ANALISIS HARGA SAHAM INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE DENGAN ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS HARGA SAHAM INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE DENGAN ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL"

Transkripsi

1 ANALISIS HARGA SAHAM INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE DENGAN ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL Oleh SITI BILQIS SABRINI H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 ABSTRAK Siti Bilqis Sabrini. H Analisis Harga Saham Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia Periode Dengan Analisis Fundamental dan Teknikal. Di bawah bimbingan Beatrice Mantoroadi Pandangan masyarakat mengenai industri rokok terbagi dua antara yang mendukung dan menentang. Dukungan terhadap industri ini berdasarkan pada kontribusi besarnya pada pendapatan Negara, tetapi regulasi Pemerintah dan asumsi negatif banyak memberikan sentimen buruk. Hal-hal tersebut mungkin mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang ada di industri rokok dan fluktuasi harga sahamnya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis kondisi perusahaan-perusahaan dalam industri rokok di BEI periode dengan analisis fundamental dan teknikal. (2) Membandingkan nilai intrinsik harga saham perusahaan-perusahaan industri rokok periode melalui analisis fundamental dengan harga pasarnya. (3) Membandingkan murah atau mahalnya harga saham industri rokok di BEI periode melalui analisis fundamental. (4) Menganalisis pergerakan harga saham perusahaan-perusahaan rokok selama periode melalui analisis teknikal. Penelitian dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Kav Jakarta Data yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series kuartalan dari 2004:Q1 sampai 2007:Q4. Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak Microsoft Excel Analisis yang digunakan untuk mengolah data adalah Analisis fundamental dan Analisis teknikal. Perusahaan-perusahaan rokok yang tercatat di Bursa Efek Indonesia terdiri dari 4 perusahaan, yaitu PT British American Tobacco Indonesia Tbk (BATI), PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Handjaja Mandala Sampoerna Tbk (HMSP). Analisis fundamental perusahaan menunjukkan bahwa kinerja PT BAT Indonesia Tbk (BATI) selama periode penelitian cenderung terus mengalami penurunan. Kinerja PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA) selama periode mengalami kenaikkan yang cukup signifikan. Kinerja PT Gudang Garam Tbk (GGRM) selama periode cukup stabil. Kinerja PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) selama periode meningkat terutama selama tahun Selama periode saham yang paling sering menjadi saham yang paling murah adalah saham PT BAT Indonesia Tbk (BATI). Sedangkan saham yang paling sering menjadi saham yang paling mahal adalah saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Perhitungan analisis teknikal menunjukkan bahwa tren yang ada pada perdagangan saham PT BAT Indonesia Tbk selama periode terus menurun. Tren yang ada pada perdagangan saham PT Bentoel International Investama Tbk selama periode terus meningkat. Tren yang ada pada perdagangan saham PT Gudang Garam Tbk selama periode cenderung stabil. Tren yang ada pada perdagangan saham PT HM Sampoerna Tbk selama periode stabil meningkat. Hasil analisis fundamental dan teknikal pada industri rokok periode tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang ada dalam industri rokok berjalan searah dengan ketertarikan investor di pasar modal. Hal ini juga menunjukkan informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan dicerminkan oleh harga saham yang ada di pasar

3 modal. Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, ada beberapa hal yang dapat disarankan baik bagi para investor maupun bagi pihak yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai masalah ini. Beberapa hal tersebut yaitu (1). Investor yang sedang maupun akan berinvestasi pada instrumen keuangan saham harus juga memperhatikan kinerja perusahaan secara fundamental. Terutama jika berencana akan melakukan investasi jangka panjang. Seringkali investor hanya memperhatikan kondisi perusahaan melalui sisi teknikalnya saja dan (2). Penelitian ini masih dapat dilanjutkan baik dari sisi fundamental maupun teknikalnya. Peneliti selanjutnya masih dapat mencari hubungan antara variabelvariabel yang ada pada sisi fundamental maupun teknikal.

4 ANALISIS HARGA SAHAM INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE DENGAN ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh SITI BILQIS SABRINI H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS HARGA SAHAM INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE DENGAN ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh SITI BILQIS SABRINI H Menyetujui, Juni 2008 Beatrice Mantoroadi, SE.Ak, MM Dosen Pembimbing Mengetahui, Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.sc. Ketua Departemen Tanggal Ujian : 9 Juni 2008 Tanggal Lulus:

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Agustus Penulis merupakan anak bungsu dari enam bersaudara pasangan H. Mohammad Romli dan Hj. Siti Rohayati. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Tri Bhakti Bogor pada tahun 1991, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Pengadilan 4 Bogor lalu pindah ke Sekolah Dasar Pabrik Gas 1 Bogor hingga tahun Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Bogor dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 5 Bogor dan masuk dalam proram IPA tahun Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menerima beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) pada tahun Penulis juga telah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan pasar modal, yaitu Pelatihan Mekanisme Pasar Modal pada Februari 2008.

7 KATA PENGANTAR Segala Puji ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Analisis Harga Saham Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia Periode Dengan Analisis Fundamental dan Teknikal. Skripsi ini bertujuan untuk memberi gambaran pada berbagai pihak mengenai perdagangan saham industri rokok di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2004 hingga 2007 baik secara fundamental maupun teknikal. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kapada : 1. Beatrice Mantoroadi, SE. Ak, MM sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis. 2. Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Ir. Anggraini Sukmawati, MM yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menguji penulis. 3. Andreas Tanajaya dari Kresna Securities yang telah meyakinkan saya untuk mengambil langkah pertama dalam pengolahan data. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB. 5. Keluargaku yang telah memberikan dukungan dan do a yang tulus. 6. Rekan-rekan satu bimbingan, Ayu dan Gita yang selalu saling membantu selama pembuatan skripsi ini. 7. Friends: Erie, Nyai Windi, Ceu Iqoh, Dhania, Doclo, Nishonk, Fidobz n Ii, Melly, Elis and of course Chan2 yang selalu menemani di saat-saat yang tidak terlupakan (specially about Oon). 8. MT khususnya Rob yang telah memberikan inspirasi yang luar biasa selama penulisan skripsi ini, thank you for the inspiration.

8 9. Rekan-rekan di Departemen Manajemen Angkatan 41 yang telah membuat kuliah terasa menyenangkan. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya. Mengingat masih banyak kekurangan pada skripsi ini, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amien Bogor, Juni 2008 Penulis

9 ABSTRAK DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Batasan Penelitian... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal Efisien Instrumen Keuangan yang Diperdagangkan Indeks Harga Saham Klasifikasi Saham Menurut Kapitalisasi Pasar Keuntungan Dari Saham Nilai Saham Analisis Fundamental Kerangka Analisis Fundamental Analisis Ekonomi (Pasar) Analisis Industri (Sektor) Analisis Fundamental Perusahaan Keputusan Investasi Capital Asset Pricing Model Analisis Teknikal Asumsi Dasar Analisis Teknikal Kerangka Analisis Teknikal Pendekatan Analisis Teknikal Indikator Moving Average Penelitian Terdahulu III. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Metode Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Analisis Fundamental Model Pendekatan Present Value iii iv vi ix x xi

10 Model Kelipatan Laba (Price Earning Ratio) Arus Kas Capital Asset Pricing Model Analisis Teknikal IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan PT BAT Indonesia Tbk Pendirian dan Informasi Umum Manajemen Pemegang Saham Ringkasan Keuangan Produk Perusahaan PT Bentoel International Investama Tbk Pendirian dan Informasi Umum Manajemen Pemegang Saham Ringkasan Keuangan Produk Perusahaan PT Gudang Garam Tbk Pendirian dan Informasi Umum Manajemen Pemegang Saham Ringkasan Keuangan Produk Perusahaan PT HM Sampoerna Tbk Pendirian dan Informasi Umum Manajemen Pemegang Saham Ringkasan Keuangan Produk Perusahaan Analisis Fundamental Analisis Pasar Gambaran Umum Kondisi Perekonomian (Selama Tahun 2004 Sampai 2007) Tingkat Pengembalian Pasar (Selama Tahun 2004 Sampai 2007) Analisis Industri (Sektor) Analisis Fundamental Perusahaan PT BAT Indonesia Tbk PT Bentoel International Investama Tbk PT Gudang Garam Tbk PT HM Sampoerna Tbk Perbandingan Price Earning Ratio Analisis Teknikal PT BAT Indonesia Tbk PT Bentoel International Investama Tbk... 58

11 PT Gudang Garam Tbk PT HM Sampoerna Tbk Perbandingan Analisis Fundamental dan Teknikal PT BAT Indonesia Tbk PT Bentoel International Investama Tbk PT Gudang Garam Tbk PT HM Sampoerna Tbk KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 72

12 DAFTAR TABEL No Halaman 1 Perdagangan Saham Industri Rokok Selama Tahun Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan-Perusahaan Rokok Selama Tahun Laba Operasi 4 Perusahaan Rokok Selama Pedoman Keputusan Investasi Berdasarkan Analisis Fundamental 17 5 Ringkasan Kondisi Keuangan PT BAT Indonesia Tbk Selama Ringkasan Kondisi Keuangan PT Bentoel Int. Inv Tbk Selama Ringkasan Kondisi Keuangan PT Gudang Garam Tbk Selama Ringkasan Kondisi Keuangan PT HM Sampoerna Tbk Selama Tingkat Pengembalian Pasar Per Kuartal Periode Perbandingan Harga Saham PT BAT Indonesia Tbk Periode Per Kuartal Perbandingan Harga Saham PT Bentoel International Investama Tbk Periode Per Kuartal Perbandingan Harga Saham PT Gudang Garam Tbk Periode Per kuartal Perbandingan Harga Saham PT HM Sampoerna Tbk Periode Per Kuartal Perbandingan Harga Saham Industri Rokok Periode Berdasarkan PER... 58

13 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1 Produksi Rokok Selama Tahun Kerangka Analisis Fundamental Porter s Five Forces Model Pengurangan Risiko Dengan Diversifikasi Kerangka Pendekatan Analisis Teknikal Struktur Kerangka Pemikiran Penelitian Perbandingan Tingkat Pengembalian Sektor Barang Konsumsi Dan Tingkat Pengembalian Pasar Per Kuartal Perbandingan PER Antar Perusahaan Dalam Industri Rokok Periode Grafik Exponential Moving Average PT BAT Indonesia Tbk Periode Grafik Exponential Moving Average PT Bentoel Int Inv Tbk Periode Grafik Exponential Moving Average PT Gudang Garam Tbk Periode Grafik Exponential Moving Average PT HM Sampoerna Tbk Periode Grafik Perbandingan Analisis Fundamental dan Teknikal Pada PT BAT Indonesia Tbk peroide Grafik Perbandingan Analisis Fundamental Dan Teknikal Pada PT Bentoel Int. Inv. Tbk periode Grafik Perbandingan Analisis Fundamental Dan Teknikal Pada PT Gudang Garam Tbk periode Grafik Perbandingan Analisis Fundamental Dan Teknikal Pada PT HM Sampoerna Tbk periode

14 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1 Indeks Harga Saham Gabungan per bulan Periode Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Per bulan periode Sertifikat Bank Indonesia Jangka 3 Bulan Tingkat Pengembalian Pasar Per Kuartal Periode Tingkat Pengembalian Sektor Barang Konsumsi dan Tingkat Pengembalian Pasar Per Kuartal Harga penutupan Saham PT BAT Indonesia Tbk Per Bulan Periode Harga Penutupan Saham PT Bentoel Int. Inv. Tbk Per Bulan Periode Harga Penutupan Saham PT Gudang Garam Tbk Per Bulan Periode Harga Penutupan Saham PT HM Sampoerna Tbk Per Bulan Periode Earning Per Share Per Kuartal 4 Perusahaan Rokok Selama Price Earning Ratio Per Kuartal 4 Perusahaan Rokok Selama Tingkat Pengembalian Saham (R) PT BAT Indonesia Tbk Per Kuartal Periode Tingkat Pengembalian Saham (R) PT Bentoel Int. Inv. Tbk Per Kuartal Periode Tingkat Pengembalian Saham (R) PT Gudang Garam Tbk Per Kuartal Periode Tingkat Pengembalian Saham (R) PT HM Sampoerna Tbk Per Kuartal Periode Nilai Intrinsik Saham PT BAT Indonesia Tbk Per Kuartal Periode Nilai Intrinsik Saham PT Bentoel Int. Inv. Tbk Per Kuartal Periode Nilai Intrinsik Saham PT Gudang Garam Tbk Per Kuartal Periode Nilai Intrinsik Saham PT HM Sampoerna Tbk Per Kuartal Periode

15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri rokok adalah industri yang banyak menuai kontoversi hingga saat ini. Kontroversi tersebut terjadi karena adanya pro dan kontra mengenai bisnis industri rokok ini. Adanya dukungan terhadap industri tersebut dilandasi oleh cukup besarnya kontribusi industri rokok terhadap pendapatan negara. Pada 2006, pendapatan negara dari cukai rokok mencapai Rp 37,8 triliun atau sekitar 1,1% dari PDB (Produk Domestik Bruto), dan pada 2007 meningkat menjadi Rp 42 triliun atau 1,2% dari PDB ( Nota Keuangan dan RAPBN Departemen Keuangan, 2008). Selain itu, industri rokok juga telah menyediakan lapangan kerja bagi 600 ribu pekerja yang terlibat langsung dalam industri rokok (TEMPOInteraktif, 2007). Dengan kata lain, industri rokok memiliki peran penting dalam perekonomian. Namun hal tersebut tidak dapat menutupi fakta bahwa rokok merugikan kesehatan. Di Indonesia, 70 persen kematian disebabkan penyakit paru kronik dan emfisema, dan pemicu penyakit ini karena konsumsi tembakau (TEMPOInteraktif, 2007). Konsumen rokok di Indonesia terus bertambah selama 30 tahun terakhir. Pada tahun 1970, konsumsi rokok di Indonesia sebesar 33 miliar batang, pada tahun 2006 konsumsi masyarakat terhadap rokok melonjak menjadi 230 miliar batang (TEMPOInteraktif, 2007). Oleh karena itu, kampanye anti rokok gencar dilakukan sejumlah elemen masyarakat dalam dua tahun terakhir ini. Dalam beberapa tahun kedepan Indonesia akan menjadi target utama kampanye Internasional pengendalian tembakau di kawasan Asia Tenggara. Alasannya, Indonesia merupakan satusatunya negara di wilayah Asean yang belum meratifikasi Konvensi WHO tentang Pengendalian Rokok (Framework Convention on Tobacco Control /FCTC) (TEMPOInteraktif, 2007) Akan tetapi, perkembangan produksi rokok terus meningkat. Hal ini terlihat dari perkembangan produksi rokok di Indonesia 4 tahun terakhir (Gambar 1). Pada tahun 2004 produksi rokok mencapai 186,7 miliar batang, lalu meningkat hingga 203,1 miliar batang pada tahun 2005, kemudian 218,7

16 miliar batang pada tahun 2006, dan mencapai 224 miliar batang pada tahun 2007 (Riaupos, 2008). Fakta tersebut menunjukkan produksi rokok terus meningkat dari tahun ke tahun dan belum menunjukkan adanya kecenderungan menurun. Gambar 1. Produksi Rokok Selama Tahun Sumber : Riaupos, 2008 Perdagangan saham industri rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI) (sebelum November 2007 dikenal sebagai Bursa Efek Jakarta) selama tahun 2007 juga bisa dikatakan stabil. Industri rokok yang tergabung dalam sektor barang konsumsi cukup stabil diperdagangkan selama tahun Hal tersebut terlihat dari frekuensinya yang cukup stabil (Tabel 1). Selama tahun 2007, frekuensi perdagangan saham-saham rokok tidak terlalu berfluktuasi. Tidak ada yang melonjak terlalu tinggi ataupun menurun terlalu rendah. Perusahaan-perusahaan rokok yang tercatat di Bursa Efek Indonesia terdiri dari 4 perusahaan, yaitu PT British American Tobacco Indonesia Tbk (BATI), PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Handjaja Mandala Sampoerna Tbk (HMSP). Keempat perusahaan ini diklasifikasikan dalam sub sektor industri rokok (tobacco industry).

17 Tabel 1. Tabel Perdagangan Saham Industri Rokok Selama Tahun 2007 Volume Nilai Bulan (juta) (juta Rp) Frekuensi (x) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber : BEI, 2008 Berdasarkan kapitalisasi pasar, saham-saham perusahaan rokok mewakili tiga jenis saham. PT. Gudang Garam Tbk dan PT. HM Sampoerna Tbk merupakan perusahaan yang cukup solid sehingga sahamnya merupakan saham unggulan (blue chip stock). Jenis saham blue chip mempunyai kemampuan memberikan dividen yang tinggi secara konsisten terbukti selama bertahun-tahun (Sulistyastuti, 2002). Saham PT Bentoel Investama Internasional Tbk merupakan saham lapis kedua (second liner stock), jenis saham ini memiliki risiko yang lebih besar daripada saham blue chip. Sedangkan saham PT. BAT Indonesia Tbk merupakan saham lapis ketiga (third liner stock), saham jenis ini jarang ditransaksikan karena berisiko sangat tinggi. Perdagangan saham perusahaan-perusahaan ini cukup bervariasi selama tahun 2007 (Tabel 2). Pertumbuhan laba operasi perusahaan-perusahaan rokok rata-rata mengalami kenaikkan selama 4 tahun terakhir. Dua tahun terakhir, perusahaan-perusahaan rokok mengalami kenaikan laba operasi yang berarti jumlah batang rokok yang mereka jual juga meningkat (Tabel 4).

18 Tabel 2. Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan-perusahaan Rokok Selama Tahun 2007 Sumber : BEI, 2008 Setelah melihat perkembangan industri rokok dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan rokok merupakan perusahaan yang cukup kuat menghadapi berbagai guncangan-guncangan ekonomi dan regulasi yang ketat dari pemerintah. Perusahaan rokok di Indonesia tetap dapat bertahan walaupun saat ini diberlakukan ketentuan kenaikan cukai rokok, pembatasan investasi industri rokok, dan adanya isu larangan ekspor rokok kretek ke Amerika Serikat (wartaekonomi, 2008). Tabel 3. Laba Operasi 4 Perusahaan Rokok Selama Tahun Bulan Frekuensi Perdagangan Saham (x) BATI RMBA GGRM HMSP Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Laba operasi (juta Rp) BATI RMBA GGRM HMSP 2004 (23.192) (8.192) (12.739) (82.402) (31.130) Sumber : BEI, 2008 Menurut Wartaekonomi 2008, terdapat 2 perusahaan rokok yang masuk dalam daftar 20 perusahaan pencetak laba bersih terbesar tahun 2007, yaitu PT HM Sampoena Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM). PT Bentoel

19 International Investama Tbk (RMBA) mengalami pertumbuhan laba yang cukup signifikan dan memiliki prospek pertumbuhan yang positif ke depan (Wartaekonomi, 2007). Sedangkan, PT BAT Indonesia Tbk (BATI) mengalami penurunan rugi bersih (Laporan keuangan PT BAT Indonesia Tbk per 31 Desember 2007). Kenaikan cukai rokok sebesar 11 kali lipat per batang, mengakibatkan harga jual rokok di pasar naik. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan produksinya. Pada akhir 2008, diperkirakan produksi rokok nasional mencapai 230 miliar batang. Realisasi produksi rokok nasional tahun 2007 sebanyak 224 miliar batang atau tumbuh 2 persen dari produksi tahun 2006 sebanyak 218 miliar batang. Pangsa pasar rokok terbesar adalah jenis kretek (93 persen) dan sisanya rokok putih (TEMPO Interaktif, 2008). Pembatasan investasi industri rokok masuk dalam Rancangan Peraturan Presiden tentang Bidang Usaha Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan Tertentu. Hal ini dikhawatirkan Gabungan Produsen Rokok Putih (GPRP) akan menutup pertumbuhan industri rokok putih dalam negeri yang hanya memiliki pangsa pasar sekitar 7 persen. Produsen rokok putih asing di Indonesia antara lain PT BAT Indonesia Tbk. dan PT HM Sampoerna Tbk, yang dikuasai oleh Philip Morris (TEMPO Interaktif, 2007). Pada 23 Agustus 2007, Komite Senat Amerika menyepakati legislasi soal rokok untuk pertama kalinya. Legislasi berupa rancangan undang-undang memuat aturan lembaga Administrasi Makanan dan Obat Amerika (Food and Drug Administration/FDA) atau FDA Bill untuk memperketat iklan rokok, peringatan label dan kandungan berbahaya rokok. Dalam draf rancangan undang-undang tersebut, akan melarang penjualan rokok yang mengandung flavor karena dianggap dapat mempengaruhi anak-anak di bawah umur untuk merokok. Rokok kretek termasuk dalam jenis ini karena mengandung cengkeh yang sama dengan flavor. Saat ini Indonesia merupakan produsen rokok kretek terbesar di dunia. Amerika selama ini sebagai salah satu negara tujuan ekspor rokok kretek dari Indonesia. Hingga Maret 2007 total ekspor rokok dan tembakau olahan Indonesia mencapai sekitar US$ 102 juta atau Rp 958,8 miliar. Sedangkan pada 2006 total ekspor rokok mencapai US$ 282,2 juta atau Rp 2,6 triliun (TEMPO Interaktif, 2007).

20 Isu negatif dan regulasi tersebut, mungkin akan berdampak pada kinerja perusahaan dan naik turunnya harga saham di pasar modal. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk berinvestasi di saham-saham rokok Perumusan Masalah Harga saham merupakan indikator utama yang pertama kali dilihat oleh investor. Harga saham juga merupakan cerminan kondisi perusahaan dan ekspektasi investor. Sebelum melakukan investasi saham di pasar modal, investor harus menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi investasinya tersebut. Investasi yang dilakukan oleh investor diharapkan dapat memberikan tingkat pengembalian atau capital gain yang memuaskan bagi investor. Untuk memilih saham yang akan dipilih, dapat dilakukan analisis harga saham terlebih dahulu. Analisis harga saham dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Dengan analisis fundamental, investor dapat menaksir nilai intrinsik dari suatu saham. Dan dengan analisis teknikal, investor dapat melihat pergerakan harga saham dalam kurun waktu tertentu. Kedua analisis ini dapat digunakan secara bersamaan untuk menganalisis suatu saham. Dari hal yang telah disampaikan, maka dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi perusahaan-perusahaan dalam industri rokok di BEI periode menurut analisis fundamental dan teknikal? 2. Bagaimana nilai intrinsik harga saham perusahaan-perusahaan industri rokok selama periode melalui analisis fundamental dengan harga pasarnya di BEI? 3. Bagaimana perbandingan saham yang paling murah atau paling mahal dalam industri rokok selama periode melalui analisis fundamental? 4. Bagaimana pergerakan harga saham perusahaan-perusahaan industri rokok selama periode melalui analisis teknikal?

21 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis kondisi perusahaan-perusahaan dalam industri rokok di BEI periode dengan analisis fundamental dan teknikal. 2. Membandingkan nilai intrinsik harga saham perusahaan-perusahaan industri rokok periode melalui analisis fundamental dengan harga pasarnya. 3. Membandingkan murah atau mahalnya harga saham industri rokok di BEI periode melalui analisis fundamental. 4. Menganalisis pergerakan harga saham perusahaan-perusahaan rokok selama periode melalui analisis teknikal Batasan Penelitian Penelitian ini terbatas pada kinerja perusahaan secara domestik, baik melalui pendekatan fundamental dan teknikal. Hal ini dilakukan karena operasional perusahan-perusahaan yang diteliti berlokasi di Indonesia. Pembatasan ini juga dimaksudkan untuk menyederhanakan proses penelitian.

22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Efisien Pasar modal efisien didefinisikan sebagai pasar dengan harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut (Husnan, 2001). Menurut Arifin (2005) hipotesis pasar modal yang efisien menyatakan bahwa: 1. Harga sekuritas umumnya pada ekuilibrium, yaitu samanya expected return dan required return. 2. Harga-harga saham selalu mencerminkan seluruh informasi yang tersedia berkaitan dengan perusahaan penerbit dan sahamnya. 3. Karena harga saham sudah mencerminkan harga yang benar maka investor mestinya tidak perlu menyia-nyiakan waktu untuk mencari saham yang mispriced (undervalued atau overvalued) Instrumen Keuangan yang Diperdagangkan Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrument derivatif seperti option, futures dan lain-lain (BEI, 2008). Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik (BEI, 2008) Indeks Harga Saham Indikator dari pergerakan saham adalah Indeks Harga Saham. Harga saham bisa berubah setiap saat karena ekspektasi para investor berubah sesuai dengan informasi yang mereka dapatkan (Sulistiawan, 2007). Saat ini BEI mempunyai 7 macam indeks saham (BEI, 2008):

23 1. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI. 2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. Di BEI indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur. 3. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks. 4. Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan terdapat saham-saham baru yang masuk kedalam LQ 45 tersebut. 5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks yang terdiri 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain, dalam Indeks ini dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti: Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. 6. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan. Yaitu indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan.

24 7. Indeks KOMPAS 100. Merupakan Indeks Harga Saham hasil kerjasama Bursa Efek Indonesia dengan harian KOMPAS. Indeks ini meliputi 100 saham dengan proses penentuan sebagai berikut : a. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan. b. Saham tersebut masuk dalam perhitungan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). c. Berdasarkan pertimbangan faktor fundamental perusahaan dan pola perdagangan di bursa, BEI dapat menetapkan untuk mengeluarkan saham tersebut dalam proses perhitungan indeks harga 100 saham. d. Masuk dalam 150 saham dengan nilai transaksi dan frekuensi transakasi serta kapitalisasi pasar terbesar di Pasar regular, selama 12 bulan terakhir. e. Dari 150 saham tersebut, kemudian diperkecil jumlahnya menjadi 60 saham denagn mempertimbangkan nilai transaksi saham terbesar. f. Dari sebanyak 90 saham yang tersisa, kemudian dipilih sebanyak 40 saham dengan mempertimbangkan kinerja : hari transaksi dan frekuensi transaksi serta nilai kapitalisasi pasar di pasar reguler, dengan proses sebagai berikut : i. Dari 90 sisanya, akan dipilih 75 saham berdasarkan frekuensi transaksi di pasar reguler. ii. Dari 75 saham tersebut akan dipilih 60 saham berdasarkan frekuensi transaksi di pasar reguler. iii. Dari 60 saham tersebut akan dipilih 40 saham berdasarkan kapitalisasi pasar. g. Daftar 100 saham diperoleh dengan menambahkan daftar saham dari hasil perhitungan butir (e) ditambah dengan daftar saham hasil perhitungan butir (f). h. Daftar saham yang masuk dalam KOMPAS 100 akan diperbaharui sekali dalam 6 bulan, atau tepatnya pada bulan Februari dan pada bulan Agustus.

25 Perhitungan Indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya Klasifikasi Saham Menurut Kapitalisasi Pasar Pada umumnya saham yang diperdagangkan di bursa diklasifikasi dalam beberapa kelompok oleh para pelaku pasar. Salah satu penggolongannya adalah berdasarkan atas besarnya nilai kapitalisasi pasar. Nilai kapitalisasi pasar adalah jumlah saham yang beredar dikali dengan harga pasarnya (e-samuel, 2008). Dituliskan dalam rumus sebagai berikut: Nilai kapitalisasi pasar = jumlah saham beredar X harga pasar Klasifikasi saham menurut kapitalisasi pasar dibagi atas (e-samuel, 2008) : 1. Blue Chip Stocks (saham unggulan) Saham golongan ini biasanya diterbitkan oleh perusahaan besar dengan historical track of record fundamental yang terbaik dan prospek bisnis yang cerah. Umumnya jumlah saham yang beredar sangat besar, sehingga memungkinkan untuk dimiliki banyak investor. Saham blue chip memberikan kontribusi yang besar terhadap perdagangan di bursa. 2. Second Liner Stocks (saham lapis kedua) Saham golongan ini cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding saham blue chip, baik itu dari sisi kinerja fundamental ataupun risiko likuiditasnya. Umumnya saham ini diterbitkan oleh perusahaan yang sedang berkembang dan mempunyai potensi pertumbuhan yang besar untuk menjadi saham blue chip. 3. Third Liner Stocks (saham lapis ketiga) Saham golongan ini merupakan saham yang lebih kecil tingkat kapitalisasi pasarnya dan jarang ditransaksikan. Risiko berinvestasi pada saham jenis ini sangat tinggi Keuntungan dari Saham Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham:

26 1. Dividen Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. 2. Capital Gain Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder Nilai Saham Menurut Jogiyanto (1998) dalam Sulistyastuti (2002) Nilai suatu saham dapat dipandang dalam empat konsep yang memberikan makna berbeda, yaitu: 1. Nilai nominal, yaitu nilai perlembar saham yang berkaitan dengan kepentingan hukum. Nilai nominal tidak mengukur nilai riil suatu saham, tetapi hanya digunakan untuk menentukan besarnya modal disetor penuh dalam neraca. 2. Nilai buku per lembar saham (book value per share), yaitu total ekuitas dibagi jumlah saham beredar. Nilai buku per lembar saham menunjukkan nilai aktiva bersih perlembar saham yang dimiliki oleh pemegangnya.

27 3. Nilai pasar (market value), yaitu nilai suatu saham yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham di bursa saham. Harga pasar saham inilah yang menentukan indeks harga saham gabungan (IHSG). 4. Nilai fundamental, tujuan perhitungan nilai fundamental saham atau lebih sering disebut nilai intrinsik saham adalah menentukan harga wajar suatu saham agar harga saham tersebut mencerminkan nilai saham sebenarnya (riil value) sehingga tidak terlalu mahal (overpriced). Perhitungan nilai intrinsik (intrinsic value) suatu saham adalah mencari nilai sekarang (present value) dari semua aliran kas dimasa mendatamg baik yang berasal dari dividen maupun capital gain / loss Analisis Fundamental Analisis fundamental adalah salah satu jenis analisa investasi yang dilakukan investor dengan memperhatikan laporan keuangan dan fundamental perusahaan. Faktor fundamental perusahaan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan operasional suatu perusahaan dan kemampuannya mendatangkan keuntungan Kerangka Analisis Fundamental Banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, maka untuk melakukan analisis fundamental diperlukan beberapa tahapan analisis. Tahapan yang dilakukan dimulai dengan analisis dari (1) kondisi makro ekonomi atau kondisi pasar, (2) diikuti dengan analisis industri, dan (3) akhirnya analisis kondisi spesifik perusahaan (Husnan, 2001). Secara skematis, kerangka analisis fundamental dapat dilihat pada Gambar Analisis Ekonomi (Pasar) Kondisi perekonomian mempengaruhi kondisi pasar, sehingga kondisi pasar akan mempengaruhi para pemodal. Apabila pasar membaik atau memburuk, umumnya saham-saham juga akan terpengaruh dengan arah yang sama (Husnan, 2001). Saat kondisi pasar membaik, tingkat keuntungan yang diperoleh investor dapat meningkat, begitu juga sebaliknya. Selain terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh investor, kondisi pasar juga mempengaruhi kemampuan perusahan memperoleh laba.

28 Disamping pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan, kondisi perekonomian juga mempengaruhi kondisi industri (Husnan, 2001) Analisis Industri (Sektor) Perusahaan-perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) diklasifikasikan ke dalam 9 sektor, yaitu: (1) pertanian, (2) pertambangan, (3) industri dasar, (4) aneka industri, (5) industri barang konsumsi, (6) properti, (7) infrastruktur, (8) keuangan, dan (9) perdagangan dan jasa (BEI, 2008). Industri rokok berada dalam sektor barang konsumsi. Analisis Fundamental Penilaian 1. Manfaat yang diharapkan, baik dalam bentuk dividen maupun laba 2. Risiko investasi yang akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang layak Dilakukan dengan Lakukan analisa terhadap : 1. Ekonomi atau pasar 2. Industri 3. Perusahaan Gunakan model valuasi dividen Atau Gunakan model PER Gambar 2. Kerangka Analisis Fundamental Sumber : Husnan, 2001 Menurut Husnan (2001), untuk melakukan analisis industri, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasi tahap kehidupan produknya. Langkah berikutnya adalah menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian. Langkah ketiga adalah analisis kualitatif terhadap industri tersebut.

29 Analisa industri juga dapat dilakukan melalui Porter s Five Forces (e-samuel, 2008). Porter menawarkan model persaingan yang dipengaruhi lima kekuatan dalam industri seperti terlihat dalam gambar 3. Lima kekuatan tersebut adalah: 1. Hambatan bagi pemain baru (barrier to entry) Yaitu seberapa mudah pemain baru masuk sebagai pesaing baru dalam industri. Semakin mudah pemain baru masuk, artinya tingkat persaingan dalam industri semakin tinggi. 2. Ancaman dari produk substitusi (threat of substitute) Jika produk perusahaan mempunyai produk substitusi atau produk pengganti, maka substitusi ini harus diperhitungkan sebagai pesaing. 3. Kekuatan tawar dari konsumen (bargaining power of buyers) Posisi tawar menawar dari konsumen akan mempengaruhi perusahaan untuk menetapkan harga jual dan volume produksi. 4. Kekuatan tawar dari pemasok (bargaining power of suppliers) Semakin banyak pemasok maka semakin kuat posisi tawar menawar perusahaan dalam menegosiasikan harga, volume dan diferensiasi pasokan. 5. Tingkat persaingan diantara pemain yang ada (rivalry among existing competitor) Tingkat persaingan diantara pemain dalam industri ditentukan beberapa faktor, diantaranya potensi pertumbuhan industri, beban tetap perusahaan (fixed cost), diferensiasi produk, identitas merk (brand identity) dan informasi yang dimiliki.

30 New Supplier Rivalry Buyer Product Substitutes Gambar 3. Porter s Five Forces Model Sumber : Porter (1979) dalam Handout Mata Kuliah Bisnis Internasional (2007) Analisis Fundamental Perusahaan Analisis fundamental perusahaan dilakukan untuk menilai nilai intrinsik saham perusahaan yang di analisis. Nilai intrinsik ini digunakan untuk dibandingkan dengan harga pasar. Nilai intrinsik suatu saham ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya (Halim, 2003). Nilai intrinsik yang berada diatas harga pasar dinamakan undervalued, dan nilai intrinsik yang ada di bawah harga pasar dinamakan overvalued. Menurut Husnan (2001) ada dua model penilaian saham yang sering digunakan untuk analisis sekuritas, yaitu Pendekatan present value (metode kapitalisasi penghasilan) dan Pendekatan Price Earning Ratio atau PER (metode kelipatan laba) 1) Pendekatan present value Berdasarkan pendekatan ini maka nilai saat ini suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Arus kas yang dipergunakan untuk pendekatan ini adalah arus kas bebas. Arus kas bebas merupakan arus kas yang dihasilkan dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak dan setelah dikurangi kebutuhan pengeluaran untuk investasi modal (e-samuel, 2008). Secara formal dapat dituliskan, Nilai saham =

31 Dalam hal ini, r adalah tingkat bunga atau tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investasi tersebut. Tingkat bunga ini, bagi perusahaan merupakan cost of equity, karena merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri (Husnan, 2001). 2) Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio adalah ukuran kinerja saham yang didasarkan atas perbandingan antara harga pasar saham terhadap pendapatan per lembar saham (Earning Per Share, EPS). PER dapat digunakan sebagai pembanding harga saham antara yang paling murah dan yang paling mahal dalam satu industri. Perusahaan yang mempunyai PER yang paling tinggi merupakan perusahaan yang mempunyai harga saham yang paling mahal. Sedangkan perusahaan yang memiliki PER paling rendah merupakan perusahaan yang harga sahamnya paling murah. Analisis fundamental cocok untuk analisis investasi jangka panjang dan menilai kelayakan suatu usaha (Sulistiawan, 2007) Keputusan Investasi Berdasarkan analisis fundamental, ada beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk membuat keputusan investasi. Pedoman tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Pedoman Keputusan Investasi Berdasarkan Analisis Fundamental Hasil Keterangan Keputusan Perbandingan Harga Pasar Saham< Nilai Intrinsik Dihargai terlalu rendah Dibeli atau ditahan sementara Harga Pasar Saham > Nilai Intrinsik Harga Pasar = Nilai Intrinsik Sumber: Lastari, 2004 Dihargai terlalu tinggi Kondisi Seimbang Dijual Jangan Melakukan Transaksi

32 Capital Asset Pricing Model Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan model untuk menentukan harga suatu asset pada kondisi ekuilibrium, tujuannya adalah untuk menentukan minimum required of return dari investasi yang berisiko (Halim, 2003). Berbagai asumsi CAPM adalah: 1. Tidak ada biaya transaksi 2. Investasi dapat dipecah-pecah (diversifikasi) 3. Tidak ada pajak penghasilan 4. Investor secara individual tidak dapat menentukan harga 5. Pertimbangan investor adalah expected return 6. Bisa melakukan short sales 7. Dapat pinjam dan meminjamkan pada tingkat bunga yang sama 8. Memiliki pengharapan homogen 9. Semua assets dapat diperjual belikan Menurut Husnan (2001), diversifikasi dapat mengurangi risiko namun tidak dapat menghilangkan risiko sepenuhnya. Risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi ini disebut risiko sistematis. Risiko sistematis ini disebut juga sebagai risiko pasar (market risk). Disebut risiko pasar karena fluktuasi ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan yang beroperasi. Sedangkan risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut sebagai risiko tidak sistematis. Penjumlahan kedua jenis risiko tersebut disebut sebagai risiko total. Keadaan semacam ini ditunjukkan pada gambar 4. Risiko dari portfolio yang terdiversifikasi secara baik tergantung pada risiko pasar dari masing-masing saham yang dimasukkan dalam portfolio tersebut (Husnan, 2001). Untuk mengetahui seberapa besar suatu saham mempengaruhi risiko suatu portfolio yang terdiversifikasi dengan baik, kita harus mengukur risiko pasarnya melalui kepekaan suatu saham terhadap perubahan pasar. Dalam CAPM, kepekaan tingkat keuntungan terhadap perubahan-perubahan pasar biasa disebut beta investasi tersebut.

33 Deviasi Standar Risiko Total RisikoTidakSistematis Risiko Sistematis Jumlah Sekuritas Gambar 4. Pengurangan Risiko dengan Diversifikasi Sumber : Husnan, Analisis Teknikal Analisis teknikal adalah analisis sekuritas dengan menggunakan grafik harga dan volume historis. Analisis sekuritas yang dimaksud adalah pergerakan grafik harga (atau volume) saham, obligasi, option, future, dan instrumen keuangan lain. Analisis ini menganggap bahwa grafik harga masa lalu adalah pencerminan harapan, emosi, dan konsensus pasar (Sulistiawan, 2007) Asumsi Dasar Analisis Teknikal Menurut Halim (2003), asumsi dasar yang berlaku dalam analisis ini adalah: a) Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi supply dan demand. b) Supply dan demand itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irrasional. c) Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend tertentu. d) Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan demand. e) Pergeseran supply dan demand dapat terdeteksi dengan mempelajari diagram dari perilaku pasar.

34 f) Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang Kerangka Analisis Teknikal Analisis teknikal dapat dilakukan untuk saham-saham individual atau kondisi pasar secara keseluruhan. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli (masuk pasar) atau menjual saham (keluar pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis maupun analisis grafis (Husnan, 2001). Berikut kerangka pendekatan Analisis Teknikal. Analisis Teknikal mencoba untuk Mengidentifikasi dan/atau kapan gerakan Kondisi pasar Suatu saham Dengan menganalisis perubahan harga lewat Indikator teknis Grafik Gambar 5. Kerangka Pendekatan Analisis Teknikal Sumber : Husnan, Pendekatan Analisis Teknikal Analisis Teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham (keluar dari pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun menggunakan analisis grafis (Husnan, 2001). Menurut Halim

35 (2003) ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam analisis teknikal, yaitu : 1) Teori Dow Teori ini berupaya untuk menyelidiki bagaimana trend yang terjadi di pasar saham, baik saham individual maupun secara keseluruhan. Pergeseran tersebut meliputi primary movement, secondary movement, tertiary movement. Primary movement menunjukkan trend jangka panjang atas pasar modal. Secondary movement menunjukkan trend yang hanya terjadi beberapa bulan. Tertiary movement menunjukkan fluktuasi harian harga-harga saham. 2) Bar Chart Dalam pendekatan ini digunakan tiga tipe dasar diagram, yaitu : diagram garis, diagram batang, diagram gambar titik. Dengan memvisualisasikan perubahan volume dan harga historis, diharapkan dapat ditemukan pola-pola tertentu yang berguna bagi peramalan saham. 3) Breadth of Market Analysis Analisis keleluasaan pasar (breadth of market analysis) dilakukan dengan cara membandingkan jumlah saham yang mengalami kenaikkan harga dengan jumlah saham yang mengalami penurunan harga, selanjutnya diakumulasikan. Dengan memperhatikan keleluasaan pasar tersebut, dapat diketahui tentang keadaan pasar modal. 4) Relative Strength Analysis Analisis kekuatan relatif ini berupaya mengidentifikasikan saham yang memiliki kekuatan relatif terhadap saham lain. Harga saham yang memiliki kekuatan relatif akan meningkat lebih cepat dari harga saham lain pada saat bull market, atau mengalami penurunan harga yang lambat pada saat bear market dibandingkan dengan saham lain.

36 5) Moving Average Analysis Analisis ini memfokuskan pada harga dan atau moving average dengan cara mengamati berbagai perubahan harga yang terjadi pada beberapa hari terakhir pada saat penutupan harga Indikator Moving Average Indikator Moving Average (MA) ini biasa dinamakan sebagai trend following indicator. Indikator ini sangat berguna dalam grafik perdagangan saham yang memiliki tren. Jika tren naik, indikator ini memberikan petunjuk/sinyal beli. Sebaliknya, jika grafik menunjukkan tren penurunan, indikator ini akan memberikan sinyal jual (Sulistiawan, 2007). Penggunaan moving average adalah untuk mengidentifikasi arah tren yang sedang dan akan terjadi. Ada lima macam indikator moving average yaitu: 1. Indikator perdagangan dengan satu Moving Average (Single MA) a. Simple Moving Average (Rata-Rata Bergerak Sederhana) Simple Moving Average (SMA) dihitung dari penjumlahan harga saham x hari sebelumnya dibagi dengan x hari b. Weighted Moving Average (Rata-Rata Bergerak Tertimbang) Weighted Moving Average (WMA) menghasilkan nilai yang hampir sama dengan SMA. Perbedaannya adalah masalah pembobotan. Jika dalam perhitungan SMA menganggap bahwa harga saham satu hari yang lalu memiliki bobot yang sama, maka dalam perhitungan WMA menganggap bahwa harga saham satu hari yang lalu memiliki bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham hari-hari sebelumnya. c. Exponential Moving Average (EMA) EMA merupakan perbaikan dari WMA. Konsep yang digunakan juga sama. Namun dasar pembobotan dari EMA tidak hanya dari harga masa lalu saja, tapi dari perhitungan rata-rata bergerak masa lalu. Sinyal beli terjadi jika grafik harga saham memotong ke atas grafik EMA. Sinyal jual terjadi saat grafik harga saham memotong ke bawah grafik EMA.

37 2. Indikator Perdagangan Dengan Lebih dari Satu Moving Average a. Double Cross-over Moving Average (Perpotongan Dua Garis MA) Pada indikator ini, penentuan sinyal transaksi tidak lagi berasal dari perpotongan grafik harga saham dengan grafik MA, melainkan perpotongan antara sesama grafik MA. b. Triple Cross-over Moving Average (Perpotongan Tiga Garis MA) Penggunaan tiga garis MA ini sebenarnya sama dengan penggunaan perpotongan dua garis MA. Perbedaannya hanya masalah jumlah indikator MA yang digunakan. 3. Moving Average Convergence-Divergence (MACD) MACD adalah metode analisis teknis modern yang dikembangkan oleh Gerald Appel. Metode ini menggunakan perpotongan dua EMA. Kombinasi dua grafik EMA tersebut menghasilkan satu grafik MACD. 4. Moving Average Envelope Ketepatan dari penggunaan satu moving average (MA) dapat ditingkatkan kemampuannya dengan bantuan grafik MA yang menggambarkan batas bawah dan atas dari tren grafik saham Penggunaan MA dengan batas bawah dan atas ini dinamakan MA Envelope (bentuk: Amplop). 5. Bollinger Bands Indikator perdagangan ini dikembangkan oleh John Bollinger. Model grafik yang digunakan hampir sama dengan MA Envelope. Perbedaannya adalah pada variabel yang digunakan untuk menghitung batas atas dan bawah dari MA Envelope menggunakan variable yang fixed, maka Bollinger Bands menggunakan standar deviasi Penelitian Terdahulu Primasari (2004), melakukan penelitian mengenai tingkat imbalan dan risiko investasi agribisnis dengan menggunakan analisis fundamental dan teknikal sebagai pendekatannya. Saham agribisnis yang diteliti adalah 11

ANALISIS HARGA SAHAM INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE DENGAN ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL

ANALISIS HARGA SAHAM INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE DENGAN ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL ANALISIS HARGA SAHAM INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2004-2007 DENGAN ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL Oleh SITI BILQIS SABRINI H24104086 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN masukan kedalam kriteria daftar indeks kompas 100. Analisis teknikal ini menggunakan pendekatan Simple Moving Average dan Moving Average Envelopes, karena dengan memakai dua indikator ini akan memberikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal

II. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal merupakan suatu pasar untuk mendapatkan modal pinjaman (loan capital) jangka panjang perusahaan, modal saham (share capital) dan obligasi (bonds) pemerintah.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh :

SKRIPSI. Disusun oleh : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ESTIMASI HARGA SAHAM DENGAN MODEL DISCOUNT EXPECTED CASHFLOW DALAM KEPUTUSAN INVESTASI (STUDI PADA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2007) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 14 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pasar modal merupakan suatu sarana yang mempertemukan masyarakat yang kelebihan modal dengan perusahaan yang membutuhkan modal. Investor dapat melakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 18 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. Oleh karena itu investor dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar Modal adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan modal, seperti obligasi dan efek. Pasar modal berfungsi menghubungkan investor, perusahaan dan institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Karena pasar modal menjalankan dua fungsi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Karena pasar modal menjalankan dua fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal saat ini dipandang sebagai sarana efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia terus diwarnai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia terus diwarnai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia terus diwarnai dengan persaingan yang semakin ketat antar perusahan. Persaingan tidak hanya terjadi pada inovasi produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Gumanti, 2011:9) Investasi adalah penggunaan modal keuangan sebagai suatu upaya untuk menciptakan uang lebih banyak (the use of financial capital in

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal

II. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Begitu besarnya dampak krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika Serikat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Begitu besarnya dampak krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika Serikat secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Begitu besarnya dampak krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika Serikat secara tidak langsung menghantam perekonomian hampir seluruh negara di dunia bahkan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan yang signifikan ditunjukkan dengan kapitalisasi pasar modal mencapai Rp 5.071 triliun (Oktober

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Ada bermacam-macam pengertian pasar modal, namun pada dasarnya pengertian pasar modal adalah sama. Dibawah ini ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Harga saham Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, yang termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Masalah perekonomian selalu menjadi faktor yang penting untuk mendorong kemajuan suatu negara. Perusahaan akan selalu menghadapi hambatan-hambatan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal telah menyadari bahwa sebelum melakukan investasi

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal telah menyadari bahwa sebelum melakukan investasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para pelaku pasar modal telah menyadari bahwa sebelum melakukan investasi saham memerlukan suatu analisis untuk membantu dalam mengambil keputusan membeli atau menjual

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia.

Bab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia. Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini berbagai sektor korporasi melakukan ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi

II. LANDASAN TEORI. Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi 19 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Investasi Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawaran dan permintaan dana jangka panjang dalam bentuk efek dan saham. Fungsi dari bursa efek di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pasar modal memiliki peran yang cukup penting dalam suatu perekonomian suatu negara. Dianggap demikian karena pasar modal dapat menjalankan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun pemerintah jangka panjang dalam berbagai instrumen keuangan yang diperjualbelikan, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu industri adalah di pasar modal yaitu dengan menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu industri adalah di pasar modal yaitu dengan menjual saham BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga penghimpun sumber dana murah yang dapat diperoleh oleh suatu industri adalah di pasar modal yaitu dengan menjual saham kepada publik. Pasar modal didefinisikan

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan suatu negara, diperlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Pasar modal menjadi salah satu sarana bagi kegiatan berinvestasi, yang efektif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana yang digunakan oleh para investor untuk kegiatan investasi serta sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain seperti pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditebak (Fahmi, 2006:14). Oleh karena itu, saham dikenal dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. ditebak (Fahmi, 2006:14). Oleh karena itu, saham dikenal dengan karakteristik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergerakan harga dipasar saham sangat sulit untuk ditebak sehingga para pakar pasar modal mengatakan bahwa harga suatu saham, pada suatu saat telah mencerminkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan

I. PENDAHULUAN. Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengambilan keputusan untuk melakukan investasi diawali dengan penentuan tujuan investasi yang dinyatakan dalam risiko maupun return. Investor harus memahami bahwa ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Pada perayaan hari ulang tahun Bursa Efek Indonesia (BEI) ke-15 tanggal 13 Juli 2007 dan bertepatan dengan ulang tahun pasar modal ke-30, BEI meluncurkan

Lebih terperinci

PENGARUH EPS ( EARNING PER SHARE

PENGARUH EPS ( EARNING PER SHARE PENGARUH EPS (EARNING PER SHARE), ROE (RETURN ON EQUITY) DAN TINGKAT BUNGA DEPOSITO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK JAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : JOHANSYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi keuangan dan fungsi ekonomi. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi keuangan dan fungsi ekonomi. Sebagai BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi keuangan dan fungsi ekonomi. Sebagai fungsi keuangan, pasar modal berperan memberikan kemungkinan dan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipenuhi dengan melakukan go public atau menjual sahamnya kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri manufaktur telah mengalami pasang surut yang membuat perkembangan industri manufaktur membutuhkan dana yang besar. Hal ini menyebabkan industri-industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana ke dalam lembaga investasi dan atau suatu benda dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. dana ke dalam lembaga investasi dan atau suatu benda dengan harapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan kegiatan penanaman modal oleh investor atau pemilik dana ke dalam lembaga investasi dan atau suatu benda dengan harapan mendapatkan keuntungan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru Indonesia, baik di kota-kota besar maupun didaerah. Pembangunan ini tentunya tidak terlepas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini terdapat 9 sampel perusahaan dari sektor Property dan Real Estate yang membagikan dividen kepada para pemegang saham secara tunai dan rutin selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor mendapatkan keuntungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi PT. Gudang Garam Tbk PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi PT. Gudang Garam Tbk PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi 1.1.1 PT. Gudang Garam Tbk. PT Gudang Garam Tbk yang selanjutnya disebut Gudang Garam adalah sebuah perusahaan rokok populer asal Indonesia. Perusahaan ini didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan mempertimbangkan risiko dan return. Setiap investor yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan mempertimbangkan risiko dan return. Setiap investor yang melakukan 74 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang (Eduardus,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal merupakan wadah bagi pemilik modal (investor) untuk melakukan investasi dan salah satu alternatif untuk melakukan pembiayaan. Pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif penginvestasian dana yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif penginvestasian dana yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif penginvestasian dana yang dimiliki masyarakat di samping sektor perbankan dan jenis investasi lainnya. Undang- Undang Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana investor yang ingin berinvestasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 adalah gabungan indeks saham dari 45 emiten yang tercatat di BEI yang telah memenuhi kriteria tertentu yang diterapkan Bursa. Indeks LQ45 ini memuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ( UU No 8/1995 Tentang Pasar Modal ).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ( UU No 8/1995 Tentang Pasar Modal ). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Terjadinya krisis ekonomi global pada tahun 2008 telah mengakibatkan para investor baik itu dari dalam maupun dari luar negeri lebih berhati-hati dalam menginvestasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran modal saat ini, untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. lembar saham biasa (Kieso dkk, 2007:379). berbagai aspek, salah satunya adalah Earnings Per Share (Nachrowi

BAB II LANDASAN TEORI. lembar saham biasa (Kieso dkk, 2007:379). berbagai aspek, salah satunya adalah Earnings Per Share (Nachrowi 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Earning Per Share (EPS) 1. Pengertian Earning Per Share (EPS) Earnings Per Share menunjukkan laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa (Kieso dkk, 2007:379). Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham

I. PENDAHULUAN. Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks kompas 100 diluncurkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperdagangkan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA TOBACCO MANUFACTURE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI ) SKRIPSI

PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA TOBACCO MANUFACTURE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI ) SKRIPSI PENGARUH RASIO AKTIVITAS TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA TOBACCO MANUFACTURE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI ) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Konsep Saham dan Return Saham Pada sebuah perusahaan publik, tujuan dari manajemen adalah memaksimalkan harga saham perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah negara. Dalam beberapa tahun terakhir sektor industri ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. sebuah negara. Dalam beberapa tahun terakhir sektor industri ini menjadi salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Dalam beberapa tahun terakhir sektor industri ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak tahun 1997, Indonesia mengalami dampak atas memburuknya kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak tahun 1997, Indonesia mengalami dampak atas memburuknya kondisi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 1997, Indonesia mengalami dampak atas memburuknya kondisi ekonomi, terutama karena depresiasi mata uang terhadap mata uang asing khususnya terhadap dolar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Inggrid Tan, Bisnis dan Investasi Sistem Syariah, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2009,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Inggrid Tan, Bisnis dan Investasi Sistem Syariah, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2009, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, perkembangan industri yang pesat memicu adanya persaingan yang semakin ketat antar perusahaan baik itu sektor industri jasa maupun dagang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ingin melakukan investasi sehingga masyarakat umum juga dapat ikut berperan

BAB I PENDAHULUAN. ingin melakukan investasi sehingga masyarakat umum juga dapat ikut berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran yang sangat penting bagi suatu negara. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi),

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini semakin memudahkan para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya terlebih bagi perusahaan yang telah go public. Dalam upaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat dan memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari investor yang ingin berinvestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL

ANALISIS FUNDAMENTAL 1 Pertemuan 5 ANALISIS FUNDAMENTAL Dalam menentukan nilai saham, investor perlu memperhatikan dividen dan earning yang diharapkan dari suatu perusahaan di masa datang. Besarnya dividen dan earning yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan di pasar modal adalah saham. (Ardhitiani 2011:1)

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan di pasar modal adalah saham. (Ardhitiani 2011:1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal adalah tempat transaksi bagi pihak yang membutuhkan dana yaitu perusahaan dengan pihak yang kelebihan dana yang disalurkan untuk investasi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan suatu lembaga yang memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan suatu lembaga yang memiliki peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu lembaga yang memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Seiring pesatnya perkembangan dunia usaha dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang diharapkann, model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas Model CAPM

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang diharapkann, model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas Model CAPM BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori CAPM ( Capital Asset Pricing Model ) CAPM adalah sebuah model yang menggambarkan hubungan antara risiko dan return yang diharapkann,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor/pemilik modal. Media yang digunakan perusahaan dalam menjual

BAB I PENDAHULUAN. investor/pemilik modal. Media yang digunakan perusahaan dalam menjual BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam membiayai kegiatan operasionalnya, dana tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber, pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan selalu membutuhkan dana untuk menunjang kelancaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan selalu membutuhkan dana untuk menunjang kelancaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan selalu membutuhkan dana untuk menunjang kelancaran operasional serta menjaga kelangsungan hidupnya dalam persaingan bisnis yang semakin ketat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat bagi perusahaan untuk mengumpulkan modal dengan cara menawarkan sahamnya kepada masyarakat maupun publik. Keterlibatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berharga yang berjangka panjang seperti saham, obligasi, waran, dan right

BAB I PENDAHULUAN. berharga yang berjangka panjang seperti saham, obligasi, waran, dan right BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran yang besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO

ANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO ANALISIS FUNDAMENTAL DENGAN PENDEKATAN PRICE EARNING RATIO UNTUK MENILAI KEWAJARAN HARGA SAHAM DAN KEPUTUSAN INVESTASI (Studi Pada Perusahaan Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga yang Listing Di

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif 29 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif analisis. Peneltian deskriptif analisis menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu indikator penentu kemajuan perekonomian suatu negara, di karenakan pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendefinisikan pasar modal sebagai Kegiatan yang bersangkutan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mendefinisikan pasar modal sebagai Kegiatan yang bersangkutan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Model estimasi..., Andriyatno, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Model estimasi..., Andriyatno, FE UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Investor dan analis sekuritas memiliki cara-cara tersendiri untuk menentukan saham yang akan dibelinya, namun umumnya tidak terlepas dari analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya pasar keuangan ( financial market) merupakan. pendek, dapat melakukan pada pasar uang ( money market), karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya pasar keuangan ( financial market) merupakan. pendek, dapat melakukan pada pasar uang ( money market), karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pasar keuangan ( financial market) merupakan pasar yang dibutuhkan oleh para investor yang inginmenginvestasikan dananya, baik dalam bentuk investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Definisi Indeks LQ45 Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal Indonesia menunjukkan perkembangan yang luar biasa beberapa tahun terakhir ini. Jika kita melihat ke belakang, sejak awal Januari 2005 misalnya, pasar saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar keuangan terbagi menjadi dua jenis segmen pasar yang berbeda yaitu pasar uang dan pasar modal dimana pasar uang merupakan pasar untuk efek utang jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Secara umum pendapatan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Secara umum pendapatan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan laporan Organisasi Dana Moneter Internasional (IMF), Indonesia merupakan salah satu negara Asia Pasifik yang memiliki posisi penting dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas

Lebih terperinci

SISTEM PERDAGANGAN EFEK DI BURSA EFEK INDONESIA

SISTEM PERDAGANGAN EFEK DI BURSA EFEK INDONESIA SISTEM PERDAGANGAN EFEK DI BURSA EFEK INDONESIA 2.1. SISTEM PERDAGANGAN EFEK Saham, bukti right, waran, obligasi konversi adalah jenis-jenis efek yang diperdagangkan di BEI. Transaksi Di BEI dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keyakinan bahwa ekonomi global akan pulih dan industri manufaktur akan membaik membuat investor berspekulasi akan naiknya kebutuhan komoditas yang otomatis mendorong

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB 1 Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012) 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan berkaitan dengan topik yang serupa antara lain: 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni

Lebih terperinci