Enggal Mursalin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, IKIP Veteran Semarang Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Enggal Mursalin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, IKIP Veteran Semarang Abstrak"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERVISI SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY AND SOCIETY) DAN BERBASIS KEWIRAUSAHAAN KIMIA (CHEMOENTREPRENEURSHIP) KOMPETENSI TERKAIT HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI Enggal Mursalin Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, IKIP Veteran Semarang enggal.mursalin@gmail.com Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dalam rangka menghasilkan bahan ajar bervisi SETS dan berbasis kewirausahaan kimia (chemoentrepreneurship) kompetensi terkait hidrokarbon dan minyak bumi yang valid dan efektif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar dan menumbuhkan minat berwirausaha siswa kelas X SMAN 4 Semarang tahun ajaran 2011/2012. Pengujian pengembangan bahan ajar dan pembelajaran menggunakan rancangan penelitian pretest and posttest group design yang dilakukan pada kelas terbatas dan kelas luas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan bahan ajar bervisi SETS dan berbasis kewirausahaan kimia (chemoentrepreneurship) dapat meningkatkan prestasi belajar kelas luas dengan peningkatan sebesar 0,70 (tinggi) dan 78,12% siswa mempunyai minat berwirausaha dengan kategori sangat tinggi. Sedangkan respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan bahan ajar bervisi SETS dan berbasis kewirausahaan kimia (chemoentrepreneurship) menghasilkan respon positif serta pembelajaran dapat dikatakan praktis dan efektif. Dengan demikian pengembangan bahan ajar bervisi SETS dan berbasis kewirausahaan kimia (chemoentrepreneurship) disimpulkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan menumbuhkan minat berwirausaha siswa. Kata Kunci : bahan ajar, visi SETS, kewirausahaan kimia, hidrokarbon dan minyak bumi 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya hayati maupun sumber daya non-hayatinya. Namun pemanfaatan sumber daya tersebut masih banyak dilakukan oleh pihak investor dari Luar negeri. Hal ini lebih disebabkan karena Indonesia memiliki sumber daya manusia yang masih berkualitas rendah dan belum mampu mengolah sumber daya alam di Indonesia itu sendiri dengan baik. Berbicara masalah sumber daya manusia, hal ini berarti ditujukan kepada lulusan pendidikan dari lembaga pendidikan formal, informal, pelatihan dan lainnya. Hal ini bisa dibuktikan dengan masih banyaknya pengangguran di Indonesia (Siskandar, 2006). Observasi awal yang dilakukan di SMAN 4 Semarang khususnya terkait pembelajaran kimia di kelas X semester II tahun ajaran 2011/2012, diperoleh kesimpulan antara lain: (1) metode yang digunakan guru dalam mengajar kimia sering berpusat pada guru bukan kepada siswa, (2) siswa masih terlihat pasif selama mengikuti pembelajaran, (3) frekuensi bertanya siswa masih kecil, itupun pertanyaan yang diajukan siswa masih terbatas pada rumus atau soal yang diberikan, (4) guru lebih banyak menekankan aspek pengetahuan saja dan kurang menekankan pada keterkaitan antara ilmu kimia dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat (SETS) meski guru kimia sudah memahami secara MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 113

2 teori makna pembelajaran bervisi SETS, (5) belum tersedianya bahan ajar bervisi SETS dan berbasis kewirausahaan kimia, (6) siswa belum menguasai kompetensi secara utuh dan guru masih sering melaksanakan kegiatan remedial dalam bentuk tugas yang terkait dengan pencapaian kompetensi, dan (7) motivasi belajar siswa rendah dan siswa belum mempunyai gambaran pengetahuan mengenai kewirausahaan. Berdasarkan data alumni siswa, setiap tahunnya sekitar 10% siswa lulusan SMAN 4 Semarang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi atau langsung mencari pekerjaan. Meskipun lulusan SMA memang tidak disiapkan untuk memasuki dunia kerja melainkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, kita tidak dapat menampik kenyataan bahwa banyak lulusan SMA yang langsung mencari pekerjaan. Untuk itu sudah selayaknya siswa SMA dibekali dengan pendidikan life skill (kecakapan vokasional). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan kewenangan kepada setiap sekolah untuk memodifikasi kompetensi dasar yang ingin dicapai sesuai dengan potensi sekolah itu sendiri. Sehubungan dengan upaya mencari solusi atas permasalahan pengangguran yang disebutkan di atas, perlu adanya penekanan pembelajaran yang berbasis kewirausahaan, salah satunya dengan penggunaan perangkat pembelajaran yang mampu mengarahkan segala bentuk aktivitas pembelajaran demi tercapainya kompetensi terkait dengan pembelajaran yang berbasis kewirausahaan. Ibrahim (2002) menyatakan bahwa untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan diperlukan perangkat pembelajaran yang meliputi: pengembangan silabus, RPP, bahan ajar, metode dan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Dari gambaran tersebut, pengajar dituntut untuk setidaknya dapat merancang bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum yang berbasis kewirausahaan. Hal ini disebabkan karena bahan ajar memberikan peranan penting pada pelaksanaan proses pembelajaran, dimana bahan ajar mampu membawa siswa pada situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk menafsirkan, belajar mandiri dan membangun konsep yang mereka terima sesuai dengan pengalaman belajar. Kesimpulan sehubungan dengan permasalahan secara umum di Indonesia dan secara khusus di SMAN 4 Semarang yakni, (1) kenyataan yang perlu disikapi adalah tidak semua lulusan SMA dapat tertampung di perguruan tinggi sementara bekal untuk kesiapan kerja belum dimiliki, sehingga jarang lulusan SMA yang mau dan mampu untuk memulai berwirausaha mandiri, (2) tingkat kemandirian siswa secara menyeluruh masih rendah, dimana makin tinggi tingkat pendidikan makin rendah kemandirian dan semangat berwirausahanya (Azizi, 2010), (3) perlu adanya pemberian bekal kepada siswa untuk menumbuhkan semangat berwirausaha siswa, sehingga kelak nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup siswa itu sendiri. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 114

3 Berdasarkan data-data terkait dan hasil penelitian awal tersebut di atas, mendorong peneliti untuk mengembangkan bahan ajar bervisi SETS dan berbasis kimia kewirausahaan (chemoentrepreneurship). Tujuan dari penelitian ini antara lain: (1) mengetahui seberapa valid bahan ajar bervisi SETS dan berbasis kewirausahaan kimia (chemoentrepreneurship) kompetensi terkait hidrokarbon dan minyak bumi dalam upaya meningkatkan prestasi belajar dan menumbuhkan minat berwirausaha siswa, (2) mengetahui keefektifan dan kepraktisan penerapan bahan ajar tersebut dalam pembelajaran, (3) mengetahui penerapan bahan ajar tersebut dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dan (4) mengetahui penerapan bahan ajar tersebut dalam upaya menumbuhkan minat berwirausaha siswa. 2. LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar Suryantara (2010) dalam kaitannya mengenai bahan ajar menyatakan bahwa bahan ajar secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Ciri-ciri bahan ajar antara lain menimbulkan minat baca, ditulis dan dirancang untuk siswa, menjelaskan tujuan instruksional, disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel, memberi kesempatan pada siswa untuk berlatih, mengakomodasi kesulitan siswa, memberikan rangkuman, gaya penulisan komunikatif dan semi formal, kepadatan berdasarkan kebutuhan siswa, mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa. Seorang guru perlu menyusun bahan ajar sebelum proses pembelajaran dengan tujuan antara lain: (1). Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa. (2). Membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh. (3). Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. 2.2 Pembelajaran Bervisi SETS Binadja (2008) dalam seminarnya terkait Green Chemistry menyatakan bahwa visi SETS memberi kerangka pandang bahwa setiap hal yang kita ketahui sebenarnya mengandung empat unsur, yakni sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Keempat unsur tersebut saling terkait dan berpengaruh satu sama lain. Dalam visi SETS terkandung harapan bahwa dalam memanfaatkan sains untuk kepentingan masyarakat diantaranya dalam bentuk teknologi, diharapkan agar praksis dan produknya tidak merusak atau MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 115

4 merugikan lingkungan dan masyarakat itu sendiri. Konsep sains dapat berguna apabila diterapkan dalam bentuk teknologi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Apabila penerapan konsep sains tersebut banyak membawa dampak negatif terhadap lingkungan baik secara fisik maupun mental maka pendidikan SETS tidak menganjurkan penerapan konsep sains tersebut diteruskan ke dalam bentuk teknologi begitu pula sebaliknya. Dalam pendidikan SETS, tentunya proses pembelajaran yang paling sesuai adalah pendekatan pembelajaran yang bervisi SETS. 2.3 Pengembangan Bahan Ajar Bervisi SETS Binadja (2005) menegaskan bahwa dalam pembelajaran bervisi SETS, kesesuaian bahan ajar selain dikaitkan dengan validitas isi bahan ajar tertentu, juga dikaitkan dengan keberadaan informasi secara menyeluruh keterkaitan antara konsep pembelajaran yang ingin diperkenalkan kepada peserta didik dalam konteks SETS. Secara akademik kecukupan bahan ajar dikaitkan dengan seberapa dalam dan luasnya isi bahan ajar tersebut. Indikator sebagai acuan untuk menandai kesesuaian dan kecukupan bahan ajar terkait keperluan pembelajaran bervisi SETS antara lain: 1. Sejalan dengan rencana pembelajarannya, 2. Memberi peluang penampilan SETS, 3. Memungkinkan penampilan ciri-ciri pendekatan SETS, Tetap memberi penekanan pada subjek pembelajarannya Peserta didik dibawa ke situasi untuk setidaknya memahami kemanfaatan konsep sains yang terkait dengan konsep yang dibelajarkan dalam subjek pembelajaran ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat. Peserta didik diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan sains ke bentuk teknologi tersebut. Peserta didik diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara konsep yang dibelajarkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsur tersebut. Peserta didik dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian penggunaan konsep sains, terkait dengan konsep yang dibelajarkan tersebut, bila diubah dalam bentuk teknologi berkenaan. 4. Memberi peluang kepada pendidiknya untuk dapat melakukan evaluasi bervisi SETS berdasarkan bahan ajar tersebut, 5. Bahan ajar tersedia dan sedapat mungkin mencukupi untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang direncanakan (Binadja, 2005). MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 116

5 2.4 Kimia Kewirausahaan (Chemoentrepeneurship) Supartono (2006) menarik kesimpulan terkait beberapa hal dalam konsep pembelajaran dengan pendekatan chemoentrepreneurship (CEP) dimana konsep pendekatan Chemoentrepreneurship (CEP) adalah suatu pendekatan pembelajaran kimia yang kontekstual yaitu pendekatan pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan obyek nyata. Tujuannya adalah untuk memotivasi siswa agar mempunyai semangat berwirausaha. Dengan pendekatan ini pengajaran kimia akan lebih menyenangkan dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengoptimalkan potensinya agar menghasilkan produk. Bila peserta didik sudah terbiasa dengan kondisi belajar yang demikian, tidak menutup kemungkinan akan memotivasi mereka untuk berwirausaha. Pembelajaran ini didesain berangkat dari objek atau fenomena yang ada di sekitar kehidupan peserta didik, kemudian dikembangkan ke dalam konsep-konsep kimia yang berkaitan dengan proses kimia yang melandasi, termasuk faktor-faktor yang mengendalikan proses tersebut hingga sampai kepada kesimpulan yang bermakna. Kesimpulan yang bermakna ini dapat berupa penemuan suatu produk yang bermanfaat, terobosan teknologi yang berkaitan dengan konsep atau proses kimia yang dipelajari dan rekomendasi-rekomendasi dampaknya terhadap kemaslahatan umat manusia dan lingkungan. Dengan pendekatan pembelajaran yang demikian, sejumlah kompetensi dapat dicapai, proses belajar mengajarnya menjadi lebih menarik, peserta didik lebih terfokus perhatiannya dan termotivasi untuk mengetahui lebih jauh serta hasil belajarnya menjadi lebih bermakna. 2.5 Minat Berwirausaha Siswa Minat berwirausaha adalah keinginan, motivasi dan dorongan untuk berinteraksi dan melakukan segala sesuatu dengan perasaan senang untuk mencapai tujuan dengan bekerja keras atau berkemauan keras, untuk berdikari membuka suatu peluang dengan keterampilan, serta keyakinan yang dimiliki tanpa merasa takut untuk mengambil risiko, serta bisa belajar dari kegagalan dalam hal berwirausaha. Menurut Supartono (2006) minat berwirausaha siswa dapat dilihat dari delapan indikator yaitu (1) kemauan yang keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup, (2) keyakinan kuat atas kekuatan sendiri, (3) sikap jujur dan tanggung jawab, (4) ketahanan fisik dan mental, (5) ketekunan dalam bekerja dan berusaha, (6) pemikiran yang kreatif dan konstruktif, (7) berorientasi ke masa depan, dan (8) berani mengambil resiko. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 117

6 3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D). Pengembangan bahan ajar pada penelitian ini mengadaptasi model penelitian pengembangan dari Plomp dalam Hobri (2009). Kelima tahap penelitian pengembangan tersebut dapat dijelaskan dalam Gambar 3.1. Tahap Penelitian Fase Investigasi Awal Fase Desain Fase Realisasi/Konstruksi Tahap Pengembangan Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi Fase Implementasi Gambar 3.1 Skema kegiatan penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) menurut Plomp dengan modifikasi Desain penelitian yang digunakan yakni desain one group pretest-posttest design. Menurut Sugiyono (2010), desain ini terdapat satu kelompok yang dipilih secara acak maupun purposive, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal kelompok. Pola one group pretest-posttest design pada ujicoba kelas terbatas dan kelas luas ditunjukkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Pola One Group Pretest-posttest Design O 1 X O 2 Keterangan : O 1 : nilai pretest kelas eksperimen (sebelum diberi perlakuan) O 2 : nilai posttest kelas eksperimen (sesudah diberi perlakuan) X : perlakuan yang diberikan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 118

7 3.2 Subjek Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 4 Semarang tahun ajaran 2011/2012. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan tujuan mengambil 2 kelas untuk dijadikan sampel penelitian yakni ujicoba terbatas dan ujicoba luas. Ujicoba terbatas dilakukan pada 10 siswa kelas X-8 dengan tujuan sebagai simulasi penelitian dalam rangka mendapatkan gambaran awal mengenai uji hipotesis. Ujicoba luas dilaksanakan setelah diperoleh bahan ajar yang valid, efektif dan praktis yang digunakan pada uji hipotesis kelas terbatas sebelumnya dan dilakukan pada 32 siswa kelas X Instrumen Pengumpulan Data Keseluruhan teknik dan instrumen pengumpul data penelitian disajikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Subjek, Jenis, Teknik, dan Instrumen Pengumpul Data No. Jenis Data yang Teknik Instrumen Subjek Diukur Pengumpulan Data Pengumpul Data 1. Latar Belakang Siswa Angket Lembar Angket Siswa 2. Keterbacaan bahan Angket Lembar angket Siswa ajar 3. Minat berwirausaha Angket Lembar angket Siswa 4. Hasil belajar kognitif Tes Lembar soal tes Siswa 5. Respon siswa Angket Lembar angket Siswa 6. Kepraktisan Bahan Observasi Lembar Observasi Observer Ajar 3.4 Teknik Analisis Data Variabel terikat dalam penelitian ini yakni prestasi belajar dan minat berwirausaha siswa. Data prestasi belajar siswa dianalisis dengan uji N-Gain, sedangkan data minat berwirausaha siswa dianalisis secara deskriptif menggunakan teknik persentase. 3.5 Indikator Keberhasilan Penelitian Penelitian ini dikatakan berhasil jika memenuhi hal-hal berikut. 1. Bahan ajar yang dikembangkan memenuhi kriteria valid atau sangat valid dengan validasi dari ahli (dosen pembimbing, guru kelas dan praktisi wirausahawan). 2. Bahan ajar yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria efektif yakni, a. 80% siswa atau lebih memberi respon positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan, dan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 119

8 b. Terdapat 80% siswa yang tuntas belajar secara klasikal yang di uji dengan soal tes kognitif siswa. 3. Bahan ajar yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria kepraktisan dengan tingkat praktis atau sangat praktis berdasarkan hasil observasi beberapa pengamat. 4. Bahan ajar yang dikembangkan dapat menumbuhkan minat berwirausaha siswa. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Awal Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan pembelajaran di lapangan sebagai dasar menyusun silabus dan RPP bervisi SETS dan berbasis kewirausahaan kimia untuk kemudian dijadikan acuan pembuatan bahan ajar. Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa 42 siswa/responden (10 siswa kelas ujicoba terbatas dan 32 siswa kelas ujicoba luas) masih belum mempunyai gambaran dan pemahaman terkait dunia wirausaha dan pembelajaran berbasis kewirausahaan kimia (chemoentrepreneurship), sebagian besar siswa berkeinginan untuk menekuni profesi di bidang wirausaha, siswa masih belum memiliki jiwa wirausahawan, siswa berkeinginan agar pembelajaran berbasis kewirausahaan diterapkan dan terintegrasi di setiap mata pelajaran termasuk dalam hal ini mata pelajaran kimia untuk menunjang kebutuhan siswa dalam belajar, dan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran sebelumnya, kurang mencerminkan visi SETS dan kewirausahaan kimia. 4.2 Hasil Pengembangan Bahan ajar bervisi SETS dan berbasis kewirausahaan kimia kompetensi terkait hidrokarbon dan minyak bumi disusun dengan memperhatikan pedoman pengembangan bahan pembelajaran bervisi SETS, sehingga indikator kesesuaian dan kecukupan bahan pembelajaran bervisi SETS terpenuhi. Bahan ajar ini sejalan dengan RPP dan menampilkan visi SETS dengan keberadaan keempat unsur SETS yang akan disalingkaitkan dalam proses pembelajaran. Representasi unsur SETS dapat terwakili dari beberapa gambar dalam bahan ajar, misalnya ditampilkan dalam Tabel 4.1. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 120

9 Tabel 4.1 Representasi Keempat Unsur SETS dalam Bahan Ajar Gambar Representasi Visi SETS Elpiji merupakan bahan bakar utama dalam industri rumah tangga dalam berbagai keperluan seperti memasak dan kebutuhan industri rumah tangga lainnya. Propana (C 3H 8) adalah komponen utama gas elpiji (90% propana, 5% etana, dan 5% butana). Prinsip penggunaan gas elpiji adalah pembakaran gas propana dengan oksigen yang dapat melepaskan energi kalor (reaksi eksoterm). Namun penggunaan elpiji oleh masyarakat di Indonesia yang tidak dengan hati-hati dalam berbagai kasus sering mengakibatkan terjadinya ledakan dan kebakaran yang merenggut korban jiwa maupun kerusakan bangunan yang cukup parah. Bagaimana tanggapan anda melihat fenomena ini? Polietena adalah polimer dari alkena etena (C 2H 4) dengan prinsip penggabungan banyak molekul etena. Polietena banyak digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan plastik dan peralatan plastik lainnya sebagai penunjang kebutuhan masyarakat, namun penggunaan plastik yang berlebihan mengakibatkan menumpuknya sampah plastik dan menyebabkan pencemaran lingkungan tanah. Hal ini karena plastik membutuhkan waktu hampir 500 tahun untuk bisa diuraikan oleh bakteri pengurai di dalam tanah. Namun semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia, maka penggunaan peralatan plastik semakin meningkat pula. Bagaimana tanggapan anda terhadap hal tersebut? Bahan ajar tersebut selain mengaitkan keempat unsur SETS juga menampilkan mengenai keterkaitan antara produk-produk yang bernilai ekonomi berdasarkan pada prinsip aplikasi ilmu kimia di dunia wirausaha mandiri. Representasi kewirausahaan kimia dapat terwakili dari beberapa gambar dalam bahan ajar, misalnya ditampilkan dalam Tabel 4.2. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 121

10 Tabel 4.2 Representasi Kewirausahaan Kimia (chemoentrepreneurship) dalam Bahan Ajar Gambar Representasi Kewirausahaan Kimia Dalam usaha untuk mengatasi pencemaran lingkungan tanah oleh sampah plastik, dapat dilakukan usaha penanganannya yakni antara lain menyulap sampah plastik dari berbagai jenis bungkus minuman sachet dan yang lainnya menjadi kerajinan yang dapat digunakan sebagai wadah atau tas. Usaha tersebut selain menyelamatkan bumi dari sampah plastik juga sekaligus bernilai ekonomis karena bisa dijual sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hal ini sesuai dengan kiat-kiat berwirausaha diantaranya seorang wirausahawan harus bersikap jujur dengan menggunakan bahan dan proses yang benar dan ramah lingkungan serta dituntut untuk kreatif dan inovatif. Setelah melalui tahap pengembangan, maka perangkat pembelajaran yakni silabus, RPP, bahan ajar dan alat evaluasi hasil belajar kognitif siswa serta instrumen pengukuran lainnya yang digunakan dalam penelitian ini untuk selanjutnya di validasi dan di revisi sesuai masukan dari tim validator. Kemudian setelah dianggap valid, untuk selanjutnya perangkat pembelajaran ini digunakan dalam kegiatan penelitian dalam rangka uji hipotesis penelitian. 4.3 Pembahasan Penelitian pengembangan ini dilakukan sebagai usaha atas penyelesaian masalah di indonesia yakni masalah pengangguran yang setiap tahun semakin meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah lulusan SMA yang tidak diimbangi dengan peningkatan lapangan kerja. Meskipun lulusan SMA memang tidak disiapkan untuk memasuki dunia kerja, kita tidak dapat menampik kenyataan bahwa banyak lulusan SMA yang langsung mencari pekerjaan. Oleh karena itu sudah selayaknya siswa SMA dibekali dengan pendidikan kecakapan hidup. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wurdinger dan Rudolph (2009) dalam penelitiannya, bahwa pembelajaran life skill dapat membantu siswa berhasil di dalam kelas dan dalam kehidupan secara umum. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 122

11 Jumlah Siswa EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI Minat Berwirausaha Siswa Tumbuhnya minat berwirausaha siswa merupakan salah satu tujuan dari penelitian ini. Dalam rangka pengukuran minat berwirausaha siswa, dilakukan penyebaran angket minat berwirausaha kepada siswa yang kemudian dianalisis dengan teknik persentase. Angket ini secara garis besar mengukur 8 indikator terkait dengan minat berwirausaha, yakni (1) kemauan yang keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup, (2) keyakinan kuat atas kekuatan sendiri, (3) sikap jujur dan tanggung jawab, (4) ketahanan fisik dan mental, (5) ketekunan dalam bekerja dan berusaha, (6) pemikiran yang kreatif dan konstruktif, (7) berorientasi ke masa depan, dan (8) berani mengambil resiko. Hasil terkait minat berwirausaha siswa kelas ujicoba terbatas dan luas dapat ditampilkan dalam Gambar 4.1. Kelas Ujicoba Terbatas Kelas Ujicoba Luas Kategori Gambar 4.1 Distribusi Minat Berwirausaha Siswa Kelas Ujicoba Terbatas dan Luas Berdasarkan data pada Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa 80% siswa kelas ujicoba terbatas mempunyai minat berwirausaha dengan kategori sangat tinggi dan 78,12% siswa kelas ujicoba luas mempunyai minat berwirausaha dengan kategori sangat tinggi. Dari 8 (delapan) aspek indikator minat berwirausaha, terdapat tiga indikator yang berperan penting dalam kaitannya dengan minat berwirausaha siswa. Ketiga indikator tersebut yakni keyakinan kuat atas kekuatan diri, berorientasi ke masa depan dan berani mengambil resiko. Ketiga indikator tersebut diharapkan menjadi bekal pada pribadi siswa untuk mulai berwirausaha di masa studi sekolah atau kelak nantinya di masa depan. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Hamzah (2009) bahwa keyakinan kuat dalam menjalankan wirausaha tentunya akan membantu siswa untuk menjadi sosok wirausahawan. Keyakinan yang kuat atas kekuatan diri akan membuat siswa mampu untuk (1) menanamkan kepercayaan melalui kemampuan dan mandiri dalam menyelesaikan tugas, (2) mengumpulkan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 123

12 pengetahuan dan pengalaman eksternal di luar bidang yang ditargetkan, (3) menurunkan rasa takut terhadap kegagalan, dan (4) mampu berubah dari waktu ke waktu. Keyakinan yang kuat berdampak pada terbentuknya jiwa tidak takut akan kegagalan dan untuk dapat berubah dari waktu ke waktu atau dengan kata lain seorang wirausahawan harus selalu berpikir kreatif dan inovatif. Sikap kreatif dan inovatif akan muncul dalam diri individu jika individu tersebut memiliki sikap berorientasi ke masa depan sehingga individu tersebut akan selalu mengungkap peluang yang ada dengan cara-cara yang kreatif dan inovatif. Dalam prosesnya, pembelajaran dilakukan dengan mengaitkan antara materi yang sedang diajarkan ke dalam usaha mandiri yang bisa diaplikasikan dalam masyarakat dengan tidak menghiraukan dampaknya bagi lingkungan. Bahkan sebaliknya, pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar tersebut justru memanfaatkan limbah plastik bungkus makanan dan minuman serta kulit durian untuk diubah menjadi produk yang bernilai ekonomi. Pembelajaran dilakukan tidak hanya sekadar teoritis namun juga dengan mempraktikan pemanfaatan limbah plastik tersebut, yakni dengan membuat produk kreatif dan inovatif antara lain membuat kerajinan berbentuk tas atau keperluan rumah tangga lainnya dan membuat briket kulit durian sebagai alternatif bahan bakar pengganti minyak tanah dan gas elpiji. Hal ini sesuai dengan pernyataan Binadja (1999) bahwa secara tidak langsung pendidikan bervisi SETS mengarahkan siswa agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sistem masyarakat. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang ditimbulkan. Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar bervisi SETS dan berbasis kewirausahaan kimia (chemoentrepreneurship) akan membimbing siswa ke dalam pemikiran yang bervisi SETS serta memberikan respon positif dari siswa. Hal ini dibuktikan dengan respon positif yang diberikan oleh siswa dalam pembelajaran baik kelas ujicoba terbatas maupun kelas ujicoba luas. Pada kelas ujicoba terbatas, 90% siswa (9 dari 10 siswa) memberikan respon positif terhadap pembelajaran menggunakan bahan ajar tersebut. Begitu pula pada kelas ujicoba luas, 93,75% siswa (30 dari 32 siswa) juga memberikan respon positif. Hal ini sejalan dengan kesimpulan dari penelitian Binadja dkk (2008) bahwa pembelajaran bervisi SETS membentuk kesan positif dalam diri siswa dan kesan positif yang timbul akibat pembelajaran bervisi SETS tersebut berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 124

13 4.3.2 Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil penelitian terkait prestasi belajar siswa, disimpulkan baik kelas ujicoba terbatas maupun kelas ujicoba luas mengalami peningkatan prestasi belajar. Hal tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil belajar kognitif siswa kelas ujicoba terbatas dan ujicoba luas. No. Kelas Penelitian Rata-rata Rata-rata n-gain Kriteria Pretest Posttest (peningkatan) 1. Kelas Ujicoba Terbatas 36,33 83,34 0,73 Tinggi 2. Kelas Ujicoba Luas 35,52 81,16 0,70 Tinggi Dari hasil penelitian, terjadi peningkatan rata-rata prestasi belajar siswa kelas ujicoba terbatas yakni 0,73 (kategori peningkatan tinggi) dan 0,70 (tinggi) untuk siswa kelas ujicoba luas. Hal ini membuktikan adanya peningkatan prestasi belajar siswa yang signifikan. Kemudian 90% siswa di kelas ujicoba terbatas tuntas KKM 75 dan 93,75% siswa kelas ujicoba luas tuntas KKM 75. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supartono (2006) bahwa peningkatan hasil belajar dengan pendekatan entrepreneurship (CEP) pada pembelajaran kimia dengan kriteria tinggi yakni 97%. Sejalan dengan penelitian tersebut, Kusuma (2010) dalam penelitannya terkait pengembangan bahan ajar berorientasi CEP untuk meningkatkan hasil belajar dan life-skill mahasiswa menyimpulkan bahwa hasil belajar dan life-skill mahasiswa dapat meningkat melalui penerapan bahan ajar tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, prestasi belajar siswa kelas ujicoba terbatas mengalami peningkatan yang lebih signifikan daripada kelas ujicoba luas. Hal ini lebih disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan pada kelas ujicoba terbatas lebih intensif dan efektif terlebih karena jumlah siswa di kelas ujicoba terbatas hanya 10 siswa dibandingkan dengan siswa kelas ujicoba luas dengan jumlah siswa 32 siswa. 5. KESIMPULAN Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan terkait pengembangan Bahan Ajar Bervisi SETS (Science, Environment, Technology and Society) dan Berbasis Kewirausahaan Kimia (chemoentrepreneurship) Kompetensi Terkait Hidrokarbon dan Minyak Bumi yang dilaksanakan di SMAN 4 Semarang, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar tersebut telah memenuhi syarat bahan ajar dengan kriteria valid, serta dalam MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 125

14 penggunaannya pada pembelajaran, bahan ajar tersebut dikategorikan praktis dengan tingkat kepraktisan praktis menurut 2 (dua) observer. Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan peningkatan 0,73 (tinggi) pada siswa kelas ujicoba terbatas dan 0,70 (tinggi) pada siswa kelas ujicoba luas. Kemudian pembelajaran tersebut dapat membantu siswa kelas ujicoba terbatas dan kelas ujicoba luas untuk tuntas KKM 75. Berkaitan dengan minat berwirausaha siswa, penggunaan bahan ajar tersebut dalam pembelajaran mampu menumbuhkan minat berwirausaha siswa, dimana 80% siswa kelas ujicoba terbatas mempunyai minat berwirausaha tergolong dalam kriteria sangat tinggi dan pada kelas ujicoba luas 78,12% siswa tergolong dalam kriteria sangat tinggi. Kemudian respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan bahan ajar bervisi SETS dan berbasis kewirausahaan kimia baik kelas ujicoba terbatas (90% siswa) maupun ujicoba luas (93,75% siswa) berada pada kategori respon positif. DAFTAR PUSTAKA Azizi, B., et al Factors Infleuncing the development of entrepreneurial education in Iran s applied scientific educational centers for agriculture. American Journal of Agricultural and Biological Sciences. 5(1): Binadja, Achmad. 1999a. Hakekat dan Tujuan Pendidikan SETS (Science, Environment, Technology and Society) Dalam Konteks Kehidupan dan Pendidikan Yang Ada. Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya Pendidikan SETS, Kerjasama antara SEAMOE RECSAM dan UNNES, Desember Binadja, Achmad Pedoman Pengembangan Bahan Pembelajaran Bervisi dan Berpendekatan SETS (Science, Environment, Technology, Society) atau (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat). Semarang: Laboratorium SETS Universitas Negeri Semarang. Binadja, Achmad Penerapan Lesson Study dan Green Chemistry sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan, UNNES, 23 Agustus Binadja, A., Wardani S. dan Nugroho S Keberkesanan pembelajaran kimia Materi Ikatan Kimia Bervisi SETS Pada Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. 2(2): MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 126

15 Hamzah, G.M.S and Yusof, Bt. H Headmaster and Entrepreneurship Criteria. European Journal of Social Sciences. 11(4): Ibrahim, M Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning): Uraian, Contoh Pelaksana dan Lembar Observasi Keterlaksanaannya. Makalah disampaikan pada Pelatihan Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kusuma, E. dan K. Siadi Pengembangan Bahan Ajar Kimia Berorientasi Chemoentrepreneurship untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Lifeskill Mahasiswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. 4(1): Siskandar, Implementasi Pendidikan MIPA Berbasis KTSP dan Pengembangan MIPA untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Makalah Seminar Nasional MIPA dan Pendidikan MIPA. Semarang: Program Pascasarjana UNNES. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Supartono Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Kreativitas Siswa SMA Melalui Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Chemo-Enterpreneurship (CEP). Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia Jurusan Kimia FMIPA UNNES tanggal 11 November Semarang: Jurusan Kimia FMIPA UNNES. Suryantara Prosedur pembuatan modul. (diunduh 20 desember 2011). Wurdinger, S. dan J. Rudolph A Different Type of Success: Teaching Important Life Skills Through Project Based Learning. Improving Schools. 12(2): (diunduh 03/04/2012). MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 127

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP 476 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 3 No.2, 2009, hlm 476-483 PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN KOLABORASI KONSTRUKTIF DAN INKUIRI BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP Supartono, Saptorini, Dian Sri

Lebih terperinci

PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA CALON GURU KIMIA DENGAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR BERORIENTASI CHEMOE-NTREPRENEURSHIP

PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA CALON GURU KIMIA DENGAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR BERORIENTASI CHEMOE-NTREPRENEURSHIP 305 PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA CALON GURU KIMIA DENGAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR BERORIENTASI CHEMOE-NTREPRENEURSHIP Sri Susilogati Sumarti Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LIFE SKILL SISWA SMA

PENGGUNAAN PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LIFE SKILL SISWA SMA 366 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 3 No.1, 2009, hlm 366-372 PENGGUNAAN PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LIFE SKILL SISWA SMA Ersanghono

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI HASIL BELAJAR DAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP)

PENINGKATAN MOTIVASI HASIL BELAJAR DAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP) PENINGKATAN MOTIVASI HASIL BELAJAR DAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP) Ferina Agustini barajaya_ku@yahoo.co.id Dosen PGSD IKIP PGRI Semarang

Lebih terperinci

1. Ringkasan Hasil Penelitian, Tahun Dosen FPMIPA IKIP PGRI Semarang

1. Ringkasan Hasil Penelitian, Tahun Dosen FPMIPA IKIP PGRI Semarang PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI KEWIRAUSAHAAN UNTUK PENINGKATAN BERPIKIR KREATIF, MINAT BERWIRAUSAHA DAN HASIL BELAJAR SISWA 1 Oleh: Endah Rita Sultiya Dewi 2, Prasetiyo 2, Filia Prima

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN LIFE SKILL MAHASIWA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN LIFE SKILL MAHASIWA 544 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 4, No.1, 2010, hlm 544-551 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN LIFE SKILL MAHASIWA Ersanghono

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA PERMAINAN TRUTH AND DARE TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA DENGAN VISI SETS

PENGARUH MEDIA PERMAINAN TRUTH AND DARE TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA DENGAN VISI SETS 230 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 230-235 PENGARUH MEDIA PERMAINAN TRUTH AND DARE TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA DENGAN VISI SETS Sigit Priatmoko, Achmad Binadja, Seli

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology

Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology 2 (1) (2013) Innovative Journal of Curriculum and Educational Technology http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet PENGEMBANGAN PERANGKAT

Lebih terperinci

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017, JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017, 65-72 65 PENGARUH MODEL INKUIRI TERBIMBING BERVISI SETS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR LARUTAN PENYANGGA SISWA KELAS

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran dengan pendekatan SETS adalah pembelajaran yang memungkinkan siswa utuk memahami keterkaitan antara sains, pemikiran, lingkungan, dan masyarakat.

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah Semarang

Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah Semarang PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) BERVISI SETS POKOK BAHASAN REAKSI REDOKS Andari Puji Astuti 1, Subiyanto 2, Ahmad Binadja 3 123 Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENDEKATAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY) DALAM PEMBELAJARAN SISTEM PERIODIK DAN STRUKTUR ATOM KELAS X SMA

PENDEKATAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY) DALAM PEMBELAJARAN SISTEM PERIODIK DAN STRUKTUR ATOM KELAS X SMA 1 PENDEKATAN SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY) DALAM PEMBELAJARAN SISTEM PERIODIK DAN STRUKTUR ATOM KELAS X SMA Indah Lestari, Dyah Ahsina Fahriyati, Ani Rosiyanti Jurusan Kimia FMIPA

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 3 (2) (2014) 134-139 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii PERANGKAT PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY MATERI HIDROLISIS GARAM

Lebih terperinci

KAJIAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS MELALUI PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP

KAJIAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS MELALUI PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP Supartono, dkk., Kajian Prestasi Belajar Siswa... 337 KAJIAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS MELALUI PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP Supartono, Nanik Wijayati,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW

Seminar Nasional Pendidikan Sains II UKSW PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MELALUI PENDEKATAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS) DALAM UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA Krisma Widi Wardani 1, Ananda Laksmi Ekawati²

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran kimia menekankan pada pembelajaran pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran kimia menekankan pada pembelajaran pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia merupakan salah satu cabang ilmu IPA yang dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ULAR TANGGA REDOKS SEBAGAI MEDIA CHEMO-EDUTAINMENT BERVISI SETS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

PENGARUH PENGGUNAAN ULAR TANGGA REDOKS SEBAGAI MEDIA CHEMO-EDUTAINMENT BERVISI SETS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA 458 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 3 No.2, 2009, hlm 458-462 PENGARUH PENGGUNAAN ULAR TANGGA REDOKS SEBAGAI MEDIA CHEMO-EDUTAINMENT BERVISI SETS TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA Sri Mursiti, Achmad

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI BILANGAN BULAT

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI BILANGAN BULAT PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI BILANGAN BULAT RADESWANDRI Guru SMP Negeri 1 Kuantan Mudik radeswandri@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

Profil Analisis Kebutuhan Pembelajaran Fisika Berbasis Lifeskill Bagi Siswa SMA Kota Semarang

Profil Analisis Kebutuhan Pembelajaran Fisika Berbasis Lifeskill Bagi Siswa SMA Kota Semarang Profil Analisis Kebutuhan Pembelajaran Fisika Berbasis Lifeskill Bagi Siswa SMA Kota Semarang Susilawati, Nur Khoiri Pendidikan Fisika IKIP PGRI Semarang, Jln Sidodadi Timur No. 24 Semarang susilawati.physics@gmail.com

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN SALINGTEMAS DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN SALINGTEMAS DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA 552 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 4, No.1, 2010, hlm 552-556 EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN SALINGTEMAS DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA Nuryanto a dan Achmad Binadja

Lebih terperinci

Journal of Innovative Science Education PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA BERBASIS MASALAH BERVISI SETS

Journal of Innovative Science Education PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA BERBASIS MASALAH BERVISI SETS JISE 2 (1) (2013) Journal of Innovative Science Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA BERBASIS MASALAH BERVISI SETS Maria Sundus Retno

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PRAKTIKUM APLIKATIF BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA

IMPLEMENTASI PRAKTIKUM APLIKATIF BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA Fina Haziratul Qudsiyah, dkk, Implementasi Praktikum Aplikatif... 1309 IMPLEMENTASI PRAKTIKUM APLIKATIF BERORIENTASI CHEMOENTREPRENEURSHIP TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA Fina Haziratul Qudsiyah*,

Lebih terperinci

T-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

T-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI T-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI Allen Marga Retta 1 1 Email: Allen_marga_retta@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENGUATKAN SOFTSKILL SISWA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENGUATKAN SOFTSKILL SISWA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENGUATKAN SOFTSKILL SISWA Puji Winarti 1* 1 Universitas Darul Ulum Islamic Centre Sudirman, Ungaran, Semarang, Indonesia Abstrak: Mutu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA BERVISI SETS BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP (CEP) PADA MATERI LARUTAN ASAM BASA

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA BERVISI SETS BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP (CEP) PADA MATERI LARUTAN ASAM BASA M. Agus Prayitno, dkk., Pengembangan Modul Pembelajaran. 1617 PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA BERVISI SETS BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP (CEP) PADA MATERI LARUTAN ASAM BASA M. Agus Prayitno,

Lebih terperinci

Journal of Science Education And Practice p-issn X Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn

Journal of Science Education And Practice p-issn X Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL INKUIRI TERBIMBING MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM Luthfi Faza Afina Riza Walida 1) Rudiana Agustini 2), Tukiran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI BERVISI SETS PADA KOMPETENSI KEPENDUDUKAN DAN PERMASALAHAN LINGKUNGAN. Oleh:

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI BERVISI SETS PADA KOMPETENSI KEPENDUDUKAN DAN PERMASALAHAN LINGKUNGAN. Oleh: ISSN 1693-7945 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI BERVISI SETS PADA KOMPETENSI KEPENDUDUKAN DAN PERMASALAHAN LINGKUNGAN ABSTRAK Oleh: Abdur Rasyid Universitas Majalengka Pembelajaran IPA pada

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI CRITICAL THINKING SKILL OF STUDENT SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA

Lebih terperinci

Dita Ningtias, Ridwan Joharmawan, Yahmin Universitas Negeri Malang

Dita Ningtias, Ridwan Joharmawan, Yahmin Universitas Negeri Malang PENGARUH PENDEKATAN CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP) DALAM MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS X SMAN 10 MALANG PADA MATERI MINYAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 67 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian pengembangan. Atau yang dikenal dengan istilah Reseach and Development ( R & D ) Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan suatu Negara didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas baik. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan berbagai cara, salah satunya yaitu

Lebih terperinci

Joyful Learning Journal

Joyful Learning Journal JLJ 2 (3) (2013) Joyful Learning Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN SETS PADA KELAS V Isti Nur Hayanah Sri Hartati, Desi Wulandari

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017 KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI MAN 2 GRESIK PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN METODE EKSPERIMEN SCIENCE PROCESS SKILLS OF THE STUDENTS OF CLASS XI MAN 2 GRESIK

Lebih terperinci

Mahardika Intan Rahmawati

Mahardika Intan Rahmawati Review Jurnal Pengembangan Modul Berbasis Project Based Learning Untuk Mengoptimalkan Life Skills Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Petanahan Tahun Pelajaran 2013/2014. Mahardika Intan Rahmawati (Mahardika.mpe@gmail.com)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D).

BAB III METODE PENELITIAN. atau dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2010:297)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena yang berupa alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA BERBASIS PROBLEM POSING

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA BERBASIS PROBLEM POSING PENGEMBANGAN BAHAN AJAR REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA BERBASIS PROBLEM POSING Agung Madhi Prayoga 1, Citra Ayu Dewi 2, & Ahmadi 3 1 Pemerhati Pendidikan Kimia 2&3 Dosen Program Studi Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

Sri Mursiti, Titi Wahyukaeni, Sudarmin Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229

Sri Mursiti, Titi Wahyukaeni, Sudarmin Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 274 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 2, 2008, hlm 274-280 PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP DAN PENGGUNAAN GAME SIMULATION SEBAGAI MEDIA CHEMO-EDUTAINMENT UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

Pengembangan Modul Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis dengan Menggunakan Model Discovery Learning di SMAN 5 Banjarmasin

Pengembangan Modul Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis dengan Menggunakan Model Discovery Learning di SMAN 5 Banjarmasin Jurnal Fisika FLUX Volume 13, Nomor 2, Agustus 2016 ISSN : 1829-796X (print); 2514-1713(online) http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/f/ Pengembangan Modul Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER POSITIF SISWA SD

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER POSITIF SISWA SD PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER POSITIF SISWA SD M. Nur Mannan, Achmad Sopyan, Sunarno Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa LKS berbasis keterampilan generik sains pada materi hukum-hukum dasar kimia untuk

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KEBERHASILAN PENGAJARAN REMEDIAL KELAS VIII

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KEBERHASILAN PENGAJARAN REMEDIAL KELAS VIII EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KEBERHASILAN PENGAJARAN REMEDIAL KELAS VIII Dian Susanti, Wignyo Winarko, Nyamik Rahayu S. Universitas Kanjuruhan Malang diansanyen@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL GRUP INVESTIGASI BERVISI SETS DI SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL GRUP INVESTIGASI BERVISI SETS DI SEKOLAH DASAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENERAPAN MODEL GRUP INVESTIGASI BERVISI SETS DI SEKOLAH DASAR Herniwati Wahid 1 Universitas Cokroaminoto Palopo 1 herniwati.wahid@yahoo.com

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK ASAM BASA KELAS XI MIA SMAN 2 MAGETAN IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul fisika berbasis inkuiri pada materi listrik dinamis untuk siswa SMA/MA. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan hidup. Dengan

Lebih terperinci

Lembaran Ilmu Kependidikan

Lembaran Ilmu Kependidikan LIK 44 (2) (2015) Lembaran Ilmu Kependidikan http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lik PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAUR ULANG LIMBAH BERORIENTASI BIOENTREPRENEURSHIP DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING.

Lebih terperinci

KEBERKESANAN PEMBELAJARAN KIMIA MATERI IKATAN KIMIA BERVISI SETS PADA HASIL BELAJAR SISWA

KEBERKESANAN PEMBELAJARAN KIMIA MATERI IKATAN KIMIA BERVISI SETS PADA HASIL BELAJAR SISWA 56 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol., No., 008, hlm 56-6 KEBERKESANAN PEMBELAJARAN KIMIA MATERI IKATAN KIMIA BERVISI SETS PADA HASIL BELAJAR SISWA Achmad Binadja, Sri Wardani, Sigit Nugroho Jurusan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERVISI SETS KOMPETENSI EKOLOGI DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH ATAS.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERVISI SETS KOMPETENSI EKOLOGI DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH ATAS. PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERVISI SETS KOMPETENSI EKOLOGI DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Abdur Rasyid 1 1 Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Majalengka Jln.

Lebih terperinci

Journal of Innovative Science Education

Journal of Innovative Science Education JISE 4 (2) (2015) Journal of Innovative Science Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA BERVISI SETS BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP (CEP) PADA

Lebih terperinci

Program Studi PPKN FKIP Universitas Cokroaminoto Palopo

Program Studi PPKN FKIP Universitas Cokroaminoto Palopo Jurnal Publikasi Pendidikan http://ojs.unm.ac.id/index.php/pubpend Volume 7 Nomor 3, Oktober 2017 p-issn 2088-2092 e-issn 2548-6721 Submitted : 13/09/2017 Reviewed : 09/09/2017 Accepted : 09/09/2017 Published

Lebih terperinci

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERMODIFIKASI DAN THINK-PAIR-SHARE

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERMODIFIKASI DAN THINK-PAIR-SHARE KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERMODIFIKASI DAN THINK-PAIR-SHARE Oleh: Kiki Fatkhiyani STKIP NU Indramayu, Jawa Barat ABSTRAK Kecakapan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan keterampilan berpikir, dan

Lebih terperinci

Abstrak PENDAHULUAN ISSN : X

Abstrak PENDAHULUAN ISSN : X PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA TRAINER SISTEM PENERANGAN OTOMOTIF PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN DENGAN MENERAPKAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG Kurnia Wijanarso, Aisyah

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-04) INKUBATOR WIRAUSAHA CD PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK SMA DI UNIT LABORATORIUM PBM KIMIA UNNES

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-04) INKUBATOR WIRAUSAHA CD PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK SMA DI UNIT LABORATORIUM PBM KIMIA UNNES MAKALAH PENDAMPING KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-04) ISBN : 978-979-1533-85-0 INKUBATOR WIRAUSAHA CD PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK SMA DI UNIT LABORATORIUM PBM KIMIA UNNES Sri Nurhayati 1, * 1 Jurusan Kimia, FMIPA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan di berbagai bidang kehidupan, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA Esti Dwi Rinawiyanti Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut 1, Surabaya, Indonesia E-mail: estidwi@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT UNTUK MELATIHKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH KELAS X SMA NEGERI 7 KEDIRI IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED

Lebih terperinci

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK EXERCISING SCIENCE PROCESS SKILLS THROUGH IMPLEMENTATION INQUIRY

Lebih terperinci

Penerapan modul pembelajaran learning cycle pada materi momentum dan impuls

Penerapan modul pembelajaran learning cycle pada materi momentum dan impuls Seminar Nasional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (5pp) Papers seminar.uad.ac.id/index.php/quantum Penerapan modul pembelajaran learning cycle pada materi momentum dan impuls Sardan K. Yallie 1, dan Mursalin

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No.2, pp , May 2015

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No.2, pp , May 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT KELAS X SMA NEGERI 1 PASURUAN IMPLEMENTATION OF

Lebih terperinci

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Jurnal Pengajaran MIPA, FPMIPA UPI. Volume 12, No. 2, Desember 2008. ISSN:1412-0917 PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan mengembangkan potensi manusia sehingga menjadi manusia yang berkualitas, dan lebih manusiawi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMAN 1 SUNGAI RAYA KABUPATEN BENGKAYANG

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMAN 1 SUNGAI RAYA KABUPATEN BENGKAYANG PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMAN 1 SUNGAI RAYA KABUPATEN BENGKAYANG Nurussaniah 1, Uray Titin Hiswari 2, Afriyani 3 1,3 Prograsm Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia bukan hanya merupakan negara yang sedang berkembang melainkan juga negara yang sedang membangun. Dalam usaha untuk membangun itu dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh

BAB I PENDAHULUAN. sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sains tidak hanya merupakan suatu kumpulan pengetahuan saja, karena dalam sains mengandung empat hal yaitu konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi.

Lebih terperinci

PENELITIAN PEMBELAJARAN BERBASIS SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY) DALAM PENDIDIKAN SAINS

PENELITIAN PEMBELAJARAN BERBASIS SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY) DALAM PENDIDIKAN SAINS PENELITIAN PEMBELAJARAN BERBASIS SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY) DALAM PENDIDIKAN SAINS YULISTIANA yulistianabio@gmail.com Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Teknik, Matematika

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Nadia Ulfa, Hairida, Rahmat Rasmawan Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNTAN, Pontianak Email:

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA Yuti Rahinawati Guru SMA Negeri 6 Surabaya ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN Mauizatil Rusjiah, M. Arifuddin J, dan Andi Ichsan M Program Studi

Lebih terperinci

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA Linda Aprilia, Sri Mulyaningsih Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Jurnal GeoEco ISSN: Vol. 2, No. 2 (Juli 2016) Hal

Jurnal GeoEco ISSN: Vol. 2, No. 2 (Juli 2016) Hal PENGEMBANGAN MEDIA BOOKLET BERBASIS SETS PADA MATERI POKOK MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAM UNTUK KELAS X SMA (Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Surakarta Tahun Ajaran 014/015) Kurnia Ratnadewi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar saja akan tetapi bias berkarya dan mampu bersaing dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. belajar saja akan tetapi bias berkarya dan mampu bersaing dengan negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan globalisasi sekarang siswa dituntut hanya ikut dalam kegiatan belajar saja akan tetapi bias berkarya dan mampu bersaing dengan negara-negara lain. Untuk

Lebih terperinci

Yuni Permata Sari*, Rini**, Rasmiwetti*** No. Hp:

Yuni Permata Sari*, Rini**, Rasmiwetti***   No. Hp: 1 PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK DENGAN PENDEKATAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) PADA POKOK BAHASAN HIDROLISIS GARAM KELAS XI SMA Yuni Permata Sari*, Rini**, Rasmiwetti***

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai dengan saat ini jumlah angkatan kerja berbanding terbalik dengan kesempatan kerja yang

Lebih terperinci

Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA

Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA II 2016 "Peran Pendidik dan Ilmuwan dalam Menghadapi MEA" Program Studi Pendidikan Fisika, FPMIPA, IKIP PGRI Madiun Madiun, 28 Mei 2016 Makalah Pendamping Peran Pendidik

Lebih terperinci

PRAKTIKALITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MATERI SUHU DAN KALOR DI KELAS X SMA ADABIAH 2 PADANG

PRAKTIKALITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MATERI SUHU DAN KALOR DI KELAS X SMA ADABIAH 2 PADANG PRAKTIKALITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MATERI SUHU DAN KALOR DI KELAS X SMA ADABIAH 2 PADANG Megasyani anaperta (1) Farida (2) (1) Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Model pengembangan media pembelajaran modul virtual yang digunakan diadaptasi dari model penelitian dan pengembangan Borg and Gall yang secara skematik tahapan

Lebih terperinci

Emiliani Indah Safputri, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin

Emiliani Indah Safputri, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI AJAR USAHA DAN ENERGI DENGAN METODE PROBLEM POSING DALAM SETTING MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA SISWA KELAS XI SMAN 4 BANJARMASIN Emiliani Indah Safputri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

Unnes Science Education Journal METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN SCIENCE,ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, SOCIETY DAN MEDIA QUESTION CARD

Unnes Science Education Journal METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN SCIENCE,ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, SOCIETY DAN MEDIA QUESTION CARD USEJ 1 (2) (2012) Unnes Science Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN SCIENCE,ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, SOCIETY DAN MEDIA QUESTION CARD Vivi Nurul

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 02, pp , May 2014

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 02, pp , May 2014 Vol. 3, No. 02, pp. 15-22, May 14 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP PADA MATERI POKOK HIDROKARBON UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMA

Lebih terperinci

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang bertujuan membentuk manusia yang baik dan berbudi luhur sesuai dengan cita-cita dan nilainilai masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLEGENT

PENGEMBANGAN MODUL SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLEGENT PENGEMBANGAN MODUL SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLEGENT (SAVI) UNTUK SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 BANJARMASIN Putri Riski Rahmayanti, Mustika

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION 391 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION Sri Wardani, Antonius Tri Widodo, Niken Eka Priyani Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN ELABORASI TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

PENGARUH PEMBELAJARAN ELABORASI TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA Siti Sundari Miswadi, dkk., Pengaruh Pembelajaran Elaborasi... 373 PENGARUH PEMBELAJARAN ELABORASI TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA Siti Sundari Miswadi, Murbangun Nuswowati, Wasi ah Jurusan Kimia

Lebih terperinci

TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SD DENGAN POKOK BAHASAN ENERGI

TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SD DENGAN POKOK BAHASAN ENERGI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SD DENGAN POKOK BAHASAN ENERGI Erfinia Deca Christiani,S.Pd., M.Pd Staf Pengajar Universitas Panca Marga Probolinggo erphinia12@gmail.com (diterima: 21.12.2014,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PLAT (PENGALAMAN LAPANGAN ATAS TEMUAN) BERBASIS LINGKUNGAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PLAT (PENGALAMAN LAPANGAN ATAS TEMUAN) BERBASIS LINGKUNGAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PLAT (PENGALAMAN LAPANGAN ATAS TEMUAN) BERBASIS LINGKUNGAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR Adchatul Fauziah; Riawan Yudi Purwoko; Puji Nugraheni Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat karena manusia setiap hari tidak lepas dari zat-zat kimia. Ilmu kimia termasuk

Lebih terperinci

DESAIN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA DI SEKOLAH DASAR

DESAIN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA DI SEKOLAH DASAR DESAIN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA DI SEKOLAH DASAR Syukur Budiyono, Erni Puji Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo s.budiyono15@gmail.com, erni_umpwr@mail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam rangka menghadapi era kompetisi yang mengacu pada penguasaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN Cica Aisyah Nurlatifah 1, Tuti Kurniati 2, Meti Maspupah

Lebih terperinci