BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan yang dapat diuraikan sebagai berikut : menghasilkan barang baru (product nett).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan yang dapat diuraikan sebagai berikut : menghasilkan barang baru (product nett)."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Pengertian Produksi Menurut Ahman (2004:116), pengertian produksi mengalami perkembangan yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Menurut aliran Fisiokrat, produksi adalah kegiatan untuk menghasilkan barang baru (product nett). 2. Menurut aliran Klasik, produksi adalah kegiatan menghasilkan barang. Barang yang dihasilkan tidak harus barang baru, tetapi bisa juga barang yang hanya diubah bentuknya 3. Pengertian produksi terus berkembang. Pada akhirnya para ekonom memberikan pengertian produksi sebagai kegiatan menghasilkan barang maupun jasa, atau kegiatan menambah manfaat suatu barang. Produksi sering digunakan dalam istilah membuat sesuatu, dalam istilah yang lebih luas dan lebih fundamental, produksi diarahkan sebagai pengubahan bahan bahan dari sumber-sumber menjadi hasil yang diinginkan konsumen yang berupa barang dan jasa (Swastha dan Sukotjo, 1997:280). Produksi menurut Bruce R. Beattie (1994:3) merupakan proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan, seperti 10

2 11 kekuatan input, factor sumberdaya, atau jasa-jasa produksi dalam pembuatan suatu barang atau jasa. Produksi dalam arti ekonomi mempunyai pengertian semua kegiatan yang meningkatkan nilai kegunaan atau faedah (utility) suatu benda. Ini dapat berupa kegiatan yang meningkatkan kegunaan dengan mengubah bentuk atau menghasilkan barang baru (utility of form). Dapat pula meningkatnya kegunaan suatu benda itu karena adanya kegiatan yang mengakibatkan dapat berpindahnya suatu benda dari tangan seseorang ke tangan orang lain (Sriyadi, 1991:6). Sedangkan menurut Joseph M. Putti (1987:7) produksi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan hasil keluaran dan umumnya dinyatakan sebagai volume produksi dan dalam satuan unit-unit. Berdasarkan berbagai pengertian di atas maka yang dimaksud dengan produksi dalam penelitian ini adalah suatu proses memberdayakan sumber-sumber yang tersedia dengan cara meningkatkan nilai kegunaan atau faedah suatu benda untuk menghasilkan barang yang lebih bernilai, yang dalam hal ini berupa kain tenun Faktor Produksi Menurut Ahman (2004: ), faktor produksi merupakan unsur-unsur yang dapat digunakan atau dikorbankan dalam proses produksi. Faktor produksi yang biasa digunakan di dalam proses produksi yaitu :

3 12 1. Sumber Daya Alam. Segala sesuatu yang disediakan alam dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan disebut sumber daya alam. Sumber daya alam meliputi segala sesuatu yang ada di dalam Bumi (tanah, laut, hutan, dan termasuk juga sinar matahari, udara, serta air). 2. Tenaga Kerja. Tenaga kerja adalah segala kemampuan manusia yang diwujudkan dalam kegiatan, baik jasmani maupun rohani, yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang, jasa maupun meningkatkan faedah suatu barang. 3. Modal. Hasil faktor produksi atau hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut disebut modal. Dalam proses produksi, modal dapat berupa peralatan-peralatan dan bahan-bahan. Oleh karena peralatan dan bahan-bahan itu dapat diperoleh dengan uang, modal dapat juga berupa uang. 4. Kewirausahaan. Dalam proses produksi pengusaha berusaha mengkombinasikan berbagai faktor produksi untuk menghasilkan suatu produk dengan harapan memperoleh keuntungan (laba). Keuntungan ini dapat dicapai jika mereka berhasil menyelenggarakan usaha produksinya. Akan tetapi, jika gagal

4 13 mereka akan menanggung resiko rugi. Keberanian orang untuk bertanggungjawab dan menanggung resiko usaha produksi ini disebut kewirausahaan Bidang Produksi Menurut Ahman (2004:116), kegiatan produksi dapat dikelompokkan berdasarkan bidang garapannya sebagai berikut : 1. Bidang produksi ekstraktif Produksi yang bergerak dalam bidang pengambilan (penggalian) kekayaan alam yang telah tersedia, tanpa mengubah sifat atau bentuk barangnya disebut bidang produksi ekstraktif. Misalnya, pertambangan, pengambilan pasir dan batu di sungai, penebangan hutan alami, perburuan binatang hutan alami, dan penangkapan ikan di laut. 2. Bidang produksi agraris Produksi yang bergerak dalam bidang pengolahan alam (tumbuhan dan hewan) untuk menghasilkan barang baru disebut bidang produksi agraris. Contohnya, pertanian dalam arti luas yang meliputi persawahan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. 3. Bidang industri dan kerajinan Produksi yang bergerak dalam bidang pengolahan suatu bahan menjadi bentuk bahan atau barang lain disebut bidang industri dan kerajinan. Contohnya pabrik-pabrik yang mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi.

5 14 4. Bidang perdagangan Produksi yang bergerak dibidang jual beli barang hingga terjadi perpindahan hak milik barang tersebut disebut bidang perdagangan. Contohnya pedagang keliling, toko, swalayan, agen, dan grosir (perdagangan partai besar), serta ekspor dan impor. 5. Bidang jasa Produksi yang bergerak dibidang pelayanan jasa disebut bidang jasa. Contohnya, usaha angkutan, perhotelan, perbankan, asuransi, perbengkelan, salon, layanan kesehatan, dan usaha hiburan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa di Sentra Industri Tenun Ikat Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara ini merupakan kumpulan unit-unit usaha yang bergerak di bidang industri dan kerajinan yang mengolah bahan baku benang menjadi barang jadi berupa kain tenun tradisional. Menurut Mulyadi (1999:18), cara memproduksi produk secara garis besar dapat dibagi menjadi dua macam yaitu : 1. Produksi atas dasar pesanan Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengolahan produknya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Misalnya, perusahaan percetakan, mebel, dan dok kapal.

6 15 2. Produksi massa Perusahaan yang berproduksi berdasarkan produksi massa melaksanakan pengolahan produknya untuk memenuhi persediaan di gudang. Umumnya produknya berupa produk standar. Misalnya, perusahaan semen, pupuk, makanan ternak, bumbu masak, dan tekstil. Berdasarkan uraian di atas, para pengrajin tenun di Sentra Industri Tenun Ikat Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara ini berproduksi untuk memenuhi persediaan untuk kemudian ditawarkan (dijual) kepada konsumen dan berproduksi atas dasar pesanan Fungsi Produksi Fungsi produksi menurut Sadono Sukirno (2002:190) adalah hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya. Faktor-faktor produksi tersebut dibedakan menjadi empat golongan yaitu tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian keusahawanan. Dalam menentukan komposisi faktor produksi yang akan meminimumkan biaya produksi, produsen perlu memperhatikan (i) besarnya pembayaran kepada faktor produksi tambahan yang akan digunakan, dan (ii) besarnya pertambahan hasil penjualan yang diwujudkan oleh faktor produksi yang ditambah tersebut. Untuk meminimumkan biaya (atau memaksimumkan hasil penjualan), prinsip yang harus dipegang produsen adalah mengambil unit

7 16 tambahan faktor produksi yang akan menghasilkan tambahan nilai penjualan yang paling maksimum. Faktor produksi dikenal dengan istilah input dan jumlah produksi disebut sebagai output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus (fungsi Cobb- Douglas) seperti berikut : Q = f (K, L, R,T) dimana : K = Jumlah stok modal L = Jumlah tenaga kerja, meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahlian keusahawanan. R = Kekayaan alam T = Tingkat teknologi yang digunakan Q = Jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktorfaktor produksi, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat produksinya. (Sadono Sukirno, 2002:192) Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang bergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda

8 17 pula. Disamping itu, untuk satu tingkat produksi tertentu dapat pula digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda-beda. Produk sebagai output (keluaran) dari proses produksi sangat bergantung pada faktor produksi sebagai input (masukan). Semakin besar jumlah factor produksi (input) yang masuk dalam proses produksi, semakin besar pula jumlah produk (output) yang dihasilkan (Ahman, 2004:120). Teori ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Aliasuddin (2002) mengenai produksi optimal dan Return to Scale (RTS) pada industri besar dan kecil di Indonesia, yang menyatakan bahwa setiap ada kenaikan input (modal, kekayaan alam, tenaga kerja, dan teknologi) maka output (produksi) akan mengalami peningkatan. Akan tetapi keadaan ini tidak berlaku untuk tenaga kerja. Peningkatan tenaga kerja boleh jadi menyebabkan peningkatan produksi tetapi dapat juga mengakibatkan berkurangnya produksi. Selain teori fungsi Cobb Douglas di atas, beberapa ahli lain juga mengemukakan konsep-konsep produksi yang lainnya. Salah satunya adalah konsep Return to Scale (RTS). Konsep Return to Scale yang dikemukakan R. W Shephred (1970) menerangkan bahwa produksi optimal dapat dicapai apabila ada pengorganisasian penggunaan input sebaik mungkin. Jika tambahan input mengakibatkan pengurangan produksi maka penambahan tersebut tidak diperlukan karena pada saat tersebut penambahan input tidak lagi efisien. Sementara itu,

9 18 penambahan input yang mengakibatkan penambahan output yang jauh lebih besar juga kurang baik karena pada saat tersebut ongkos produksi per unit telah mengalami peningkatan. Kontribusi input yang optimal dicapai apabila tambahan input proporsional dengan tambahan output. Dalam hal ini R. W Shephred (1970) mengemukakan model dasar fungsi Produksi Homothetic, dimana model ini mempunyai Return to Scale (RTS) yang berubah sesuai dengan gabungan input yang digunakan. Return to Scale (RTS) ini menggambarkan efisiensi pengunaan input. Sedangkan menurut Nicholson (1998), Chaves dan Cox (1999), efisiensi ini hanya dicapai pada saat Return to Scale (RTS) yang konstan (constan RTS_CRTS). Konsep fungsi produksi Homothetic ini kemudian dimodifikasi oleh Fare dan Yoon (1985) menjadi fungsi produksi Ray-Homothetic Cobb-Douglas seperti berikut : Qeθ = log{θk α [K /( K + L )] Lβ [ L ( K + L )]} Dengan Return to Scale (RTS) sebagai berikut : RTS = [(αk + βl) /(K + L) / Q] Sedangkan produksi optimal dihitung dengan rumus : OQ = Q. RTS

10 19 Keterangan : θ,α,β = parameter Q K L = produksi (output) = modal = tenaga kerja Persamaan tersebut di atas menggambarkan return to scale (RTS) yang tergantung pada tingkat produksi dan gabungan input. Selain itu, produksi optimal juga ditentukan oleh gabungan input (Aliasuddin, 2002:3) Hasil Produksi Menurut Haryanto (2002:15), hasil produksi atau output adalah total barang atau jasa yang dihasilkan oleh unit usaha atau perusahaan. Hasil produksi merupakan keluaran (output) yang diperoleh dari pengelolaan input produksi (sarana produksi atau biasa disebut masukan) dari suatu usaha (Daniel, 2002:121). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil produksi adalah semua keluaran yang diperoleh atau sejumlah hasil yang diperoleh pengrajin berupa kain tenun setelah dilakukan pengolahan input produksi (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung) yang diukur dengan rupiah. Jadi hasil yang diperoleh pengrajin tenun dalam satu kali proses produksi dikalikan dengan harga jual dari kain tenun tersebut.

11 20 Satu kali proses produksi disini diartikan sebagai waktu yang diperlukan dalam berproduksi yang diukur sejak bahan baku benang diolah, diwarnai, dipalet, dicucuk, hingga selesai ditenun dan menjadi produk akhir berupa kain tenun. Proses ini secara keseluruhan menghabiskan waktu rata-rata satu bulan. Sentra Industri Tenun Ikat Troso Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara ini merupakan kumpulan unit usaha yang menghasilkan produk tekstil berupa kain tenun. Jadi hasil produksi yang diperoleh di Sentra Industri Tenun Ikat Troso ini adalah kain tenun yang terdiri dari dua jenis yaitu kain tenun bermotif dan kain tenun polos. Dalam proses produksinya Industri Tenun Ikat Troso ini menggunakan peralatan produksi berupa mesin alat tenun bukan mesin ( ATBM ). Menurut Tarmudji (1991:36-37), hasil produksi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : 1. Barang Konsumsi Barang konsumsi adalah barang-barang yang dibeli untuk dikonsumsikan. Pembelinya didasarkan atas kebiasaan membeli dari konsumen. Jadi pembeli barang konsumsi ini adalah pembeli atau konsumen akhir, Karena barang-barang tersebut banyak dipakai sendiri (termasuk diberikan orang lain). Barang konsumsi dibedakan menjadi tiga yaitu :

12 21 a. Barang konsumen, yaitu barang yang mudah dipakai, dapat dibeli disembarang tempat dan waktu. b. Barang shopping, yaitu barang yang membelinya dengan mencari dulu danharus dipertimbangkan masak-masak. c. Barang spesial, yaitu barang yang mempunyai ciri khas dapat dibeli ditempat tertentu saja dan membelinya harus memerlukan pengorbanan. 2. Barang Industri Barang industri adalah barang-barang yang dibeli untuk diproses lagi untuk kepentingan industri. Barang industri dibedakan menjadi lima golongan yaitu : a. Bahan baku b. Komponen dan barang setengah jadi, yang diperlukan untuk melengkapi produk akhir. c. Perlengkapan operasi, adalah barang yang dapat digunakan untuk membantu lancarnya proses produksi maupun kegiatankegiatan lain. d. Instalasi, adalah produk utama dalam perusahaan yang dapat dipakai untuk jangka waktu lama. e. Peralatan ekstra, adalah alat yang siap dipakai untuk membantu instalasi. Berdasarkan uraian di atas maka hasil produksi di Sentra Industri Tenun Ikat Troso ini termasuk dalam kategori barang

13 22 industri karena kain tenun yang dihasilkan disini merupakan bahan baku yang akan dibeli untuk diproses kembali untuk kepentingan konsumen. Setiap kali proses produksi berakhir pengrajin tenun biasanya menghitung berapa hasil bruto yang diperolehnya. Hasil tersebut kemudian dinilaikan dengan sejumlah uang dan tidak semuanya diterima oleh pengrajin. Hasil yang diperoleh kemudian akan dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkannya untuk membeli bahan baku dan membayar upah tenaga kerja langsung. Setelah itu baru dapat diketahui berapa keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh pengrajin Perluasan Produksi Dalam berproduksi biasanya pengusaha selalu berusaha meningkatkan hasil produksinya dengan berbagai cara diantaranya dengan usaha perluasan produksi. Menurut Ahman (2004:121), perluasan produksi mengandung arti memperluas dan meningkatkan produksi dengan maksud meningkatkan produk, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perluasan produksi dapat dilakukan dengan cara : 1. Intensifikasi, merupakan usaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan cara memperbaiki atau mengganti alat produksi yang digunakan baik dengan meningkatkan produktivitas faktor-faktor produksi maupun memperbaiki metode kerja.

14 23 2. Ekstensifikasi, merupakan usaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan cara memperluas atau menambah faktor produksi. 3. Diversifikasi, merupakan cara untuk meningkatkan produksi memperluas usaha dengan menambah jenis produksi atau hasil. Misalnya mula-mula memproduksi benang, kain, kemudian pakaian jadi. 4. Rasionalisasi, merupakan usaha untuk meningkatkan produksi dengan meningkatkan manajemen keilmuwan melalui jalur pendidikan dan teknologi, serta mempertinggi efisiensi kerja dan modal. (Rasjidin, 1996:38). Perluasan produksi yang dilakukan dalam suatu bidang produksi dibatasi dengan berlakunya Hukum Pertambahan Hasil yang Semakin Menurun (The Law of Deminishing Marginal Returns) yang dikemukakan oleh David Ricardo ( ). Menurut David Ricardo, jika kita manambah terus-menerus tambahan salah satu unit input dalam jumlah yang sama, sedangkan input yang lain tetap sama, maka kita akan memperoleh semakin sedikit tambahan output (Rasjidin, 1996:42). Setelah diadakan penelitian oleh pakar-pakar ekonomi lainnya, ternyata hukum ini berlaku di semua perusahaan tidak hanya dalam pertanian, karena disetiap perusahaan ada faktor produksi yang kemampuannya terbatas.

15 24 Misalnya suatu perusahaan tekstil mempunyai satu unit mesin dengan kapasitas produksi meter kain putih sehari (16 jam kerja). Pada waktu awal berproduksi pabrik tersebut dapat menghasilkan 1000 meter kain putih sehari per 8 jam kerja. Selanjutnya, secara bertahap diadakan penambahan satuan tenaga dan modal. Mula-mula diperoleh hasil lebih yang semakin naik, tetapi mulai tingkat produksi tertentu hasil lebihnya makin menurun, sampai akhirnya mencapai tingkat produksi maksimum. Dengan demikian hukum hasil lebih yang makin menurun disempurnakan menjadi sebagai berikut Apabila pada suatu bidang usaha terus-menerus ditambah satuan tenaga dan modal, mulai tingkat produksi tertentu akan memperoleh lebih yang makin menurun (Rasjidin, 1996:44) Biaya Produksi Langsung Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisasi (Hansen dan Mowen, 2000:38). Menurut Sriyadi (1995:221), biaya adalah pengorbanan yang rasional, yang seharusnya dapat diduga lebih dahulu dan tidak dapat dihindarkan, yang dapat dihitung dengan nilai uang dan yang berhubungan dengan produksi barang dan jasa. Biaya produksi diartikan sebagai keseluruhan faktor produksi yang dikorbankan dalam proses produksi. Sebagian ahli ekonomi

16 25 kemudian mengatakan bahwa biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang dikorbankan untuk menghasilkan produk hingga produk itu sampai di pasar, atau sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian biaya angkut, biaya penyimpanan di gudang, dan biaya iklan yang menunjang proses produksi hingga produk itu sampai ke tangan konsumen, dapat dikategorikan biaya produksi (Ahman, 2004:162). Biaya produksi merupakan kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai (Daniel, 2002:121). Menurut Sadono Sukirno (2002:205), biaya produksi dedefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahanbahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual (Mulyadi, 1993:4). Adolph Matz (1990:24) berpendapat bahwa biaya produksi (factory cost) adalah jumlah dari tiga unsur biaya yaitu biaya langsung, pekerja langsung, dan overhead pabrik. Menurut Kartasapoetra (1988:41-42), Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh produsen untuk memperoleh factor-faktor produksi dan bahan-bahan penunjang

17 26 lainnya yang akan didayagunakan agar produk-produk tertentu yang telah direncanakan dapat terwujud dengan baik. Biaya produksi akan selalu muncul dalam setiap kegiatan ekonomi dimana usahanya selalu berkaitan dengan diperlukannya input (faktor-faktor produksi), ataupun pengorbanan lainnya yang digunakan dalam kegiatan produksi. Menurut Sriyadi (1995:222), biaya dapat dibedakan menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya tak langsung (indirect cost). Biaya langsung adalah biaya yang langsung dapat dihitung atau dapat langsung dibebankan pada produk (barang atau jasa). Sedangkan biaya tak langsung adalah biaya yang pembebanannya pada produk harus lebih dahulu melalui perhitungan-perhitungan sehingga ada beberapa cara pembebanan biaya tak langsung. Dalam hubungannya dengan produk, biaya langsung ini disebut dengan biaya produksi langsung, sedangkan biaya tak langsung disebut dengan biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Berdasarkan uraian di atas, maka biaya produksi langsung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan biaya yang secara langsung dikeluarkan pengrajin tenun untuk memperoleh faktor-faktor produksi seperti modal dalam bentuk bahan baku, dan tenaga kerja dalam bentuk tenaga kerja langsung yang akan digunakan untuk memproduksi kain tenun tradisional.

18 Komponen Biaya Produksi Menurut Ahman (2004:162), biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut : 1. Bahan baku atau bahan dasar, termasuk bahan setengah jadi 2. Bahan-bahan pembantu atau bahan penolong 3. Upah tenaga kerja, dari tenaga kerja kuli hingga top manajer 4. Penyusutan peralatan produksi 5. Bunga modal 6. Sewa (gedung atau peralatan yang lain) 7. Biaya penunjang, seperti biaya transportasi atau angkutan, biaya admisnitrasi, biaya listrik dan telepon, pemeliharaan peralatan produksi, pemeliharaan lingkungan perusahaan, biaya penelitian (laboratorium), biaya keamanan, dan asuransi 8. Biaya pemasaran, seperti biaya penelitian dan analisis pasar produk, biaya angkutan dan pengiriman, dan biaya reklame atau iklan 9. Pajak perusahaan Macam-macam Biaya Produksi Menurut Haryanto (2002:22), biaya produksi secara lebih luas dalam suatu perusahaan dapat dibedakan menjadi : 1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap merupakan biaya yang dalam kurun waktu tertentu jumlahnya tetap dan tidak berubah. Biaya ini tidak

19 28 tergantung dari banyak sedikitnya barang atau output yang dihasilkan. Misalnya biaya gaji pegawai tetap, manajer, sewa tanah, penyusutan mesin, bunga pinjaman bank. Biaya tetap ini dibedakan menjadi dua macam yaitu : a. Biaya tetap total (total fixed cost), merupakan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam jumlah tetap dalam jangka waktu tertentu. b. Biaya tetap rata-rata (average fixed cost), merupakan biaya tetap yangdibebankan pada setiap satuan output yang dihasilkan. 2. Biaya Variabel (Variabel Cost) Biaya variabel merupakan pengeluaran yang jumlahnya tidak tetap atau berubah-ubah sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan. Dalam hal ini, semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan, semakin besar pula biaya variabelnya. Misalnya biaya bahan baku, bahan pembantu, bahan bakar, dan upah tenaga kerja langsung. Biaya variabel ini dibedakan menjadi dua macam yaitu : a. Biaya variabel total (total variabel cost), merupakan seluruh biaya yang harus dikeluarkan selama masa produksi output dalam jumlah tertentu. b. Biaya variabel rata-rata (average variabel cost), merupakan biaya variable yang dikeluarkan untuk setiap unit output.

20 29 3. Biaya Total (Total Cost) Biaya total merupakan jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi semua output, baik barang maupun jasa. Biaya ini dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya tetap total dengan biaya variabel total. 4. Biaya Rata-rata (Average Cost) Biaya rata-rata merupakan biaya total yang dikeluarkan untuk setiap unit output. 5. Biaya Marginal (Marginal Cost) Biaya marginal merupakan kenaikan dari biaya total yang diakibatkan oleh diproduksinya tambahan satu unit output Biaya Produksi Langsung Menurut Mulyadi (1999:15), dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan sebagai berikut : 1. Biaya Produksi langsung Biaya langsung adalah biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya langsung dalam hubungannya dengan produk disebut biaya produksi

21 30 langsung. Biaya produksi langsung ini terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. a. Biaya Bahan Baku Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi (Mulyadi, 1999:295). Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai di dalam pengolahan produk (Supriyono, 1987:21). Pada Sentra Industri Tenun Ikat Troso, biaya bahan baku yang dikeluarkan meliputi : 1. Biaya pembelian benang Lusi Biaya pembelian benang Lusi adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membeli benang Lusi dalam satu kali proses produksi. Benang Lusi merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan kain tenun yang digunakan sebagai panjang kain. 2. Biaya pembelian benang Pakan Biaya pembelian benang Pakan adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membeli benang Pakan dalam satu kali proses produksi. Benang Pakan juga merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan kain tenun yang digunakan sebagai lebar kain.

22 31 3. Biaya pembelian obat pewarna Biaya pembelian obat pewarna adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membeli obat pewarna dalam satu kali proses produksi. Obat pewarna merupakan bahan baku pendukung dalam proses pembuatan kain tenun bermotif. b. Biaya Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung adalah semua karyawan yang secara langsung ikut serta memproduksi produk jadi yang jasanya dapat diusut secara langsung pada produk dan yang upahnya merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk (Mulyadi, 1999:345). Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang langsung menangani pembuatan (proses) dari bahan dasar sampai menjadi barang jadi (Machfoedz, 1990:111). Pada Sentra Industri Tenun Ikat Troso, biaya tenaga kerja yang dikeluarkan meliputi : 1. Upah tenaga penenun Upah tenaga penenun adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga penenun dalam satu kali proses produksi. Tenaga penenun adalah tenaga kerja yang bertugas untuk menenun benang Lusi dan benang

23 32 Pakan pada mesin tenun yang disebut alat tenun bukan mesin (ATBM) hingga menjadi kain tenun. 2. Upah tenaga cucuk Upah tenaga cucuk adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga cucuk dalam satu kali proses produksi. Tenaga cucuk adalah tenaga kerja yang bertugas untuk memasukkan ujung-ujung benang Lusi yang telah digulung pada Bom ke dalam alat tenun bukan mesin (ATBM). 3. Upah tenaga palet Upah tenaga palet adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga palet dalam satu kali proses produksi. Tenaga palet adalah tenaga kerja yang bertugas menggulung (ngikal) benang Lusi dan benang Pakan pada Bom untuk kemudian dimasukkan ke alat tenun bukan mesin (ATBM). 4. Upah tenaga pewarna Upah tenaga pewarna adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga pewarna dalam satu kali proses produksi. Tenaga pewarna adalah tenaga kerja yang bertugas untuk mewarnai benang Lusi maupun benang Pakan yang akan ditenun dalam alat tenun bukan mesin (ATBM).

24 33 2. Biaya produksi tidak langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh produksi sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produksi tertentu. Biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan berikut ini : a. Biaya bahan Penolong, yaitu bahan yang ikut dalam proses produksi tetapi tidak secara nyata menjadi produk. b. Biaya tenaga kerja tidak langsung, yaitu tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. c. Biaya reparasi dan pemeliharaan d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian aktiva tetap e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu f. Biaya yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai. Berdasarkan pengelompokan biaya-biaya di atas, maka yang dimaksud dengan biaya produksi langsung dalam penelitian ini adalah keseluruhan biaya yang secara langsung dikorbankan (dikeluarkan) oleh pengrajin tenun untuk menghasilkan produk berupa kain tenun. Biaya produksi langsung ini meliputi pembelian

25 34 benang Lusi, benang Pakan, obat pewarna, dan upah tenaga penenun, tenaga cucuk, tenaga palet, dan tenaga pewarna Industri Kecil Menurut Badan Pusat Statistik (BPS:2006), sektor industri dapat dibedakan menjadi : 1. Industri besar, adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih. 2. Industri sedang, adalah perusahaan dengan tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang. 3. Industri kecil dan rumah tangga, adalah perusahaan dengan tenaga kerja lima sampai dengan 19 orang. 4. Industri rumah tangga, adalah perusahaan dengan tenaga kerja satu sampai dengan empat orang. Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka industri tenun di Sentra Sentra Industri Tenun Ikat Troso ini termasuk dalam kategori industri kecil dan rumah tangga dengan tenaga kerja 5 sampai 19 orang. Menurut Subanar (1995:3), pada hakekatnya usaha kecil yang ada secara umum dikelompokkan ke dalam tiga golongan khusus yang meliputi : 1. Industri kecil; misalnya industri kerajinan rakyat, industri cor logam, konveksi, dan berbagai industri lainnya.

26 35 2. Perusahaan berskala kecil; misalnya penyalur, toko kerajinan, koperasi, waserba, restoran, toko bunga, jasa profesi, dan lainnya. 3. Sektor informal; misalnya agen barang bekas, kios kaki lima, dan lainnya. Berdasarkan pengelompokan di atas, maka industri tenun di Sentra Industri Tenun Ikat Troso ini termasuk industri kecil karena merupakan industri kerajinan rakyat yang mengolah bahan baku benang menjadi kain tenun tradisional. Sedangkan Undang Undang Usaha Kecil mendefinisikan usaha kecil sebagai usaha yang dimiliki dan dioperasikan secara bebas, dan yang tidak dominan dalam bidang operasinya (Benge, 1983:205). Menurut Asyari Saleh (1986:50-51), berdasarkan eksistensi dinamisnya industri kecil (dan rumah tangga) di Indonesia dapat dibagi ke dalam tigakelompok kategori yaitu : 1. Industri lokal, yaitu kelompok jenis industri yang menggantungkan kelangsungan hidupnya kepada pasar setempat yang terbatas, serta relative tersebar dari segi lokasinya. 2. Industri sentra, yaitu kelompok jenis industri yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil, tetapi membentuk suatu pengelompokan atau kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis.

27 36 3. Industri mandiri, yaitu kelompok jenis industri yang masih mempunyai sifatsifat industri kecil, namun telah berkemampuan mengadakan teknologi produksi yang cukup canggih. Berdasarkan definisi tersebut maka industri tenun ikat Troso yang dimaksud dalam penelitian ini termasuk kategori industri sentra karena industri-indutri kecil ini mengelompok di suatu daerah yaitu desa Troso membentuk kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis berupa kain tenun. Karakteristik industri kecil menurut Tambunan (1999:20) antara lain : 1. Proses produksi lebih mechanized dan kegiatannya dilakukan di tempat khusus (pabrik) yang biasanya berlokasi disamping rumah si pengusaha atau pemilik usaha. 2. Sebagian besar tenaga kerja yang bekerja di industri kecil adalah pekerja bayaran (wage labour). 3. Produk-produk yang dibuat termasuk golongan barang-barang yang cukup sophisticated. Menurut Cahyono (1983 : 13), perusahaan kecil memiliki beberapa keunggulan khusus diantaranya : 1. Hubungan yang lebih pribadi dengan langganan, pensuplai, dan karyawan 2. Hubungan interpersonal yang lebih erat 3. Lebih efisien dalam berbagai hal

28 37 4. Sumber inovasi, termasuk fleksibilitas dalam berbagai tindakan 5. Faktor pengontrol bagi perusahaan besar yang cenderung mengembangkan monopoli 6. Kehidupan bermsyarakat yang lebih luas 7. Produksi/ pengembangan pemimpin-pemimpin. Selain beberapa keunggulan di atas, menurut Cahyono (1983:14) perusahaan kecil juga memiliki kelemahan-kelemahan khusus diantaranya : 1. Kurangnya kemampuan mengelola akibat kurangnya latihan dan pengembangan 2. Lemahnya daya finansial, termasuk pajak yang tidak wajar 3. Posisi bersaing yang kurang kuat 4. Kurang terkoordinasinya produksi dengan penjualan 5. Sistem pencatatan yang kurang sempurna teknik pemasaran yang kurang efektif 6. Meningkatnya kompleksitas operasi. Persoalan pokok yang dihadapi oleh usaha menengah dan kecil di Indonesia menurut Drs. Prayoga Mirhad (dalam Cahyono, 1983:86) yaitu : 1. Rendahnya tingkat produktivitas usaha dibandingkan dengan usaha besar

29 38 2. Sangat peka terhadap keadaan perekonomian, sehingga adanya perubahan yang kecil saja di pasaran (misalnya) sudah sangat mempengaruhi usaha kecil Indonesia 3. Kelemahan dalam struktur keuangan perusahaan 4. Kesulitan untuk memperoleh tenaga manajer yang cakap dan 2.2. Penelitian Terdahulu dapat diserahi tugas yang penting dan dapat dipercaya. Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang dilakukan sebelum penelitian ini, dimana variabel penelitian yang digunakan sama dengan varibel yang digunakan pada penelitian ini. Hasil penelitian terdahulu dapat di lihat pada table 1 di bawah ini: Tabel 1 Penelitian Terdahulu Tehnis No Judul Variabel analisis 1 Optimal dan Return to Scale (RTS) pada Iindustri Besar dan Kecil di Indonesia Aliasuddin (2002) Biaya Bahan Baku (x1) Biaya Tenaga Kerja Langsung (x2) Energi (x3) Hasil penelitian Regressi Linier Variabel Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja dan Energi baik secara partial dan simultan relative pengaruh terhadap Hasil Produksi 2 Analisis Pengaruh Biaya Produksi Langsung Terhadap Hasil Produksi Pengrajin Kuningan di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati ( Ahmad Sholikin, 2004) Biaya Bahan Baku (x1) Biaya Tenaga Kerja Langsung (x2) Analisis Regresi Berganda Variabel Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Langsung Berpengaruh Positif Terhadap Hasil Produksi Pengrajin Kuningan Kuningan di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati 3 Analisis Pengaruh Biaya Produksi Langsung Terhadap Hasil Produksi Pengrajin Tenun di ATBM Medono Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan Biaya Bahan Baku (x1) Biaya Tenaga Kerja Langsung (x2) Regressi berganda Variabel Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Langsung Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Hasil Produksi Pengrajin ATBM Medono Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan (Trima Nur Siam, 2007) Sumber : Aliasuddin (2002), Ahmad Sholikin (2004), Trima Nur Siam (2007)

30 Kerangka Pemikiran Proses produksi akan berjalan lancar apabila faktor-faktor produksinya dapat terpenuhi dengan baik. Untuk mendapatkan berbagai faktor-faktor produksi seperti modal, tenaga kerja, sumberdaya, dan teknologi maka diperlukan biayabiaya. Biaya-biaya ini dikeluarkan untuk menghasilkan produk yang dapat mendatangkan manfaat dimasa datang yang biasanya berupa laba maupun sisa hasil usaha. Produksi suatu produk akan selalu memerlukan bahan mentah atau bahan baku, tenaga kerja langsung, dan hal-hal lainnya yang secara tidak langsung mendukung produksi tersebut. Demikian pula yang terjadi di Sentra Industri Ikat Tenun Troso, para pengrajin tenun memerlukan biaya produksi langsung yang berupa biaya bahan baku untuk pembelian benang Lusi, benang Pakan, dan obat pewarna, serta biaya tenaga kerja langsung meliputi upah tenaga penenun, tenaga cucuk, tenaga palet, dan tenaga pewarna, untuk dapat menjalankan usahanya (berproduksi) hingga akhirnya mereka dapat menikmati keuntungan dari memproduksi kain tenun tersebut. Agar hasil produksi dapat optimal maka diperlukan biaya produksi yang cukup pula. Penggunaan input (faktor-faktor produksi) harus proporsional dengan output yang dihasilkannya (hasil produksi) sehingga keuntungan yang mereka peroleh dapat maksimal. Akan tetapi dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul seperti kenaikan tarif dasar listrik dan bahan bakar minyak yang menyebabkan kenaikan biaya produksi, penurunan permintaan masyarakat, dan turunnya harga jual

31 40 kain tenun, maka para pengrajin harus pandai-pandai mengelola dan mencari kombinasi yang tepat dalam menggunakan faktor-faktor produksi sehingga dapat memperoleh hasil produksi yang optimal dengan biaya yang minimal. Keterkaitan antara biaya produksi langsung dengan hasil produksi pengrajin tenun ikat Troso seperti uraian di atas dapat ditunjukkan dalam bagan seperti di bawah ini. Biaya Bahan Baku : Jumlah bahan baku yang digunakan meliputi benang Lusi, benang Pakan, dan obat pewarna setelah dikalikan dengan harga pembeliannya. Biaya Tenaga Kerja langsung: Jumlah tenaga kerja langsung yang digunakan meliputi tenaga penenun, tenaga cucuk, tenaga palet, dan tenaga pewarna, setelah dikalikan dengan upah per hari. Hasil Produksi : Jumlah kain tenun yang dihasilkan Gambar 2.1 Konsep kerangka Berpikir 2.4. Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap suatu permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002:64).

32 41 Berdasarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan hipotesis : H1 = Ada pengaruh biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung terhadap hasil produksi.

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat. karyawan, meniadakan jam lembur, mengurangi pos-pos pengeluaran yang

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat. karyawan, meniadakan jam lembur, mengurangi pos-pos pengeluaran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi diarahkan kepada terwujudnya perekonomian nasional yang mandiri dan handal berdasarkan demokrasi ekonomi untuk meningkatkan kemakmuran ekonomi secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel Input-Output Indonesia tahun 2008 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu,

Lebih terperinci

Teori Produksi dan biaya produksi

Teori Produksi dan biaya produksi Teori Produksi dan biaya produksi Pertemuan ke-tujuh Pengantar Ilmu Ekonomi Thursday, April 28, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-7 Perusahaan dalam sudut pandang teori ekonomi Fungsi produksi Teori produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membantu manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik. Secara luas

BAB II LANDASAN TEORI. membantu manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik. Secara luas 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Manajemen Keberadaan akuntansi manajemen sangat penting di dalam suatu organisasi untuk membantu manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik. Secara luas akuntansi

Lebih terperinci

Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Penjualan Dan Laba Operasi Pada Perusahaan Manufaktur

Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Penjualan Dan Laba Operasi Pada Perusahaan Manufaktur Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Financial Accounting 2015-12-21 Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Penjualan Dan Laba Operasi Pada Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya dan Pengklasifikasian Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi baik organisasi bisnis, non bisnis, manufaktur, dagang dan jasa. Dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Unsur - Unsur Biaya Produksi 1. Pengertian Biaya Produksi Sebelum membahas mengenai biaya produksi, terlebih dahulu dijelaskan pengertian dari biaya itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang membahas mengenai penentuan harga pokok produk. Akuntansi biaya secara khusus berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Akuntansi Biaya Akuntansi dalam suatu organisasi atau perusahaan dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu akuntansi keuangan (financial accounting) dan akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 5. Kegiatan Pokok EkonomiLatihan Soal 5.1

SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 5. Kegiatan Pokok EkonomiLatihan Soal 5.1 1. Pemilik faktor produksi modal akan memperoleh... SMP kelas 9 - EKONOMI BAB 5. Kegiatan Pokok EkonomiLatihan Soal 5.1 sewa upah laba bunga Pemilik faktor produksi 1. Alam mendapatkan Sewa 2. Tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Peneliti Terdahulu Hasil penelitian Rahayu (2015) tentang Analisis Pembebanan Biaya Overhead Pabrik terhadap Harga Jual Produk pada UKM di Wilayah Sukabumi yaitu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa

Lebih terperinci

metode penulisan, serta sistematika penyajian.

metode penulisan, serta sistematika penyajian. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan laporan, metode penulisan, serta sistematika penyajian. BAB II Kajian Pustaka Bab ini menguraikan teori yang mendukung pokok permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya Pengertian Biaya

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya Pengertian Biaya 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya 2.1.1. Pengertian Biaya Konsep biaya merupakan konsep yang terpenting dalam akuntansi manajemen dan akuntansi biaya. Adapun tujuan memperoleh informasi biaya digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Akuntansi Biaya 2.1.1. Pengertian Akuntasi Biaya Secara garis besar Akuntasi berarti pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian dari transaksi-transaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Produksi 2.1.1.1 Pengertian Produksi Produksi adalah salah satu dari kegiatan ekonomi suatu perusahaan, sebab tanpa adanya proses produksi maka tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sejumlah peneltian terdahulu diambil untuk memperkuat penelitian ini dan sekaligus sebagai acuan dalam penelitian ini. Adapun penelitian tersebut

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data Tabel Input-Output Propinsi Kalimantan Timur tahun 2009 klasifikasi lima puluh

Lebih terperinci

Makalah Kewirausahaan. Ketegasan dalam Aspek Produksi. Disusun oleh: Ambar Dwi Wuladari. Irfan Priabodo

Makalah Kewirausahaan. Ketegasan dalam Aspek Produksi. Disusun oleh: Ambar Dwi Wuladari. Irfan Priabodo Makalah Kewirausahaan Ketegasan dalam Aspek Produksi Disusun oleh: Ambar Dwi Wuladari Irfan Priabodo Ketegasan dalam Aspek Produksi Pendahuluan: Kegiatan produksi dengan menciptakan atau menambah nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena biaya sangat berpengaruh dalam mendukung kemajuan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI BAB II HARGA POKOK PRODUKSI Bab ini berisi teori yang akan digunakan sebagai dasar melakukan analisis data. Mencakup pengertian dan penggolongan biaya serta teori yang berkaitan dengan penentuan harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada kemampuan bangsa dalam menggapai tingkat produktivitas yang tinggi dan berkesinambungan,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Profit Margin (Studi Kasus pada Perusahaan Meubel PT. Jaya Indah Furniture

BAB II URAIAN TEORITIS. Profit Margin (Studi Kasus pada Perusahaan Meubel PT. Jaya Indah Furniture BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pinasih (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efisiensi Biaya Bahan Baku dan Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung Terhadap Rasio Profit Margin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN. Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk membuat perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Untuk itu manajemen

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa

Lebih terperinci

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK Nurul Badriyah,SE,MPd ABSTRAK Direct costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN TARIF BERDASARKAN METODE WAKTU DAN BAHAN

BAB II PENENTUAN TARIF BERDASARKAN METODE WAKTU DAN BAHAN BAB II PENENTUAN TARIF BERDASARKAN METODE WAKTU DAN BAHAN 2.1 Jasa 2.1.1 Definisi Jasa Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan pada dasarnya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha logam mempunyai peranan strategis pada struktur perekonomian nasional terutama dalam menunjang industri penghasil komponen, industriindustri pengerjaan

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Produksi 1. Pengertian Produksi Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Menurut Ahman (2004:116),

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING II.1. Harga Jual Penentuan harga jual suatu produk atau jasa merupakan salah satu keputusan penting manajemen karena harga yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BIAYA JASA

BAB II PENENTUAN BIAYA JASA 12 BAB II PENENTUAN BIAYA JASA 2.1. Jasa Perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakn barang dan jasa bagi masyarakat, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PENGARUH BIAYA BAHAN BAKU DAN BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG TERHADAP HASIL PRODUKSI DI SENTRA INDUSTRI TENUN ATBM DESA PAKUMBULAN KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN SKRIPSI Untuk Memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40). BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA II.1. Pengertian Biaya Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya 2.2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi sebagai salah satu ilmu terapan mempunyai dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Salah satu yang

Lebih terperinci

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA Manajemen dalam menjalankan tugasnya harus mempunyai keahlian serta kemampuan untuk memanfaatkan setiap faktor produksi yang ada. Salah satu

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang memungkinkan dilakukannya proses

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan, pengambilan keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pinasih (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efisiensi

BAB II URAIAN TEORITIS. Pinasih (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efisiensi BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pinasih (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Efisiensi Biaya Bahan Baku dan Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Langsung Terhadap Rasio Profit Margin

Lebih terperinci

BAB II UKM DAN BIAYA

BAB II UKM DAN BIAYA BAB II UKM DAN BIAYA 2.1 Usaha Kecil Menengah (UKM) 2.1.1 Pengertian UKM Usaha Kecil Menengah atau disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu pada jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2007:18) yang dimaksud dengan harga pokok produksi adalah harga pokok produksi memperhitungkan semua unsur biaya yang terdiri dari biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi dan pengelompokan biaya. dengan pendapatan untuk menentukan laba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi dan pengelompokan biaya. dengan pendapatan untuk menentukan laba. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Biaya Produksi a. Definisi dan pengelompokan biaya Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam penerapan activity based costing, pemahaman konsep dan klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini menjelaskan mengenai pengertian yang mendasari dari perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari buku ilmiah, laporan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Manajemen Akuntansi dapat dipandang dari dua tipe akuntansi yang ada yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Sebagai salah satu tipe informasi akuntansi manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Kriteria Aset Tetap 2.1.1 Pengertian Aset Tetap Setiap perusahaan apapun jenis usahanya pasti memiliki kekayaan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Terdapat beberapa pengertian akuntansi biaya yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain: Rayburn yang diterjemahkan oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 7 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Definisi Biaya Menurut Bustami dan Nurlela (2007:4) biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK. Muniya Alteza

ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK. Muniya Alteza ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK Muniya Alteza Pada bagian ini akan dibicarakan biaya-biaya sbb: 1. Biaya-biaya pabrik (disebut pula biaya overhead pabrik) 2. Biaya-biaya distribusi (disebut pula biaya penjualan)

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. PENDAPATAN NASIONAL Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. Pokok-pokok Materi: 1. Konsep Pendapatan Nasional 2. Komponen Pendapatan Nasional 3.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang

Lebih terperinci

Bahan AJAR. Pertemuan 6 dan 7. Pertemuan 6 dan 7. 4/25/2015 PENGANTAR EKONOMI DAN MANAJEMEN 2 Nur RACHMAD

Bahan AJAR. Pertemuan 6 dan 7. Pertemuan 6 dan 7. 4/25/2015 PENGANTAR EKONOMI DAN MANAJEMEN 2 Nur RACHMAD Bahan AJAR Pertemuan 6 dan 7 Pertemuan 6 dan 7 4/25/2015 PENGANTAR EKONOMI DAN MANAJEMEN 2 Nur RACHMAD 2 Fungsi produksi, ongkos produksi dan penerimaan Fungsi produsen dan fungsi produksi Least cost combination

Lebih terperinci

BIAYA PRODUKSI PENGERTIAN

BIAYA PRODUKSI PENGERTIAN BIAYA PRODUKSI PENGERTIAN Pengertian Biaya Dalam ilmu ekonomi, biaya diartikan semua pengorbanan yang perlu untuk suatu proses produksi, dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku. Dalam definisi

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH 3.1 Biaya 3.1.1 Pengertian Biaya Biaya memiliki dua pengertian baik pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam arti luas, biaya adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Akuntansi dan Akuntansi Biaya l. Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi secara teoritis menurut Skausen dan Hongren (2001:6) adalah "proses pencatatan, penggolongan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Carter dan Usry (2009:58) menjelaskan bahwa biaya produksi

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Carter dan Usry (2009:58) menjelaskan bahwa biaya produksi BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian, dan unsur biaya produksi. 1. Pengertian biaya produksi Menurut Carter dan Usry (2009:58) menjelaskan bahwa biaya produksi adalah sebagai jumlah dari tiga elemen biaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management 13 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management Accounting Practices (MAP) Comittee adalah: proses identifikasi, pengukuran,

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Menurut Kieso (2007:4) : Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) EKONOMI KEGIATAN EKONOMI (PRODUKSI)

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) EKONOMI KEGIATAN EKONOMI (PRODUKSI) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) EKONOMI KEGIATAN EKONOMI (PRODUKSI) Kata Pengantar Isi Kontak Kami VIDEO PROLOG DINAS PENDIDIKAN & KEBUDAYAAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 4 1 dan 2 Menunjukkan perilaku jujur,

Lebih terperinci

BAB 1: EKONOMI KONSEP DASAR EKONOMI

BAB 1: EKONOMI KONSEP DASAR EKONOMI www.bimbinganalumniui.com 1. Ilmu ekonomi timbul karena... a. Dipaksakan oleh pemerintah karena undang-undang b. Kebutuhan manusia tidak seimbang dengan alat pemuas kebutuhan c. Desakan kaum kapitalis

Lebih terperinci

Faktor Produksi, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

Faktor Produksi, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada Faktor Produksi, Fungsi Produksi dan Biaya Produksi PRODUKSI Menurut Ilmu Ekonomi : produksi adalah kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan/manfaat suatu barang.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Industri Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan pendapat para ahli yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Ada beberapa penafsiran mengenai pengertian Akuntansi Biaya seperti yang dikemukakan oleh : Menurut Mulyadi (2005:7) dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya sangat berperan penting dalam kegiatan perusahaan. Salah satu peranan akuntansi biaya

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) EKONOMI KEGIATAN EKONOMI DAN PELAKUNYA KEGIATAN PRODUKSI:

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) EKONOMI KEGIATAN EKONOMI DAN PELAKUNYA KEGIATAN PRODUKSI: JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) EKONOMI KEGIATAN EKONOMI DAN PELAKUNYA Kegiatan Ekonomi: Segala tindakan yang dilakukan manusia sbg upaya untuk memenuhi berbagai kebutuhan. 3

Lebih terperinci

BIAYA OVERHEAD PABRIK

BIAYA OVERHEAD PABRIK Pert 14 BIAYA OVERHEAD PABRIK T E A M T E A C H I N G U N I V E R S I T A S I S L A M M A L A N G 2016 Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung

Lebih terperinci