-rata skor insomnia lansia kelompok intervensi sesudah melakukan yoga sebesar 9,07 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 14,00. Ini menunjukkan bahwa sesudah melakukan yoga, rata-rata skor pada kelompok intervensi yang melakukan yoga lebih rendah dibandingkan lansia kelompok kontrol yang tidak melakukan yoga. Berdasarkan uji t independen, diperoleh nilai t hitung sebesar -3,163 dengan p-value sebesar 0,004. Oleh karena p-value 0,004 < 6 Pengaruh Yoga Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran

7 (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada sesudah melakukan yoga antara kelompok intervensi dan kontrol pada lansia di Unit Ini juga berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan yoga terhadap tingkat insomnia lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. PEMBAHASAN Tingkat Insomnia Pada Lansia Sebelum Dilakukan Yoga di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Tingkat insomnia terbanyak pada responden sebelum diberikan yoga adalah insomnia sedang karena lansia yang menjadi responden tidak pernah mencoba untuk mengobati insomnia yang dialami baik dengan obat-obatan farmakologi maupun nonfarmakologi. Dilihat dari kategori derajat insomnia sebelum diberikan yoga didapatkan sebagian besar lansia yang menjadi responden mengalami insomnia sedang. Insomnia dapat diartikan suatu keadaan ketika seseorang mengalami kesulitan untuk tidur dengan nyenyak. Rata-rata setiap orang pernah mengalami insomnia sekali dalam hidupnya. Insomnia tidak hanya kondisi sulit tidur, tetapi juga seluruh gangguan tidur, seperti sering terjaga saat tidur yaitu lebih dari 4 kali, sulit memulai tidur, tidur kurang dari 7 jam hingga tidak bisa mencapai kualitas tidur yang normal. Pada penderita insomnia umumnya tidak bangun dalam keadaan segar, tetapi justru merasa lemas, kurang bersemangat, sangat mengantuk, dan perasaan tidak enak lainnya (Widya, 2010). Hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa proses menua yang dialami lansia menyebabkan menurunnya kualitas tidur lansia sehingga lansia mengalami gangguan tidur (Insomnia). Upaya penyembuhan insomnia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu farmakologis dan non farmakologis. Farmakologis dilakukan dengan pemberian obat tidur dan non farmakologis salah satunya dilakukan dengan pemberian yoga. Pemberian obat tidur dalam jangka yang lama dapat menimbulkan efek samping, kecanduan dan dapat membahayakan pemakainya sedangkan pemberian terapi non farmakologis melalui yoga dapat memunculkan respon relaksasi sehingga dapat mencapai keadaan tenang. Respon relaksasi ini terjadi melalui penurunan bermakna dari kebutuhan zat oksigen oleh tubuh, yang selanjutnya aliran darah akan lancar, neutransmiter penenang akan dilepaskan, sistem saraf akan bekerja secara baik otot-otot akan tubuh yang relaks menimbulkan perasaan tenang dan nyaman (Purwanto, 2007). Tingkat Insomnia Pada Lansia Sesudah Di Lakukan Yoga di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Hasil pengukuran tingkat insomnia pada lansia menggunakan kuesioner setelah dilakukan yoga yaitu terdapat ada perbedaan atau penurunan tingkat insomnia pada lansia. Data tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan setelah diberikan yoga pada kelompok intervensi, dimana setelah diberikan yoga ada 8 (53,3%) orang lansia yang mengalami insomnia ringan yang sebelumnya ada 2 (13,3%) orang lansia yang mengalami insomnia ringan, 7 (46,7%) orang lansia yang mengalami insomnia sedang yang sebelumnya ada 10 (66,7%) orang lansia yang mengalami insomia sedang, dan tidak ada lansia yang mengalami insomnia berat yang sebelumnya ada 3 (20,0%) orang lansia yang mengalami insomnia berat. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan yang signifikan dimana setelah perlakuan didapat 3 (20,0%) orang lansia yang mengalami insomnia ringan yang sebelumnya 3 (20,0%) orang lansia juga yang mengalami insomnia ringan, 10 (66,7%) orang lansia yang mengalami insomnia sedang yang sebelumnya ada 9 (60,0%) orang lansia yang mengalami insomnia sedang, dan 2 (13,3%) orang lansia yang mengalami insomnia berat yang sebelumnya ada 3 (20,0%) orang lansia yang mengalami insomnia berat. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada lansia yang mengalami insomnia ringan dan sedang pada kelompok intervensi peningkatan ini didapat dari lansia yang mengalami insomnia sedang turun menjadi insomnia ringan dan insomnia berat turun menjadi insomnia sedang. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat peningkatan jumlah lansia yang mengalami insomnia sedang dan penurunan pada lansia yang mengalami insomnia berat menjadi insomnnia sedang. Hal ini terjadi karena pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Pengaruh Yoga Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran 7

8 Tingkat insomnia lansia pada kelompok intervensi mengalami penurunan setelah diberikan yoga karena Pranayama atau tehnik pernafasan, meningkatkan asupan oksigen serta prana kedalam tubuh, meningkatkan fungsi kerja sel tubuh, serta meningkatkan konsentrasi dan ketenangan fikiran. Menguasai pernafasan berarti menguasai emosi dan fikiran. Saat nafas tidak terkendali emosi jadi bergejolak, otot tubuh akan menegang mengakibatkan kesulitan dalam memulai tidur. Sebaliknya, dengan bernafas lembut dengan teratur, fikiran akan menjadi lebih tenang, emosi akan diliputi ketentraman, dan tubuh menjadi lebih rileks (Sindhu, 2013). Latihan fisik atau yang dikenal dengan olahraga adalah tindakan fisik untuk menguatkan kesehatan atau memperbaiki deformitas fisik, melakukan latihan fisik minimal 30 menit dapat menstimulasi pelepasan hormon endorfin dan menurunkan kadar hormon kortisol di dalam tubuh akan menyebabkan keseimbangan mental. Salah satu jenis olahraga yang sering diaplikasikan adalah yoga yang merupakan sistem kesehatan menyeluruh (holistik), melalui yoga seseorang akan lebih baik mengenal tubuhnya, mengenal fikirannya dan mengenal jiwanya (Shindu, 2013). Sejalan dengan penelitian, Ahmad Saroji (2010) yaitu tentang Efektifitas Relaksasi Progesif terhadap Penurunan Tingkat Insomnia pada Lansia menghasilkan, bahwa Latihan Relaksasi Progesif sebelum tidur dapat menurunkan tingkat insomnia. Penelitian lain yang dilakukan oleh Linda (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh yoga terhadap stress pada wanita karir menemukan hasil terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, hal ini menunjukkan ada pengaruh yoga terhadap stress pada wanita karir. Perbedaan tingkat insomnia pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan yoga pada kelompok intervensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebesar 7,268 dengan p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < α (0,05), ini menunjukkan bahwa ada lansia sebelum dan sesudah melakukan yoga pada kelompok intervensi di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Gerakan yoga yang dilakukan pada kelompok intervensi dengan serangkaian gerak yang teratur dan terarah serta terencana dengan maksud meningkatkan fungsional raga, dalam hal ini ditujukan agar lansia terjadi penurunan insomnia pada lansia. Gerakan yoga yang dilakukan secara dinamis dengan posisi tertentu. Gerakan yoga juga terdapat unsur koordinasi, dimana tercipta kerja sama antara susunan syaraf pusat dengan otot dalam bentuk gerakan tertentu. Melakukan yoga secara umum merupakan cara yang baik untuk mengatasi insomnia. Latihan yoga membantu mengalahkan stress yang merupakan penyebab utama gangguan tidur, yoga menurunkan aktivitas tubuh dan pikiran yang akhirnya akan mendorong kita untuk tidur (Pangkalan 2008). Lansia yang sedang mengalami kecemasan atau stress (ketegangan emosional) maka beberapa otot akan mengalami ketegangan sehingga mengaktifkan system saraf simpatis. Pada kondisi stres, hipotalamus, bagian kecil otak yang terletak di bawah otak besar dan talamus, akan mengeluarkan kortisol, hormone stres. Padahal, produksi kortisol secara simultan akibat ketegangan dan beban psikologis akan merusak dinding pembuluh darah, yang juga bakal mengganggu aliran darah ke otak. Meningkatnya produksi hormone stress ini memacu kerja neurotransmitter, saraf pembawa pesan di otak yang berkaitan dengan emosi, akibat dopamine terstimulasi. Dopamine berperan dalam melakukan tindakan dan kesadaran kognitif, seperti menentukan aktivitas fisik, perasaan dan motivasi diri, perhatian, serta proses tidur. Dengan berlatih yoga, seiring dengan kesadaran yang meningkat, pikiran yang bergejolak akan diredam. Yoga adalah suatu metode untuk menenangkan pikiran yang resah untuk kemudian diarahkan pada saluran yang konstruktif (Widyantoro, 2010). Perasaan tenang dan nyaman dapat memunculkan rasa kantuk sehingga lansia dapat dengan mudah mengawali tidur. Kemudahan dalam mengawali tidur akan berdampak pada lama tidur, dengan tidur lebih awal dari biasanya dan masa memasuki tidur yang lebih pendek secara langsung akan memperlama jam tidur. Lama tidur bukan salah satu ukuran standart apakah seseorang harus tidur 8 jam atau tidak, namun bagi penderita insomnia peningkatan lama tidur cukup berarti. 8 Pengaruh Yoga Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran

9 Pada saat diberikan yoga lansia mengalami ketenangan dan memperlihatkan respon relaks yang ditandai dengan menurunnya pernapasan, nadi dan denyut jantung. Menurut Sani (2012), menyatakan bahwa yoga digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk mengurangi tingkat stres, memperlambat denyut jantung, dan menurunkan tekanan darah, sementara praktik asana (gerakan yoga) dapat digunakan secara khusus untuk memperbaiki masalah tertentu atau untuk mencegah penyakit. Dalam yoga, tubuh manusia terhubung erat dengan pola gerak, napas, serta pikiran yang memungkinkan terjadinya keseimbangan, relaksasi, serta harmoni dalam hidup. Praktisi yoga menggunakan wujud kasar tubuh untuk membantu menjernihkan pikiran. Lewat serangkaian latihan fisik yang cermat dan penuh konsentrasi, seorang pelaku yoga diajarkan untuk membangun seluruh bagian tubuh maupun jiwanya. Secara ilmiah, olah fisik yoga terbukti mampu memperbaiki, memperkuat, dan memaksimalkan fleksibilitas otot. Berbagai gerakan yoga berefek positif bagi peredaran darah, memudahkan penyerapan gizi, serta membersihkan racun dari berbagai bagian tubuh. Sementara dari sisi psikologis yoga meningkatkan konsentrasi, fokus, dan meningkatkan keseimbangan jiwa, ketenangan, juga kepuasan (Lebang, 2010). Menurut Pangkalan (2008), melakukan yoga secara umum merupakan cara yang baik untuk mengatasi insomnia. Latihan yoga mengalahkan stres yang merupakan penyebab utama gangguan tidur. Melalui latihan fisik yang menenangkan, teknik pernapasan dan relaksasi, seseorang dapat memperbaiki pola tidur tanpa menggunakan obat tidur yang akan mempengaruhi siklus tidur alami. Dalam penelitian ini, latihan yoga yang diberikan kepada lansia sesuai dengan kondisi fisik lansia, latihan yoga dengan gerakan yang pelan-pelan yang dikombinasikan dengan latihan pernapasan yang terkontrol dan rangkaian kontraksi peregangan otot serta relaksasi kelompok otot. Latihan yoga dapat menstimulasi respon relaksasi baik fisik maupun psikologis. Respon tersebut dikarenakan terangsangnya aktivitas sistem saraf otonom parasimpatis nuclei rafe yang terletak di separuh bagian bawah pons dan di medula sehingga mengakibatkan penurunan metabolisme tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan frekuensi pernapasan dan peningkatan serotonin. Perangsangan pada beberapa area dalam nukleus traktus solitarius, yang merupakan region sensoris medulla dan pons yang dilewati oleh sinyal sensorik visceral yang memasuki otak melalui sarafsaraf vagus dan glosovaringeus, juga menimbulkan keadaan tidur (Purwanto, 2007). Latihan yoga dapat memunculkan keadaan tenang dan rileks dimana gelombang otak mulai melambat semakin melambat akhirnya membuat seseorang dapat beristirahat dan tertidur. Kondisi inilah yang akan mempengaruhi terjadinya penurunan tingkat insomnia pada lansia. Pada saat dilakukan pre test dan post test terlihat terjadi penurunan tingkat insomnia. Hasil observasi terhadap lansia sebelum diberi yoga menunjukkan bahwa responden sering terbangun pada waktu tidur malam. Pada waktu tidur, sering responden mengalami mimpi. Apabila sudah terbangun dari tidur, responden sulit untuk tidur kembali, sehingga pada di waktu pagi hari, responden merasa tidak bugar. Kondisi yang demikian menjadikan responden manjadi kurang tidur apabila diukur dengan waktu lama responden tidur. Lama tidur responden banyak yang tidur antara 4 jam - 5 jam. Dari hasil pre test peneliti menunjukkan bahwa sebelum mengikuti yoga responden banyak mengalami insomnia sedang yaitu sebanyak 10 responden. Adanya terapi yoga terhadap responden dapat memberikan pengaruh terhadap insomnia responden. Perbedaan tingkat insomnia pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan yoga pada kelompok kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol yang tidak melakukan yoga, rata-rata skor insomnia lansia sebelum perlakuan sebesar 13,60, skor tersebut sedikit naik sebesar 14,00 setelah perlakuan. Berdasarkan uji t dependen, didapatkan nilai t hitung sebesar -1,000 dengan p-value sebesar 0,334. Terlihat bahwa p-value 0,334 > α (0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada lansia sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Pengaruh Yoga Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran 9

10 Pengaruh Yoga Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran Berdasarkan uji t independen, diperoleh nilai t hitung sebesar -3,163 dengan p-value sebesar 0,004. Oleh karena p-value 0,004 < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada sesudah melakukan yoga antara kelompok intervensi dan kontrol pada lansia di Unit Ini juga berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan yoga terhadap tingkat insomnia lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran. Beberapa penyebab insomnia yang lebih banyak terdapat pada orang tua dari pada orang-orang muda, karena rasa bosan dan tidak aktif, kurang harga diri, atau tujuan hidup, perasaan tidak berguna, sakit dan rasa tidak enak, kehilangan keluarga dan teman, rasa takut yang sangat umum, yaitu meninggal pada saat tidur, disertai kecemasan. Perempuan lebih sering mengalami Insomnia dari pada laki-laki, pada umum nya perempuan lebih relative mudah cemas dari pada laki-laki karena perempuan cenderung lebih perasa dan lebih bisa menempatkan dirinya dalam berbagai situasi (Joewana, 2005). Pada sebagain besar kasus insomnia permasalahanya emosional, setres, kecemasan, kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi. Insomnia lebih sering terjadi pada usia di atas 60 tahun. Lansia beresiko mengalami insomnia karena proses menua yang menyebabkan perubahan pola tidur dan bangun terganggu. Semakin bertambahnya umur lansia semakin kesulitan untuk tidur. Pola tidur dan bangun sering berubah sewaktu anda menjadi lebih tua karena rasa bosan dan tidak efektif, terutama jika dulunya orang yang aktif. Rasa bosan dan tidak aktif biasanya disebabkan oleh masa pensiun, atau jika pasangan hidup anda meninggal dan tidak mempunyai teman untuk melakukan sesuatu bersama-sama, oleh karena itu, tidak heran bahwa insomnia sangat umum diantara orang-orang tua, dan sayang sekali banyak orang yang mengatasi insomnia dengan obat tidur. Berdasarkan fakta diatas peneliti menyimpulkan bahwa lansia yang tinggal di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran dan tidak diberikan yoga tidak mengalami penurunan tingkat insomnia. Hal ini disebabkan oleh faktor psikis berupa kecemasan, setres psikologis, ketakutan dan ketegangan emosional. Apalagi lansia yang tinggal dipanti memiliki stresor tambahan yaitu mereka harus mampu beradaptasi dengan teman sekamar, penghuni lain, staf atau pengelola panti, kegiatan dipanti, aturan yang berlaku dipanti, dan lingkungan fisik panti (Maryam, 2008). Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan rancangan Quasi eksperimen sehingga peneliti tidak bisa mengendalikan adanya variabel lain yang dapat mempengaruhi tingkat insomnia, misalnya seperti, stress emosional, motivasi dan masalah yang berbeda-beda dari setiap responden sehingga peneliti melakukan wawancara pada lansia sebelum diberikan perlakuan untuk mengontrol adanya variabel lain. KESIMPULAN Ada perbedaan tingkat insomnia lansia sebelum dan sesudah diberikan yoga pada kelompok intervensi dengan p-value sebesar 0,000. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat insomnia lansia sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol dengan p- value sebesar 0,334. Ada pengaruh yoga terhadap insomnia lansia dengan p-value 0,004. Oleh karena p- value 0,004 < (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat insomnia lansia sesudah diberikan yoga antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada lansia di Unit SARAN Bagi petugas di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran, diharapkan dapat menerapkan yoga sebagai salah satu intervensi dalam mengatasi gangguan tidur (insomnia) pada lansia. Bagi lansia, diharapkan dapat melakukan yoga secara mandiri dalam mengatasi gangguan tidur (insomnia). Bagi peneliti lain, mengingat masih adanya keterbatasan dari penelitian yang telah 10 Pengaruh Yoga Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran

11 dilakukan, maka diharapkan penelitian lebih lanjut dapat melakukan pengendalian yang lebih intensif terhadap variabel lain yang dapat mempengaruhi tingkat insomnia, misalnya seperti, stress emosional, motivasi. DAFTAR PUSTAKA [1] American Insomnia Association American Insomnia Association treatmen. Available online at http//www. Americaninsomniaassociation.org (diakses 02 Maret 2014) [2] Amir, Nurmiati Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Diagnosis dan Penatalaksanaan. Cermin Dunia Kedokteran No. 7 hal 197 [3] Azizah, Lilik Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graham Ilmu [4] BPS Jumlah lansia meningkat. From : 02 Maret 2014) [5] Darmodjo, et al Buku Ajar: Geriatrik (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI [6] Dempsey, Patricia Ann & Arthur D. Dempsey Riset Keperawatan Buku Ajar & Latihan. Edisi 4. Jakarata : EGC [7] Diah, Susanti Raini Perbedaan tingkat insomnia lansia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif (Progresive muscle relaxation) di bpstw ciparay bandung. Jurnal Fakultas Kesehatan Universitas Padjadjaran Bandung. Retieved Maret, 2014, From: Unpad.ac.id [8] Gunawan Insomnia: ganguan sulit tidur. Jogjakarta: Kanisius [9] Hidayat, Aziz Alimul Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika [10] Ide, Pangkalan Seri Bodytalk-Yoga Insomnia. Jakarta : Media Komputindo [11] Indriana, Yeniar Gerontology & Progeria. Yogyakarta: Putaka Pelajar. [12] Joewana, Satya Gangguan Mental & Perilaku. Jakarta : EGC [13] Kozier dan Synder Fundamental of nursing: Concpt, process and practice.canada: Upper Saddle River. [14] Lebang, Erikar Olahraga Dan Yoga.Jakarta: PT Kompas Media Nusantara [] Maryam, Siti, dkk Mengenal Lanjut Usia dan Perawatannya. Jakarta Salemba Medika. [16] Mubarak, Wahid Iqbal. dkk Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto [17] Notoadmodjo, Soekidjo Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. [18] Nugroho, Wahjudi Keperawatan gerontik. Jakarta: EGC [19] Nursalam Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan : Pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. [20] Potter. Patricia dan Perry, Anne Griffin Fundamental of nursing: concept, process,and practice. 4/E (Terj. Yasmin Asih, et al). Jakarta : EGC [21] Prasadja Ayo bangun dengan bugar karena tidur yang benar. Jakarta : Hikmah [22] Purwanto Terapi insomnia. http//klinis.wordpress.com. (diakses 20 Maret 2014) [23] Rafknowledge Insomnia dan gangguan tidur lainya. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo. [24] Sani, Rachmat Yoga Untuk Kesehatan. Semarang: Dahara Prize [25] Shindu, Pujiastuti Yoga Untuk Hidup Sehat. Bandung:PT Mizan Pustaka [26] Stanley, Mickey dan Beare, P.G Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisis 2. Jakarta : EGC. [27] Suardiman, Siti Partini Psikologi usia lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. [28] Sudoyo, Aru Ilmu Penyakit dalam Jilid III. Jakarta : FKUI [29] Sugiyono Statistika untuk penelitian Bandung: Alfabeta. [30] Susilo, Yekti Cara Mengatasi Insomnia. Yogyakarta : Andi Offset [31] Widya Mengatasi insomnia: cara mudah mendapatkan kembali tidur nyenyak anda. Yogyakarta: Kata Hati. [32] Widyantoro Yoga yuk, biar fit. Jakarta: Raketindo Primedia Mandiri [33] Wirawanda, Yudha Kedahsyatan Terapi Yoga.Jakarta : Padi Pengaruh Yoga Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran 11

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Periode ini merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN Esri Rusminingsih, Ikmal Qoyyimah ABSTRAK Perubahan fisiologi usia lanjut

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT INSOMNIA LANSIA SEBELUM DAN SESUDAH SENAM YOGA DI POSYANDU LANSIA DESA BLULUKAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN KARANGANYAR

PERBEDAAN TINGKAT INSOMNIA LANSIA SEBELUM DAN SESUDAH SENAM YOGA DI POSYANDU LANSIA DESA BLULUKAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN KARANGANYAR PERBEDAAN TINGKAT INSOMNIA LANSIA SEBELUM DAN SESUDAH SENAM YOGA DI POSYANDU LANSIA DESA BLULUKAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN KARANGANYAR Lestari Gudawati* Abi Muhlisin ** Abstract One of disorder who

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN Ambar Winarti STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN ABSTRAK Tidur merupakan kebutuhan manusia

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP BERKURANGNYA KELUHAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA DI PANTI AL-MUDAKKIR DAN DI PANTI AL-AMIN BANJARMASIN

EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP BERKURANGNYA KELUHAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA DI PANTI AL-MUDAKKIR DAN DI PANTI AL-AMIN BANJARMASIN EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP BERKURANGNYA KELUHAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA DI PANTI AL-MUDAKKIR DAN DI PANTI AL-AMIN BANJARMASIN Mahdalena 1 Muhlis 2 M. Fadli 3 1 Jurusan Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah kelanjutan dari usia dewasa yang merupakan proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho, 2008). Akibatnya jumlah lanjut usia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan periode penutup bagi rentang kehidupan seseorang dimana telah terjadi kemunduran fisik dan psikologis secara bertahap (Hurlock, 1999). Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Usia lanjut atau lanjut usia merupakan kelompok usia yang mengalami peningkatan paling cepat dibanding kelompok usia lainnya. Dalam bidang kesehatan, hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perkumpulan lansia Kartasura pada bulan November 2016 didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, berpengaruh terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia. Menurut laporan Perserikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007). Namun pengaruh proses menua sering menimbulkan bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang medis, ilmu kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015 ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015 Fatma Abd Manaf 1, Andi ayumar 1, Suradi Efendi 1 1 School od Health

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Tengah (Jateng), termasuk salah satu dari tujuh provinsi di Indonesia yang berpenduduk dengan struktur tua (lansia). Data Departemen Sosial (Depsos)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Proses menua dapat diartikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk di negara maju mempunyai usia harapan hidup lebih panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut berdasarkan jenis kelamin menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Experimental Pre-Post Test dengan intervensi senam otak. Penelitian ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA WANITA DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA WANITA DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN YOGYAKARTA PENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TINGKAT STRES PADA WANITA DI DUSUN KARANG TENGAH SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: TITIS PUSPITA WARDANI 201110201136 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas normal terjadi pada seseorang yang ditunjukkan oleh systolic dan diastolic pada pemeriksaan tekanan darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016 PENGARUH TERAPI RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU DUSUN JELAPAN SINDUMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: INDAH RESTIANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan jenis gangguan mental paling sering terjadi di dunia dengan prevalensi lebih dari 15%, dengan persentase wanita lebih banyak dibandingkan pria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, terutama di bidang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR LANSIA: TERAPI AKUPRESUR. Ambarsari, Siti Aisyah 1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya 1

PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR LANSIA: TERAPI AKUPRESUR. Ambarsari, Siti Aisyah 1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya 1 PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR LANSIA: TERAPI AKUPRESUR Ambarsari, Siti Aisyah 1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya 1 ABSTRAK Kebutuhan tidur seseorang akan berkurang seiring dengan bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 lanjut usia atau lansia merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60 tahun), baik itu pria

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan masyarakat yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan definisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian Partisipan pada penelitian ini yaitu para lanjut usia (lansia) yang ada di Panti Wredha Salib Putih Salatiga sebagai kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas, menurut UU RI No.13 Tahun 1998 Bab 1 Pasal 1. Perubahan fisiologis akan muncul saat seseorang

Lebih terperinci

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI Overview of Sleep Quality and Sleep Disorders In Elderly at Social Home Tresna Werdha Budi Luhur

Lebih terperinci

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN DERAJAT KEKEBALAN TERHADAP STRES (SKALA MILLER & SMITH) PADA LANSIA DI KELURAHAN KEDUNGWUNI TIMUR KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH

Lebih terperinci

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)-STIMULASI SENSORI TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN BERLOKASI DI BABAT KABUPATEN LAMONGAN Arifal Aris Dosen Prodi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 yang termuat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 yang termuat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 yang termuat dalam Bab 1 pasal 1 Ayat 2, yang disebut usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas,

Lebih terperinci

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP KUALITAS TIDUR LANJUT USIA DI PANTI JOMPO AISIYAH SURAKARTA

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP KUALITAS TIDUR LANJUT USIA DI PANTI JOMPO AISIYAH SURAKARTA PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP KUALITAS TIDUR LANJUT USIA DI PANTI JOMPO AISIYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Fisioterapi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal.istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA Oleh : Diyono 1 Sriyani Mugiarsih 2 Budi Herminto 3 Abstract Background. Pain is an unpleasant sensory

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI Rofli Marlinda *)Rosalina, S.Kp.,M.Kes **), Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns **) *) Mahasiswa PSIK

Lebih terperinci

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN OLEH : NOVANA AYU DWI PRIHWIDHIARTI 010214A102 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus

Lebih terperinci

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia. PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT PADA LANSIA DI UPT PANTI SOSIAL PENYANTUNAN LANJUT USIA BUDI AGUNG KUPANG Yasinta Asana,c*, Maria Sambriongb, dan Angela M. Gatumc

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEKTIFITAS MANDI AIR HANGAT DAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA. Istiana Nurhidayati* ABSTRACT

PERBEDAAN EFEKTIFITAS MANDI AIR HANGAT DAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA. Istiana Nurhidayati* ABSTRACT PERBEDAAN EFEKTIFITAS MANDI AIR HANGAT DAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA Istiana Nurhidayati* ABSTRACT Elderly experience changes such as physical changes, psychological

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahterahaan lanjut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami proses penuaan di dalam kehidupannya. Menurut Padila (2013), proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang di mulai sejak permulaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI Sutomo Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto ABSTRAK Proses

Lebih terperinci

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang pp PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNANTEKANANDARAH PADA LANSIA PENDERITAHIPERTENSIDI PANTISOSIAL WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2014 Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India dan USA. Peningkatan jumlah lansia di negara maju relatif lebih cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai oleh penduduk dunia yang mengalami pergeseran pola pekerjaan dan aktivitas. Dari yang sebelumnya memiliki pola kehidupan agraris berubah menjadi

Lebih terperinci

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIPERTENSI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DEMANGAN KOTA MADIUN Hariyadi,S.Kp.,M.Pd (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen (Preeksperiments design). Penelitian ini menggunakan rancangan one group pre test dan post test design.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 Fransisca Imelda Ice¹ Imelda Ingir Ladjar² Mahpolah³ SekolahTinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang dalam Pembangunan Nasional, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan di bidang kesehatan merupakan cita cita suatu bangsa, hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka Harapan Hidup

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG Siti Romadoni, Aryadi, Desy Rukiyati PSIK STIKes Muhammadiyah Palembang Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco & BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco & Barros (2012), mendefinisikan tidur sebagai suatu kondisi dimana proses pemulihan harian terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis. Maslow (1970) mengatakan

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun di perkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, social, dan ekonomi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA 60-70 TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO Oleh S.Nurul Sya diyah AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, yang ditandai oleh adanya keterbatasan aliran udara persisten yang biasanya

Lebih terperinci

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat 2 Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, penyakit jantung koroner, pembuluh darah jantung dan otot jantung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yang

Lebih terperinci

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI UPT PANTI WREDHA BUDHI DHARMA PONGGALAN YOGYAKARTA

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI UPT PANTI WREDHA BUDHI DHARMA PONGGALAN YOGYAKARTA PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI UPT PANTI WREDHA BUDHI DHARMA PONGGALAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: BAGUS SETYAJI 201110201014 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologi. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk upaya kuratif yang dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan penyakit karena lingkungan berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena penuaan populasi (population aging) merupakan fenomena yang telah terjadi di seluruh dunia, istilah ini digunakan sebagai istilah bergesernya umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Hidayat, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Hidayat, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, yang menyebabkan perubahan pada struktur dan fungsi

Lebih terperinci

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Perbedaan Pengaruh Pemberian Meditasi Sederhana Dan Latihan Deep Breathing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Mentari Senja Semanggi Surakarta Nur Annisa 1, Maryatun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di negara-negara maju maupun berkembang. Diseluruh dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan pengetahuan telah membawa kemajuan salah satunya yaitu meningkatnya usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk lanjut usia (lansia) merupakan penduduk yang telah memasuki periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik PERBANDINGAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH LANSIA PENDERITA HIPERTENSI SETELAH DILAKUKAN TERAPI MUSIK KLASIK DAN RELAKSASI AUTOGENIK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEMBINA PALEMBANG 1 Dewi Ismarina, 2* Herliawati,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menjadi tua adalah proses fisiologis yang terjadi pada semua orang dimana berarti seseorang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat ke-4 dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat ke-4 dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai angka sekitar 248 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk sebesar ini, Indonesia menduduki peringkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2010, diperoleh data jumlah penduduk Indonesia 237.5 juta jiwa. Komposisi jumlah anak usia 0-4 tahun sebanyak 19,591,740 jiwa, sedangkan

Lebih terperinci