BAB 2. Tinjauan Pustaka. Di dalam bab ini peneliti akan menguraikan beberapa teori terkait dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2. Tinjauan Pustaka. Di dalam bab ini peneliti akan menguraikan beberapa teori terkait dengan"

Transkripsi

1 BAB 2 Tinjauan Pustaka Di dalam bab ini peneliti akan menguraikan beberapa teori terkait dengan judul yang peneliti sampaikan diatas. Di dalam bab ini peneliti akan menyampaikan teori mengenai kompetensi kepribadian guru, motivasi belajar, persepi, dan teori mengenai remaja. Akan ada pula kerangka berpikir dan hipotesis pada akhir bab Kompetensi Guru Dalam UU RI No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, seorang guru harus memiliki 4 kompetensi, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a, dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan megelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensinya (Mulyasa, 2012). Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam (Mulyasa, 2012). 1

2 Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d, yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali dan masyarakat sekitar (Mulyasa, 2012) Kompetensi Kepribadian Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (Mulyasa, 2012). Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian guru yang mantap, stabil, dewasa, disiplin, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. (Mulyasa, 2012) Aspek-Aspek Kompetensi Kepribadian 1. Kepribadian yang mantap, stabil, Artinya konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku (Sagala, 2009). Hal ini penting karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan faktor kepribadian guru yang kurang mantap, dan stabil. Kondisi kepribadian yang demikian sering membuat guru melakukan tindakan yang tidak professional, tidak terpuji yang bisa merusak citra dan martabat guru (Mulyasa, 2012) 2. Kepribadian yang dewasa Kepribadian dewasa, berarti mempunyai kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik, dan memiliki etos kerja sebagai guru (Sagala, 2009). Orang yang telah 2

3 dewasa memiliki tujuan dan pedoman hidup, melihat segala sesuatu dengan objektif, dan bertanggung jawab. Sebagai tenaga pendidik yang memiliki kepribadian yang dewasa, seorang guru harus memiliki visi jangka panjang dalam memandang suatu situasi dan masalah, hal tersebut akan dapat menunjang pola pikir guru tersebut dalam menyikapi masalah yang ditemui dalam proses belajar-mengajar dan dapat membantu guru tersebut dalam memiliki pandangan yang objektif dan dapat dipertanggung-jawabkan. Dengan sudut pandang yang objektif berdasarkan atas visi jangka panjang yang jelas maka seorang guru akan dapat mengambil keputusan tanpa terpengaruhi oleh faktor-faktor diluar lingkup yang seharusnya. 3. Kepribadian yang arif Artinya menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat, serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak (Sagala, 2009). Seorang guru harus mampu untuk dapat mengambil keputusan yang diambil berdasarkan atas dasar pemikiran yang mengutamakan kepentingan para peserta didiknya, faktor-faktor yang terkait oleh pertimbangan personal yang tidak terkait dengan dasar kompetensi belajar tidak seharusnya mempengaruhi keputusan yang diambil oleh guru tersebut. Dalam konteks keterbukaan seorang guru juga harus dapat mengambil keputusan yang bijaksana dan adil berdasarkan standar penilaian yang transparan dan diketahui oleh para peserta didik. Standar penilaian yang jelas dan dipahami oleh para peserta didik akan membantu dalam proses pembelajaran para siswa karena mereka dapat memahami tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar tersebut. 4. Kepribadian yang berwibawa 3

4 Artinya guru berperilaku yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik (Sagala, 2009). Guru harus berwibawa atau disegani oleh siswa namun tetap menyenangkan, guru juga harus mengawasi siswa ada jam sekolah sehingga kalau terjadi pelanggaran dapat segera diatasi dan dikendalikan (Mulyasa, 2012). 5. Menjadi teladan bagi peserta didik Artinya memiliki perilaku yang baik sehingga dapat diteladani peserta didik (Sagala, 2009). Menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab untuk menjadi teladan dalam bertindak, berbicara agar menjadi contoh oleh siswanya. Guru yang baik adalah guru yang sadar diri, menyadari kelebihan dan kekurangannya. Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran. (Mulyasa, 2012) Pribadi guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya, ada beberapa hal yang akan menjadi perhatian (Mulyasa, 2012) a. Sikap dasar (keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, agama, pekerjaan) b. Bicara dan gaya bicara c. Sikap melalui pengalaman dan kesalahan (luasnya pengalaman) d. Hubungan kemanusiaan (moral, prilaku, pergaulan) e. Keputusan (keterampilan rasional dan intuitif saat menilai situasi) f. Gaya hidup secara umum 6. Berakhlak mulia Kepribadian yang berakhlak mulia, bertindak sesuai dengan norma religious meliputi: iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong (Sagala, 2009). Guru harus memiliki pengetahuan moral, perbuatan yang benar dan yang harusnya dilakukan. Kondisi moral tinggi berarti guru mempunyai percaya diri bahwa ia dapat bekerja dengan baik 4

5 dan antusiasme berarti guru sungguh-sungguh ingin bekerja dengan baik. Guru harus berakhlak mulia atau berkarakter baik karena tugas utama guru adalah memperkuat daya positif yang dimiliki siswa (Mulyasa, 2012) Kompetensi kepribadian ditunjukan karakteristik kepribadian: (Widodo, 2007) Moralitas guru Kebanggaan diri atas profesi guru Motivasi berprestasi Keteladanan tindakan sehari-hari Ketaatan beragama Berkepribadian kebangsaan-kenegaraan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Kepribadian Menurut (Purwanto, 2011) Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kepribadian antara lain: a. Faktor biologis Yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau fisiologis yang meliputi keadaan pencernaan, urat, syaraf, pernapasan, peredaran darah, kelenjar dan sebagainya. Keadaan jasmani setiap orang berbeda-beda, ini menunjukan bahwa sifatsifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh melalui genetik/keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan individu itu masingmasing. Keadaan fisik tersebut yang mempengaruhi kepribadian, namun itu merupakan salah satu faktor saja, seperti faktor pendidikan dan lingkunan juga berperan. b. Faktor sosial 5

6 Yaitu manusia-manusia lain di sekitar individu yang mempengaruhi individu bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu. c. Faktor kebudayaan Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain: nilai, adat, bahasa, pengetahuan dan keterampilan Teori Persepsi Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak (Lahey, 2009) Menurut Gestalt persepsi adalah sebuah pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan.(lahey, 2009) kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Menurut Pareek (1996) menyatakan bahwa persepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindra atau data (Sobur, 2011) Komponen Persepsi Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara ia memandang. Jadi untuk mengubah tingkah laku seseorang harus merubah persepsinya. Dalam proses persepsi terdapat tiga komponen utama: (Sobur, 2011) 6

7 1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar. 2. Interpretasi adalah proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang 3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi Faktor-Faktor Persepsi Setiap individu menginterpretasi input sensori yang didapat dan diproses oleh otak kita dengan cara yang unik dan berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepi setiap individu adalah pengalaman dalam belajar, motivasi, dan emosi (Lahey, 2009). Menurut Krech dan Crutchfield (1994) faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang dapat dikategorikan menjadi faktor fungsional, struktural, situasional dan personal (Sobur, 2011). a. Faktor fungsional Dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu individu. Persepsi tidak ditentukan oleh jenis atau bentuk stimulus tetapi dari karakteristik orang yang memberikan respon terhadap stimulus. Persepsi bersifat selektif, jika seseorang mempersepsikan sesuatu akan memberikan tekanan yang sesuai dengan tujuan orang tersebut. Contoh: orang lapar dan orang haus duduk di restoran, maka orang lapar akan tertarik pada gambar makanan, orang haus tertarik pada minuman. b. Faktor struktural Faktor tersebut timbul dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari sistem saraf individu. Meskipun stimulus yang diberikan tidak lengkap, kita akan menginterpretasikan secara konsisten. 7

8 Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu, atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. c. Faktor situasional Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Seperti ekspresi wajah, gaya tubuh seseorang dan sebagainya d. Faktor personal Terdiri atas pengalaman (didapat tidak harus proses belajar formal namun bertambah melalui peristiwa yang pernah dihadapi), motivasi (orang lapar akan cenderung memperhatikan makanan, tergantung dari kebutuhannya), dan kepribadian Fungsi Persepsi Penelitian menurut Atkinson mengenai persepsi mencakup dua fungsi utama sistem persepsi, yaitu lokalisasi atau menentukan letak suatu objek, dan pengenalan atau menentukan jenis objek tersebut (Sobur, 2011). 1. Lokalisasi objek kita terlebih dahulu harus menyegregasikan objek kemudian mengorganisasikan objek menjadi kelompok. 2. Pengenalan suatu benda mengharuskan penggolongan dalam kategori dan pendasarannya terutama pada bentuk benda. Sistem visual akan mendeskripsikan ciri suatu benda lalu akan disimpan kedalam memori kita Wali Kelas Pengertian dari wali kelas adalah guru yang mempunyai tugas untuk mendampingi kelas tertentu. Wali kelas harus mengenal detail mengenai berbagai karakter siswa dan permasalahan siswa di kelas tersebut. Wali kelas merupakan tugas tambahan yang diberikan kepala sekolah selain sebagai tenaga pendidik dan juga merupakan pengganti orang tua (wali 8

9 murid) saat-saat siswa di sekolah (Sodikin & Noersasongko, 2009). Adapun tugas-tugas dari wali kelas yaitu: 1. Membantu kepala sekolah dalam kegiatan pengelolaan kelas. 2. Penyelenggara administrasi kelas yaitu membuat denah tempat duduk siswa, papan absen siswa, daftar pelajaran siswa, daftar piket siswa, tata tertib kelas. 3. Membuat buku kegiatan pembelajaran. 4. Bertanggung jawab atas kemajuan/perkembangan dan prestasi siswa melalui kerjasama dengan BK dan orang tua. 5. Mengisi daftar kumpulan data siswa 6. Mencatat mutasi siswa. 7. Membuat catatan khusus untuk pembinaan tentang siswa (pelanggaran disiplin, ketidakhadiran). 8. Mengisi buku laporan hasil belajar 9. Membagi buku laporan penilaian hasil belajar. 2.2.Teori Motivasi Sebelum membicarakan mengenai motivasi dalam belajar, maka akan diuraikan terlebih dahulu pengertian dari motivasi. Motivasi melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan dan mempertahankan perilaku (Santrock, 2008). Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada anak yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator dalam motivasi belajar dapat diklasifikasikan menjadi (1) adanya keinginan untuk berhasil; (2) adanya kebutuhan dan dorongan untuk belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya 9

10 lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang anak dapat belajar dengan baik. (Uno, 2012) Aspek-Aspek Motivasi Belajar Menurut Frandsen (dalam Suryabrata, 2012), ada beberapa aspek yang memotivasi belajar seseorang, yaitu: 1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. Sifat ingin tahu mendorong seseorang untuk belajar, sehingga setelah mereka mengetahui segala hal yang sebelumnya tidak diketahui maka akan menimbulkan kepuasan tersendiri pada dirinya. 2. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. Manusia terus menerus menciptakan sesuatu yang baru karena adanya dorongan untuk lebih maju dan lebih baik dalam kehidupannya. 3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman. Jika seseorang mendapatkan hasil yang baik dalam belajar, maka orang-orang disekelilingnya akan memberikan penghargaan berupa pujian, hadiah dan bentukbentuk rasa simpati yang lain. 4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru baik dengan kooperasi atau kompetisi. Suatu kegagalan dapat menjadikan seseorang merasa kecewa dan depresi atau sebaliknya dapat menimbulkan motivasi baru agar berusaha lebih baik lagi. Usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik tersebut dapat diwujudkan dengan kerjasama bersama orang lain (kooperasi), ataupun bersaing dengan orang lain (kompetisi). 5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. 10

11 Apabila seseorang menguasai pelajaran dengan baik, maka orang tersebut tidak akan merasa khawatir bila menghadapi ujian, pertanyaan-pertanyaan dari guru dan lain-lain karena merasa yakin akan dapat menghadapinya dengan baik. Hal inilah yang menimbulkan rasa aman pada individu. 6. Adanya pemberian hadiah atau hukuman sebagai hasil dari proses belajar Hadiah atau ganjaran patut diberikan pada saat target perilaku tercapai (tugas, ujian, peringkat) dan sebaliknya pada saat hasilnya tidak memenuhi target perlu diberikan hukuman agar memberikan efek jera Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Idealnya motivasi haruslah intrinsik yaitu dari dalam diri sendiri. Namun ekstrinsik juga berperan seperti lingkungan sekolah dan guru yang mengajar, beberapa faktor yang bisa mempengaruhi motivasi belajar anak, diantaranya: (Reid, 2007) 1. Motivasi Karena Tugas Menjadi tanggung jawab guru untuk mengembangkan tugas yang dapat dikerjakan oleh anak dengan baik. Jika anak gagal dalam mengerjakan tugas, maka motivasi anak akan berkurang dan anak tidak ingin belajar materi baru. Penting bagi anak memiliki pengalaman kesuksesan dalam mengerjakan tugas dan guru memberikan penghargaan bagi hasil pencapaian anak tersebut. 2. Motivasi Karena Penghargaan Meskipun penghargaan itu bermanfaat bagi anak, namum harus digunakan sebagai strategi jangka pendek saja, seperti memberikan penghargaan jika anak berhasi mengerjakan tugas tertentu yang menantang. 3. Motivasi sosial dan pengaruh kelompok teman sebaya 11

12 Interaksi sosial sebenarnya sangat menguntungkan karena dapat membantu anak mengembangkan keterampilan sosialnya, seperti menerima, berbagi, dan mendengarkan pendapat orang lain. Proses tersebut dapat menjadi motivasi tersendiri bagi anak. 4. Motivasi karena Feedback Umpan balik atau feedback tidak harus digunakan guru ketika mengoreksi atau menilai anak saja, karena dapat menurunkan motivasi dari anak. Berikan feedback dalam bentuk pujian ketika anak mencapai hasil tertentu sehingga anak akan termotivasi. 5. Motivasi karena pencapaian prestasi Pencapaian prestasi tidak selalu berupa pencapaian sasaran yang ditetapkan oleh guru. Namun pencapaian prestasi bergantung pada siswa dan kesiapannya dalam menyelesaikan tugas. 6. Lingkungan yang memotivasi Lingkungan sangat berpotensi memberikan dampak besar pada siswa, namun preferensi terhadap lingkungan sangat individual dan bergantung dari gaya belajar seseorang. Penting bagi guru untuk membantu siswa menemukan lingkungan belajar terbaiknya 7. Sekolah yang memberi motivasi Motivasi siswa merupakan tanggung jawab seluruh unsur sekolah dan manajemen sekolah. Seperti ruang kelas yang menyediakan berbagai sarana yang mendukung motivasi anak, dan lainnya. 2.3.Teori Perkembangan Adolescene (Remaja) Di dalam perkembangan pada remaja, mencakup tiga proses, yaitu proses biologis yang didalamnya terdapat perubahan fisik dan hormonal, proses kognitif atau perubahan 12

13 intelegensi, dan proses berpikir dari remaja, lalu yang terakhir proses sosio emosional seperti emosi dan hubungan sosial di lingkungan remaja, yang akan diuraikan selengkapnya Proses Biologis (Perubahan Fisik dan Hormonal) Proses biologis mencakup perubahan-perubahan dalam hakikat fisik individu. Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terjadi pada remaja. Faktor yang mempengaruhi pubertas meliputi mutu makanan, kesehatan, genetik dan massa tubuh. Biasanya pubertas ditandai dengan menstruasi pada wanita dan mimpi basah pada pria. Diantara perubahan fisik yang terjadi, yang paling tampak nyata adalah meningkatnya tinggi, berat serta kematangan seksual. (Santrock, 2003) Hormon yang mempengaruhi para remaja ketika masa pubertas adalah testosteron dan estradiol. Testosteron berperan penting pada perkembangan pubertal laki-laki, akan mengakibatkan perubahan fisik pada anak laki-laki, perkembangan alat kelamin, peningkatan tinggi badan dan perubahan suara. Estradiol adalah jenis estrogen yang berperan dalam pubertas perempuan, yang mengakibatkan perkembangan payudara, rahim, menstruasi dan perubahan tulang pada kerangka tubuh. (Santrock, 2003) Proses Kognitif Proses kognitif meliputi perubahan dalam pikiran, intelegensi dan bahasa individu. Menurut Piaget, remaja usia tahun berada dalam pemikiran formal operasional yang artinya pemikiran abstrak yang bersifat remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman nyata dan kongkrit sebagai landasan berpikir (Santrock, 2003). Ciri-cirinya adalah: - Mereka mampu membayangkan situasi rekaan, kejadian yang berupa hipotesis dan mengolahnya dengan pemikiran logis. - Lalu meningkatnya kecenderungan untuk memikirkan tentang pemikiran itu sendiri. 13

14 - Sebagai bagian dari kemampuan untuk berpikir secara abstrak, remaja mengembangkan citra tentang hal-hal yang ideal. Mereka mungkin memikirkan tentang seperti apa orang tua, guru, dan teman-teman yang mereka anggap ideal untuk menjadi contoh di kehidupannya. Remaja mulai memikirkan secara lebih luas mengenai karakteristik ideal, kualitas yang ingin dimilikinya sendiri dan yang diinginkan orang lain. Sehingga sering membuat remaja membandingkan dirinya dengan orang lain. - Berfantasi ke arah kemungkinan masa depan - Berpikir secara logis seperti menyusun rencana pemecahan masalah dan secara sistematis menguji pemecahan masalah tersebut Remaja berusia tahun berada dalam pemikiran formal operasional awal yaitu peningkatan kemampuan remaja untuk berpikir secara hipotesis, jadi pemikiran yang mengalahkan realitas, subjektif dan idealis. Sedangkan usia tahun berada dalam pemikiran formal operasional akhir yaitu mengembalikan keseimbangan intelektual, mengujikan hasil penalarannya pada realitas dan terjadi pemantapan cara berpikir formal operasional. (Santrock, 2003) Proses Sosio-Emosional Proses sosio-emosional meliputi perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain, dalam emosi, kepribadian dan peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Menurut (Santrock, 2003), masa remaja memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Kontradiksi diri, mereka mendeskripsikan dirinya sendiri dengan cara kontradiktif dan cenderung merendahkan diri sendiri. Remaja mengembangkan kemampuan 14

15 kognisinya untuk mendeteksi ke tidak konsistenan dalam dirinya sejalan dengan usaha mereka untuk membentuk teori mengenai dirinya sendiri/ teori kepribadian mereka. b. Fluktuasi diri, mereka tidak dapat memahami bagaimana dia dapat berubah dengan cepat moodnya. Diri remaja akan terus memiliki ciri-ciri ketidakstabilan hingga mereka menganut teori dirinya dengan utuh c. Real self dan ideal self, apabila adanya perbedaan yang terlalu jauh antara diri yang nyata dengan diri yang ideal menunjukan remaja tersebut tidak mampu untuk menyesuaikan diri. d. True self dan false self, remaja cenderung menunjukan diri yang palsu ketika berada pada situasi ketika mereka berada disekitar temannya untuk membuat orang lain kagum, mencoba peran baru dan lain sebagainya. e. Perlindungan diri, remaja cenderung menolak akan adanya karakteristik negatif di dalam dirinya sendiri. f. Kegagalan di sekolah, prestasi yang buruk akan berhubungan dengan penggunaan zat adiktif, membolos, dan kenakalan remaja lainnya. g. Integrasi diri, pemahaman diri remaja pada masa remaja akhir, menjadi lebih terintegrasi dimana bagian yang berbeda-beda dari diri mereka secara sistematis menjadi satu kesatuan Perkembangan Remaja dalam Dunia Pendidikan Sejalan dengan pendidikan individu menuju sekolah menengah, lingkungan sekolah meningkat dalam hal ruang lingkup dan tingkat kompleksitasnya. Remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam guru dan teman sebaya yang berasal dari beragam latar 15

16 belakang sosial dan etnis. Perilaku sosial remaja di sekolah ditikberatkan pada interaksi dengan guru, teman sebaya, orang tua dan sekolah. (Santrock, 2003) 1. Interaksi dengan guru Beberapa struktur kepribadian guru diasosiasikan dengan hasil siswa yang positif, contohnya menunjukan antusiasme, kemampuan membuat rencana, kemampuan beradaptasi, kehangatan, keluwesan, serta kesadaran terhadap perbedaan individu. Pembelajaran akan berhasil terhadap remaja apabila karakteristik perkembangan kelompok umur dipahami oleh gurunya sehingga kepercayaan dapat di bentuk, dan remaja bebas bereksplorasi, eksperimen dan melakukan kesalahan. Guru remaja yang berhasil adalah guru yang menampilkan otoritasnya secara alamiah dengan menjadi teman bagi remaja. Guru yang adil dan konsisten yang memberikan batas masuk akal dan menyadari bahwa remaja membutuhkan seseorang yang memotivasi dan mendobrak keterbatasan mereka 2. Interaksi dengan teman sebaya Teman sebaya merupakan sumber status, persahabatan, dan rasa saling memiliki yang penting dalam situasi sekolah. Kelompok teman sebaya juga merupakan komunitas belajar dimana peran-peran sosial dan standar yang berkaitan dengan kerja dan prestasi dibentuk. Hubungan teman sebaya antara laki-laki dan perempuan berbeda. Di dalam beberapa sekolah, remaja laki-laki biasanya aktif dalam bidang olahraga, dan memiliki kemampuan adaptasi yang baik sehingga banyak teman, biasanya memiliki status sosial yang tinggi. Sedangkan menjadi orang yang pintar saja tidak menjamin status sosial yang tinggi. Remaja perempuan yang datang dari kelas menengah dan mempunyai kemampuan adaptasi yang baik sehingga banyak teman, biasanya memiliki status sosial yang tinggi. 3. Orang tua dan sekolah 16

17 Orang tua mempunyai kewajiban dasar untuk menyediakan keselamatan dan kesehatan bagi anak-anak mereka. Mereka harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai perubahan yang sesuai dengan karakteristik remaja dan program sekolah yang dapat membantu orang tua seperti asosiasi orang tua dan murid dan sebagainya. Sekolah mempunyai kewajiban dasar untuk berkomunikasi dengan orang tua mengenai perkembangan individu remaja, seperti bagaimana prestasi dan perilaku anak di kelas dan di rumah. Lalu keterlibatan orang tua dalam aktivitas belajar dirumah juga harus ditingkatkan agar selalu terpantau akademisnya. Sekolah juga harus berkolaborasi dengan organisasi masyarakat, seperti seminar mengenai bahayanya narkoba, seminar mengenai dunia kerja dan sebagainya. 17

18 2.4.Kerangka Berpikir Faktor fisik, sosial, budaya Motivasi karena tugas, penghargaan, pengaruh teman sebaya, prestasi, lingkungan, dan sekolah Siswa SMK Persepsi siswa terhadap Kompetensi Kepribadian guru yang menjadi wali kelas Motivasi Belajar Dimensi 1. Kepribadian yang mantap, stabil 2. Kepribadian yang dewasa 3. Kepribadian yang arif 4. Kepribadian wibawa 5. Kepribadian teladan 6. Berakhlak mulia 1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia 2. Adanya sifat yang kreatif 3. keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang 4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan 5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. 6. Adanya hadiah atau hukuman Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak (Lahey, 2009). Pada saat siswa berinterpretasi terhadap kepribadian dari wali kelas di sekolah maka mereka akan mengorganisasikan informasi dalam memorinya tentang wali kelas tersebut sehingga memiliki arti. Apabila informasi yang didapat oleh siswa berupa guru yang menjadi wali 18

19 kelas yang memiliki kepribadian tertentu seperti yang terdapat dalam aspek kompetensi kepribadian berwibawa, yaitu guru yang disiplin namun fleksibel; guru yang dapat memperlihatkan sisi humornya pada saat menasehati siswa; atau guru yang dapat berfikir objektif terhadap permasalahan siswa, maka siswa akan mengorganisasikan informasi tersebut menjadi informasi yang memiliki arti positif. Artinya guru yang menjadi wali kelas tersebut dalam memori siswa memiliki kepribadian yang baik sehingga bentuk reaksi siswa dari proses interpretasi dan persepsi tersebut akan positif dan dapat berupa peningkatan motivasi belajar. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian guru yang mantap, stabil, dewasa, disiplin, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. (Mulyasa, 2012) Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi kepribadian guru adalah faktor fisik, sosial, dan budaya. Kompetensi kepribadian sangat penting terutama bagi para siswa yang berada dalam tahapan remaja, karena mereka dalam masa transisi menjelang dewasa yang masih membutuhkan bimbingan dan arahan yang sifatnya membangun dari sosok figur yang dapat dianggap panutan dan mengerti dunia mereka. Dengan diterapkannya kepribadian-keribadian tersebut oleh wali kelas selama proses belajar-mengajar di sekolah maupun pada saat berinteraksi dengan para siswa di luar lingkungan sekolah, maka akan terbentuk rasa percaya dari siswa terhadap wali kelasnya. Para siswa percaya bawa wali kelas mereka tulus dalam memberikan nasihat dan arahan serta solusi atas permasalahan akademis maupun non akademis yang siswa hadapi. Situasi seperti ini secara kondusif akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mengikuti pelajarannya di sekolah. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada anak yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang pada umumnya dengan beberapa 19

20 indikator yang mendukung (Uno, 2012). Indikator siswa yang memiliki motivasi dalam belajar adalah adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia, kreatif, keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang, keinginan untuk memperbaiki kegagalan, keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, pemberian hadiah atau hukuman dari proses belajar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah motivasi karena tugas, penghargaan, pengaruh teman sebaya, prestasi, lingkungan, dan sekolah. Jadi dari siswa yang termotivasi dalam belajar tersebut maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai lalu siswa dapat memenuhi tuntutannya sebagai pelajar sehingga dapat menjadi bekal ilmu pengetahuan yang akan berguna di masa depan nanti, apalagi siswa SMK yang akan terjun langsung ke dalam dunia kerja setelah lulus. 2.5.Hipotesis Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas dengan motivasi belajar siswa kelas satu di SMK Ki Hajar Dewantoro Hipotesis Null (Ho): Tidak terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas dengan motivasi belajar siswa kelas satu di SMK Ki Hajar Dewantoro 20

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki empat kompetensi yaitu pertama kompetensi paedagogik yaitu menguasai karakteristik peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk 1 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk penelitian

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kematangan Karir Kemampuan seseorang dalam menentukan sendiri pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, pilihan yang realistik dan konsisten disebut kematangan karir

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR 1. Kompetensi a. Memahami wawasan dan landasan 1) Mengetahui wawasan kependidikan TK Pedagogik kependidikan. 2) Mengetahui landasan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga pendidik profesional yaitu guru. Guru memiliki tugas utama mendidik,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU WALI KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SMK KI HAJAR DEWANTORO

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU WALI KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SMK KI HAJAR DEWANTORO HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU WALI KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SMK KI HAJAR DEWANTORO Atissa Kania Putri Psikologi, Parkit IV Bintaro, 087888304978,

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

SOSOK GURU IMPARTIALITY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

SOSOK GURU IMPARTIALITY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SOSOK GURU IMPARTIALITY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Karman Lanani Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan PMIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unveristas Khairun E-mail: karmanlanani@gmail.com

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sertifikasi guru banyak dibicarakan oleh masyarakat Indonesia saat ini, banyak yang menulis tentang bagaimana pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru.

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 5 PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan sertifikasi guru? Ada dua macam pelaksanaan sertifikasi guru, yaitu: a. melalui penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan,

Lebih terperinci

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2014 KEMENDIKBUD. Instruktur. Kursus Dan Pelatihan. Kompetensi. Kualifikasi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Guru memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Slameto (2012) bahwa kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan suatu masyarakat

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007)

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007) STANDAR KOMPETENSI (Permendiknas No. 16 Tahun 2007) Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK* KOMPETENSI INTI Kompetensi Pedagodik 1. Menguasai karakteristik peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri BAB 4 ANALISIS HASIL Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi profil responden, bagian kedua adalah hasil dan pembahasan penelitian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kebutuhan masyarakat atas sumber daya manusia yang berkualitas, perlahan namun pasti semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,

Lebih terperinci

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR PADA KURSUS DAN PELATIHAN STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar Profesi Keguruan Rulam Ahmadi BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Dasar Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar kompetensi guru yang meliputi guru PAUD/TK/RA, guru SD/MI,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia seutuhnya yang berkualitas. Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional berbunyi bahwa pendidikan. diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional berbunyi bahwa pendidikan. diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembang kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalm rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Depdiknas,

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru Istilah kompetensi merupakan istilah turunan dari bahasa inggris competence yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

MACAM KOMPETENSI PENDIDIK

MACAM KOMPETENSI PENDIDIK MACAM KOMPETENSI PENDIDIK Kompetensi secara bahasa diartikan kemampuan atau kecakapan. Hal ini diilhami dari KKBI dimana kompetensi diartikan sebagai wewenang atau kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai

Lebih terperinci

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

DEVELOPPING OF TEACHERS HP DEVELOPPING OF TEACHERS PROFESSIONALLITY By R. Gunawan S. Drs., S.E., M.M. M HP 08127922967 Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui pengertian guru, profesional, kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Guru 2.1.1. Pengertian Guru (Rastodio, 2009, h. 40) adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan atau unggul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka akan memberikan output

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Tentang Kesiapan Menjadi Guru Salah satu tugas pokok Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah menyiapkan mahasiswa calon guru untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu, baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 41 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 A. KUALIFIKASI PEMBIMBING STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN Standar kualifikasi pembimbing pada kursus

Lebih terperinci

BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG

BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG 2 1. Bagaimana pandangan konstruktivisme tentang belajar dan apa implikasinya bagi pembelajaran di kelas? Pada teori ini hubungan timbal balik antara belajar sebagai proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat, bukan hanya memajukan kebudayaan dan meneruskannya dari generasi ke generasi, akan tetapi diharapkan

Lebih terperinci

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK Oleh : Rita Mariyana, M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 APA ITU KOMPETENSI? Istilah kompetensi (competence) dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kecakapan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kompetensi atau competency adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas/pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

Lebih terperinci

Arif Rahman ( ) Eny Andarningsih ( ) Nurul Hasanah ( ) Rahardhika Adhi Negara ( )

Arif Rahman ( ) Eny Andarningsih ( ) Nurul Hasanah ( ) Rahardhika Adhi Negara ( ) Arif Rahman (14144600180) Eny Andarningsih (14144600179) Nurul Hasanah (14144600202) Rahardhika Adhi Negara (14144600182) SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA DALAM UU No. 20 TAHUN 2003 DAN UU No 14 TAHUN 2005

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa di lakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Pada umumnya remaja didefiniskan sebagai masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sasaran pokok pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua orang berkepentingan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya. manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya. manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua kesuksesan. Guru merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Sikap Mahasiswa Tentang Kompetensi Dosen Dalam

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Sikap Mahasiswa Tentang Kompetensi Dosen Dalam BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Sikap Mahasiswa Tentang Kompetensi Dosen Dalam Mengajar a. Pengertian Sikap Sikap atau pandangan adalah proses yang digunakan individu mengelola dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992) menyatakan bahwa kepercayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke-21 yang ditandai dengan globalisasi teknologi dan informasi, telah membawa dampak yang luar biasa bagi peran guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Sertifikasi Guru 2.1.1 Pengertian Sertifikasi Sertifikasi berasal dari kata certification yang berarti diploma atau pengakuan secara resmi kompetensi seseorang untuk memangku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam tiga jenis; pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menangkap pelajaran berbeda-beda. Semuanya dipengaruhi oleh tingkat. siswa terhadap pengajar dan pelajaran tertentu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menangkap pelajaran berbeda-beda. Semuanya dipengaruhi oleh tingkat. siswa terhadap pengajar dan pelajaran tertentu. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Persepsi siswa Dalam proses belajar mengajar kemampuan siswa dalam menerima / menangkap pelajaran berbeda-beda. Semuanya dipengaruhi oleh tingkat kepandaian yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Guru Profesional a. Pengertian Guru Definisi guru menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat (1) bahwa Guru adalah pendidik profesional

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1

keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk pengembangan pribadi dan profesional. 1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Kompetensi Guru. E. Mulyasa menjelaskan bahwa kompetensi adalah komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai regulasi perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moral merupakan suatu peraturan yang sangat penting ditegakkan pada suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta pelindung bagi

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan. lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu

II. KAJIAN PUSTAKA. Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan. lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu 8 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Persepsi Robbins (2003:126) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan

Lebih terperinci

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KUALIFIKASI AKADEMIK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru Kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar stimulus akan bergabung dengan isi memori dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab V ini akan dibahas mengenai kesimpulan, implikasi dan saran dari penelitian. 5.1 Kesimpulan Persyaratan analisis data telah terpenuhi, dengan demikian kesimpulan yang

Lebih terperinci

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu disiapkan Sumber Daya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru 1. Pengertian Kompetensi Guru Sebagai pendidik seorang guru harus dibekali kompetensi. Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan melaksanakan tugas. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

BAB II TIJAUAN PUSTAKA BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sertifikasi Guru a. Pengertian Sertifikasi Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon guru atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya masa transisi yang dikenal dengan masa remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia dibandingkan dengan daya saing SDM negaranegara Asia lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Belajar Siswa Menurut pengertian bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu pengertian istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan esensial dalam kehidupan manusia, karena pendidikan, manusia dapat di bedakan dengan makhluk lain yang menempati alam ini. Kenyataan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN. Program PLPG PAUD UAD 2017

PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN. Program PLPG PAUD UAD 2017 PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN Program PLPG PAUD UAD 2017 PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOSIAL 1. Anak perlu distimulasi dan difasilitasi, sehingga perkembangan sosialnya dapat berkembang dengan baik. Anak

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd Pertumbuhan : Perubahan fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berjalan normal pada anak yang sehat dalam perjalanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara mengajar 2.1.1 Pengertian Cara mengajar Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar di sekolah yang bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar sehingga siswa memiliki ketakwaan, kecerdasan,

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN Fahmawati Isnita Rahma dan Ma arif Jamuin Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal di Indonesia merupakan rangkaian jenjang pendidikan yang wajib dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, di mulai dari Sekolah Dasar

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le No.1685, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Kualifikasi Akademik. Pamong Belajar. Kompetensi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dimana usianya berkisar antara 12-21 tahun. Pada masa ini individu mengalami berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral

Lebih terperinci