Pengaruh stock split: analisis likuiditas saham di bursa efek. Jakarta. Desi Farida Arianti BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh stock split: analisis likuiditas saham di bursa efek. Jakarta. Desi Farida Arianti BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 1 Pengaruh stock split: analisis likuiditas saham di bursa efek Jakarta Disusun Oleh: Desi Farida Arianti NIM. F BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informasi merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi para investor dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan tingkat resiko tertentu. informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi, sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam pasar modal, banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi (privat). Salah satu informasi yang ada adalah pengumuman stock split atau pemecahan saham. Informasi ini dapat memiliki makna atau nilai jika keberadaan informasi tersebut menyebabkan investor melakukan transaksi pasar modal, yang akan tercermin dalam perubahan harga saham, volume perdagangan dan indikator atau karakteristik pasar lainnya.

2 2 Stock split adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan gopublic untuk menaikkan jumlah saham yang beredar (Brigham & Gapenski dalam Fatmawati dan Asri, 1999:94). Aktivitas tersebut biasanya dilakukan pada saat harga dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Pada dasarnya ada dua stock split yang dapat dilakukan yaitu split-up (pemecahan naik) dan split-down (pemecahan turun). Split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan split factor 2:1, 3:1, 4:1. Sedangkan split-down adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya split-down dengan split factor 1:2, 1:3, dan 1:4. Dengan adanya split-up atau split-down, saldo modal tidak berubah, yang berubah hanya lembar saham yang beredar. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis (Hartono, 2000:398). Fenomena ini menimbulkan pertanyaan yaitu jika memang stock split tidak mempunyai nilai ekonomi, mengapa perusahaan melakukannya dan mengapa pasar juga bereaksi terhadapnya. Kemungkinan alasannya adalah berhubungan dengan likuiditas saham (liquidity hypothesis) dan sinyal yang disampaikan oleh perusahaan kepada publik (signaling hypothesis). Ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan melakukan stock split (Scott et al. dalam Margaretha, 2004:74):

3 3 1. Agar harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. 2. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan. 3. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan deviden kas. Pengaruh stock split terhadap keuntungan investor dijelaskan oleh Lamoureux dan Poon dalam Sukardi (2003:330) yang menyimpulkan bahwa pasar memberikan nilai positif terhadap stock split karena adanya tax-option impac. Dampak tersebut berbentuk pembebasan pajak yang dihadapi investor (tax-exampt investor) sehingga investor memperoleh keuntungan lebih. Sementara bagi manajer, pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal positif karena perusahaan akan menyampaikan prospek masa depan perusahaan yang baik kepada publik. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa perusahaan yang memiliki stock split merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Jika pasar bereaksi pada waktu pengumuman stock split, bukan berarti bahwa pasar bereaksi karena informasi stock split tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis, tetapi bereaksi karena mengetahui prospeek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui stock split. Karena stock split mengandung biaya yang harus ditanggung, maka hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya ini dan sebagai akibatnya pasar bereaksi positif terhadapnya.

4 4 Sebaliknya, perusahaan yang tidak mempunyai prospek yang baik yang mencoba memberikan sinyal yang tidak valid lewat stock split akan tidak mampu menanggung biaya tersebut, sehingga bukannya stock split akan meningkatkan harga sekuritasnya tetapi akan menurunkannya jika pasar cukup canggih untuk mengetahuinya. Ewijaya dan Indriantoro (1998) melakukan penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap harga saham. Temuan yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa stock split berpengaruh secara negatif terhadap perubahan harga saham secara signifikan. Fatmawati dan Asri (1999) menganalisis bid-ask spread diseputar pengumuman stock split. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham, volume turnover dan bid-ask spread pada saat sebelum dan sesudah stock split. Kurniawati (2003) menganalisis kandungan informasi stock split dan likuiditas saham pada non-synchronous trading. Hasilnya menunjukkan hanya beta saja yang memiliki perbedaan yang signifikan, sedangkan volume perdagangan dan bid-ask spread meskipun berbeda tetapi tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan likuiditas setelah stock split. Margaretha (2002) menganalisis dampak stock split terhadap likuiditas perdagangan dan pendapatan saham. Hasilnya menunjukkan bahwa harga saham mempunyai hubungan yang signifikan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split, frekuensi perdagangan saham tidak mempunyai hubungan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split, terdapat

5 5 perbedaan frekuensi perdagangan saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split, dan tidak ada perbedaan earning perusahaan sebelum dan sesudah stocksplit. Berdasarkan pada beberapa pandangan mengenai stock split, penelitian ini akan menguji kembali adanya pengaruh stock split terhadap likuiditas saham. Pengujian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Copeland (1979) yang melakukan penelitian terhadap perilaku perdagangan para investor dalam sekuritas yang di split-up (efek likuiditas dari stock split). Ukuran likuiditas yang digunakan yaitu perubahan volume perdagangan saham dan perubahan biaya transaksi yang diukur dengan bid-ask spread. Hasil penelitian Copeland (1979) menunjukkan bahwa terjadi penurunan likuiditas saham setelah stock split. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah (1) periode penelitian sebelumnya dilakukan bulan Januari 1963 sampai dengan bulan Januari 1974, sedangkan penelitian ini menggunakan periode tahun pengamatan tahun 2002 sampai dengan tahun 2004, (2) penelitian sebelumnya tidak mempertimbangkan volume turnover seperti penelitian Fatmawati dan Asri (1999) sedangkan penelitian ini mempertimbangkan volume turnover sebelum dan setelah dilakukan pemecahan saham. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul PENGARUH STOCK SPLIT: ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DI BURSA EFEK JAKARTA

6 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disusun, maka permasalahan yang dihadapi dirumuskan menjadi: 1. Apakah ada perbedaan antara bid-ask spread sebelum stock split dan sesudah stock split? 2. Apakah ada perbedaan antara volume perdagangan sebelum stock split dan sesudah stock split? 3. Apakah ada perbedaan antara volume turnover sebelum stock split dan sesudah stock split? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara bid-ask spread sebelum stock split dengan bid-ask spread sesudah stock split. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara volume perdagangan sebelum stock split dengan volume perdagangan sesudah stock split. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara volume turnover sebelum stock split dengan volume turnover sesudah stock split. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi secara empiris reaksi pasar mengenai kandungan informasi di seputar tanggal pengumuman stock split.

7 7 2. Memberikan informasi bagi investor mengenai sinyal yang diberikan akibat stock split di Bursa Efek Jakarta dalam hubungan dengan likuiditas perusahaan. 3. Memberikan sumbangan tambahan literatur mengenai stock split terhadap likuiditas saham dan juga memberikan dasar bagi penelitian selanjutnya di masa yang akan datang.

8 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasar Modal Indonesia 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi (efek-efek) pasar modal adalah suatu sarana yang mempertemukan penjual dan pembeli dana. Menurut UU No 8 tahun 1995, pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya. Menurut U Tun Wai dan Prof. Hugh T. Patrick dalam sebuah makalah IMF berjudul Stock and Bonds Issue and Capital Market in the Less Developed Countries (Anonim, 1987: 15-16), menyebut tiga pengertian tentang pasar modal sebagai berikut: a. Definisi yang luas Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, serta surat-surat kertas berharga/klaim, jangka panjang dan pendek, primer dan yang tidak langsung. 7

9 9 b. Definisi dalam arti menengah Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembagalembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi-obligasi pinjaman berjangka, hipotik dan tabungan serta deposito berjangka. c. Definisi dalam arti sempit Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi-obligasi dengan memakai jasa dari makelar, komisioner dan para underwriter. Dalam Anonim (1987: 16), G.L. Leffler dalam bukunya Stockmarket menyebut fungsi bursa efek adalah: a. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang telah ditawarkan kepada masyarakat (Efek yang telah dimiliki umum) b. Untuk menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme penawaran dan permintaan. c. Untuk membantu dalam pembelanjaan dunia usaha. Tekanan utama kegiatan pasar modal di Indonesia terletak pada tujuannya yang mengarah pada usaha pemerataan pendapatan masyarakat serta menggairahkan partisipasi masyarakat dalam membiayai pembangunan. Pasar modal akan mempermudah perusahaan-perusahaan untuk memperoleh dana, sehingga kegiatan ekonomi di berbagai sektor dapat

10 10 ditingkatkan. Terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi tersebut akan menciptakan dana mengembangkan lapangan kerja yang luas, yang dengan sendirinya dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, sehingga secara langsung dapat berpengaruh dalam mengurangi jumlah pengangguran. 2. Perkembangan Pasar Modal Indonesia Kegiatan pasar modal Indonesia resmi dimulai pada tahun 1977 sewaktu perusahaan PT. Semen Cibinong menerbitkan sahamnya di BEJ. Dalam perkembangannya kondisi ekonomi dan moneter tidak bisa dilepaskan, tetapi pengaruh yang nampaknyata ternyata berasal dari berbagai kebijaksanaan pemerintah. Pada awalnya perkembangan pasar modal Indonesia, kalau diukur dengan jumlah perusahaan yang menerbitkan sahamnya di BEJ, maupun kegiatan prdagangan saham, ternyata sangat lambat. Sampai dengan tahun 1982 baru 23 perusahaan, tetapi setelah itu terhenti pada angka 24 perusahaan sampai dengan tahun baru pada tahun-tahun berikutnya terjadi peningkatan yang cukup besar, mencapai jumlah 124 perusahaan pada tahun Pada tahun 1982 pemerintah memberikan insentif dalam bentuk keringanan pajak bagi perusahaan yang bersedia menjual sahamnya di pasar modal Indonesia. Insentif ini berakhir pada akhir tahun 1983, karena pada tahun 1984 berlaku sistem perpajakan yang baru. Karena itulah beberapa perusahaan memanfaatkan insentif ini yang ditunjukkan dengan

11 11 peningkatan jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ dari 8 perusahaan menjadi 23 perusahaan. Pada tahun 1989 jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat cukup banyak, diikuti tahun 1990, dan masih meningkat pada tahun Peningkatan tersebut terjadi karena beberapa sebab, yaitu (1) BAPEPAM mulai menerapkan menerapkan kebijakan kebijakan baru yang intinya BAPEPAM tidak ingin mencampuri pembentukan harga saham di pasar perdana, pembentukan harga di pasar perdana ditentukan oleh pihakpihak yang berkepentingan, yaitu emiten dan para penjamin, (2) batasan perubahan harga saham sebesar maksimum empat persen setiap transaksi ditiadakan, harga yang terbentuk diserahkan pada kekuatan permintaan dan penawaran, dan (3) ada dua kebijakan pemerintah yang mempunyai dampak sangat besar bagi perkembangan pasar modal yaitu dikenakannya pajak sebesar 15% atas bunga deposito dan diijinkannya pemodal asing untuk membeli saham-saham yang terdaftar di BEJ. Pada tahun 1989 itu pula pemerintah membuka bursa paralel, yaitu bursa yang ditujukan untuk perusahaan-perusahaan yang masih belum memenuhi syarat untuk terdaftar di bursa utama (BEJ). Perusahaan-perusahaan yang terdaftaar di bursa paralel biasannya adalah perusahaan yang relatif kecil dan muda. Pada tahun 1992 mulai muncul cara penghimpunan dana dari pasar modal dengan menerbitkan bukti right. Bukti right menunjukkanhak yang dimiliki seorang pemodal untuk membeli suatu saham dengan harga tertentu (biasanya lebih murah dari harga saham yang sedang berlaku pada

12 12 waktu itu). Karena itu, bukti right hanya dibatasi kepada pemegang saham lama. Tujuan utama dari penerbitan right adalah untuk tidak merubah proporsi kepemilikan pemegang saham, dan menekan biaya emisi (karena biasanya tidak diperlukan underwriter). Dengan perkembangan pasar modal tersebut pemerintah merasa perlu untuk membuat regulatory framework untuk pasar modal agar bisa meningkatkan dan mendorong tumbuhnya pasar yang teratur, terbuka dan efisien agar bisa memberikan perlindungan yang wajar pada masyarakat dan pemodal. Untuk mencapai tujuan ini Badan Pelaksana Pasar Modal kemudian diganti namanya menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (singkatannya tetap BAPEPAM). Dalam bentuk barunya BAPEPAM mempunyai kewajiban untuk: a. Memonitor dan mengatur suatu pasar dimana sekuritas-sekuritas dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar, dan efisien dengan maksud untuk melindungi kepentingan para pemodal dan masyarakat. b. Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, clearing, settlement, dan lembaga-lembaga penyimpanan, reksa dana, perusahaan sekuritas dan para pialang, berbagai lembaga pendukung pasar modal dan para profesional. c. Untuk memberi rekomendasi tentang pasar modal kepada Menteri Keuangan.

13 13 B. Stock Split 1. Pengertian Stock Split Stock split atau pemecahan saham adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per-lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya (Hartono, 2000:397). Brigham & Gapenski dalam Fatmawati dan Asri (1999:94) stock split adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan go public untuk menaikkan jumlah saham yang beredar. Aktivitas tersebut biasanya dilakukan pada saat harga dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya. Pada dasarnya ada dua stock split yang dapat dilakukan yaitu split-up (pemecahan naik) dan split-down (pemecahan turun). Split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan split factor 2:1, 3:1, 4:1. Sedangkan split-down adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya split-down dengan split factor 1:2, 1:3, dan 1:4. Dengan adanya split-up atau split-down, saldo modal tidak berubah, yang berubah hanya lembar saham yang beredar. 2. Perlakuan Akuntansi Terhadap Stock Split Pengaturan stock split tidak disebutkan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK). SAK hanya mengatur mengenai dividen saham yang

14 14 dibagikan oleh perusahaan, yaitu yang diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 21 paragraf 23 tentang dividen saham. Uraian mengenai distribusi saham (baik dividen saham atau split) akan dijelaskan dengan contoh: PT. ABC mempunyai struktur modal sebelum distribusi saham seperti yang tertera dibawah ini: Saham biasa (Rp ,00; lembar) Rp ,00 Agio saham Rp ,00 Laba ditahan Rp ,00 + Modal saham Rp ,00 Jika PT. ABC memutuskan untuk melakukan dividen saham sebesar 10% dan pada saat itu harga pasar sahamnya sebesar Rp ,00 per lembar, maka struktur modal setelah dividen saham adalah sebagai berikut: Saham biasa (Rp ,00; lembar) Rp ,00 Agio saham Rp ,00 Laba ditahan Rp ,00 + Modal saham Rp ,00 Terlihat bahwa PT. ABC melakukan kapitalisasi rekening laba ditahan pada nilai pasar tambahan saham sebesar (10%x lembar x Rp ,00). Oleh karena itu, nilai nominal saham tidak berubah, kenaikan jumlah saham tercermin dalam kenaikan rekening saham biasa sebesar (Rp. 1000,00 x lembar), sementara

15 15 sisanya sebesar ( ) ditambahkan ke rekening agio saham sehingga total modal saham tidak berubah. Namun jika PT. ABC memutuskan untuk melakukan distribusi saham sebesar 50% dari jumlah saham yang beredar (stock split effected in the form of a stock devident), maka struktur modal setelah distribusi saham tersebut menjadi: Saham biasa (Rp ,00; lembar) Rp ,00 Agio saham Rp. - Laba ditahan Rp ,00 + Modal saham Rp ,00 Oleh karena jumlah saham yang didistribusikan cukup material dalam menurunkan harga pasar saham, maka dilakukan kapitalisasi rekening agio saham pada nilai nominal tambahan saham. Sementara jika PT. ABC memutuskan untuk melakukan stock split dengan faktor pemecahan 2:1, yang artinya setiap 1 lembar saham lama ditukar dengan 2 lembar saham baru, maka jumlah saham yang beredar sekarang menjadi lembar dengan nilai nominal Rp. 500,00 per lembar, sehingga struktur modal setelah stock split menjadi: Saham biasa (Rp. 500,00; lembar) Rp ,00 Agio saham Rp ,00 Laba ditahan Rp ,00 + Modal saham Rp ,00 Bagi pemegang saham, pengurangan nilai nomunal ini tidak mengubah nilai buku investasi sahamnya. Sekaligus tidak ada pendapatan yang

16 16 diakui. Dengan demikian terjadinya stock split tidak perlu dijurnal tetapi cukup dibuatkan memo bahwa telah dilakukan stock split, jumlah saham yang beredar meningkat, dan nilai nominal per lembar saham telah berubah (Kieso and Weygant, 2002:822). 3. Alasan Dilakukannya Stock Split Stock split tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis (Hartono, 2000:398). Fenomena ini menimbulkan pertanyaan yaitu jika memang stock split tidak mempunyai nilai ekonomi, mengapa perusahaan melakukannya dan mengapa pasar juga bereaksi terhadapnya. Kemungkinan alasannya adalah berhubungan dengan likuiditas saham (liquidity hypothesis) dan sinyal yang disampaikan oleh perusahaan kepada publik (signaling hypothesis). Ada beberapa alasan mengapa manajer perusahaan melakukan stock split seperti yang dikemukakan oleh Scott et al dalam Margaretha (2004:74): a. Agar harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. b. Untuk mengembalikan harga dan ukuran perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan. c. Untuk membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan deviden kas. Menurut Kurniawati (2003), beberapa pelaku pasar, khususnya para emiten mempunyai pendapat bahwa stock split memiliki berbagai

17 17 macam manfaat diantaranya adalah (1) harga saham yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan daya tarik investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar sehingga dapat mengubah investor odd lot yaitu investor yang membeli saham dibawah 500 lembar (1lot) menjadi investor round lot yaitu investor yang membeli saham minimal 500 lembar, (2) meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi, (3) meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi likuid, dan (4) sinyal yang positif bagi pasar bahwa kinerja manajemen perusahaan bagus dan memiliki prospek yang bagus. Bagi manajer perusahaan pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal positif karena perusahaan akan menyampaikan prospek masa depan perusahaan yang baik kepada publik. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa perusahaan yang memiliki stock split merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Jika pasar bereaksi pada waktu pengumuman stock split, bukan berarti bahwa pasar bereaksi karena informasi stock split tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis, tetapi bereaksi karena mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui stock split. Karena stock split mengandung biaya yang harus ditanggung, maka hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya ini dan sebagai akibatnya pasar bereaksi positif terhadapnya. Sebaliknya, perusahaan yang tidak mempunyai prospek yang baik yang mencoba memberikan sinyal yang tidak valid lewat stock split akan tidak mampu menanggung biaya

18 18 tersebut, sehingga bukannya stock split akan meningkatkan harga sekuritasnya tetapi akan menurunkannya jika pasar cukup canggih untuk mengetahuinya. C. Likuiditas Saham Sebelum melakukan stock split, harga saham perusahaan yang terlalu tinggi akan menurunkan permintaan saham tersebut. Hal ini disebabkan karena para investor terutama investor kecil tidak dapat membeli saham tersebut atau kemampuan daya belinya rendah. Salah satu tujuan perusahaan melakukan stock split adalah mengarahkan harga saham pada suatu range tertentu sehingga perdagangan saham bisa lebih optimal dan dapat aktif diperdagangkan serta dapat meningkatkan daya tarik investor kecil untuk membeli sejumlah saham yang lebih besar. 1. Bid-ask spread Bid-ask spread merupakan perbedaan antara bid price dan ask price. Bid price adalah harga penawaran pembelian tertinggi. Ask price adalah harga penawaran penjualan terendah (Hartono, 2000:57). Biaya pemilikan sekuritas mencerminkan resiko harga dan opportunity cost terhadap pemilikan suatu sekuritas. Biaya order berhubungan dengan proses perdagangan sekuritas, pencatatan, dan kliring transaksi. Biaya informasi terjadi jika dealer melakukan transaksi dengan investor yang memiliki informasi superior (Fatmawati dan Asri, 1999:99).

19 19 Berdasarkan asumsi bahwa dealer tidak dapat membedakan pedagang berinformasi dengan pedagang tanpa informasi, dealer harus menaikkan spread untuk melindungi dirinya dari kerugian terhadap pedagang berinformasi (Stool dalam Fatmawati dan Asri, 1999). Jika emiten memberikan informasi kepada pasar melalui pengumuman publik arus informasi tersebut akan diterima oleh dealer maupun investor. Hal tersebut berakibat terjadinya penurunan asimetri informasi dan kemudian akan menurunkan adverse selection risk (biaya informasi) yang dihadapi dealer sehingga memotivasi dealer untuk menurunkan spread. Harga saham yang lebih rendah setelah dilakukan stock split menyebabkan pertemuan antara harga penawaran dan harga permintaan relatif lebih besar. Hal ini mengakibatkan perbedaan antara besarnya harga penawaran dan harga permintaan saham (bid ask spread) semakin kecil. Apabila bid ask spread suatu saham lebih rendah, maka hal tersebut mengindikasikan likuiditas sahamnya meningkat. 2. Volume perdagangan Volume perdagangan merupakan ukuran besarnya volume saham tertentu yang diperdagangkan, mengindikasikan kemudahan dalam memperdagangkan saham tersebut. Besarnya variabel volume perdagangan diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham yang dapat dilihat melalui indikator aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity/ TVA).

20 20 Sukardi (2003), melakukan penelitian tentang pengaruh pemecahan saham terhadap abnormal return dan likuiditas saham, dengan menggunakan model indeks tunggal dan Trading Volume Activity dan dilanjutkan dengan uji signifikansi. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara abnormal return saham sebelum dan setelah stock split dari perusahaan yang melakukannya dan diikuti dengan kenaikan earning. Juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas saham sebelum dan setelah stock split. 3. Volume turnover Volume turnover merupakan volume perputaran saham yang diperdagangkan. Jika para investor percaya bahwa mereka memiliki informasi tertentu maka perdagangan akan terkonsentrasi pada saham tertentu yang informasinya dimiliki oleh investor. Tingkat volume turnover digunakan untuk melihat apakah preferensi investor secara individual menilai kebijakan split sebagai sinyal positif atau negatif untuk membuat keputusan perdagangan saham di atas keputusan perdagangan normal. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa volume turnover pada saat split menunjukkan bahwa volume turnover pada saat split lebih besar daripada volume turnover sebelum dan sesudah split secara signifikan. Peningkatan volume turnover tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan split mempunyai kandungan informasi yang menyebabkan terjadinya

21 21 perbedaan preferensi investor. Kenaikan volume perdagangan saham tetap dapat terjadi apabila investor memiliki presisi informasi pribadi yang berbeda-beda (Kim dan Verrechia dalam Fatmawati dan Asri, 1999:104). Penelitian Fatmawati dan Asri (1999), menunjukkan bahwa adanya pengumuman split oleh perusahaan tidak terdapat perbedaan volume turnover antara sebelum dengan sesudah split. D. Efisiensi Pasar 1. Pengertian Efisiensi Pasar Pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan (Husnan, 1996:246). Informasi yang relevan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu informasi dalam bentuk perubahan harga di waktu yang lalu, informasi yang tersedia kepada publik (public information), dan informasi yang tersedia baik kepada publik maupun tidak (public and private information). West dalam Husnan (1996:245), membedakan internal dan external efficiency. External efficiency menunjukkan bahwa pasar berada dalam keadaan keseimbangan sehingga keputusan perdagangan saham berdasarkan atas informasi yang tersedia di pasar tidak bisa memberikan tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan keseimbangan. Internal efficiency menunjukkan bahwa pasar modal tersebut bukan hanya

22 22 memberikan harga yang benar, tetapi juga memberikan berbagai jasa yang diperlukan oleh para pembeli dan penjual denngan biaya serendah mungkin. 2. Bentuk Efisiensi Pasar Bentuk efisiensi pasar menurut Hartono (2000:352) dapat ditinjau dari: a. Efisiensi pasar secara informasi (informatinally efficient market) Kunci utama untuk mengukur pasar efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Pertanyaannya adalah informasi mana yang dapat digunakan untuk menilai pasar yang efisien, apakah informasi yang lama, informasi yang sedang dipublikasikan atau semua informasi termasuk informasi privat. Fama dalam Hartono (2000: 323) menyajikan tiga bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari infoemasi, yaitu: 1) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilainilai masa lalu tidak dapat digunakanuntuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal.

23 23 2) Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form) Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa: a) Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut Informasi yang dipublikasikan ini merupakan informasi dalam bentuk pengumuman oleh perusahaan emiten. Informasi ini umumnya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi di perusahaan emiten (corporate event). b) Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang hanya berdampak pada hargaharga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi tersebut. c) Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas sejumlah perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang berdampak ke semua prusahaan emiten. 3) Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Tujuan dari Fama membedakan ke dalam tiga bentuk pasar efisien ini adalah untuk mengklasifikasikan penelitian empiris terhadap efisiensi pasar. Ketiga bentuk efisiensi pasar ini

24 24 berhubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan ketiga bentuk pasar efisien ini berupa tingkatan yang kumulatif, yaitu bentuk lemah merupakan bagian dari bentuk setengah kuat dan bentuk setengah kuat merupakan bagian dari bentuk kuat, seperti terlihat pada gambar 2.1 Gambar 2.1 Pasar efisien bentuk lemah Pasar efisien bentuk setengah kuat Pasar efisien bentuk kuat Tingkatan kumulatif ini mempunyai implikasi bahwa pasar efisien bentuk setengah kuat adalah juga pasar efisien bentuk lemah. Pasar efisien bentuk kuat adalah juga pasar efisien bentuk setengah kuat dan pasar efisien bentuk lemah. Implikasi ini tidak berlaku sebaliknya bahwa pasar efisien bentuk lemah tidak harus berarti pasar efisien bentuk setengah kuat. b. Efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market) Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan bentuk efisiensi pasar bentuk setengah kuat menurut versi Fama yang didasarkan pada informasi yang didistribusikan. Perbedaannya adalah, jika efisiensi pasar secara informasi hanya mempertimbangkan sebuah faktor saja, yaitu ketersediaan informasi, maka efisiensi pasar

25 25 secara keputusan mempertimbangkan dua buah faktor, yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar. Karena melibatkan lebih banyak faktor dalam menentukan pasar yang efisien, suatu pasar yang efisien secara keputusan merupakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat yang lebih tinggi dibandingkan efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara informasi. Dengan demikian untuk mengetahui apakah pasar sudah efisien secara keputusan tidaklah cukup hanya melihat efisien secara informasi, tetapi juga harus mengetahui apakah keputusan yang dilakukan oleh pelaku pasar sudah benar dan mereka tidak dibodohi oleh pasar. 3. Faktor-Faktor Penyebab Keefisienan Pasar Modal Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan pasar menjadi efisien (Hartono, 2000:375), yaitu: a. Investor adalah penerima harga (price takers), yang berarti bahwa sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi harga dari suatu sekuritas. Harga ditentukan oleh banyak investor dari demand dan supply. b. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah.

26 26 c. Informasi dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap pengumuman informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya. Random berarti investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan informasi yang baru. d. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat, sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya mencerminkan informasi tersebut untuk mencapai keseimbangan yang baru. Sebaliknya jika kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi, kemungkinan pasar tidak efisien dapat terjadi. Pasar dapat menjadi tidak efisien jika kondisi-kondisi berikut ini terjadi (Hartono, 2000:376): a. Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi harga dari sekuritas. b. Harga informasi mahal dan terdapat akses yang tidak seragam antara pelaku pasar yang satu dengan yang lainnya terhadap suatu informasi yang sama. c. Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh sebagian pelaku-pelaku pasar. d. Investor adalah individual-individual yang lugas (naïve investors) dan tidak canggih (unsophisticated investors).

27 27 E. Reaksi Pasar Terhadap Stock Split Sebagian besar perusahaan melakukan distribusi keuntungan atau laba mereka kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kas. Distribusi laba lainnya juga dapat berbentuk dividen saham dan atau pemecahan saham (stock split), dimana pemegang saham tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memperoleh tambahan saham tersebut. Pada nilai saham par value tertentu, secara murni distribusi saham tersebut hanya mempengaruhi perusahaan secara kosmetik yakni dengan membagi kue pie perusahaan menjadi lebih kecil (Baker dan Powell dalam Fatmawati, 1999:95). Sukardi (2003:333), aktifitas split dapat mempengaruhi pasar dalam tiga bentuk: 1. Pengaruh stock split terhadap keuntungan pemegang saham Keuntungan pemegang saham biasanya diukur oleh capital gain dan peningkatan deviden dari tahun sebelumnya. Dalam studi empiris mengenai dampak stock split terhadap kesejahteraan pemegang saham diperoleh kesimpulan bahwa reaksi pasar yang positif terhadap stock split-yang ditunjukkan oleh meningkatnya harga saham di bursa-dipicu adanya harapan para investor bahwa stock split akan meningkatkan deviden dan earning perusahaan. Fama et al (1969), menyatakan bahwa kenaikan harga saham yang besar setelah pengumuman stock split dikarenakan perubahan harapan yang berkenaan dengan dividen mendatang. Hal ini didukung oleh 71,5% dari sampel penelitiannya di NYSE menunjukkan bahwa dividennya

28 28 meningkat setelah split lebih besar dari rata-rata saham di NYSE. Hipotesa Fama et.al dibantah oleh penelitian Grinblatt et.al (1984) yang menemukan bahwa reaksi harga saham positif terhadap stock split dialami oleh perusahaan yang tidak membagikan dividennya. Kenyataan ini didukung oleh bukti bahwa hanya 11% sampelnya yang melakukan dividen setelah split. 2. Pengaruh stock split terhadap perubahan risiko saham Stock split mengakibatkan jumlah saham beredar bertambah, sehingga para investor yang berhubungan dengan aktivitas split tersebut akan melakukan kembali penyusunan portofolio investasinya. Penyusunan kembali portofolio tidak terlepas dari pertimbangan risiko saham (volatilitas harga saham) yang membentuk portofolio tersebut, sehingga diharapkan akan diperoleh tingkat risiko tertentu. Dengan melakukan pengujian terhadap 219 perusahaan split selama 108 bulan dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1965 di NYSE, Bar-Yosef dan Brown (1977) melaporkan bahwa risiko sistematis dari pemecahan saham menurun pada bulan-bulan setelah split. Namun Brenan dan Copeland (1988) yang melakukan penelitian terhadap 1034 perusahaan split menemukan bahwa risiko sistematis biasanya lebih tinggi pada pengumuman split dan hari sesudahnya dibandingkan pada hari-hari sesudah itu.

29 29 3. Pengaruh stock split terhadap tingkat likuiditas Likuiditas suatu asset diartikan sebagai seberapa cepat asset tersebut dapat dikonversikan menjadi uang kas. Semakin cepat asset tersebut dapat berubah menjadi uang kas maka semakin tinggi likuiditasnya. Likuiditas saham adalah tingkat kemudahan saham tersebut untuk diperjualbelikan. Beberapa ahli keuangan berusaha mencari jawaban atas pengaruh stock split terhadap likuiditas saham yang mengalami stock split tersebut. Conroy et.al (1990) menguji 147 perusahaan split dan 143 perusahaan non split selama periode Januari 1981 sampai dengan April hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah split likuiditas perusahaan menjadi semakin buruk. Pandangan berbeda dikemukakan Dolley dan Barker yang menyimpulkan bahwa stock split mengakibatkan terjadinya penambahan jumlah pemegang saham karena adanya penurunan harga saham pada tingkat yang lebih rendah. Hal ini mengakibatkan likuiditas saham semakin tinggi karena semakin banyaknya partisipan pasar yang mampu melakukan aksi jual dan beli secara cepat. F. Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Copeland (1979) melakukan pengujian terhadap perilaku perdagangan para investor dalam sekuritas yang displit-up (efek likuiditas dari stock split). Penelitian dilakukan terhadap pengumuman stock split dari 25 sampel perusahaan selama kurun waktu 1 Januari 1963 sampai dengan 1

30 30 Januari 1974, yang dipilih secara random dari NYSE. Likuiditas saham diukur dengan: a. Perubahan volume perdagangan, diukur dengan menggunakan rumus Finite Adjustment Time Series Model (FTSM) sebagai berikut: V jt = α 0 + β 1Vmt β 2Vmt 1 + β 3Vjt 1 + e jt dalam hal ini, V jt = volume perdagangan ke j pada saat t α = konstansta yang merupakan proxy dari nilai ekspektasi yang tidak dapat diobservasi β = koefisien V mt, V mt-1, V jt-1 1,β 2, β 3 V mt = volume perdagangan pasar pada saat t V = volume perdagangan pasar pada saat t-1 mt jt 1 1 V = volume perdagangan saham ke j pada saat t-1 e jt = residual dari volume perdagangan saham ke j pada saat t b. Perubahan biaya transaksi (biaya komisi broker dan bid-ask spread). Untuk menghitung bid ask spread digunakan sampel acak dari 162 stock split dari saham OTC market antara tahun karena data bid ask spread untutk sampel saham NYSE yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini tidak pernah dicatat. Penghitungan bid ask spread dilakukan untuk hari 1, -20, -40 yang akan dibandingkan dengan bid ask spread hari +1, +20, +40.

31 31 Penelitian ini memberikan hasil sebagai berikut: a. Volume perdagangan saham setelah stock split mengalami penurunan dibanding periode sebelum stock split. b. Komisi pialang, yang merupakan komponen utama dari biaya transaksi menunjukkan kenaikan minimal 7,1% setelah stock split. c. Bid ask spread setelah stock split meningkat secara signifikan dibandingkan periode sebelum stock split dengan faktor pemecahan 2:1 Secara keseluruhan, hasil-hasil tersebut memberikan simpulan bahwa terjadi penurunan likuiditas saham setelah stock split. Dua kemungkinan penyebab yang dikemukan Copeland yaitu: a. Tingkat penyebaran informasi yang lebih rendah pada periode setelah stock split, dimana tingkat yang lebih tinggi sudah terjadi pada periode sebelum split. Hal ini dikarenakan emiten yang mensplit sahamnya merupakan perusahaan dengan kinerja yang relatif lebih baik dibanding emiten lainnya. b. Pengaturan kembali portofolio saham oleh investor untuk mendapatkan portofolio yang optimal, yang menyebabkan investor memperjualbelikan saham yang displit dalam jumlah yang lebih sedikit. 2. Fatmawati (1999) melakukan penelitian tentang pengaruh stock split terhadap likuiditas saham yang diukur dengan besarnya bid ask spread di BEJ. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive

32 32 sampling terhadap saham-saham yang terdaftar di BEJ dan merupakan saham-saham yang masih aktif diperdagangkan (minimal lima hari perdagangan selama periode penelitian) serta mengumumkan kebijakan pemecahan saham (stock split) di bulan Juli 1995 sampai bulan Juli 1997 namun tidak mengeluarkan kebijakan lain. Dari 75 perusahaan yang menjadi sampel terdapat 30 perusahaan yang memenuhi persyaratan. Pengujian dilakukan untuk melihat perilaku dan uji beda harga saham, volume perdagangan, volume turnover, volatilitas dan tingkat spread di seputar split, serta melihat pengaruh harga saham, volume perdagangan dan volatilitas saham terhadap tingkat spread. Hasil yang diperoleh sebagai berikut: a. Hasil pengujian terhadap besarnya perubahan harga saham sebelum dan setelah split diperoleh nilai t hitung (t value) sebesar 53,00 dengan prob-value 0,00. Hasil ini menunjukkan nilai prob-value lebih besar daripada tingkat signifikansi 5 persen sehingga disimpulkan bahwa untuk seluruh sampel perusahaan yang diteliti ternyata terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata harga saham sebelum dan setelah listing. Dengan demikian, split berpengaruh terhadap harga saham. b. Hasil pengujian terhadap volume perdagangan saham sebelum dan setelah split diperoleh nilai t hitung (t value) sebesar 1,2 dengan prob-value 0,296, untuk seluruh sampel perusahaan yang diteliti ternyata tidak terdapat perbedaan rata-rata volume perdagangan

33 33 sebelum dan setelah split. Dengan demikian, split tidak berpengaruh terhadap volume perdagangan saham. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas split tidak mempengaruhi jumlah pemegang saham namun lebih pada proporsi kepemilikan saham oleh investor lama. c. Hasil pengujian terhadap besanya perubahan volume turnover sebelum dan setelah split menunjukkan nilai t value sebesar 1,07 dengan prob-value 0,347, yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan volume turnover sebelum dan setelah split. d. Hasil pengujian terhadap besarnya perubahan volatilitas harga saham sebelum dan setelah split menunjukkan nilai t value sebesar 1,36 dengan prob-value 0,245, hal ini berarti bahwa untuk seluruh sampel perusahaan yang diteliti ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata varian saham sebelum dan setelah tanggal listing. e. Hasil pengujian terhadap besarnya perubahan persentase spread yang mengukur tingkat likuiditas saham, mengalami rata-rata kenaikan sebesar 1,5 persen sebelum listing dan rata-rata penurunan sebesar 1,53 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata spread sebelum dan setelah tanggal listing dengan t value sebesar 14,39 dengan probvalue 0,00. Hal ini berarti bahwa spread sesudah split lebih besar daripadaa sebelum split atau dengan kata lain terjadi kenaikan spread

34 34 akibat dari aktivitas split. Kenaikan tersebut berimplikasi pada terjadinya penurunan likuiditas saham. f. Pengujian terhadap pengaaruh harga saham, volume perdagangan dan volatilitas saham pada tingkat spread dilakukan dengan memperhatikan tingkat signifikansi koefisien dan arah masingmasing variabel. 1) Pengujian terhadap pengaruh harga saham terhadap tingkat spread menunjukkan bahwa koefisien variabel harga adalah sebesar 0,495 dan signifikan pada tingkat 1 persen, ceteris paribus, maka spread akan naik (tinggi) sebesar 0,495 persen atau sebaliknya. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa harga saham secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap besarnnya spread. 2) Pengujian terhadap pengaruh volume perdagangan terhadap tingkat spread menunjukkan koefisien variabel volume perdagangan (nilai rupiah perdagangan) yakni sebesar 0,098 dan signifikan pada tingkat 1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa apabila volume perdagangan turun sebesar 1 persen, ceteris paribus, maka spread akan naik sebesar 0,098 persen atau sebaliknya. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa harga saham secara statistik berpengaruh negatif terhadap besarnnya spread.

35 35 3) Pengujian terhadap pengaruh volatilitas saham terhadap tingkat spread menunjukkan bahwa koefisien variabel varian saham adalah sebesar 0,189 dan signifikan pada tingkat 1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa apabila varian naik sebesar 1 persen, ceteris paribus, maka spread akan naik sebesar 0,189 persen atau sebaliknya. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa harga saham secara statistik berpengaruh positif terhadap besarnnya spread. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah secara keseluruhan, aktifitas split berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat harga saham, volume turnover dan persentase spread. 3. Kurniawati (2003) menganalisis kandungan informasi stock split dan likuiditas saham pada non-synchronous trading. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah saham yang melakukan stock split pada periode Juni 1994 sampai Juni 1997 di BEJ dan tidak mengeluarkan pengumuman lain selama periode pengamatan. Pengujian dilakukan terhadap kandungan informasi yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return disekitar tanggal pengumuman dan likuiditas saham dengan melihat perbedaan resiko sistematis (beta), bid ask spread dan volume perdagangan pada saat sebelum dan setelah stock split. a. Pengujian terhadap kandungan informasi yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return disekitar tanggal pengumuman menggunakan uji t (t test). Hasil pengujian signifikansi menunjukkan

36 36 bahwa abnormal return pada saat sebelum dan sesudah stock split tidak signifikan pada tingkat signifikansi a = 5%, sedangkan abnormal return pada saat pengumuman stock split signifikan. Ratarata abnormal return yang signifikan pada saat pengumuman stock split menunjukkan bahwa informasi tersebut direspon publik yang ditunjukkan oleh reaksi pasar yang signifikan. b. Pengujian terhadap likuiditas saham menggunakan alat uji statistik t- tes yaitu paired samples test. Hal ini dilakukan untuk menguji signifikansi perbedaan bid ask spread, volume perdagangan dan risiko sistematis (beta) pada saat sebelum dan setelah pengumuman stock split. Hasil yang diperoleh yaitu: 1) Hasil pengujian terhadap beta menunjukkan bahwa terdapat perbedaan beta yang signifikan pada saat sebelum dan setelah stock split. 2) Hasil pengujian terhadap volume perdagangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan volume perdagangan tetapi tidak signifikan sebelum dan setelah stock split. 3) Hasil pengujian terhadap bid ask spread menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bid ask spread tetapi tidak signifikan sebelum dan setelah stock split.

37 37 G. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Tingkat likuiditas dapat dilihat dari perubahan bid-ask spread dan volume perdagangan. Biasanya saham akan dibeli pada harga ask (harga penawaran jual saham) yang ditentukan dealer dan dijual pada harga bid (harga permintaan beli saham) yang lebih rendah Harga saham yang lebih rendah setelah dilakukan stock split menyebabkan pertemuan antara harga penawaran dan harga permintaan relatif lebih besar. Hal ini menyebabkan perbedaan antara besarnya harga penawaran dan harga permintaan saham (bid-ask spread) semakin kecil. Sehingga apabila bid-ask spread suatu saham lebih rendah, maka hal tersebut mengindikasikan likuiditas sahamnya meningkat. Besar spread antara harga bid dan harga ask untuk saham biasa yaitu kira-kira $ 0,30 per saham untuk sekuritas dan perusahaan besar dan aktif ditransaksikan. Jumlah ini kurang dari 1% dari harga per saham untuk sebagian besar saham jenis ini-jumlah kecil yang masuk akal untuk membayar kemampuan untuk membeli atau menjual dengan cepat. Studi lain pada saham-saham di NYSE, berdasarkan pada kegiatan aktivitas perdagangannya, menemukan spread yang mirip. Secara spesifik, 20% saham yang paling aktif memiliki spread 0,62%. Spread meningkat tidak merata setelah itu dengan 70% saham yang paling tidak aktif memiliki spread terbesar 2,06%. Fajar dan Mc. Conroy (1995) melakukan pengujian terhadap reaksi bid-ask spread pada saat pengumuman stock split. Jika manajer menggunakan suatu sinyal untuk menyampaikan informasi privat ke pasar,

38 38 maka para pelaku di pasar modal akan melakukan aktivitas perdagangan dengan menggunakan informasi asimetri tersebut. Kesimpulan yang diambil dari studi ini adalah adanya penurunan pada prosentase bid-ask spread pada pengumuman stock split. Manajer menggunakan stock split sebagai suatu sinyal untuk memberi informasi mengenai undervalue saham kepada para pelaku pasar. Berdasarkan argumentasi dan beberapa hasil penelitian tersebut, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: H1: Terdapat perbedaan bid-ask spread yang signifikan pada saat sebelum dan setelah stock split. Selain itu, harga saham yang lebih rendah setelah stock split dimaksudkan untuk mengubah investor odd lot (investor yang membeli saham dibawah 500 lembar atau 1 lot) menjadi investor yang round lot (investor yang membeli saham minimal 500 lembar). Bertambahnya investor round lot dan meningkatnya jumlah pemegang saham karena investor kecil dapat melakukan investasi pada harga yang lebih murah, menyebabkan tingkat likuiditas saham naik. Semakin banyak jumlah saham yang ditransaksikan terhadap jumlah total saham yang beredar di pasar modal maka semakin likuid saham tersebut. Copeland (1979) melakukan pengujian terhadap likuiditas saham yang diukur dengan besarnya perubahan volume perdagangan dan perubahan biaya transaksi (biaya komisi broker dan bid-ask spread). Hasil penelitian menunjukkan behwa volume perdagangan mengalami penurunan

39 39 pada saat setelah stock split, komisi broker dan bid-ask spread menjadi bertambah besar setelah stock split. Ketiga kondisi ini menunjukkan penurunan tingkat likuiditas saham. Lamourex dan Poon (1987); Szewezky dan Tsesekos (1991) dalam Fatmawati dan Asri (1999:99) melakukan penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap volume perdagangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa volume perdagangan dan jumlah pemegang saham setelah stock split mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan argumentasi dan beberapa hasil penelitian di atas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: H2: Terdapat perbedaan volume perdagangan yang signifikan pada saat sebelum dan setelah stock split. Stoll dalam Fatmawati dan Asri (1999:99) menyatakan bahwa perdagangan saham akan relatif lebih besar jika investor tertentu percaya bahwa mereka memiliki informasi khusus yang tidak dimiliki oleh investor lain atau dealer. Jika para investor percaya bahwa mereka memiliki informasi tertentu maka perdagangan akan terkonsentrasi pada saham tertentu yang informasinya dimiliki oleh investor. Apabila volume turnover suatu saham lebih cepet, maka hal tersebut mengindikasikan likuiditas sahamnya meningkat. Stool menggunakan turnover sebagai proksi informasi perdagangan saham yang dihitung sebagai proporsi nilai volume perdagangan dengan nilai saham beredar. Hasil penelitian Conroy, Harris, Benet dalam Fatmawati dan Asri (1999:100) menunjukkan bahwa volume

PENGARUH STOCK SPLIT : ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DI BURSA EFEK JAKARTA SKRIPSI

PENGARUH STOCK SPLIT : ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DI BURSA EFEK JAKARTA SKRIPSI PENGARUH STOCK SPLIT : ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DI BURSA EFEK JAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

yang paling menguntungkan dengan tingkat resiko tertentu. Stock split

yang paling menguntungkan dengan tingkat resiko tertentu. Stock split BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana mobilitas dana yang bersumber dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke berbagai sektor yang membutuhkan. Di dalam pasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. surat berharga (obligasi) ataupun saham. Pasar modal memungkinkan para

BAB II KAJIAN PUSTAKA. surat berharga (obligasi) ataupun saham. Pasar modal memungkinkan para 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pasar Modal Pasar modal merupakan wadah alternatif penghimpunan dana sebelum perbankan. Dimana di dalam pasar modal memungkinkan pemilihan sekuritas

Lebih terperinci

instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjual belikan baik

instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjual belikan baik BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Informasi Tentang Pasar Modal Pasar modal secara formal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjual belikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM

ANALISIS PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM ANALISIS PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagi pasar untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagi pasar untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pemecahan Saham (Stock Split) Informasi bersifat informatif apabila memiliki kriteria kelengkapan, relevansi dan tepat waktu sehingga mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi, para investor membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut kamus istilah keuangan dan investasi, stock split atau pemecahan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut kamus istilah keuangan dan investasi, stock split atau pemecahan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Pemecahan Saham (Stock Split) Menurut kamus istilah keuangan dan investasi, stock split atau pemecahan saham merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini mengidentifikasikan bahwa stock split merupakan alat yang. penting dalam praktik pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini mengidentifikasikan bahwa stock split merupakan alat yang. penting dalam praktik pasar modal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir ini, semakin banyak peristiwa pemecahan saham (stock split) di pasar modal yang dilakukan oleh para emiten di BEJ. Stock split

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya. Untuk perusahaan yang sudah go public dana tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. operasionalnya. Untuk perusahaan yang sudah go public dana tersebut salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan pada dasarnya membutuhkan pembiayaan untuk kegiatan operasionalnya. Untuk perusahaan yang sudah go public dana tersebut salah satunya dapat diperoleh dari

Lebih terperinci

kecil (Sunariyah, 2003:130). Harga per lembar saham bam setelah stock split

kecil (Sunariyah, 2003:130). Harga per lembar saham bam setelah stock split BABO KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pemecahan Saham (Stock Split) Pemecahan saham (Stock Split) merupakan aksi emiten di mana emiten melakukan pemecahan nilai nominal saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil (Sunariyah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham baru setelah stock split

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menjadi n lembar saham, dimana harga per lembar saham baru setelah stock split BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian pemecahan saham (stock split) Menurut Jogiyanto (2000 : 415), stock split adalah memecah selembar saham menjadi n lembar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan. Dalam pasar modal, ada banyak informasi yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan. Dalam pasar modal, ada banyak informasi yang bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pasar modal di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkembang. Seiring fungsinya yang semakin vital yaitu pasar modal menjadi instrument penting dalam sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daya saing dan pangsa pasar agar dapat tetap survive dalam dunia bisnis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. daya saing dan pangsa pasar agar dapat tetap survive dalam dunia bisnis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi perusahaan go public dituntut untuk meningkatkan daya saing dan pangsa pasar agar dapat tetap survive dalam dunia bisnis yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surat berharga. Pasar akan memproses informasi yang relevan kemudian pasar

BAB I PENDAHULUAN. surat berharga. Pasar akan memproses informasi yang relevan kemudian pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam pasar yang efisien, informasi yang masuk ke pasar akan tercermin pada hargaharga surat berharga. Pasar akan memproses informasi yang relevan kemudian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. membeli surat-surat berharga. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para

II. TINJAUAN PUSTAKA. membeli surat-surat berharga. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dimana para investor bertemu untuk menjual atau membeli surat-surat berharga. Pasar modal adalah suatu situasi dimana para pelakunya (penjual

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Likuiditas (liquidity) mengacu pada ketersediaan sumber daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Likuiditas (liquidity) mengacu pada ketersediaan sumber daya 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1.Likuiditas Saham Likuiditas (liquidity) mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek (Wild et al,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan informasi cenderung meningkat, tak terkecuali di pasar

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan informasi cenderung meningkat, tak terkecuali di pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di jaman yang serba canggih saat ini kebutuhan individu maupun perusahaan akan informasi cenderung meningkat, tak terkecuali di pasar modal. Pada dunia bisnis pasar

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap

BAB II URAIAN TEORITIS. Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap 37 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rahayu (2006) melakukan penelitian dengan judul Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split yang Terjadi di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemecahan Saham Pemecahan saham (stock split) adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank. jasa para perantara pedagang efek (Febriana dan Mudjiati, 2007).

BAB II PEMBAHASAN. keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank. jasa para perantara pedagang efek (Febriana dan Mudjiati, 2007). BAB II PEMBAHASAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam pengambilan keputusan bagi para investor di pasar modal. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam pengambilan keputusan bagi para investor di pasar modal. Bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi yang handal dan berkualitas adalah kebutuhan yang mendasar dalam pengambilan keputusan bagi para investor di pasar modal. Bagi seorang investor,

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Stock Split merupakan salah satu corporate action yang harus dipublikasikan

LANDASAN TEORI. Stock Split merupakan salah satu corporate action yang harus dipublikasikan 9 II. LANDASAN TEORI 2.1. Stock Split Stock Split merupakan salah satu corporate action yang harus dipublikasikan kepada publik. Hal tersebut diatur dalam pasal 68 dan 86 tahun 1995 tentang Pasar Modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai corporate action. Corporate action adalah aktivitas emiten

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai corporate action. Corporate action adalah aktivitas emiten 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan tempat bagi investor untuk menanamkan modalnya. Syarat utama bagi investor untuk menanamkan modalnya adalah perasaan aman dan memperoleh laba

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Maket Hypotesis)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Maket Hypotesis) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Teori Efisiensi Pasar (Efficiency Maket Hypotesis) Pasar efisien adalah jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai

Lebih terperinci

PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MEMPERHATIKAN FIRM SIZE

PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MEMPERHATIKAN FIRM SIZE PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MEMPERHATIKAN FIRM SIZE Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masalah terbatasnya jumlah modal atau dana yang akan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam masalah terbatasnya jumlah modal atau dana yang akan digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengembangkan usaha ternyata banyak menemui kendala terutama dalam masalah terbatasnya jumlah modal atau dana yang akan digunakan untuk mengembangkan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dalam menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dalam menetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi merupakan hal yang penting bagi investor dalam menetapkan keputusannya untuk berinvestasi. Hipotesis pasar modal efisien menyatakan bahwa pasar yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan indikator atau karakteristik pasar lainnya (Hastuti dan Lestari, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan indikator atau karakteristik pasar lainnya (Hastuti dan Lestari, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu informasi keuangan merupakan salah satu kebutuhan utama bagi para pemakai laporan keuangan karena informasi itu sendiri menggambarkan bagaimana keadaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA EFFICIENT MARKET THEORY (TEORI EFISIENSI PASAR)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA EFFICIENT MARKET THEORY (TEORI EFISIENSI PASAR) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 EFFICIENT MARKET THEORY (TEORI EFISIENSI PASAR) Pasar yang efisien adalah suatu pasar bursa dimana efek yang diperjualbelikan merefleksikan seluruh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas ini

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap manusia melangsungkan hidupnya dengan mencari nafkah untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas ini berbenturan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. Indonesia, tempat perdagangan saham bagi perusahaan yang sudah go public dilakukan di Bursa

BAB I LATAR BELAKANG. Indonesia, tempat perdagangan saham bagi perusahaan yang sudah go public dilakukan di Bursa BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Sebuah perusahaan tidak terlepas dari kebutuhan dana untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Sumber dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Stock Split Stock split (pemecahan saham) adalah memecah saham menjadi n lembar saham. Peristiwa stock split akan membuat jumlah lembar saham meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harga pasar. Salah-satu karakteristik utama pasar modal yang efisien

BAB I PENDAHULUAN. harga pasar. Salah-satu karakteristik utama pasar modal yang efisien BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal yang efisien semua sekuritas diperjualbelikan pada harga pasar. Salah-satu karakteristik utama pasar modal yang efisien adalah bahwa informasi tersedia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti mengambil 3 penelitian terdahulu sebagai dasar dalam penelitian saat ini, diantaranya adalah : 1. Penelitian yang dilakukan Marwata (2001), penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau modal untuk mengembangkan usahanya adalah dengan go public, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. atau modal untuk mengembangkan usahanya adalah dengan go public, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan oleh perusahaan yang menghadapi kendala dalam masalah terbatasnya dana atau modal untuk mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dengan

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah. Di samping itu, para investor juga menggunakan pasar modal sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. menawarkan saham perusahaan kepada publik atau biasa disebut go public.

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. menawarkan saham perusahaan kepada publik atau biasa disebut go public. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya perusahaan yang mulai berkembang sangat membutuhkan tambahan modal. Salah satu cara untuk memperoleh tambahan modal dengan menawarkan saham perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal juga dapat dijadikan indikator bagi perkembangan perekonomian sebuah

BAB I PENDAHULUAN. modal juga dapat dijadikan indikator bagi perkembangan perekonomian sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal telah menjadi instrumen perekonomian yang penting bagi sebuah negara. Selain menjadi alternatif tempat untuk berinvestasi dan pembiayaan, pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepada market maker atas pelayanan/jasanya. Bid Ask Spread dibedakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepada market maker atas pelayanan/jasanya. Bid Ask Spread dibedakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bid-Ask Spread Menurut Stoll (1989:115), Bid Ask Spread adalah kompensasi ekonomi yang diberikan kepada market maker atas pelayanan/jasanya. Bid Ask Spread dibedakan menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis) Pasar dapat dikatakan efisien apabila harga sekuritas mencapai harga keseimbangan yang baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap profit

BAB I PENDAHULUAN. pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap profit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Harga saham adalah harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap profit perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka panjang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal adalah pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan. Selain itu, pasar modal juga merupakan salah satu perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian suatu Negara karena pasar modal mempunyai fungsi ekonomi yaitu sebagai penyedia fasilitas yang mempertemukan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya kondisi perekonomiannya. Dimana kondisi ekonomi negara tidak

BAB I PENDAHULUAN. tentunya kondisi perekonomiannya. Dimana kondisi ekonomi negara tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kondisi penduduk, tingkat pengangguran, tingkat pendidikan, kemajuan teknologi, sosial budaya, dan tentunya kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa teori yang menjadi landasan analisis penulis mengenai hubungan variabel- variabel dalam penelitian, yaitu : Stock split (pemecahan saham),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Rosita (2010) pada periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Rosita (2010) pada periode BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Rosita (2010) pada periode penelitian 2007-2009 dengan objek penelitian Indeks LQ45. Kesimpulan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba atas usaha yang dijalankannya dan menjaga kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba atas usaha yang dijalankannya dan menjaga kelangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap perusahaan didirikan bertujuan untuk memperoleh laba atas usaha yang dijalankannya dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Kendala yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah, diharapkan para investor semakin

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah, diharapkan para investor semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memperbaiki iklim investasi adalah salah satu strategi pemerintah dalam rangka upaya meningkatkan perekonomian Indonesia. Salah satu bentuk perhatian pemerintah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Stock split merupakan salah satu informasi penting yang dibutuhkan oleh investor

TINJAUAN PUSTAKA. Stock split merupakan salah satu informasi penting yang dibutuhkan oleh investor II. TINJAUAN PUSTAKA A. Stock Split 1. Pengertian Stok Split Stock split merupakan salah satu informasi penting yang dibutuhkan oleh investor sebagai suatu aktivitas yang dilakukan para manajer perusahaan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument

II. LANDASAN TEORI. Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN STOCK SPLIT

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN STOCK SPLIT PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM TERHADAP KEPUTUSAN STOCK SPLIT (Study Empiris Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Dividen 2.1.1. Pengertian Dividen Dividen merupakan bagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya (Baridwan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harga Saham menentukan adanya permintaan dan penawaran (demand and

BAB I PENDAHULUAN. Harga Saham menentukan adanya permintaan dan penawaran (demand and 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Harga Saham menentukan adanya permintaan dan penawaran (demand and supply) terhadap jumlah lembaran saham, jika harga saham dinilai terlalu mahal (overvalued)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM. (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

ANALISIS PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM. (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek ANALISIS PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2009) SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti

Lebih terperinci

Kondisi sbg syarat terpenuhi pasar efisien (Tandelilin, 2001) :

Kondisi sbg syarat terpenuhi pasar efisien (Tandelilin, 2001) : Efisiensi pasar Pasar efisien bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru merupakan hal yang penting. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. diakibatkan adanya informasi yang masuk ke pasar. Semakin cepat informasi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. diakibatkan adanya informasi yang masuk ke pasar. Semakin cepat informasi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis) Pasar dikatakan efisien apabila harga sekuritas mencapai harga keseimbangan baru yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitan ini, peneliti merujuk pada penelitian sebelumnya yang bermanfaat untuk dijadikan sebagai pembanding. Penelitian yang dijadikan rujukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dengan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dengan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat 23 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Menurut UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengertian pasar modal adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, khususnya pada perdagangan saham yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, khususnya pada perdagangan saham yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia bisnis, khususnya pada perdagangan saham yang terdapat di pasar modal, banyak sekali aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh para investor

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tidak TIDAK Lama Tidak Pengumuman ada Ada dan ADA Tidak abnormal Terjawab Pengumuman berkepanja-ngan KANDUNGAN ada Ada Efisien Cepat abnormal Peristiwa return Peristiwa BAB INFORMASI return II KAJIAN PUSTAKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia sebenarnya, hampir semua investasi mengandung unsur

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia sebenarnya, hampir semua investasi mengandung unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia sebenarnya, hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Pemodal tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperoleh dari investasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Efisiensi pasar didefinisikan oleh Beaver (1989) sebagai hubungan antara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Efisiensi pasar didefinisikan oleh Beaver (1989) sebagai hubungan antara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hipotesis Pasar Efisien Efisiensi pasar didefinisikan oleh Beaver (1989) sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas dengan informasi. Pengertian pasar efisien adalah pasar

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pasar Modal di Indonesia mulai aktif sejak 1977, pada awalnya di Indonesia terdapat dua bursa saham yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Kemudian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender (pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender (pihak yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar modal sebagai lembaga piranti investasi memiliki fungsi ekonomi dan keuangan yang semakin di perlukan oleh masyarakat sebagai media alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu unsur penting dan tolak ukur bagi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu unsur penting dan tolak ukur bagi kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu unsur penting dan tolak ukur bagi kemajuan perekonomian suatu negara. Kondisi pasar modal yang tumbuh dan berkembang dengan baik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori. mungkin terjadi dengan cepat dan akurat (Robbert Ang, 2001). Konsep

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori. mungkin terjadi dengan cepat dan akurat (Robbert Ang, 2001). Konsep BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar modal efisien Efficient Market atau pasar yang efisien merupakan suatu pasar bursa dimana efek yang diperdagangkan merefleksikan semua informasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya penyebaran atau kapitalisasi nilai perusahaan, karena dalam stock split

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya penyebaran atau kapitalisasi nilai perusahaan, karena dalam stock split BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stock Split Menurut Baridwan (2002;241), stock split adalah usaha perusahaan untuk memperbanyak jumlah saham yang beredar dengan mengurangi nilai nominal saham. Pengurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang dan penambahan financial assets pada saat yang sama sehingga memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis 2.1.1. Konsep Pasar Modal yang Efisien Konsep pasar modal yang efisien memang bisa diartikan secara berbeda untuk tujuan yang berbeda pula. Untuk bidang keuangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya Indonesia, dituntut menunjukkan performa yang lebih baik. Hal

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya Indonesia, dituntut menunjukkan performa yang lebih baik. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam lingkungan persaingan global yang disertai dengan dukungan teknologi informasi yang ada saat ini, membuat setiap perusahaan di negara berkembang salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Risk Averse Pada umumnya hampir semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau resiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari investasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang dengan cara menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang dengan cara menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan cara menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar modal harus bersifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang meneliti tentang stock split dan akan menjelaskan persamaan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang meneliti tentang stock split dan akan menjelaskan persamaan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan dalam penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti tentang stock split dan akan menjelaskan persamaan dan perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaannya. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan bertujuan memaksimumkan nilai perusahaannya. Bagi perusahaan yang sudah go public, nilai perusahaan tercermin dari harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan berupa return dan capital gain. Investasi adalah komitmen atas

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan berupa return dan capital gain. Investasi adalah komitmen atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi saham melalui pasar modal selain dapat memberikan hasil yang tinggi, juga memiliki resiko tinggi. Investasi saham selain menguntungkan bagi perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mediator untuk mempertemukan pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. mediator untuk mempertemukan pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar Modal merupakan suatu sarana bagi perekonomian yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku pasar modal untuk menghimpun dana. Pasar modal juga merupakan mediator

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Efisiensi Pasar Pasar yang efisien adalah pasar di mana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia (Tandelilin, 2010:219). No one

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham yang beredar, sesuai dengan faktor pemecahnya (split factor).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham yang beredar, sesuai dengan faktor pemecahnya (split factor). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pemecahan Saham (Stock Splits) 2.1.1.1 Pengertian Pemecahan Saham Menurut Abdul Halim (2007 : 98), stock split (pemecahan saham) adalah perubahan nilai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dalam ekuitas pemegang saham. Menurut Abdul Halim (2007 : 98), split stock

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dalam ekuitas pemegang saham. Menurut Abdul Halim (2007 : 98), split stock BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pemecahan Saham Menurut kamus investasi dan keuangan, peristiwa pemecahan saham merupakan cara yang dilakukan dengan tujuan untuk memecah jumlah saham

Lebih terperinci

Dodi Arif, SE., MM. KAPITA SELEKTA KEUANGAN Universitas Gunadarma Jakarta

Dodi Arif, SE., MM. KAPITA SELEKTA KEUANGAN Universitas Gunadarma Jakarta Dodi Arif, SE., MM. KAPITA SELEKTA KEUANGAN Universitas Gunadarma Jakarta PASAR MODAL : FUNGSI EKONOMI DAN KEUANGAN PENDAHULUAN Pasar Modal didefinisikan sebagai pasar berbagai instrument keuangan (sekuritas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi kendala dalam masalah terbatasnya dana modal untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi kendala dalam masalah terbatasnya dana modal untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alternatif memperoleh sumber dana yang dibutuhkan oleh perusahaan yang menghadapi kendala dalam masalah terbatasnya dana modal untuk mengembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN LIKUIDITAS DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS PERBEDAAN LIKUIDITAS DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS PERBEDAAN LIKUIDITAS DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaku bisnis dan juga masyarakat dalam usaha untuk menggali potensi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pelaku bisnis dan juga masyarakat dalam usaha untuk menggali potensi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan perekonomian, maka peran pasar modal menjadi sangat penting sebagai sarana untuk menghimpun dana dari pelaku bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan. Sumber dana yang diperoleh berasal dari sumber dana intern dan

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan. Sumber dana yang diperoleh berasal dari sumber dana intern dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah Perusahaan tidak terlepas dari kebutuhan dana untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Sumber dana yang diperoleh berasal dari sumber dana intern

Lebih terperinci

PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version BAB I PENDAHULUAN

PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version  BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dewasa ini menunjukan bahwa sejalan dengan semakin kompleksnya dunia usaha membawa dampak pada tingginya tingkat persaingan antara perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan merupakan pasar yang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan merupakan pasar yang melakukan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar Modal merupakan merupakan pasar yang melakukan kegiatan memperjual-belikan instrumen keuangan jangka panjang, seperti surat utang (obligasi), ekuiti (saham),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dimana diharapkan adanya pasar modal yang berfungsi secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. Dimana diharapkan adanya pasar modal yang berfungsi secara optimal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar modal sebagai lembaga piranti investasi memiliki fungsi ekonomi dan keuangan yang semakin diperlukan oleh masyarakat sebagai media alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan iklim investasi di Indonesia saat ini, ditandai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan iklim investasi di Indonesia saat ini, ditandai dengan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan iklim investasi di Indonesia saat ini, ditandai dengan semakin ramainya transaksi jual-beli saham yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal itu menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi dikutip dari Sinar Harapan.Co).

BAB I PENDAHULUAN. oleh Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi dikutip dari Sinar Harapan.Co). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang dengan jumlah masyarakat 254.862.034 orang (berdasarkan data statistik per September 2014 yang disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang yang biasa diperjualbelikan baik dalam bentuk utang ataupun

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang yang biasa diperjualbelikan baik dalam bentuk utang ataupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan pasar untuk bebagai instrument keuangan jangka panjang yang biasa diperjualbelikan baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri. Pasar

Lebih terperinci