BAB I PENDAHULUAN. spektrum politik yang berlawanan. Di Indonesia, istilah kiri 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. spektrum politik yang berlawanan. Di Indonesia, istilah kiri 1"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada arena politik Indonesia, politik sayap kiri merupakan kategori yang kontroversial sepanjang sejarahnya. Istilah kiri merupakan konsep dikotomi spektrum politik yang berlawanan. Di Indonesia, istilah kiri 1 tidak hanya digunakan sebagai kategori longgar untuk membedakan spektrum ideologi politik tetapi secara umum diatribusikan dalam ideologi tertentu yaitu komunisme dan berbagai varian Marxisme. Generalisasi ini bukan hanya berfungsi sebagai penyederhadaan gejala politik namun lebih menjadikannya sebagai phobia untuk mempertahankan stabilitas politik pada masa Orde Baru. Tindakan politik Orde Baru ini tidak terlepas dari sejarah berdirinya rezim ini sendiri. Rezim Orde baru yang mendeklarasikan dirinya sebagai antitesa dari rezim sebelumnya, dibentuk oleh kelompok militer dan kelompok politik lain yang beroposisi terhadap kepemimpinan Soekarno. Secara nasional, rezim ini muncul dari polarisasi politik ketika Soekarno mulai menunjukkan kecenderungan dukungan politiknya pada kelompok politik sayap kiri terutama Partai Komunis Indonesia (selanjutnya disingkat sebagai PKI). Secara internasional, rezim ini dipengaruhi oleh polarisasi politik dunia di masa perang dingin yang membelah dunia secara ekonomi dan politik pada dua Blok besar. Blok barat yang dipimpin 1 Istilah kiri diambil dari sejarah Revolusi Perancis, (selengkapnya pada Eley, 2002). Sedangkan istilah sayap kiri (left-wing) merupakan metaphora kiri radikal atau radikalisme yang diambil dari pamphlet Lenin, istilah ini lazim digunakan dalam spektrum politik yang membagi pada 3 spektrum yaitu sayap kanan, sentral, dan sayap kiri (Lukes, 2004: 4, Bobbio.1996: 7). 1

2 2 oleh Amerika dengan ide demokrasi dan liberalisme melawan blok timur yang dipimpin oleh Uni Soviet dengan ide komunisme. Setelah Orde Baru berkuasa, komunisme diberangus dalam artian fisik maupun nonfisik. Dalam politik internasional, Orde Baru secara tidak langsung telah menentukan posisi politiknya ditengah perang dingin. Pilihan politik ini menghasilkan banyak perubahan, Orde Baru melalui UU no 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing mulai melakukan percepatan pembangunan. Sejak saat itu, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dianutnya model tahapan pembangunan Rostow melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) berhasil memberikan rancangan ekonomi menuju negara industrial yang menjanjikan kesejahteraan. Namun, model pembangunan mensyaratkan situasi politik dan sosial yang stabil untuk memastikan terjadinya integrasi nasional dan melaksanakan tahapan-tahapan tersebut dengan teliti tanpa terinterupsi oleh dinamika politik. Oleh karena itu, Orde Baru membutuhkan instrumen politik yang kuat untuk memastikan stabilitas nasional yang dapat menekan dinamika politik. Pada dasarnya, elemen-elemen pembentuk Orde Baru ini memiliki kepentingan politik yang berbeda-beda. Namun dipersatukan dengan satu isu utama yaitu ancaman komunisme. Oleh karena itu, isu ancaman komunisme juga bermanfaat sebagai perekat koalisi politik untuk menciptakan stabilitas nasional. Orde Baru melakukan generalisasi istilah kiri dalam politik menjadi Marxisme-Leninisme, menolak pemilahan pemikiran dalam Marxisme secara

3 3 teoritis berikut perkembangan pemikirannya 2. Bagi Orde Baru, pemilahan varian pemikiran Marxisme dapat memecah konsentrasi propaganda politik karena varian Marxisme yang berlainan dengan pilihan politik yang juga berlainan 3. Selain itu, pada tahun 1965 masyarakat Indonesia tidak begitu memahami perbedaan tendensi dalam Marxisme kecuali dikalangan terpelajar. Stabilitas politik dipertahankan oleh Orde Baru melalui strategi massa mengambang yang memisahkan politik dari kehidupan sosial masyarakat 4. Keampuhan strategi ini dudukung dengan instalasi kekuatan militer dari tingkat komunitas terendah hingga pusat. Militer memiliki fraksi khusus di DPR/MPR sedangkan di tingkatan masyarakat diaktifkan komando teritorial yang mendampingi setiap struktur pemerintahan dari tingkat propinsi hingga desa. Hasilnya, terjadi disorganisasi sosial dan keterasingan masyarakat dari wacana politik hingga saat ini. Pada tahun 1989, situasi politik internasional berubah dengan runtuhnya blok timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Kekuatan bipolar internasional kini berganti dengan kekuatan unipolar yang menempatkan blok barat yang dipimpin oleh Amerika sebagai kekuatan utama secara militer, politik dan ekonomi. Pada skala internasional, komunisme bukan lagi ancaman bagi dunia sehingga blok- 2 Pada praktiknya, nilai demokrasi sosial dan nilai liberal barat disamakan dengan komunisme sebagai hal yang asing bagi kebudayaan Indonesia asli. (seperti dijelaskan pada Hadiz dan Dhakidae, 2006;15) 3 Misalnya jika Orde Baru mengumumkan bahwa PKI memiliki tendensi Maois, maka varian lainnya seperti Leninis, Trotskis, Sosial Demokrasi, Komunisme Nasionalis, dan Nasionalisme Radikal akan tetap menjadi hambatan bagi stabilitas politik. 4 Gagasan massa mengambang diilhami oleh persepsi kepasifan politik massa dalam sistem dwipartai demokrasi parlementer barat paa ahun 1950an hingga awal 1960an. Dalam gagasan ini, aktivitas partai dibatasi hingga tingkat kota/kabupaten, orang desa dilarang berpartisipasi dalam aktivitas partai kecuali saat mencoblos pada saat pemilu (Lane, 2006;43), lebih lengkap dalam Ali Murtopo Dasar-dasar Pemikiran tentang Akslerasi Modernisasi Pembangunan.

4 4 blok politik pun melebur dalam kekuatan-kekuatan ekonomi regional. Sejak saat itu demokrasi menjadi nilai ideal, globalisasi yang berarti perdagangan bebas, interaksi budaya, pengetahuan, dan terutama pasar modal serta pasar tenaga kerja internasional tanpa batas negara menjadi nilai yang juga ideal. Idealisasi nilai-nilai baru ini juga didukung oleh pengembangan teknologi yang merubah proses produksi dan alam dengan cepat. Teknologi informasi bahan memutus batas negara dan memungkinkan orang dari seluruh dunia untuk berinteraksi dan berbicara mengenai apapun. Sementara, negara-negara dunia ketiga yang sebelumnya didukung oleh Amerika dalam propaganda anti komunisme dan mendirikan negara totaliter ataupun demokrasi terbatas mulai kehilangan dukungan, bahkan sebelum Uni Soviet benar-benar runtuh. Rezim-rezim militer di Amerika Latin dan Asia mulai berjatuhan seiring dengan promosi nilai demokrasi. Pun, Indonesia menghadapi persoalan yang sama, phobia komunisme tidak lagi mendapat sambutan yang baik dalam dunia internasional karena dianggap berlawanan dengan kebebasan demokrasi. Dan,Represi militer kini tidak dapat ditolerir atas nama penegakan Hak Asasi Manusia. Dua tahun sebelum keruntuhan Orde Baru, meskipun phobia komunisme masih bertahan wacana politik sayap kiri mulai kembali muncul ketika sekelompok aktivis mahasiswa yang mendirikan Partai Rakyat Demokratik (selanjutnya disingkat sebagai PRD) pada tanggal 22 juli Partai ini mengambil sikap oposisi terhadap Orde Baru dan menuntut pencabutan dwifungsi ABRI. Hanya dalam lima hari, partai ini mendapat tuduhan dalang kerusuhan di

5 5 kantor PDI yang pada saat itu sedang mengalami konflik internal. Orde Baru memberikan respon yang keras secara politik dengan melakukan pelarangan dan penangkapan terhadap aktivis PRD 5. Orde Baru juga menuding mereka sebagai gerakan komunis yang ingin menggoyahkan kedaulatan negara. Selain pelarangan organisasi PRD juga menghadapi berbagai represi Orde Baru mulai dari penangkapan para anggota hingga operasi penculikan dan pembunuhan terhadap anggotanya. Sejak pertengahan 1996, PRD bergerak di bawah tanah dengan membentuk berbagai komite aksi mahasiswa dan organisasi kaum miskin perkotaan. Pengorganisiran ini berhasil mengintervensi kampanye Mega-Bintang-Rakyat pada tahun Pada bulan Januari, seorang aktivis PRD ditangkap di rumah susun yang berada di daerah Tanah Abang 6. Penangkapan ini dilatari oleh meledaknya bom di kamar yang ia sewa bersama tiga orang anggota PRD lainnya. Berita mengenai peledakan bom tersebut simpang siur hingga akhirnya ia dibebaskan 8 bulan kemudian kaarena tidak terbukti bersalah. Namun secara efektif, kejadian tersebut juga melegitimasi penangkapan terhadap aktivis PRD yang masih tersisa hingga terjadinya reformasi Dalam momentum penggulingan Orde Baru yang dikenal sebagai reformasi 98 tersebut, PRD merupakan bagian kecil dari keseluruhan spektrum politik yang muncul. Meskipun kecil, pengaruh radikalisme PRD memberikan kontribusi besar pada momentum ini. PRD mengenalkan kembali strategi 5 Surat Keputusan Mendagri Nomor Tahun 1997 yang menyatakan PRD dan ormasormasnya sebagai Organisasi Terlarang (OT). Alasan pembubaran dan pelarangan adalah karena PRD tidak berasaskan Pancasila serta jiwa dan semangatnya bertentangan dengan UUD Aktivis ini adalah Agus Priyono alias Jabo yang kini menjadi Ketua umum PRD dan juga aktif dalam kepengurusan pusat Partai Gerindra.

6 6 mobilisasi aksi massa yang lazim digunakan di masa pergerakan pra-kemerdekaan hingga 1965 sebagai strategi politik. Selain itu, dalam manifesto politiknya, PRD secara tegas berposisi melawan Orde Baru dengan menuntut pencabutan 5 paket undang-undang politik dan dwifungsi ABRI yang merupakan fondasi politik rezim Orde Baru. PRD juga melakukan pembangkangan simbolis dengan mengembalikan istilah rakyat yang sebelumnya digantikan oleh masyarakat, istilah buruh yang sebelumnya disamarkan dengan istilah karyawan dan pekerja. Hal terakhir adalah penyebaran literatur radikal dan pendidikan politik masyarakat untuk melawan kediktatoran Orde Baru. Dalam metode pengorganisasiannya, PRD menggunakan pendekatan konflik dan protes yang biasa digunakan oleh politik sayap kiri. Analisis politik PRD berorientasi pada terjadinya perubahan struktural dari negara dengan merebut kekuasaan dari elit politik dan menyerahkannya pada dewan-dewan rakyat. Konsep ini secara teoritis berasal dari konsepsi Marxisme yang digunakan oleh PKI, MURBA, dan PNI di masa pra 65. Berdasarkan identifikasi ini juga peneliti mengategorikan PRD sebagai representasi politik sayap kiri di Indonesia yang lahir bersamaan dengan melemahnya rezim Orde Baru. Dalam penelitian ini, istilah politik sayap kiri digunakan untuk menegaskan perbedaan dalam dikotomi spektrum politik kiri yang longgar. Politik sayap kiri merujuk pada pendekatan Marxisme dalam praktik politik. Meskipun begitu, politik sayap kiri PRD memiliki perbedaan dengan politik sayap kiri pra 65. Perbedaan tersebut terutama terletak pada konsep

7 7 perebutan kekuasaan yang tidak menggunakan pendekatan kekerasan bersenjata melainkan protes-protes terbuka. Dalam pendekatan kelas Marxian juga PRD tidak menggunakan kategori kelas yang digunakan oleh politik sayap kiri pra 65, melainkan menggunakan kategori politik yang lebih luas yaitu konsep rakyat. Sejak masa reformasi bergulir PRD juga aktif berkontestasi di ruang demokrasi dengan menjadi peserta pemilu pada tahun Kesuksesan PRD menggalang oposisi anti-orde Baru tidak sebanding dengan keberhasilannya meraup dukungan pada pemilu PRD hanya mendapatkan suara dan 1 kursi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, PRD membangun komunikasi dengan basis-basis massa PKB dan Nahdlatul Ulama yang berpihak pada Abdurrahman Wahid. Kedekatan PRD dengan pemerintahan Abdurrahman Wahid disebabkan oleh kesesuaian kepentingan program politik mencabut dwifungsi ABRI. Sayangnya, pemerintahan ini hanya bertahan 2 tahun sebelum akhirnya Abdurrahman Wahid didesak mundur oleh koalisi partai politik dan petinggi-petinggi militer. Pada tahun 2001, Ketua umum PRD, Budiman Sudjatmiko yang mendapatkan amnesti dari Presiden Abdurrahman Wahid akhirnya keluar dari PRD setelah Kongres kedua PRD 7. Faisol Reza yang mengisi kepemimpinan PRD sewaktu Budiman Sudjatmiko dipenjara pun ikut meninggalkan PRD 8. Perpecahan kemudian menjalar ke tokoh-tokoh PRD lainnya, pada tahun 2002 sebagian pimpinan PRD memisahkan diri dengan membentuk Perhimpunan 7 Budiman Sudjatmiko kini bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). 8 Faisol Reza kini bergabung dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)

8 8 Demokratik Sosialis (selanjutnya disingkat menjadi PDS) yang terus mengalami perpecahan. Sebagian dari anggota PDS membentuk Perhimpunan Rakyat Pekerja (selanjutnya disingkat menjadi PRP) dan membangun komunikasi dengan Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (selanjutnya disingkat menjadi KASBI). Menjelang pemilu 2004, PRD bersama beberapa organisasi gerakan sosial mendeklarasikan pembentukan Partai Oposisi Rakyat (selanjutnya disingkat menjadi POPOR) untuk mengikuti pemilu (Party, 2003). Sayangnya POPOR tidak dapat lolos verifikasi sehingga PRD pun kembali ke garis politik diluar parlemen. Kegagalan ini sekali lagi mengembalikan PRD ke garis gerakan sosial-politik dan kembali menghasilkan perselisihan di tubuh PRD. Kali ini, Ketua umum PRD, Yusuf Lakaseng keluar dari PRD 9. Kepemimpinan PRD beralih pada Dita Indah Sari 10 yang sebelumnya memimpin sektor buruh di Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (selanjutnya disingkat menjadi FNPBI). Pada tahun 2007, PRD kembali menginisiasi deklarasi Partai Persatuan Pembebasan Nasional (selanjutnya disingkat menjadi PAPERNAS) yang juga merupakan aliansi berbagai organisasi gerakan sosial di tingkat lokal dan nasional. Namun, PRD dengan PAPERNAS kembali mengalami kegagalan pada proses verifikasi dan memilih untuk menggabungkan diri dengan PBR untuk mengintervensi pemilu Tidak lolosnya PBR dalam electoral threshold mengandaskan harapan PRD untuk masuk ke ruang parlemen. 9 Setahun kemudian Yusuf Lakaseng bergabung dengan Partai Bintang Reformasi (PBR) pecahan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). 10 Dita Indah Sari kini bekerja sebagai Staff Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar sebagai Menteri. Muhaimin juga adalah Ketua PKB.

9 9 Berdasarkan paparan tersebut, dapat dilihat bahwa politik sayap kiri memiliki beragam ideologi dan strategi politik. Salah satu keunikannya adalah kemampuannya menangkap peluang politik dan menerjemahkannya pada pengembangan strategi politik. Pada paparan di atas setidaknya terdapat tiga strategi politik sayap kiri yaitu; pemberontakan bersenjata, mobilisasi massa, dan pemilu. Ketiga strategi ini seringkali digunakan secara terpisah oleh organsiasi yang menjalankan politik sayap kiri. Namun beberapa organisasi kiri lainnya mampu berevolusi ataupun menggunakan strategi ini bergantian. Meskipun begitu, pembahasan secara teoritis mengenai politik sayap kiri di Indonesia masih terabaikan. Pengabaian ini dilatari dari asumsi bahwa kelompok sayap kiri yang mengusung ideologi kelas sosial tidak mendapatkan dukungan publik yang signifikan selain PDIP. Dukungan publik tersebut diukur dari perolehan suara PRD pada 1999 yang hanya 0,06% (Mujani, 2011;218). Kelemahan asumsi ini adalah reduksinya pada proses politik yang hanya dipandang dari pemilihan umum sedangkan proses di luar pemilu tidak diperhitungkan. Asumsi ini menganggap politik selalu dalam keadaan yang statis dan dapat diperkirakan. Asumsi ini tidak dapat menjelaskan reaksi keras Orde Baru terhadap PRD. Momentum reformasi 98 yang menjadi momentum demokratisasi pasca- Orde Baru pun dilewatkan begitu saja. Pada saat itu,berbagai organisasi sipil dan partai politik yang lahir dibiarkan tanpa penjelasan. Rangkaian struktur peluang politik yang ikut mendorong lahirmya kembali politik sayap kiri menjelang keruntuhan Orde Baru pun praktis luput dari perhatian.

10 10 Meski bukan topik yang dominan bagi penelitian ilmu politik, peneliti menemukan tiga penelitian ilmiah terkait dengan fenomena PRD di Indonesia. Penelitian pertama, Tesis yang berjudul Radikalisasi Pemuda: PRD Melawan Tirani (Miftahuddin, 2001) mengambil fokus pada dialektika struktur-agen menggunakan teori strukturasi Anthony Giddens untuk menjelaskan proses radikalisasi pemuda yang tergabung dalam PRD. Penelitian ini menunjukkan bahwa para aktivis PRD memiliki latar belakang yang sangat beragam meskipu kesemuanya adalah aktivis mahasiswa. Latar pemikiran radikalnya pun secara teoritis sangat beragam baik yang dipengaruhi oleh pemikiran relijius, nasionalis, pengalaman hingga referensi kajian Marxis kontemporer pada masanya. Penelitian kedua, Tesis yang membahas bentuk gerakan oposisi PRD pada masa Orde Baru (Suryani, 2000). Penelitian ini juga menggunakan metode empiris yang mendeskripsikan bentuk-bentuk oposisi yang dilakukan oleh PRD pada masa Orde Baru. Penelitian ini menunjukkan model oposisi PRD dari wacana hingga bentuk mobilisasi politik. Terakhir yang menurut peneliti sangat penting adalah sebuah disertasi karya Maxwell Ronald Lane yang berjudul Mass Mobilisation in Indonesian Politics, : Towards a Class Analysis (Lane, 2009). Tesis yang membahas strategi mobilisasi massa di Indonesia ini mampu menjelaskan mobilisasi massa sebagai strategi politik yang lahir dan berkembang dari politik sayap kiri terutama tradisi marxian sejak masa pergerakan. Secara partikular, disertasi ini juga membahas PRD sebagai pewaris tradisi Marxian yang mengenalkan kembali strategi mobilisasi massa.

11 11 Berdasarkan analisisnya, Lane mengategorikan PRD dalam gerakan kiri baru (new left) di Indonesia. Kategorisasi Lane merujuk pada proses kategori rakyat yang digunakan oleh PRD. Kategori ini memperlihatkan bahwa PRD tidak menggunakan konsep kelas dalam pendekatan Marxisme secara dogmatis yang hanya berpusat pada kelas buruh industri atau proletariat. Lane menunjukkan bahwa sentrum perlawanan yang diusung oleh PRD menggunakan penanda kelompok minoritas tertindas. Penggunaan kategori ini muncul kembali dalam istilah populis radikal pada esai Lane berjudul Kemenangan Demokrasi di Indonesia panggung baru Gerakan Progresif (Miftahuddin, 2004; 231). Selain ketiga penelitian ilmah tersebut, ada juga buku mengenai masyarakat Indonesia dan politik Indonesia setelah Buku ini berupaya melanjutkan analisis politik aliran setelah 1965 dengan menggantikan kategorikategori primordialnya. Dalam buku ini, Bourchier dan Hadiz menempatkan PRD dalam kategori yang lebih longgar yaitu radikalisme dengan atribusi sayap kiri (left-wing). Atribusi ini dijelaskan dengan asumsi pemikiran politik PRD berdasarkan Manifesto politiknya sebagai pertemuan antara tradisi organisasi kiri lama 11 yang hampir punah dengan pemahaman Marxisme pasca-1965 (Bourchier, 2003;10). Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mengambil fokus pada proses politik PRD pada tiga pemilihan umum ( ). Penelitian proses politik sendiri berupaya menjelaskan interaksi mobilisasi gerakan sosial dan memperkirakan peluang politik, struktur mobilisasi dan proses framing 11 Tradisi organisasi kiri lama yang dimaksudkan adalah model organisasi kiri sebelum Orde Baru seperti PKI, Murba, PSI, Acoma,dan lainnya.

12 12 seiring dengan perselisihan atau perseteruan yang berulang. Melalui penelitian ini, peneliti berupaya untuk mengetahui bagaimana PRD mengembangkan strategi politiknya dalam momentum pemilu Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti merumuskan penelitian ini dalam judul Politik Sayap Kiri di Indonesia: Proses Politik Partai Rakyat Demokratik Perumusan Masalah Sebagaimana telah dikemukakan di atas, peneliti memfokuskan kajian mengenai politik sayap kiri di Indonesia pasca-1965 dengan mengambil objek penelitian pada PRD. Peneliti mencoba untuk mengeksplorasi salah satu strategi yang kontroversial dalam politik sayap yaitu strategi pemilu atau biasa dikenal di kalangan kiri sebagai strategi parlementarian 12. Strategi ini pertama kali diterapkan oleh PRD Pada pemilu 1999 dan diulang kembali pada pemilu-pemilu berikutnya dengan mengenalkan model partai koalisi gerakan. Peneliti merumuskan masalah penelitian dalam pertanyaan berikut; Bagaimana proses politik PRD sebagai representasi politik sayap kiri di Indonesia mengembangkan strategi pemilu pada Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitan ini adalah: 1. Mengetahui varian politik sayap kiri yang dipraktikkan oleh PRD 2. Mengetahui proses politik PRD mengembangkan strategi pemilu Istilah ini merujuk pada kebijakan intervensi parlemen yang dilakukan Partai Bolshevik pada tahun 1905.

13 Manfaat Penelitian Aspek teoritis Secara teoritis, penelitian ini memperkaya perkembangan keilmuan Ilmu Politik dengan wacana politik sayap kiri kontemporer di Indonesia. Kemudian, dengan menggunakan teori proses politik, penelitian ini mencoba untuk memperoleh pengetahuan bagaimana mobilisasi gerakan sosial mengalami proses politik sebagai hasil dari interaksinya dengan negara berdasarkan dua respon terhadapnya yaitu represi yang bersifat eskalatif dan fasilitasi yang bersifat repetitif Aspek Praktis Berdasarkan manfaat teoritis tersebut, manfaat praktis penelitian ini adalah menemukan pola interaksi gerakan sosial dengan kekuasaan negara yang menghasilkan peluang politik dan proses framing. Penelitian ini diharapkan dapat memperkirakan tindakan-tindakan politik gerakan sosial dalam merespon peluang politik.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan Kata Pengantar Abstrak Abstract Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Singkatan Daftar Lampiran i ii iii vi vii viii xi xii xiv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan analisis pembahasan dalam penelitian pemikiran Musso dan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan analisis pembahasan dalam penelitian pemikiran Musso dan 122 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis pembahasan dalam penelitian pemikiran Musso dan Aidit tentang komunisme di Indonesia, maka penulis menyusun kesimpulan. Adapun Kesimpulan yang dapat ditarik adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

20 Tahun (R)evolusi PRD

20 Tahun (R)evolusi PRD 20 Tahun (R)evolusi PRD http://m.news.viva.co.id/news/read/796841-20-tahun-r-evolusi-prd 20 Tahun (R)evolusi PRD Mohammad Arief Hidayat, Moh Nadlir, Reza Fajri, Bayu Nugraha, Ade Alfath, Rebecca Reifi

Lebih terperinci

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Sistem pemerintahan negara Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Semuanya itu tidak terlepas dari sifat dan watak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis

BAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari

BAB V. Penutup. pengaruh kapitalisme guna mewujudkan revolusi sosialis di Indonesia, berangkat dari BAB V Penutup 5.1. Kesimpulan PKI lahir sebagai organisasi kepartaian yang memiliki banyak tujuan. Di samping untuk menguasasi politik domestik negara, PKI juga memiliki misi untuk menghapus pengaruh kapitalisme

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at SEJARAH PEMILU DI INDONESIA Muchamad Ali Safa at Awal Kemerdekaan Anggota KNIP 200 orang berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 1946 tentang Pembaharuan KNIP (100 orang wakil daerah, 60 orang wakil organisasi politik,

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis).

BAB I PENDAHULUAN. PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Analisis Masalah PKI merupakan sebuah Partai yang berhaluan Marxisme-Lenisme(Komunis). Partai Komunis Indonesia merupakan partai komunis terbesar ketiga di dunia

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan diikuti keadaan politik yang semakin rawan dengan munculnya rasa tidak puas dari daerah terhadap

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia 68 BAB IV KESIMPULAN Pasca berakhirnya perang saudara di Spanyol pada tahun 1939, Francisco Franco langsung menyatakan dirinya sebagai El Claudilo atau pemimpin yang menggunakan kekuasaannya dengan menerapkan

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi berjudul Perbandingan pemikiran sosialisme Joseph Stalin dengan Leon Trotsky di Uni Soviet 1924-1929. Kesimpulan

Lebih terperinci

PENDAPAT FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP TENTANG RUU TENTANG PEMILU DPR, DPD, DAN DPRD DAN RUU PEMILU PRESIDEN

PENDAPAT FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP TENTANG RUU TENTANG PEMILU DPR, DPD, DAN DPRD DAN RUU PEMILU PRESIDEN PENDAPAT FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP TENTANG RUU TENTANG PEMILU DPR, DPD, DAN DPRD DAN RUU PEMILU PRESIDEN Disampaikan dalam Rapat Pansus Tanggal : 12 Juli 2007 Juru Bicara : H. RUSMAN HM.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas Tunggal Pancasila oleh Nahdlatul Ulama : Latar Belakang dan Proses 1983-1985 yang menjadi bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara

Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara Abdil Mughis Mudhoffir http://indoprogress.com/2016/12/kekerasan-sipil-dan-kekuasaan-negara/ 15 December 2016 IndoPROGRESS KEBERADAAN kelompok-kelompok sipil yang dapat

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 A. Latar Belakang 1. Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya kabinet dan persaingan partai politik yang semakin menajam.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4801 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia 101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 48 partai politik peserta Pemilu Sistem multipartai ini

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 48 partai politik peserta Pemilu Sistem multipartai ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang telah mengalami beberapa masa kepemimpinan yang memiliki perbedaan karakteristik perlakuan hak politik setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian ini hendak menjelaskan politik sayap kiri di Indonesia melalui proses politik PRD 1999-2009. Penelitian proses politik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER 145 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA (Studi Tentang Kebijakan Dwifungsi ABRI Terhadap Peran-peran Militer di Bidang Sosial-Politik

Lebih terperinci

POLITIK & SISTEM POLITIK

POLITIK & SISTEM POLITIK POLITIK & SISTEM POLITIK Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kesehatan merupakan hak semua warga negara

Lebih terperinci

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN Nama : DIMAS DWI PUTRA Kelas : XII MIPA 3 SMAN 1 SUKATANI 2017/3018 Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang BAB V KESIMPULAN Sutan Sjahrir dan Tan Malaka merupakan dua contoh tokoh nasional yang memberikan segenap tenaga dan pikirannya pada masa kemerdekaan. Kajian terhadap pemikiran dua tokoh tersebut, tidak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap BAB V KESIMPULAN Pada Pemilihan di Yunani lalu, kampanye formal berlangsung pendek dan dimulai pada awal Januari, yang dilakukan segera setelah dua pihak berkuasa gagal memiliki kandidat untuk upacara

Lebih terperinci

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA Materi Kuliah Sistem Politik Indonesia [Sri Budi Eko Wardani] Alasan Intervensi Militer dalam Politik FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL 1. Nilai dan orientasi perwira

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB V PROSES POLITIK PARTAI RAKYAT DEMOKRATIK

BAB V PROSES POLITIK PARTAI RAKYAT DEMOKRATIK BAB V PROSES POLITIK PARTAI RAKYAT DEMOKRATIK 5.1 Partai Rakyat Demokratik 5.1.1 Pembentukan Formasi Partai Kiri Kelahiran PRD di tengah tekanan Orde Baru tidak dapat dipisahkan dari pasang surut gerakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi politik di Pakistan tak pernah jauh dari pemberitaan media internasional, kekacauan politik seolah menjadi citra buruk di mata internasional. Kekacauan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurang lebih 32 tahun Orde Baru berdiri, dan selama pemerintahan itu berlangsung telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

PENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri

PENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri PENGARUH LIMA ALIRAN TERHADAP KEPEMIMPINAN DI INDONESIA Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri LIMA ALIRAN PEMIKIRAN POLITIK DI INDONESIA Terdapat lima aliran pemikiran politik di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang 168 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Terdapat

Lebih terperinci

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep

Lebih terperinci

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015 DEFINISI UMUM Partisipasi politik dipahami sebagai berbagai aktivitas warga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah

Lebih terperinci

TUJUAN NEGARA. Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara

TUJUAN NEGARA. Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara IDEOLOGI POLITIK TUJUAN NEGARA Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara tersebut MINGGU DEPAN 1. Ideologi : Anarkisme dan Komunisme

Lebih terperinci

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi Rani Apriliani Aditya 6211111049 Hubungan Internasional 2011 Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Apa yang diprediksikan oleh Huntington dalam bukunya Gelombang Demokrasi Ketiga dapat dikatakan benar.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan 138 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Ideologi Posmarxisme Dalam Perkembangan Gerakan Anti Perang Masyarakat Global. Kesimpulan tersebut merujuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK

PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK PANDANGAN POLITIK TAN MALAKA TENTANG KONSEP NEGARA REPUBLIK ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan Sejarah Pada

Lebih terperinci

11 ALASAN PENOLAKAN RUU ORMAS Disiapkan oleh: Koalisi Kebebasan Berserikat [KKB]

11 ALASAN PENOLAKAN RUU ORMAS Disiapkan oleh: Koalisi Kebebasan Berserikat [KKB] 11 ALASAN PENOLAKAN RUU ORMAS Disiapkan oleh: Koalisi Kebebasan Berserikat [KKB] 1. Definisi Ormas Sangat Umum, Membelenggu Semua Bentuk dan Bidang Kemasyarakatan Definisi Ormas dalam Pasal 1 yang serba

Lebih terperinci

Menawarkan Pancasila Menjadi Ideologi Dunia

Menawarkan Pancasila Menjadi Ideologi Dunia Menawarkan Pancasila Menjadi Ideologi Dunia Nama : Rizqon Sadida NIM : 11.11.5381 Kelompok : E Program Studi : Strata 1 (S1) Jurusan Dosen : Teknologi Informatika : Abidarin Rosidi, Dr, M.M.A ABSTRAKSI.

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Acara Konvensi Kampus VII dan Temu Tahunan XIII Forum Rektor

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. hingga masa transisi demokrasi. Beberapa ahli, misalnya Samuel Decalo, Eric. politik, yang akarnya adalah kekuatan politik militer.

BAB 6 PENUTUP. hingga masa transisi demokrasi. Beberapa ahli, misalnya Samuel Decalo, Eric. politik, yang akarnya adalah kekuatan politik militer. BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Militer Indonesia merupakan kasus yang menarik bagi studi mengenai Militer dan Politik. Selain keterlibatan dalam sejarah kemerdekaan, selama tiga dekade militer Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga

Lebih terperinci

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan:

Atika Puspita Marzaman. Recep Tayyib Erdogan: Atika Puspita Marzaman Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa HEPTAcentrum Press Recep Tayyib Erdogan: Turki, Islam, dan Uni Eropa Oleh: Atika Puspita Marzaman Copyright 2011 by Atika Puspita

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partai politik sebagai kekuatan politik mempunyai hak dan bagian dalam setiap pemilihan umum. Pada setiap partai politik menganut ideologinya masing-masing

Lebih terperinci

BAB III TEORI SOSIAL CLIFFORD GEERTZ DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA

BAB III TEORI SOSIAL CLIFFORD GEERTZ DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA BAB III TEORI SOSIAL CLIFFORD GEERTZ DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA 3.1 Teori Sosial Clifford Geertz Geertz adalah seorang Guru Besar di Universitas Chicago Amerika Serikat, ia melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pusat politik RI dipindahkan ke Yogyakarta pada awal tahun 1946,

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pusat politik RI dipindahkan ke Yogyakarta pada awal tahun 1946, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah pusat politik RI dipindahkan ke Yogyakarta pada awal tahun 1946, dua jenis sistem pers muncul di Nusantara (Lee, 1971:35). Pertama, terdiri dari surat kabar-surat

Lebih terperinci

Relevansi Pemikiran Bung Karno dalam Era Globalisasi. Oleh Max Lane. Oldefo vs Nefo

Relevansi Pemikiran Bung Karno dalam Era Globalisasi. Oleh Max Lane. Oldefo vs Nefo Relevansi Pemikiran Bung Karno dalam Era Globalisasi Oleh Max Lane Oldefo vs Nefo Indonesia sekarang menghadapi serangan dari negara-negara industri, terutama Amerika Serikat, Eropa Barat, Jepang, dan

Lebih terperinci

Presiden Seumur Hidup

Presiden Seumur Hidup Presiden Seumur Hidup Wawancara Suhardiman : "Tidak Ada Rekayasa dari Bung Karno Agar Diangkat Menjadi Presiden Seumur Hidup" http://tempo.co.id/ang/min/02/18/nas1.htm Bung Karno, nama yang menimbulkan

Lebih terperinci

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa rezim Orde Baru kebebasan individu, dalam menyatakan pendapat, kebebasan berorganisasi dan kebebasan pers sangat dibatasi oleh aturan yang ketat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak Asasi Manusia (HAM) menurut pasal 1 ayat 1 UU. No. 39 tahun 1999 yaitu seperangkat hak yang melekat pada hakikatnya dengan keberadaan manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam konteks transisi politik di Indonesia, gerakan mahasiswa memainkan peranan yang penting sebagai kekuatan yang secara nyata mampu mendobrak rezim otoritarian.

Lebih terperinci

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Organisasi ekstra universitas merupakan organisasi mahasiswa yang aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi ekstra universitas

Lebih terperinci

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama. BAB VI. KESIMPULAN Perubahan-perubahan kebijakan sektor beras ditentukan oleh interaksi politik antara oligarki politik peninggalan rezim Orde Baru dengan oligarki politik reformis pendatang baru. Tarik

Lebih terperinci

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea, RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Suseno, paradigma sosialisme sebagian besar muncul sebagai reaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Suseno, paradigma sosialisme sebagian besar muncul sebagai reaksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Suseno, paradigma sosialisme sebagian besar muncul sebagai reaksi atas dampak peristiwa Revolusi Perancis (1789-1795) dan Revolusi Industri (1750-1850). Para

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. Universitas Indonesia. Pembubaran partai..., Muchamad Ali Safa at, FH UI., 2009.

BAB VII PENUTUP. Universitas Indonesia. Pembubaran partai..., Muchamad Ali Safa at, FH UI., 2009. BAB VII PENUTUP 7.1. KESIMPULAN 1. Pembubaran partai politik pada setiap periode diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali pada masa Orde Baru yang tidak mengenal pembubaran partai politik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 Silabus 1. Pengertian dan Konsep Partai Politik 2. Fungsi-fungsi partai politik 3. Tipologi partai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi RUU. tentang Keistimewaan Yogyakarta. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi RUU. tentang Keistimewaan Yogyakarta. Kurang lebih BAB I PENDAHULUAN Tidak mungkin ada monarki yang bertabrakan, baik dengan konstitusi maupun nilai demokrasi ( Suara Yogya, 26/11/2010). Itulah pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyikapi

Lebih terperinci

AKTUALISASI POLITIK ISLAM INDONESIA : BELAJAR DARI PEROLEHAN SUARA PARTAI ISLAM DALAM PEMILU 1. Yusuf Hamdan **

AKTUALISASI POLITIK ISLAM INDONESIA : BELAJAR DARI PEROLEHAN SUARA PARTAI ISLAM DALAM PEMILU 1. Yusuf Hamdan ** AKTUALISASI POLITIK ISLAM INDONESIA : BELAJAR DARI PEROLEHAN SUARA PARTAI ISLAM DALAM PEMILU 1 Yusuf Hamdan ** Abstrak Memahami Islam dapat dilakukan dalam tiga matra: Islam dalam cita, citra, dan fakta.

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DUNIA

SEJARAH PEMILU DUNIA SEJARAH PEMILU DUNIA PENGERTIAN PAKAR Secara etimologis kata Demokrasi terdiri dari dua kata Yunani yaitu damos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein atau cratos yang berarti kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA 23 BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA A. Masa Tahun 1945-1949 Masa Tahun 1945-1949 sebagai masa berlakunya UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 menghendaki sistem pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti karena sangat sulit sekali menemukan sumber-sumber yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. peneliti karena sangat sulit sekali menemukan sumber-sumber yang berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Penulisan sejarah Amerika Latin merupakan sebuah tantangan bagi peneliti karena sangat sulit sekali menemukan sumber-sumber yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak

RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO. Oleh : Wahyu Ishardino Satries. Abstrak RUANG KAJIAN PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN PENGARANG : SUWARSONO DAN ALVIN Y. SO Oleh : Wahyu Ishardino Satries Abstrak This writing is an adaption from the book of Suwarsono and Alvin Y. So Social

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pilkada beberapa daerah telah berlangsung. Hasilnya menunjukkan bahwa angka Golput semakin meningkat, bahkan pemenang pemiluhan umum adalah golput. Di Medan, angka golput

Lebih terperinci

DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI

DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI Published: March 2016 ISSN: 2502 8634 Volume 1, Number 6 LSC INSIGHTS The Contemporary Policy Issues in Indonesia DARI PABRIK KE PARLEMEN: GERAKAN BURUH INDONESIA PASCA- REFORMASI Nawawi Asmat Department

Lebih terperinci

Pemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis Ringkasan

Pemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis Ringkasan x 2.2.2. Pemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis... 224 3. Ringkasan... 226 BAB IV. ELECTORAL VOLATILITY NASIONAL DAN LOKAL: SEBUAH PERBANDINGAN... 228 A. Membandingkan Electoral Volatility

Lebih terperinci

Tatanan Politik Komunisme dan teoriteori. marxism. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

Tatanan Politik Komunisme dan teoriteori. marxism. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM Tatanan Politik Komunisme dan teoriteori marxism This diagram from 1867 perfectly illustrates the inherent genius within the capitalist system and how it is indestructible: it has a strong base built on

Lebih terperinci