PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA PRASEKOLAH"

Transkripsi

1 PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA PRASEKOLAH Dyah Rahmawati* Sunaryo, H.S. Widodo, Hs. Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang ABSTRACT: This study aims to determine mastery of Indonesian vocabulary in preschoolers, including the quantity range of vocabulary, word class, and scope of vocabulary. The method used is qualitative descriptive research methods. The results of this study include the quantity of various Indonesian vocabulary in every child is different from one another, the word class of nouns is the most widely mastered by subsidiary, and scope of the vocabulary of children mostly are still at the level of objects, events, circumstances, and other things that are concrete. Key words: mastering vocabulary, preschoolers ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah yang meliputi kuantitas ragam kosakata, kelas kata, dan ruang lingkup kosakata. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini di antaranya adalah kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada setiap anak berbeda antara satu dengan yang lain, nomina adalah kelas kata yang paling banyak dikuasai anak, dan ruang lingkup kosakata anak sebagian besar masih berada pada tataran benda, aktivitas, keadaan, dan hal-hal lain yang bersifat konkret. Kata kunci: penguasaan kosakata, anak prasekolah Pada dasarnya sejak lahir manusia telah terikat secara kodrati untuk mempelajari bahasa pada waktu tertentu dan dengan cara tertentu. Menurut Subyakto dan Nababan (1992:124) bahasa adalah segala bentuk komunikasi ketika pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan supaya dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa bahasa komunikasi tidak dapat dilakukan dengan baik dan interaksi sosial pun tidak akan pernah terjadi. Tanpa bahasa siapa pun tidak akan mampu mengekspresikan diri dalam menyampaikan sesuatu pesan kepada orang lain. Chomsky sebagaimana dikutip Subyakto dan Nababan (1992:76) menyatakan bahwa setiap anak sejak lahir telah dilengkapi dengan seperangkat peralatan yang memungkinkannya memperoleh suatu bahasa. Seperangkat peralatan itu disebut dengan peralatan pemerolehan bahasa atau Language Acquisition Device (LAD). Dengan adanya LAD ini seorang anak dipastikan memiliki kemampuan alamiah untuk berbahasa. Berbahasa tidak terlepas dari kosakata. Kosakata atau perbendaharaan kata adalah semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa (Soedjito, 1992:1). Kosakata merupakan bagian penting dari bahasa. Penguasaan kosakata dapat memengaruhi keterampilan berbahasa seseorang. Begitu juga dengan kemampuan seseorang menggunakan dan mempelajari bahasa banyak dipengaruhi oleh kosakata yang *Dyah Rahmawati adalah mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.

2 2 dimilikinya. Bahasa dapat berfungsi kepada seseorang apabila keterampilan berbahasa seseorang meningkat. Keterampilan berbahasa seseorang meningkat apabila kuantitas dan kualitas kosakatanya meningkat (Tarigan, 1993:14). Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah, kelas kata bahasa Indonesia yang dikuasai anak usia prasekolah, dan ruang lingkup kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak usia prasekolah. METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hal ini karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata yang dituturkan anak usia prasekolah dalam rentang usia 4 6 tahun. Pendekatan kualitatif dipilih karena penelitian ini menggunakan interaksi sosial sebagai cara memperoleh data dari sumber data secara alami. Sumber data penelitian ini adalah anak-anak TK ABA 25 Malang yang berusia 4 6 tahun. Setiap kelompok jenis kelamin diambil lima anak sehingga terdapat sepuluh subjek penelitian. Data penelitian ini bersifat deskriptif, artinya kosakata yang menjadi data utama penelitian ini adalah sumber deskripsi yang memaparkan mengenai selukbeluk penguasaan kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah. Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif dipandang sesuai untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai penguasaan kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah. Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat partisipan dan kehadiran peneliti di lapangan diketahui oleh subjek penelitian. Di samping itu, peneliti sebagai instrumen kunci yang merencanakan, melaksanakan, menafsirkan, dan menyimpulkan data. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik simak libat cakap, teknik elisitasi/pemancingan, teknik rekam, dan teknik catat. Untuk menjaga keabsahan data peneliti melakukan ketekunan pengamatan, konsultasi dengan pembimbing, dan diskusi dengan teman sejawat. Analisis data penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Bogdan sebagaimana dikutip Sugiyono (2007:244) menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil pengamatan sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Aktivitas analisis data penelitian ini meliputi identifikasi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Kegiatan identifikasi data dilakukan dengan bantuan tabel analisis yang dibuat secara teliti, terfokus, dan terperinci untuk memudahkan penghitungan pada kuantitas ragam kosakata dan proses penggolongan berikutnya. Pada tahap identifikasi ini peneliti memberikan nama pada data sesuai dengan kelas kata dan ruang lingkup kosakata. Tahap selanjutnya adalah penyajian data. Data yang disajikan dari penelitian ini adalah kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah, kelas kata bahasa Indonesia yang dikuasai anak usia prasekolah, dan ruang lingkup kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak usia prasekolah. Dalam analisis data kualitatif, data yang telah diidentifikasi ke dalam tabel disajikan kembali secara deskriptif sehingga temuannya dapat dengan mudah dipahami orang lain. Tahap terakhir analisis ini adalah penarikan simpulan. Simpulan penelitian ini diambil dari

3 3 intisari-intisari pembahasan terhadap hasil penelitian sehingga diperoleh simpulan yang kredibel. HASIL PENELITIAN Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Usia Prasekolah Sejauh ini hasil penelitian para ahli mengenai kuantitas ragam kosakata pada anak usia prasekolah bervariasi. Hal ini karena perkembangan kosakata anak banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal sehingga masukan-masukan yang diterima anak berbeda antara satu dengan yang lain. Adapun kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada sepuluh anak usia prasekolah di TK ABA 25 Malang sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini. Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Usia Prasekolah di TK ABA 25 Malang Subjek Kelas Kata L/P Usia penelitian N V Adj Adv Pro Pre Kon Num Int Art Jumlah Mi P 5th Dw P 4th Sa P 6th Fa P 6th Dt P 5th Ay L 6th Ar L 6th Ek L 4th Ab L 4th Ad L 5th Keterangan: N : nomina V : verba Adj : adjektiva Adv Pro Pre : adverbia : pronomina : preposisi Kon : konjungsi Art : artikula Num : numeralia Int : interjeksi Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada setiap anak berbeda antara satu dengan yang lain. Kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai Mi sebanyak 117 kosakata, Dw 68 kosakata, Sa 146 kosakata, Fa 140 kosakata, Dt 140 kosakata, Ay 138 kosakata, Ar 95 kosakata, Ek 47 kosakata, Ab 32 kosakata, dan Ad 58 kosakata. Dari hasil tersebut diketahui bahwa kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia anak perempuan lebih banyak daripada anak laki-laki. Mi menguasai sebanyak 117 kosakata, Dw 68, Sa 146, Fa 140, dan Dt 140 kosakata sedangkan anak laki-laki menunjukkan kuantitas angka yang lebih sedikit, Ay menguasai sebanyak 138 kosakata, Ar 95, Ek 47, Ab 32, dan Ad 58 kosakata. Dari segi usia, anak-anak yang berusia 5 6 tahun memiliki kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia lebih banyak daripada anak yang berusia 4 tahun. Pada anak perempuan Sa yang berusia 6 tahun menguasai sebanyak 146 kosakata dan Fa yang berusia 6 tahun menguasai sebanyak 140 kosakata. Dt yang berusia 5 tahun menguasai sebanyak 140 kosakata sedangkan Mi yang berusia 5 tahun menguasai sebanyak 117 kosakata. Sementara itu, Dw yang berusia 4 tahun menguasai sebanyak 68 kosakata. Pada anak laki-laki, Ay yang berusia 6 tahun menguasai sebanyak 138 kosakata dan Ar yang berusia 6 tahun menguasai

4 4 sebanyak 95 kosakata. Ad yang berusia 5 tahun menguasai sebanyak 58 kosakata dan Ek yang berusia 4 tahun menguasai sebanyak 47 kosakata sedangkan Ab yang berusia 4 tahun menguasai sebanyak 32 kosakata. Kelas Kata Bahasa Indonesia yang Dikuasai Anak Usia Prasekolah Masa anak-anak merupakan masa pesatnya perkembangan kosakata. Pada masa ini sebagian besar anak usia prasekolah sudah mampu menguasai kata-kata yang berkategori nomina, verba, adjektiva, adverbia, pronomina, numeralia, preposisi, konjungsi, dan interjeksi. Hal tersebut sebagaimana terlihat dalam tabel penguasaan kelas kata bahasa Indonesia berikut ini. Kelas Kata Bahasa Indonesia yang Dikuasai Anak Usia Prasekolah No Subjek Penelitan L/P Usia Kelas Kata 1. Mi P 5th N V Adj Adv Pro Num Pre Kon 2. Dw P 4th N V Pro Adv Num Kon Adj Pre 3. Sa P 6th N V Adj Pro Num Adv Kon Pre Int 4. Fa P 6th N V Adj Pro Adv Num Kon Int Pre 5. Dt P 5th N V Adv Pro Adj Kon Pre Int Num 6. Ay L 6th V N Pro Adv Num Pre Adj Kon Int 7. Ar L 6th N V Pro Adv Adj Num Pre Kon Int 8. Ek L 4th N V Pro Adv Pre Adj Kon Int 9. Ab L 4th N V Adj Adv Pro Pre 10. Ad L 5th N V Adj Adv Pre Pro Num Kon Keterangan N : nomina V : verba Adv : adverbia Adj : adjektiva Pro : pronomina Num : numeralia Pre : preposisi Kon : konjungsi Int : interjeksi Art : artikula Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa mayoritas anak usia prasekolah sudah menguasai hampir semua kelas kata bahasa Indonesia. Mulai dari kelas kata nomina, verba, adjektiva, adverbia, pronomina, numeralia, preposisi, konjungsi, sampai dengan interjeksi. Dari sepuluh anak usia prasekolah yang diteliti, lima di antaranya menguasai dengan baik sembilan kelas kata dalam tuturannya. Empat anak menguasai delapan kelas kata dalam tuturannya sedangkan satu anak menguasai enam kelas kata dalam tuturannya. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa kelas kata artikula tidak ditemukan dari tuturan anak usia prasekolah yang diteliti. Ruang Lingkup Kosakata Bahasa Indonesia yang Dikuasai Anak Usia Prasekolah Dari hasil analisis berdasarkan tiap-tiap kata yang selanjutnya digolongkan ke dalam ruang lingkup kosakata, ditemukan tiga puluh ruang lingkup kosakata bahasa Indonesia dalam tuturan anak usia prasekolah. Ketiga puluh ruang lingkup kosakata tersebut mayoritas masih berada pada tataran benda, aktivitas, keadaan, dan hal-hal lain yang bersifat konkret. Ruang lingkup tersebut di antaranya adalah nama-nama diri, kekerabatan, ukuran, jenis tanaman, keadaan, bilangan, profesi,

5 5 persetujuan dan penolakan, jenis kelamin, aktivitas, perlengkapan diri, barang elektronik, nama-nama hari, jenis buah-buahan, jenis-jenis warna, makanan dan minuman, perabot rumah tangga, benda-benda universal, perlengkapan sekolah, jenis-jenis mainan, jenis-jenis binatang, bagian-bagian tubuh, transportasi, jenisjenis sayuran, teknologi, agama, tempat, tujuan, rasa, dan bentuk. PEMBAHASAN Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Usia Prasekolah Menurut pandangan behaviorisme, kemampuan berbicara dan memahami sebuah bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungan luar (Chaer, 2003:223). Jadi, dapat ditarik sebuah hubungan bahwa perkembangan kosakata anak juga tergantung pada masukan-masukan yang diterima anak dari luar. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada setiap anak. Dalam penelitian ini, kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai masing-masing anak bervariasi. Pada lima anak perempuan yang diteliti, kosakata yang dikuasai berada dalam kisaran kosakata. Sementara itu, pada lima anak laki-laki yang diteliti, kosakata yang dikuasai berada dalam kisaran kosakata. Kuantitas ragam kosakata yang bervariasi ini menunjukkan bahwa usia, jenis kelamin, dan kondisi lingkungan keluarga adalah faktor-faktor yang diduga melatarbelakangi terjadinya perbedaan kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah. Berikut dijelaskan keterkaitan faktor-faktor tersebut terhadap kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah. Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Faktor Usia dan Jenis Kelamin Perbedaan usia memengaruhi kecepatan dan keberhasilan dalam belajar bahasa kedua (Chaer, 2003:253). Dalam penelitian ini, anak yang berusia 5 6 tahun memliki penguasaan kosakata yang lebih banyak daripada anak yang berusia 4 tahun. Hal ini diduga anak yang berusia 5 6 tahun perkembangan neurobiologinya jauh lebih matang daripada anak yang berusia 4 tahun. Oleh karena itu, anak yang berusia 5 6 tahun mayoritas sudah mampu melakukan ekspresi diri seperti membaca dan menulis sehingga kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai lebih banyak daripada anak usia 4 tahun. Pada sisi jenis kelamin, ditemukan perbedaan yang mencolok antara anak laki-laki dan perempuan. Kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak perempuan sebagian besar menunjukkan angka yang lebih banyak daripada kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kemampuan verbal anak perempuan lebih unggul daripada anak laki-laki. Bahkan Santrock menjelaskan bahwa anak perempuan lebih unggul dalam beberapa area verbal seperti kemampuan menemukan sinonim kata-kata dan memori verbal sedangkan anak laki-laki melebihi anak perempuan dalam kemampuan kuantitatif dan visual spasial (Santrock, 2007:335). Pandangan tersebut cukup memperjelas hasil penelitian ini, bahwa anak perempuan dalam berbahasa sedikit lebih baik dari anak laki-laki. Dibandingkan dengan anak perempuan, dalam perkembangannya anak laki-laki lebih lambat

6 6 dalam belajar berbicara (Hurlock, 1997:209). Selain itu, kalimat anak laki-laki lebih pendek dan kosakata yang diucapkan lebih sedikit daripada anak perempuan. Selama proses penelitian anak perempuan lebih dominan dalam hal berbicara dan berbahasa. Saat bermain pun anak perempuan lebih banyak mengungkapkan perasaannya dibandingkan dengan anak laki-laki. Menurut Chaer (2003:134) otak perempuan lebih kaya akan neuron dibandingkan dengan otak laki-laki, jadi semakin banyak jumlah neuron di suatu daerah, semakin kuat fungsi otak di sana. Oleh karena itu, kesan cerewet yang ada pada perempuan adalah bagian dari kemampuan verbal yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya jumlah neuron pada otak kiri perempuan. Dari penjelasan teori-teori tersebut dapat dirumuskan sebuah dugaan bahwa dalam perkembangannya, anak perempuan lebih mudah menguasai bahasa dibandingkan dengan anak laki-laki. Termasuk dalam penguasaan kosakata, kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia anak perempuan usia prasekolah lebih banyak daripada anak laki-laki. Kuantitas Ragam Kosakata Bahasa Indonesia pada Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Faktor Kondisi Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga juga berperan dalam perkembangan bahasa anak. Santrock (2007:373) menyatakan bahwa kuantitas percakapan orangtua kepada anak berhubungan langsung dengan pertumbuhan kosakata anak dan kuantitas bicara juga dihubungkan dengan status sosial ekonomi keluarga. Pada penelitian ini, peneliti memanfaatkan data-data yang ada di buku induk sekolah untuk dapat dijadikan gambaran mengenai kondisi keluarga dari anak-anak yang diteliti. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa anak-anak yang kedua orangtuanya bekerja memiliki kosakata yang tidak sebanyak anak-anak lain yang ibunya tidak bekerja. Oleh karena itu, muncul sebuah dugaan bahwa orangtua khususnya ibu yang berbicara lebih sering kepada anak-anaknya akan berpengaruh dalam jumlah kosakata yang dikuasai anak. Kemudian dari sisi bahasa pengantar sehari-hari yang digunakan anak dan orangtua di rumah, pada dasarnya turut memberikan pengaruh terhadap kuantitas ragam kosakata yang dikuasai anak. Anak-anak yang terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa untuk berinteraksi dengan orangtua, mayoritas kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai lebih banyak daripada anak-anak yang hanya terbiasa menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana berinteraksi dengan orangtua. Hal itu tentunya juga didukung dengan hubungan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak sehingga berdampak pada kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak. Meskipun demikian, baik anak yang mempunyai kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia yang banyak maupun sedikit dalam penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, sedikit banyak masih tercampuri kosakata Jawa sebagai bahasa pertama anak. Hal ini karena anak-anak tinggal dalam lingkungan yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana komunikasi sehari-hari. Jadi, sudah menjadi kenyataan umum kalau pemerolehan bahasa kedua sangat kuat dipengaruhi oleh bahasa pertama (Tarigan, 1988:91). Demikian juga dengan bahasa Jawa sebagai bahasa pertama (B1) yang dimiliki oleh sepuluh anak usia prasekolah yang diteliti senantiasa hadir disela-sela tuturan anak ketika

7 7 mereka berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia (B2). Hal ini tidaklah salah jika dilihat dari sudut pandang anak-anak yang masih dalam proses belajar memahami bahasa kedua. Bahasa anak-anak adalah bahasa antara yang merupakan bagian dari sebuah tahapan untuk seorang anak dapat mencapai kemahiran berbahasa. Kelas Kata Bahasa Indonesia yang Dikuasai Anak Usia Prasekolah Dalam penelitian ini kelas kata nomina menempati jumlah terbanyak yang dikuasai anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Gentner yang menyatakan bahwa anak menguasai nomina dengan jumlah yang paling banyak daripada kelas kata lainnya (Dardjowidjojo, 2010:259). Hasil yang sama juga ditunjukkan Dardjowidjojo yang selama lima tahun meneliti pemerolehan bahasa cucunya. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa nomina menduduki posisi paling atas dengan persentase rata-rata 49% dan verba menduduki urutan kedua dengan persentase rata-rata 29%, selanjutnya pada urutan ketiga baru diikuti kelas kata adjektiva dengan persentase 13%, dan kata fungsi menempati urutan keempat dengan persentase 10% (Dardjowidjojo, 2010:259). Berikut adalah penjelasan terperinci mengenai kelas-kelas kata bahasa Indonesia yang dikuasai anak usia prasekolah. Kata Benda (Nomina) Kata benda atau nomina dari segi semantis adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Alwi dkk, 2010:221). Dari penelitian ini, diketahui bahwa anak usia prasekolah mayoritas mengetahui nama berbagai benda yang ada di sekitarnya. Benda-benda yang diketahui oleh anak pada umumnya bersifat konkret atau nyata. Di samping itu, benda-benda tersebut sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga anak lebih mudah untuk mengingat nama benda-benda tersebut. Oleh karena itu, kategori nomina banyak dikuasai anak-anak. Dari segi bentuk, nomina dibedakan ke dalam nomina dasar dan nomina turunan. Pembentukan nomina turunan dilakukan dengan (a) afiksasi, (b) pengulangan, atau (c) pemajemukan. Kosakata seperti gambar, ibu, adik, melati, buku, rumput, serigala, capung, apel, manggis, pilot, sungai, mobil, bapak, dan kambing termasuk kategori nomina bentuk dasar. Kosakata mainan, ayunan, makanan dan minuman termasuk kategori nomina turunan hasil proses afiksasi. Sementara itu, kosakata robot-robotan, anak-anak, barang-barang, buah-buahan, rumah-rumahan, alun-alun, kura-kura, dan pistol-pistolan termasuk kategori nomina hasil dari proses reduplikasi. Kosakata robot-robotan, buah-buahan, rumah-rumahan, dan pistol-pistolan merupakan perulangan yang disertai dengan afiksasi -an dan memiliki makna kemiripan rupa. Kemudian anak-anak dan barang-barang merupakan jenis perulangan murni sedangkan alun-alun dan kurakura merupakan jenis perulangan semu. Kata Kerja (Verba) Pada penelitian ini, mayoritas kata kerja yang dikuasai anak usia prasekolah berhubungan dengan aktivitas atau tindakan sehari-hari yang dilakukan anak. Kosakata tersebut di antaranya adalah bangun, baca, masak, tidur, mandi, minum, makan, pulang, kerja, beli, dan lari. Kosakata tersebut

8 8 termasuk kategori verba bentuk dasar. Verba bentuk dasar memiliki makna yang mandiri meskipun tidak dibubuhi dengan afiks. Selain itu, verba dasar memiliki potensi untuk membentuk verba lain dengan menambahkan afiks pada verba dasar. Misal dari kosakata bangun, baca, dan masak dapat dibentuk menjadi membangunkan, membaca, dan memasak. Sementara itu, kosakata mengeja, dilombakan, dipanggil, menemukan, menyeberang, berdoa, ditakuti, memeriksa termasuk dalam verba turunan hasil dari proses pengafiksan. Kosakata jalan-jalan, masak-masak, pindah-pindah, bergerak-gerak, dan meloncat-loncat termasuk dalam verba turunan hasil dari proses reduplikasi sedangkan jalan kaki adalah bentuk verba turunan hasil proses pemajemukan. Pemajemukan adalah penggabungan atau pemaduan dua dasar atau lebih sehingga menjadi satu satuan makna (Alwi dkk, 2010:106). Kata Sifat (Adjektiva) Kosakata yang berkaitan dengan kategori adjektiva dalam tuturan anak usia prasekolah di antaranya adalah cantik, sakit, jahat, nakal, lupa, jauh, dekat, kaget, sehat, pintar, takut, baik, lurus, kecil-kecil dan lain sebagainya. Kosakata cantik, sakit, jahat, sehat, pintar, takut, nakal, dan kaget termasuk bentuk-bentuk adjektiva dasar. Sesuai dengan karakeristik adjektiva, kosakata tersebut berpotensi untuk bergabung dengan partikel tidak, lebih, atau sangat. Sementara itu, kosakata kecil-kecil termasuk dalam kategori adjektiva turunan hasil dari proses pengulangan atau reduplikasi. Kata Keterangan (Adverbia) Kosakata yang berkaitan dengan kategori adverbia pada tuturan anak-anak di antaranya adalah sudah, akan, lagi, masih, pernah, belum, bisa, ingin, sudah tidak, nggak bisa, subuh-subuh, sore-sore, malam-malam, dan kadang-kadang. Adverbia bentuk dasar seperti sudah, akan, lagi, masih, pernah, belum, bisa, ingin sedangkan adverbia gabungan seperti sudah tidak dan nggak bisa. Subuh-subuh, sore-sore, malam-malam, dan kadang-kadang termasuk bentuk-betuk adverbia reduplikasi. Kata Ganti (Pronomina) Dari penelitian ini terdapat beberapa kata ganti atau pronomina yang digunakan anak dalam berkomunikasi, di antaranya adalah pronomina persona, posesiva, demonstrativa, dan interogativa. Kosakata aku, dia, kita, dan kamu termasuk kategori pronomina persona. Aku merupakan kata ganti orang pertama tunggal sedangkan dia merupakan kata ganti orang ketiga tunggal. Kemudian kita merupakan kata ganti orang pertama jamak dan kamu merupakan kata ganti orang kedua jamak. Di samping itu, juga terdapat bentuk pronomina posesiva seperti pada kata adikku, jajanmu, dan mobilnya. Pronomina posesiva adalah segala kata yang menggantikan kata ganti orang dalam kedudukannya sebagai pemilik. Jadi, bentuk -ku, -mu, -nya adalah bentuk-bentuk ringkas yang diletakkan di belakang sebuah kata yang biasa disebut dengan enklitis. Sementara itu, pronomina demonstrativa yang sering digunakan oleh anak usia prasekolah selama berinteraksi dengan peneliti adalah sini, sana, ini, dan itu. Ini digunakan untuk menunjuk pada sesuatu di tempat pembicara sedangkan itu menunjuk pada sesuatu di tempat lawan bicara (Keraf, 1982:68). Kemudian

9 9 pronomina penunjuk tempat seperti sini dan sana mengacu pada makna dekat (sini) dan jauh (sana). Sebagai penunjuk lokasi, pronomina ini sering digunakan dengan preposisi pengacu arah, yakni di, ke, dari sehingga terdapat di/ke/dari sana dan di/ke/dari sini (Alwi dkk, 2010:271). Kata Bilangan (Numeralia) Pada kelas kata numeralia ditemukan sejumlah kosakata sebagai berikut lima, dua, empat, sepuluh, tujuh, tiga, satu juta, dua juta, lima juta, kedua, satu, enam, dua belas dan setengah. Kosakata banyak dan semua termasuk kategori numeralia pokok tak tentu. Dikatakan tak tentu karena mengacu pada jumlah yang tidak pasti. Sementara itu, kosakata lima, satu, dua, enam, tujuh, tiga, sepuluh, dua belas, satu juta, dua juta, dan lima juta termasuk kategori numeralia pokok tentu. Akan tetapi, untuk kosakata satu juta, dua juta, dan lima juta dalam numeralia pokok tentu menempati posisi sebagai gugus yang berkomponen juta. Kemudian kosakata sepuluh menempati posisi sebagai gugus yang berkomponen puluh dan dua belas dalam numeralia pokok tentu menempati posisi sebagai gugus yang berkomponen belas. Sementara itu, kosakata kedua termasuk dalam kategori numeralia pokok kolektif. Numeralia pokok kolektif dibentuk dengan prefiks ke- yang ditempatkan di depan nomina yang diterangkan. Hal itu juga terbukti dari deskripsi tuturan data sebelumnya, kosakata kedua berada di depan kosakata orangtua yang berkedudukan sebagai nomina dan kosakata kedua menerangkan orangtua. Kata Depan (Preposisi) Anak usia prasekolah sudah menguasai dengan baik beberapa preposisi dalam sebuah tuturannya. Preposisi tersebut di antaranya adalah di, ke, dan dari. Kata depan di, ke, dan dari merupakan preposisi tunggal bentuk dasar. Untuk preposisi turunan bentuk gabungan dan preposisi yang berasal dari kategori lain tidak ditemukan dari deskripsi tuturan anak. Hal ini karena kosakata yang dikuasai anak usia prasekolah masih terbatas dan sebagian besar terletak pada bentuk dasar. Kata Hubung (Konjungsi) Anak usia prasekolah sudah menguasai dengan baik beberapa konjungsi dalam sebuah tuturannya. Pada tuturan anak, kosakata yang berkaitan dengan kategori konjungsi adalah dan, kalau, tapi. kosakata tapi, kalau, dan adalah bentuk kategori konjungsi intrakalimat. Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata, frase dengan frase, atau klausa dengan klausa. Kata Seru (Interjeksi) Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa kagum, heran, dan ekspresi batin lainnya orang memakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung makna pokok yang dimaksud. Pada kategori interjeksi ditemukan sejumlah kosakata seperti eh, loh, ah, aduh, dan wah. Kata seru pada umumnya digunakan dalam bahasa lisan ataupun tulisan yang berbentuk percakapan. Oleh karena itu, interjeksi lebih bersifat tidak formal

10 10 dan pada bahasa tulis yang tidak merupakan percakapan, khususnya yang bersifat formal interjeksi hampir tidak pernah dipakai. Namun, penggunaannya di kalangan anak juga tidak dapat dipersalahkan. Sekali lagi bahwa bahasa anak adalah bahasa antara yang merupakan bagian tahapan anak dalam menguasai sebuah bahasa hingga mencapai kemahiran berbahasa. Ruang Lingkup Kosakata Bahasa Indonesia yang Dikuasai Anak Usia Prasekolah Pada anak usia prasekolah, ruang lingkup kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai sebagian besar masih berada dalam tataran benda, aktivitas, keadaan, dan hal-hal lain yang bersifat konkret. Kosakata yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, tidur, mandi, belajar, bermain dan sebagainya adalah salah satu contoh gagasan-gagasan konkret yang sering keluar dari tuturan anak-anak. Begitu juga dengan nama-nama dalam lingkup kekerabatan seperti bapak/ayah, ibu, kakak, adik, dan sebagainya. Walaupun demikian, tidak berarti anak belum menguasai gagasan-gagasan abstrak sepenuhnya. Anak sudah menguasai gagasan-gagasan abstrak seperti susah, senang, sayang dan sebagainya yang berada dalam ruang lingkup keadaan, hanya saja untuk konsep kosakata abstrak yang lebih tinggi, anak-anak belum mampu memahaminya dengan baik. Hal itu dapat diketahui ketika terdapat anak yang menanyakan konsep sebuah kata sopan, izin, ibadah, dan kuyup kepada peneliti ketika berinteraksi di lapangan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup kosakata anak selain berhubungan dengan segala sesuatu yang bersifat konkret juga berhubungan dengan segala sesuatu yang dapat dirasakan dan dialami sendiri oleh anak-anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Dale yang menyatakan bahwa kosakata anak-anak hanya dibatasi oleh pengalaman-pengalaman mereka dan oleh model-model yang tersedia (Tarigan, 1993:6). Jadi, jika lingkungan mampu memberikan banyak pengalaman kepada anak-anak dimungkinkan ruang lingkup kosakata anak akan lebih luas lagi. Hal ini karena anak-anak menginterpretasikan kata-kata berdasarkan pengalamannya pada masa lalu. Segala sesuatu yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dilakukan anak pada masa lalu akan memperkaya ruang lingkup kosakata anak-anak. PENUTUP Simpulan Kuantitas ragam kosakata bahasa Indonesia pada anak usia prasekolah berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor usia, jenis kelamin, dan kondisi lingkungan keluarga. Di samping itu, perbedaan masukan (input) yang diterima masing-masing anak juga turut berpengaruh dalam kuantitas ragam kosakata yang dikuasai anak. Sementara itu, dari segi penguasaan terhadap kelas kata bahasa Indonesia, dapat disimpulkan bahwa kosakata anak sudah mencakup hampir seluruh kelas kata yang ada. Dari sepuluh kelas kata yang ada, sebagian besar kosakata anak sudah mencakup nomina, verba, adjektiva, adverbia, pronomina, numeralia, preposisi, konjungsi, dan interjeksi. Dari hasil penelitian ini, kelas kata nomina menempati posisi terbanyak yang dikuasai anak. Hal itu berbanding terbalik

11 11 dengan kelas kata artikula yang tidak ditemukan sama sekali dalam tuturan anakanak yang diteliti. Pada ruang lingkup kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai anak usia prasekolah, ditemukan tiga puluh ruang lingkup kosakata bahasa Indonesia yang telah dikuasai anak. Tiga puluh ruang lingkup tersebut mengacu pada hal-hal yang bersifat konkret atau nyata. Ketiga puluh ruang lingkup kosakata tersebut di antaranya adalah nama diri, kekerabatan, ukuran, jenis tanaman, keadaan, bilangan, profesi, persetujuan/penolakan, jenis kelamin, aktivitas, perlengkapan diri, barang elektronik, nama-nama hari, jenis buah-buahan, jenis-jenis warna, makanan dan minuman, perabot rumah tangga, benda-benda universal, perlengkapan sekolah, jenis-jenis mainan, jenis-jenis binatang, bagaian-bagian tubuh, transportasi, jenis-jenis sayuran, teknologi, agama, tempat, tujuan, rasa, dan bentuk. Saran Berdasarkan simpulan tersebut, dapat disampaikan saran kepada beberapa pihak seperti orangtua, guru prasekolah, peneliti selanjutnya, penulis buku teks, dan pengembang media pembelajaran. Bagi orangtua disarankan supaya dapat membangun hubungan komunikasi yang intensif dengan anak untuk membantu pertumbuhan kosakata anak sebagai bekal supaya anak dapat terampil berbahasa. Bagi guru prasekolah disarankan dapat membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap kosakata-kosakata verba yang bersifat operasional dan yang memiliki frekuensi tinggi dalam sebuah komunikasi. Bagi peneliti lain yang ingin memperdalam penelitian ini dapat meneliti mengenai hubungan variabel usia, jenis kelamin, atau kondisi lingkungan keluarga terhadap penguasaan kosakata anak secara lebih terfokus. Sementara itu, bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis seputar pemerolehan bahasa dapat meneliti mengenai pemerolehan bunyi bahasa pada anak. Bagi penulis buku teks disarankan dapat menyusun buku membaca menulis permulaan untuk anak dengan memperhatikan kategori kelas kata dan ruang lingkup kosakata yang mayoritas telah dikuasai anak. Sementara itu, bagi pihak pengembang media pembelajaran disarankan dapat mengembangkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan melalui kartu-kartu kata atau video interaktif seputar pengenalan kosakata bahasa Indonesia pada anak. DAFTAR RUJUKAN Alwi, H., Lapoliwa, H., Dardjowidjojo, S., Moeliono, A.M Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Chaer, A Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Dardjowidjojo, S Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hurlock, E.B Child Development. New York: Hill Book Company. Keraf, G Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah. Santrock, J.W Perkembangan Anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Soedjito Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Subyakto, U & Nababan Psikolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.

12 Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Tarigan, H.G Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa. 12

PEMEROLEHAN KATA ANAK USIA LIMA TAHUN MELALUI PENCERITAAN DONGENG DI TK AISYIYAH PILANG MASARAN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

PEMEROLEHAN KATA ANAK USIA LIMA TAHUN MELALUI PENCERITAAN DONGENG DI TK AISYIYAH PILANG MASARAN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI PEMEROLEHAN KATA ANAK USIA LIMA TAHUN MELALUI PENCERITAAN DONGENG DI TK AISYIYAH PILANG MASARAN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI disusun oleh Arifin Ainur Rohman S 200 100 002 PROGRAM STUDI MAGISTER PENGKAJIAN

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

Oleh: Dibimbing oleh : 1. Dr. Endang Waryanti, M.Pd 2. Dra. Sumiyarsi SRI RAHAYU SETIYA NINGSIH NPM:

Oleh: Dibimbing oleh : 1. Dr. Endang Waryanti, M.Pd 2. Dra. Sumiyarsi SRI RAHAYU SETIYA NINGSIH NPM: JURNAL BAHASA SEDERHANA ANAK USIA 2.0-3.0 TAHUN DAN USIA 3.0-4.0 TAHUN DI DESA TIRULOR KECAMATAN GURAH KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2016 SIMPLE LANGUAGE OF CHILDREN AGES 2.0-3.0 AGE AND YEARS IN THE VILLAGE

Lebih terperinci

Ahmad Syukron et al., Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD Kelas 4 Terbitan Erlangga Berdasarkan Teknik Cloze

Ahmad Syukron et al., Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD Kelas 4 Terbitan Erlangga Berdasarkan Teknik Cloze Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD Kelas (Discourse Readabilty in Indonesian Textbook for Elementary School 4th Class Published by Erlangga Based on Cloze Tehnique)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill),

BAB I PENDAHULUAN. agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah agar para siswa terampil berbahasa, yaitu terampil mendengarkan (listening skill), terampil berbicara

Lebih terperinci

PENGGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA DINI NURUL HIDAYAH 1 * Abstrak. Katakunci: Kosakata Bahasa Indonesia, Anak Usia Dini

PENGGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA DINI NURUL HIDAYAH 1 * Abstrak. Katakunci: Kosakata Bahasa Indonesia, Anak Usia Dini 1 PENGGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA DINI NURUL HIDAYAH 1 * Abstrak Belajar berbahasa tidak terlepas dari kosakata. Kosakata atau perbendaharaan kata adalah semua kata yang terdapat dalam

Lebih terperinci

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak Rina Ismayasari 1*, I Wayan Pastika 2, AA Putu Putra 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh manusia untuk menyampaikan pendapat dan maksud yang tersimpan di dalam pikiran ketika berada dalam

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG

PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG Elvina Rahayu 1, Agustina 2, Novia Juita 3 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

BENTUK KATA DAN MAKNA

BENTUK KATA DAN MAKNA BENTUK DAN MAKNA BENTUK KATA DAN MAKNA 1. FONEM bunyi bahasa yang membedakan arti/ makna Contoh : /apēl/ dan /apəl/ /mental/ dan /məntal/ /s/ayur - /m/ayur /s/ : /m/ Fonem ada dua : Konsonan dan Vokal

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA TUTURAN SISWA KELAS I SDN KESATRIAN 1 MALANG DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR Erni Surya Irawati *) Imam Suyitno Widodo Hs. Email: erniyemirawati@gmail.com Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang tersimpan di dalam pikirannya kepada orang lain. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan sesama manusia,.mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Betapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini telah dianugerahi oleh Tuhan dengan pancaindera yang berfungsi

Lebih terperinci

Pengaruh Auditori Verbal Therapy Terhadap Kemampuan Penguasaan Kosa Kata Pada Anak Yang Mengalami Gangguan Pendengaran

Pengaruh Auditori Verbal Therapy Terhadap Kemampuan Penguasaan Kosa Kata Pada Anak Yang Mengalami Gangguan Pendengaran Persona, Jurnal Psikologi Indonesia Januari 2015, Vol. 4, No. 01, hal 77-86 Pengaruh Auditori Verbal Therapy Terhadap Kemampuan Penguasaan Kosa Kata Pada Anak Yang Mengalami Gangguan Pendengaran Hermin

Lebih terperinci

KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA

KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA B.B.Dwijatmoko b.b.dwijatmoko@gmail.com Universitas Sanata Dharma 1. PENDAHULUAN Sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia mempunyai satuan-satuan yang lengkap untuk menyampakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan leksikon sangat penting dalam perkembangan bahasa seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang satu dengan yang lainnya untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus, salah satunya adalah mempunyai rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan, menanggapi, serta mengeluarkan isi pikirannya.

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN 2010-2011 Vania Maherani Universitas Negeri Malang E-mail: maldemoi@yahoo.com Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TENTANG WATAK ANGGOTA KELUARGA SKRIPSI

ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TENTANG WATAK ANGGOTA KELUARGA SKRIPSI ANALISIS KELAS KATA DAN POLA KALIMAT PADA TULISAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TENTANG WATAK ANGGOTA KELUARGA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PEMBELAJARAN DENGAN TEKNIK BERCERITA MELALUI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DALAM BERBAHASA

KARYA ILMIAH PEMBELAJARAN DENGAN TEKNIK BERCERITA MELALUI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DALAM BERBAHASA KARYA ILMIAH PEMBELAJARAN DENGAN TEKNIK BERCERITA MELALUI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DALAM BERBAHASA (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelompok B PAUD SAKURA Kota Lubuklinggau) Oleh : ROMLAH NPM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata unsur terpenting di dalam bahasa. Tanpa kata mungkin tidak ada bahasa, sebab itulah kata yang merupakan perwujudan bahasa (Chaer,2011:86). Kelas kata dalam bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA 2,6-5,0 TAHUN DI PAUD BAKTI BUNDA TABING PADANG

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA 2,6-5,0 TAHUN DI PAUD BAKTI BUNDA TABING PADANG ABSTRACT PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA 2,6-5,0 TAHUN DI PAUD BAKTI BUNDA TABING PADANG Efrianto 1 1 Staf Pengajar Bahasa Indonesia STKIP Pesisir Selatan Email: efrianto74@gmail.com This research aimed to

Lebih terperinci

PENGUASAAN KOSAKATA BAKU BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR. Oleh Ismawirna*

PENGUASAAN KOSAKATA BAKU BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR. Oleh Ismawirna* PENGUASAAN KOSAKATA BAKU BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR Oleh Ismawirna* ABSTRAK Penelitian ini berjudul Penguasaan Kosakata Baku Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1

Lebih terperinci

Penguasaan Kelas Kata Bahasa Indonesia. Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 18 Padang. Sri Fajarini. Mahasiswa Universitas Andalas)

Penguasaan Kelas Kata Bahasa Indonesia. Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 18 Padang. Sri Fajarini. Mahasiswa Universitas Andalas) Penguasaan Kelas Kata Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 18 Padang Sri Fajarini Mahasiswa Universitas Andalas) Abstract: This study explains and describes mastery of the Indonesian language

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan karena BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar belakang masalah Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan karena bahasa merupakan alat komunikasi yang diperlukan untuk berinteraksi dengan sesama manusia,

Lebih terperinci

ABILITY TO WRITING SHORT MESSAGES CLASS VII SMP SOREK DUA STATE PELALAWAN

ABILITY TO WRITING SHORT MESSAGES CLASS VII SMP SOREK DUA STATE PELALAWAN 1 ABILITY TO WRITING SHORT MESSAGES CLASS VII SMP SOREK DUA STATE PELALAWAN Juru Alfandi 1, Abdul Razak 2, Elmustian Rahman 3 Alfandi.juru@gmail.com Hp: 085272701068, encikabdulrazak25@gmail.com, elmustian@yahoo.com.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KOSAKATA DASAR MENJADI PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I KEPOSONG NASKAH PUBLIKASI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KOSAKATA DASAR MENJADI PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I KEPOSONG NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN KOSAKATA DASAR MENJADI PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I KEPOSONG NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk dapat berinteraksi dengan manusia lainnya, di samping itu bahasa dapat menjadi identitas bagi penuturnya.

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Struktur adalah perangkat unsur yang di antaranya ada hubungan yang bersifat ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

PENINGKATAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI TK ABA 30 MEDAN

PENINGKATAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI TK ABA 30 MEDAN PENINGKATAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DI TK ABA 30 MEDAN Rismauli Syarifah Saragih Guru TK ABA 30 Medan Surel : rismaulisyarifah@gmail.com

Lebih terperinci

2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Concept Relations

2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Concept Relations 2 LANDASAN TEORI 2.1 Knowledge Graph (KG) Knowledge graph adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis teks dan merepresentasikannya ke dalam bentuk graf (Zhang dan Hoede 2000). Menurut Zhang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan pada pembelajar BIPA. Faktor pertama adalah ciri khas bahasa sasaran. Walaupun bahasabahasa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi

BAB I PENDAHULUAN. Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pemerolehan bahasa dialami manusia sejak lahir. Seorang bayi mempelajari bahasa pertamanya dari ibunya atau lingkungan keluarganya, kemudian dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu

a. Pengertian 5. N+FP 6. Ar+N b. Struktur Frasa Nomina 7. yang+n/v/a/nu/fp 1. N+N 2. N+V 8. Nu+N 3. N+A 4. N+Nu 1. Frasa Nominal a. Pengertian frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata benda atau nomina. contoh : mahasiswa baru sepeda ini anak itu gedung sekolah b. Struktur Frasa Nomina Secara kategorial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerolehan bahasa atau akuisisi adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering didengar dan diketahui fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat KELOMPOK 5 MATA KULIAH: BAHASA INDONESIA Menu KALIMAT Oleh: A. SK dan KD B. Pengantar C. Satuan Pembentuk Bahasa D. Pengertian E. Karakteristik F. Unsur G. 5 Pola Dasar H. Ditinjau Dari Segi I. Menurut

Lebih terperinci

ANALISIS KELAS KATA PADA TULISAN DESKRIPSI SISWA KELAS VIII C SMP MUHAMMADIYAH 6 SURAKARTA TENTANG KARAKTER TEMAN SEBANGKU

ANALISIS KELAS KATA PADA TULISAN DESKRIPSI SISWA KELAS VIII C SMP MUHAMMADIYAH 6 SURAKARTA TENTANG KARAKTER TEMAN SEBANGKU ANALISIS KELAS KATA PADA TULISAN DESKRIPSI SISWA KELAS VIII C SMP MUHAMMADIYAH 6 SURAKARTA TENTANG KARAKTER TEMAN SEBANGKU Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa

Lebih terperinci

sesuai dengan jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006:1).

sesuai dengan jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006:1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu terlibat dalam

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BAHASA LISAN SISWA KELAS 1 SDN PENDEM I MAGETAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR TAHUN AJARAN 2013/2014

KARAKTERISTIK BAHASA LISAN SISWA KELAS 1 SDN PENDEM I MAGETAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR TAHUN AJARAN 2013/2014 KARAKTERISTIK BAHASA LISAN SISWA KELAS 1 SDN PENDEM I MAGETAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR TAHUN AJARAN 2013/2014 1) 2) 3) Dhika Puspitasari, Yunita Furinawati, dan Dihtia Rendra Pratama 1 Email: dhikapuspitasari@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak, karena dengan berbahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain. Akhadiah ( Suhartono :

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TANYA DAN TANDA BACA TITIK PADA TEKS DIALOG SISWA

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TANYA DAN TANDA BACA TITIK PADA TEKS DIALOG SISWA ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TANYA DAN TANDA BACA TITIK PADA TEKS DIALOG SISWA 2016 (Analisis Deskriptif Kualitatif Terhadap Teks Dialog Siswa Kelas VI SD Negeri Mangkubumi Kota Tasikmalaya)

Lebih terperinci

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles

10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina (Kata Benda) 10 Jenis Kata Menurut Aristoteles Nomina adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak. Contohnya, kata rumah adalah nomina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

RAGAM KALIMAT DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI

RAGAM KALIMAT DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI RAGAM KALIMAT DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konkret; sejak bayi seorang anak yang hidup di lingkungan serigala, maka

BAB I PENDAHULUAN. konkret; sejak bayi seorang anak yang hidup di lingkungan serigala, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan produk budaya yang berharga dari generasi ke generasi berikutnya. Bahasa adalah hasil budaya yang hidup dan berkembang dan harus dipelajari. Seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak yang terlahir ke dunia ini secara alamiah telah dilengkapi dengan seperangkat kemampuan untuk berbahasa. Seorang anak menggunakan bahasa pertamanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA OLEH DWI DALAM KONTEKS SEKOLAH

PEMBELAJARAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA OLEH DWI DALAM KONTEKS SEKOLAH PEMBELAJARAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA OLEH DWI DALAM KONTEKS SEKOLAH Dalam kehidupan setiap orang tidak terlepas dari bahasa yang digunakan Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Bahasa

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat tidak terlepas dari bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Demikian pula halnya dengan kegiatan pendidikan yang meliputi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN 1 LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EKSPRESI VERBAL ANAK USIA DINI DALAM AKTIVITAS KONSERVASI LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN PKM-PENELITIAN Oleh : Nur Arifin 2111412068 2012 Yuni Puspita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam Amin, 1987 ), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep 2.1.1 Pengertian Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruff ( dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

REDUPLIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VII B SMP N 1 TERAS BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

REDUPLIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VII B SMP N 1 TERAS BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan REDUPLIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VII B SMP N 1 TERAS BOYOLALI ARTIKEL PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh: IDA

Lebih terperinci

sudah diketahui supaya tidak berulang-ulang menyebut benda tersebut, bahasa Jawa anak usia lima tahun yang berupa tingkat tutur krama, berjenis

sudah diketahui supaya tidak berulang-ulang menyebut benda tersebut, bahasa Jawa anak usia lima tahun yang berupa tingkat tutur krama, berjenis dalam tingkat tutur madya, dan ngoko, serta kata tersebut mengganti benda yang sudah diketahui supaya tidak berulang-ulang menyebut benda tersebut, menerangkan letak barang dan tidak mengandung imbuhan.

Lebih terperinci

UNGKAPAN KATA SERU DALAM BAHASA INDONESIA PADA DIALOG KOMIK SERIAL NARUTO. Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

UNGKAPAN KATA SERU DALAM BAHASA INDONESIA PADA DIALOG KOMIK SERIAL NARUTO. Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah UNGKAPAN KATA SERU DALAM BAHASA INDONESIA PADA DIALOG KOMIK SERIAL NARUTO Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan oleh

Lebih terperinci

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI

FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI FRASE PREPOSISI DALAM KUMPULAN CERPEN ANAK LET S SMILE, DELIA! KARYA WANDA AMYRA MAYSHARA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR Nur Hafsah Yunus MS 1, Chuduriah Sahabuddin 2, Muh. Syaeba 3 Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA

Lebih terperinci

Golongan kata dlm suatu bhs berdsrkan kategori bentuk, fungsi, dan makna dlm sistem gramatikal

Golongan kata dlm suatu bhs berdsrkan kategori bentuk, fungsi, dan makna dlm sistem gramatikal Golongan kata dlm suatu bhs berdsrkan kategori bentuk, fungsi, dan makna dlm sistem gramatikal Melambangkan pikiran/gagasan yang abstrak mjd konkret Membtk bermacam2 struktur kalimat Memperjelas makna

Lebih terperinci

MEDIA GAMBAR BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI

MEDIA GAMBAR BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI MEDIA GAMBAR BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI Desyanti Kemalasari N 1 Ening Widaningsih 2 Winti Ananthia 3 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang meningkatnya

Lebih terperinci

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia VERBA PREDIKAT BAHASA REMAJA DALAM MAJALAH REMAJA Renadini Nurfitri Abstrak. Bahasa remaja dapat dteliti berdasarkan aspek kebahasaannya, salah satunya adalah mengenai verba. Verba sangat identik dengan

Lebih terperinci

PARAGRAPH WRITING SKILLS ARGUMENTS CLASS X SMAN 1 KANDIS DISTRICT SIAK

PARAGRAPH WRITING SKILLS ARGUMENTS CLASS X SMAN 1 KANDIS DISTRICT SIAK 1 PARAGRAPH WRITING SKILLS ARGUMENTS CLASS X SMAN 1 KANDIS DISTRICT SIAK Nofriani 1, Abdul Razak 2, Charlina 3 riaa111194@gmail.com Hp: 082173887766, encikabdulrazak25@gmail.com, charlinahadi@yahoo.com

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan

Lebih terperinci