ISLAMIC DEVELOPMENT BANK PEDOMAN PENCAIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISLAMIC DEVELOPMENT BANK PEDOMAN PENCAIRAN"

Transkripsi

1 ISLAMIC DEVELOPMENT BANK PEDOMAN PENCAIRAN

2 DAFTAR ISI Bab 1 : Islamic Development Bank BAB 2 : Aspek Legalitas Bab 3 : Pengadaan Barang dan Jasa Bab 4 : Prosedur Pencairan Bab 5 : Laporan Pencairan Bab 6 : Keuangan dan Audit Bab 7 : Penjadualan, Meminjam Jaminan dan Penjadwalan Ulang Bab 8 : Petunjuk untuk Menghindari Penundaan dalam Memproses Permintaan pencairan Lampiran-Lampiran

3 Berdirinya Islamic Development Bank BAB I ISLAMIC DEVELOPMENT BANK Islamic Development Bank (IDB) adalah lembaga pembiayaan pembangunan internasional yang didirikan sebagai tindak lanjut dari Deklarasi yang dicetuskan dalam Konferensi Menteri Keuangan Negara-negara Islam yang diadakan di Jeddah, Arab Saudi, pada bulan Dzul Qa'da 1393H (Desember 1973) dan ditandatangani oleh perwakilan dari dua puluh tiga negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). Pertemuan perdana Dewan Gubernur Bank berlangsung di Riyadh, Arab Saudi, pada bulan Rajab 1395 H (Juli 1975). Bank mulai berfungsi pada 15 Syawal 1395H (20 Oktober 1975). Keanggotaan Pada akhir 1419 H (1999 M) keanggotaan Bank telah meningkat menjadi lima puluh tiga negara, dibandingkan dengan dua puluh tiga pada saat peresmian tahun 1395 H (1975). Keanggotaan Bank diperkirakan akan meningkat lebih lanjut dalam waktu dekat jika diperlukan. Tujuan Bank didirikan untuk mendorong pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial dari negaranegara anggota dan masyarakat Muslim secara individual maupun bersama-sama, sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Kantor Kantor pusat Bank berada di Jeddah, Arab Saudi, sementara kantor regional saat ini berada di Malaysia (Kuala Lumpur), Maroko (Rabat) dan Kazakstan (Al Maty). Prinsip Pengelolaan Islamic Development Bank beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Syariah adalah seperangkat aturan yang berasal dari Al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW, dan pendapat ilmiah (Ijtihad) yang didasarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah. Prinsip-prinsip Syariah yang mengatur perbankan Islam adalah sebagai berikut: - pelarangan bunga (riba) dalam seluruh transaksi keuangan, seperti: riba utang, riba dalam penjualan, termasuk forward penawaran mata uang dan bursa berjangka. - Partisipasi dalam pembagian untung-rugi (profit and loss sharing), karena bunga tidak dibenarkan dalam transaksi Islam. IDB tidak meminjam dari pasar dan operasinya ditopang oleh modal pemegang saham, saldo laba dan dana internal melalui operasi perdagangan luar negeri dan pembiayaan proyek. IDB memiliki anggota non-regional. IDB adalah lembaga yang dibentuk oleh umat,

4 untuk umat dan dioperasikan dan dikelola oleh umat. IDB membiayai perdagangan dan pembangunan proyek-proyek baik untuk sektor publik dan swasta, membiayai proyekproyek berukuran besar dan menengah dan usaha kecil di negara-negara anggota. Di negara-negara non-anggota, IDB mendukung komunitas Islam dengan memberikan beasiswa dan fasilitas pelatihan. Melalui Islamic Research Training Institute (IRTI), IDB melakukan penelitian pada topic-topik tentang Islam yang memiliki relevansi dengan kekinian. IDB juga memobilisasi kemampuan teknis dalam negara-negara anggota dalam rangka untuk mempromosikan pertukaran keahlian dan pengalaman. Pengembangan sains dan teknologi berada di garis depan agenda strategis IDB yang merupakan bagian integral dari pembiayaan proyek. Selain itu, IDB menyediakan beasiswa prestasi untuk teknologi tinggi bagi para sarjana untuk melanjutkan program doktor dan penelitian pasca-doktoral di pusat-pusat keunggulan di dunia. Melalui Korporasi Islamic Corporation for the Insurance of Investments and Export Credit (ICIEC), IDB menyediakan, sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, kredit ekspor, asuransi untuk membiayai tagihan ekspor non-tunai yang diakibatkan dari resiko-resiko transaksi komersial (perorangan) maupun non-komersial (negara). Bentuk-Bentuk Pembiayaan IsDB Keuangan IsDB berasal dari Ordinary Capital Resources (sumber modal biasa) dengan cara pinjaman bebas bunga atau pinjaman lunak, dalam bentuk pembiayaan pinjaman, penjualan angsuran, bantuan teknis, penyertaan modal, bagi hasil, istisna'a dan jalur pembiayaan yang diperpanjang untuk National Development Finance Institutions (NDFIs). Penjelasan singkat dari bentuk-bentuk pembiayaan yang berlaku di IsDB adalah sebagai berikut: - Pinjaman (Loan) Modus pembiayaan ini digunakan untuk proyek-proyek yang diharapkan memiliki dampak pembangunan sosio-ekonomi yang signifikan, dengan periode implementasi yang panjang dan yang proyek tersebut tidak dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Kredit yang diberikan kepada pemerintah atau lembaga-lembaga publik terutama di negara-negara anggota yang dianggap belum mampu untuk pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur sosial. Saat ini kebijakan IsDB adalah bahwa mengenakan biaya layanan sederhana, tidak melebihi 2,5%, untuk memulihkan bagian dari biaya administrasi yang dikeluarkan dalam identifikasi proyek, penilaian dan pengawasan. Selain itu, pinjaman yang diberikan oleh Bank termasuk masa tenggang 3-7 tahun dan pembayaran yang tersebar di jangka waktu tahun. Proyek-proyek ini biasanya diberikan tenggang maksimum dan periode pembayaran.

5 - Sewa (Leasing) Ini adalah modus pembiayaan jangka menengah untuk sewa modal peralatan dan aset tetap lainnya seperti pabrik, mesin dan peralatan untuk industri, agro-industri, infrastruktur, transportasi, dll, baik untuk sektor publik maupun swasta. Pembiayaan sewa guna usaha juga disediakan untuk menyewa kapal, kapal tanker minyak, kapal pukat ikan dll. Pada akhir masa sewa, Bank mengalihkan kepemilikan peralatan kepada penyewa sebagai hadiah. IsDB mengenakan persentase biaya untuk Mark-up tergantung pada apakah penyewa merupakan negara anggota atau negara non-anggota untuk proyek-proyek yang sudah ada yang disetujui pada atau sebelum tahun 1420H. Kebijakan ini telah digantikan dengan tingkat bunga mengambang mark-up untuk semua proyek baru yang disetujui oleh BED setelah tahun 1420 H. - Penjualan Instalasi Peralatan (Instalment Sale) Pembiayaan Instalment Sale mirip dengan Leasing. Perbedaan utama adalah bahwa di instalment sale, kepemilikan aset tersebut ditransfer ke penerima pengiriman. Dalam modus ini, IsDB membeli aset yaitu peralatan dan mesin dan menjualnya kepada penerima pada nilai yang disepakati termasuk nilai mark-up. - Partisipasi Setara (Equity Participation) Dalam modus ini, IsDB berpartisipasi dalam modal perusahaan yang sudah lama berdiri atau baru didirikan yang beroperasi sesuai dengan Syariah di sektor publik dan swasta. Partisipasi IsDB terbatas pada satu-sepertiga dari modal perusahaan. - Bagi Keuntungan (Profit Sharing) Ini adalah bentuk kemitraan di mana dua pihak atau lebih mengumpulkan modal bersama untuk membiayai usaha. Para mitra berbagi keuntungan (atau kerugian) secara proporsional sesuai dengan kontribusi mereka terhadap modal bersama. - Istisna a Istisna'a adalah modus yang digunakan untuk promosi perdagangan barang modal, peningkatan kapasitas produksi dan pembiayaan proyek. Ini adalah kontrak untuk barang-barang manufaktur atau aset lainnya di mana produsen setuju untuk menyediakan pembeli dengan barang-barang yang diproduksi sesuai dengan spesifikasi dalam waktu tertentu dan untuk setiap harga yang disepakati. Mode ini memungkinkan IsDB untuk membiayai modal kerja dan dengan demikian memberikan kontribusi pada peningkatan kapasitas produksi di negara-negara anggota.

6 - Bantuan Teknis (Technical Assistance) Selain itu, IsDB memberikan Bantuan Teknis dalam bentuk hibah dan/atau pinjaman untuk tugas-tugas yang terkait dengan proyek seperti studi kelayakan dan desain, pengawasan pelaksanaan dan untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat penasehat seperti definisi kebijakan, perencanaan sektoral, pembangunan lembaga, penelitian, dll. Bantuan Teknis terutama diperluas ke negara-negara anggota paling maju (LDMCs). - Line of Financing to National Development Financing Institutions Dalam kategori ini, IsDB memperluas pembiayaan melalui ekuitas, leasing dan penjualan angsuran ke NDFIs di negara-negara anggota untuk mempromosikan pertumbuhan industri kecil dan menengah (SMEIS) terutama di sektor swasta. Layanan Bantuan Khusus IsDB memiliki Rekening Bantuan Khusus yang dibuat pada tahun 1399 H (1979). Akun ini disimpan terpisah dari sumber biasa dari IsDB dan digunakan, antara lain, untuk pelatihan dan penelitian, pemberian keringanan dalam bentuk barang dan jasa yang sesuai dengan negaranegara anggota dan komunitas Islam menderita karena bencana alam dan bencana, promosi dan kelanjutan penyebab Islam dan bantuan kepada komunitas Muslim di negara-negara nonanggota untuk meningkatkan kondisi sosial-ekonomi mereka. Layanan Lainnnya Selain modus pembiayaan di atas, ada tiga skema yang memainkan peran penting dalam mempromosikan perdagangan di antara negara-negara anggota IDB, yaitu: (i) Pembiayaan Operasi Perdagangan Impor (ITFO), (ii) Skema Pembiayaan Ekspor (EFS) dan (iii) Portfolio Bank Islam untuk Investasi dan Pembangunan (IBP) (Lihat Bab ada... dan No... untuk ITFO dan EFS prosedur pembiayaan masing-masing). Nilai Tukar Pencairan - Mata uang akuntansi dari IsDB adalah Dinar Islam (ID) dengan 1 ID = 1 Special Drawing Right (SDR) - Bank menyalurkan pembayaran di semua mata uang dengan convertible besar serta dalam mata uang lokal dari negara-negara anggota tergantung pada kontrak pasokan dan ketentuan dalam perjanjian pembiayaan IsDB. Bank IsDB menerima pembayaran di sebagian besar mata uang convertible utama. Semua pengeluaran dan pembayaran diubah menjadi Dinar Islam untuk tujuan akuntansi. - Nilai tukar untuk Dinar Islam vis-à-vis mata uang pencairan atau pembayaran didasarkan pada tingkat IMF untuk SDR pada tanggal sebelum hari pembayaran atau penerimaan dana

7 Siklus Proyek Kerangka kerja di mana IsDB akan terlibat dalam suatu negara adalah dalam bentuk Studi Strategi Bantuan Negara (CASS). Strategi ini menetapkan komposisi dan tingkat bantuan yang akan diberikan berdasarkan prioritas dari negara anggota masing-masing dan strategi jangka menengah Bank IsDB. Secara instrumental, CASS diterapkan dalam mengidentifikasi dan merancang proyek-proyek yang masuk ke dalam dan mendukung strategi perkembangan negara dan IsDB. Identifikasi Ini adalah tahap pertama dari siklus yaitu berupa penyediaan latar belakang rencana pembangunan negara dan prioritas IsDB melalui Agenda Strategi Jangka Menengah. Identifikasi dapat berasal dari beberapa sumber, tetapi juga harus memenuhi uji kelayakan. Setelah diidentifikasi, proyek dimasukkan ke dalam program kerja tiga tahun bergulir dan mejadi dasar bagi langkah IsDB selanjutnya di negara itu. Program kerja bergulir dari negara bersangkutan akan digunakan untuk pemrograman dan penganggaran operasi dan untuk memastikan bahwa sumber daya yang tersedia untuk mendukung setiap tahapan siklus. Persiapan Sebuah "Dokumen Proyek" dipersiapkan untuk setiap proyek. Dokumen tersebut berisi tentang tujuan proyek, identifikasi isu-isu pokok dan jadwal yang akan diproses lebih lanjut. Penyusunan studi kelayakan proyek adalah berupa penuangan ide proyek ke dalam proposal rinci yang mencakup berbagai macam teknis, keuangan, aspek sosial kelembagaan dan lingkungan ekonomi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan metode terbaik demi tercapainya tujuan proyek. IsDB memainkan peran aktif dalam memastikan kelancaran proyek yang disiapkan dengan baik, tetapi tanggung jawab formal untuk persiapan proyek terletak pada pihak penerima bantuan. IsDB dapat memberikan bantuan keuangan dan teknis untuk persiapan proyek dalam beberapa cara, misalnya bantuan teknis untuk desain rinci studi kelayakan, penyusunan dokumen tender dan pengawasan proyek. Appraisal/Neegosiasi Setelah selesai tahap persiapan, IsDB mereview proposal dan melakukan sebuah penilaian proyek secara keseluruhan. Ini mencakup kajian komprehensif dari aspek teknis, ekonomi,

8 keuangan dan aspek kelembagaan dari proposal proyek dan menjadi dasar bagi pelaksanaan dan evaluasi proyek saat selesai. Pelaksanaan dan Tindak Lanjut Pelaksanaan proyek merupakan tanggung jawab pihak penerima bantuan. Peran IsDB dalam hal ini adalah memantau pelaksanaan dan proses pengadaan. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa proyek tersebut mencapai tujuan pembangunan dan khususnya untuk bekerja dengan pihak penerima dalam mengidentifikasi dan menangani masalah yang timbul selama pelaksanaan. Oleh karena itu, tindak lanjut ini terutama dilakukan untuk upaya pemecahan masalah. Evaluasi Setelah selesai, semua proyek bantuan IsDB diwajibkan melakukan evaluasi akhir yang dilakukan oleh kantor Evaluasi Pelaksanaan yang sepenuhnya terpisah dari Pelaksanaan Dept dan langsung melaporkan hasilnya kepada Presiden Bank. Ketentuan Hukum 1. IsDB memiliki booklet yang berisi tentang sejumlah ketentuan-ketentuan standar yang mengatur pinjaman yang termuat dalam Ketentuan Umum Yang Berlaku untuk Pinjaman dan Perjanjian Jaminan (General Conditions Applicable to Loans and Guarantee Agreements). Ketentuan ini, yang merupakan bagian dari Perjanjian Pembiayaan (Financing Agreement), meliputi hal-hal sebagai berikut: Aplikasi untuk Kredit dan Perjanjian Jaminan. Definisi dan Headings Rekening Pinjaman, biaya layanan, Pembayaran dan tempat Ketentuan pembayaran Ketentuan Mata Uang Penarikan Dana dari tanggal pinjaman mulai efektif Pembatalan dan suspensi Percepatan Kematangan Tingkat prioritas Pinjaman - Pajak dan Pembatasan Penegakkan Perjanjian Pinjaman dan Perjanjian Jaminan. Arbitrase Ketentuan-ketentuan Lain Pemutusan Loan dan Penjaminan Perjanjian untuk kegagalan Meminta Penarikan Pertama. 2. Pasal III menetapkan bahwa Bank membuka rekening proyek pinjaman dalam pembukuannya atas nama peminjam dan jumlah pinjaman dikreditkan di dalamnya.

9 Artikel tersebut juga menjelaskan biaya layanan, pembayaran dan ketentuan tempat pembayaran. 3. Pasal V menetapkan persyaratan untuk penarikan dana dan efektif tanggal sebagai berikut: Penarikan dana Peminjam berhak untuk menarik dana untuk biaya yang dikeluarkan pada proyek di sesuai dengan ketentuan dalam Perjanjian Pembiayaan dan Ketentuan Umum. Penarikan hanya dapat dibuat untuk pengeluaran yang memenuhi syarat. Permohonan Penarikan atau penerbitan komitmen khusus. Untuk penarikan setiap jumlah atau permintaan untuk penerbitan komitmen tidak dapat dibatalkan, Peminjam harus mengajukan permohonan kepada Bank secara tertulis dalam bentuk dan berisi informasi bahwa Bank membutuhkan. Penerbitan Komitmen Khusus Atas permintaan dari Peminjam, IsDB dapat mengeluarkan komitmen yang tidak dapat dibatalkan untuk mengganti bank komersial melalui bank koresponden kami untuk pembayaran kepada pemasok terhadap surat Documentary of Credit (L / C). Keuangan akan berasal dari rekening pinjaman. Bukti dokumenter kewenangan untuk menandatangani aplikasi penarikan. Bank membutuhkan Peminjam untuk menyerahkan dokumen yang membuktikan kewenangan orang atau orang yang berwenang untuk menandatangani semua aplikasi dengan spesimen dikonfirmasi tanda tangan mereka. Bukti Pendukung Peminjam harus memberikan dokumen-dokumen lain seperti Bank dan evid3ence di dukungan dari masing-masing aplikasi bahwa Bank akan cukup meminta, baik sebelum atau setelah Bank telah diizinkan pencairan. Kecukupan Aplikasi dan Dokumen Setiap aplikasi untuk penarikan dan dokumen yang menyertainya dan bukti lain harus lengkap dan / atau cukup dalam bentuk dan konteks sehingga untuk memenuhi bahwa Peminjam berhak untuk menarik jumlah diterapkan untuk itu jumlah adalah pengeluaran yang memenuhi syarat. Realokasi Dana Pembayaran oleh Bank (IsDB) Bank harus membayar jumlah yang ditarik oleh Peminjam dari account proyek pinjaman untuk peminjam saja atau perintahnya. Peminjam menyanggupi untuk tidak menggunakan jumlah yang ditarik dari pinjaman kecuali untuk pengeluaran yang memenuhi syarat. Tanggal Efektif

10 Kecuali seperti yang telah disetujui oleh Bank dan Peminjam dan Peminjam, yang Persetujuan Pembiayaan dan Penjaminan hanya mulai berlaku dan berlaku pada tanggal di mana Bank kiriman ke Peminjam dan Penjamin pemberitahuan penerimaan dari bukti yang dibutuhkan oleh bagian tentang kondisi mendahului penarikan pertama. 4. Prasyarat untuk Perjanjian Pembiayaan Penarikan Pertama Dokumen hukum utama yang diperlukan untuk proyek tersebut, yang mengikat semua pihak, adalah perjanjian yang ditandatangani oleh para pihak, yaitu perjanjian yang ditandatangani oleh peminjam dan IsDB. Ini menetapkan syarat dan kondisi pembiayaan. Perjanjian ini mungkin dalam situasi yang berbeda disebut Perjanjian Pinjaman atau Perjanjian Hibah. 5. Mengubah Hukum Perjanjian Bank memiliki hak untuk membuat perubahan tertentu memberikan pemberitahuan kepada Peminjam. Perubahan tersebut meliputi: - Memperluas tanggal pencairan pertama dan menutup pencairan. - Dana realokasi - Mengatur persentase. 6. Jadwal Penarikan dari hasil Jadwal penarikan dana yaitu - jadwal No.1 Perjanjian Pembiayaan diatur oleh kesepakatan antara peminjam dan Bank. Ini berisi daftar barang yang akan dibiayai oleh kategori yaitu pekerjaan sipil, barang, jasa konsultasi, pelatihan dll. Masing-masing kategori menunjukkan perkiraan jumlah pengeluaran dan persentase yang akan didanai dari pinjaman. Sebagian dari pinjaman biasanya disisihkan untuk kontinjensi. 7. Surat Pencairan Setelah Perjanjian Pembiayaan ditandatangani, Divisi Pencairan mengirimkan surat kepada Peminjam yang menguraikan prosedur pencairan dan pengaturan terkait lainnya yang harus diikuti selama administrasi proyek berlangsung. Dalam beberapa proyek, beberapa lembaga serta peminjam mungkin terlibat dalam pelaksanaan proyek dan karena itu akan berhak mengirimkan aplikasi penarikan. Peminjam bertanggung jawab untuk menyediakan kepada Bank (IsDB) dengan daftar yang tepat dan alamat proyek yang akurat untuk semua korespondensi 8. Tanggal Penting (Milestones) - Tanggal persetujuan Dewan : Tanggal direktur eksekutif menyetujui pinjaman. Persetujuan ini menentukan jadwal pembayaran yang sewaktu-waktu bida di modifikasi ( Jadwal Amortisasi).

11 - Tanggal Penandatanganan : Tanggal Perjanjian pembiayaan ditandatangani oleh Peminjam dan Bank (IsDB). - Untuk pinjaman OCR, jasa pelayanan biaya sebesar 4 % (bisa bertambah). - Tanggal efektif : Tanggal ketika semua kondisi efektivitas Persetujuan Pembiayaan telah dipenuhi oleh Peminjam. Tanggal tersebut ditentukan oleh Bank (IsDB) dan ini berarti bahwa pencairan dapat dibuat dari pinjaman. - Tanggal Penyelesaian Proyek : Tanggal dimana proyek ini dianggap secara fisik selesai. Ini hasil tanggal penutupan pinjaman. - Tanggal Penutupan : tanggal sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian Pembiayaan bahwa Bank mengakhiri hak Peminjam untuk melakukan penarikan dari rekening proyek pinjaman. - Ketentuan Withdrawal Pertama Peminjam tidak berhak untuk menarik jumlah berapapun dari proyek pinjaman rekening kecuali Bank (IsDB) sudah yakin bahwa persyaratan penarikant telah dilengkapi dengan : ( a) tanda tangan dan pengiriman Perjanjian Pinjaman dan perjanjian jaminan telah disahkan atau diratifikasi oleh semua korporasi terkait dan pemerintah.

12 BAB II KETENTUAN HUKU Ketentuan Umum kondisi standar yang mengatur pembiayaan operasi oleh IDB yang terkandung dalam dokumen berjudul "Ketentuan Umum Yang Berlaku untuk Pembiayaan dan Jaminan Perjanjian". Kondisi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Pembiayaan. Ini mencakup hal-hal berikut: Perjanjian Pembiayaan - Dokumen hukum yang paling penting untuk sebuah proyek adalah Perjanjian Pembiayaan yang ditandatangani antara peminjam dan Bank. Perjanjian ini menyebutkan syarat dan kondisi pinjaman. - Ketika Bank meminjamkan ke negara anggota tetapi pelaksanaannya akan dilakukan dengan entitas proyek, Bank membutuhkan perjanjian jaminan dari negara anggota. - Ketika Bank meminjamkan langsung kepada pihak selain negara anggota yang bersangkutan, Bank membutuhkan jaminan bank komersial atau bentuk dikenali keamanan lainnya dari lembaga keuangan terkemuka disetujui oleh Bank. Koreksi terhadap Perjanjian Pembiayaan - Bank berhak untuk membuat perubahan yang diperlukan untuk Perjanjian Pembiayaan dengan memberikan pemberitahuan kepada peminjam. Perubahan tersebut meliputi perpanjangan kencan pertama dan / atau tanggal penutupan pencairan. - Amandemen lain tunduk pada kesepakatan antara peminjam dan Bank. Setiap perubahan signifikan yang akan mempengaruhi proyek mungkin memerlukan persetujuan dari Dewan Direktur Eksekutif.

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini perkembangan ekonomi Islam semakin pesat. Lahirnya perekonomian Islam saat ini punya perbedaan diantara perekonomian yang lain. Hal ini dikarenakan dua hal. Pertama, berasal

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Draft 10042014 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2013 TENTANG PENJAMINAN PENYELESAIAN TRANSAKSI BURSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang

2 menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang No.361, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Transaksi. Bursa. Penjamin. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5635) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk.

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk. PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PT NUSANTARA PELABUHAN HANDAL Tbk. Untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku, Direksi dan Dewan Komisaris PT Nusantara Pelabuhan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC Sistem Informasi Debitur Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/2005 24 Januari 2005 MDC PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 8 /PBI/2005 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN DAN SUBSIDI BUNGA OLEH PEMERINTAH PUSAT DALAM RANGKA PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

1 of 9 21/12/ :39

1 of 9 21/12/ :39 1 of 9 21/12/2015 12:39 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN KELAYAKAN ATAS SEBAGIAN BIAYA KONSTRUKSI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1311, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Biaya Konstruksi. Proyek Kerja Sama. Infrastruktur. Dukungan Kelayakan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.161, 2010 KEUANGAN NEGARA. Pajak Penghasilan. Penghitungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 414, 2015 PENGESAHAN. Persetujuan. Asia. Investasi Infrastruktur. Bank. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN ASIAN INFRASTRUCTURE

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN DAN SUBSIDI BUNGA OLEH PEMERINTAH PUSAT DALAM RANGKA PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan No.611, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Penggunaan Dana Badan Usaha Terlebih Dahulu. Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Bendungan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,

Lebih terperinci

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat.

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat. Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2016 EKONOMI. Penjaminan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5835) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

2. Batasan saldo atau nilai rekening untuk Lower Value Account dan High Value Account adalah:

2. Batasan saldo atau nilai rekening untuk Lower Value Account dan High Value Account adalah: LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG : PENYAMPAIAN INFORMASI NASABAH ASING TERKAIT PERPAJAKAN DALAM RANGKA PERTUKARAN INFORMASI SECARA OTOMATIS ANTARNEGARA DENGAN

Lebih terperinci

2 Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957); 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 ten

2 Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957); 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 ten BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1054. 2015 KEMENKEU. Lembaga Ekspor Indonesia. Penungasan Khusus. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134 /PMK. 08/2015 TENTANG PENUGASAN KHUSUS KEPADA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1485, 2015 KEMENKEU. Jaminan Pemerintah. Infrastruktur. Pinjaman Langsung. Lembaga Keuangan Internasional. BUMN. Pelaksanaan. Pemberian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT Syarat dan Ketentuan Dana Bantuan Sahabat ini berlaku bagi Nasabah Dana Bantuan Sahabat yang sebelumnya adalah Nasabah aktif ANZ Personal Loan pada saat produk

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174/PMK.08/2016 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN KEPADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT SARANA MULTI INFRASTRUKTUR DALAM RANGKA PENUGASAN PENYEDIAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Analisis Aktivitas Pendanaan

Analisis Aktivitas Pendanaan TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Prilly Viliariezta Sutanto 1013044 / Akuntansi C Analisis Aktivitas Pendanaan Tinjauan Kewajiban Kewajiban lancar, adalah kewajiban yang pelunasannya diharapkan dapat diselesaikan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 18/PMK.010/2012 TENTANG PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 18/PMK.010/2012 TENTANG PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 18/PMK.010/2012 TENTANG PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KEANGGOTAAN DANA SYARIAH

PERJANJIAN KEANGGOTAAN DANA SYARIAH Pribadi dan Rahasia Hak cipta dipegang oleh PT Dana Syariah Indonesia PERJANJIAN KEANGGOTAAN DANA SYARIAH ANTARA ANDA sebagai Anggota dan PT. Dana Syariah Indonesia sebagai Dana Syariah Dana Syariah.id

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2009 Ekonomi. Lembaga. Pembiayaan. Ekspor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.05/2016 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN

Lebih terperinci

Rekening Dana Investasi (RDI)

Rekening Dana Investasi (RDI) Rekening Dana Investasi (RDI) A. Latar Belakang Pada awal pelaksanaan Pelita I, kegiatan investasi unit-unit usaha produktif pemerintah semakin meningkat. Ketersediaan dana untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan No.61, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Real Estat. Bank Kustodian. Manajer Investasi. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 5867) PERATURAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Bank Investasi Infrastruktur Asia. Pasal Persetujuan

Bank Investasi Infrastruktur Asia. Pasal Persetujuan Bank Investasi Infrastruktur Asia Pasal Persetujuan Negara yang perwakilannya menandatangani Persetujuan ini menyepakati beberapa hal sebagai berikut: MEMPERTIMBANGKAN pentingnya kerja sama regional untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa strategi dan kebijakan

Lebih terperinci

Penyempurnaan atas PBI No.16/20/PBI/2014

Penyempurnaan atas PBI No.16/20/PBI/2014 Pokok-pokok Penyempurnaan atas No.16/20//2014 tentang Penerapan Prinsip Kehati-hatian hatian dalam Pengelolaan ULN Korporasi Nonbank No No.16/20//2014 1 Batas (threshold) selisih negatif antara dan Aset

Lebih terperinci

NERACA BULANAN Tanggal : 31 Maret 2015

NERACA BULANAN Tanggal : 31 Maret 2015 NERACA BULANAN Tanggal : 31 Maret 2015 No. POS - POS (dalam jutaan rupiah) Posisi Tgl. Laporan ASET 1. Kas 10,645 2. Penempatan pada Bank Indonesia 291,694 3. Penempatan pada bank lain 5,851 4. Tagihan

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan No.142, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Penyertaan Modal. Prinsip Kehatihatian. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6085) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89/PMK.05/2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PINJAMAN PEMERINTAH DENGAN PERSYARATAN LUNAK KEPADA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) MELALUI PUSAT INVESTASI

Lebih terperinci

Kecuali konteksnya menentukan lain, istilah istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut:

Kecuali konteksnya menentukan lain, istilah istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut: SYARAT DAN KETENTUAN Selamat datang di www.koinworks.com. Sebelum menggunakan, mengakses atau memanfaatkan Platform ini, pastikan Anda sudah membaca dengan baik seluruh Syarat dan Ketentuan n ini. Syarat

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40 /POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40 /POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40 /POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA I. UMUM Kinerja ekspor yang baik dapat memperbaiki neraca perdagangan

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI -1- SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI Sehubungan dengan amanat Pasal 51 Peraturan Otoritas

Lebih terperinci

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA INDONESIA JADWAL KOMITMEN SPESIFIK JADWAL KOMITMEN HORISONTAL DALAM AFAS Sektor

Lebih terperinci

DEKLARASI DIRI (BADAN USAHA) TERKAIT PERPAJAKAN KEPADA NEGARA MITRA

DEKLARASI DIRI (BADAN USAHA) TERKAIT PERPAJAKAN KEPADA NEGARA MITRA DEKLARASI DIRI (BADAN USAHA) TERKAIT PERPAJAKAN KEPADA NEGARA MITRA - Mohon mengisi dengan menggunakan tinta hitam, huruf cetak/huruf BESAR, jelas dan memberi tanda pada kotak jawaban yang sesuai. - Jika

Lebih terperinci

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA KAMBOJA JADWAL KOMITMEN SPESIFIK JADWAL KOMITMEN HORISONTAL DALAM AFAS Pola

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19 /POJK.04/2016 TENTANG PEDOMAN BAGI MANAJER INVESTASI DAN BANK KUSTODIAN YANG MELAKUKAN PENGELOLAAN DANA

Lebih terperinci

PIAGAM DIREKSI PT DUTA INTIDAYA, TBK.

PIAGAM DIREKSI PT DUTA INTIDAYA, TBK. PIAGAM DIREKSI PT DUTA INTIDAYA, TBK. 1. PENDAHULUAN DAN DASAR HUKUM PIAGAM DIREKSI 1.1 PT Duta Intidaya, Tbk (Perseroan) sebagai suatu perseroan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan

Lebih terperinci

SYSTEM PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH

SYSTEM PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH Paper di bawah ini sama sekali tidak menghubungkan isi materi kuliah Hukum Ekonomi yang telah diberikan dosen ke dalam pembahasan hukum perbankan syariah. Yang dibahas dalam paper ini adalah sistem pembiayaan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 89/PMK.05/2011 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 89/PMK.05/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 89/PMK.05/2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PINJAMAN PEMERINTAH DENGAN PERSYARATAN LUNAK KEPADA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.08/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.08/2017 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.08/2017 TENTANG TATA CARA PENGALIHAN HARTA WAJIB PAJAK KE DALAM WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DAN PENEMPATAN PADA INVESTASI DI PASAR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula permintaan atau kebutuhan pendanaan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan. Namun,

Lebih terperinci

No. POS - POS. 30 Apr 2015

No. POS - POS. 30 Apr 2015 LAPORAN POSISI KEUANGAN No. POS POS ASET 1. Kas 9,279 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,388,541 3. Penempatan pada bank lain 507,919 4. Tagihan spot dan derivatif 38,117 5. Surat berharga a. Diukur pada

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 1,006,682 2. Penempatan pada Bank Indonesia 28,278,459 3. Penempatan pada bank lain 995,529 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 11,252,065

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 812,569 2. Penempatan pada Bank Indonesia 18,614,633 3. Penempatan pada bank lain 937,662 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 14,970,202 a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 763,897 2. Penempatan pada Bank Indonesia 17,811,575 3. Penempatan pada bank lain 821,027 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 15,640,624 a.

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 817,450 2. Penempatan pada Bank Indonesia 14,707,850 3. Penempatan pada bank lain 1,024,926 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 21,249,382

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 811,193 2. Penempatan pada Bank Indonesia 16,209,137 3. Penempatan pada bank lain 958,138 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 14,690,209 a.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per ASET 1. Kas 900,330 2. Penempatan pada Bank Indonesia 18,075,294 3. Penempatan pada bank lain 1,047,351 4. Tagihan spot dan derivatif - 5. Surat berharga 17,006,341

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENYAMPAIAN INFORMASI NASABAH ASING TERKAIT PERPAJAKAN DALAM RANGKA PERTUKARAN INFORMASI SECARA OTOMATIS ANTARNEGARA DENGAN

Lebih terperinci

-1- PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 2 /BC/2011 TENTANG PENGELOLAAN JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN

-1- PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 2 /BC/2011 TENTANG PENGELOLAAN JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN -1- PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 2 /BC/2011 TENTANG PENGELOLAAN JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN Menimbang DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per POSPOS ASET 1. Kas 793,051 2. Penempatan pada Bank Indonesia 19,936,806 3. Penempatan pada bank lain 1,041,743 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga 14,557,147

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per POSPOS ASET 1. Kas 855,143 2. Penempatan pada Bank Indonesia 19,943,196 3. Penempatan pada bank lain 1,074,214 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga 14,282,605

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per POSPOS ASET 1. Kas 892,793 2. Penempatan pada Bank Indonesia 22,129,854 3. Penempatan pada bank lain 1,176,018 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga 13,662,683

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN Per POSPOS ASET 1. Kas 1,027,554 2. Penempatan pada Bank Indonesia 37,245,771 3. Penempatan pada bank lain 1,217,103 4. Tagihan spot dan derivatif 5. Surat berharga 13,724,095

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.05/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN MODAL VENTURA

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.05/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN MODAL VENTURA PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.05/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN MODAL VENTURA I. UMUM Perusahaan Modal Ventura adalah salah satu lembaga keuangan non-bank

Lebih terperinci

FAQ. bahasa indonesia

FAQ. bahasa indonesia FAQ bahasa indonesia Q: Apa itu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) A: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan berada

Lebih terperinci

TOTAL ASET 81,190,623

TOTAL ASET 81,190,623 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,188,987 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,488,609 3. Penempatan pada bank lain 990,536 4. Tagihan spot dan derivatif 67,956 5. Surat berharga: 5,868,588

Lebih terperinci

TOTAL ASET 85,982,283

TOTAL ASET 85,982,283 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,123,362 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,684,778 3. Penempatan pada bank lain 2,087,488 4. Tagihan spot dan derivatif 3,975 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 84,802,795

TOTAL ASET 84,802,795 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,256,517 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,020,664 3. Penempatan pada bank lain 1,917,892 4. Tagihan spot dan derivatif 43,652 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 84,923,383

TOTAL ASET 84,923,383 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,217,214 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,457,923 3. Penempatan pada bank lain 1,088,927 4. Tagihan spot dan derivatif 7,487 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 83,967,262

TOTAL ASET 83,967,262 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,178,137 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,446,926 3. Penempatan pada bank lain 1,690,067 4. Tagihan spot dan derivatif 253 5. Surat berharga: 5,850,999

Lebih terperinci

TOTAL ASET

TOTAL ASET LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1.122.024 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9.223.085 3. Penempatan pada bank lain 1.694.438 4. Tagihan spot dan derivatif 105 5. Surat berharga: 5.775.137

Lebih terperinci

TOTAL ASET

TOTAL ASET LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1.312.028 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8.824.905 3. Penempatan pada bank lain 1.980.257 4. Tagihan spot dan derivatif 1.624 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 89,648,272

TOTAL ASET 89,648,272 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,581,513 2. Penempatan pada Bank Indonesia 11,660,113 3. Penempatan pada bank lain 3,242,369 4. Tagihan spot dan derivatif 1,098 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 88,075,236

TOTAL ASET 88,075,236 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,294,085 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,684,113 3. Penempatan pada bank lain 1,089,865 4. Tagihan spot dan derivatif 350 5. Surat berharga: 5,230,104

Lebih terperinci

TOTAL ASET 85,932,429

TOTAL ASET 85,932,429 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,236,095 2. Penempatan pada Bank Indonesia 7,080,589 3. Penempatan pada bank lain 1,105,201 4. Tagihan spot dan derivatif 35,413 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 85,474,937

TOTAL ASET 85,474,937 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,229,632 2. Penempatan pada Bank Indonesia 8,069,150 3. Penempatan pada bank lain 1,108,366 4. Tagihan spot dan derivatif 675 5. Surat berharga: 4,830,077

Lebih terperinci

TOTAL ASET 87,302,409

TOTAL ASET 87,302,409 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,126,306 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,015,894 3. Penempatan pada bank lain 1,125,987 4. Tagihan spot dan derivatif 21,003 5. Surat berharga:

Lebih terperinci

TOTAL ASET 87,686,543

TOTAL ASET 87,686,543 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,128,229 2. Penempatan pada Bank Indonesia 9,197,289 3. Penempatan pada bank lain 842,333 4. Tagihan spot dan derivatif 14,004 5. Surat berharga: 6,134,587

Lebih terperinci

TOTAL ASET 87,035,918

TOTAL ASET 87,035,918 LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA BULANAN ASET 1. Kas 1,268,260 2. Penempatan pada Bank Indonesia 11,643,950 3. Penempatan pada bank lain 981,207 4. Tagihan spot dan derivatif 2,338 5. Surat berharga: 6,298,959

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 138,248 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,967,265 3. Penempatan pada bank lain 488,298 4. Tagihan spot dan derivatif 577 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 124,877 2. Penempatan pada Bank Indonesia 1,489,384 3. Penempatan pada bank lain 394,768 4. Tagihan spot dan derivatif 74,842 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 97,734 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,540,949 3. Penempatan pada bank lain 1,189,868 4. Tagihan spot dan derivatif 5,950 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 88,246 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,217,499 3. Penempatan pada bank lain 334,458 4. Tagihan spot dan derivatif 1,286 5. Surat berharga

Lebih terperinci

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN POS - POS ASET 1. Kas 106,921 2. Penempatan pada Bank Indonesia 2,652,083 3. Penempatan pada bank lain 560,019 4. Tagihan spot dan derivatif 4,903 5. Surat berharga

Lebih terperinci