PENGARUH PROMOSI, PELAYANAN DAN SUASANA TOKO YANG NYAMAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PADA TOKO MINT DELTA PLAZA SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PROMOSI, PELAYANAN DAN SUASANA TOKO YANG NYAMAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PADA TOKO MINT DELTA PLAZA SURABAYA"

Transkripsi

1 PENGARUH PROMOSI, PELAYANAN DAN SUASANA TOKO YANG NYAMAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PADA TOKO MINT DELTA PLAZA SURABAYA SKRIPSI Diajukan Oleh: INDAH TARAKANITA NPM : FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA 2015

2 PENGARUH PROMOSI, PELAYANAN DAN SUASANA TOKO YANG NYAMAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PADA TOKO MINT DELTA PLAZA SURABAYA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra Surabaya Diajukanoleh: INDAH TARAKANITA NPM : FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA 2015 i

3

4 Surabaya, Juli 2015 Tim Penguji Tugas Ketua 2. Sekretaris 3. Anggota l.

5 PENGARUH PROMOSI, PELAYANAN DAN SUASANA TOKO YANG NYAMAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PADA TOKO MINT DELTA PLAZA SURABAYA INDAH TARAKANITA NPM ABSTRAK Keputusan pembelian tidak terencana adalah perilaku berbelanja yang terjadi secara tidak terencana, tertarik secara emosional, dimana proses pembuatan keputusan dilakukan dengan cepat tanpa berpikir secara bijak dan adanya pertimbangan terhadap keseluruhan informasi dan alternatif yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh promosi(x1), pelayanan (X2),suasana toko yang nyaman(x3)terhadap keputusan pembelian tidak terencana(y)pada Toko Mint Delta Plaza Surabaya. Dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui metode kuesioner terhadap 100 orang responden yaitu konsumen Toko Mint Delta Plaza Surabaya dengan menggunakan metode Accidental sampling untuk mengetahui tanggapan responden terhadap masing masing variabel. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda yang berfungsi untuk membuktikan hipotesis penelitian. Data data yang telah memenuhi uji validitas, uji reliabilitas, dan uji asumsi klasik diolah sehingga menghasilkan persamaan regresi. Hasil analisis menunjukan bahwa ketiga variabel promosi, pelayanan, dan store atmosphere memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying. Pengujian hipotesis menggunakan uji t menunjukkan bahwa tiga variabel independen yang diteliti terbukti secara signifikan mempengaruhi variabel dependen keputusan pembelian tidak terencana. Kemudian melalui uji F dapat diketahui bahwa variabel promosi, pelayanan, dan store atmosphere berpengaruh signifikan secara bersama sama dalam keputusan pembelian tidak terencana. Kata kunci : promosi, pelayanan, dan suasana toko yang nyaman, keputusan pembelian tidak terencana iv

6 KATA PENGANTAR Assalamu alaikumwr. Wb. Alhamdulilla hirabbil Alamin penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat, pertolongan, dan kasih sayang-nya yang tak terhingga,sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PENGARUH PROMOSI, PELAYANAN DAN SUASANA TOKO YANG NYAMAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PADA TOKO MINT DELTA PLAZA SURABAYA, sebagai salah satu persyaratan pendidikan Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra Surabaya. Tak lupa juga shalawat serta salam senantiasa teriring kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang selalu memberikan syafaat pada umatnya, semoga beliau beserta keluarga dan sahabatnya selalu berada dalam rahmat Allah SWT. Semoga kita selalu berada di dalam keridhaan-nya. Terselesaikannya skripsi ini adalah merupakan nikmat yang telah Allah berikan kepada penulis. Penulis menyadari, bahwa selama penyusunan skripsi ini hingga selesai tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada : 1. Bapak H. Budi Endarto SH. M. Hum selaku rektor Universitas Wijaya Putra Surabaya v

7 2. Ibu Dr. Soenarmi., SE., MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra Surabaya 3. Ibu Dwi Lesno Panglipursari. SE., MM Selaku Ketua program studi Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Putra Surabaya. 4. Ibu Yuyun Widiastuti, SE, MM Selaku Dosen Pembimbing penulis. Terima kasih atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan untuk mengatasi berbagai kesulitan yang saya hadapi selama ini. 5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen UniversitasWijaya Putra Surabaya atas ilmu dan bantuannya selama penulis mengikuti Program Studi Manajemen sampai selesainya penyusunan skripsi ini. 6. Kepada Orang Tua saya tercinta, yaitu mama saya ( Andriati ) yang telah memberikan dukungan secara moriil dan materiil, serta segala doa yang telah mereka panjatkan untuk penulis. Terima kasih atas kasih sayang yang tiada batasnya yang telah dicurahkan kepada penulis, yang tidak dapat penulis balas walau dengan apapun. 7. Kepada Suami saya ( Syaiful Affan ) yang tak pernah lelah mendukung dan mensupport skripsi saya, putra saya ( Fajar Fernando) sertakeluarga yang telah memberikan doa dan dukungan, saya ucapkan banyak terima kasih dan semoga Allah SWT memberikan yang terbaik. 8. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang banyak membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini. vi

8 Semoga bantuan dan support yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat menjadi sumbangan pengetahuan yang berarti dan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan. Surabaya, Juli 2015 Penulis, Indah Tarakanita vii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERSETUJUAN...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii ABSTRAK...iv KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL...xii DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR LAMPIRAN...xiv BAB I...1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...9 BAB II...11 TELAAH PUSTAKA Landasan Teori Ritel Definisi Ritel Jenis-Jenis Ritel Keputusan Pembelian Tidak Terencana Tipe Keputusan Pembelian Tidak Terencana Perspektif Dalam Keputusan Pembelian Tidak Terencana Faktor penentu keputusan pembelian tidak terencana...18 viii

10 Promosi Pelayanan Suasana Toko Yang Nyaman Hubungan Antar Variabel Pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian tidak terencana Pengaruh pelayanan terhadap keputusan pembelian tidak terencana Pengaruh suasana toko yang nyaman terhadap keputusan pembelian tidak terencana Penelitian Terdahulu Kerangka Konseptual Hipotesis Penelitian...46 BAB III...47 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Deskripsi Populasi Dan Penentu Sampel Populasi Sampel Variabel Dan Definisi Operasional Variabel Variabel Definisi Operasional Variabel Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Teknik Keabsahan Data...56 ix

11 Uji Validitas Uji Reliabilitas Uji Asumsi klasik Uji Normalitas Uji Heteroskedastisitas Uji Multikolinearitas Teknik Analisis Data Analisis Regresi Linier Berganda Uji Hipotesis Koefisien Determinasi ( R-square ) Pengujian Pengaruh Simultan dengan Uji F Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t...62 BAB IV...64 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Diskripsi Hasil Penelitian Deskripsi Obyek Penelitian Deskripsi Karakteristik Responden Deskripsi Variabel Penelitian Penilaian Atas Masing-Masing Variabel Deskripsi Variabel Promosi (X1) Deskripsi Variabel Pelayanan (X2) Deskripsi Variabel Suasana Toko Yang Nyaman (X3) Deskripsi Variabel Keputusan Pembelian Tidak Terencana (Y) Analisis Data...76 x

12 Uji Instrumen Hasil Pengujian Validitas Hasil Pengujian Reliabilitas Uji Model Hasil Pengujian Normalitas Hasil Pengujian Multikolinearitas Hasil Pengujian Heterokedastisitas Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Berganda ( R 2 ) Hasil Pengujian Hipotesis Hasil Pengujiann Hipotesis Secara Simultan (Uji F) Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Pembahasan...96 BAB V...98 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN SARAN...98 DAFTAR PUSTAKA xi

13 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu...43 Tabel 4.1. Karakteristik Pendidikan...66 Tabel 4.2. Karakteristik Pendapatan Dalam 1 Bulan...67 Tabel 4.3. Karakteristik Penghasilan...68 Tabel 4.4. Karakteristik Lama Menggunakan Baju Merek Mint...69 Tabel 4.5. Kategori Mean Masing-Masing Variabel...71 Tabel 4.6. Kategori Mean Masing-Masing Variabel Promosi (X1)...72 Tabel 4.7. Jawaban Responden Mengenai Variabel Pelayanan (X2)...73 Tabel 4.8. Jawaban Responden Mengenai Variabel Suasana Toko Yang Nyaman (X3)...74 Tabel 4.9. Jawaban Responden Mengenai Variabel Keputusan Pembelian Tidak Terencana (Y)...75 Tabel Hasil Pengujian Validitas Variabel Promosi (X1)...76 Tabel Hasil Pengujian Validitas Variabel Pelayanan (X2)...77 Tabel Hasil Pengujian Validitas Variabel Suasana Toko Yang Nyaman (X3)...78 Tabel Hasil Pengujian Validitas Variabel Keputusan Pembelian Tidak Terencana (Y)...79 Tabel Hasil Pengujian Reliabilitas...80 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas...83 Tabel Hasil Uji Regresi Berganda...86 Tabel Koefisien Determinasi Berganda ( R2)...89 Tabel Hasil Analisa Uji F ( ANOVA )...90 Tabel Hasil Analisa Uji t...92 xii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Konseptual...45 Gambar 4.1 Normalitas...81 Gambar 4.2 Heterokedastisitas...84 Gambar 4.3 Kurva Distribusi Uji F...91 Gambar 4.4 Kurva Distribusi Uji t...93 Gambar 4.5 Kurva Distribusi Uji t Pengaruh Pelayanan (X2) Terhadap Pembelian Tidak Terencana (Y)...94 Gambar 4.6 Kurva Distribusi Uji t Pengaruh Suasana Toko Yang Nyaman (X3) Terhadap Keputusan Pembelian Tidak Terencana (Y)...95 xiii

15 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN KUESIONER, KARTU KONSULTASI SKRIPSI... LAMPIRAN TABULASI... LAMPIRAN RESPONDEN... LAMPIRAN OUTPUT SPSS... LAMPIRAN TABEL NILAI F & t... xiv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bisnis ritel di Indonesia, khususnya dikota Surabaya, saat ini sangat pesat, salah satu bisnis ritel yang berkembang pesat adalah bisnis dibidang pakaian. Banyak toko yang menawarkan produk pakaian di pusat perbelanjaan (mal) yang tersebar di Surabaya. Dengan semakin banyaknya mal, maka konsumen mempunyai banyak pilihan untuk berbelanja. Sebaliknya bagi pemasar, kondisi inimengakibatkan timbulnya kesulitandalam memasarkan barang, karenasemakinbanyaknya pesaing. Pemasar harusberusaha agar konsumen bersediamelakukanpembelian terhadap produkyang dijualnya. Pengetahuan pemasartentang perilaku konsumen merupakankunci dalam merencanakan strategipemasaran. Banyaknya mal jugamenyebabkan gaya hidup konsumenmengalami perubahan. Misalnya setelah jenuhbekerja seharian, pada waktu hari libur atau weekend, konsumen melampiaskan kejenuhannya dengan melakukan shopping ke mal.perubahan ini perlu dicermati olehpemasar, sehingga pemasar berusaha untuk menarik minat beli para konsumen pada keputusan pembelian yang tidak terencana. Menurut Lin et al.,( 2012 ) menjelaskan pembelian impulse terjadi ketika konsumen mengalami dorongan yang tiba-tiba, seringkali dorongan yang kuat untuk segera melakukan pembelian. Dalam impulse buying 1

17 2 konsumen masih tergantung pada harga spesial, penawaran kupon dan sejenisnya yang dilakukan oleh pihak toko. Salah satu faktor eksternal atau stimulus yang dapat dikendalikan oleh pemasar adalah kegiatan promosi. Promosi dilakukan oleh pemasar untuk menarik pelanggan, bukan hanya untuk menarik pelanggan baru, namun juga untuk mempertahankan pelanggan lama agar tetap termotivasi untuk melakukan pembelian. Agar pesan promosi dapat diketahui konsumen, maka pemasar perlu membuat iklan dan memuatnya di beberapa media, baik media cetak maupun media elektronik (Ninuk Muljani, 2014) Apalagi jika toko sedang ada promo diskon besar-besaran. Strategi pemberian voucher belanja dan kartu anggota (member) yang membuat konsumen tertarik untuk membelanjakan voucher nya dan produk lainnya, dengan maksud menambah point belanja pada kartu anggota(member) dengan membeli produk yang tidak direncanakan sebelumnya. Dan dengan adanya program seperti diskon 30%+20%, 50+20%, beli 2 gratis 1 yang ditampilkan pada produk mendorong konsumen untuk membeli produk tersebut(yistiani, 2012). Dalam memasarkan produknya produsen/penjual selalu berusaha untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan mereka dan berusaha mencari pelanggan baru. Dalam usaha tersebut tentu tidak lepas dari adanya fasilitas pelayanan pelanggan. Dalam pelayanan yang

18 3 berkualitas adalah pelayanan yang memiliki lima dimensi pokok sebagai berikut (Tjiptono, 2005: 70): 1. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. 2. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. 3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 4. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf bebas dari bahaya, resiko, atau keragu-raguan. 5. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan pelanggan. Pelayanan toko memberikan kesempatan konsumen untuk berinteraksi dengan pelayan toko. Interaksi ini adalah salah satu elemen penting dalam komunikasi pemasaran yang dapat meningkatkan pembelian konsumen dalam saluran ritel. Dan kadang-kadang pembelian secara impuls terjadi ketika kualitas, fungsi, dan kegunaan produk tersebut dieveluasi oleh pelanggan atau seorang tenaga penjualan (Park dan Lennon, 2006) Dengan demikian kualitas pelayanan yang baik dan memuaskan sangat berpengaruh pada kepuasan konsumen, karena konsumen memang

19 4 membutuhkan hal tersebut untuk kepentingan dirinya. Namun kualitas pelayanan yang baik harus berawal dari adanya kinerja yang baik dari pegawai yang ada dalam perusahaan, karena bagaimanapun juga kinerja pegawai tersebut merupakan ujung tombak dari segala keberhasilan suatu usaha. Selain memberikan pelayanan yang baik, menarik konsumen untuk melakukan pembelian juga dapat dengan cara menciptakan suasanayang menyenangkan bagi kosumen pada saat di dalam toko, maka suasana toko harus diperhatikan agar dapat menarik para konsumen dan dapat membuat konsumen nyaman berbelanja di dalamnya, dan jika konsumen sudah merasa senang diharapkan akan konsumen dapat melakukan pembelian. Banyak hal yang akan menjadi bahan pertimbangan dan harapan yang berbeda mengenai produk apa yang akan dibeli oleh para konsumen, yaitu dimana mereka akan membelinya, dengan berapa harga tersebut dibeli dan suasana bagaimana yang mereka harapkan. Suasana toko yang menyenangkan, menarik, nyaman dan mampu menciptakan suasana toko yang nyaman yang secara positif dapat mempengaruhi perilaku konsumen sehingga menimbulkan minat mereka yang tadinya hanya sekedar memasuki toko dan hanya melihat-lihat ke dalam akhirnya tertarik dan melakukan pembelian. Sebaliknya jika suasana toko tidak teratur, penataan produknya yang kurang memuaskan akan menimbulkan minat konsumen untuk membeli suatu barang berkurang atau bahkan untuk selanjutnya konsumen akan merasa enggan untuk kembali berbelanja di toko tersebut.

20 5 suasana toko yang nyaman memiliki elemen-elemen yang semuanya berbengaruh terhadap suasana toko yang ingin di ciptakan. suasana toko yang nyaman menurut Kotler, ( 2009;61) adalah : Suasana (atmosphere) setiap toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan untuk berputar putar di dalamnya. Dan setiap toko mempunyai penampilan yang berbeda-beda baik itu kotor, menarik, megah, dan suram. Suatu toko harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan dapat menarik konsumen untuk membeli di toko tsb. Seperti Toko Mint, Mint adalah sebuah nama merk dagang yang dimiliki oleh PT. Cipta Busana Jaya. Produk baju kantor, formal dan casual dengan nama brand Mint lebih difokuskan pada kaum wanita carier dengan usia remaja maupun dewasa ( ladiswear ). Brand Mint mempunyaitoko yang ada di Surabaya yaitu di Delta Plaza Surabaya dan di beberapa kota di indonesia seperti, Mint Blok M, Mint Plaza Semanggi Jakarta, Mint Atrium Plaza, Mint Mall Citralend Jakarta, Mint Mall Cijantung, Mint MargoCity Depok, Mint Metropolitan Mall, Mint Ekalokasari Plaza, Mint Bandung Indah Plaza, Mint Galeri Yogya, Mint Mall Panakukang Makasar, dan Mint Tunjungan Plaza Surabaya. Dalam pemasarannya perusahaan dengan sistem konsinyasinya mencoba memasarkan produk dengan nama Brand Mint agar dapat sedekat mungkin dengan pasar sasarannya lewat counter-counter yang berada di sebuah departemen store seperti di Matahari Departemen Store dan Sogo

21 6 Departemen Store di seluruh indonesia. Mint menawarkan produk pakaian kantor dan casual wanita, diantaranya blazer, celana panjang, denim, span, kemeja, dress, accesoris gelang dan, sabuk. Dan bila ada moment tertentu misalnya pada hari raya idul fitri, natal, dan imlek. Mint pun juga menawarkan produk yang di butuhkan konsumen, misalnya Busana Muslim Gamis, Tunik, Celana shantung, Kaftan, Selendang, Baju imlek dan baju- baju Natal. Tidak sedikit pesaing yang meniru usaha dan produk sejenis dan juga menetapkan harga yang cenderung lebih murah dari Mint. Namun nama brand akan menjadi kunci pembeda dari satu produsen ke produsen lain, pasar menganggap bahwa disini nama brand menggambarkan seluruh atribut produk perusahaan baik itu dari kualitas bahan, motif serta model ciri khas india melekat kuat pada produk Mint. Walaupun pesaing memberikan harga murah di setiap produk-produknya untuk menyaingi perusahaan dan meraih pasar, itu bukanlah halangan bagi perusahaan apabila nama brand Mint sendiri telah dikenal oleh pasar. Dengan memiliki Toko di Delta Plaza Surabaya, Mint ingin menanamkan di benak konsumen sebagai tempat belanja yang nyaman. Untuk menumbuhkan perasaan yang positif bagi konsumen, Mint mendesain Tokonya dengan menciptakan suasana yang nyaman dan berkesan guna merangsang terjadinya pembelian oleh konsumen. Caracara tersebut antara lain memperhatikan exterior ( bagian depan toko ), general interior ( musik yang diperdengarkan kepada konsumen, warna

22 7 dinding didalam toko yang menawan dan elegan, aroma/bau pewangi ruangan dan udara yang sejuk dan segar di dalam toko ), interior display ( display produk, poster ). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pihak managemen Mint supaya target penjualan setiap bulannya bisa tercapai. Salah satu masalah yang terjadi selama ini adalah turunnya omzet penjualan, dikarenakan pihak management Mint jarang sekali membuat promosi discount yang bisa menarik minat beli konsumen untuk melakukan keputusan pembelian tidak terencana. Selain itu management Mint juga harus memperhatikan hal hal apa saja yang bisa menyebabkan terjadinya keputusan pembelian tidak terencana, dimana semula konsumen hanya berpikir untuk berbelanja sesuai dengan kebutuhan yang mereka butuhkan saja, karena display produk yang menarik, dan ketersediaan barang toko yang lengkap, di dukung suasana toko yang begitu nyaman membuat konsumen yang berbelanja di dalamnya merasa nyaman, yang tadinya konsumen hanya ingin melihat-lihat barang yang ada di toko, sehingga memungkinkan konsumen untuk membeli barang-barang yang lain diluar yang di rencanakan ( impulse buying ). Dari uraian tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Promosi, Pelayanan dan Suasana toko yang nyaman Terhadap Keputusan pembelian tidak terencana pada Toko Mint Delta Plaza Surabaya.

23 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana promosi, pelayanan, suasana toko yang nyaman dan keputusan pembelian tidak terencana pada Toko Mint Delta Plaza Surabaya? 2. Apakah ada pengaruh promosi, pelayanan dan suasana toko yang nyaman secara parsial terhadap keputusan pembelian tidak terencana pada Toko Mint Delta Plaza Surabaya? 3. Apakah ada pengaruh promosi, pelayanan dan suasana toko yang nyaman secara simultan terhadap keputusan pembelian tidak terencana pada Toko Mint Delta Plaza Surabaya? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Mendeskripsikan promosi, pelayanan, suasana toko yang nyaman dan keputusan pembelian tidak terencana pada Toko Mint Delta Plaza Surabaya. 2. Untuk menguji dan mengkaji pengaruh promosi, pelayanan, suasana toko yang nyaman dan keputusan pembelian tidak terencana secara parsial terhadap pada Toko Mint Delta Plaza Surabaya.

24 9 3. Untuk menguji dan mengkaji pengaruh promosi, pelayanan, suasana toko yang nyaman secara simultan terhadap keputusan pembelian tidak terencana pada Toko Mint Delta Plaza Surabaya Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis : Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen pemasaran, terutama yang berkaitan dengan promosi, pelayanan, suasana toko yang nyaman dan keputusan pembelian tidak terencana. 2. Manfaat Praktis : a. Bagi Perusahaan Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran bagi perusahaan tentang promosi, pelayanan suasana toko yang nyaman dankeputusan pembelian tidak terencana. b. Bagi Universitas Wijaya Putra Sebagai suatu hasil karya yang dapat dijadikan sebagai bahan wacana dan pustaka bagi mahasiswa atau pihak lain yang memiliki ketertarikan meneliti dibidang yang sama.

25 10 c. Bagi Peneliti Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Wijaya Putra Surabaya dan menambah wawasan serta pengetahuan terhadap ilmu pemasaran baik secara teori maupun dalam praktik langsung.

26 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Ritel Definisi Ritel Sebagian besar para produsen atau para pelaku pemasaran dalam rangka menjual produk dagangnya selalu berupaya untuk mencapai tempat yang paling dekat dengan konsumen. Salah satunya adalah melalui penjualan eceran (retailer) yang memang memiliki hubungan dekat dengan konsumen akhir. Dalam arti luas, retail dipahami sebagai sebuah proses distribusi, sebagaimana dinyatakan oleh Abernathy, et al., (2000) dalam Jofreh (2012, p. 858): Retailing is the last stage in the distribution process. Kumar (2013, p. 10) menjelaskan bahwa dalam pasar ekonomi moderen, retail adalah penghubung antara penghasil barang dan konsumen Retailing provides a crucial link between producers and consumers in modern market economy. Posisi dari retail adalah pendistribusian produk dari penghasilnya sehingga bisa sampai pada pengguna akhir yaitu konsumen. Menurut Lars, et al., (2010) dalam Jofreh (2012, p. 858): Retailing consists of the business activities involved in selling goods and services to consumers for their personal, family, or household use. 11

27 12 Pengertian retail adalah sebuah aktivitas bisnis yang melibatkan penjualan barang dan jasa kepada konsumen perorangan, keluarga, maupun pengguna produk-produk rumah tangga Sedangkan pelaku dari aktivitas dalam retail ini menurut Baret, et al., (1999) dalam Jofreh (2012, p. 858) adalah retailer, dan pihak yang bisa menjadi retailer ini diantaranya adalah agen (agent), perwakilan (agency), perusahaan (company), atau organisasi (organization) yang terkait dengan penjualan barang, merchandise, maupun jasa kepada konsumen tertentu Jenis-Jenis Ritel Terdapat berbagai jenis format retail, setidaknya menurut Jofreh (2012, p. 858) bahwa terdapat lima format retail yaitu: supermarket, mall, department store, specialty store, dan brandedstore. Pengertian dari masing-masing jenis format retail ini adalah sebagai berikut: a. Supermarket Adalah format toko dengan biaya yang relatif rendah, margin rendah volume tinggi, dan layanan dengan sistem swalayan dan didesain untuk bisa menyediakan berbagai kebutuhan, seperti makanan, pakaian, maupun produk-produk keluarga lainnya. b. Mall Sebuah format tempat belanja yang memberikan space (ruang) antar toko yang menyewa stan dan berada dalam satu atap diantara toko satu dengan toko yang lainnya.

28 13 c. Departmentstore Departmentstore diharapkan bisa mengendalikan bisnis apparel (pakaian) pada merek-merek yang ekslusif. d. Specialty store Merupakan toko dengan sedikit line produk (hanya menjual satu atau beberapa kategori produk). e. Brandedstore Sebuah bentuk showroom dari sebuah merek tertentu dan biasanya adalah mere-merek yang telah populer (terkenal). SedangkanJhamb dan Kiran (2011, p. 70) mengelompokkan berbagai jenis retail menjadi tiga jenis, yaitu: mall, specialty store, hypermarket/ supermarket. Penjelasan dari setiap jenis format retail ini adalah sebagai berikut: a. Mall Mall adalah kumpulan dari toko, dengan variasi yang banyak untuk produk, layanan maupun entertainment dan semaunya terdapat dalam satu tempat. b. Specialty store Toko yang hanya menyediakan satu line produk (single line product), pelanggan memiliki banyak pilihan pada variasi produk. Contoh specialty store adalah: toko musik, toko pakaian, toko buku, toko pakaian olah raga.

29 14 c. Hypermarket/supermarket Adalah toko dengan konsep swalayan dengan beragam variasi produk, mulai dari makanan, barang rumah tangga, peralatan rumah tangga, furniture, produk olah raga, dan lainnya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa para konsumen dalam membeli suatu produk, tetap melalui bebarapa macam pilihan jenis retail yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka Keputusan Pembelian Tidak Terencana. Stern (1962) dalam Amiri, et al., (2012, p. 9414) menjelaskan bahwa pembelian yang dilakukan konsumen bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu pembelian dengan perencanaan dan pembelian tanpa perencanaan. Planned purchase behavior is logical action and needs to long term, in other side unplanned purchase doesn't need to these planning and is called impulse purchase. Pembelian dengan perencanaan adalah pembelian yang dilakukan berdasarkan pada logika dan berdasarkan pada evaluasi kebutuhan sebelumnya, di samping itu juga terdapat pembelian tanpa perencanaan dan biasa disebut dengan keputusan pembelian tidak terencana. Meniawy (2012, p. 4) menyatakan: Impulse buying occurred more likely when shoppers visualize a need for an item that they see for the first time, impulse buying terjadi ketika seseorang yang berbelanja memvisualisasikan kebutuhannya ketika melihat sebuah produk pertama kalinya. Ketika menyakasikan sebuah produk maka konsumen berpikir

30 15 kebutuhan dari dalamdirinya yang bisa dipenuhi dari produk tersebut dan hal ini menyebabkan pembelian meskipun sebelumnya tanpa ada perencanaan. Pendapat Ma ruf (2006) dalam Pattipeilohy, et al., (2013, p. 37): An impulse buying is generally defined as unplanned buying made by consumers which an important part of the behavior of buyers. maksudnya bahwa keputusan pembelian tidak terencana adalah pembelian yang tanpa ada perencanaan yang dibuat oleh konsumen dan merupakan bagian penting dari perilaku konsumen. Ahmad (2011) dalam Pattipeilohy, et al., (2013, p. 37) menambahkan:... a process of purchasing goods spontaneously by a consumer. impulse buying adalah pembelian barang yang dilakukan secara spontan oleh konsumen. Menurut Christina Widya Utami (2010:67) mengatakan bahwa Pembelian impulsif terjadi ketika konsumen tiba-tiba mengalami keinginan yang kuat dan kukuh untuk membeli sesuatu secepatnya. Menurut Utami (2010) bahwa pembelian tidak terencana terjadi ketika konsumen tiba-tiba mengalami keinginan yang kuat dan kukuh untuk membeli sesuatu secepatnya. Sedangkan menurut Sumarwan (2011), impulsive buying adalah kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian secara spontan, tidak terefleksi, terburu-buru, dan didorong oleh aspek psikologis emosional terhadap suatu produk serta tergoda oleh persuasi dari pemasar.

31 16 Dari pengertian diatas penulis dapat mendefinisikan bahwa bahwa keputusan pembelian tidak terencanaadalah kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian secara spontan, tidak terefleksi, terburu-buru, dan didorong oleh aspek psikologis emosional terhadap suatu produk serta tergoda oleh persuasi dari pemasar. Pembelian impulsive adalah tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko. Pembelian impulsive atau pembelian tidak terencana merupakan bentuk lain dari pola pembelian konsumen. Sesuai dengan istilahnya, pembelian tersebut tidak spesifik terencana. Pembelian impulsive terjadi ketika konsumen tiba-tiba mengalami keinginan yang kuat dan kukuh untuk membeli sesuatu secepatnya. Pembelian impulsive juga cenderung dilakukan dengan mengabaikan pertimbangan atas konsekuensinya.seseorang dengan emosi yang positif menyebabkan orang tersebut memiliki gairah dalam berbelanja. Berbagai produk yang dinilai menarik akan dibeli meskipun tidak ada perencanaan sebelumnya. Orang tersebut menganggap bahwa pembelian yang dilakukan merupakan pelampiasan dari rasa senang yang dialaminya.

32 Tipe Keputusan Pembelian Tidak Terencana MenurutUtami(2010)ada empat tipe pembelian impulsive yaitu: 1. Impuls Murni (pure impulse) Pengertian ini mengacu pada tindakan pembelian sesuatu karena alasan menarik, biasanya ketika suatu pembelian terjadi karena loyalitas terhadap merek atau perilaku pembelian yang telah biasa dilakukan. Contohya: membeli sekaleng asparagus bukannya membeli sekaleng macaroni seperti biasanya. 2. Impuls Pengingat (reminder impulse) Ketika konsumen membeli berdasarkan jenis impulse ini, hal ini dikarenakan unit tersebut biasanya memang dibeli juga, tetapi tidak terjadi untuk diantisipasi atau tercatat dalam daftar belanja. Contohnya: ketika sedang menunggu antrian untuk membeli sampo di konter toko obat, konsumen melihat merek promag pada rak dan ingat bahwa persediannya di rumah akan habis, sehingga ingatan atas penglihatan pada produk tersebut memicu pembelian yang tidak terencana. 3. Impuls Saran (suggestion impulse) Suatu produk yang ditemui konsumen untuk pertama kali akan menstimulasi keinginan untuk mencobanya. Contohnya: seorang ibu rumah tangga yang secara tidak sengaja melihat produk penghilang bau tidak sedap di suatu counter display, hal ini secara tidak

33 18 langsung akan merelasikan produk tersebut didasarkan atas pertimbangan tentang adanya bau disebabkan karena aktifitas memasak di dalam rumah dan kemudian membelinya. 4. Impuls Terencana (planned impulse) Aspek perencanaan dalam perilaku ini menunjukan respon konsumen terhadap beberapa insentif spesial untuk membeli unit yang tidak diantisipasi. Impuls ini biasanya distimulasi oleh pengumuman penjualan kupon, potongan kupon, atau penawaran menggiurkan lainnya Perspektif Dalam Keputusan Pembelian Tidak Terencana Menurut Utami (2010) terdapat tiga perspektif yang digunakan untuk menjelaskan pembelian impulsif: 1. Karakteristik produk yang dibeli, 2. Karakteristik konsumen, 3. Karakteristik display tempat belanja Faktor penentu keputusan pembelian tidak terencana Menurut Beatty dan Ferrel dalam Alvarischa (2012) memuat hasil risetnya tentang faktor penentu keputusan pembelian tidak terencana. Hasil riset ini menghasilkan skala pengukuran yang mengukur keputusan pembelian tidak terencana dalam delapan dimensi utama, yaitu:

34 19 1. Desakan untuk berbelanja Desakan tiba-tiba tampaknya dipicu oleh konfrontasi visual dengan produk atau iklan-iklan promosi 2. Emosi positif Psikonalisis yang menggambarkan kendali hasrat sebagai hal yang dibutuhkan secara sosial yang melahirkan prinsip kepuasan yang mendorong gratifikasi yang segera namun dinyatakan sebagai seorang yang bereaksi pada kecenderungan prinsip kenyataan terhadap kebebasan rasional 3. Emosi negatif Reaksi atau pun konsekuensi negatif yang diakibatkan dari kurang kendali terhadap hasrat dalam berbelanja. 4. Melihat-lihat toko Sebagian orang menganggap kegiatan belanja dapat menjadi alat untuk menghilangkan stress, dan kepuasan konsumen secara positif berhubungan terhadap dorongan hati untuk membeli atau belanja yang tidak terencanakan. 5. Kesenangan berbelanja Kesenangan belanja merupakan pandangan bahwa pembelian tidak terencana sebagai sumber kegembiraan individu. Hasrat ini datang tiba-tiba dan memberikan kesenangan baru yang tiba-tiba.

35 20 6. Ketersediaan waktu Faktor-faktor internal yang terbentuk dalam diri seseorang akan menciptakan suatu keyakinan bahwa lingkungan toko merupakan tempat yang menarik untuk menghabiskan waktu luang. 7. Ketersediaan uang Sebagian orang menghabiskan uang dapat mengubah suasana hati seseorang berubah secara signifikan, dengan kata lain uang adalah sumber kekuatan. 8. Kecenderungan pembelian tidak terencana Tingkat kecenderungan partisipan berperilaku untuk membeli secara spontan. Keputusan pembelian tidak terencana disebabkan oleh suasana di tempat belanja untuk mengingatkan konsumen akan apa yang harus dibeli atau karena pengaruh display, promosi, dan usaha-usaha pemilik tempat untuk menarik konsumen Promosi Promosi merupakan salah satu cara yang dibutuhkan perusahaan dalam meningkatkan volume penjualan. Oleh karena itu, kegiatan promosi harus dapat dilakukan sejalan dengan rencana pemasaran serta diarahkan dan dikendalikan dengan baik sehingga promosi tersebut benar-benar dapat memberikan kontribusi yang tinggi dalam upaya untuk meningkatkan volume penjualan.

36 21 Promosi ialah salah satu kegiatan untuk melakukan rangsangan kepada konsumen untuk melakukan pembelian. Menurut Freddy Rangkuti (2009) promosi merupakan kegiatan promosi yang dapat mendorong pembelian oleh konsumen, dan yang dapat meningkatkan efektivitas para distributor atau retailer dengan mengadakan pameran, display, eksibisi, peragaan, dan berbagai kegiatan penjual lainnya yang dilakukan sewaktu-waktu dan bersifat tidak rutin. Dalam promosi penjualan ini perusahaan menggunakan alat-alat tertentu, seperti hadiah, paket harga, peragaan, pameran, demonstrasi, dan contoh barang. Definisi promosi adalah suatu cara dari berbagai teknik yang mempunyai tujuan untuk tercapainya penjualan dengan biaya efektif, dengan memberikan tambahan nilai pada produk maupun jasa. Menurut Freddy Rangkuti (2009) Setiap perusahaan yang melakukan sesuatu kegiatan tentu mempunyai tujuan. Demikian juga, perusahaan melakukan kegiatan promosi dengan tujuan utamanya untuk mencari laba. Pada umumnya kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan harus mendasarkan kepada tujuan sebagai berikut : 1. Modifikasi tingkah laku Tujuan dari promosi ini adalah berusaha untuk mengubah tingkah laku dan pendapat individu tersebut,dari tidak menerima suatu produk menjadi setia terhadap produk dan penjual selalu berusaha menciptakan

37 22 kesan baik tentang dirinya atau mendorong pembelian barang-barang dan jasa perusahaan. 2. Memberitahu Kegiatan promosi ini memiliki tujuan untuk memberikan informasi kepada pasar yang dituju tentang pemasaran perusahaan,mengenai produk tersebut berkaitan dengan harga, kualitas, syarat pembeli, kegunaan, keistimewaan dan lain sebagainya. Promosi yang bersifat informative ini dapat membantu konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli. 3. Membujuk Pada umumnya promosi yang besifat membujuk atau persuasif ini kurang disenangi oleh sebagian masyarakat. Namun, sekarang ini yang banyak muncul justru adalah promosi tersebut. Promosi seperti ini terutama untuk mendorong pembeli.perusahaan tidak ingin memperoleh tanggapan secepatnya, tetapi lebih mengutamakan untuk menciptakan kesan positif. Hal ini dimaksudkan agar promosi dapat memberi pengaruh dalam waktu yang lama terhadap perilaku pembeli. 4. Mengingatkan Promosi ini dilakukan terutama untuk mempertahankan merek produk dihati masyarakat dan dilakukan selama tahap kedewasaan dalam siklus kehidupan produk.ini berarti perusahaan berusaha memperhatikan untuk mempertahankan pembeli yang ada sebab pembeli tidak hanya

38 23 sekali saja dalam melakukan transaksi, melainkan berlangsung secara terus menerus. Promosi penjualan dapat dibedakan berdasarkan dua jenis kegiatan, yaitu Pull Strategy atau disebut sebagai Consummer Promotion dan Push Strategy atau disebut dengan Trade promotion menurut Freddy Rangkuti (2009). 1. Pull strategy (strategi menarik) adalah strategi menggunakan insentif untuk memotivasi pelanggan sehingga melakukan pembelian. Apabila pelanggan mulai tertarik dan mencari produk/jasa tersebut,pengaruhnya akan mendorong para retailer untuk meningkatkan stok barang yang dicari tersebut. 2. Push Startegy (strategi mendorong) adalah startegi menggunakan insentif untuk memotivasi para agen atau retailer agar meningkatkan pemesanan dan meningkatkan penjualannya di masing-masing outlet. Caranya adalah dengan menggunakan: 3. Strategi volume discount, yaitu strategi dengan memberikan diskon harga bagi diler atau retailer yang membeli dalam jumlah besar. 4. Strategi allowance,yaitu berupa pemberian reward. a. Off invoice allowance: strategi membeeikan potongan harga bagidiler atau retailer yang menjual produk tertentu di outlet nya.

39 24 b. Performance allowance: startegi memberikan reward, misalnyabonus bagi diler atau retailer yang dapat menjual produk pada batas tertentu. c. Display allowance: strategi memberikan bonus atau pengurangan harga jual pada diler atau retailer yang bersedia meletakan produk tertentu di depan sehingga jelas terlihat oleh pelanggan. d. Buyback allowance: strategi untuk membeli kembali produk lama yang tidak laku atau out of date. e. Cooperative advertising: strategi memberikan allowance pada diler atau retailer yang bersedia mengiklankan produk tertentu di outlet mereka. 5. Strategi dealer contest, yaitu strategi mengadakan perlombaan atau kontes diantara para diler atau retailer untuk merangsang mereka menjual lebih banyak dengan memberikan hadiah yang menarik. 6. Strategi dealer leader,yaitu strategi dengan memberikan rak khusus berisi produk-produk yang ingin dijual. 7. Strategi sales training,yaitu strategi dengan memberikan pelatihankepada para penjual untuk mengetahui product knowledge. 8. Strategi Point of Purchase (POP), yaitu strategi memajang produk sehingga dapat meningkatkan impulse buying pelanggan. Materi yang digunakan dalam POP adalah spanduk, banner,poster, counter stand,flour stand, TV plasma, video media interaktif, serta berbagai

40 25 rak pajang (display) yang kreatif dan menarik yang didesain secara khusus sehingga mencermikan produk yang dijual. Kotler dan Keller (2007) menyatakan bahwa alat-alat promosi penjualan sebagai berikut: 1. Sampel Contoh Merupakan tawaran produk gratis atau percobaan gratis kepada konsumen dan diharapkan mereka menyukai produk tersebut sehingga melakukan pembelian ulang. 2. Diskon Pengurangan langsung dari harga barang pada pembelian selama suatu periode yang dinyatakan. 3. Undian Mengajak konsumen untuk mengumpulkan nama mereka untuk diundi. 4. Kemasan harga khusus atau paket harga Potongan harga lebih rendah daripada harga biasa kepada konsumen yang diterapkan pada label atau bungkus. 5. Hadiah Barang yang ditawarkan secara Cuma-Cuma atau gratis atau dengan harga sangat murah sebagai insentif untuk membeli suatu produk. 6. Demonstrasi Yaitu pertunjukan yang dilakukan untuk menunjukkan atau membuktikan keefektifan atau cara menggunakan produk. 7. Tawaran uang kembali

41 26 Pengembalian uang kembali kepada konsumen apabila ketidaksesuaian antara produk dengan harga atau terjadi kerusakan produk yang dibeli berdasarkan perjanjian. 8. Promosi gabungan Dua atau lebih merek atau perusahaan yang bekerjasama mengeluarkan kupon, pengembalian uang dan mengadakan kontes untuk meningkatkan daya tarik mereka. 9. Pemajangan di tempat pembelian Pemajangan di tempat pembelian untuk menarik pembeli. 10. Kupon Sertifikat yang memberi hak kepada pemegangnya atas potongan harga yang telah ditetapkan untuk produk tertentu. 11. Premi Barang yang ditawarkan dengan harga relatif murah atau gratis sebagai insentif untuk pembelian produk tertentu. 12. Program frekuensi Program yang diberikan terkait dengan frekuensi dan intensitas konsumen membeli produk atau jasa perusahaan tersebut. 13. Imbalan berlangganan Nilai dalam bentuk tunai atau untuk bentuk lain yang sebanding dengan loyalitas berlangganan penjual atau sekelompok penjual tertentu. 14. Promosi silang Menggunakan satu merek untuk mengiklankan merek yang tidak bersaing.

42 27 Dari beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa promosi penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperkenalkan produk kepada konsumen dengan menggunakan berbagai alat promosi untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan pembelian tanpa rencana yang berujung pada penjualan produk Pelayanan Menurut Kotler(2007),pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik sehingga pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen sendiri.pada dasarnya ritel atau retail berarti eceran atau perdagangan eceran. Pengertian ini berarti bisnis ritel memainkan perannya sebagai saluran distribusi akhir yang berfungsi untuk menyalurkan barang dan jasa kepada konsumen untuk tujuan konsumtifnya. Sopiah dan Syihabudhin (2008) menyebutkan jenis-jenis pelayanan yang ditawarkan dalam gerai/toko meliputi: 1) Customer service a. Pramuniaga yang terampil dengan cara pelayanan dan kesigapanmembantu.

43 28 b. Personal shopper, yaitu staf perusahaan ritel yang melayani pembeli melalui telepon dan menyiapkan barang pesanan yang nantinya tinggal diambil oleh pelanggan. 2) Terkait fasilitas gerai a. Jasa pengantaran (delivery) b. Fasilitas tempat makan c. Fasilitas kenyamanan dan keamanan berupa tangga jalan dan tangga darurat d. Fasilitas telepon e. Cara pembayaran dengan credit card atau debit card f. Terkait jam operasional gerai 3) Fasilitas-fasilitas lain seperti ruang/lahan parker. Menurut Kotler & Keller ( 2009:560 ) mengatakan ada lima dimensi generik yang digunakan konsumen untuk mengevaluasi kualitas pelayanan, yaitu : 1. Bukti Fisik, meliputi bagian-bagian pelayanan yang bersifat nyata / langsung seperti penampilan karyawan, fasilitas fisik, peralatan, sarana komunikasi. 2. Kehandalan, yakni kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.

44 29 3. Kesigapan / Tanggap, yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen. 4. Jaminan atau Kepastian, mencakup tingkat pengetahuan dan keramah tamahan serta sopan santun yang harus dimiliki karyawan di samping kemampuan mereka dalam menanamkan kepercayaan pada pelanggan. 5. Empati, merupakan perhatian khusus yang diberikan kepada setiap pelanggan secara individu. Maka dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tingkat keunggulan layanan, setiap karyawan harus memiliki keterampilan khusus, diantaranya memahami produk / jasa secara mendalam, berpenampilan rapi dan menarik, bersikap ramah dan bersahabat, menunjukan komitmen dan responsivitas dalam melayani pelanggan atau konsumen, tidak tinggi hati karena merasa dibutuhkan, menguasai pekerjaan yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan departemennya, mampu berkomunikasi secara efektif, dapat memahami dengan baik bahasa isyarat pelanggan atau konsumen, dan mampu menangani keluhan konsumen secara profesional Suasana Toko Yang Nyaman Menurut Foster (2008),suasana toko yang nyaman adalah kombinasi dari pesan secara fisik yang telah direncanakan,suasana toko

45 30 yang nyaman dapat digambarkan sebagai perubahan terhadap perancangan lingkungan pembelian yang menghasilkan efek emosional khusus yang dapat menyebabkan konsumen melakukan tindakan pembelian. Suasana toko yang nyaman menurut Kotler, (2009;61) adalah : Suasana (atmosphere) setiap toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan untuk berputar-putar di dalamnya. Setiap toko mempunyai penampilan yang berbeda-beda baik itu kotor, menarik, megah, atau suram. Suatu toko harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan dapat menarik konsumen untuk membeli ditoko tersebut. Konsumen tidak hanya merespon terhadap produk yang ditawarkan, tetapi juga memberikan responnya terhadap lingkungan tempat pembelian, seperti yang di kemukakan oleh Hendri Ma aruf ( 2005;201 ) bahwa : Store atmosphere adalah salah satu ritel marketing mix dalam gerai yang berperan penting dalam memikat pembeli, membuat mereka nyaman dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mereka produk apa yang ingin dimiliki untuk keperluan pribadi, maupun untuk keperluan rumah tangga. Suasana toko yang nyaman dapat membuat pembeli santai dan dapat berpikir barang apa yang di butuhkannya, bahkan dapat merangsang konsumen untuk melakukan pembelian terhadap barang atau jasa yang tidak dibutuhkan atau tidak direncanakan.suasana toko yang nyaman dapat berpengaruh dalam

46 31 penentuan sikap konsumen dan pandangan mereka terhadap perusahaan. Seperti pernyataan menurut Levy & Weitz (2007;491) bahwa : Speciafically, retailers would like the store design to attract customes to the store, enable them to easily locate merchandise of interens, keep them in the store for a long time, motivate them to make unplanned, impuls purshases, and provide them with a satisfying shopping experience. Dari pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwasuasana toko yang nyaman bertujuan untuk menarik perhatian konsumen untuk berkunjung, memudahkan mereka untuk membuat perencanaan secara mendadak, mempengaruhi mereka untuk melakukan pembelian. Selain itu suasana yang baik akan menentukan citra dari sebuah toko itu sendiri. Jika suatu toko dilengkapi dengan sebuah penyejuk udara ( ac ), pengaturan ruangan yang nyaman dan artistik, penggunaan warna cat dinding yang menarik, semua ini menunjukan adanya suasana yang dapat mencitrakan kemewahan dan berkelas. Sementara apabila ruangan toko terasa pengap dan panas, maka ruangan yang ada tidak tertata dengan rapi, pemilihan cat yang berselera rendah, dan lantai yang tidak bersih, maka hal ini akan menimbulkan suasana yang mencitrakan toko bagi orang yang berselera rendah. Menurut Berman dan Evans ( 2010: 545 ), menyebutkan elemen- elemen Store Atmosphere dibagi kedalam 4 elemen yaitu : 1. Exterior bagian depan toko Bagian depan toko adalah bagian yang termuka. Maka ia hendaknya memberikan kesan yang menarik. Dengan mencerminkan kemantapan dan

47 32 kekokohan, maka bagian depan dan bagian luar ini dapat menciptakan kepercayaan dan goodwill. Disamping itu hendaklah menunjukan spirit perusahaan dan sifat kegiatan yang ada di dalamnya. Karena bagian depan dan exterior berfungsi sebagai identifikasi atau tanda pengenal maka sebaiknya dipasang lambang-lambang. 2. General interior Berbagai motif konsumen memasuki toko, hendaknya memperoleh kesan yang menyenangkan. Kesan ini dapat di ciptakan misalnya dengan musik yang diperdengarkan kepada konsumen, warna dinding didalam toko yang dibuat semenarik mungkin, aroma/bau dan udara yang segar di dalam toko. 3. Store layout (tata letak) Merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan dari peralatan barang dagangan di dalam toko serta fasilitas toko. 4. Interior display Sangat menentukan bagi suasana toko karena memberikan informasi kepada konsumen. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan penjualan dan laba bagi toko. Yang termasuk interior display ialah : poster, tanda petunjuk lokasi, display barang-barang pada hari-hari khusus seperti lebaran dan tahun baru. Dengan melihat uraian di atas maka dapat dilihat bahwa menyediakan toko dengan suasana yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam pemasaran. Salah satu cara mencapai keuntungan itu adalah

48 33 dengan mempengaruhi konsumen agar melakukan keputusan pembelian produk atau jasa yang di tawarkan perusahaan. Pemahaman terhadap hal tersebut juga memungkinkan pemasar untuk mengembangkan sebuah program pemasaran yang efektif dan penting artinya bagi pasar sasaran Hubungan Antar Variabel Pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian tidak terencana Tujuan dari promosi sangat beragam. Melalui promosi penjualan, perusahaan dapat menarik konsumen baru, mempengaruhi konsumennya untuk mencoba produk baru, mendorong konsumen membeli lebih banyak, menyerang aktivitas promosi pesaing, meningkatkan pembelian tanpa rencana sebelumnya. Menurut Freddy Rangkuti (2009). 1. Pull strategy (strategi menarik) adalah strategi menggunakan insentif untuk memotivasi pelanggan sehingga melakukan pembelian. Apabila pelanggan mulai tertarik dan mencari produk/jasa tersebut,pengaruhnya akan mendorong para retailer untuk meningkatkan stok barang yang dicari tersebut. 2. Push Startegy (strategi mendorong) adalah startegi menggunakan insentif untuk memotivasi para agen atau retailer agar meningkatkan pemesanan dan meningkatkan penjualannya di masing-masing outlet. Caranya adalah dengan menggunakan:

49 34 a. Strategi volume discount, yaitu strategi dengan memberikan diskon harga bagi diler atau retailer yang membeli dalam jumlah besar. b. Strategi allowance,yaitu berupa pemberian reward. 1. Off invoice allowance: strategi membeeikan potongan harga bagi diler atau retailer yang menjual produk tertentu di outlet nya. 2. Performance allowance: startegi memberikan reward, misalnya bonus bagi diler atau retailer yang dapat menjual produk pada batas tertentu. c. Display allowance: strategi memberikan bonus atau pengurangan harga jual pada diler atau retailer yang bersedia meletakan produk tertentu di depan sehingga jelas terlihat oleh pelanggan. d. Buyback allowance: strategi untuk membeli kembali produklama yang tidak laku atau out of date. e. Cooperative advertising: strategi memberikan allowance pada diler atau retailer yang bersedia mengiklankan produk tertentu di outlet mereka. 3. Strategi dealer contest, yaitu strategi mengadakan perlombaan atau kontes diantara para diler atau retailer untuk merangsang mereka menjual lebih banyak dengan memberikan hadiah yang menarik. 4. Strategi dealer leader,yaitu strategi dengan memberikan rak khusus berisi produk-produk yang ingin dijual. 5. Strategi sales training,yaitu strategi dengan memberikan pelatihankepada para penjual untuk mengetahui product knowledge.

50 35 6. Strategi Point of Purchase (POP), yaitu strategi memajang produk sehingga dapat meningkatkan impulse buying pelanggan. Materi yang digunakan dalam POP adalah spanduk, banner,poster, counter stand,flour stand, TV plasma, video media interaktif, serta berbagai rak pajang (display) yang kreatif dan menarik yang didesain secara khusus sehingga mencermikan produk yang dijual Pengaruh pelayanan terhadap keputusan pembelian tidak terencana Pelayanan (services) merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan bisnis dan memenangkan persaingan untuk memperebutkan konsumen. Pelanggan mengharapkan layanan dari pengalaman masa lalu, cerita dari mulut ke mulut, dan iklan. Perusahaan harus memberikan pelayanan (services) yang lebih baik yang sesuai dengan keinginan dan harapan konsumen. Perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan bermutu tinggi akan mengungguli pesaingpesaing yang kurang berorientasipada pelayanan.perusahaan biasanya menawarkan pelayanan yang merupakan tambahan kecil atau bagian utama dari tawaran yang diberikan secara keseluruhan. Perusahaan harus merancang pelayanan pendukung untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Pelanggan akan memberikan penilaian yang berlainan terhadap pelayanan yang berbeda. Pelayanan (services) yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen yang berbeda dari pelayanan (services) yang diberikan oleh perusahaan

51 36 pesaing merupakan faktor yang penting untuk menarik minat calon pembeli yang potensial agar mau melakukan keputusan pembelian Pengaruh suasana toko yang nyaman terhadap keputusan pembelian tidak terencana. Suasana toko yang nyaman yang disesuaikan dengan karakteristik pribadi konsumen akan menciptakan action yang berbeda-beda.suasana toko yang nyamanselain dapat mempengaruhi perilaku konsumen juga dapat mempengaruhi perilaku dan respon psikologis pekerja toko itu sendiri. Seorang konsumen menentukan jenis toko yang akan dikunjunginya atau memilih barang yang akan dibelinya berdasarkan teori proses keputusan pembelian yang dibahas sebelumnya. Konsumen mengevaluasi alternatif ritel dan saluran pemasaran lain agar dapat memenuhi kebutuhannya seperti catalog, iklan, dan lain-lain. Sedangkan peritel berusaha untuk mempengaruhi konsumen agar melakukan pembelian suatu barang atau jasa yang ditawarkan. Menurut Berman dan Evans ( 2010: 545 ), menyebutkan elemenelemen Store Atmosphere dibagi kedalam 4 elemen yaitu : 1. Exterior bagian depan toko Bagian depan toko adalah bagian yang termuka. Maka ia hendaknya memberikan kesan yang menarik. Dengan mencerminkan kemantapan dan kekokohan, maka bagian depan dan bagian luar ini dapat menciptakan kepercayaan dan goodwill. Disamping itu hendaklah

52 37 menunjukan spirit perusahaan dan sifat kegiatan yang ada di dalamnya. Karena bagian depan dan exterior berfungsi sebagai identifikasi atau tanda pengenal maka sebaiknya dipasang lambang-lambang. 2. General interior Berbagai motif konsumen memasuki toko, hendaknya memperoleh kesan yang menyenangkan. Kesan ini dapat di ciptakan misalnya dengan musik yang diperdengarkan kepada konsumen, warna dinding didalam toko yang dibuat semenarik mungkin, aroma/bau dan udara yang segar di dalam toko. 3. Store layout (tata letak) Merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan dari peralatan barang dagangan di dalam toko serta fasilitas toko. 4. Interior display Sangat menentukan bagi suasana toko karena memberikan informasi kepada konsumen. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan penjualan dan laba bagi toko. Yang termasuk interior display ialah : poster, tanda petunjuk lokasi, display barang-barang pada hari-hari khusus seperti lebaran dan tahun baru. Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa store atmosphere memiliki tujuan untuk menarik perhatian konsumen untuk berkunjung, memudahkan mereka untuk mencari barang yang dibutuhkan, memotivasi mereka untuk membuat perencanaan secara mendadak, mempengaruhi

53 38 mereka untuk melakukan pembelian, dan memberikan kepuasan dalam berbelanja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwasuasana toko yang nyaman yang dilaksanakan dengan baik akan memberikan pengaruh yang besar terhadap proses keputusan pembelian yang dilakukan konsumen tersebut Penelitian Terdahulu Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu tentangsuasana toko yang nyaman, pelayanan, promosi penjualan, dan keputusan pembelian tidak terencana telah banyak dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Denny Kurniawan dan Yohanes Sondang Kunto (2013). Pengaruh Promosi dan Store Atmosphere Terhadap Impulse Buying Dengan Shopping Emotion Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Matahari Department Store Cabang Supermall Surabaya. a. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa promosi pada Matahari Department Store cabang supermall Surabaya memiliki pengaruh yang positif dan siginfikan terhadap Shopping emotion Matahari Department Store cabang supermall Surabaya. Hal ini berarti jika Promosi ditingkatkan, maka Shopping emotion Matahari Department Store cabang supermall Surabaya juga akan meningkat. b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa store atmosphere pada Matahari Department Store cabang supermall Surabaya sangat

54 39 berpengaruh terhadap Shopping emotion Matahari Department Store cabang supermall Surabaya. Oleh karena itu, peningkatan dan pembenahan elemen- elemen Store atmosphere sangat penting untuk dilakukan, terutama untuk menjaga agar konsumen dapat tetap puas. c. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa promosi pada MatahariDepartment Store cabang supermall Surabaya memiliki pengaruh yang positif dan siginfikan terhadap Impulse buying Matahari Department Store cabang supermall Surabaya. Hal ini berarti jika Promosi ditingkatkan, maka impulse buying Matahari Department Store cabang supermall Surabaya juga akan meningkat. d. Hasil penelitian menunjukkan bahwa store atmosphere pada Matahari Department Store cabang supermall Surabaya sangat berpengaruh terhadap impulse buying konsumen Matahari Department Store cabang supermall Surabaya. Oleh karena itu, peningkatan dan pembenahan elemen- elemen store atmospheresangat penting untuk dilakukan, terutama untuk menjaga agar konsumen dapat tetap puas. e. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa shopping emotion konsumen Matahari Department Store cabang supermall Surabaya memiliki hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap impulse buying konsumen Matahari Department Store cabang supermall Surabaya. Hal ini berarti jika shopping

55 40 emotion meningkat maka akan turut meningkatkan impulse buying konsumen Matahari Department Store cabang supermall Surabaya. 2. Cindy Juwita Dessyana (2013). Store Atmosphere Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian KonsumenDi Texas Chicken Multimart II Manado. a. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan didapatkan bahwa Store Exterior berpengaruh positifterhadap keputusan pembelian. b. Hasil penelitian di atas didapatkan bahwa General Interior berpengaruh positif terhadap keputusanpembelian. c. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan didapatkan bahwa Store Layout berpengaruh positifterhadap keputusan pembelian. d. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan didapatkan bahwa Interior Display berpengaruhpositif terhadap keputusan pembelian. e. Store Exterior, General Interior, Store Layout dan Interior Display berpengaruh secara positif dansignifikan Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen 3. Ni Nyoman Manik Yistiani (2012). PengaruhAtmosfer Gerai dan Pelayanan Ritel Terhadap Nilai Hedonik dan Pembelian Impulsif Pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza Di Denpasar.

56 41 a. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh langsung atmosfer gerai (X1) secara positif dan signifikan terhadap nilai hedonik (Y1) b. Dari hasil penelitian terdapat pengaruh langsung pelayanan ritel (X2) secara positif dan signifikan terhadap nilai hedonik (Y1) c. Dari hasil penelitian terdapat pengaruh langsung atmosfer gerai (X1) secara positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif (Y2) d. Dari hasil penelitian terdapat pengaruh langsung pelayanan ritel (X2) secara positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif (Y2) e. Dari hasil penelitian terdapat pengaruh langsung nilai hedonik (Y1) secara positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif (Y2) f. Dari hasil penelitian terdapat pengaruh tidak langsung atmosfer gerai (X1) terhadap pembelian impulsif (Y2) melalui nilai hedonik (Y1) g. Dari hasil penelitian terdapat pengaruh tidak langsung pelayanan ritel (X2) terhadap pembelian impulsif (Y2) melalui nilai hedonik (Y1) 4. Diah Kenanga Dwirani Herukalpiko, Apriatni Endang Prihatini dan Widayanto(2013). Pengaruh Kebijakan Harga, Atmosfer Toko dan

57 42 Pelayanan Toko Terhadap Perilaku Impulse Buying Konsumen Robinson Department Store Semarang. a. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel kebijakan harga berpengaruh positif terhadap perilaku impulsive buying konsumen Robinson Department Store Semarang. b. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada pengaruh positif antara atmosfer toko terhadap perilaku impulse buying konsumen Robinson Department Store Semarang. c. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada pengaruh positif antara pelayanan toko terhadap perilaku impulse buying konsumen Robinson Department Store Semarang. d. Terdapat pengaruh positif antara kebijakan harga, atmosfer toko, dan pelayanan toko terhadap perilaku impulse buying konsumen Robinson Department Store Semarang. Dengan demikian dapat dlilihat perbedaan dan persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebagaimana pada tabel 2.1. sebagai berikut:

58 43 Tabel Penelitian Terdahulu Nama dan Tahun Denny Kurniaw an dan Yohanes Sondang Kunto (2013) Judul Penelitian Pengaruh Promosi dan Store Atmosphere Terhadap Impulse Buying Dengan Shopping Emotion Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Matahari Department Store Cabang Supermall Surabaya Metode Penelitian Analisis Regresi Berganda Persamaan Store Atmosphere dan promosi sebagai variabel bebas dan impulse buying sebagai variabel terikat. Perbedaan Shopping emotion sebagai variabel intervening sedangkan peneliti tidak menggunaka n variabel intervening. Cindy Juwita Dessyan a (2013) Ni Nyoman Manik Yistiani (2012) Store Atmosphere Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian KonsumenDi Texas Chicken Multimart II Manado Pengaruh Atmosfer Gerai dan Pelayanan Ritel Terhadap Nilai Hedonik dan Pembelian Impulsif Pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza Di Denpasar Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi Berganda Store Atmosphere sebagai variabel bebas. Atmosfer Gerai dan Pelayanan sebagai variabel bebas dan pembelian impulsif sebagai variabel terikat. Keputusan pembelian konsumen sebagai variabel terikat sedangkan peneliti menggunaka n impulsive buying sebagai variabel terikat. Terdapat 2 variabel bebas yaitu atmosfer gerai dan pelayanan dan variabel terikat yaitu nilai hedonik dan pembelian impulsif.

59 44 Diah Kenanga Dwirani Herukal piko, Apriatni Endang Prihatini dan Widayan to ((2013) Pengaruh Kebijakan Harga, Atmosfer Toko dan Pelayanan Toko Terhadap Perilaku Impulse Buying Konsumen Robinson Department Store Semarang Analisis Regresi Berganda AtmosferToko, dan Pelayanan Toko sebagai variabel bebas dan Perilaku Impulse Buying Konsumen sebagai variabel terikat. Peneliti tidak menggunaka n kebijakan harga sebagai variabel bebas. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh promosi, pelayanan dan suasana toko yang nyamanterhadap keputusan pembelian tidak terencanapadatoko Mint Delta Plaza Surabaya.

60 Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti pengaruh promosi, pelayanan, dan suasana toko yang nyaman secara simultan dan parsial terhadap keputusan pembelian tidak terencana pada Toko Mint Delta Plaza Surabaya. Dengan demikian kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Promosi (X 1) Pelayanan (X2) Keputusan Pembelian Tidak Terencana (Y) Suasana toko yang nyaman (X3) 1 Keterangan : Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pengaruh secara simultan Pengaruh secara parsial

61 Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada BAB I, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut: 1. Promosi, pelayanan, suasana toko yang nyaman secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian tidak terencanapada Toko Mint Delta Plaza Surabaya. 2. Promosi, pelayanan, suasana toko yang nyamansecara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian tidak terencanapada Toko Mint Delta Plaza Surabaya.

62 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik/kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan (Sugiyono,2011:8) 3.2 Deskripsi Populasi Dan Penentuan Sampel Populasi Populasi menurut Sugiyono (2011:80) merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi adalah totalitas dari semua obyek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi. Populasi penelitian ini adalah konsumen yang membeli langsung di Toko Mint Delta Plaza Surabaya. 47

63 Sampel Sampel merupakan bagian kecil dari populasi. Tehnik penarikan sampel dengan menggunakan metode non probability sampling, dimana menurut Sugiyono (2009:95) yakni teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel ditentukan dengan metode accidental sampling. Menurut Sugiyono 2009:81, Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/accidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 100 responden yang ditujukan pada konsumen Toko Mint Delta Plaza Surabaya Variabel Dan Definisi Operasional Variabel Variabel Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiono 2009:38). Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

64 49 a. Variabel independen Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah promosi(x1), pelayanan (X2), suasana toko yang nyaman(x3). b. Variabel dependen Variabel ini sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah keputusan pembelian tidak terencana (Y) Definisi Operasional Variabel a. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian tidak terencana (Y) Pembelian tidak terencana adalah kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian secara spontan, tidak terefleksi, terburu-buru, dan didorong oleh aspek psikologis emosional terhadap suatu produk serta tergoda oleh persuasi dari pemasar. Menurut Beatty dan Ferrel dalam Alvarischa (2012) indikator pembelian tidak terencana diukur berdasarkan:

65 50 1. Desakan untuk berbelanja : Desakan tiba-tiba tampaknya dipicu oleh konfrontasi visual dengan produk atau iklan-iklan promosi. 2. Emosi positif : Psikonalisis yang menggambarkan kendali hasrat sebagai hal yang dibutuhkan secara sosial yang melahirkan prinsip kepuasan yang mendorong gratifikasi yang segera namun dinyatakan sebagai seorang yang bereaksi pada kecenderungan prinsip kenyataan terhadap kebebasan rasional. 3. Emosi negative : Reaksi atau pun konsekuensi negatif yang diakibatkan dari kurang kendali terhadap hasrat dalam berbelanja. 4. Melihat-lihat took : Sebagian orang menganggap kegiatan belanja dapat menjadi alat untuk menghilangkan stress, dan kepuasan konsumen secara positif berhubungan terhadap dorongan hati untuk membeli atau belanja yang tidak terencanakan. 5. Kesenangan berbelanja : Kesenangan belanja merupakan pandangan bahwa pembelian tidak terencana sebagai sumber kegembiraan individu. Hasrat ini datang tiba-tiba dan memberikan kesenangan baru yang tiba-tiba. 6. Kecenderungan pembelian tidak terencana :Tingkat kecenderungan partisipan berperilaku untuk membeli secara spontan. b. Promosi (X1) Merupakan bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk dapat merangsang pembelian produk

66 51 dengan segera dan atau untuk meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan. Menurut Kotler dan Keller (2007) indikator promosi penjualan diukur berdasarkan: 1. Diskon : Pengurangan langsung dari harga barang pada pembelian selama suatu periode yang dinyatakan. 2. Kemasan harga khusus atau paket harga : Potongan harga lebih rendah daripada harga biasa kepada konsumen yang diterapkan pada label atau bungkus. 3. Hadiah : Barang yang ditawarkan secara Cuma-Cuma atau gratis atau dengan harga sangat murah sebagai insentif untuk membeli suatu produk. 4. Promosi gabungan : Dua atau lebih merek atau perusahaan yang bekerjasama mengeluarkan kupon, pengembalian uang dan mengadakan kontes untuk meningkatkan daya tarik mereka. 5. Pemajangan di tempat pembelian : Pemajangan di tempat pembelian untuk menarik pembeli. c. Pelayanan (X2) Merupakan setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Menurut Kotler&Keller (2009 :560) indikator pelayanan diukur berdasarkan:

67 52 1. Bukti Fisik, meliputi bagian-bagian pelayanan yang bersifat nyata / langsung seperti penampilan karyawan, fasilitas fisik, peralatan, sarana komunikasi. 2. Kehandalan, yakni kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. 3. Kesigapan / Tanggap, yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen. 4. Jaminan atau Kepastian, mencakup tingkat pengetahuan dan keramah tamahan serta sopan santun yang harus dimiliki karyawan di samping kemampuan mereka dalam menanamkan kepercayaan pada pelanggan. 5. Empati, merupakan perhatian khusus yang diberikan kepada setiap pelanggan secara individu. d. Suasana toko yang nyaman(x3) Menurut Berman dan Evans (2010:545) indikator store atmosphere diukur berdasarkan: 1. Exterior bagian depan toko : Bagian depan toko adalah bagian yang termuka. Maka ia hendaknya memberikan kesan yang menarik. Dengan mencerminkan kemantapan dan kekokohan, maka bagian depan dan bagian luar ini dapat menciptakan kepercayaan

68 53 dan goodwill. Disamping itu hendaklah menunjukan spirit perusahaan dan sifat kegiatan yang ada di dalamnya. Karena bagian depan dan exterior berfungsi sebagai identifikasi atau tanda pengenal maka sebaiknya dipasang lambang-lambang. 2. General interior : Berbagai motif konsumen memasuki toko, hendaknya memperoleh kesan yang menyenangkan. Kesan ini dapat di ciptakan misalnya dengan musik yang diperdengarkan kepada konsumen, warna dinding didalam toko yang dibuat semenarik mungkin, aroma/bau dan udara yang segar di dalam toko. e. Store layout (tata letak) Merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan dari peralatan barang dagangan di dalam toko serta fasilitas toko. f. Interior display Sangat menentukan bagi suasana toko karena memberikan informasi kepada konsumen. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan penjualan dan laba bagi toko. Yang termasuk interior display ialah : poster, tanda petunjuk lokasi, display barang-barang pada hari-hari khusus seperti lebaran dan tahun baru Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian Jenis dan Sumber Data Jenis data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung (dari tangan

69 54 pertama), contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden, atau data hasil dari wawancara peniliti dengan narasumber. Sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada, misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan. Jenis data yang dikemukakan dalam penelitian ini yang mengacu pernyataan di atas bersumber dari: 1. Data primer. Data Primer merupakan data diperoleh langsung dari responden dengan memberikan kuesioner kepada konsumen Toko Mint Dela PlazaSurabaya yang berisi pernyataan konsumen tentang variabelvariabel yang diteliti. 2. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang berisikan informasi dan teoriteori yang digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Peneliti mendapatkan data sekunder dari buku-buku, jurnal, penelitian terdahulu, dan internet Metode Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara yaitu: 1. Kuisoner Kuesioner atau daftar pertanyaan adalah seperangkat pertanyaan tertulis yang disusun oleh peneliti yang berisikan pertanyaan tentang variabel-variabel yang di teliti. Data yang diperoleh adalah berupa

70 55 jawaban dari responden untuk mendukung penelitian. 2. Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan bertanya secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait seperti kepada Supervisor Toko Mint Delta Plaza Surabaya. Pengukuran tingkat kepentingan atas unsur promosi, pelayanan, harga, dan suasana toko yang nyaman terhadap keputusan pembeliantidak terencana dilakukan dengan menggunakan skala likert. Skala pengukuran adalah acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval dalam alat ukur. Alat ukur tersebut digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010:88) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi saseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. 1. Untuk jawaban STS Sangat Tidak Setuju diberi nilai = 1 2. Untuk jawaban TS Tidak Setuju diberi nilai = 2 3. Untuk jawaban N Netral diberi nilai = 3 4. Untuk jawaban S Setuju = 4 5. Untuk jawaban SS Sangat Setuju diberi nilai = 5

71 Teknik Keabsahan Data Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2011:53). Cermat artinya pengukuran tersebut mampu memberikan gambaran yang mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya diantara subjek yang satu dengan yang lainnya. Menurut Sugiyono (2011:134) bila koefiesien korelasi sama dengan 0,3 atau lebih (paling kecil 0,3), maka butiran instrumen dinyatakan valid Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali,2009:85). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Jawaban responden terhadap pertanyaan ini dikatakan reliabel jika masing masing pertanyaan dijawab secara konsisten atau jawaban tidak boleh acak oleh karena masing masing pertanyaan hendak mengukur hal yang sama. Jika jawaban terhadap indikator ini acak, maka dapat dikatakan bahwa tidak reliabel (Ghozali, 2009 : 85). Pengukuran realibilitas dapat dilakukan dengan one shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian

72 57 hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Alat untuk mengukur reliabilitas adalah Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel, apabila (Ghozali, 2009 : 85) : Hasil Alpha Cronbach > 0,60 = reliabel Hasil Alpha Cronbach < 0,60 = tidak reliable 3.6. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011 : 160). Untuk menguji suatu data berdistribusi normal atau tidak, dapat diketahui dengan menggunakan grafik normal plot. Dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar penambil keputusan (Ghozali, 2011 : 163) : a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuh asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

73 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdatisitas atau yang tidak heteroskedastisitas (Ghozali, 2011 : 139). Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antar nilai prediksi nilai variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Dasar analisis yaitu jika ada pola tertentu, seperti titik titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik - titik menyebar di atas dan dibawah anga 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:139).

74 Uji Multikolinearitas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2011 : 105). Multikolonieritas dapat juga dilihat dari (1) Nilai Tolerance dan lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance 0,10 atau sama dengan nilai Variance Inflation Factor (VIF) 10 (Ghozali, 2011 : 105) Teknik Analisis Data Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi liner berganda mengukur ada atau tidaknya pengaruh promosi (X1), pelayanan (X2), suasana toko yang nyaman (X3), sebagai variabel independent (bebas) terhadap keputusan pembelian tidak terencana(y) sebagai variabel depedent (terikat). Rumus regresi liner berganda menurut Sugiyono (2011:192) adalah sebagai berikut :

75 60 Y = a+b1x1+b2x2+b3x3+b4x4 Keterangan : Y a : variabel terikat keputusan pembelian tidak terencana : konstanta b1,b2,b3 : koefiesien regresi variabel bebas 1 sampai 4 X1 X2 X3 e : variabel bebas promosi : variabel bebas pelayanan : variabel suasana toko yang nyaman : standat eror 3.8. Uji Hipotesis Koefisien Determinasi (R - square) Pada model linear berganda ini akan dilihat besarnya pengaruh untuk variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya dengan melihat besarnya koefisien determinasi totalnya (R2). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel variabel independen (bebas). Dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crosssection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi. Banyak peneliti

76 61 menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 (Adjusted R Square) pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2011 : 121) Pengujian Pengaruh Simultan dengan Uji F Uji F dilakukan untuk menguji kesesuian model regresi linear berganda. Uji ini dilakukan untuk menguji pengaruh simultan antara promosi (X1), pelayanan (X2), suasana toko yang nyaman(x3), terhadap keputusan pembelian tidak terencana (Y). Uji F menurut Sugiyono (2011:192) dapat dibilang dengan rumus sebagai berikut : F = R 2 /k (1-R 2 ) /(N-K-1) Dimana : R k n = Koefiesien korelasi ganda = Jumlah variabel independen = Jumlah anggota sampel Kriteria pengujian dengan uji F adalah dengan membandingkan tingkat signifikansi dari nilai F (α = 0,05) dengan ketentuan : 1. Jika tingkat signifikansi uji F 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh simultan yang signifikan antara promosi (X1), pelayanan (X2), suasana toko yang nyaman (X3) terhadap keputusan pembelian tidak terencana (Y).

77 62 2. Jika tingkat signifikan uji F 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh simultan yang signifikan antara promosi (X1), pelayanan (X2), suasana toko yang nyaman (X3) terhadap keputusan pembelian tidak terencana (Y) Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t Uji t dilakukan untuk menguji signifikasi pengaruh parsial antara promosi (X1), pelayanan (X2), suasana toko yang nyaman (X3) terhadap keputusan pembelian tidak terencana (Y). Uji t menurut Sugiyono (2011:194) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: t = rp n 4 1 r²p Dimana : rp n t = Korelasi parsial yang ditemukan = Jumlah sampel = t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t tabel Kriteria pengujian dengan uji t adalah membandingkan tingkat signifikansi dari nilai t (α = 0,05) dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jika tingkat signifikansi uji t 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara promosi (X1), pelayanan (X2), suasana toko yang nyaman (X3), keputusan pembelian tidak terencana (Y).

78 63 2. Jika tingkat signifikan uji t 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh parsial yang signifikan antara promosi (X1), pelayanan (X2), suasana toko yang nyaman (X3) terhadap keputusan pembelian tidak terencana (Y).

79 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Hasil Penelitian Deskripsi Obyek Penelitian Toko dengan nama brand Mint adalah sebuah nama merk dagang yang dimiliki oleh PT. Cipta Busana Jaya. Menjual produk baju kantor, formal dan casual dengan nama brand Mint lebih difokuskan pada kaum wanita carier dengan usia remaja maupun dewasa ( ladiswear ). Brand Mint mempunyaitoko yang ada di Surabaya yaitu di Delta Plaza Surabaya dan di beberapa kota di indonesia seperti, Mint Blok M, Mint Plaza Semanggi Jakarta, Mint Atrium Plaza, Mint Mall Citralend Jakarta, Mint Mall Cijantung, Mint MargoCity Depok, Mint Metropolitan Mall, Mint Ekalokasari Plaza, Mint Bandung Indah Plaza, Mint Galeri Yogya, Mint Mall Panakukang Makasar, dan Mint Tunjungan Plaza Surabaya. Dalam pemasarannya perusahaan dengan sistem konsinyasinya mencoba memasarkan produk dengan nama Brand Mint agar dapat sedekat mungkin dengan pasar sasarannya lewat counter-counter yang berada di sebuah departemen store seperti di Matahari Departemen Store dan Sogo Departemen Store di seluruh indonesia. Mint menawarkan produk pakaian kantor dan casual wanita, diantaranya blazer, celana panjang, denim, span, kemeja, dress, accesoris gelang dan, sabuk. Dan bila ada moment tertentu misalnya pada hari raya idul fitri, natal, dan imlek. Mint pun juga menawarkan produk yang di butuhkan konsumen, misalnya Busana 64

80 65 Muslim Gamis, Tunik, Celana shantung, Kaftan, Selendang, Baju imlek dan baju- baju Natal. Tidak sedikit pesaing yang meniru usaha dan produk sejenis dan juga menetapkan harga yang cenderung lebih murah dari Mint. Namun nama brand akan menjadi kunci pembeda dari satu produsen ke produsen lain, pasar menganggap bahwa disini nama brand menggambarkan seluruh atribut produk perusahaan baik itu dari kualitas bahan, motif serta model ciri khas india melekat kuat pada produk Mint. Walaupun pesaing memberikan harga murah di setiap produk-produknya untuk menyaingi perusahaan dan meraih pasar, itu bukanlah halangan bagi perusahaan apabila nama brand Mint sendiri telah dikenal oleh pasar. Dengan memiliki Toko di Delta Plaza Surabaya, Mint ingin menanamkan dibenak konsumen sebagai tempat belanja yang nyaman Deskripsi Karakteristik Responden Pada penelitian ini Peneliti menyebarkan kuisioner sebayak 100 lembar dan kembali semuanya. Pada bagian ini dideskripsikan mengenai karakteristik responden yang memberikan jawaban kuesioner yang meliputi pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan lama menggunakan baju merek mint.

81 66 Tabel Karakteristik Pendidikan Pendidikan Frekuensi Persentase SD 0 0% SMP 12 12% SMU 35 35% Diploma 18 18% Sarjana 35 35% Jumlah % Sumber : Hasil Jawaban Kuesioner Responden Tabel diatas menunjukkan karakteristik responden ditinjau dari pendidikan responden yang terdiri atas 100responden. Responden yang berpendidikan SMP berjumlah 12 responden atau 12%, responden yang berpendidikan SMU berjumlah 35 responden atau 35%, responden yang berpendidikan diploma berjulah 18 responden atau 18% dan responden berpendidikan sarjana berjumlah 35 atau 35%. Dan sedangkan responden yang berpendidikan SD berjumlah 0 atau 0%, karena peneliti tidak menemukan responden dengan karakteristik tersebut.

82 67 Selanjutnya karakteristik tentang pekerjaanresponden ditunjukkan oleh tabel berikut ini. Tabel Karakteristik Pendapatan dalam 1 Bulan Pekerjaan Frekuensi Persentase Pelajar/ mahasiswa 82 82% Swasta 16 16% PNS/ BUMN/ TNI 2 2% Wiraswasta 0 0% Jumlah % Sumber : Hasil Jawaban Kuesioner Responden Tabel diatas menunjukkan karakteristik responden yang status pekerjaannya sebagai pelajar/mahasiswa berjumlah 82responden atau 82%, responden yang status pekerjaannya sebagai swasta berjumlah 16responden atau 16% dan responden yang pekerjaannya sebagai PNS/ Bumn/ TNI berjumlah 2 responden atau 2%.Dan sedangkan responden yang berstatus pekerjaanya sebagai wiraswasta berjumlah 0responden atau 0%, karena peneliti tidak menemukan responden dengan karakteristik karakteristik tersebut.

83 68 Selanjutnya karakteristik tentang penghasilan responden yang di tunjukkan oleh tabel berikut ini. Tabel 4.3. Karakteristik Penghasilan Penghasilan Frekuensi Persentase < Rp % Rp Rp % Rp Rp % > Rp % Jumlah % Sumber : Hasil Jawaban Kuesioner Responden Tabel diatas menunjukkan karakteristik responden ditinjau dari penghasilan yang terdiri atas 100responden. Responden yang berpenghasilan kurang dari Rp berjumlah 76responden atau 76%, responden yang berpenghasilan Rp sampai Rp berjumlah 21responden atau 21% dan responden yang berenghasilan Rp sampai Rp berjumlah 3 responden atau 3%.Sedangkan responden yang berpenghasilan lebih dari Rp berjumlah 0 responden atau 0%, karena peneliti tidak menemukan responden dengan karakteristik tersebut.

84 69 karakteristik tentang lama menggunakan baju merek mint responden yang di tunjukkan oleh tabel berikut ini. Tabel Karakteristik Lama Menggunakan Baju Merek Mint Frekuensi Persentase < 1 tahun 51 51% 1 2 tahun 49 49% 2 3 tahun 0 3% 3 4 tahun 0 0% > 4 tahun 0 0% Jumlah % Sumber : Hasil Jawaban Kuesioner Responden Tabel diatas menunjukkan karakteristik responden ditinjau dari lama menggunakan baju merek mint yang terdiri atas 100responden. Responden yang menggunakan kurang dari 1 tahun berjumlah 51 responden atau 51% dan responden yang menggunakan 1 sampai 2 berjumlah 49 responden atau 49%. Sedangkan responden yang mengunakan 3 sampai 4 tahun dan lebih dari 4 tahun berjumlah 0 responden atau 0%, karena peneliti tidak menemukan responden dengan karakteristik tersebut.

85 Deskriptis Variabel Penelitian Penilaian Atas Masing Masing Variabel Pembahasan hasil penyebaran kuisioner dalam penelitian ini dengan mengkategorikan rata-rata jawaban responden atas masingmasing indikator-indikator pertanyaan yang telah diajukan. Untuk menentukan nilai kategori atas masing-masing variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y), maka dilakukan dengan cara yang dikemukakan oleh Dajan (2008:13). Rumus untuk mencari interval kelas adalah sebagai berikut: Nilai Interval Kelas = Nilai tertinggi -Nilai terendah Jumlah kelas 5 1 Nilai Interval Kelas = 0, 8 5 Oleh karena itu digunakan sebagai tingkatan penilaian batasan nilai masing-masing kelas kategori yang dikelompokkan sebagai berikut:

86 71 Tabel Kategori Mean Masing-Masing Variabel INTERVAL KATEGORI NILAI 4,20 < a 5,00 3,40 < a 4,20 2,60 < a 3,40 1,80 < a 2,60 1,00 < a 1,80 sangat setuju (SS) setuju (S) netral (N) tidak setuju (TS) sangat tidak setuju (STS) Deskripsi Variabel Promosi (X1) Dari hasil penyebaran kuesioner mengenai variabel promosi (X1) diperoleh jawaban dari responden yang selengkapnya disajikan pada tabel berikut ini:

87 72 Tabel Jawaban Responden Mengenai Variabel Promosi (X1) Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation x x x x x Valid N 100 (listwise) Sumber : Hasil Jawaban Kuesioner Responden Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata jawaban keseluruhan responden berada pada interval 3,40< a 4,20, berarti responden setuju atas pernyataan yang diajukan mengenai variabel promosi (X1) Deskripsi Variabel Pelayanan (X2) Dari hasil penyebaran kuesioner mengenai variabel pelayanan (X2) diperoleh jawaban dari responden yang selengkapnya disajikan pada tabel berikut ini:

88 73 Tabel Jawaban Responden Mengenai Variabel Pelayanan (X2) Descriptive Statistics Std. N Minimum Maximum Mean Deviation x x x x x Valid N 100 (listwise) Sumber : Hasil Jawaban Kuesioner Responden Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata jawaban responden secara keseluruhan berada pada interval3,40< a 4,20 berarti responden setuju atas pernyataan yang diajukan mengenai variabel pelayanan Deskripsi Variabel Suasana Toko Yang Nyaman (X3) Dari hasil penyebaran kuesioner mengenai variabel suasana toko yang nyaman (X3) diperoleh jawaban dari responden yang selengkapnya disajikan pada tabel berikut ini:

89 74 Tabel Jawaban Responden Mengenai Variabel Suasana Toko Yang Nyaman (X3) Descriptive Statistics Std. N Minimum Maximum Mean Deviation x x x x Valid N 100 (listwise) Sumber : Hasil Jawaban Kuesioner Responden Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata rata jawaban respondenpernyataan pertama, ketiga dan ke empat berada pada interval 3,40< a 4,20, berarti responden setuju atas pernyataan yang diajukan mengenai variable suasana toko yang nyaman. Jawaban responden pernyataan kedua berada pada interval 2,60 < a 3,40, berarti responden netral atas pernyataan yang diajukan mengenai variabel suasana toko yang nyaman Deskripsi Variabel Keputusan Pembelian Tidak Terencana (Y) Dari hasil penyebaran kuesioner mengenai variable keputusan pembelian tidak terencana (Y) diperoleh jawaban dari responden yang selengkapnya disajikan pada tabel berikut ini:

90 75 Tabel Jawaban Responden Mengenai Variabel Keputusan Pembelian Tidak Terencana(Y) Descriptive Statistics Std. N Minimum Maximum Mean Deviation y y y y y y Valid N 100 (listwise) Sumber : Hasil Jawaban Kuesioner Responden Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata jawaban responden secara keseluruhan berada pada interval 3,40< a 4,20 berarti responden setuju atas pernyataan yang diajukan mengenai variabel keputusan pembelian tidak terencana.

91 Analisis Data Uji Instrumen Hasil Pengujian Validitas Sebuah alat ukur dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkapkan data dari variabel yang akan diteliti secara tepat.pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan analisis product momen correlation dari pearson. Variabel dinyatakan valid dapat diketahui dari signifikansi dari hasil perhitungan korelasi lebih kecil dari 0,05. Variabel juga dapat dinyatakan valid jika rhitung positif, serta rhitung>rtabel (Santoso, 2005: 277). Hasil pengujian validitas terhadap variabel promosi (X1) dapat dilihat sebagai berikut : Tabel Hasil Pengujian Validitas Variabel Promosi (X1) Pernyataan Koef. Korelasi Sig Keterangan 1 0,667 0,000 Valid 2 0,592 0,000 Valid 3 0,511 0,000 Valid 4 0,727 0,000 Valid 5 0,654 0,000 Valid Sumber: Hasil Pengujian Validitas Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk item pernyataan variabel promosi yangtingkat signifikansinya 0,000 atau < 0,05 dan tingkat

92 77 korelasi > 0,4 maka hal tersebut berarti bahwa secara keseluruhan item pernyataan variabel promosi adalah valid. Hasil pengujian validitas terhadap variabel pelayanan (X2) dapat dilihat sebagai berikut : Tabel Hasil Pengujian Validitas Variabel Pelayanan (X2) Pernyataan Koef. Korelasi Sig Keterangan 1 0,579 0,000 Valid 2 0,520 0,000 Valid 3 0,697 0,000 Valid 4 0,760 0,000 Valid 5 0,769 0,000 Valid Sumber: Hasil Pengujian Validitas Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk item pernyataan variabel pelayanan yangtingkat signifikansinya 0,000 atau <0,05 dan tingkat korelasi > 0,4 maka hal tersebut berarti bahwa secara keseluruhan item pernyataan variabel pelayanan adalah valid. Hasil pengujian validitas terhadap variable suasana toko yang nyaman (X3) dapat dilihat sebagai berikut:

93 78 Tabel Hasil Pengujian Validitas Variabel Suasana Toko Yang Nyaman (X3) Pernyataan Koef. Korelasi Sig Keterangan 1 0,860 0,000 Valid 2 0,861 0,000 Valid 3 0,868 0,000 Valid 4 0,891 0,000 Valid Sumber: Hasil Pengujian Validitas Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk item pernyataan variabel suasana toko yang nyaman yangtingkat signifikansinya 0,000 atau <0,05 dan tingkat korelasi > 0,4 maka hal tersebut berarti bahwa secara keseluruhan item pernyataan variable suasana toko yang nyaman adalah valid.

94 79 Hasil pengujian validitas terhadap variabel keputusan pembelian tidak terencana (Y) dapat dilihat sebagai berikut : Tabel Hasil Pengujian Validitas Variabel Keputusan Pembelian Tidak Terencana (Y) Pernyataan Koef. Korelasi Sig Keterangan 1 0,549 0,000 Valid 2 0,704 0,000 Valid 3 0,736 0,000 Valid 4 0,775 0,000 Valid 5 0,485 0,000 Valid 6 0,599 0,000 Valid Sumber: Hasil Pengujian Validitas Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk item pernyataan variabel keputusan pembelian tidak terencana yangtingkat signifikansinya 0,000 atau < 0,05 dan tingkat korelasi > 0,4 maka hal tersebut berarti bahwa secara keseluruhan item pernyataan variabel keputusan pembelian tidak terencana adalah valid Hasil Pengujian Reliabilitas Suatu kuesioner dikatakan reliabel (handal) jika jawaban responden terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengertian lain adalah apakah seluruh pernyataan layak untuk digunakan. Dengan kata lain, reliabilitas merupakan derajat ketepatan, ketelitian, dan keakuratan yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur penelitian. Analisis

95 80 reliabilitas item bertujuan untuk menguji konsistensi item item pertanyaan dalam mengungkap indikator penelitian. Alat ukur yang baik tidak akan bersifat tendensius atau mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Alat ukur yang reliable (dapat dipercaya) akan menghasilkan data yang juga dapat dipercaya (Rangkuti, 2008: 76). Pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien alfa atau cronbach s alpha (Sugiono dan Wibowo, 2008: 227). Item pengukuran dikatakan reliable jika memiliki koefisien alfa lebih besar dari 0,6 (Malhotra, 2005: 282). Hasil pengujian reliabilitas terhadap variabel promosi (X1), pelayanan (X2) dan suasana toko yang nyaman (X3)terhadap keputusan pembelian tidak terencana (Y)dapat dilihat sebagai berikut: Tabel Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Cronbach's alpha Reliabilitas minimum Keterangan Promosi(X1) 0,748 0,600 Reliabel Pelayanan (X2) 0,761 0,600 Reliabel Suasana toko yang nyaman 0,834 0,600 Reliabel (X3) Keputusan pembelian tidak 0,758 0,600 Reliabel terencana (Y) Sumber: Hasil Pengujian Reliabilitas

96 81 Dari hasil pengujian reliabilitas, dapat diperoleh hasil bahwa nilai koefisien alfa atau Cronbach s Alpha untuk semua variabel adalah >0,6. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel telah reliabel Uji Model Hasil Pengujian Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi variabel terikat yaitu keputusan pembelian tidak terencanadan variabel bebas yaitu promosi, pelayanan dan suasana toko yang nyaman, mempunyai distribusi normal ataukah tidak.model regresi yang baik adalah model regresi yang berdistribusi normal. Gambar 24.1 Normalitas Keputusan pembelian tidak terencana Sumber: Hasil Olah Data SPSS

97 82 Dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas adalah (Ghozali, 2011) adalah jika data menyebar disekitar garis garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Jadi dapat disimpulkan regresi ini memiliki distribusi normal Hasil Pengujian Multikolinearitas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen/bebas.model regresi yang baik tidak terjadi korelasi antar variabel bebas.gejala multikolinieritas yang cukup tinggi dapat menyebabkan standar kesalahan dari koefisien regresi masing-masing variabel bebas menjadi sangat tinggi.

98 83 Tabel Hasil uji multikolinearitas Coefficients a Standardiz ed Unstandardized Coefficients Std. Coefficien ts Collinearity Statistics Toleranc Model B Error Beta t Sig. e VIF 1 (Constant) Promosi Pelayanan Suasana toko yang nyaman a. Dependent Variable: keputusan pembelian tidak terencana Sumber: Hasil Olah Data SPSS Suatu variabel dikatakan bebas dari multikolinearitas jika VIF < 10 dan angka tolerance > 0,01. Dari tabel diatas Dapat diketahui bahwa variabel promosi (X1) sebesar 1,146< 10 dan memiliki tolerance 0,872> 0,01, variabel pelayanan(x2) sebesar 1,171< 10 dan memiliki tolerance 0.854> 0,01 dan variabel suasana toko yang nyaman (X3) sebesar 1,101<

99 84 10 dan memiliki tolerance 0,908> 0,01, sehingga dapat dikatakan regresi yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari multikolinieritas Hasil Pengujian Heterokedastisitas Uji Heteroskedastisitasini bertujuan untuk apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas yang merupakan model regresi yang baik (Ghozali, 2011:125) Gambar 34.2 Heterokedastisitas Sumber: Hasil Olah Data SPSS

100 85 Bila terjadi gejala heteroskedastisitas akan menimbulkan akibat varians koefisien regresi menjadi minimum dan confidence interval melebar sehingga uji signifikansi statistik tidak valid lagi. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Apabila ada pola tertentu, seperti titik titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian (menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Apabila pola yang jelas, serta titik titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sehingga dari gambar diatas dapat disimpulkan model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Untuk menguji pengaruh beberapa variableindependent atau variabel bebas yang terdiri dari variabel promosi (X1), pelayanan (X2) dan suasana toko yang nyaman (X3) terhadap variable dependent atau variabel terikat yaitu variable keputusan pembelian tidak terencana (Y), maka digunakan analisa regresi linier berganda.

101 86 Tabel 4.16 Hasil Uji Regresi Berganda Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta T Sig. 1 (Constant) Promosi Pelayanan suasana toko yang nyaman a. Dependent Variable: keputusan pembelian tidak terencana Dimana dari hasil pengujian regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan progam SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 17.0 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Keterangan : Y = 0,640+ 0,398X1+ 0,306X2+ 0,134X3 +ei Y = keputusan pembelian tidak terencana 0,640 = konstanta (0,398; 0,306; 0,134) = nilai koefisien masing masing variabel bebas X1 X2 X3 ei = promosi = pelayanan = suasana toko yang nyaman = nilai kesalahan

102 87 Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dari perhitungan diatas maka dapat dijelaskan pengaruh antara variabel kualitas promosi(x1), pelayanan (X2) dan suasana toko yang nyaman (X3) terhadap variabel keputusan pembelian tidak terencana (Y). Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut: a. Nilai Konstanta = 0,640 Nilai konstanta 0,640 menunjukkan bahwa apabila variabel X1, X2 danx3dalam kondisi tetap atau konstan, maka keputusan pembelian tidak terencana (Y) sebesar 0,640 satuan, yang berarti bahwa tanpa adanya variabel bebas yaitu promosi (X1), pelayanan (X2) dan suasana toko yang nyaman (X3), maka keputusan pembelian tidak terencana (Y) akan tetap sebesar 0,640. b. Nilai b1= 0,398 Nilai b1menunjukkan nilai 0,398 dan memiliki tanda koefisien regresi yang positif, hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang searah antara variabel promosi(x1) dengan variabel keputusan pembelian tidak terencana (Y) yang artinya bahwa apabila terjadi peningkatan atau kenaikan pada variabel promosi (X1) dengan asumsi bahwa variablepelayanan (X2) dan suasana toko yang nyaman (X3)dalam kondisi tetap atau konstan, maka keputusan pembelian tidak terencana (Y) akan mengalami peningkatan dan sebaliknya.

103 88 c. Nilai b2= 0,306 Nilai b2menunjukkan nilai 0,306 dan memiliki tanda koefisien regresi yang positif, hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang searah antara variabel pelayanan(x2) dengan variable keputusan pembelian tidak terencana (Y) yang artinya bahwa apabila terjadi peningkatan atau kenaikan pada variabel pelayanan (X2) dengan asumsi bahwa variablepromosi (X1)dan suasana toko yang nyaman (X3)dalam kondisi tetap atau konstan, maka keputusan pembelian tidak terencana(y) akan mengalami peningkatan dan sebaliknya. d. Nilai b3= 0,134 Nilai b3menunjukkan nilai 0,124 dan memiliki tanda koefisien regresi yang positif, hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang searah antara variabel suasana toko yang nyaman(x3) dengan variable keputusan pembelian tidak terencana (Y) yang artinya bahwa apabila terjadi peningkatan atau kenaikan pada variabel suasana toko yang nyaman (X3) dengan asumsi bahwa variabelpromosi (X1) danpelayanan (X2)dalam kondisi tetap atau konstan, maka keputusan pembelian tidak terencana(y) akan mengalami peningkatan dan sebaliknya Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Berganda (R 2 ) Untuk mengetahui besarnya pengaruh variable promosi (X1), pelayanan (X2) dan suasana toko yang nyaman (X3),secara bersama sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian tidak terencana (Y) dapat

104 89 diketahui dari besarnya koefisien determinasi berganda (R 2 ) yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Koefisien Determinasi Berganda (R2) Model Summary b Adjusted R Std. Error of Durbin- Model R R Square Square the Estimate Watson a a. Predictors: (Constant), suasana toko yang nyaman, promosi, pelayanan b. Dependent Variable:keputusan pembelian tidak terencana Sumber: Hasil Olah Data SPSS Berdasarkan tabel tersebut diatas dapat diketahui korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah kuat karena R = 0,670> 0,5. Sedangkan R Square sebesar 0,449 berarti 44,9% variasi perubahan dari keputusan pembelian tidak terencana(y) disebabkan oleh faktor promosi(x1), pelayanan(x2) dansuasana toko yang nyaman (X3), sedangkan sisanya sebesar 55,1% variasi atau perubahankeputusan pembelian tidak terencana disebabkan oleh variable variabel lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini.

105 Hasil Pengujian Hipotesis Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) Pembuktian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Uji F untuk menguji pengaruh secara simultan atau bersama-sama yaitu pengaruh variabel bebas yang terdiri daripromosi(x1), pelayanan (X2) dansuasana toko yang nyaman (X3)secara bersama-sama (simultan) terhadap variablekeputusan pembelian tidak terencana(y), maka digunakan uji F. Berdasarkan uji F sesuai dengan hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Hasil Analisa Uji F (ANOVA ) Sum of Model Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression a Residual Total a. Predictors: (Constant),suasana toko yang nyaman, promosi, pelayanan b. Dependent Variable:keputusan pembelian tidak terencana Sumber : Hasil Olah Data SPSS Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Fhitung adalah sebesar 26,046 dengan taraf signifikan sebesar 0,000. Selanjutnya untuk jumlah sampel sebanyak 100 sampel dan3 variabel bebasyang diteliti, maka dapat diketahui bahwa besarnya Ftabel adalah sebesar 2,699.

106 91 Selanjunya nilai Fhitung dan Ftabel yang diperoleh, diplotkan kedalam kurva penerimaan dan penolakan Ho berikut ini: Gambar 44.3 Kurva Distribusi Uji F Daerah terima Ho Daerah tolak Ho HoFtabe l 26,046 Ho diterima bila Fhitung< Ftabel Ho ditolak bila Fhitung Ftabel Karena Fhitung> Ftabel yaitu 26,046>2,699 dan memiliki taraf signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima.dengan demikian dapat disimpulkan bahwa promosi, pelayanan dan suasana toko yang nyaman berpengaruh secara simultan atau bersama sama terhadap keputusan pembelian tidak terencana Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) Untuk mengetahui atau menguji salah satu variabel bebas yang terdiri dari promosi(x1),pelayanan (X2) dan suasana toko yang nyaman(x3) mempunyai pengaruh secara parsial atau individu terhadap variabelkeputusan pembelian tidak direncana(y), maka digunakan uji t.

107 92 Berdasarkan uji t sesuai dengan hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Hasil AnalisaUji t Coefficients a Standardiz ed Unstandardized Coefficients Coefficien ts Collinearity Statistics Std. Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) Promosi Pelayanan Suasana toko yang nyaman a. Dependent Variable: keputusan pembelian tidak terencana Sumber : Hasil Olah Data SPSS

108 93 Dari tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Pengaruh Variabel Promosi (X1) Terhadap Keputusan Pembelian Tidak Terencana(Y) Ho: bi = 0 (variabel bebas tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel tergantung) Hi: bi tergantung) α = 0,05/2 = 0,025 dengan df = (n-k-1) = ( ) = 96 ttabel = 1,985 thitung = 4,526 Gambar54.4 Kurva Distribusi Uji t Pengaruh Promosi (X1) Terhadap Keputusan Pembelian Tidak Terencana (Y) Daerah tolak Ho Daerah terima Daerah tolak HoF hitung ttabel -1,985 ttabel 1,985 thitung 4,526 Ho diterima dan Hi ditolak bila thitung < ttabel Ho ditolak dan Hi diterima bila thitung ttabel

109 94 Karena thitung> ttabel yaitu 4,526>1,985 dan memiliki taraf signifikansi sebesar 0,000< 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima, maka variabel promosi (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian tidak terencana. b. Pengaruh Variabel Pelayanan (X2) Terhadap Keputusan Pembelian Tidak Terencana(Y) Ho :bi = 0 (variabel bebas tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel tergantung) Hi : bi 0 (variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel tergantung) α = 0,05/2 = 0,025 dengan df = (n-k-1) = ( ) = 96 ttabel = 1,985 thitung = 3,940 Gambar 64.5 Kurva Distribusi Uji t Pengaruh Pelayanan(X2) Terhadap Keputusan Pembelian Tidak Terencana (Y) Daerah tolak Ho Daerah terima Ho Daerah tolak Ho ttabel -1,985 Ho diterima dan Hi ditolak bila thitung < ttabel ttabel 1,985 thitung 3,940 Ho ditolak dan Hi diterima bila thitung ttabel

110 95 Karena thitung> ttabel yaitu 3,904>1,985 dan memiliki taraf signifikansi sebesar 0,000< 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima, maka variabel pelayanan (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian tidak terencana. c. Pengaruh Variabel Suasana Toko Yang Nyaman (X3) Terhadap Keputusan Pembelian Tidak Terencana(Y) Ho:bi = 0 (variabel bebas tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel tergantung ) Hi: bi α = 0,05/2 = 0,025 dengan df = (n-k-1) = ( ) = 96 ttabel = 1,985 thitung = 2,917 Gambar 74.6 Kurva Distribusi Uji t Pengaruh Suasana Toko Yang Nyaman(X3) Terhadap Keputusan Pembelian Tidak Terencana(Y) Daerah tolak Ho Daerah terima Ho Daerah tolak Ho ttabel -1,985 ttabel 1,985 thitung 2,957 Ho diterima dan Hi ditolak bila thitung < ttabel Ho ditolak dan Hi diterima bila thitung ttabel

111 96 Karena thitung> ttabel yaitu 2,957>1,985 dan memiliki taraf signifikansi sebesar 0,004 yang < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima, maka variabel suasana toko yang nyaman (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian tidak terencana (Y) Pembahasan Berdasarkan R square sebesar 0,449 berarti 44,9% variasi perubahan dari keputusan pembelian tidak terencana (Y) disebabkan oleh variabel promosi(x1), pelayanan (X2) dan suasana toko yang nyaman (X3). Sedangkan sisanya sebesar 55,1% variasi atau keputusan pembelian tidak terencanadisebabkan oleh variable variabel lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil uji F diketahui nilai F hitung (26,046) > F tabel (2,699) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 atau 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel promosi (X1),pelayanan (X2)dan suasana toko yang nyaman(x3)secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian tidak terencana(y). sehingga hipotesis yang pertama yang menyatakan Promosi,pelayanan, suasana toko yang nyaman secara simultan berpengaruh signifikan terhadapkeputusan pembelian tidak terencanapada Toko Mint Delta Plaza Surabaya dapat dibuktikan.

112 97 Berdasarkan hasil uji t untuk variabel promosi(x1) diketahui nilai t hitung (4,526) < t tabel (1,985) dengan tingkat signifikansi 0,000> 0,05 atau 5%. Variabel pelayanan (X2) diketahui tingkat t hitung (3,940) < t tabel (1,985) dengan tingkat signifikansi 0,000>0,05 atau 5%. Dan variabel suasana toko yang nyaman(x3) diketahui t hitung (2,957) > t table (1,985) dengan tingkat signifikansi 0,000< 0,05 atau 5%. Dari uji t tersebut menunjukkan bahwa variabel promosi (X1),pelayanan (X2) dan suasana toko yang nyaman(x3)secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian tidak terencana(y). Sehingga dapat disimpulkan hipotesis kedua yang menyatakan, Promosi,pelayanan, suasana toko yang nyamansecara parsial berpengaruh signifikan terhadapkeputusan pembelian tidak terencana pada Toko Mint Delta Plaza Surabaya dapat dibuktikan.

113 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Dari penelitian yang berjudul pengaruh promosi, pelayanan dan suasana toko yang nyaman terhadap keputusan pembelian tidak terencana pada Toko Mint Delta Plaza Surabaya dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan menjelaskan bahwa promosi, pelayanan dan suasana toko yang nyaman mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian tidak terencana. 2. Berdasarkan hasil uji F, promosi, pelayanan dan suasana toko yang nyaman mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap keputusan pembelian tidak terencana. 3. Berdasarkan hasil uji t, promosi, pelayanan dan suasana toko yang nyaman mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian tidak terencana SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Diketahui bahwa strategi promosi dapat meningkatkan keputusan pembelian tidak terencana, sehingga manager toko harus lebih meningkatkan kegiatan promosi, misalnya saat weekend mempunyai promosi yang berbeda dari hari biasanya. 98

114 99 2. Pelayanan dan suasana toko yang nyaman dapat meningkatkan keputusan pembelian tidak terencana, sehingga perlunya meningkatkan pelayanan dan sekaligus menciptakan suasana toko yang nyaman bagi konsumennya demi meningkatkan keputusan pembelian tidak terencana. 3. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya dapat mempertimbangkan untuk menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian tidak terencana.

115 DAFTAR PUSTAKA Alvarischa, Frisna Litantic. 2012, pengaruh store atmosphere, dan pelayanan terhadap pembelian tidak terencana pada Matahari Department Store Tunjungan Plaza Surabaya, Universitas Wijaya Kusuma, Surabaya. Amiri, F., Jasour, J., Shirpour, M., & Alizadeh, T. (2012). Evaluation of Effective Fashionism Involvement Factors Effects on Impulse Buying of Customers and Condition of Interrelation between These Factors. J. Basic. Appl. Sci. Res., 2(9) Ballantine, P. W., Jack, R., and Parsons, A. G Atmospheric cues and their effect on the hedonic retail experience, International Journal of Retail and Distribution Management Vol. 38 No. 8, pp Berman, B. Dan Evans, J.R. 2010, Retail Managemen a strategik approach, Prentice Hall, United States of America, Berman, B. DanEvans, J.R. 2010, Retail Management a strategic approach,prentice Hall, Unites States of America, Brian Permana Putra.2014, ANALISIS PENGARUH PROMOSI, EMOSIPOSITIF DAN STORE ENVIRONMENTTERHADAP PERILAKU IMPULSE BUYING (Studi Kasus Pada Pelanggan Swalayan Tong Hien di Kota Semarang)FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNISUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG. Hal Drs. Danang Sunyoto Cetakan Kedua, (Tjiptono, 2005: 70) Foster, Bob. 2008, Manajemen Ritel, Alfabeta, Bandung. 100

116 Ghozali,Imam.2011, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan Pertama, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang. Jhamb, D. & Kiran, R. (2011). Organized retail in India - Drivers facilitator and SWOT analysis. Asian journal of management research, 264. Jofreh, M An investigation of business activities in Iran retailing industry. Research Journal of Applied Sciences. Engineering and Technology, 6(5), Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2007, Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua Belas, Jilid 1, dialihbahasakan oleh Benjamin Molan, PT Indeks, Jakarta. Kotler, Philipdan Keller 2009, ManajemenPemasaranEdisi 12 jilid 1. PT. Indeks: Jakarta Kotler, Philipdan Keller.2009.ManajemenPemasaranEdisi 12 Jilid 1. PT.Indes: Jakarta Kumar, P. (2013). Organized retail sector: Future, chalengges and opportunities in India.International Journal of Computing and Business Research. (IJCBR) ISSN (Online) : Levy, M. Phd.,danWeitz, B.A.2007.Retail Management 6 th, Boston: Mc. Graw Hill. Levy,M, Phd.,danWeitz, B.A. 2007, Retail Manajement 6th, Boston: Mc. GrawHill. Lin, R-H; C-L Chuang; F-C Tien dan HL Tian, 2012,The Relationship Analysis Between Impulse Buying and Regret for Impulse Buying Later, Business and Information, Juli: B473-B

117 Ma rufhendri PemasaranRitel. PT. GramediaPustakaUtama Meniawy, A. M. E. (2012). Personal characteristics and situational influences affecting consumers adoption of impulse buying behavior. International conference on business and economic research. Retrieved October 1, 2013, from Ninuk Muljani ,EVALUASI FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL PADA PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIFVol. 12 No. 3. Fakultas Bisnis Unika Widya Mandala Media Mahardhika : Surabaya Park, Jihye dan Sharon J. Lennon Psychological and Environmental Antencendents of Impulse Buying Tendency in The Multichannel Shopping Context. Journal of Consumer Marketing, 23(2): Pattipeilohy, V.R., Rofiaty.,& Idrus M.S. (2013). The Influence of the availability of Money and Time, Fashion Involvement, Hedonic Consumption Tendency and Positive Emotions towards Impulse Buying Behavior in Ambon City (Study on Purchasing Products Fashion Apparel). International Journal of Business and Behavioral Sciences Vol. 3, No.8; August Rangkuti, Freddy Strategi Promosi Yang Kreatif. Jakarta Soars, B Driving sales through shopper s sense of sound, sight, smell, and touch, International Journal of Retail and Distribution Management, Vol. 37 No.3, pp Sopiah dan Syihabudhin. 2008, Bisnis Ritel, C.V Andi Offset, Yogyakarta Sugiyono, 2011,Statistik untuk Penelitian, Alphabeta, Bandung. 102

118 Sugiyono Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta. Sumarwan, Ujang. 2011, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran, Ghalia Indonesia, Bogor. Sumarwan, Ujang. 2011, Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran, Ghalia Indonesia, Bogor. Thompson, M. 2011, Chinese hedonic values and the Chinese classical virtues: managing the tension, Journal of Management Development, Vol. 30 Iss: 7 pp Utami, Christina Widhya. 2010, Manajemen Ritel, Salemba Empat, Jakarta. Yistiani, N. 2012, Pengaruh Atmosfer Gerai dan Pelayanan Ritel Terhadap Nilai Hedonik dan Pembelian Tidak Terencana Pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar, Universitas Udayana, Denpasar 103

119 LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN Selamat pagi/ siang/ sore. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang produk baju dari merk Mint. Saya mengucapkan terimakasih kepada Saudara karena telah memberikan waktu luangnya untuk membantu penelitian ini. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 3. Telp/HP : Alamat : 6. Berapa usia anda : tahun 7. Pendidikan : ( lingkari jawaban anda ) a. SD / Sederajat b. SMP / Sederajat c. SMU / Sederajat d. Akademia / Diploma e. Sarjana 8. Pekerjaan :( lingkari jawaban anda ) a. Pelajar / Mahasiswa b. Pegawai Swasta c. Pegawai PNS / BUMN / TNI d. Wiraswasta e. Lain-lain : 9. Penghasilan dalam 1 bulan: ( lingkari jawaban anda ) a. Rp ,- b. Rp ,- s/d Rp ,- c. Rp ,- s/d Rp ,- d. Rp ,-

120 10. Sudah berapa lama menggunakan produk baju dari merk Mint : ( lingkari jawaban anda ) a. 1 tahun b. 1 tahun s/d 2 tahun c. 2 tahun s/d 3 tahun d. 3 tahun s/d 4 tahun e. 4 tahun PETUNJUK PENGISIAN Isilah pernyataan-pernyataan di bawah ini sesuai dengan pengalaman dan apa yang saudara rasakan selama menggunakan produk baju dari merk Mint dengan memberi tanda (X) pada kolom yang telah disediakan. Dimana saudara memberikan nilai (skor 1 5) terhadap pernyataan yang diajukan. Keterangan kuesioner: 1) STS = Sangat tidak setuju, skor nilai 1 2) TS = Tidak setuju, skor nilai 2 3) N = Netral, skor nilai 3 4) S = Setuju, skor nilai 4 5) SS = Sangat Setuju, skor nilai 5

121 1. PROMOSI NO PERNYATAAN SKOR STS TS N S SS Produk Mint di Delta Plaza Surabaya sering melakukan diskon. Kemasan harga paket Produk Mint lebih murah dari pada harga biasa / eceran. Produk Mint sering memberikan hadiah sebagai insentif kepada konsumen. Produk Mint sering melakukan promosi gabungan untuk meningatkan daya tarik pembelian. Produk Mint melakukan pemajangan / display di tempat pembelian untuk menarik konsumen.

122 2. PELAYANAN NO PERNYATAAN SKOR STS TS N S SS Produk Mint memberikan bukti fisik yang nyata kepada konsumen, misalnya penampilan SPG yang rapi dan bersih pada saat melayani konsumen. Produk Mint memiliki kehandalan sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. SPG Mint memiliki kesigapan / tanggap dalam melayani dan memenuhi kebutuhan konsumen. Produk Mint memiliki jaminan dalam menanamkan kepercayaan kepada konsumen. Produk Mint memiliki empati / perhatian khusus kepada pelanggan secara individu.

123 3. SUASANA TOKO YANG NYAMAN NO PERNYATAAN SKOR STS TS N S SS Exterior Toko Mint Delta Plaza Surabaya memberikan kesan yang menarik kepada konsumen. General interior Toko Mint, seperti musik yang diperdengarkan, warna dinding toko dibuat semenarik mungkin untuk menarik konsumen. Store layout / tata letak Toko Mint menentukan lokasi tertentu untuk mengatur peralatan produk di dalam toko serta fasilitas toko. Interior Display, seperti poster dan display produk sangat menentukan suasana toko dan memberikan informasi kepada konsumen, dengan tujuan meningkatkan penjualan.

124 4. KEPUTUSAN PEMBELIAN TIDAK TERENCANA SKOR NO PERNYATAAN STS TS N S SS 1 2 Desakan untuk berbelanja secara tiba-tiba dipicu oleh visual produk atau iklan-iklan promosi produk Mint mempengaruhi keputusan pembelian tidak terencana. Emosi positif / kendali hasrat yang mendorong untuk berbelanja sangat mempengaruhi keputusan pembelian tidak terencana Emosi negatif / kurang kendali terhadap hasrat berbelanja mempengaruhi keputusan pembelian tidak terencana. Melihat-lihat toko juga berpengaruh terhadap keputusan pembelian tidak terencana. Kesenangan berbelanja sangat mempengaruhi keputusan pembelian tidak terencana. Kecenderungan pembeliaan tidak terencana / secara spontan sangat mempengaruhi keputusan pembelian tidak terencana.

125

126

127 TABULASI

128

129 Suasana Toko Yang Nyaman

130 Keputusan pemblian tidak terencana impulsive buying Y No pernyataan total mean , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,33

131 RESPONDEN pendidikan No. SD SMP SMU Diploma Sarjana

132

133

134

135 116 OUTPUT SPSS Descriptives Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation x x x x x Valid N (listwise) 100

136 117 Correlations Correlations promosi x1.1 x1.2 x1.3 x1.4 x1.5 promosi Pearson Correlation **.592 **.511 **.727 **.654 ** Sig. (2-tailed) N x1.1 Pearson Correlation.667 ** **.319 **.274 **.194 Sig. (2-tailed) N x1.2 Pearson Correlation.592 **.320 ** * * Sig. (2-tailed) N x1.3 Pearson Correlation.511 **.319 **.232 * * Sig. (2-tailed) N x1.4 Pearson Correlation.727 **.274 ** * ** Sig. (2-tailed) N x1.5 Pearson Correlation.654 ** * ** 1 Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a 0.0 Total

137 118 Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a 0.0 Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Item Statistics Mean Std. Deviation N promosi x x x x x

138 119 Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted promosi x x x x x Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items Descriptives Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation x x x x x Valid N (listwise) 100

139 120 Correlations Correlations pelayanan x2.1 x2.2 x2.3 pelayanan Pearson Correlation **.520 **.697 ** Sig. (2-tailed) N x2.1 Pearson Correlation.579 ** * Sig. (2-tailed) N x2.2 Pearson Correlation.520 ** * Sig. (2-tailed) N x2.3 Pearson Correlation.697 **.213 *.230 * 1 Sig. (2-tailed) N x2.4 Pearson Correlation.760 **.322 ** ** Sig. (2-tailed) N x2.5 Pearson Correlation.769 **.208 *.321 **.481 ** Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

140 121 Correlations x2.4 x2.5 pelayanan Pearson Correlation.760 **.769 ** Sig. (2-tailed) N x2.1 Pearson Correlation.322 **.208 * Sig. (2-tailed) N x2.2 Pearson Correlation ** Sig. (2-tailed) N x2.3 Pearson Correlation.493 **.481 ** Sig. (2-tailed) N x2.4 Pearson Correlation ** Sig. (2-tailed).000 N x2.5 Pearson Correlation.569 ** 1 Sig. (2-tailed).000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

141 122 Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a 0.0 Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Item Statistics Mean Std. Deviation N pelayanan x x x x x

142 123 Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted pelayanan x x x x x Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items Descriptives Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation x x x x Valid N (listwise) 100

143 124 Correlations Correlations store_atmospher e x3.1 x3.2 Suasana toko yang nyaman Pearson Correlation **.861 ** Sig. (2-tailed) N x3.1 Pearson Correlation.860 ** ** Sig. (2-tailed) N x3.2 Pearson Correlation.861 **.628 ** 1 Sig. (2-tailed) N x3.3 Pearson Correlation.868 **.622 **.709 ** Sig. (2-tailed) N x3.4 Pearson Correlation.891 **.778 **.628 ** Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

144 125 Correlations x3.3 x3.4 suasana toko yang nyaman Pearson Correlation.868 **.891 ** Sig. (2-tailed) N x3.1 Pearson Correlation.622 **.778 ** Sig. (2-tailed) N x3.2 Pearson Correlation.709 **.628 ** Sig. (2-tailed) N x3.3 Pearson Correlation ** Sig. (2-tailed).000 N x3.4 Pearson Correlation.695 ** 1 Sig. (2-tailed).000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a 0.0 Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

145 126 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Item Statistics Mean Std. Deviation N Suasana toko yang nyaman x x x x Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted Suasana toko yang nyaman x x x x Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items

146 127 Descriptives Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation y y y y y y Valid N (listwise) 100 Correlations keputusan pembelian tidak terencana Correlations keputusan pembelian tidak terencana y1 y2 y3 Pearson Correlation **.704 **.736 ** Sig. (2-tailed) N y1 Pearson Correlation.549 ** **.472 ** Sig. (2-tailed) N y2 Pearson Correlation.704 **.359 ** ** Sig. (2-tailed) N y3 Pearson Correlation.736 **.472 **.502 ** 1 Sig. (2-tailed) N y4 Pearson Correlation.775 **.254 *.391 **.543 ** Sig. (2-tailed) N y5 Pearson Correlation.485 ** * Sig. (2-tailed) N y6 Pearson Correlation.599 ** **.120 Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

147 128 Correlations y4 y5 y6 keputusan pembelian tidak terencana Pearson Correlation.775 **.485 **.599 ** Sig. (2-tailed) N y1 Pearson Correlation.254 * Sig. (2-tailed) N y2 Pearson Correlation.391 ** ** Sig. (2-tailed) N y3 Pearson Correlation.543 **.247 *.120 Sig. (2-tailed) N y4 Pearson Correlation **.415 ** Sig. (2-tailed) N y5 Pearson Correlation.341 ** * Sig. (2-tailed) N y6 Pearson Correlation.415 **.216 * 1 Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

148 129 Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a 0.0 Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Item Statistics Mean Std. Deviation N keputusan pembelian tidak terencana y y y y y y

149 130 Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted keputusan pembelian tidak terencana y y y y y y Scale Statistics Mean Variance Std. Deviation N of Items Regression Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N Keputusan pembelian tidak terencana Promosi Pelayanan Suasana toko yang nyaman

150 131 Correlations Keputusan pembelian tidak terencana promosi pelayanan Suasana toko yang nyaman Pearson Correlation Keputusan pembelian tidak terencana promosi pelayanan Sig. (1-tailed) Suasana toko yang nyaman Keputusan pembelian tidak terencana promosi pelayanan N Suasana toko yang nyaman Keputusan pembelian tidak terencana promosi pelayanan Suasana toko yang nyaman

151 132 Variables Entered/Removed Variables Variables Model Entered Removed Method 1 suasana toko yang nyaman, promosi, pelayanan a. Enter a. All requested variables entered. Model Summary b Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson a a. Predictors: (Constant), suasana toko yang nyaman, promosi, pelayanan b. Dependent Variable: keputusan pembelian tidak terencana ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression a Residual Total a. Predictors: (Constant), suasana toko yang nyaman, promosi, pelayanan b. Dependent Variable: keputusan pembelian tidak terencana

152 133 Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta T Sig. 1 (Constant) promosi pelayanan suasana toko yang nyaman a. Dependent Variable: keputusan pembelian tidak terencana Coefficients a Collinearity Statistics Model Tolerance VIF 1 promosi pelayanan suasana toko yang nyaman a. Dependent Variable: keputusan pembelian tidak terencana Model Coefficient Correlations a suasana toko yang nyaman promosi pelayanan 1 Correlations Suasana toko yang nyaman promosi pelayanan Covariances Suasana toko yang nyaman promosi pelayanan a. Dependent Variable: keputusan pembelian tidak terencana

153 134 Collinearity Diagnostics a Model Dimensi on Eigenvalue Condition Index a. Dependent Variable: keputusan pembelian tidak terencana Collinearity Diagnostics a Variance Proportions Dimensi Suasana toko Model on (Constant) promosi pelayanan yang nyaman a. Dependent Variable: keputusan pembelian tidak terencana

154 135 Residuals Statistics a Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value a. Dependent Variable: keputusan pembelian tidak terencana

155 136 Charts Suasana toko yang nyaman

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia, khususnya dikota Surabaya, saat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia, khususnya dikota Surabaya, saat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bisnis ritel di Indonesia, khususnya dikota Surabaya, saat ini sangat pesat, salah satu bisnis ritel yang berkembang pesat adalah bisnis dibidang pakaian.

Lebih terperinci

PENGARUH PROMOSI, PELAYANAN DAN SUASANA TOKO YANG NYAMAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PADA TOKO MINT DELTA PLAZA SURABAYA

PENGARUH PROMOSI, PELAYANAN DAN SUASANA TOKO YANG NYAMAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PADA TOKO MINT DELTA PLAZA SURABAYA PENGARUH PROMOSI, PELAYANAN DAN SUASANA TOKO YANG NYAMAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PADA TOKO MINT DELTA PLAZA SURABAYA SKRIPSI Diajukan Oleh: INDAH TARAKANITA NPM : 11132048 FAKULTAS

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Jenis Industri Kreatif Fashion di Kota Bandung

Tabel 1.1 Jenis Industri Kreatif Fashion di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung ini sudah dikenal sebagai kota pariwisata yang di dalamnya terdapat banyak pelaku-pelaku bisnis, salah satunya dalam bisnis industry clothing. Persaingan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Ritel 2.1.1.1.Definisi Ritel Sebagian besar para produsen atau para pelaku pemasaran dalam rangka menjual produk dagangnya selalu berupaya untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 (www.about;retail 8/10/2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30  (www.about;retail 8/10/2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan,

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 2, Juni 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 2, Juni 2016 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT MEMBELI KONSUMEN PADA MINIMARKET MITRA JAYA DI PONTIANAK ABSTRAK Clara Meirista Email: Clarameirista@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Manajemen Pemasaran. mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Manajemen Pemasaran. mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai berikut: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Kotler yang dikutip oleh Benyamin Molan (2007:6), mendefinisikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. retail marketing mix, loyalitas konsumen, harga, tata letak, dan personalia

ABSTRAK. retail marketing mix, loyalitas konsumen, harga, tata letak, dan personalia ABSTRAK Persaingan untuk mendapatkan pelanggan yang loyal membuat retail berusaha untuk memberikan layanan belanja yang memuaskan. Pelanggan berharap retail mampu memberikan pengalaman yang positif bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel atau eceran di Indonesia telah memperlihatkan bahwa industri pada sektor ini memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin besarnya antusiasme dan agresifitas para pelaku bisnis baik di sektor industri, jasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Industri ini merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir,

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir, toko berkonsep swalayan banyak bermunculan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha retail atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha retail atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Usaha retail atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TABEL 1.1 JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN TABEL 1.1 JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE KOTA BANDUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu kota tujuan pariwisata di Indonesia pada umumnya dan Jawa Barat pada khususnya, menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti trend yang berkembang di pasar. Oleh karena itu, para pemasar

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti trend yang berkembang di pasar. Oleh karena itu, para pemasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sifat manusia cenderung konsumtif, yang berarti bahwa konsumen selalu mengkonsumsi produk atau jasa sepanjang waktu. Perilaku konsumtif ini muncul selain dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern sekarang ini, keberadaan pasar tradisional mulai tergeser dimana masyarakat cenderung lebih memilih berbelanja di ritel modern. Perkembangan bisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Konsumen Pengertian perilaku konsumen menurut para ahli sangatlah beraneka ragam, salah satunya yaitu menurut Kotler (2007) yang menjelaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Perilaku Konsumen Menurut Utami (2010:45) perilaku konsumen merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman keberadaan bisnis eceran ditengahtengah masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan dalam pola

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Marketing 2.1.1 Barang Konsumsi Barang Konsumsi (consumer goods) adalah produk yang ditujukan untuk pengguna akhir. Dasar klasifikasi barang konsumsi yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis ritel, merupakan bisnis yang menjanjikan karena dapat memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia di akhir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Ritel adalah kegiatan pemasaran yang mendistribusikan barang dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Ritel adalah kegiatan pemasaran yang mendistribusikan barang dan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Ritel Ritel adalah kegiatan pemasaran yang mendistribusikan barang dan jasa ke konsumen akhir. ritel merupakan salah satu

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEBIJAKAN STORE ATMOSFER PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MINI MARKET BINTANG TIMUR DI SOSOK

Bisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEBIJAKAN STORE ATMOSFER PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MINI MARKET BINTANG TIMUR DI SOSOK KEBIJAKAN STORE ATMOSFER PADA KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MINI MARKET BINTANG TIMUR DI SOSOK Yuliandery Yuliandery_cen@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perdagangan eceran (retailing) adalah perpenjualan barang atau jasa secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau keluarga. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian Kecenderungan impulse buying merupakan fenomena yang sering terjadi di masyarakat. Menurut Ma ruf dalam penelitian Divianto (2013 : 4) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ritel dewasa ini di Indonesia semakin pesat, data terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ritel dewasa ini di Indonesia semakin pesat, data terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ritel dewasa ini di Indonesia semakin pesat, data terakhir hingga tahun 2001 jumlah ritel di Indonesia sudah mencapai 2072 gerai (Foster, 2008:7).

Lebih terperinci

PENGARUH SUASANA TOKO TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA SWALAYAN JADI BARU DI KEBUMEN

PENGARUH SUASANA TOKO TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA SWALAYAN JADI BARU DI KEBUMEN PENGARUH SUASANA TOKO TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA SWALAYAN JADI BARU DI KEBUMEN Ayu Purwaningsih Manajemen UrwaayuBi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini kebutuhan sehari-harinya manusia semakin lama semakin meningkat di harinya. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang menganut pola konsumtif dalam

Lebih terperinci

PENGARUH IN STORE STIMULI

PENGARUH IN STORE STIMULI PENGARUH IN STORE STIMULI DALAM MELAKUKAN IMPULSE BUYING DI MINIMARKET PERDANA SURABAYA SKRIPSI Diajukan Oleh : Novin Arisa 0612010072/FE/EM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komposisi produk buku dengan Focal Point meliputi 68 persen buku dan 32

BAB I PENDAHULUAN. komposisi produk buku dengan Focal Point meliputi 68 persen buku dan 32 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Perkembangan ekonomi Indonesia di sektor ritel semakin meningkat. Hal ini terjadi karena pengusaha, baik dari dalam maupun luar negeri yang terus menerus melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Pada era globalisasi sekarang ini industri sedang berkembang cukup pesat terutama industri di bidang retail. Produsen yang memproduksi barang tidak hanya memperhatikan

Lebih terperinci

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN JASA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PT. POS INDONESIA DI SURABAYA SKRIPSI. Oleh : DEWI PUJI ASTUTIK NPM :

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN JASA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PT. POS INDONESIA DI SURABAYA SKRIPSI. Oleh : DEWI PUJI ASTUTIK NPM : PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN JASA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA PT. POS INDONESIA DI SURABAYA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri modern ritel dewasa ini semakin pesat, baik pemain lokal maupun asing semakin agresif bermain dalam pasar yang empuk tersebut. Prospek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ini, semakin banyak pula pesaing yang dihadapi. Pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ini, semakin banyak pula pesaing yang dihadapi. Pada zaman sekarang ini BAB I PENDAHULUAN - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan manusia telah dan akan semakin kompleks. Kebutuhan manusia yang mendasar atau disebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha sektor jasa di Indonesia berlangsung cukup pesat, meskipun keadaan perekonomian Indonesia sedang mengalami masa yang cukup sulit pada saat sekarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Bauran Pemasaran Bauran pemasaran menurut Kotler, (2002 :18) adalah Seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern sekarang perkembangan perusahaan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern sekarang perkembangan perusahaan yang sangat pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern sekarang perkembangan perusahaan yang sangat pesat dalam memproduksi dan memasarkan produknya. Dengan keadaan ini pula maka para pelaku bisnis dipaksa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Impulse Buying Impulse Buying adalah perilaku berbelanja yang terjadi secara tidak terencana dalam keadaan pembuatan keputusan secara

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi BAB II KERANGKA TEORI 2.6 Definisi Ritel Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong, memecah, atau membagi sesuatu menjadi bagian yang lebih kecil. Bisnis ritel dapat dipahami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Retail (Eceran) Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha menjual barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Display Dalam Meningkatkan Minat Beli Konsumen Pada Batik Kemukten.

BAB II URAIAN TEORITIS. Display Dalam Meningkatkan Minat Beli Konsumen Pada Batik Kemukten. BAB II URAIAN TEORITIS A. Peneliti Terdahulu Handayani Srimurni (2007) skripsi berjudul Peranan Kebijakan Display Dalam Meningkatkan Minat Beli Konsumen Pada Batik Kemukten. Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat saat ini, dapat dilihat bahwa sektor dunia usaha saat ini telah menjadi suatu arena persaingan yang sengit dan tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel saat ini semakin berkembang. Hal ini tampak dengan adanya pusat perbelanjaan yang terus bertambah di Surabaya. Seiring dengan berjalannya waktu, tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha bisnis ritel di kota Padang mengalami perkembangan yang cukup pesat pada beberapa tahun terakhir ini dengan berbagai macam bentuk dan jenisnya. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Istilah perilaku erat hubungannya dengan permasalahan manusia. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial budaya, dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumen. Pengaruh tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya

BAB I PENDAHULUAN. adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini sedang berkembang pesat dengan adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya pertumbuhan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Surabaya saat ini banyak dipenuhi dengan bangunan-bangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Surabaya saat ini banyak dipenuhi dengan bangunan-bangunan 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Surabaya saat ini banyak dipenuhi dengan bangunan-bangunan ruko (rumah toko) sehingga diseluruh pelosok Surabaya tidak menutup kemungkinan kemudahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Suasana Toko Utami (2006:238) definisi suasana toko adalah sebagai berikut: Suasana toko adalah desain lingkungan melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena saat ini tidak bisa dilepaskan dari perilaku konsumen yang menjadi target pasar suatu perusahaan ritel modern. Indonesia merupakan negara berkembang yang menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu karakter konsumen Indonesia dalam melakukan pembelian adalah tidak terencana (unplanned buying). Berdasarkan hasil riset AC Nielsen dalam majalah MARKETING edisi

Lebih terperinci

INTRODUCTION What is Retailing?

INTRODUCTION What is Retailing? INTRODUCTION What is Retailing? Retailing is a set of business activities that adds value to the products and services sold to consumers for their personal or family use (Levy, Weith, 2001) Retailing consists

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini seringkali disebabkan oleh keseragaman target market yang dimiliki bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini seringkali disebabkan oleh keseragaman target market yang dimiliki bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya bisnis kafe dewasa ini, telah menyebabkan semakin tinggi tingkat persaingan dalam memperebutkan dan mempertahankan konsumennya. Hal ini seringkali disebabkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Promosi Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli,

Lebih terperinci

PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO)

PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO) PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO) Oleh: Agus Prio Budiman Manajemen satriobungsu@rocketmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia fashion yang semakin meningkat diiringi dengan semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory outlet, butik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang dan merupakan mata rantai terakhir dalam suatu proses distribusi. Melalui bisnis ritel, suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa banyak pengusaha membuka bisnis ritel di berbagai pusat perbelanjaan. Tak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

Struktur Dasar Bisnis Ritel

Struktur Dasar Bisnis Ritel Struktur Dasar Bisnis Ritel Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa secara umum kepada masyarakat dan secara khusus kepada pembeli potensial. Pedagang Besar dan Pedagang Eceran dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mall mendorong terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau pembelian impulsif,

BAB I PENDAHULUAN. mall mendorong terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau pembelian impulsif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya kecenderungan orang untuk berbelanja di supermarket atau mall mendorong terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau pembelian impulsif, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk memberikan perbedaan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk memberikan perbedaan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan trend dan mode yang selalu baru, membuat banyak dari kalangan perusahaan produksi yang bergerak di bidang fashion selalu timbul inisiatif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki pelanggan yang loyal adalah tujuan akhir dari semua bisnis yang ada, tetapi kebanyakan perusahaan tidak menyadarinya. Demi tercapainya tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari bertumbuhnya bisnis-bisnis ritel modern yang bergerak dipusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari bertumbuhnya bisnis-bisnis ritel modern yang bergerak dipusat-pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis ritel di Indonesia semakin pesat dan ketat yang dapat dilihat dari bertumbuhnya bisnis-bisnis ritel modern yang bergerak dipusat-pusat perbelanjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan era globalisasi saat ini membawa kemajuan diberbagai bidang, salah satunya bidang perdagangan. Perdagangan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Konsumen Elzatta di Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo. impulsif di Galeri Elzatta Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Konsumen Elzatta di Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo. impulsif di Galeri Elzatta Ruko Sentra Tropodo Sidoarjo. BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan interpretasi dari hasil analisis data yang telah disajikan pada bab sebelumnya. Pembahasan dilakukan dengan melihat hubungan kausalitas yang terjadi

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI PENGARUH PRICE DISCOUNT, BONUS PACK, DAN IN-STORE DISPLAY TERHADAP KEPUTUSAN IMPULSE BUYING PADA SUPERMARKET ROBINSON DI KOTA PADANG Oleh : DESRAYUDI 06 952

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga, pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga, pengelolaan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauran Pemasaran ritel (Retail Marketing Mix) Amir (2004) menyatakan bauran pemasaran ritel biasanya terdiri dari pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retailing adalah semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. media untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka.

BAB II LANDASAN TEORI. media untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bauran Pemasaran Para pemasar atau bagian pemasaran menggunakan sejumlah alat atau media untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran mereka. Alat-alat tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Sumber : AC Nielsen, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Media Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Sumber : AC Nielsen, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Media Data BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modern adalah tempat penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), dimana penjualan dilakukan secara eceran dan dengan cara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:6) : Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya kondisi persaingan yang ada menuntut setiap perusahaan untuk mampu mempertahankan usahanya. Hal ini merupakan suatu peluang dan tantangan bisnis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif

I PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kondisi persaingan global yang semakin ketat diseluruh sektor ekonomi, Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif baik. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan bisnis retail di Indonesia sangat pesat. Hal terebut berawal dari keberadaan pasar tradisional yang mulai tergeser oleh muncul nya berbagai

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Purba (2008), melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen Toserba Carrefour Plaza

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran dalam suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting, karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.1.1 PengertianPemasaran Dalam meningkatkan omzet penjualan, perusahaan membutuhkan kegiatan pemasaran sebagai penghubung antara perusahaan dan konsumen. Menurut

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha saat ini telah membawa para pelaku dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan konsumen. Berbagai pendekatan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melewati tiga tahap yang berbeda namun berhubungan yang harus dilalui, tahap

BAB I PENDAHULUAN. melewati tiga tahap yang berbeda namun berhubungan yang harus dilalui, tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pengambilan keputusan konsumen untuk membeli suatu barang melewati tiga tahap yang berbeda namun berhubungan yang harus dilalui, tahap yang pertama berupa input

Lebih terperinci

Materi 14 Mendistribusikan dan Mempromosikan Produk. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

Materi 14 Mendistribusikan dan Mempromosikan Produk. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM. Materi 14 Mendistribusikan dan Mempromosikan Produk by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM. 1 Saluran Distribusi Keberhasilan dari produk apapun tergantung pada bauran distribusi-nya (kombinasi saluran distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruko (rumah toko) sehingga diseluruh pelosok Surabaya tidak menutup

BAB I PENDAHULUAN. ruko (rumah toko) sehingga diseluruh pelosok Surabaya tidak menutup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Surabaya saat ini dipenuhi dengan banyaknya bangunan-bangunan ruko (rumah toko) sehingga diseluruh pelosok Surabaya tidak menutup kemungkinan kemudahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. mengenai produk dan membujuk terhadap keputusan pembelian kepada para pembeli di

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. mengenai produk dan membujuk terhadap keputusan pembelian kepada para pembeli di BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Promosi 2.1.1.1 Pengertian Promosi Promosi digunakan untuk menginformasikan atau memberitahu kepada orang mengenai produk dan membujuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota yang berada di Indonesia, menjamurnya bisnis jasa mulai dari yang berskala kecil yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produk, kualitas pelayanan, dan harga yang ditawarkan untuk membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. produk, kualitas pelayanan, dan harga yang ditawarkan untuk membentuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelanggan merupakan target pasar utama dalam setiap usaha, karena tanpa adanya konsumen maka suatu usaha tidak akan dapat berkembang dan mencapai laba secara

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH STORE ATMOSPHERE (SUASANA TOKO) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA TOKO BUKU GRAMEDIA PADANG

SKRIPSI PENGARUH STORE ATMOSPHERE (SUASANA TOKO) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA TOKO BUKU GRAMEDIA PADANG SKRIPSI PENGARUH STORE ATMOSPHERE (SUASANA TOKO) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA TOKO BUKU GRAMEDIA PADANG Mahasiswa Program Strata Satu ( S-1 ) Jurusan Manajemen Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersaingi atau bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern atau biasa disebut

BAB I PENDAHULUAN. tersaingi atau bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern atau biasa disebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan globalisasi mengakibatkan keberadaan pasar tradisional mulai tersaingi atau bahkan tergeser oleh adanya bisnis eceran modern atau biasa disebut bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan pada pencapaian profit. Fokus utama kegiatan pemasaran adalah mengidentifikasikan peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia. Industri ini merupakan sektor kedua terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N

DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N PENTINGNYA PERANCANGAN TOKO Desain interior yang menunjang menjadi sangat penting bahkan dapat menjadi keunggulan kompetitif bagi

Lebih terperinci

PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG

PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG Dessy Amelia Fristiana Abstract Beragam faktor dapat mempengaruhi konsumen dalam mempercayakan tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin ketat, perubahan lingkungan yang cepat, dan kemajuan teknologi yang pesat mendorong pelaku usaha untuk selalu melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Bisnis waralaba telah berkembang dengan pesat pada saat ini. Hal tersebut memberikan pengaruh besar bagi perekonomian negara dan terlebih lagi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sehingga, pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sehingga, pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pemasaran. Para pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Suatu perusahaan jasa jika ingin tetap bertahan dan bersaing serta mampu mengembangkan bisnisnya harus lebih meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen agar tercipta suatu kepuasan. Griya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belanja merupakan aktifitas yang menyenangkan bagi banyak orang dan tidak terbatas pada kaum perempuan tetapi laki-laki juga. Hasil survey terbaru dari Nielsen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, pusat-pusat perbelanjaan mulai menjamur di Indonesia khususnya di kota-kota besar seperti Surabaya. Berdirinya pusat-pusat perbelanjaan di sekitar

Lebih terperinci

Telaah Teoritis. Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix)

Telaah Teoritis. Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix) Telaah Teoritis Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix) Menurut Munir (2011) Retailing merupakan aktivitas paling akhir dari rangkaian perjalanan produk dari produsen ke pelanggan akhir. Kegiatan retailing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu memiliki kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas ekonomi berupa konsumsi.

Lebih terperinci