BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Liani Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat wisata di Kota Madya Jogjakarta Seiring dengan kebutuhan dan perkembangan jaman, banyak kota diseluruh Indonesia mulai berbenah diri dari sistem otonomi yang diberikan oleh pemerintahan pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus wilayahnya masingmasing. Kota Jogjakarta salah satunya, kota ini kini sedang belajar dari pengalaman kota-kota besar lainnya untuk menghadapi perkembangan dan permasalahan pada jumlah penduduk yang terus bertambah dan nilai guna lahan perkotaan yang semakin mahal serta lahan perkotaan yang semakin sempit karena lahan dikota tidak dapat ditambah lagi. Banyak hal yang dilakukan oleh pemerintah kota, salah satunya penataan ulang tempat-tempat publik seperti melakukan penggusuran rumah-rumah illegal untuk membersihkan wajah kota agar tidak terlihat kumuh dan mempercantik kota dengan menanam vegetasi pada open space pada jalan-jalan protokol. Adapun kebijakan dalam penataan kota ini berpengaruh pada tempat-tempat fasilitas umum seperti tempat wisata dan rekreasi baik tempat yang dibuat oleh manusia dan juga yang dipengaruhi oleh kondisi alam yang berada dipusat kota Jogjakarta. Pengaturan penataan kota terhadap fasilitas umum diatur dalam kebijakan otonomi daerah tentang Peraturan Bangunan Gedung No 36 Tahun , dimana fasilitas umum termasuk tempat wisata dan rekreasi tersebut harus mempersiapkan diri pada pembenahan dan pengelolaan untuk mempercantik tempat wisata sebagai daya tarik untuk mengundang para wisatawan/pelancong untuk datang dan melakukan kunjungan kembali. Kini salah satu tempat wisata yang berada dipusat kota Jogjakarta yang tetap menjadi pusat perhatian adalah Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembiraloka dimana tempat wisata ini bukan saja 1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 36/PRT/M/2006 dan Lampiran Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No 30/PRT/2006 pada jenis bangunan. 1
2 mengatur keadaan alamnya saja tetapi pada penglolaan satwa dan dampak-dampak pada sektor sosial masyarakat disekeliling tempat wisata tersebut Menurunnya minat pengunjung sebagai awal indikasi permasalahan yang terjadi di KRKB Gembiraloka Dengan perkembangan dan pertumbuhan kota Jogjakarta dari tahun ke tahun yang selalu mengalami perubahan secara dinamis akibat dari banyaknya jumlah pendatang yang berasal dari luar kota Jogjakarta untuk menetap di kota Jogja, maka Kota Jogjakarta sekarang ini dilirik oleh para investor sebagai kota yang memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan dimasa yang akan datang. Para investor baru yang sedang mengembangkan usahanya dikota Jogjakarta berupaya saling mempengaruhi kepada masyarakat sebagai konsumen baru yang sudah menetap agar nyaman untuk tinggal selama mungkin dikota Jogjakarta dan menempatkan Kota Jogjakarta pada prioritas teratas. Salah satu strategi yang dilakukan para investor ialah menciptakan dan menyediakan berbagai jenis fasilitas hiburan seperti wisata belanja, wisata kuliner, wisata kehidupan malam dan dalam berbagai bentuk lain sebagainya sebagai daya tarik kenyamaan dari pemenuhan kebutuhan bagi dan dari masyarakat Kota Jogjakarta; yang kegiatan ini mulai berjalan atau dilakukan dari pagi sekitar pukul 8 hingga 9 pagi dan mulai berakhir hingga tengah malam hari sekitar pukul 11 malam hingga pukul 12 malam. Dengan keadaan seperti ini, sangat sangat berpengaruh sekali terhadap jenis wisata yang telah ada dikota Jogjakarta. Dengan melihat data statistik jumlah pengunjung yang diperoleh melalui Badan Statistik DIY yang menerangkan mengenai jumlah pengunjung di Gembiraloka dan membandingkan dengan data jumlah pengunjung yang datang ke Kebun Raya dan Kebun Binatang (KRKB) Gembiraloka Jogjakarta yang diperoleh dari humas Gembiraloka menerangkan bahwa jumlah pengunjung yang datang ke KRKB Gembiraloka Jogjakarta terus mengalami penurunan dari tahun 1998 hingga Berikut ini adalah data statistik tempat wisata dan jumlah pengunjung di kota Jogjakarta: 2
3 DATA JUMLAH PENGUNJUNG OBYEK WISATA Kota Madya Jogjakarta tahun No Bulan Jml Jml Jml Perorgan Rmbngan Jml 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Tabel 1. Angka jumlah wisatawan ke obyek wisata di Kota Madya Jogjakarta dari tahun (Sumber : Humas KRKB Gembiraloka Jogjakarta 2006) DATA PENGUNJUNG KEBUN RAYA DAN KEBUN BINATANG GEMBIRALOKA NO Jenis Kunjungan Jml Jml Jml Jml Jml 1 Kraton Yogyakarta Pesanggrahan Tamansari Kebun Binatang Gembiraloka Purawisata Jumlah Tabel 2. Angka jumlah pengunjung yang datang di KRKB Gembiraloka (Sumber: Statistik Pariwisata DIY, BPS DIY 2002) Melalui data statistik mengenai minat terhadap tempat pariwisata di Yogyakarta menunjukan bahwa KRKB Gembiraloka masih menjadi prioritas pilihan tempat untuk berekreasi walaupun minat pengunjung terus mengalami penurunan. Adapun penurunan jumlah pengunjung dapat dilihat melalui data pembanding yang dimiliki oleh bagian Humas Gembiraloka sebagai pendekatan awal permasalahan yang 3
4 dihadapi oleh KRKB Gembiraloka. Pendekatan lainnya adalah pada penerapan pada jenis fasilitas yang ditawarkan oleh pihak pengelola KRKB Gembiraloka saat ini sudah tidak sesuai dengan selera pengunjung dan dengan melihat perkembangan yang telah dicapai melalui fasilitas wisata dari kondisi pelayanan fisik gedung/bangunan yang ditawarkan kepada pengunjung sebagai berikut: Kondisi Kebun Raya o Banyaknya prasarana hiburan yang sudah rusak, tua dan belum diganti atau mengalami peremajaan dan keadaan ini diambil diarea Kebun Raya. Gambar 1. Kondisi fasilitas bangunan di area Kebun Raya o Belum direalisasikan program rekreasi Kebun Raya sebagai potensi daya tarik alternatif dibidang flora yang hingga kini belum mengalami olah keberadaanya. Kebun Raya hingga saat ini hanya dipakai untuk menampung hasil dari kotoran pada satwa yang ada di Kebun Binatang. Gambar 2. Kondisi hutan di area Kebun Raya Kondisi Kebun Binatang o Dalam kurun waktu yang cukup lama tidak terdapat pertambahan jenis koleksi spesies satwa baru dan jumlah pertambahan binatang yang dihasilkan oleh pihak pengelola pun lambat (jarak waktu antar satwa yang dihasilkan/melahirkan satu jenis tertentu dengan jenis yang lain cukup lama). o Penerapan jenis material pengaman atau pengolahan kondisi alam atrivisial yang digunakan pada kandang yang kurang tepat dan sudah 4
5 ditinggalkan seperti penggunaan trali besi/ram kawat dengan jarak yang terlalu rengkat sehingga pengunjung kesulitan melihat satwa kedalam kandang, banyaknya kandang yang kosong dan beberapa kondisi kandang lainnya. Gambar 3. Kondisi dan penampilan kandang peaga yang sulit dinikmati o Kondisi fasilitas pada fisik bangunan yang terdapat di area Kebun Binatang mengalami kerusakkan akibat bencana alam. Gambar 4. Kondisi fasilitas gedung yang rusak di area kebun binatang o Display kandang satwa yang kurang representatif dan hanya dua kandang saja yakni kandang primata (Simpanse dan Orangutan) yang mengalami peremajaan dan kandang kura-kura Aldabra serta yang lain masih belum, keadaan kandang kurang habitatif/kurang mencerminkan habitat asalnya). Gambar 5. Kondisi fasilitas kandang primata yang sudah mengalami peremajaan o KRKB Gembiraloka sangat lambat dalam meresponi perkembangan kebutuhan wisata kebun binatang itu sendiri, seperti perkembangan yang sekarang terjadi adalah para kebun binatang lainnya baik dari dalam 5
6 dalam luar negeri berusaha menyajikan tipe-tipe dari suasana tertentu pada ruang-ruang wisata yang disajikan kepada pengunjung, sehingga dapat mempengaruhi psikologi pengunjung dapat menikmati suasana yang ada didalamnya Potensi dan kondisi KRKB Gembiraloka Sekarang ini letak KRKB Gembiraloka termasuk dalam kawasan pusat kota Jogjakarta yang memiliki fungsi sebagai tempat wisata atau rekreasi publik yang menampilkan suasana lingkungan alam yang masih asri (belum banyak perubahan pada tapak), terdapat pula flora endemik yang masih dilestarikan dan merupakan ruang hijau ditengah kota yang sekaligus sebagai salah satu paru-paru kota. Pusat Kota Jogjakarta Site Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembiraloka Gambar 6. Kondisi KRKB Gembiraloka melalui foto udara (Sumber: ) Adapun fungsi lain dari KRKB Gembiraloka selain sebagai tempat rekreasi, berfungsi dalam hal konservasi yakni sebagai tempat penangkaran dan pengembangan satwa liar yang sedang dan telah ditangkarkan dengan tujuan mempertahankan keberadaan jenis satwa langka yang hampir punah dialam aslinya dan memanfaatkan satwa dengan mempertunjukan kepada masyarakat. Dibidang yang lain seperti dibidang pendidikan, Gembiraloka juga melayani informasi yang dibutuhkan para pelajar maupun mahasiswa yang mengadakan studi mengenai ekologi, biologi dan penelitian flora-fauna liar secara langsung serta dapat dibantu oleh tenaga ahli yang berkerja dibidang flora dan fauna didalam KRKB Gembiraloka. 6
7 Bila dilihat dari letak site dari KRKB Gembiraloka dalam perkembangan Kota Jogjakarta yang terus berkembang hingga saat ini dengan mulai lengkapnya beberapa jenis fasilitas didalam kota seperti pusat perbelanjaan dari pasar tradisional hingga yang mengarah pada bentuk pusat perbelanjaan modern seperti mall, trade center atau plaza dan beberapa gedung perbankkan pada area bisnis; gedung pameran atau expo center yang berada didekat jalur lingkar timur dan pusat layanan transportasi seperti bandara udara, stasiun kereta api dan terminal bus maka letak dari Gembiraloka sudah berada ditempat yang sangat strategis dan ditambah dengan jenis kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Kota Jogjakarta yang berlangsung dan berakhir hingga tengah malam hari; hal ini merupakan potensi baik atau peluang terbaik yang belum dan jarang dilirik oleh para pengembang dunia wisata dibidang kebun binatang di Indonesia pada umumnya. Dengan kondisi dan pontesi seperti ini mengapa tidak bila kegiatan wisata di dalam KRKB Gembiraloka juga berlangsung hingga malam hari dan dapat ditujukan bagi para masyarakat yang sangat sibuk pada siang hari dengan aktivitas kesehariannya dapat pula melepaskan penatnya sambil berekreasi/refreshing pada malam hari di kebun binatang. Sementara ini kondisi jalan disekitar site KRKB Gembiraloka (Jalan Kusumanegara dan Kebun Raya) terus ramai dan dilalui oleh beberapa jenis kendaraan umum hingga malam hari, tapi kondisi site KRKB Gembiraloka sangat sunyi dan gelap sekali. Berikut ini adalah kondisi jalan pada siang dan malam hari sekitar KRKB Gembiraloka dan letak Gembiraloka dari perkembangan kota Jogjakarta saat ini: Gambar 7. Kondisi persimpangan jalan Kusumanegara dan Kebun Raya pada siang hari (Sumber: Pengamatan Penulis, April 2007 ) 7
8 Gambar 8. Kondisi persimpangan jalan Kusumanegara dan Kebun Raya pada malam hari (Sumber: Pengamatan Penulis, April 2007) Keadaaan pemekaran kota Jogjakarta terhadap KRKB Gembiraloka Tugu Jogja Stasiun kereta Tugu Kota Jogjakarta Lama Bandara udara Adisudjipto Jogja expo Area bisnis Kraton Jogjakarta Site KRKB Gembiraloka Jalur transport kota Jalur luar kota ring road timurselatan Terminal bus Giwangan 1.2. Permasalahan Gambar 9. Foto Udara kota Jogjakarta dan pemekarannya (Sumber: ) Permasalahan non arsitektural Banyaknya pilihan jenis fasilitas hiburan yang ditawarkan di kota Jogjakarta dari pagi hingga malam hari sehingga minat dan memprioritaskan rekreasi alam bukan sebagai pilihan rekreasi yang utama atau alternatif pilihan terbesar. 8
9 Sulit dan lambannya birokarasi dari pemerintah mengenai surat ijin pertukaran, pengiriman antar kebun binatang tiap daerah, pemberdayaan dana pelestarian satwa liar dan pengembalian serta perehabilitasi satwa liar kembali kehutan. Kurang bahkan tidak adanya inovasi acara-acara baru yang diadakan secara regular dengan memanfaatkan plaza/atrium sebagai ruang publik terbuka dan acara yang sering diadakan adalah musik dangdut dimana acara ini kurang relevan dengan program wisata kebun raya dan kebun binatang pada umumnya Permasalahan arsitekural Penyediaan fasilitas pada ruang wisata yang ditawarkan belum dapat menarik perhatian pengunjung untuk kembali lagi KRKB Gembiraloka dalam waktu yang dekat karena usianya display fasilitas wisata sudah tua dan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar wisata (pengunjung) Gambar 10. Kondisi fasilitas wisata Gembiraloka Belum memiliki standar atau aturan yang disepakati oleh lembaga yang bergerak pada bidang wisata kebun raya/botanical dan kebun binatang/zoolical yang lebih detail seperti mengenai kelayakan kandang satwa (kandang peraga/display dan kandang tidur satwa), fasilitas dan pelengkapan dari kebun binatang pada umumnya. Gambar 11. Kondisi kandang peraga satwa Gembiraloka Lingkungan pada kandang peraga satwa belum memberikan informasi yang tepat dan belum semuanya menggambarkan pada tempat yang mendekati tempat aslinya (kurang habitatif) kepada pengunjung. 9
10 Gambar 12. Situasi lingkungan sekitar kandang satwa Pengelola kurang memperhatikan kenyamanan, kebersihan dan keamanan pengunjung dalam berekreasi. Gambar 13. Pengelola kurang memperhatikan situasi lingkungan wisata 1.3. Rumusan Masalah Bagaimana menata ruang-ruang wisata yang ada di KRKB Gembiraloka agar dapat memberikan suasana rekreatif, edukatif dan aktivitas wisata dapat dilakukan dari pagi hari hingga malam hari dengan kondisi nyaman, bersih, aman dan sehat Tujuan dan Sasaran Tujuan Menata ruang-ruang wisata yang ada di KRKB Gembiraloka agar dapat memberikan suasana rekreatif, edukatif dan aktivitas wisata dapat dilakukan dari pagi hari hingga malam hari dengan kondisi nyaman, bersih, aman dan sehat dimana pengunjung dapat menikmati fasilitas dan koleksi flora-fauna secara mandiri yang dihadirkan oleh pengelola KRKB Gembiraloka. Sasaran Menata kembali ruang-ruang wisata yang memiliki potensi dan bagian-bagian yang sulit seperti sisi sebelah utara dari area kebun binatang, danau Mayang Tirta, tepi sungai dan sisi tebing yang menjorok kesungai dan area Kebun Raya dan meminimalkan ruang sisa yang 10
11 dihasilkan dari perencanaan dan perancangan di dalam Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembiraloka Lingkup dan Batasan Pembahasan Merencanakan pendistribusian dari tingkat aktivitas wisata yang terpusat pada salah satu zone bangunan kandang display dan bangunan pengelola agar tidak memusat pada satu tempat saja. Merencanakan dan merancang kembali pada tata ruang-ruang wisata dan beberapa jenis display kandang satwa agar dapat memberikan informasi yang lebih jelas kepada pengunjung mengenai suasana ruang wisata dan suasana artifisial pada display kandang dengan mengatur letak dari tempat pengamatan pengunjung terhadap perilaku satwa yang ditontonnya Pengaturan pada letak jalur sirkulasi pengunjung dan jalur sirkulasi kegiatan service dengan menambahkan beberapa fasilitas yang dibutuhkan pada jalur sirkulasi Metode Pembahasan Metode mencari data Wawancara kepada pengunjung dan staff KRKB Gembiraloka Studi Pustaka/literatur mengenai pengolahan lahan berkontur dan standar mengenai kebun binatang dan aquarium (oceanarium). Survey lapangan mengenai kekurangan yang dimiliki oleh Gembiraloka dan mencoba membandingkan kebun binatang lain untuk melihat dan mempelajari kelebihan yang dapat ditransformasikan di dalam KRKB Gembiraloka Metode menganalisis data. Kuantitatif dengan mengolah data berupa table statistik jumlah pengunjung sebagai data prediksi pendekatan masalah. Kualitatif dengan mengolah data berupa hasil wawancara dan pengamatan langsung untuk mendapatkan hipotisis secara naratif untuk menyelesaikan masalah yang ada. 11
12 Metode perancangan Menerapkan prinsip-prinsip rancangan bangun pada lahan yang berkontur dengan memberikan batasan pada jarak sirkulasi dan menambahkan pusat-pusat orientasi kegiatan pada simpul-simpul sirkulasi agar mudah dikontrol pengawasannya yang dapat ditransformasikan pada site Gembiraloka yang berbentuk linier Keaslian Penulisan Andri Feri.K, Oceanarium di Kawasan pantai Baron, Ruang Pamer sebagai Media Memamerkan Hasil Biota Laut, /Fer/O/02/91 Beta Puspita Ratri, Redisain Kebun Binatang Surabaya, 01/147693/TK/ Irma Rahmadani, Oceanarium Sebagai Sarana Rekreasi dan Edukasi di Pantai Citepus Pelabuhan Ratu Sukabumi 96/108676/TK/ Silfia Mona Aryani, Rumah Sakit Hewan, /Ary/R/02/70. Agus, Oceanarium di Tanjung Bunga Makasar, /Agu/O/04/ Kerangka Pola Berpikir Latar Belakang: Jenis fasilitas wisata di Gembirloka saat ini tidak cocok dengan selera pengunjung. Permasalahan: Gembiraloka sepi Pembahasan terhadap: Penataan kembali pada fasilitas rekrasi kebun binatang dapat memberikan layanan hiburan yang rekreatif dan edukasi yang informative dengan kondisi nyaman, bersih, aman dan sehat. Analisis Tinjauan Teoritis Analisis: Pendekatan pada ruang wisata, ruang sisa dan kondisi fisik bangunan pada site yang berkontur serta memperhatikan jenis dan jumlah pada satwa yang telah dan akan dikoleksi dengan mempertimbangkan penataan pada display kandang yang lebih habitatif dan pemilihan jenis fasilitas yang akan diterapkan. Konsep dasar Perencanaan dan perancangan redisain KRKB Gembiraloka Tinjauan Faktual: Potensi Site 12
13 1.9. Sistematika Penulisan BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V : Pendahuluan Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup pembahasan, metode dan sistematika penulisan. : Tinjauan Wisata Kebun Binatang Gembiraloka di Kota Madya, Jogjakarta Mengungkapkan letak dan kondisi fasilitas yang dimiliki, potensi dan masalah yang didihadapi oleh KRKB Gembiraloka Jogjakarta. : Tinjauan Teoritis Kebun Binatang Mengungkapkan syarat-syarat pokok arsitektur dan teknologi yang harus dipenuhi dalam penataan suatu kebun binatang dengan melakukan studi banding dengan beberapa tipologi kebun binatang yang telah berhasil dan perkembangan kebun binatang saat ini yang mengarahkan pada pembentukan suasana dalam suatu tema-tema tertentu. : Analisis Menuju Konsep Perancangan dan Perencanaan Kebun Binatang Pada Lahan Berkontur Mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep redisain pada penataan ruang wisata didalam kebun binatang melalui pendekatan permasalahan yang dialami dengan metode-metode tertentu, agar dapat diaplikasikan lebih baik lagi pada kawasan KRKB Gembiraloka. : Konsep Perencanaan dan Perancangan dari Redisain KRKB Gembirloka Mengungkapkan dari beberapa konsep yang dihasilkan dan sesuai serta dapat ditrasformasikan dalam rancangan fisik pada redisain kawasan Kebun Binatang Gembiraloka. 13
BAB I PENDAHULUAN. 1 Panduan Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka 2 Ibid
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Yogyakarta yang memiliki banyak predikat yang membuat nama Yogyakarta terkenal, antara lain adalah sebagai kota pendidikan, banyak tempat tempat untuk belajar di kota
Lebih terperinci1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Surakarta atau sering disebut dengan nama kota Solo adalah suatu kota yang saat ini sedang berusaha untuk meningkatkan kualitas kota dengan berbagai strategi. Dan
Lebih terperinciTAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Butterfly : Bahasa Inggris: Kupu-kupu Kupu-kupu merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera atau serangga bersayap sisik (lepis: sisik dan ptero:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) atau yang sering disebut Taman Jurug adalah obyek wisata yang terletak di tepian sungai Bengawan Solo dengan luas lahan 13.9 Ha, memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.
Lebih terperinciKAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL Judul Studio Tugas Akhir yang di ambil adalah Kawasan Wisata Bunga Kota Bandung 1.2. LATAR BELAKANG Tanaman dapat memberikan keindahan, kenyamanan, dan berbagai fungsi lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ( Tugas Akhir Periode 96)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi yang ada di Indonesia.. Sebutan Yogyakarta sebagai daerah pariwisata menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Indonesia Membutuhkan Lebih Banyak Kawasan Penunjang Konservasi Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan keanekaragaman ekosistem yang terbentang dari
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 %
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 % wilayahnya merupakan perairan laut dengan garis pantai sepanjang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Rancangan Ide rancangan Terminal Penumpang Pelabuhan di Paciran Lamongan ini merupakan fasilitas penyedia jasa layanan publik yang mampu menampung kegiatan berkumpulnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang dapat diolah dan dikembangkan untuk dikenalkan kepada wisatawan mancanegara bahwa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.
BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu pembangunan pariwisata harus ditinjau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan. pekerjaan baru juga untuk mengurangi pengangguran.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.2. Kelayakan Proyek Perkembangan kepariwisataan di Indonesia saat ini semakin penting, tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia pariwisata merupakan sektor andalan penerimaan devisa negara bagi kegiatan ekonomi dan kegiatan sektor lain yang terkait. Oleh karena itu pariwisata perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahorok dengan pemandangan alam yang indah, udara yang sejuk, sungai dengan air yang jernih, walaupun keadaan hutannya tidak asli lagi, menjadikan tempat ini ramai
Lebih terperinciPengembangan dan Renovasi Taman Satwa Jurug di Surakarta BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG I.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Perkembangan pembangunan kota Solo saat ini mengalami kemajuan yang sangat cepat, dapat dibuktikan dalam lima Tahun terakhir ini
Lebih terperinciPerancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna. memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN
Perancangan Green Map Kebun Binatang Surabaya guna memudahkan Informasi Wisatawan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebun Binatang Surabaya merupakan salah satu destinasi wisata kota yang paling
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KEBUN BINATANG TINJOMOYO SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN KEBUN BINATANG TINJOMOYO SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan
Lebih terperinciHOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG
I.1 LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Dalam kurun lima tahun terakhir pertumbuhan perekonomian kota Bandung terus terdongkrak naik. Penyebab kondisi yang tengah dialami kota Bandung tidak hanya karena saat ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Kondisi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kondisi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang kaya akan aset budaya seperti peninggalan bersejarah (artefak), tarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Informasi yang dibutuhkan manusia begitu banyak dan tidak dapat dipisahkan dari keseharian kehidupan. Akan tetapi, pada kenyataannya, tidak semua masyarakat di Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balikpapan merupakan salah satu kota yang terletak di pulau Kalimantan, tepatnya di provinsi Kalimantan Timur. Balikpapan terdiri dari 5 kecamatan, diantaranya kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Terminal Bis Tirtonadi merupakan terminal pengganti yang sebelumnya yaitu Terminal Bis Harjodaksino yang berlokasi di Gemblegan. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus mengunjungi kebun binatang dengan penuh suka cita. Untuk itu, pihak. pemeliharaan sarana fisik yang nyaman dan menarik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebun binatang adalah salah satu sarana rekreasi bagi masyarakat umum yang menjadi tempat yang menyenangkan, nyaman sekaligus aman agar masyarakat dapat terus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di zaman yang serba bergerak cepat ini, manusia dituntut selalu aktif dan produktif untuk memenuhi tuntutan hidup. Kehidupan yang serba sibuk dengan rutinitas pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Malaysia menemukan bahwa faktor destination awareness, motivation, WOM
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Isa dan Ramli (2014) dalam penelitiannya pada FRI Aquarium di Penang Malaysia menemukan bahwa faktor destination awareness, motivation, WOM memiliki pengaruh
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib
Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek A. Umum Pertumbuhan ekonomi DIY meningkat 5,17 persen pada tahun 2011 menjadi 5,23 persen pada tahun 2012 lalu 1. Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebun binatang (sering disingkat bonbin, dari kebon binatang) atau taman margasatwa adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan buatan, dan dipertunjukkan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Projek 1.1.1 Gagasan awal Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi Biota Laut Endemik di Jepara merupakan pendekatan sebuah perancangan baru kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Transportasi Massal di Kota Bandung Salah satu kriteria suatu kota dikatakan kota modern adalah tersedianya sarana dan prasarana transportasi yang memadai bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini membahas mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta metodologi penyusunan landasan konseptual laporan seminar tugas akhir dengan judul
Lebih terperinciGEDUNG PAMER DAN LAYANAN PURNA JUAL
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vespa adalah sebuah kendaraan yang memiliki daya tarik tersendiri dari bentuknya yang khas. Vespa juga memiliki salah satu inspirasi bagi perkembangan teknologi transportasi
Lebih terperinciWahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar dari seluruh luas Indonesia adalah berupa perairan. Karena itu indonesia memiliki potensi laut yang besar
Lebih terperinciPELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV
xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan
Lebih terperinciPokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun
MINGGU 4 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun Lingkungan Alamiah Dan Buatan Manusia Para dipahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk Indonesia sebagai sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan ekonomi. Bahkan tidak berlebihan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dengan adanya pemekaran Propinsi Riau, maka pada tahun 1999 terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat pemerintahan. Sebagai kabupaten yang sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk saat ini, pariwisata merupakan pembangkit ekonomi (terutama untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia), kesejahteraan atau kualitas hidup bagi masyarakat
Lebih terperinci- BAB I - PENDAHULUAN
- BAB I - PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mal salah satu obyek rekreasi yang banyak dinikmati oleh masyarakat sebagai tempat hiburan untuk merelaksasikan diri, karena tuntutan aktifitas kesibukan sehari-hari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang sebagai sebuah kota yang terletak pada kawasan pantai utara Jawa memiliki berbagai potensi yang belum sepenuhnya dikembangkan. Sesuai dengan Peraturan
Lebih terperinciHALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN...ii CATATAN DOSEN PEMBIMBING...iii HALAMAN PERNYATAAN...iv HALAMAN MOTTO...v KATA PENGANTAR...viii DAFTAR ISI...x DAFTAR GAMBAR...xiv DAFTAR TABEL...xvii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat. dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pariwisata merupakan salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan. Sesuai perkembangannya kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta adalah kota yang sedang mengalami perkembangan pada sektor perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun dimana-mana. Akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap manusia selalu membutuhkan adanya rekreasi dan Olah raga. Jakarta sebagai kota metropolitan kususnya di Jakarta utara, dimana perkembangan penduduknya sangat
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang Sea World Lamongan. Terdapat Identifikasikan permasalahan yang menjadi dasar utama perancangan untuk mewujudkan
Lebih terperinciWISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciPengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini, akan dibahas mengenai, pengertian dan esensi judul, latar belakang munculnya gagasan atau ide dan judul, tujuan dan sasaran perencanaan dan perancangan, permasalahan
Lebih terperinciTugas akhir ismail yakub BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
96 34D D52 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Tinjauan umum Surakarta Dalam strategi pengembangan nasional maupun kebijaksanaan Pemerintah Daerah Tingkat Jawa Tengah, kota Surakarta telah ditetapkan sebagai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Pengadaan proyek ini berasal dari fasilitas kebun binatang yang hanya digunakan men display makluk hidup. Kurangnya pengetahuan
Lebih terperinciBELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari
Lebih terperincidipengaruhi oleh faktor-faktor peninggalan sejarah. Dari Peninggalan sejarah yang berbentuk fisik tampak adanya pengaruh kuat yang dominan pada
Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang to 1.1.1 Umum Berbagai langkah kebijaksanaan pemerintah daerah Surakarta telah dilakukan dalam mengembangkan tempat kepariwisataan terhadap daerahdaerah yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Pasar bunga di Surabaya Kebutuhan bunga dalam masyarakat kini semakin meningkat seiring berubahnya gaya hidup masyarakat. Dapat dikatakan bahwa bunga
Lebih terperinciPENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN WISATA SENGKALING MALANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan
1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Bandung sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat dikenal dengan berbagai tujuan wisata domestik di Indonesia. Tujuan wisata itu antara lain wisata belanja, wisata
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN
BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas stres. Gaya hidup masyarakat yang semakin sibuk dalam rutinitasnya, sempitnya waktu membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan hidup manusia semakin berkembang sejalan dengan modernisasi yang tidak pernah terhenti terjadi di bumi. Aktifitas yang dilakukan oleh manusia semakin kompleks
Lebih terperinciBAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG
BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obyek wisata merupakan perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengembangan obyek wisata air bojongsari dengan penekanan filosofi air sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak
Pengembangan obyek wisata air bojongsari dengan penekanan filosofi air sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak Iman Priambodo I.0202054 BAB I PENDAHULUAN I.1 Pengertian Judul Arti kata Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan ujung tombak bagi kemajuan perekonomian negara. Pariwisata juga bertanggung jawab untuk membawa citra bangsa ke dunia Internasional. Semakin tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Banda Aceh merupakan salah satu kota yang dilanda bencana alam Tsunami pada Desember Tahun 2004. Pasca bencana Tsunami, kota Banda Aceh kembali di bangun oleh Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo :
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul Proyek Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Bengawan Solo Tree House Resort (Pengembangan Urban Forest III Surakarta). Untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi geografis kota Magelang berada pada jalur transportasi kota
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi geografis kota Magelang berada pada jalur transportasi kota Yogyakarta dan kota Semarang Di Kabupaten Magelang, terdapat objek wisata Kalibening yang ikut dalam
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bandara kualanamu adalah sebuah Bandar udara internasional yang melayani kota medan dan sekitarnya. Bandara ini terletak 39 km dari kota medan. Bandara ini adalah bandara
Lebih terperinciTAMAN EDUKASI SATWA YOGYAKARTA
LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN EDUKASI SATWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK (S-1) PADA
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA
BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 3.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan Senen, Jakarta Pusat : ± 48.000/ 4,8 Ha : Fasilitas
Lebih terperinciREKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG
P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG Dengan penekanan desain arsitektur waterfront Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang menjadi tujuan wisata baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, hal ini terbukti dengan adanya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesenjangan dalam pembangunan, penyediaan infrastruktur, pola persebaran penduduk, dan investasi antar kota sebagai kota industry, wisata, jasa/perdagangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang lebih dari 2/3 wilayahnya berupa perairan. Dari zaman nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal dan menggunakan transportasi
Lebih terperinciTUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata menjadi industri yang berpengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata terlihat dari munculnya atraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Judul Re-Desain Stasiun Besar Lempuyangan Dengan Penekanan Konsep pada Sirkulasi, Tata ruang dan Pengaturan Fasilitas Komersial, pengertian Judul : Re-Desain Redesain berasal
Lebih terperinci1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
BAB I LATAR BELAKANG Indonesia terletak pada koordinat 6 0 LU 11 0 08LS dan 95 0 BB 141 0 45 BT serta terletak diantara benua Asia dan benua Australia, yang mana di lalui garis khatulistiwa yang kaya akan
Lebih terperinciPENATAAN KAWASAN TAMAN WISATA JURUG SURAKARTA
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KAWASAN TAMAN WISATA JURUG SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : NE
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan I-1
I-1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi di Indonesia dengan ibukota propinsinya adalah Yogyakarta, sebuah kota dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Sekilas Tentang Kota Tarakan Pantai Amal Indah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sekilas Tentang Kota Tarakan Tarakan menurut cerita rakyat berasal dari bahasa tidung Tarak (bertemu) dan Ngakan (makan) yang secara harfiah dapat diartikan Tempat para nelayan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari aspek pariwisata, Kebun Binatang Ragunan belum memiliki kelas yang berkualitas.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu objek wisata di Jakarta yang banyak mendapat perhatian pengunjung adalah Kebun Binatang Ragunan. Kebun Binatang Ragunan didirikan pada tahun 1864 di Cikini
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN REKREASI PERENG PUTIH BANDUNGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN REKREASI PERENG PUTIH BANDUNGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir Lolita Maharani ( ) Redesain Terminal Terboyo 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul 1.Re-desain : Merencanakan Kembali, ulang, balik. 1 2.Terminal : Prasarana untuk angkutan jalan raya guna mengatur kedatangan, pemberangkatan, dan pangkalannya kendaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (www.okezone.com 17/8/ % Spesies Primata Terancam Punah)
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Keberadaan primata di seluruh dunia akhir-akhir ini sangat memprihatinkan akibat berkurangnya habitat mereka dan penangkapan liar untuk diperdagangkan. Degradasi dan
Lebih terperinci