IMPLEMENTASI PRINSIP MULTIPLE INTELLIGENCES

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI PRINSIP MULTIPLE INTELLIGENCES"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI PRINSIP MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IIIPADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIADI MADRASAH IBTIDAIYAH NAJAHIYAHPALEMBANG Rahma Si Fitri dan Elhefni ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang ImplementasiPrinsip Multiple Intelligences Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang. Adapun prinsip Multiple Intelligences pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi menulis karangan. Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah 1) Bagaimana hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan prinsip Multiple Intelligences pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang? 2) Apakah ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan prinsip Multiple Intelligences pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang? Metodologi pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Sehingga dengan teknik analisis data kuantitatif yaitu menguraikan data-data yang dapat dihitung dengan angka-angka menggunakan rumus tes t, yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajr siswa kelas III pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa siswa di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang sebelum digunakan prinsip Multiple Intelligences yaitu tergolong tinggi (baik) sebanyak 3 orang siswa (12%) kategori tinggi (nilai di atas 76,74), tergolong sedang sebanyak 15 Orang siswa (60%), siswa termasuk dalam kategori sedang (nilai antara 37,6 sampai 76,74), dan yang tergolong rendah sebanyak 7 Orang siswa (28%), siswa termasuk dalam kategori sedang (nilai dibawah 37,6). Sedangkan hasil belajar siswa sesudah digunakan prinsip Multiple Intelligences yaitu yang tergolong tinggi (baik) sebanyak 7 orang siswa (28%), siswa kategori tinggi (nilai di atas 94), tergolong sedang sebanyak 16 Orang siswa (64%), siswa termasuk dalam kategori sedang (nilai antara 74 sampai 94), dan yang tergolong rendah sebanyak 2 Orang siswa (8%), dalam kategori rendah (nilai dibawah 74). Hipotesa alternatif diterima dengan rincian t o lebih besar dari t t baik pada taraf signifikan 1% maupun 5% dengan perincian 2.79<-10,64>2.06. berarti adanya perbedaan hasil belajar antara sebelum dan sesudah digunakan prinsip Multiple Intelligences dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah. Kata Kunci: Bahasa Indonesia, Multiple Intelligences, Hasil Belajar 223

2 A. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai dan sikap. Sebagai upaya yang bukan saja menumbuhkan manfaat yang besar, pendidikan juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Oleh karena itu, Pendidikan diperlukan oleh semua orang karena pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan jasmani dan rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.(fuad, 2005: 1) Sekolah itu adalah pendidikan. Maka sekolah adalah salah satu tempat siswa menuntut ilmu pengetahuan dan merupakan salah satu lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat salah satu peranan guru yang bertujuan untuk mengembangkan bakat atau kecerdasan, kemampuan, keterampilan yang dimiliki oleh siswa.(rusmaini, 2013: 6) Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan aktif dan berkreativitas dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa, sehingga dalam proses pembelajaran prinsip yang tepat dalam mengajar agar perannya sebagai pembimbing dan motivator dapat berjalan searah, tujuan yang akan dicapai (Djamarah, 2000:1). Menurut ajaran agama Islam, siapapun guru yang mampu mendidik seorang manusia dan mempersembahkan kepada masyarakat, ganjaran/nilainya melebihi jihad. Inilah kebenaran perkataan, Tinta ulama akan ditimbang dengan darah syuhada. Dijelaskan didalam (QS. Al-Maidah: 32). (Alwi, 2014:70) Artinya: Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. 224

3 Dengan demikian peran guru dalam memaksimalkan hasil belajar siswa haruslah mampu menciptakan suasana kelas semenarik mungkin sehingga diharapkan dalam belajar bahasa Indonesia tidak hanya siswa-siswa yang tertentu saja yang mendapatkan nilai-nilai yang tinggi. Maka dari itu selaku seorang guru harus menyadari betapa pentingnya prinsip dalam pembelajaran dalam rangka menuju proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Untuk itu, salah satu alternatifnya dengan menerapkan prinsip pembelajaran Multiple Intelligences. Secara umum Prinsip pembelajaran dapat diartikan sebagai kebenaran yang jadi pokok dasar seseorang untuk bertindak dalam melakukan sesuatu untuk dapat dijadikan salah satu tolak ukur dalam menentukan sesuatu (Gunawan, 2001:305). Multiple Intelligences menjadi sebuah prinsip pembelajaran untuk materi apapun dalam semua bidang studi. Inti prinsip pembelajaran ini adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. (Chatib, 2011:108) Hasil belajar menurut Dymiati dan Mudjiono adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata, atau simbol (Ismail, 2014:38). Maka, semakin jelaslah bahwa hasil belajar siswa merupakan hasil dari sesuatu proses yang didalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi keberhasilannya. Faktor sebagian penyebabnya salah satunya adalah guru. Selain dari pada itu faktor keberhasilan siswa dalam belajar terlihat dari dalam maupun luar lingkungannya. Dari hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 18 Januari 2015 di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang. beberapa siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, siswa mengantuk saat mendengarkan penjelasan guru, siswa bermain dengan teman sebangkunya tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan. Selain dari pada itu siswa kurang mengerti pada saat diminta mengerjakan soal-soal latihan sehingga nilainya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan kurang maksimal terutama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. 225

4 Pada kondisi kelas yang tidak kondusif dan pasif menyebabkan pemahaman siswa pada materi yang disampaikan tidak dapat maksimal. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan siswa dalam belajar bahasa Indonesia khususnya tergantung bagaimana guru menguasai kelas dengan menggunakan prinsip dalam mengajar, suasana yang sangat aktif agar tidak membosankan, menarik, berpengaruh yang sangat positif dalam keberhasilan belajar siswa. B. KERANGKA TEORI Prinsip pembelajaran dapat diartikan sebagai kebenaran yang jadi pokok dasar seseorang untuk bertindak dalam melakukan sesuatu untuk dapat dijadikan salah satu tolak ukur dalam menentukan sesuatu (Gunawan,2001:305). Agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik maka komponen dalam prinsip pembelajaran harus disusun dan direncanakan sebelumnya sesuai dengan pembelajaran yang akan dilakukan, melalui prinsip yang tepat dan baik maka tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Al-Qur an sebagai sumber hukum Islam telah memerintahkan untuk memilih prinsip yang tepat dalam proses pembelajaran. Dalam surat An-Nahl ayat 125. Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk. Secara umum prinsip mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan belajar mengajar, prinsip bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar 226

5 untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Jadi, prinsip pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. Sedangkan Prinsip Multple Intelligences adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk dapat mengelolah kecerdasan yang mereka miliki. Guru diharapkan mengembangkan atau mencari alternatif yang digunakan untuk membimbing belajar siswa. Pada dasarnya tidak ada metode pembelajaran yang paling ideal. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri. Hal ini sangat tergantung sekali pada tujuan yang hendak dicapai, penggunaan metode (guru), ketersedian fasilitas dan kondisi siswa. Proses belajar akan lebih efektif jika guru mengkondisikan siswa agar setiap siswa terlihat secara aktif dan terjadi hubungan yang dinamis dan saling mendukung antar siswa satu dengan siswa yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Pembangunan manusia bersumber pada pendidikan baik dari kehidupan keluarga di rumah, maupun pengalaman belajarnya di sekolah dapat memupuk bakat dan kreatifitas para peserta didik dalam mengembangkan sumber daya manusia (Semiawan, dkk 1984:8). Guru perlu memiliki pengetahuan mengenai siapa siswa tersebut dan bagaimana karakteristiknya ketika memasuki suatu proses belajar dan mengajar di sekolah. Siswa mempunyai latar belakang tertentu, yang menentukan keberhasilannya dalam mengikuti proses belajar. Tugas guru adalah mengakomodasi keragaman antar siswa tersebut sehingga semua siswa dapat mencapai tujuan pengajaran (Supriadi, 2005:79). Agar pelayanan pendidikan yang selama ini diberikan peserta didik mencapai sasaran optimal, maka pembelajaran harus diselaraskan dengan potensi peserta didik (Uno dan Masri, 2009:3). Pembelajaran akan efektif ketika memperhatikan perbedaan-perbedaan individual. Setiap anak dilahirkan dengan kondisi yang terbaik (cerdas) dan membawa potensi serta keunikan masing-masing yang memungkinkan untuk menjadi yang terbaik (cerdas). Hal ini telah difirmankan oleh Allah SWT dalam surat At-Tiin: 4. (Tim SYAAMIL,2007:597) 227

6 Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk sebaik-baiknya. Setiapmanusia memiliki keunikan tersendiri. Tidak seorangpun manusia di dunia iniyang diciptakan sama. Hal inilah yang sejak lama dalam ilmu pendidikan dikenal dengan konsep perbedaan individual. Pola pendidikan yang terjadi saat ini masih banyak yang mengedepankan keseragaman dan pengukuran siswa yang cerdas hanya terbatas pada IQ saja. Penggalian kecerdasan peserta didik masih sangat jarang dilakukan sebagai sandaran utama untuk mengawali setiap rancangan pembelajaran, prinsip dan pendekatan yang digunakan, serta evaluasi yang ditetapkan. Kecenderungan minat, bakat, talenta, dan ketrampilan dasar belum menjadi bagian yang integral. Multiple Intelligences merupakan teori kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner, seorang psikolog dari Harvard University pada tahun 1983 (Chatib, 2014:87). Ketika menemukan teori tersebut pada 1983 Gadner mengenalkan enam teori kecerdasan yakni linguistik, matematis logis, spasialvisual, music, intrapersonal, dan interpersonal. Namun, dalam perkembangannya sampai 2002, gadner sudah mengenalkan Sembilan kecerdasan, dengan penambahan kecerdasan kinestesis, naturalis, dan eksistensial bermula dari sebuah penemuan Multiple Intelligences yang awalnya merupakan teori kecerdasan dalam ranah psikologi(chatib,2014:138). Ketika ditarik ke dunia pendidikan maka Multiple Intelligences menjadi sebuah prinsip pembelajaran yang bisa digunakan untuk materi apapun dalam semua bidang studi pembelajaran (Chatib,2014:108). Prinsip Multiple Intelligences termasuk bagian dari salah satu prinsip yang dapat digunakan untuk menggali beberapa kecerdasan yang dimiliki setiap (siswa). Maka Prinsip Multiple Intelligences merupakan seluruh rangkaian aktivitas belajar (Chatib,2014:109). Seorang guru harus mampu menyesuaikan 228

7 serta menemukan dan harus menyadari bahwa setiap anak mempunyai keberagaman serta perbedaan kecerdasan setiap masing-masing siswa. Adapun Multiple Intelligences yang terdiri dari beberapa jenis kecerdasan antara lain: kecerdasan berbahasa, kecerdasan matematis logis, kecerdasan visual spasial, kecerdasan memainkan musik, cerdas kinestesis, interpersonal, intrapersonal, cerdas alam dan eksistensial (Chatib,2014: 109). Maka dari itu, pada pembahasan kali ini Prinsip Multiple Intelligences pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Menurut Horward Gadner, peneliti dari Hardvard sekaligus pencetus teori Multiple Intelligences, terdapat Sembilan jenis kecerdasan manusia yaitu: kecerdasan matematika, bahasa, gambar, musical, tubuh, sosial, diri, alam, spiritual (Surya, 2007:3). Pemahaman yang benar harus bermula dari pengertian sejarah penemu Multiple Intelligences yang memang pada awalnya merupakan sebuah teori kecerdasan dalam ranah psikologi, ketika ditarik kedunia pendidikan maka Multiple Intelligences menjadi sebuah prinsip pembelajaran (Chatib, 2011:108). Keberhasilan pembelajaran prinsip Multiple Intelligences dilihat dari bagaimana guru dapat mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. Prinsip Multiple Intelligences merupakan salah satu prinsip yang dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan ataupun memunculkan kecerdasan siswa sehingga diharapkan hasil belajar siswa dapat maksimal. Adapun prosedur prinsip ini sebagai berikut (Maksum,2014:119): 1. Memberdayakan semua jenis kecerdasan yang ada pada setiap anak. 2. Mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa. Adapun langkah-langkah yang saya gunakan dalam proses pembelajaran yaitu(chatib, 2011: ): 1. Guru mengadakan apersepsi serta memotivasi siswa agar tertarik untuk belajar. 2. Guru telah menetapkan materi yang akan dipelajari yakni tentang menulis karangan. 229

8 3. Guru memberikan respon visual kepada peserta didik yakni dengan akses informasi melihat, mengucapkan, dan melakukan. 4. Guru menjelaskan materi serta mengaitkan materi pembelajaran yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari yakni materi tentang menulis karangan. 5. Guru memberikan klarifikasi tentang materi menulis karangan serta melibatkan partisipasi siswa. 6. Guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran. Pada proses pembelajarannya sendiri guru dituntut untuk mampu mengemas gaya mengajarnya agar materi yang disampaikan mudah ditangkap dan mudah dimengerti serta mudah dipahami oleh siswanya. Yang disebut Gardner sangat berkaitan dengan dunia pendidikan, setiap area otak yang disebut Lobus Of Brain ternyata punya komponen inti yang berupa potensi kepekaan yang akan muncul dari setiap area otak apabila diberi stimulus yang tepat. Akibat adanya stimulus yang tepat, kepekaan inilah yang akan menghasilkan kompetensi. Dan apabila kompetensi tersebut dilatih terus menerus dalam jenjang silabus yang tepat, dari kompetensi akan muncul kondisi akhir yang baik. (Chatib,2014:135) Sedangkan prinsip Multiple Intelligences pada hakikatnya adalah upaya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh setiap individu (siswa) untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut oleh sebuah kurikulum (Maksum, 2014:117).Multiple Intelligences adalah prinsip pembelajaran yang berupa rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah ditentukan dalam silabus (Chatib, 2014: 135). Jadi, prinsip Multiple Intelligences merupakan salah satu prinsip yang dapat digunakan oleh para pendidik untuk mengoptimalkan kecerdasan yang dimiliki setiap anak didiknya, sehingga pada proses pembelajaran tidak membosankan, menjadi menarik, dan menyenangkan. Pada pembahasan kali ini Prinsip Multiple Intelligences yang digunakan adalah pada kecerdasan berbahasa pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi menulis karangan. 230

9 Belajar dapat diartikan sebagai upaya mendapat pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan sikap yang dilakukan dengan cara mendayakan seluruh potensi fisiologis dan psikologis, jasmani dan rohani manusia dengan bersumber kepada berbagai bahan informasi, alam jagat raya, dan lain sebagainya (Nata, 2009: 206). Keberhasilan belajar mengajar pada dasarnya merupakan perubahan positif selama dan sesudah proses belajar mengajar dilaksanakan. Keberhasilan ini dapat dilihat dari keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran dan perubahan posotif yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses belajar mengajar tersebut. Keberhasilan belajar mengajar merupakan bagian integral dari tujuan pendidikan. Hasil kegiatan belajar mengajar yang dicapai pada setiap kali jam pelajaran akan menjadi hasil kegiatan belajar mengajar dan hasil kegiatan belajar mengajar persemester merupakan bagian dari hasil kegiatan pendidikan perjenjangan menjadi bagian dari tujuan pendidikan secara keseluruhan. Hasil adalah suatu yang menjadi akibat dari usaha, pendapatan, sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebaga hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003:20). Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya (Sudjana, 2013:22). Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar (Kunandar, 2013:62). Pada dasarnya Hasil belajar adalah penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka-angka atau nilai. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu (Hamalik, 2001: 79). Hasil yang ingin dicapai melalui aktivitas belajar merupakan tujuan dari proses pmbelajaran, mengingat bahwa tujuan pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan secara operasional hasilnya dapat diukur. Maka dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan hasil belajar merupakan pengukuran yang 231

10 dilakukan untuk mengtahui penguasaan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Nawawi mengemukakan pengertian hasil belajar adalah keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu. Berdasarkan tujuannya hasil belajar dapat dibagi menjadi 3 macam (Slameto,2003:60): 1. Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecakapan di dalam melakukan atau mengerjakan suatau tugas, termasuk didalamnya keterampilan menggunakan alat. 2. Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku. 3. Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang dikerjakan. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah jika dilihat dari proses belajar mengajar bukan hanya pemupukan ilmu saja, melainkan merupakan proses interaksi yang kompleks yang bertalian dengan sikap, nilai, dan keterampilan, serta juga pemahaman. Anak yang sedang belajar pada dasarnya tidak bereaksi terhadap lingkungan secara intelektual, tetapi juga emosional dan sering juga secara fisik. Rangkaian perubahan dan pertumbuhan fungsi-fungsi jasmani, pertumbuhan watak, pertumbuhan intelektual, dan pertumbuhan sosial, itu sesuai tercakup didalam peristiwa yang disebut proses belajar mengajar dan berintikan interaksi belajar mengajar. Dalam ranah inilah sebagai tujuan dari pendidikan didalam pendidikan dikenal menjadi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga tujuan ranah penilaian ini merupakan Taksonomi yang dikembangkan oleh Benyamin S Bloom akan tetapi, Bloom lebih mengkonsentrasikan kepada ranah kognitif. (Ismail, 2014:43-44) Maka dari itu, hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang dengan materi menulis karangan dengan kalimat sederhana. Indikator yang hendak dicapai adalah: menulis karangan dengan kalimat sederhana berdasarkan ejaan yang tepat dan benar. Hasil belajar belajar disini lebih menonjol kepada ranah kognitifnya. 232

11 Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia(Chairanidkk,2014:85). Bahasa adalah keterampilan khusus yang kompleks berkembang dalam diri anak-anak secara spontan, tanpa usaha sadar atau intruksi formal dipakai tanpa memahami logika yang mendasarinya secara kualitatif sama dalam dari setiap orang, berbeda dari kecakapan-kecakapan lain yang sifatnya lebih untuk dalam hal memproses informasi/berperilaku secara cerdas (Brow,2008:6). Menurut Tarigan, beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barangkali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbolsimbol(tarigan, 1986:22). Menurut Rahmat melihat bahasa dari dua sisi yaitu sisi formal dan fungsional. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yaitu dibuat menurut tatabahasa. Sedangkan secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan.(tarigan, 1986:22) Maka bahasa Indonesia adalah bahasa resmi republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa indonesia. Dan keterampilan khusus yang kompleks berkembang dalam diri anak-anak secara spontan, tanpa usaha sadar atau intruksi formal dipakai tanpa memahami logika. Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Chairanidkk,2014:86): 233

12 1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun secara tulisan. 2. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 3. Memahami bahasa indonsia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara. 5. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. 6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (Chairanidkk,2014:87) 1. Mendengarkan 2. Berbicara 3. Membaca 4. Menulis Bahasa Indonesia sendiri merupakan pembelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan kesimpulan mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang berupaya meningkatkan kemampuan siswa, pengetahuan siswa, seta memperluas wawasan mereka. 234

13 C. MADRASAH IBTIDAIYAH NAJAHIYAH PALEMBANG 1. Nama Madrasah : M.I.NAJAHIYAH 2. Alamat : Jln.KHM.Asyik ¾ Ulu No.57 RT Status Madrasah NSSS : : Palembang. Swasta Nomor & Tgl.SK/Piagam : A.KW/06/04/M.I/035/ Tahun berdiri : 14 Januari Nama Badan yang mengelola : Yayasan Najahiyah. 9. Waktu Belajar : Pagi : Pukul JPL Siang 10. Kurikulum yang digunakan : KTSP 2007 : Pukul.. Menit 11. Nama Kepala Madrasah : A.Junaidi,S.Pd.I - Status : Guru Negeri - Pendidikan Terakhir : S.1. IAIN Sumber: Dokumentasi Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang tahun Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah merupakan salah satu dari sekian banyaknya madrasah yang berada di kota Palembang. Madrasah ini berlokasi di Jalan K.H. M Asyik ¾ Ulu No.57 RT.30 Kelurahan ¾ Ulu Kecamatan Seberang ulu 1 Provinsi Sumatera Selatan dengan luas sekolah 925 M 2 yang memiliki status madrasah swasta akreditas B (Baik). Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah awal mulanya berdiri Ketika pemimpin bangsa pada periode tahun 1960-an mencanangkan pembangunan nasional semesta, sementara dalam bidang Pendidikan, Pemerintah mulai menghapuskan mata pelajaran membaca dan menulis bahasa dan sastra Melayu pada semua Sekolah Tingkat Dasar Negeri atau lebih dikenal sebagai Sekolah Rakyat (SR) maka bukan mustahil kebijaksanaan ini telah dapat mengkhawatirkan sebagian para ulama karena dapat menghilangkan jati diri sebagian besar kaumnya. 235

14 Dalam perkembangannya Madrasah ini juga telah mengalami beberapa pergantian pemimpin sebagai kepala madrasah, yaitu: (Dokumentasi Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang tahun ) 1. Ustadz Kms. Abd. Aziz yang memimpin dari tahun H.N.A. Muhammad yang memimpin dari tahun Ustadz K.A. Hamid bin K.Hasan yang memimpin dari tahun K. Hasanuddin Nur, BA yang memimpin dari tahun 1986 sampai sekarang. Pada saat ini Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah berlokasi di tempat yang prinsips yaitu di Jalan K.H. M Asyik ¾ Ulu No.57 RT.30 Kelurahan ¾ Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1. Adapun kegiatan sehari-hari disekolah ini dimulai pada jam WIB dan berakhir WIB. Visi : Menjadikan Yayasan Madrasah Najahiyah sebagai pusat pendidikan dan dakwah Islam khusunya tingkat dasar dengan mengoptimalkan sarana, prasarana, dan usaha dana yang sah dan halal. Misi : Pertama, melaksanakan kegiatan pendidikan dan dakwah Islam yang bermutu. Kedua, meningkatkan kinerja profesional guru dan pegawai, khusunya guru honorer/ tenaga tiga tetap. Ketiga, mengaktualisasikan falsafah adat bersendi agamo, dan agamo bersendi kitab Al-Qur an dan Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Tujuannya: Terbinanya lulusan madrasah yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia sehingga dapat meneruskan kejenjang pendidikan tingkat selanjutnya sebagai calon generasi/tunas muda kaum Muslimin yang berjati diri khas yang sanggup membantu peran para seniornya di tengah lingkungan kehidupannya menuju terbinanya masyarakat madani. Motto : Professional dan ikhlas dalam melaksanakan segala tugas. 236

15 D. HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini merupakan analisis data yang berisikan beberapa masalah yang diangkat dalam penelitian ini diantaranya hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia sebelum dan sesudah digunakan prinsip Multiple Intelligences. Implementasi Prinsip Multiple Intelligences dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang dilaksanakan praktek langsung dikelas III pada tanggal 15,16, 21, 22, 23, dan 28 Mei 2015 Selama 6 kali pertemuan dengan materi menulis karangan. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan prinsip Multiple Intelligences sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah peniliti buat. Adapun yang dilakukan peneliti dalam proses pembelajaran dalam menerapkan Prinsip Multiple Intelligences yaitu peneliti memberikan soal pre-test serta memberikan soal tes post-test. Guna untuk mengetahui hasil implementasi Prinsip Multiple Intelligences dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada mata pelajaran bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang. 1. Hasil Pre-test: Hasil Belajar Siswa Sebelum Digunakan Prinsip Multiple Intelligences Tabel 1 Skor Hasil Pembelajaran Siswa Dari 25 Orang Siswa MI Najahiyah Palembang Pada Pre-Test NO Nama Siswa Skor Hasil Belajar Pre-Test (X) 1 Anisa 75 2 Amanda Audinda 45 3 Akbar Saputra 35 4 Astina Wulandari 45 5 Bayu 30 6 Duta Wijaya 30 7 Imam Samudra 30 8 Mela Mayang Sari 75 9 M. Cahya Daffa M. Ilham M. Jimmy Isba M. Ridho Anugrah

16 13 Msy. Latifah Aini M. Teguh Nadra Aulia Nurul Nuriana Rahmat Hidayat Risma Asinia Robiatul Hidayah Siti Nabila Susanti Sri Aulia Waldi Wulandari Hasil Post-test: Hasil Belajar Siswa Sesudah Digunakan Prinsip Multiple Intelligences Tabel II Skor Hasil Pembelajaran Siswa Dari 25 Orang Siswa MI Najahiyah Palembang Pada Post-Test NO Nama Siswa Skor Hasil Belajar Post-Test (Y) 1 Anisa 90 2 Amanda Audinda 70 3 Akbar Saputra 75 4 Astina Wulandari 75 5 Bayu 75 6 Duta Wijaya 75 7 Imam Samudra 75 8 Mela Mayang Sari 95 9 M. Cahya Daffa M. Ilham M. Jimmy Isba M. Ridho Anugrah Msy. Latifah Aini M. Teguh Nadra Aulia Nurul Nuriana Rahmat Hidayat Risma Asinia Robiatul Hidayah

17 21 Siti Nabila Susanti Sri Aulia Waldi Wulandari 90 Tabel III Perhitungan untuk memperoleh t dalam rangka menguji kebenaran/kepalsuan hipotesa tentang adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan di kalangan siswa MI antara sebelum dan sesudah hasil belajar digunakan prinsip Multiple Intelligences Skor Hasil Belajar D D 2 NO Nama Siswa Pre-Test Post-Tes (X-Y) (X-Y) 2 (X) (Y) 1 Anisa Amanda Audinda Akbar Saputra Astina Wulandari Bayu Duta Wijaya Imam Samudra Mela Mayang Sari M. Cahya Daffa M. Ilham M. Jimmy Isba M. Ridho Anugrah Msy. Latifah Aini M. Teguh Nadra Aulia Nurul Nuriana Rahmat Hidayat Risma Asinia Robiatul Hidayah Siti Nabila Susanti Sri Aulia Waldi Wulandari N=

18 Ha Ho Menentukan hipotesa dalam penelitian ini sebagai berikut: : Ada perbedaan sebelum dan sesudah implementasi prinsip Multiple Intelligences dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah. : Tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah implementasi prinsip Multiple Intelligences dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah. Untuk mengetes mana yang benar diantara kedua hipotesis terebut, maka kita lakukan perhitungan langkah-langkah sebagai berikut: Sebelumnya telah didapat hasil perhitungan -670 = Dengan diperolehnya angka tersebut. Maka, didapat besarnya Standar Deviasi perbedaan nilai antara variabel X dan variabel Y maka: SD D = - SD D = - SD D = SD D = SD D = SD D = 12,31 Dengan diperoleh SD D sebesar 12,31 untuk lebih lanjut dapat kita hitung Standar Error dari mean perbedaan nilai atara variabel X dan variabel Y sebagai berikut: SE MD = SD D N-1 SE MD = 12, SE MD = 12,31 240

19 24 SE MD = 12, SE MD = 2,517 Selanjutnya mencari harga t o dengan mengitung mean terlebih dahulu M D = N M D = M D = -26,8 Maka, didapat harga t o sebagai berikut: t o = M D SE MD t o = = t o = -10,64 langkah berikutnya, Menentukan tingkat signifikansi: Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi baik pada taraf 5% sebesar 2.06 maupun pada taraf signifikansi 1% t t diperoleh 2.79 mencari signifikansi 5% dan 1% adalah pada excel =tinv(0.05,24) dan =tinv(0.01,24). Ternyata dengan df (n-1) atau (25-1) = 24. Dengan membandingkan besarnya t yang kita peroleh dalam perhitungan (t o = -10,64) dan besarnya t yang tercantum pada t tabel 5% = 2.06 dan t tabel 1% = maka dapat diketahui bahwa t o adalah lebih besar dari pada t t, yaitu: 2.79< -10,64 >2.06 Nilai t o = -10,64 artinya ada selisih derajat perbedaan sebesar 10,64. Tanda (-) merupakan tanda yang dibaca selisih dalam perhitungan statistika. Karena t o lebih besar dari pada t t, maka hipotesis nihil yang diajukan ditolak, ini berarti bahwa adanya perbedaan signifikan nilai hasil belajar antara sebelum dan sesudah diterapkannya prinsip Multiple Intelligences. 241

20 Berdasarkan hasil uji coba tersebut, secara meyakinkan dapat dikatakan bahwa prinsip Multiple Intelligences telah menunjukkan hasil, penggunaan prinsip Multiple Intelligences dapat dikatakan meningkat dalam artian prinsip ini bisa digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah, seorang guru harus menyadari betapa pentingnya menyadari akan perbedaan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa berdasarkan penelitian siswa yang mendapatkan nilai yang kecil itu bukan berarti mereka bodoh akan tetapi mungkin tidak menonjol pada pelajaran yang sedang dipelajari berdasarkan kecerdasan yang dijelaskan oleh Gadner bahwa kecerdasan setiap masing-masing siswa ada sembilan kecerdasan yang ada pada diri masing-masing siswa. Siswa yang mendapatkan nilai kecil itu disetiap meraka pasti ada kecerdasan disalah satunya. Disinilah letak peran seorang guru dalam mengajar harus memiliki prinsip dalam mengajar karena faktor dari keberagaman kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa dan letak pentingnya peranan seorang guru dalam mengembangkan kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Sehingga bukan hal yang terlalu berlebihan jika penilaian bahwa berhasil atau tidaknya proses pendidikan tergantung pada gurunya. ( Ngainun Naim,2009:4-5) Untuk itu sebagai seorang pendidik harus mampu menjadi seseorang yang dapat menimbulkan salah satu bagian dari kecerdasan yang dimiliki siswa karena memang setiap anak itu memiliki kecerdasan, keterampilan, serta kemampuan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. E. KESIMPULAN Dari hasil data penelitian yang telah dijelaskan pada Bab terdahulu diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang sebelum digunakan Prinsip Multiple Intelligences yaitu tergolong tinggi (baik) sebanyak 3 orang siswa (12%) kategori tinggi (nilai di atas 76,74), tergolong sedang sebanyak 15 Orang siswa (60%), siswa termasuk dalam 242

21 kategori sedang (nilai antara 37,6 sampai 76,74), dan yang tergolong rendah sebanyak 7 Orang siswa (28%), siswa termasuk dalam kategori sedang (nilai dibawah 37,6) 2. Hasil belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang sesudah digunakan Prinsip Multiple Intelligences yaitu yang tergolong tinggi (baik) sebanyak 7 orang siswa (28%), siswa kategori tinggi (nilai di atas 94), tergolong sedang sebanyak 16 Orang siswa (64%), siswa termasuk dalam kategori sedang (nilai antara 74 sampai 94), dan yang tergolong rendah sebanyak 2 Orang siswa (8%), dalam kategori rendah (nilai dibawah 74). 3. Dari hasil Tes t dengan implementasi Prinsip Multiple Intelligences dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang didapat df sebesar 24 itu diperoleh harga kritik t atau tabel signifikansi sebesar pada taraf 5% sebesar maupun pada taraf signifikansi 1% t t diperoleh 2.79 Dengan membandingkan besarnya t yang kita peroleh dalam perhitungan (t o =) dan besarnya t yang tercantum pada t tabel 5% = dan t tabel 1% = maka dapat diketahui bahwa t o adalah lebih besar dari pada t t, yaitu: 2.79<- 10,64>2.06. Maka hipotesa Ha dierima karena adanya perbedaan nilai hasil belajar antara sebelum dan sesudah digunakan prinsip Multiple Intelligences dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah. Sedangkan Ho tidak diterima karena tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah digunakan prinsip Multiple Intelligences dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah. F. SARAN 1. Kepada seluruh guru hendaknya menyiapkan diri dengan kompetensi keguruan salah satunya adalah keterampilan dan kemampua dalam memilih dan menggunakan prinsip dan metode pembelajaran untuk penunjang 243

22 keberhasilan dalam belajar sebagai salah satu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan. 2. Kepada guru khususnya guru bahasa Indonesia hendaknya dalam kegiatan belajar mengajar selalu menggunakan prinsip ataupun metode yang dapat membangun kreatifitas siswa, dapat memberikan motivasi dalam diri siswa, dapat membuat siswa aktif dalam belajar sesuai dengan kecerdasan yang mereka miliki. Dari sekian banyaknya prinsip yang dapat digunakan oleh guru salah satunya adalah Prinsip Multiple Intelligences. 3. Kepada siswa di MI Najahiyah Palembang diharapkan dapat selalu berperan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran agar terjadinya interaksi yang positif antara guru dan siswa G. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Muhammad Anak Cerdas Bahagia Dengan Pendidikan Postif. Jakarta: Naoura Book. Brow, Douglas Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Kedutaan Besar AS. Chatib,Munif Orangtuanya Manusia. Bandung: Kaifa. Chatib,Munif Gurunya Manusia. Bandung:Kaifa. Chatib,Munif Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa. Chairani, Eny dkk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Palembang: MI Najahiyah. Djamarah, Syaiful Bahri Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. Fuad, Ihsan Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Gunawan, Rony Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Terbit Terang. Hamalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Ismail, Fajri Evaluasi Pendidikan. Palembang: Tunas Gemilang Press. 244

23 Kunandar Penilain Autentik. Jakarta:Rajawali Press. Maksum, Muhammad Manjadi Guru Idola. Klaten:Cable Book. Munandar, Conny A.S. S.C.U. Munandar Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia. Naim, Ngainun Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nata, Abuddin Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:Kencana. Rusmaini Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Felicha. Slameto Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Surya, Sutan Melejitkan Multiple Intelligence. Yogyakarta: ANDI. Supriadi, Dedi Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Tarigan, Djago Teknik Pengajaran Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tim SYAAMIL Al-Qur anulkarim. Bandung: Sygma. Uno, H. Hamzah B. dan Masri Kuadrat Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 245

BAB IV. yang diangkat dalam penelitian ini diantaranya hasil belajar siswa pada mata

BAB IV. yang diangkat dalam penelitian ini diantaranya hasil belajar siswa pada mata 58 BAB IV IMPLEMENTASI PRINSIP MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI MADRASAH IBTIDAIYAH NAJAHIYAH PALEMBANG A. Implementasi Prinsip

Lebih terperinci

Implementasi Prinsip Multiple Intelligences Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MI Najahiyah Palembang

Implementasi Prinsip Multiple Intelligences Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MI Najahiyah Palembang JIP: Jurnal Ilmiah PGMI Volume 3, Nomor 2, Desember 2017 Implementasi Prinsip Multiple Intelligences Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MI Najahiyah Palembang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pokok dasar seseorang untuk bertindak dalam melakukan sesuatu untuk dapat

BAB II LANDASAN TEORI. pokok dasar seseorang untuk bertindak dalam melakukan sesuatu untuk dapat 4 ( 28 BAB II LANDASAN TEORI A. Prinsip Multiple Intelligences 1. Pengertian Prinsip Multiple Intelligences Prinsip pembelajaran dapat diartikan sebagai kebenaran yang jadi pokok dasar seseorang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa, tak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Pendidikan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan nasional secara bertahap yang dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pondasi dalam kemajuan suatu bangsa, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai dan sikap. Sebagai upaya yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai dan sikap. Sebagai upaya yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai dan sikap. Sebagai upaya yang bukan saja menumbuhkan manfaat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Republik Indonesia tahun 2003, Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Republik Indonesia tahun 2003, Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang Republik Indonesia tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun manusia yang memiliki kepribadian. Hal ini juga diwujudkan oleh pemerintah, dengan membangun

Lebih terperinci

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGANALISIS TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE SMART LEARNING SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN Sri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang - undang No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh manusia dewasa untuk membina kepribadian anak didik yang belum dewasa

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data, maka pada bab ini akan. Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Penelitian

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data, maka pada bab ini akan. Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Penelitian BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data, maka pada bab ini akan dideskripsikan temuan temuan penelitian dan hasil pengujian hipotesis yang telah di uji pada bab sebelumnya,

Lebih terperinci

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan IPTEK yang terus menerus berkembang membawa manusia pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus mengembangkan diri agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Hal ini karena pendidikan kini telah menjadi salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti TPA di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mashri Pangkalan Balai

Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti TPA di Madrasah Ibtidaiyah Al-Mashri Pangkalan Balai Available online at http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti TPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Secara eksplisit pendidikan karakter adalah amanat Undang-undang Nomor 23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional BAB II Pasal 3 telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi kehidupan manusia, khususnya bangsa Indonesia. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah atau sekolah merupakan sebagai salah satu wahana transformasi sosial budaya dalam lingkungan masyarakat yang eksistensinya tak dapat dipungkiri lagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Diantaranya adalah masalah guru, siswa dan materi. Kegiatan proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Diantaranya adalah masalah guru, siswa dan materi. Kegiatan proses belajar mengajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan perhatian utama dan pertama dalam rangka memajukan kehidupan dari generasi ke generasi sejalan dengan kemajuan masyarakat. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak Usia Dini merupakan aset bangsa yang akan menentukan baik buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan pendidikan dan nilai-nilai yang

Lebih terperinci

Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio

Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio Hijria.H.Aliakir, Muh. Tahir, dan Saharudin Barsandji Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm.4. dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm. 317

BAB I PENDAHULUAN. hlm.4. dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm. 317 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembel agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Pendidikan sama sekali tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik dalam keluarga,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Landasan teoretis yang dipakai dalam penelitian ini meliputi, (1). Bahasa Indonesia, (2). Metode Talking Stick, (3). Hasil belajar. 2.1.1. Bahasa Indonesia Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya.

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wahana perubahan tingkah laku manusia adalah "pendidikan", baik formal, nonformal, maupun informal. Jika tujuan pendidikan nasional ingin dicapai dengan maksimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena maju dan mundurnya bangsa di tentukan oleh keadaan pendidikan yang di

BAB I PENDAHULUAN. karena maju dan mundurnya bangsa di tentukan oleh keadaan pendidikan yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan, kebodohan serta pencerahan pengetahuan. 3. merupakan kebutuhan yang mutlak yang harus dikembangkan dan dikelola

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan, kebodohan serta pencerahan pengetahuan. 3. merupakan kebutuhan yang mutlak yang harus dikembangkan dan dikelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan serta pencerahan pengetahuan. 3 Pendidikan juga bagian dari sistem sosial yang dapat dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asep Resa Baehaki,2014

BAB I PENDAHULUAN. Asep Resa Baehaki,2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BahasaIndonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : 085 255 989 455 Website : http://bit.ly/rppkita Terima kasih! PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang cakap dan

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang cakap dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang dirasakan saat ini kian canggih dan up to date. Dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

BAB I PENDAHULUAN. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Seperti yang disebutkan dalam firman-nya: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesimbungan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 Karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkesimbungan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. 1 Karena dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kualitas manusia yang dalam pelaksanaannya merupakan suatu proses yang berkesimbungan pada setiap jenis dan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI OBJEKTIF PENELITIAN. A. Sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang

BAB III KONDISI OBJEKTIF PENELITIAN. A. Sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang 46 BAB III KONDISI OBJEKTIF PENELITIAN A. Sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah Palembang Madrasah Ibtidaiyah Najahiyah merupakan salah satu dari sekian banyaknya madrasah yang berada di kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Belajar bukanlah suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 14 merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas manusia menyongsong kehidupan masa depan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI i PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Blakang Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan kemampuan untuk menghadapi setiap perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menuntut siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menuntut siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menuntut siswa untuk menguasai kebahasaan, keterampilan berbahasa, dan bersastra. Hal tersebut selaras dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung. SD ini adalah hasil penggabungan dari SD Negeri Tlahap 2 yang merupakan SD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, bahkan tidak hanya penting melainkan masalah pendidikan itu tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, bahkan tidak hanya penting melainkan masalah pendidikan itu tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan, bahkan tidak hanya penting melainkan masalah pendidikan itu tidak dapat dipisaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang dan direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh manusia didalam mengembagkan seluruh potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan proses interaksi yang intensif antar berbagai komponen sistem pembelajaran yaitu guru, siswa, materi belajar, dan lingkungan. Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA TAMATAN TK DAN NON TK DI SEKOLAH DASAR NEGERI

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA TAMATAN TK DAN NON TK DI SEKOLAH DASAR NEGERI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA TAMATAN TK DAN NON TK DI SEKOLAH DASAR NEGERI Supini Guru SDN 015 Sungai Sirih supini697@gmail.com ABSTRAK Penulis tertarik pada judul ini karena selama mengajar di sekolah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan, karena pendidikan berperan dalam. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan, kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan, karena pendidikan berperan dalam. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan, kedudukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting yang harus dimiliki dalam diri seseorang. Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konteks nasional, kebijakan perubahan kurikulum merupakan politik pendidikan yang berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak, bahkan dalam pelaksanaannya seringkali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam

Lebih terperinci

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106 PENINGKATAN MINAT BELAJAR PKn MELALUI PEMANFAATAN MEDIA KARTU KUIS WHO AM I BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 BOLONG KARANGANYAR. TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama, karena anak lahir dalam keluarga dan anak dibesarkan oleh keluarga. Apa yang dilihat, didengar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT. Ciputat

BAB I PENDAHULUAN. Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT. Ciputat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Madrasah atau sekolah merupakan sebagai salah satu wahana transformasi sosial budaya dalam lingkungan masyarakat yang eksistensinya tak dapat dipungkiri. Secara sistematik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aturan tersebut dapat kita lihat aplikasinya dalam jalur pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Aturan tersebut dapat kita lihat aplikasinya dalam jalur pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebuah bangsa yang maju memang sangat diharapkan oleh setiap Negara di belahan dunia, kemajuan sebuah bangsa tergantung pada warga Negara itu sendiri. Sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk menciptakan sumber daya manusia. Dengan adanya sistem pendidikan yang baik dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan. daya manusia yang handal dan berwawasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan. daya manusia yang handal dan berwawasan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan mampu untuk menjawab tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.

Lebih terperinci

berbagai macam aktivitas sosial serta ketaknyamanan dalam kesendirian dan menyendiri.

berbagai macam aktivitas sosial serta ketaknyamanan dalam kesendirian dan menyendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilihan dalam meningkatkan taraf hidup manusia. Maka kuncinya kemajuan bangsa dapat diukur dari kualitas pendidikannya sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak pada kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan bangsa. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lembang. Lembaga formal dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik lisan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam proses pendidikan. Ini berarti bahwa tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan ilmu, dan salah

Lebih terperinci

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain Eni Sukaeni, 2012 Penggunaan Model Penemuan Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang paling mendasar bagi pembentukan sumber daya manusia di masa mendatang (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Ngalim Purwanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bangsa yang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bangsa yang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu aspek dari program pemerintah yang perlu mendapat perhatian yang serius dalam pengembangan dewasa ini. Perlu disadari bahwa bangsa

Lebih terperinci

Olahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar

Olahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar Efektifitas Penggunaan Penugasan Proyek Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil Dan Peningkatan Hasil Belajar IPA Terpadu Siswa Kelas VII SMPN 7 Kota Bima Olahairullah Abstrak:Penelitian

Lebih terperinci